Cut Nyak Dhien adalah pejuang wanita Aceh yang melawan penjajahan Belanda pada abad ke-19. Ia lahir pada tahun 1848 dan menikah dua kali dengan bangsawan Aceh. Setelah suami pertamanya gugur dan Aceh diserang, Cut Nyak Dhien memimpin perlawanan rakyat melawan Belanda bersama suami keduanya. Ia terus berjuang walaupun ditinggal janda hingga akhirnya ditangkap dan dibuang ke Jawa
3. Cut Nyak Dhien bersama pejuang lainnya
Makam Cut Nyak Dhien
4. #Biografi Cut Nyak Dhien.
Cut Nyak Dhien lahir di Lampadang, Kesultanan
Aceh pada tahun 1848. Ayahnya bernama Teuku
Nanta Seutia, seorang uleebalang (bangsawan). Ibu
Cut Nyak Dhien adalah seorang putri uleebalang
(bangsawan) Lampagar.
Pada tahun 1862 Cut Nyak Dhien dinikahkan
dengan Teuku Ibrahim Lamnga, putra uleebalang
Lamnga XIII. Namun pada tahun 1878 Teuku Ibrahim
Lamnga gugur dalam perang melawan Belanda di Gle
Tarum.
5. Tidak lama setelah kematian Ibrahim, Cut Nyak
Dhien dipersunting oleh Teuku Umar pada tahun
1880. Mereka dikaruniai anak yang Cut Nyak Dhien
beri nama Cut Gambang.
Setelah pernikahannya dengan Teuku Umar, ia
bersama Teuku Umar bertempur melawan Belanda.
Cut Nyak Dhien pun gugur dalam perang melawan
Belanda, di Sumedang pada tanggal 6 November
1908.
6. #Sebab Perlawanan Cut Nyak Dhien
Cut Nyak Dien tidak menerima penghinaan yang
dilakukan pemerintah kolonial Belanda yang pada
awalnya menyerang Aceh dan membinasakan tempat
ibadah. Kemarahannya terhadap Belanda semakin
menjadi saat suami pertamanya, Teuku Cek Ibrahim
Lamnga, gugur dalam perang.
Dua tahun setelah kematian Ibrahim, Cut Nyak Dhien
dipersunting oleh Teuku Umar. Bersama suami keduanya
ini, Cut Nyak Dien semakin bersemangat untuk mengusir
penjajah Belanda. Guna mempertahankan wilayah dan
kemerdekaan, Cut Nyak Dien tak gentar maju berperang
melawan Belanda yang memiliki persenjataan canggih.
7. Teuku Umar gugur dalam pertempuran di Meulaboh
pada 11 Februari 1899. Setelah Teuku Umar meninggal,
Cut Nyak Dien meneruskan perjuangannya sendirian.
Namun, ia tak gusar. Tak kalah mental meski ditinggal
suami tercinta yang gugur di medan perang. Cut Nyak Dien
terus melakukan gempuran terhadap markas-markas
Belanda bersama para pengikutnya.
8. #Akhir Semua Perlawanan
Setelah kematian Teuku Umar, Cut Nyak Dien
memimpin pasukan perlawanan melawan Belanda di
daerah pedalaman Meulaboh bersama pasukan kecilnya
dan mencoba melupakan suaminya. Pasukan ini terus
bertempur sampai kehancurannya pada tahun 1901 karena
tentara Belanda sudah terbiasa berperang di medan
daerah Aceh. Selain itu, Cut Nyak Dien sudah semakin tua.
Cut Nyak Dhien ditangkap dan dibawa ke Banda Aceh dan
dirawat di rumah sakit disana, sementara itu Cut Gambang
berhasil melarikan diri ke hutan dan meneruskan
perlawanan yang sudah dilakukan oleh ayah dan ibunya.
9. Penyakitnya seperti rabun dan encok berangsur-
angsur sembuh. Namun, Cut Nyak Dien akhirnya dibuang
ke Sumedang, Jawa Barat, karena ketakutan Belanda
bahwa kehadirannya akan menciptakan semangat
perlawanan dan juga karena ia terus berhubungan dengan
pejuang yang belum tunduk. Pada tanggal 6 November
1908, Cut Nyak Dhien meninggal karena usianya yang
sudah tua.