Cut Nyak Dien adalah srikandi dari Aceh Barat yang memimpin perlawanan terhadap penjajahan Belanda. Ia kehilangan suami dan anaknya akibat ditembak Belanda. Setelah ditangkap, Cut Nyak Dien dibuang ke Sumedang bersama panglima dan anak laki-lakinya. Di Sumedang, ia dirawat oleh KH Sanusi hingga meninggal dunia pada 1967.
1. Cut Nyak Dien
Cut nyak dien adalah seorang sosok pahlawan wanita dari aceh barat yang mendapat
julukan srikandi Indonesia. Cut nyak dien dilahirkan tahun 1848. Cut nyak dien anak dari
teuku nan setia. Sedangkan ibunya anak bangsawan dari lampar. Kakaknya bernama teuku
rakyat.
Suami cut nyak dien yang pertama adalah teuku Ibrahim dari lamnga, anak dari teuku
abas. Dan dikarunia anak perempuan kemudian di beri nama cut gambang. Suami cut nyak
dien ditembak oleh belanda.
Cut nyak dien menikah lagi dengan panglima perangnya bernama teuku umar. Teuku
umar juga tertembak belanda pada tanggal 11 februari 1899 di ujung kala malaboh.
Pada tanggal 6 november 1905 cut nyak dien tertangkap oleh belanda. Pada saat itu
mata cut nyak dien dalam keadaan tidak bias melihat (buta).
Pada tanggal 11 desember 1906 dibuang ke seumedang bersama panglima dan
seorang anak laki-laki berumur 15 tahun. Pada waktu gubernur jendral belanda. Waktu bupati
sumedang pangeran surya aria atmaja
Untuk merawa cut nyak dien pangeran surya atmaja menyerahkan cut nyak dien ke
K.H Sanusi. Pada waktu itu rumahnya kecil. Setelah satu tahun merawat 1 tahun K.H Sanusi
meninggal pada tahun 1967 dan dimakamkan di gunung puyuh sumedang.
Kemudian cut nyak dien diurus oleh anak K.H sanusi yaitu H.Husna. semua
kepentingan cut nyak dien sangat diperhatikan pangeran aria suriiatmaja. waloupun mata cut
nyak dien tidak bias melihat tapi cut nyak dien bisa mengajarkan ibu-ibu mengaji, maka cut
nyak dien di beri julukan ibu perbu/ ibu ratu masyarakat. Cut nyak dien sangat dekat dengan
siti khodijah (anak dari H. Husna). Pada tahun 1967 siti khodijah meninggal dan dimakamkan
di gunung puyuh.