Cut Nyak Dhien adalah salah satu pahlawan wanita nasional Indonesia dari Aceh yang berjuang melawan penjajahan Belanda sejak tahun 1873 hingga akhir hayatnya pada tahun 1908. Ia memimpin pasukannya melakukan perlawanan gerilya melawan Belanda setelah suaminya gugur, namun akhirnya pasukannya dikalahkan dan ia ditangkap lalu dibuang ke Jawa Barat.
Jual Cytotec Di Sumba Ori 👙082122229359👙Pusat Peluntur Kandungan Konsultasi
Cut nyak dhien
1. CUT NYAK DHIEN
Cut Nyak Dhien adalah salah satu Pahlawan Nasional Indonesia dari Aceh yang
berjuang melawan Belanda, beliau dilahirkan dari keluarga bangsawan di Aceh Besar pada
tahun 1848. Ayahnya bernama Teuku Nanta Seutia, seorang Uleebalang VI Mukim, yang juga
merupakan keturunan Datuk Makhudum Sati, perantau dari Minangkabau. Cut Nyak Dhien
pada masa kecilnya adalah sosok yang cantik dan cerdas, tak heran jika banyak sekali laki-laki
yang suka dan berusaha ingin melamarnya. Pada usia 12 tahun, Cut Nyak Dhien
dinikahkan orang tuanya dengan Teuku Cek Ibrahim Lamnga, putera dari Uleebalang Lamnga
XIII.
Pada tanggal 26 Maret 1873, Perang Aceh pun meletus. Pada perang pertama ini
Kesultanan Aceh dapat memenangkannya. Namun, pada tahun 1874-1880 daerah VI Mukim
dapat diduduki Belanda. Dhien dan bayinya beserta ibu-ibu rombongan lain pun mengungsi.
Sedangkan suaminya, Ibrahim Lamnga bertempur untuk merebut kembali daerah VI Mukim.
Akan tetapi, ia tewas di Gle Tarum saat bertempur. Cut Nyak Dhien sangat marah dan
bersumpah hendak menghancurkan Belanda.
Pada tahun 1880 Cut Nyak Dhien dilamar oleh Teuku Umar, salah satu tokoh yang
juga melawan Belanda. Pada awalnya lamaran itu ditolak, tetapi karena Teuku Umar
memperbolehkannya ikut serta dalam medan perang, Cut Nyak Dhien akhirnya mau untuk
menikah lagi. Hal ini membuat meningkatnya moral semangat perjuangan Aceh melawan
Belanda. Bersama Teuku Umar beliau dikaruniai seorang anak yang diberi nama Cut
Gambang. Setelah pernikahannya, Dhien bersama dengan Teuku Umar bertempur melawan
Belanda. Perang dilanjutkan secara gerilya dan dikobarkan perang fi’sabilillah. Namun,
Teuku Umar gugur tertembak peluru saat menyerang Meulaboh pada tanggal 11 Februari
1899. Meskipun suaminya telah gugur, Cut Nyak Dhien tetap bersemangat untuk melanjutkan
perjuangannya sendiri di pedalaman Meulaboh bersama pasukan kecilnya.
Pasukan Dhien ini terus bertempur sampai kehancurannya pada tahun 1901 karena
kalah dengan tentara Belanda yang sudah terbiasa perang di medan daerah Aceh. Selain itu,
Cut Nyak Dhien sudah semakin tua. Matanya sudah mulai rabun, dan beliau terkena penyakit
encok. Hal ini membuat iba para pasukan-pasukannya. Secara diam-diam anak buah Cut
Nyak Dhien yang bernama Pang Laot melaporkan lokasi markasnya kepada Belanda karena
iba. Akhirnya, Belanda menyerang markas Cut Nyak Dhien di Beutong Le Sageu. Mereka
terkejut dan bertempur mati-matian. Dhien berusaha mengambil rencong dan mencoba
2. melawan musuh. Sayangnya, aksi ini berhasil dihentikan oleh Belanda. Akhirnya Cut Nyak
Dhien ditangkap dan dibawa ke Banda Aceh serta dirawat di sana. Penyakitnya seperti rabun
dan encok berangsur sembuh. Akan tetapi, beliau kemudian dibuang ke Sumedang, Jawa
Barat, karena ketakutan Belanda bahwa kehadirannya akan menciptakan semangat
perlawanan dan juga karena beliau terus berhubungan dengan pejuang yang belum tunduk.
Pada tanggal 6 November 1908, Cut Nyak Dhien meninggal karena usianya yang
sudah tua. Makam Cut Nyak Dhien baru ditemukan pada tahun 1959 berdasarkan permintaan
Gubernur Aceh, Ali Hasan. Pencarian dilakukan berdasarkan data yang ditemukan di
Belanda.
Nah dari cerita Cut Nyak Dhien, kita bisa mengambil hikmah salah satunya adalah
sebagai generasi penerus beliau khususnya dari Aceh sudah sepantasnya kita wajib untuk
melanjutkan perjuangan para Pahlawan Nasional Indonesia dengan cara apa ?? tentunya
dengan cara menjalankan tugas dan tanggung jawab sesuai dengan peranan masing-masing
untuk INDONESIA LEBIH BAIK… MAJU TERUS INDONESIAKU
MERDEKAA MERDEKAA !!!!!!!!!!!!