Dokumen tersebut menjelaskan rumus-rumus hisab untuk menentukan awal waktu salat dengan menggunakan parameter-parameter astronomi seperti sudut waktu, ketinggian matahari, dan deklinasi matahari. Dijelaskan pula tanda-tanda terjadinya awal waktu salat seperti zuhur, ashar, maghrib, isyak, dan subuh. Contoh perhitungan awal waktu salat untuk kota Surabaya pun disertakan sebagai
1. HISAB
AWAL WAKTU SALAT
Awal Waktu Salat Rumus Hisab
Zuhur (WKM dalam WIB + Jam SD) + WI
Ashar-Magrib-Isyak (WKM dalam WIB + Jam t) + WI
Subuh (WKM dalam WIB − Jam t) + WI
WI (Waktu Ikhtiyati) ialah waktu yang ditambahkan supaya awal
waktu salat hasil hisab yang mengacu pada titik tertentu (lokasi
pengamat/observer) di permukaan Bumi dapat diberlakukan untuk
wilayah yang lebih luas, misalnya satu wilayah kabupaten/kota.
Untuk wilayah seluas kabupaten/kota, harga WI dibakukan sebesar
1 − 2 menit dengan ketentuan bahwa angka WI yang ditambahkan
itu sekaligus berfungsi sebagai pembulat angka detik ke dalam
angka menit (angka detik hilang).
2.
3. 1. Awal Waktu Zuhur
Ditandai oleh peristiwa tergelincirnya Matahari (zawal)
Dikatakan TERGELINCIR atau ZAWAL manakala, dari kedudukannya
pada saat Kulminasi, Matahari telah bergeser sebesar semi diameter
(SD) nya sehingga tepi-timur piringannya berhimpit dengan Meridian.
Kulminasi
Zawal
Meridian Surabaya
4. Contoh Hisab
Awal Zuhur dalam WIB
Untuk Surabaya
2 September 2006
= -7º 15’
= 112º 45’ T
e (05 GMT) = 0j 0m 11d
SD (05 GMT) = 0º 15’ 51.06”
KWD = ( WIB − Surabaya) /15 (105º − 112º 45’) /15 = −00:31
Awal Zuhur = (WKM dalam WIB + Jam SD) + WI
WKM-WIB = 12-e+KWD 12 − 00:00:11 + −00:31 = 11:28:49
0º 15’ 51.06” : 15 +
Jam SD = SD/15 = 00:01:3.44
Zuhur Lokal Observer ----------------------------------- = 11:29:52.44
WI 1-2 menit ----------------------------------- = 00:01:7.56
Awal Zuhur Surabaya ----------------------------------- = 11:31 WIB
+
5. 2. Awal Waktu Ashar
Dintandai oleh bayang-bayang benda pada saat kulminasi
TELAH BERTAMBAH DENGAN SEPANJANG BENDANYA.
Jika ketika kulminasi tongkat 60 cm berbayang-bayang 20 cm,
maka Awal Ashar tiba ketika yang 20 cm itu telah menjadi 80 cm.
Meridian Surabaya
Ketinggian (h) Matahari pada keadaan seperti ini dihisab dengan
rumus Cotan h-a = tan zm + 1, di mana zm = | − |
6. Di Awal Ashar,
L. Deklinasi
Matahari
membuat sudut
dengan L. Meridian
yang dinamakan
Sudut Waktu (t)
Ashar
Meridian
Zuhur
Nilai t Ashar
dibagi 15 sama
dengan Jam t,
yakni waktu yang
membentang
antara WKM dan
Awal Ashar
WKM + Jam t Ashar =
Awal Waktu Ashar
Nilai t Cos t = −tan x tan + sin h / cos / cos
7. Contoh Hisab
Awal Ashar dalam WIB
Untuk Surabaya
2 September 2006
= -7º 15’
= 112º 45’ T
(08 GMT) = 7º 55’ 25”
h Ashar =
Hisab h Ashar
zm = | − | |-7º 15’ − 7º 55’ 25”| = 15º 10’ 25”
Cotan h-a = tan zm + 1 tan 15º 10’ 25” + 1 = 1.271199477
X-1 = Shift tan ANS = Shift º’”
38º 11’ 26.39”
Konv Cotan ke Derajat
38º 11’ 26.39”
Hisab t Ashar Cos t = −tan x tan + sin h / cos / cos
Cos t
= −tan -7º 15’ x tan 7º 55’ 25” + sin 38º 11’ 26.39”
: cos -7º 15’ : cos 7º 55’ 25” = 0.646977303
t Konv Cos ke Derajat Shift cos ANS = Shift º’” 49º 41’ 9.28”
Hisab Awal Ashar (WKM dalam WIB + Jam t) + WI
WKM-WIB (Lihat Zuhur) ----------------------------------- = 11:28:49
Jam t = t/15 49º 41’ 9.28” : 15 = 03:18:44.62
Ashar Lokal Observer ----------------------------------- = 14:47:33.62
WI 1-2 menit ----------------------------------- = 00:01:26.38
Ashar Kota Surabaya ----------------------------------- = 14:49 WIB
+
+
8. 3. Awal Waktu Magrib
Dintandai oleh peristiwa terbenam (ghurub) Matahari.
Matahari dikatakan TERBENAM jika tepi-atas piringannya berhimpit
dengan Ufuk Mar’i (titik pusatnya berjarak sebesar SD dari Ufuk
Mar’i). Nilai rata-rata SD Matahari adalah 0º 16’.
Fenomena REFRAKSI membuat
Matahari tampak lebih tinggi dari
posisi sebenarnya. Refraksi benda
langit di Ufuk adalah 0º 34.5’.
Ketika tampak terbenam, titik
pusat Matahari berjarak sebesar
SD + Refr dari Ufuk Mar’i
Tempat dengan ketinggian >0
meter di atas permukaan laut
mengalami penurunan atau
Kerendahan Ufuk Mar’i (D’) sebesar
(1.76 x meter) : 60.
Jadi, h Matahari Awal Magrib adalah 0º − SD − Refr − D’.
9. Ketika Matahari
dalam posisi
h Magrib,
L. Deklinasi
Matahari
dan L. Meridian
membentuk Sudut
Waktu (t) Magrib.
Meridian
Zuhur
Nilai t Magrib
dibagi 15 sama
dengan Jam t,
yakni waktu yang
membentang
antara WKM dan
Awal Magrib
WKM + Jam t Magrib =
Awal Waktu Magrib
Nilai t Cos t = −tan x tan + sin h / cos / cos
10. Contoh Hisab
Awal Magrib dalam WIB
Untuk Surabaya 30 meter
2 September 2006
= -7º 15’
= 112º 45’ T
(11 GMT) = 7º 52’ 41”
h Magrib =
−1º 0’ 8.4”
Hisab h Magrib SD Matahari = 0º 16’
Refraksi = 0º 34,5’
D’ (1.76 x 30) : 60 = 0º 9’ 38.4”
h = 0º − SD − Refr − D’ 0º− 0º16’−0º 34,5’−0º 9’ 38.4” = −1º 0’ 8.4”
Hisab t Magrib Cos t = −tan x tan + sin h / cos / cos
Cos t = −tan -7º 15’ x tan 7º 52’ 41” + sin −1º 0’ 8.4”
: cos -7º 15” : cos 7º 52’ 41” = 1990975028−04
t Konv Cos ke Derajat Shift cos ANS = Shift º’” 90º 0’ 41.07”
Hisab Awal Magrib (WKM dalam WIB + Jam t) + WI
WKM-WIB (Lihat Zuhur) ----------------------------------- = 11:28:49
Jam t = t/15 90º 0’ 41.07” : 15 = 06:00:02.74
Magrib Lokal Observer ----------------------------------- = 17:28:51.74
WI 1-2 menit ----------------------------------- = 00:01:08.26
Magrib Kota Surabaya ----------------------------------- = 17:30 WIB
+
+
11. 4. Awal Waktu Isyak
Dintandai oleh peristiwa hilangnya mega (syafaq) merah dari
latar langit ufuk barat paska terbenam Matahari.
Astronomi umum membagi masa setelah terbenam Matahari
menjadi tiga bagian:
Civil Twilight sampai h Matahari −6. Benda2 di
ruang terbuka masih tampak batas bentuknya
dan bintang paling terang dapat dilihat.
Astronomical Twilight
sampai Matahari −18.
Nautical Twilight sampai h Matahari −12.
Garis Ufuk di laut hampir tidak kelihatan dan
semua bintang terang dapat dilihat.
Di akhir Astro-Twilight,
mega merah lenyap dan
waktu Isyak masuk.
Jadi, nilai h Matahari Awal Isyak adalah 0º − 18º − D’.
12. Ketika Matahari
dalam posisi
h Isyak, L. Deklinasi
Matahari dan
L. Meridian
membentuk Sudut
Waktu (t) Isyak.
Meridian
Zuhur
Nilai t Isyak
dibagi 15 sama
dengan Jam t,
yakni waktu yang
membentang
antara WKM dan
Awal Isyak
WKM + Jam t Isyak =
Awal Waktu Isyak
Nilai t Cos t = −tan x tan + sin h / cos / cos
13. Contoh Hisab
Awal Isyak dalam WIB
Untuk Surabaya 30 meter
2 September 2006
= -7º 15’
= 112º 45’ T
(12 GMT) = 7º 51’ 46”
h Isyak =
−18º 9’ 38.4”
Hisab h Isyak D’ (1.76 x 30) : 60 = 0º 9’ 38.4”
h = 0º − 18º − D’ 0º − 18º − 0º 9’ 38.4” = −18º 9’ 38.4”
Hisab t Isyak Cos t = −tan x tan + sin h / cos / cos
Cos t = −tan -7º 15’ x tan 7º 51’ 46” + sin −18º 9’ 38.4”
: cos -7º 15” : cos 7º 51’ 46” = -0.299608158
t Konv Cos ke Derajat Shift cos ANS = Shift º’” 107º 26’ 2.65”
Hisab Awal Isyak (WKM dalam WIB + Jam t) + WI
WKM-WIB (Lihat Zuhur) ----------------------------------- = 11:28:49
Jam t = t/15 107º 26’ 2.65” : 15 = 07:09:44.18
Isyak Lokal Observer ----------------------------------- = 18:38:33.18
WI 1-2 menit (+) ----------------------------------- = 00:01:26.82
Isyak Kota Surabaya ----------------------------------- = 18:40 WIB
+
+
14. 5. Awal Waktu Subuh
Ditandai oleh peristiwa terbitnya FAJAR SHADIQ (BENANG
PUTIH yang memanjang horizontal) di ufuk timur.
وَكُلُوا وَاشْرَبُوا حَىتَّ ي تََبَ ىيََّ لَكُمُ ا خ لَْخيطُ الأبخ يَضُ مِنَ الَْْيْطِ الأسْوَدِ مِنَ الْفَ جْرِ
Makan dan minumlah hingga jelas bagimu benang putih dari benang hitam,
yaitu fajar (al-Baqarah: 187).
اَلْفَجْرُ فَجْرَانِ فَأَىما الْفَجْرُ الىذِي يَكُ ونُ كَذَنَبِ ال سرْحَانِ فَل يُُِ ل ال ى صلَة وَل يَُُ رِمُ
الطىعَامَ وَأَىما الَّذِي يَ خ ذهَبُ مُ خ ستَطِخيل ا فِ اخلأُفُقِ فَإِنىه يُُِ ل ال ى ص لَة وَيَُُ رِمُ الطىعَامَ )رواه
الحاكم والبيهقي عن جابر(
Fajar itu ada dua. Fajar yang seperti ekor serigala tidak menghalalkan salat
dan tidak mengharamkan makan. Adapun fajar yang memanjang di ufuk
itulah yang menghalalkan salat dan mengharamkan makan.
Di akhir malam semburan cahaya Matahari menimpa atmosfir ketika
posisinya −20º hingga terbentuk citra Benang Putih yang memanjang
horizontal di ufuk dan berbatas Benang Hitam (garis ufuk yang gelap).
Jadi, nilai h Matahari Awal Subuh adalah 0º − 20º − D’.
15. (Zodiacal Light)
Hamburan
cahaya
matahari oleh
debu antar
planet yang
tersebar di
bidang
Ekliptika.
FAJAR KAZIB tegak
vertikal seperti
ekor serigala.
16. Hamburan
cahaya
matahari oleh
atmosfer Ufuk
Timur.
h Matahari -12º h Matahari -17º
FAJAR SADIQ
memanjang
horizontal di
Ufuk dekat
Matahari
akan terbit.
Lokasi Foto: Kawasan Pedesaan di Surakarta
h Matahari -18º
17. Ketika Matahari
dalam posisi
h Subuh,
L. Deklinasi
Matahari dan
L. Meridian
membentuk Sudut
Waktu (t) Subuh.
Meridian
Zuhur
Nilai t Subuh
dibagi 15 sama
dengan Jam t,
yakni waktu yang
membentang
antara WKM dan
Awal Subuh
WKM − Jam t Subuh =
Awal Waktu Subuh
Nilai t Cos t = −tan x tan + sin h / cos / cos
18. Contoh Hisab
Awal Subuh dalam WIB
Untuk Surabaya 30 meter
2 September 2006
= -7º 15’
= 112º 45’ T
21 GMT, 1 Sept = 8º 5’ 26”
h Subuh =
−20º 9’ 38.4”
Hisab h Subuh D’ (1.76 x 30) : 60 = 0º 9’ 38.4”
h = 0º − 20º − D’ 0º − 20º − 0º 9’ 38.4” = −20º 9’ 38.4”
Hisab t Subuh Cos t = −tan x tan + sin h / cos / cos
Cos t = −tan -7º 15’ x tan 8º 5’ 26” + sin −20º 9’ 38.4”
: cos -7º 15” : cos 8º 5’ 26” = -0.332840241
t Konv Cos ke Derajat Shift cos ANS = Shift º’” 109º 26’ 28.5”
Hisab Awal Subuh (WKM dalam WIB − Jam t) + WI
WKM-WIB (Lihat Zuhur) ----------------------------------- = 11:28:49
Jam t = t/15 109º 26’ 28.5” : 15 = 07:17:45.9
Subuh Lokal Observer ----------------------------------- = 04:11:3.1
WI 1-2 menit ----------------------------------- = 00:01:56.9
Subuh Kota Surabaya ----------------------------------- = 04:13 WIB
−
+