SlideShare a Scribd company logo
1 of 18
ASTRONOMI ISLAM (FALAQ)


PENENTUAN AWAL
BULAN QOMARIYAH

        DISUSUN OLEH :
  SITI AFIFAH     (112311077)
  NUR ULINNUHA (112311045)
MENENTUKAN AWAL BULAN

  Ada dua cara bagi umat Islam dalam menentukan awal bulan qomariyah
  :
 Hisab adalah perhitungan secara matematis dan astronomis untuk
menentukan posisi bulan dalam menentukan dimulainya awal bulan pada
kalender Hijriyah.

 Rukyat adalah aktivitas mengamati visibilitas hilal, yakni penampakan
bulan sabit yang nampak pertama kali setelah terjadinya ijtimak
(konjungsi). Rukyat dapat dilakukan dengan mata telanjang atau dengan
alat bantu optik seperti teleskop.
 METODE HISAB
 Ada beberapa system hisab yang dibedakan berdasarkan metode yang digunakan

a. Hisab Urfi
   Hisab Urfi adalah hisab yang melandasi perhitungannya dengan kaidah-
   kaidah sederhana. Hisab urfi berdasarkan pada perhitungan rata-rata dari
   peredaran bulan mengelilingi bumi. Perhitungan secara urfi ini bersifat tetap,
   umur bulan itu tetap setiap bulannya. Bulan yang ganjil berumur 30 hari
   sedangkan bulan yang genap berumur 29 hari.

b. Hisab Taqribi
   Hisab taqribi adalah sistem hisab yang sudah menggunakan kaidah-
   kaidah astronomis dan matematis, namun masih menggunakan rumus-
   rumus sederhana sehingga hasilnya kurang teliti.

c. Hisab Haqiqi
   system hisab haqiqi ini sudah mulai menggunakan kaidah-kaidah
   astronomis dan matematis serta rumus-rumus terbaru dilengkapi dengan
   data-data astronomis terbaru sehingga memiliki tingkat ketelitian standar.
d. Hisab Haqiqi Tahqiqi
   Hisab ini Merupakan pengembangan dari system hisab haqiqi yang
   memiliki tingkat akurasi yang sangat tinggi sehingga mencapai
   derajat pasti. Derajat pasti ini sudah dibuktikan secara ilmiah
   dengan menggunakan kaidah-kaidah ilmiah juga. Dan
   perhitungannya telah menggunakan system komputerisasi
   sehingga bilangan angka tidak ada yang terpotong.


e. Hisab Kontemporer/Modern
   System hisab ini menggunakan alat Bantu komputer yang canggih
   dengan rumus-rumus algoritma. Sebenarnya, system hisab ini
   dilakukan oleh program komputer yang telah menjadi softwere
   dengan tingkat ketelitian yang lebih tinggi (hight quality
   accuration).
 Cara Menggunakan Metode Hisab
Harus diketahui terlebih dahulu data astronomisnya contoh:

         Menghitung awal bulan Syawal 1437 H untuk markaz Kudus dengan data
astronomis : lintang Kudus : -6o 50’ LS, bujur Kudus : 110o 50’ BT dan tinggi Kudus :
890 m.
Langkah-langkah yang harus ditempuh :
1.   Menghitung perkiraan Akhir Rajab 1437 H
         29 Ramadhan 1437 H secara astronomis berarti 1436 th + 7 bl + 29 hari
      1436/30                                   = 47 Daur + 26 Tahun + 7 bl + 29
hari
      47 daur x 10631                           = 499657 hari
      26 th = (26x 354) + 10                   = 9214 hari
      7 bl = (30x4) + (29x3)                   = 207 hari
      29 h                                       = 29 hari
      JUMLAH HARI                                = 509107 hari
     Tafawut (Angg M – H)                      = 227016 hari
      Anggaran baru Gregorius ( 10 + 3 )      =      13 hari
     JUMLAH                                      = 736136 hari
     736136/1461                                = 503 + 1253 hari
     503 Siklus                                  = 503 x 4 = 2012
     1253 hari                                  = 3 thn + 5 bl + 7 hari
Sehingga menjadi 7 hari +5 blN + 2015 tahun (yang sudah dilewati) maka menjadi 7
2. Mencari saat Ijtima’ akhir Rajab 1437 H

   a. FIB terkecil terjadi pada tanggal 5 Juni 2016 adalah 0,00191
dalam              table terjadi pada jam 3 GMT
   b. ELM ( Thul al-syamsi ) pada jam 3 GMT = 74 o 53’ 37”
   c. ALB ( Thul al-qamar ) pada jam 3 GMT = 74 o 52’ 33”
   d. Sabak matahari perjam =ELM 1 GMT = 74 o 53’ 37”
                               ELM 2 GMT = 74 o 56’ 01”
                            Sabak Matahari = 0 o 02’ 24”
   e. Sabak bulan perjam = ALB 1 GMT = 74 o 52’ 33”
                              ALB 2 GMT = 75 o 29’ 36”
                               Sabak Bulan = 0 o 37’ 03”
   f. Saat ijtima’ adalah jam FIB + (ELM – ALB) + 7 jam W
       (SB – SM)

 Perhitungannya Jam 3 + -0 o 01’ 50,82” + 7 jam WIB.
 Jadi Ijtima’ terjadi pada jam 10 j 01 m 50,82d
3. Menghitung posisi dan keadaan hilal akhir Ramadan 1437 H

  a. Ijtima’ akhir Rajab 1437 H terjadi pada hari Ahad Legi tanggal 05 Juni 2016 pada pukul 10: 01:
    50,82 WIB
  b. Mencari sudut waktu matahari ( to ) dan saat matahari terbenam
      Data : Deklinasi Matahari jam 11 GMT = 22o 36’ 49”
              Equation of Time (e)                    = 0o 01’ 25”
              Dip = 0o 1,76 x √ 890                    = 0o 52’ 30.35”
              Refraksi                                 = 0o 34’ 30”
             Semi Diameter                              = 0o 15’ 45,69”
             Rumus tinggi matahari
             h = 0 – s.d – Refr – Dip
             0 – 0o 15’ 45,69” – 0o 34’ 30” – 0o 52’ 30.35”
        Jadi h. matahari = -1o 42’ 46,04”
   c.Rumus sudut waktu matahari terbenam
             Cos to = - tan lt x tan d + Sin h / Cos lt / Cos d
        Jadi sudut waktu matahari ( to ) = 89o 00’ 30,47”
   d. Mencari Saat Matahari Terbenam
           Rumus = to/15 +12 – e + KWD ( Koreksi Waktu Daerah )
              Kulminasi                          = 12
             Equation of Time (e)                = 0o 01’ 25”
              KWD (105 o – 110o 50’) /15         = -0o 23’ 20”
                           Aplikasi Rumus :
                                       = 89o 00’ 30,47”/15 +12 – 0o 01’ 25”+ -0o 23’ 20”
                         Jadi Saat matahari terbenam (ghurub) = 17 j 31’ 17,03” WIB
e. Azimuth Matahari saat ghurub

      Rumus = cotan Ao = - sin lt /tan t + cos lt x tan d / sin t
      Data lt       = -6o 50’ LS
             to     = 89o 00’ 30,47”
             D      = 22o 36’ 33”
         Jadi azimuth matahari adalah 67o 25’ 54,19”
f. Menentukan Apparent Right Ascension Matahari (al-mathalai’ al-baladiyah)

     Rumus menta’dil = A– ( A-B)x C/ I
                A = data satar awal
                B = data satar tsani
                C = tambah waktu / data yang dicari
                I = selisih dari satar awal dengan satar tsani
     Data ARo 10 GMT              = 75o 10’ 23”
     ARo 11 GMT                   = 75o 12’ 46”
             75o 10’ 23”–(75o 10’ 23”- 75o 12’ 46”) x 0o 31’ 17,03” /1
  Jadi Apparent Right Ascension Matahari (al-mathalai’ al-baladiyah) 75o 11’ 37,56”
g. Menentukan Apparent Right Ascension Bulan (al-mathalai’ al-baladiyah)
         Rumus menta’dil = A– ( A-B) x C/ I
         Data ARc 10 GMT                  = 79o 11’ 20”
                   ARc 11 GMT                = 79o 48’ 12”
          79o 11’ 20”– (79o 11’ 20” - 79o 48’ 12”) x 0o 31’ 17,03”/ 1
     Jadi Apparent Right Ascension Bulan (al-mathalai’ al-baladiyah) 79o 30’
33.33”
h. Menentukan Sudut waktu bulan
         Rumus = tc = ARo – ARc + to
         75o 11’ 37,56” - 79o 30’ 33.33” + 67o 25’ 54,19”
     Jadi Sudut waktu bulan 84o 41’ 34,70”
i. Menentukan Deklinasi Bulan
         dengan rumus ta’dil = A – ( A-B)x C/ I
           Data dc 10 GMT                  = 18o 00’ 18”
                    dc 11 GMT              = 18o 03’ 13”
     18o 00’ 18” – (18o 00’ 18” - 18o 03’ 13”) x 0o 31’ 17,03” / 1
      Jadi Deklinasi Bulan 18o 01’ 49,24”
j. Menentukan Tinggi hilal hakiki
         Rumus sin hc = sin lt x sin d + cos lt x cos d x cos t
           Data LT                 = -6o 50’ LS
                    D             = 18o 01’ 49,24”
                    tc             = 84o 41’ 34,70”
       Jadi Tinggi hilal hakiki 2o 53’ 40.52”
k. Koreksi yang diperlukan untuk mengetahui tinggi hilal mar’I
 1. Menentukan Parallak untuk mengurangi tinggi hilal hakiki
     a. Menentukan horizontal parallax
            dengan rumus A- (A-B)x C/I
            Data       HP 10 GMT = 1o 00’ 12”
                       Hp 11 GMT = 1o 00’ 11”
                       1o 00’ 12” – (1o 00’ 12” - 1o 00’ 11”) x 0o 31’ 17,03” /1
         Jadi Horizontal Parallax adalah 1o 00’ 11,48”
     b. Menentukan parallax dengan rumus Hp x Cos hc
            0o 55’ 38.34” x Cos 2o 31’ 5.01”
          Jadi Parallax adalah 0o 55’ 35.12”
  2. Menentukan Semi Diameter dengan rumus A- (A-B)x C/I
            Data Sd 10 GMT = 0o 16’ 24,28”
                    Sd 11 GMT = 0o 16’ 23,92”
                   0o 16’ 24,28”– (0o 16’ 24,28”- 0o 16’ 23,92”) x 0o 31’ 17,03” /1
          Jadi Semi Diameter adalah 0o 16’ 24,09”
  3. Menghitung Refraksi untuk menambah tinggi hilal hakiki
             Dengan rumus ta’dil A- (A-B)x C/I
            Data Refr 2o 51’ = 0o 14,10’
                    Refr 2o 56’ = 0o 13,90’
                   0o 14,10’ – (0o 14,10’- 0o 13,90’) x 0o 39’ 22.59’ /5 = 0o 14’ 03,85”
           Jadi Refraksi adalah 0o 14’ 03,85”
4. Menghitung Tinggi hilal mar’I
Dengan rumus h’c = hc – parallak + s.d + Refr + Dip
          = 2o 53’ 40.52” – 0o 55’ 35.12”+ 0o 16’ 24,09”+ 0o 14’ 03,85”+ 0o 52’ 30.35”
     Jadi Tinggi hilal mar’'i adalah 3o 16’ 31,95”
5. Menghitung Mukuts /lama hilal di atas ufuk = h’c /15
          = 3o 16’ 31,95” / 15
     Jadi Mukuts adalah 0o 13’ 06,13”
6. Menghitung Azimuth bulan
       Rumus = cotan Ac = - sin lt /tan t +Cos lt x tan d /sin t
       Data lt        = -6o 50’LS
               t      = 84o 41’ 34,70”
               d      = 18o 01’ 49,24”
      Jadi Azimuth bulan adalah 71o 26’ 46,87”
7. Menghitung Posisi Hilal = Ao – Ac
          = 67o 25’ 54,19” - 71o 26’ 46,87” Hasilnya -4o 00’ 52,68” di Selatan
          Matahari terbenam.
Kesimpulan :

1. Ijtima’ akhir Ramadan 1437 H terjadi pada hari Ahad Legi,, tgl 5 Juni 2016 pada pukul
   10: 01: 50,82 WIB.
2. Matahari terbenam (ghurub)          = 17 j 31’ 17,03” WIB.
3. Tinggi hilal hakiki                  = 2o 53’ 40,52”.
4. Tinggi hilal mar’I                   = 3o 16’ 31,95”.
5. Mukuts / Lama hilal di atas ufuk     = 0j 13’ 06,13”.
6. Azimuth bulan                        = 71o 26” 46,87”
7. Azimuth matahari                     = 67o 25’ 54,19”.
8. Posisi hilal                         = -4o 00’ 52,68” (di Selatan Mthr terbenam ).
9. Jadi 1 Sya’ban 1437 H diperkirakan jatuh pada keesokan harinya, Senin Pahing, 6 Juni
   2016.
 METODE RUKYAT


 Rukyat
         Rukyat adalah aktivitas mengamati visibilitas hilal, yakni penampakan bulan
sabit yang pertama kali tampak setelah terjadinya ijtimak. Rukyat dapat dilakukan
dengan mata telanjang, atau dengan alat bantu optik seperti teleskop.


 Rukyatul hilal
         Rukyatul Hilal adalah kriteria penentuan awal bulan (kalender)
Hijriyah dengan merukyat (mengamati) hilal secara langsung. Apabila hilal
(bulan sabit) tidak terlihat (atau gagal terlihat) pada tanggal 29 sore hari,
maka bulan (kalender) berjalan digenapkan (istikmal) menjadi 30 hari.
 Kriteria Hilal Saat Melakukan Rukyat

1. Kriteria Imkanurrukyat
          Imkanurukyat adalah salah satu kriteria penentuan awal bulan
   qomariah yang artinya “keboleh nampakan” dan menurut metode
   rukyat, imkanurukyat yaitu batas minimal terlihatnya hilal pada akhir bulan
   hijriyah ketika merukyat. Jadi imkanurukyat adalah kondisi dimana
   berdasarkan hisab rukyatulhilal sudah memungkinkan untuk di lihat.

 Syarat-syarat penentuan awal bulan dengan imkanurukyat adalah sebagai
 berikut:

 a. Ijtimak atau konjungsi (conjunction) terjadi sebelum matahari terbenam
 b. Umur hilal (bulan baru) pada saat matahari terbanam telah lebih dari 8
    jam sejak ijtimak.
 c. Ketinggian bulan di atas ufuk, saat matahari terbnam pada tanggal 29
    bulan qomariah tidak kurang dari 2 derajat dan jarak lengkung (bulan-
    matahari) tidak kurang dari 3 derajat
2. Kriteria Wujudul Hilal
        Wujudul Hilal adalah kriteria penentuan awal bulan (kalender) Hijriyah,
   dengan menggunakan dua prinsip: Ijtimak (konjungsi) telah terjadi
   sebelum Matahari terbenam (ijtima' qablal ghurub), dan Bulan terbenam
   setelah Matahari terbenam (moonset after sunset); maka pada petang hari
   tersebut dinyatakan sebagai awal bulan (kalender) Hijriyah, tanpa melihat
   berapapun sudut ketinggian (altitude) Bulan saat Matahari terbenam.


 syarat-syarat penentuan awal bulan hijriyah dengan kriteria wujudul
 hilal adalah sebagai berikut :

 a. Ijtimak atau konjungsi (conjunction) terjadi sebelum matahari
    terbenam
 b. Posisi hilal (bulan baru) pada saat matahari terbenam sudah di
    atas ufuk, berapapun tingginya, asal lebih besar dari pada NOL
    derajat.
3. Imkanurrukyat MABIMS
           Imkanurrukyat MABIMS adalah Kriteria penentuan awal bulan
    hijriyah yang ditetapkan berdasarkan musyawarah mentri-mentri
    agama Brunei Darussalam, Indonesia, Malaysia dan Singapura
    (MABIMS) yang dipakai secara resmi untuk penentuan awal builan
    hijriyah pada kalender resmi pemerintah.




syarat-syarat penentuan awal bulan kalender hijriyah terjadi jika :

a. Pada saat matahari terbenam, ketinggian bulan di atas ufuk minimun 2 derajat
b. Sudut elongasi (jarak lengkung) bulan matahari minimum 3 derajat
c. Pada saat bulan terbenam, usia bulan minimum 8 jam dihitung sejak ijtimak.
SEKIAN DAN TRIMAKASIH


SEMOGA BERMANFA’AT BAGI KITA SEMUA

  Belajar tanpa berpikir adalah tidak
   ada gunanya, sedangkan berpikir
    tanpa belajar sangat berbahaya
  Memperbaiki diri adalah alat ampuh
      untuk meperbaiki orang lain

 TETEP SEMANGAT DAN TERUS BELAJAR


        Wasalammualaikum.wr.wb

More Related Content

What's hot

Surat kesepakatan bersama tambang
Surat kesepakatan bersama tambangSurat kesepakatan bersama tambang
Surat kesepakatan bersama tambangRadhinal Muchtar
 
Materi Kuliah Penginderaan Jauh Dasar (FOTOGRAMETRI)
Materi Kuliah Penginderaan Jauh Dasar (FOTOGRAMETRI)Materi Kuliah Penginderaan Jauh Dasar (FOTOGRAMETRI)
Materi Kuliah Penginderaan Jauh Dasar (FOTOGRAMETRI)Nurul Afdal Haris
 
8. KD 3.2 Teorema Sisa 3.pptx
8. KD 3.2 Teorema Sisa 3.pptx8. KD 3.2 Teorema Sisa 3.pptx
8. KD 3.2 Teorema Sisa 3.pptxshihwashihwa
 
Contoh Soal Fungsi (Operasi Aljabar dan Komposisi Fungsi)
Contoh Soal Fungsi (Operasi Aljabar dan Komposisi Fungsi)Contoh Soal Fungsi (Operasi Aljabar dan Komposisi Fungsi)
Contoh Soal Fungsi (Operasi Aljabar dan Komposisi Fungsi)siska sri asali
 
Kerangka acuan kerja survey pemetaan topografi
Kerangka acuan kerja survey pemetaan topografiKerangka acuan kerja survey pemetaan topografi
Kerangka acuan kerja survey pemetaan topografiAnindya N. Rafitricia
 
STUDI TENTANG PENGUKURAN DAN PEMETAAN KADASTRAL PADA PELAKSANAAN PRONA TAHUN ...
STUDI TENTANG PENGUKURAN DAN PEMETAAN KADASTRAL PADA PELAKSANAAN PRONA TAHUN ...STUDI TENTANG PENGUKURAN DAN PEMETAAN KADASTRAL PADA PELAKSANAAN PRONA TAHUN ...
STUDI TENTANG PENGUKURAN DAN PEMETAAN KADASTRAL PADA PELAKSANAAN PRONA TAHUN ...National Cheng Kung University
 
Pedoman Penyusunan Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) Kabupaten
Pedoman Penyusunan Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) KabupatenPedoman Penyusunan Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) Kabupaten
Pedoman Penyusunan Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) KabupatenPenataan Ruang
 
Permasalahan Penataan Ruang di Daerah
Permasalahan Penataan Ruang di DaerahPermasalahan Penataan Ruang di Daerah
Permasalahan Penataan Ruang di Daerahhenny ferniza
 
Turunan fungsi trigonometri
Turunan fungsi trigonometriTurunan fungsi trigonometri
Turunan fungsi trigonometrighinahuwaidah
 
Laporan Praktikum Pembuatan Peta Dasar Kecamatan Gajahmungkur
Laporan Praktikum Pembuatan Peta Dasar Kecamatan GajahmungkurLaporan Praktikum Pembuatan Peta Dasar Kecamatan Gajahmungkur
Laporan Praktikum Pembuatan Peta Dasar Kecamatan GajahmungkurSally Indah N
 
Kuesioner PODES 2014 - DESA
Kuesioner PODES 2014 - DESAKuesioner PODES 2014 - DESA
Kuesioner PODES 2014 - DESAjoihot
 
Contoh surat permohonan mahasiswa teknik
Contoh surat permohonan mahasiswa teknikContoh surat permohonan mahasiswa teknik
Contoh surat permohonan mahasiswa teknikAneuk Meutuah
 
Materi Kuliah Penginderaan Jauh Dasar (Interpretasi Citra)
Materi Kuliah Penginderaan Jauh Dasar (Interpretasi Citra)Materi Kuliah Penginderaan Jauh Dasar (Interpretasi Citra)
Materi Kuliah Penginderaan Jauh Dasar (Interpretasi Citra)Nurul Afdal Haris
 

What's hot (20)

CITRA SRTM
CITRA SRTM CITRA SRTM
CITRA SRTM
 
Surat kesepakatan bersama tambang
Surat kesepakatan bersama tambangSurat kesepakatan bersama tambang
Surat kesepakatan bersama tambang
 
Materi Kuliah Penginderaan Jauh Dasar (FOTOGRAMETRI)
Materi Kuliah Penginderaan Jauh Dasar (FOTOGRAMETRI)Materi Kuliah Penginderaan Jauh Dasar (FOTOGRAMETRI)
Materi Kuliah Penginderaan Jauh Dasar (FOTOGRAMETRI)
 
8. KD 3.2 Teorema Sisa 3.pptx
8. KD 3.2 Teorema Sisa 3.pptx8. KD 3.2 Teorema Sisa 3.pptx
8. KD 3.2 Teorema Sisa 3.pptx
 
Contoh Soal Fungsi (Operasi Aljabar dan Komposisi Fungsi)
Contoh Soal Fungsi (Operasi Aljabar dan Komposisi Fungsi)Contoh Soal Fungsi (Operasi Aljabar dan Komposisi Fungsi)
Contoh Soal Fungsi (Operasi Aljabar dan Komposisi Fungsi)
 
Kerangka acuan kerja survey pemetaan topografi
Kerangka acuan kerja survey pemetaan topografiKerangka acuan kerja survey pemetaan topografi
Kerangka acuan kerja survey pemetaan topografi
 
Tugas Manajemen Survei dan Pemetaan
Tugas Manajemen Survei dan PemetaanTugas Manajemen Survei dan Pemetaan
Tugas Manajemen Survei dan Pemetaan
 
PERSAMAAN KUADRAT
PERSAMAAN KUADRATPERSAMAAN KUADRAT
PERSAMAAN KUADRAT
 
Proyeksi penduduk
Proyeksi pendudukProyeksi penduduk
Proyeksi penduduk
 
Transformasi Koordinat dari DGN 95 ke SRGI 2013
Transformasi Koordinat dari DGN 95 ke SRGI 2013Transformasi Koordinat dari DGN 95 ke SRGI 2013
Transformasi Koordinat dari DGN 95 ke SRGI 2013
 
STUDI TENTANG PENGUKURAN DAN PEMETAAN KADASTRAL PADA PELAKSANAAN PRONA TAHUN ...
STUDI TENTANG PENGUKURAN DAN PEMETAAN KADASTRAL PADA PELAKSANAAN PRONA TAHUN ...STUDI TENTANG PENGUKURAN DAN PEMETAAN KADASTRAL PADA PELAKSANAAN PRONA TAHUN ...
STUDI TENTANG PENGUKURAN DAN PEMETAAN KADASTRAL PADA PELAKSANAAN PRONA TAHUN ...
 
Ppt kkn 39
Ppt kkn 39Ppt kkn 39
Ppt kkn 39
 
Pedoman Penyusunan Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) Kabupaten
Pedoman Penyusunan Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) KabupatenPedoman Penyusunan Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) Kabupaten
Pedoman Penyusunan Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) Kabupaten
 
Permasalahan Penataan Ruang di Daerah
Permasalahan Penataan Ruang di DaerahPermasalahan Penataan Ruang di Daerah
Permasalahan Penataan Ruang di Daerah
 
Turunan fungsi trigonometri
Turunan fungsi trigonometriTurunan fungsi trigonometri
Turunan fungsi trigonometri
 
Laporan Praktikum Pembuatan Peta Dasar Kecamatan Gajahmungkur
Laporan Praktikum Pembuatan Peta Dasar Kecamatan GajahmungkurLaporan Praktikum Pembuatan Peta Dasar Kecamatan Gajahmungkur
Laporan Praktikum Pembuatan Peta Dasar Kecamatan Gajahmungkur
 
TRANSFORMASI KOORDINAT UTM KE TM3º
TRANSFORMASI KOORDINAT UTM KE TM3ºTRANSFORMASI KOORDINAT UTM KE TM3º
TRANSFORMASI KOORDINAT UTM KE TM3º
 
Kuesioner PODES 2014 - DESA
Kuesioner PODES 2014 - DESAKuesioner PODES 2014 - DESA
Kuesioner PODES 2014 - DESA
 
Contoh surat permohonan mahasiswa teknik
Contoh surat permohonan mahasiswa teknikContoh surat permohonan mahasiswa teknik
Contoh surat permohonan mahasiswa teknik
 
Materi Kuliah Penginderaan Jauh Dasar (Interpretasi Citra)
Materi Kuliah Penginderaan Jauh Dasar (Interpretasi Citra)Materi Kuliah Penginderaan Jauh Dasar (Interpretasi Citra)
Materi Kuliah Penginderaan Jauh Dasar (Interpretasi Citra)
 

Similar to Astronomi Islam Menghitung Awal Bulan

EPHEMERIS HISAB RUKYAT.pptx
EPHEMERIS HISAB RUKYAT.pptxEPHEMERIS HISAB RUKYAT.pptx
EPHEMERIS HISAB RUKYAT.pptxIsna83
 
Sistem koordinat benda langit.pptx
Sistem koordinat benda langit.pptxSistem koordinat benda langit.pptx
Sistem koordinat benda langit.pptxssuser9a63291
 
Beberapa metode pengukuran arah kiblat dan plus minusnya
Beberapa metode pengukuran arah kiblat dan plus minusnyaBeberapa metode pengukuran arah kiblat dan plus minusnya
Beberapa metode pengukuran arah kiblat dan plus minusnyakipanji
 
konsep waktu itb.pdf
konsep waktu itb.pdfkonsep waktu itb.pdf
konsep waktu itb.pdfcyndimaulina
 
85154197 solusi-osp-astronomi-2009
85154197 solusi-osp-astronomi-200985154197 solusi-osp-astronomi-2009
85154197 solusi-osp-astronomi-2009eli priyatna laidan
 
85154197 solusi-osp-astronomi-2009
85154197 solusi-osp-astronomi-200985154197 solusi-osp-astronomi-2009
85154197 solusi-osp-astronomi-2009eli priyatna laidan
 
tata koordinat benda langit (astronomi)
tata koordinat benda langit (astronomi)tata koordinat benda langit (astronomi)
tata koordinat benda langit (astronomi)Ajeng Rizki Rahmawati
 
Pengantar Ilmu Falak oleh bu khobibah balai diklat
Pengantar Ilmu Falak oleh bu khobibah balai diklatPengantar Ilmu Falak oleh bu khobibah balai diklat
Pengantar Ilmu Falak oleh bu khobibah balai diklatyuliamilasari23
 
Kecepatan cahaya
Kecepatan cahayaKecepatan cahaya
Kecepatan cahayaTito Alba
 
Pembuktian nilai-konstanta-c-dgn-quran
Pembuktian nilai-konstanta-c-dgn-quranPembuktian nilai-konstanta-c-dgn-quran
Pembuktian nilai-konstanta-c-dgn-quranmoch gaguk
 

Similar to Astronomi Islam Menghitung Awal Bulan (20)

Bab ii
Bab iiBab ii
Bab ii
 
EPHEMERIS HISAB RUKYAT.pptx
EPHEMERIS HISAB RUKYAT.pptxEPHEMERIS HISAB RUKYAT.pptx
EPHEMERIS HISAB RUKYAT.pptx
 
Hisab waktu shalat
Hisab waktu shalatHisab waktu shalat
Hisab waktu shalat
 
Sistem koordinat benda langit.pptx
Sistem koordinat benda langit.pptxSistem koordinat benda langit.pptx
Sistem koordinat benda langit.pptx
 
Waktu shalat.ppt
Waktu shalat.pptWaktu shalat.ppt
Waktu shalat.ppt
 
Beberapa metode pengukuran arah kiblat dan plus minusnya
Beberapa metode pengukuran arah kiblat dan plus minusnyaBeberapa metode pengukuran arah kiblat dan plus minusnya
Beberapa metode pengukuran arah kiblat dan plus minusnya
 
konsep waktu itb.pdf
konsep waktu itb.pdfkonsep waktu itb.pdf
konsep waktu itb.pdf
 
85154197 solusi-osp-astronomi-2009
85154197 solusi-osp-astronomi-200985154197 solusi-osp-astronomi-2009
85154197 solusi-osp-astronomi-2009
 
85154197 solusi-osp-astronomi-2009
85154197 solusi-osp-astronomi-200985154197 solusi-osp-astronomi-2009
85154197 solusi-osp-astronomi-2009
 
Ilmu Falak Urfi
Ilmu Falak UrfiIlmu Falak Urfi
Ilmu Falak Urfi
 
konstanta c
konstanta ckonstanta c
konstanta c
 
Konstanta c
Konstanta cKonstanta c
Konstanta c
 
Konstanta c
Konstanta cKonstanta c
Konstanta c
 
Hisab Arah Kiblat
Hisab Arah KiblatHisab Arah Kiblat
Hisab Arah Kiblat
 
Kecepatan Cahaya Berdasarkan Al-Qur'an
Kecepatan Cahaya Berdasarkan Al-Qur'anKecepatan Cahaya Berdasarkan Al-Qur'an
Kecepatan Cahaya Berdasarkan Al-Qur'an
 
tata koordinat benda langit (astronomi)
tata koordinat benda langit (astronomi)tata koordinat benda langit (astronomi)
tata koordinat benda langit (astronomi)
 
Pengantar Ilmu Falak oleh bu khobibah balai diklat
Pengantar Ilmu Falak oleh bu khobibah balai diklatPengantar Ilmu Falak oleh bu khobibah balai diklat
Pengantar Ilmu Falak oleh bu khobibah balai diklat
 
Kecepatan cahaya
Kecepatan cahayaKecepatan cahaya
Kecepatan cahaya
 
Kec cahaya
Kec cahayaKec cahaya
Kec cahaya
 
Pembuktian nilai-konstanta-c-dgn-quran
Pembuktian nilai-konstanta-c-dgn-quranPembuktian nilai-konstanta-c-dgn-quran
Pembuktian nilai-konstanta-c-dgn-quran
 

Astronomi Islam Menghitung Awal Bulan

  • 1. ASTRONOMI ISLAM (FALAQ) PENENTUAN AWAL BULAN QOMARIYAH DISUSUN OLEH :  SITI AFIFAH (112311077)  NUR ULINNUHA (112311045)
  • 2. MENENTUKAN AWAL BULAN Ada dua cara bagi umat Islam dalam menentukan awal bulan qomariyah :  Hisab adalah perhitungan secara matematis dan astronomis untuk menentukan posisi bulan dalam menentukan dimulainya awal bulan pada kalender Hijriyah.  Rukyat adalah aktivitas mengamati visibilitas hilal, yakni penampakan bulan sabit yang nampak pertama kali setelah terjadinya ijtimak (konjungsi). Rukyat dapat dilakukan dengan mata telanjang atau dengan alat bantu optik seperti teleskop.
  • 3.  METODE HISAB Ada beberapa system hisab yang dibedakan berdasarkan metode yang digunakan a. Hisab Urfi Hisab Urfi adalah hisab yang melandasi perhitungannya dengan kaidah- kaidah sederhana. Hisab urfi berdasarkan pada perhitungan rata-rata dari peredaran bulan mengelilingi bumi. Perhitungan secara urfi ini bersifat tetap, umur bulan itu tetap setiap bulannya. Bulan yang ganjil berumur 30 hari sedangkan bulan yang genap berumur 29 hari. b. Hisab Taqribi Hisab taqribi adalah sistem hisab yang sudah menggunakan kaidah- kaidah astronomis dan matematis, namun masih menggunakan rumus- rumus sederhana sehingga hasilnya kurang teliti. c. Hisab Haqiqi system hisab haqiqi ini sudah mulai menggunakan kaidah-kaidah astronomis dan matematis serta rumus-rumus terbaru dilengkapi dengan data-data astronomis terbaru sehingga memiliki tingkat ketelitian standar.
  • 4. d. Hisab Haqiqi Tahqiqi Hisab ini Merupakan pengembangan dari system hisab haqiqi yang memiliki tingkat akurasi yang sangat tinggi sehingga mencapai derajat pasti. Derajat pasti ini sudah dibuktikan secara ilmiah dengan menggunakan kaidah-kaidah ilmiah juga. Dan perhitungannya telah menggunakan system komputerisasi sehingga bilangan angka tidak ada yang terpotong. e. Hisab Kontemporer/Modern System hisab ini menggunakan alat Bantu komputer yang canggih dengan rumus-rumus algoritma. Sebenarnya, system hisab ini dilakukan oleh program komputer yang telah menjadi softwere dengan tingkat ketelitian yang lebih tinggi (hight quality accuration).
  • 5.  Cara Menggunakan Metode Hisab Harus diketahui terlebih dahulu data astronomisnya contoh: Menghitung awal bulan Syawal 1437 H untuk markaz Kudus dengan data astronomis : lintang Kudus : -6o 50’ LS, bujur Kudus : 110o 50’ BT dan tinggi Kudus : 890 m. Langkah-langkah yang harus ditempuh : 1. Menghitung perkiraan Akhir Rajab 1437 H 29 Ramadhan 1437 H secara astronomis berarti 1436 th + 7 bl + 29 hari 1436/30 = 47 Daur + 26 Tahun + 7 bl + 29 hari 47 daur x 10631 = 499657 hari 26 th = (26x 354) + 10 = 9214 hari 7 bl = (30x4) + (29x3) = 207 hari 29 h = 29 hari JUMLAH HARI = 509107 hari Tafawut (Angg M – H) = 227016 hari Anggaran baru Gregorius ( 10 + 3 ) = 13 hari JUMLAH = 736136 hari 736136/1461 = 503 + 1253 hari 503 Siklus = 503 x 4 = 2012 1253 hari = 3 thn + 5 bl + 7 hari Sehingga menjadi 7 hari +5 blN + 2015 tahun (yang sudah dilewati) maka menjadi 7
  • 6. 2. Mencari saat Ijtima’ akhir Rajab 1437 H a. FIB terkecil terjadi pada tanggal 5 Juni 2016 adalah 0,00191 dalam table terjadi pada jam 3 GMT b. ELM ( Thul al-syamsi ) pada jam 3 GMT = 74 o 53’ 37” c. ALB ( Thul al-qamar ) pada jam 3 GMT = 74 o 52’ 33” d. Sabak matahari perjam =ELM 1 GMT = 74 o 53’ 37” ELM 2 GMT = 74 o 56’ 01” Sabak Matahari = 0 o 02’ 24” e. Sabak bulan perjam = ALB 1 GMT = 74 o 52’ 33” ALB 2 GMT = 75 o 29’ 36” Sabak Bulan = 0 o 37’ 03” f. Saat ijtima’ adalah jam FIB + (ELM – ALB) + 7 jam W (SB – SM) Perhitungannya Jam 3 + -0 o 01’ 50,82” + 7 jam WIB. Jadi Ijtima’ terjadi pada jam 10 j 01 m 50,82d
  • 7. 3. Menghitung posisi dan keadaan hilal akhir Ramadan 1437 H a. Ijtima’ akhir Rajab 1437 H terjadi pada hari Ahad Legi tanggal 05 Juni 2016 pada pukul 10: 01: 50,82 WIB b. Mencari sudut waktu matahari ( to ) dan saat matahari terbenam Data : Deklinasi Matahari jam 11 GMT = 22o 36’ 49” Equation of Time (e) = 0o 01’ 25” Dip = 0o 1,76 x √ 890 = 0o 52’ 30.35” Refraksi = 0o 34’ 30” Semi Diameter = 0o 15’ 45,69” Rumus tinggi matahari h = 0 – s.d – Refr – Dip 0 – 0o 15’ 45,69” – 0o 34’ 30” – 0o 52’ 30.35” Jadi h. matahari = -1o 42’ 46,04” c.Rumus sudut waktu matahari terbenam Cos to = - tan lt x tan d + Sin h / Cos lt / Cos d Jadi sudut waktu matahari ( to ) = 89o 00’ 30,47” d. Mencari Saat Matahari Terbenam Rumus = to/15 +12 – e + KWD ( Koreksi Waktu Daerah ) Kulminasi = 12 Equation of Time (e) = 0o 01’ 25” KWD (105 o – 110o 50’) /15 = -0o 23’ 20” Aplikasi Rumus : = 89o 00’ 30,47”/15 +12 – 0o 01’ 25”+ -0o 23’ 20” Jadi Saat matahari terbenam (ghurub) = 17 j 31’ 17,03” WIB
  • 8. e. Azimuth Matahari saat ghurub Rumus = cotan Ao = - sin lt /tan t + cos lt x tan d / sin t Data lt = -6o 50’ LS to = 89o 00’ 30,47” D = 22o 36’ 33” Jadi azimuth matahari adalah 67o 25’ 54,19” f. Menentukan Apparent Right Ascension Matahari (al-mathalai’ al-baladiyah) Rumus menta’dil = A– ( A-B)x C/ I A = data satar awal B = data satar tsani C = tambah waktu / data yang dicari I = selisih dari satar awal dengan satar tsani Data ARo 10 GMT = 75o 10’ 23” ARo 11 GMT = 75o 12’ 46” 75o 10’ 23”–(75o 10’ 23”- 75o 12’ 46”) x 0o 31’ 17,03” /1 Jadi Apparent Right Ascension Matahari (al-mathalai’ al-baladiyah) 75o 11’ 37,56”
  • 9. g. Menentukan Apparent Right Ascension Bulan (al-mathalai’ al-baladiyah) Rumus menta’dil = A– ( A-B) x C/ I Data ARc 10 GMT = 79o 11’ 20” ARc 11 GMT = 79o 48’ 12” 79o 11’ 20”– (79o 11’ 20” - 79o 48’ 12”) x 0o 31’ 17,03”/ 1 Jadi Apparent Right Ascension Bulan (al-mathalai’ al-baladiyah) 79o 30’ 33.33” h. Menentukan Sudut waktu bulan Rumus = tc = ARo – ARc + to 75o 11’ 37,56” - 79o 30’ 33.33” + 67o 25’ 54,19” Jadi Sudut waktu bulan 84o 41’ 34,70” i. Menentukan Deklinasi Bulan dengan rumus ta’dil = A – ( A-B)x C/ I Data dc 10 GMT = 18o 00’ 18” dc 11 GMT = 18o 03’ 13” 18o 00’ 18” – (18o 00’ 18” - 18o 03’ 13”) x 0o 31’ 17,03” / 1 Jadi Deklinasi Bulan 18o 01’ 49,24” j. Menentukan Tinggi hilal hakiki Rumus sin hc = sin lt x sin d + cos lt x cos d x cos t Data LT = -6o 50’ LS D = 18o 01’ 49,24” tc = 84o 41’ 34,70” Jadi Tinggi hilal hakiki 2o 53’ 40.52”
  • 10. k. Koreksi yang diperlukan untuk mengetahui tinggi hilal mar’I 1. Menentukan Parallak untuk mengurangi tinggi hilal hakiki a. Menentukan horizontal parallax dengan rumus A- (A-B)x C/I Data HP 10 GMT = 1o 00’ 12” Hp 11 GMT = 1o 00’ 11” 1o 00’ 12” – (1o 00’ 12” - 1o 00’ 11”) x 0o 31’ 17,03” /1 Jadi Horizontal Parallax adalah 1o 00’ 11,48” b. Menentukan parallax dengan rumus Hp x Cos hc 0o 55’ 38.34” x Cos 2o 31’ 5.01” Jadi Parallax adalah 0o 55’ 35.12” 2. Menentukan Semi Diameter dengan rumus A- (A-B)x C/I Data Sd 10 GMT = 0o 16’ 24,28” Sd 11 GMT = 0o 16’ 23,92” 0o 16’ 24,28”– (0o 16’ 24,28”- 0o 16’ 23,92”) x 0o 31’ 17,03” /1 Jadi Semi Diameter adalah 0o 16’ 24,09” 3. Menghitung Refraksi untuk menambah tinggi hilal hakiki Dengan rumus ta’dil A- (A-B)x C/I Data Refr 2o 51’ = 0o 14,10’ Refr 2o 56’ = 0o 13,90’ 0o 14,10’ – (0o 14,10’- 0o 13,90’) x 0o 39’ 22.59’ /5 = 0o 14’ 03,85” Jadi Refraksi adalah 0o 14’ 03,85”
  • 11. 4. Menghitung Tinggi hilal mar’I Dengan rumus h’c = hc – parallak + s.d + Refr + Dip = 2o 53’ 40.52” – 0o 55’ 35.12”+ 0o 16’ 24,09”+ 0o 14’ 03,85”+ 0o 52’ 30.35” Jadi Tinggi hilal mar’'i adalah 3o 16’ 31,95” 5. Menghitung Mukuts /lama hilal di atas ufuk = h’c /15 = 3o 16’ 31,95” / 15 Jadi Mukuts adalah 0o 13’ 06,13” 6. Menghitung Azimuth bulan Rumus = cotan Ac = - sin lt /tan t +Cos lt x tan d /sin t Data lt = -6o 50’LS t = 84o 41’ 34,70” d = 18o 01’ 49,24” Jadi Azimuth bulan adalah 71o 26’ 46,87” 7. Menghitung Posisi Hilal = Ao – Ac = 67o 25’ 54,19” - 71o 26’ 46,87” Hasilnya -4o 00’ 52,68” di Selatan Matahari terbenam.
  • 12. Kesimpulan : 1. Ijtima’ akhir Ramadan 1437 H terjadi pada hari Ahad Legi,, tgl 5 Juni 2016 pada pukul 10: 01: 50,82 WIB. 2. Matahari terbenam (ghurub) = 17 j 31’ 17,03” WIB. 3. Tinggi hilal hakiki = 2o 53’ 40,52”. 4. Tinggi hilal mar’I = 3o 16’ 31,95”. 5. Mukuts / Lama hilal di atas ufuk = 0j 13’ 06,13”. 6. Azimuth bulan = 71o 26” 46,87” 7. Azimuth matahari = 67o 25’ 54,19”. 8. Posisi hilal = -4o 00’ 52,68” (di Selatan Mthr terbenam ). 9. Jadi 1 Sya’ban 1437 H diperkirakan jatuh pada keesokan harinya, Senin Pahing, 6 Juni 2016.
  • 13.  METODE RUKYAT  Rukyat Rukyat adalah aktivitas mengamati visibilitas hilal, yakni penampakan bulan sabit yang pertama kali tampak setelah terjadinya ijtimak. Rukyat dapat dilakukan dengan mata telanjang, atau dengan alat bantu optik seperti teleskop.  Rukyatul hilal Rukyatul Hilal adalah kriteria penentuan awal bulan (kalender) Hijriyah dengan merukyat (mengamati) hilal secara langsung. Apabila hilal (bulan sabit) tidak terlihat (atau gagal terlihat) pada tanggal 29 sore hari, maka bulan (kalender) berjalan digenapkan (istikmal) menjadi 30 hari.
  • 14.  Kriteria Hilal Saat Melakukan Rukyat 1. Kriteria Imkanurrukyat Imkanurukyat adalah salah satu kriteria penentuan awal bulan qomariah yang artinya “keboleh nampakan” dan menurut metode rukyat, imkanurukyat yaitu batas minimal terlihatnya hilal pada akhir bulan hijriyah ketika merukyat. Jadi imkanurukyat adalah kondisi dimana berdasarkan hisab rukyatulhilal sudah memungkinkan untuk di lihat. Syarat-syarat penentuan awal bulan dengan imkanurukyat adalah sebagai berikut: a. Ijtimak atau konjungsi (conjunction) terjadi sebelum matahari terbenam b. Umur hilal (bulan baru) pada saat matahari terbanam telah lebih dari 8 jam sejak ijtimak. c. Ketinggian bulan di atas ufuk, saat matahari terbnam pada tanggal 29 bulan qomariah tidak kurang dari 2 derajat dan jarak lengkung (bulan- matahari) tidak kurang dari 3 derajat
  • 15. 2. Kriteria Wujudul Hilal Wujudul Hilal adalah kriteria penentuan awal bulan (kalender) Hijriyah, dengan menggunakan dua prinsip: Ijtimak (konjungsi) telah terjadi sebelum Matahari terbenam (ijtima' qablal ghurub), dan Bulan terbenam setelah Matahari terbenam (moonset after sunset); maka pada petang hari tersebut dinyatakan sebagai awal bulan (kalender) Hijriyah, tanpa melihat berapapun sudut ketinggian (altitude) Bulan saat Matahari terbenam. syarat-syarat penentuan awal bulan hijriyah dengan kriteria wujudul hilal adalah sebagai berikut : a. Ijtimak atau konjungsi (conjunction) terjadi sebelum matahari terbenam b. Posisi hilal (bulan baru) pada saat matahari terbenam sudah di atas ufuk, berapapun tingginya, asal lebih besar dari pada NOL derajat.
  • 16. 3. Imkanurrukyat MABIMS Imkanurrukyat MABIMS adalah Kriteria penentuan awal bulan hijriyah yang ditetapkan berdasarkan musyawarah mentri-mentri agama Brunei Darussalam, Indonesia, Malaysia dan Singapura (MABIMS) yang dipakai secara resmi untuk penentuan awal builan hijriyah pada kalender resmi pemerintah. syarat-syarat penentuan awal bulan kalender hijriyah terjadi jika : a. Pada saat matahari terbenam, ketinggian bulan di atas ufuk minimun 2 derajat b. Sudut elongasi (jarak lengkung) bulan matahari minimum 3 derajat c. Pada saat bulan terbenam, usia bulan minimum 8 jam dihitung sejak ijtimak.
  • 17.
  • 18. SEKIAN DAN TRIMAKASIH SEMOGA BERMANFA’AT BAGI KITA SEMUA Belajar tanpa berpikir adalah tidak ada gunanya, sedangkan berpikir tanpa belajar sangat berbahaya Memperbaiki diri adalah alat ampuh untuk meperbaiki orang lain TETEP SEMANGAT DAN TERUS BELAJAR Wasalammualaikum.wr.wb