2. MENENTUKAN AWAL BULAN
Ada dua cara bagi umat Islam dalam menentukan awal bulan qomariyah
:
Hisab adalah perhitungan secara matematis dan astronomis untuk
menentukan posisi bulan dalam menentukan dimulainya awal bulan pada
kalender Hijriyah.
Rukyat adalah aktivitas mengamati visibilitas hilal, yakni penampakan
bulan sabit yang nampak pertama kali setelah terjadinya ijtimak
(konjungsi). Rukyat dapat dilakukan dengan mata telanjang atau dengan
alat bantu optik seperti teleskop.
3. METODE HISAB
Ada beberapa system hisab yang dibedakan berdasarkan metode yang digunakan
a. Hisab Urfi
Hisab Urfi adalah hisab yang melandasi perhitungannya dengan kaidah-
kaidah sederhana. Hisab urfi berdasarkan pada perhitungan rata-rata dari
peredaran bulan mengelilingi bumi. Perhitungan secara urfi ini bersifat tetap,
umur bulan itu tetap setiap bulannya. Bulan yang ganjil berumur 30 hari
sedangkan bulan yang genap berumur 29 hari.
b. Hisab Taqribi
Hisab taqribi adalah sistem hisab yang sudah menggunakan kaidah-
kaidah astronomis dan matematis, namun masih menggunakan rumus-
rumus sederhana sehingga hasilnya kurang teliti.
c. Hisab Haqiqi
system hisab haqiqi ini sudah mulai menggunakan kaidah-kaidah
astronomis dan matematis serta rumus-rumus terbaru dilengkapi dengan
data-data astronomis terbaru sehingga memiliki tingkat ketelitian standar.
4. d. Hisab Haqiqi Tahqiqi
Hisab ini Merupakan pengembangan dari system hisab haqiqi yang
memiliki tingkat akurasi yang sangat tinggi sehingga mencapai
derajat pasti. Derajat pasti ini sudah dibuktikan secara ilmiah
dengan menggunakan kaidah-kaidah ilmiah juga. Dan
perhitungannya telah menggunakan system komputerisasi
sehingga bilangan angka tidak ada yang terpotong.
e. Hisab Kontemporer/Modern
System hisab ini menggunakan alat Bantu komputer yang canggih
dengan rumus-rumus algoritma. Sebenarnya, system hisab ini
dilakukan oleh program komputer yang telah menjadi softwere
dengan tingkat ketelitian yang lebih tinggi (hight quality
accuration).
5. Cara Menggunakan Metode Hisab
Harus diketahui terlebih dahulu data astronomisnya contoh:
Menghitung awal bulan Syawal 1437 H untuk markaz Kudus dengan data
astronomis : lintang Kudus : -6o 50’ LS, bujur Kudus : 110o 50’ BT dan tinggi Kudus :
890 m.
Langkah-langkah yang harus ditempuh :
1. Menghitung perkiraan Akhir Rajab 1437 H
29 Ramadhan 1437 H secara astronomis berarti 1436 th + 7 bl + 29 hari
1436/30 = 47 Daur + 26 Tahun + 7 bl + 29
hari
47 daur x 10631 = 499657 hari
26 th = (26x 354) + 10 = 9214 hari
7 bl = (30x4) + (29x3) = 207 hari
29 h = 29 hari
JUMLAH HARI = 509107 hari
Tafawut (Angg M – H) = 227016 hari
Anggaran baru Gregorius ( 10 + 3 ) = 13 hari
JUMLAH = 736136 hari
736136/1461 = 503 + 1253 hari
503 Siklus = 503 x 4 = 2012
1253 hari = 3 thn + 5 bl + 7 hari
Sehingga menjadi 7 hari +5 blN + 2015 tahun (yang sudah dilewati) maka menjadi 7
6. 2. Mencari saat Ijtima’ akhir Rajab 1437 H
a. FIB terkecil terjadi pada tanggal 5 Juni 2016 adalah 0,00191
dalam table terjadi pada jam 3 GMT
b. ELM ( Thul al-syamsi ) pada jam 3 GMT = 74 o 53’ 37”
c. ALB ( Thul al-qamar ) pada jam 3 GMT = 74 o 52’ 33”
d. Sabak matahari perjam =ELM 1 GMT = 74 o 53’ 37”
ELM 2 GMT = 74 o 56’ 01”
Sabak Matahari = 0 o 02’ 24”
e. Sabak bulan perjam = ALB 1 GMT = 74 o 52’ 33”
ALB 2 GMT = 75 o 29’ 36”
Sabak Bulan = 0 o 37’ 03”
f. Saat ijtima’ adalah jam FIB + (ELM – ALB) + 7 jam W
(SB – SM)
Perhitungannya Jam 3 + -0 o 01’ 50,82” + 7 jam WIB.
Jadi Ijtima’ terjadi pada jam 10 j 01 m 50,82d
7. 3. Menghitung posisi dan keadaan hilal akhir Ramadan 1437 H
a. Ijtima’ akhir Rajab 1437 H terjadi pada hari Ahad Legi tanggal 05 Juni 2016 pada pukul 10: 01:
50,82 WIB
b. Mencari sudut waktu matahari ( to ) dan saat matahari terbenam
Data : Deklinasi Matahari jam 11 GMT = 22o 36’ 49”
Equation of Time (e) = 0o 01’ 25”
Dip = 0o 1,76 x √ 890 = 0o 52’ 30.35”
Refraksi = 0o 34’ 30”
Semi Diameter = 0o 15’ 45,69”
Rumus tinggi matahari
h = 0 – s.d – Refr – Dip
0 – 0o 15’ 45,69” – 0o 34’ 30” – 0o 52’ 30.35”
Jadi h. matahari = -1o 42’ 46,04”
c.Rumus sudut waktu matahari terbenam
Cos to = - tan lt x tan d + Sin h / Cos lt / Cos d
Jadi sudut waktu matahari ( to ) = 89o 00’ 30,47”
d. Mencari Saat Matahari Terbenam
Rumus = to/15 +12 – e + KWD ( Koreksi Waktu Daerah )
Kulminasi = 12
Equation of Time (e) = 0o 01’ 25”
KWD (105 o – 110o 50’) /15 = -0o 23’ 20”
Aplikasi Rumus :
= 89o 00’ 30,47”/15 +12 – 0o 01’ 25”+ -0o 23’ 20”
Jadi Saat matahari terbenam (ghurub) = 17 j 31’ 17,03” WIB
8. e. Azimuth Matahari saat ghurub
Rumus = cotan Ao = - sin lt /tan t + cos lt x tan d / sin t
Data lt = -6o 50’ LS
to = 89o 00’ 30,47”
D = 22o 36’ 33”
Jadi azimuth matahari adalah 67o 25’ 54,19”
f. Menentukan Apparent Right Ascension Matahari (al-mathalai’ al-baladiyah)
Rumus menta’dil = A– ( A-B)x C/ I
A = data satar awal
B = data satar tsani
C = tambah waktu / data yang dicari
I = selisih dari satar awal dengan satar tsani
Data ARo 10 GMT = 75o 10’ 23”
ARo 11 GMT = 75o 12’ 46”
75o 10’ 23”–(75o 10’ 23”- 75o 12’ 46”) x 0o 31’ 17,03” /1
Jadi Apparent Right Ascension Matahari (al-mathalai’ al-baladiyah) 75o 11’ 37,56”
9. g. Menentukan Apparent Right Ascension Bulan (al-mathalai’ al-baladiyah)
Rumus menta’dil = A– ( A-B) x C/ I
Data ARc 10 GMT = 79o 11’ 20”
ARc 11 GMT = 79o 48’ 12”
79o 11’ 20”– (79o 11’ 20” - 79o 48’ 12”) x 0o 31’ 17,03”/ 1
Jadi Apparent Right Ascension Bulan (al-mathalai’ al-baladiyah) 79o 30’
33.33”
h. Menentukan Sudut waktu bulan
Rumus = tc = ARo – ARc + to
75o 11’ 37,56” - 79o 30’ 33.33” + 67o 25’ 54,19”
Jadi Sudut waktu bulan 84o 41’ 34,70”
i. Menentukan Deklinasi Bulan
dengan rumus ta’dil = A – ( A-B)x C/ I
Data dc 10 GMT = 18o 00’ 18”
dc 11 GMT = 18o 03’ 13”
18o 00’ 18” – (18o 00’ 18” - 18o 03’ 13”) x 0o 31’ 17,03” / 1
Jadi Deklinasi Bulan 18o 01’ 49,24”
j. Menentukan Tinggi hilal hakiki
Rumus sin hc = sin lt x sin d + cos lt x cos d x cos t
Data LT = -6o 50’ LS
D = 18o 01’ 49,24”
tc = 84o 41’ 34,70”
Jadi Tinggi hilal hakiki 2o 53’ 40.52”
10. k. Koreksi yang diperlukan untuk mengetahui tinggi hilal mar’I
1. Menentukan Parallak untuk mengurangi tinggi hilal hakiki
a. Menentukan horizontal parallax
dengan rumus A- (A-B)x C/I
Data HP 10 GMT = 1o 00’ 12”
Hp 11 GMT = 1o 00’ 11”
1o 00’ 12” – (1o 00’ 12” - 1o 00’ 11”) x 0o 31’ 17,03” /1
Jadi Horizontal Parallax adalah 1o 00’ 11,48”
b. Menentukan parallax dengan rumus Hp x Cos hc
0o 55’ 38.34” x Cos 2o 31’ 5.01”
Jadi Parallax adalah 0o 55’ 35.12”
2. Menentukan Semi Diameter dengan rumus A- (A-B)x C/I
Data Sd 10 GMT = 0o 16’ 24,28”
Sd 11 GMT = 0o 16’ 23,92”
0o 16’ 24,28”– (0o 16’ 24,28”- 0o 16’ 23,92”) x 0o 31’ 17,03” /1
Jadi Semi Diameter adalah 0o 16’ 24,09”
3. Menghitung Refraksi untuk menambah tinggi hilal hakiki
Dengan rumus ta’dil A- (A-B)x C/I
Data Refr 2o 51’ = 0o 14,10’
Refr 2o 56’ = 0o 13,90’
0o 14,10’ – (0o 14,10’- 0o 13,90’) x 0o 39’ 22.59’ /5 = 0o 14’ 03,85”
Jadi Refraksi adalah 0o 14’ 03,85”
11. 4. Menghitung Tinggi hilal mar’I
Dengan rumus h’c = hc – parallak + s.d + Refr + Dip
= 2o 53’ 40.52” – 0o 55’ 35.12”+ 0o 16’ 24,09”+ 0o 14’ 03,85”+ 0o 52’ 30.35”
Jadi Tinggi hilal mar’'i adalah 3o 16’ 31,95”
5. Menghitung Mukuts /lama hilal di atas ufuk = h’c /15
= 3o 16’ 31,95” / 15
Jadi Mukuts adalah 0o 13’ 06,13”
6. Menghitung Azimuth bulan
Rumus = cotan Ac = - sin lt /tan t +Cos lt x tan d /sin t
Data lt = -6o 50’LS
t = 84o 41’ 34,70”
d = 18o 01’ 49,24”
Jadi Azimuth bulan adalah 71o 26’ 46,87”
7. Menghitung Posisi Hilal = Ao – Ac
= 67o 25’ 54,19” - 71o 26’ 46,87” Hasilnya -4o 00’ 52,68” di Selatan
Matahari terbenam.
12. Kesimpulan :
1. Ijtima’ akhir Ramadan 1437 H terjadi pada hari Ahad Legi,, tgl 5 Juni 2016 pada pukul
10: 01: 50,82 WIB.
2. Matahari terbenam (ghurub) = 17 j 31’ 17,03” WIB.
3. Tinggi hilal hakiki = 2o 53’ 40,52”.
4. Tinggi hilal mar’I = 3o 16’ 31,95”.
5. Mukuts / Lama hilal di atas ufuk = 0j 13’ 06,13”.
6. Azimuth bulan = 71o 26” 46,87”
7. Azimuth matahari = 67o 25’ 54,19”.
8. Posisi hilal = -4o 00’ 52,68” (di Selatan Mthr terbenam ).
9. Jadi 1 Sya’ban 1437 H diperkirakan jatuh pada keesokan harinya, Senin Pahing, 6 Juni
2016.
13. METODE RUKYAT
Rukyat
Rukyat adalah aktivitas mengamati visibilitas hilal, yakni penampakan bulan
sabit yang pertama kali tampak setelah terjadinya ijtimak. Rukyat dapat dilakukan
dengan mata telanjang, atau dengan alat bantu optik seperti teleskop.
Rukyatul hilal
Rukyatul Hilal adalah kriteria penentuan awal bulan (kalender)
Hijriyah dengan merukyat (mengamati) hilal secara langsung. Apabila hilal
(bulan sabit) tidak terlihat (atau gagal terlihat) pada tanggal 29 sore hari,
maka bulan (kalender) berjalan digenapkan (istikmal) menjadi 30 hari.
14. Kriteria Hilal Saat Melakukan Rukyat
1. Kriteria Imkanurrukyat
Imkanurukyat adalah salah satu kriteria penentuan awal bulan
qomariah yang artinya “keboleh nampakan” dan menurut metode
rukyat, imkanurukyat yaitu batas minimal terlihatnya hilal pada akhir bulan
hijriyah ketika merukyat. Jadi imkanurukyat adalah kondisi dimana
berdasarkan hisab rukyatulhilal sudah memungkinkan untuk di lihat.
Syarat-syarat penentuan awal bulan dengan imkanurukyat adalah sebagai
berikut:
a. Ijtimak atau konjungsi (conjunction) terjadi sebelum matahari terbenam
b. Umur hilal (bulan baru) pada saat matahari terbanam telah lebih dari 8
jam sejak ijtimak.
c. Ketinggian bulan di atas ufuk, saat matahari terbnam pada tanggal 29
bulan qomariah tidak kurang dari 2 derajat dan jarak lengkung (bulan-
matahari) tidak kurang dari 3 derajat
15. 2. Kriteria Wujudul Hilal
Wujudul Hilal adalah kriteria penentuan awal bulan (kalender) Hijriyah,
dengan menggunakan dua prinsip: Ijtimak (konjungsi) telah terjadi
sebelum Matahari terbenam (ijtima' qablal ghurub), dan Bulan terbenam
setelah Matahari terbenam (moonset after sunset); maka pada petang hari
tersebut dinyatakan sebagai awal bulan (kalender) Hijriyah, tanpa melihat
berapapun sudut ketinggian (altitude) Bulan saat Matahari terbenam.
syarat-syarat penentuan awal bulan hijriyah dengan kriteria wujudul
hilal adalah sebagai berikut :
a. Ijtimak atau konjungsi (conjunction) terjadi sebelum matahari
terbenam
b. Posisi hilal (bulan baru) pada saat matahari terbenam sudah di
atas ufuk, berapapun tingginya, asal lebih besar dari pada NOL
derajat.
16. 3. Imkanurrukyat MABIMS
Imkanurrukyat MABIMS adalah Kriteria penentuan awal bulan
hijriyah yang ditetapkan berdasarkan musyawarah mentri-mentri
agama Brunei Darussalam, Indonesia, Malaysia dan Singapura
(MABIMS) yang dipakai secara resmi untuk penentuan awal builan
hijriyah pada kalender resmi pemerintah.
syarat-syarat penentuan awal bulan kalender hijriyah terjadi jika :
a. Pada saat matahari terbenam, ketinggian bulan di atas ufuk minimun 2 derajat
b. Sudut elongasi (jarak lengkung) bulan matahari minimum 3 derajat
c. Pada saat bulan terbenam, usia bulan minimum 8 jam dihitung sejak ijtimak.
17.
18. SEKIAN DAN TRIMAKASIH
SEMOGA BERMANFA’AT BAGI KITA SEMUA
Belajar tanpa berpikir adalah tidak
ada gunanya, sedangkan berpikir
tanpa belajar sangat berbahaya
Memperbaiki diri adalah alat ampuh
untuk meperbaiki orang lain
TETEP SEMANGAT DAN TERUS BELAJAR
Wasalammualaikum.wr.wb