SlideShare a Scribd company logo
1 of 21
Download to read offline
BAGIAN ILMU PROSTODONSIA
FAKULTAS KEDOKTERAN GIGI
UNIVERSITAS HASANUDDIN
Kajian Pustaka
23 Oktober 2014
PENGGUNAAN BROADRICK FLAG DALAM
PENALATAKSANAAN PROSTODONSIA UNTUK GIGITIRUAN
PENUH TUNGGAL
Oleh:
Nama : Irma Ariany Syam
Stambuk : J 111 10 008
Penguji : drg. Elizabeth Mailoa, Sp.Pros
Pembimbing Residen : drg. Evelyn Neos
Hari/Tanggal Baca : Kamis, 23 Oktober 2014
Tempat : RSGM Halimah Dg. Sikati FKG UNHAS
Jurnal Acuan : International Journal of Prosthetic Dentistry 2013
DIBACAKAN SEBAGAI TUGAS KEPANITERAAN KLINIK
BAGIAN PROSTODONSIA
FAKULTAS KEDOKTERAN GIGI
UNIVERSITAS HASANUDDIN
MAKASSAR
2014
1
PENGGUNAAN BROADRICK FLAG DALAM
PENALATAKSANAAN PROSTODONSIA UNTUK GIGITIRUAN
PENUH TUNGGAL
PENDAHULUAN
Prevalensi dari kondisi dimana satu lengkung edentulus yang berantagonis
dengan gigi asli atau gigi yang telah direstorasi adalah sangat umum. Untuk pasien
seperti itu, tantangan klinisnya adalah penilaian terhadap perbedaan biomekanik pada
jaringan pendukung untuk kedua lengkung rahang, dan menerapkan penatalaksanaan
yang tepat dalam prosedur untuk menghasilkan & mempertahankan kondisi yang
diperlukan demi keberhasilan perawatan jangka panjang. Setelah mempertimbangkan
diagnosis, dokter gigi harus mengevaluasi masalah individu sehingga kondisi serupa
yang tampak tidak selalu diberikan perlakuan yang sama.1
kondisi tersebut harus
dilakukan perawatan dengan membuat gigitiruan penuh tunggal.
Gigitiruan penuh (GTP) tunggal adalah sebuah gigitiruan yang menggantikan
gigi asli yang hilang yang beroklusi dengan beberapa atau semua gigi-geligi asli,
gigitiruan cekat atau gigitiruan sebagian lepasan yang telah dibuat sebelumnya pada
lengkung rahang antagonis.1
GTP tunggal dapat berupa GTP pada rahang atas
berantagonis gigi asli rahang bawah, GTP pada rahang atas berantagonis gigitiruan
sebagian rahang bawah, GTP pada rahang bawah berantagonis gigi asli rahang atas,
GTP pada rahang bawah berantagonis gigitiruan sebagian rahang atas.2
Salah satu masalah yang paling penting dalam membuat GTP tunggal adalah
tidak teraturnya bidang oklusal dan untuk mencapai oklusi yang harmonis, maka dalam
2
pembuatannya perlu menggunakan suatu alat untuk menganalisa bidang oklusal secara
tepat.1
Salah satu alat yang dapat digunakan adalah Broadrick Occlusal Plane Analyser.
Broadrick Occlusal Plane Analyser (BOPA) atau lebih sering disebut Broadrick
Flag merupakan suatu alat bantu yang telah digunakan untuk membentuk morfologi
gigi yang sepadan dengan kurva spee. Disebut flag instrument yaitu dapat disesuaikan
dengan hampir semua jenis artikulator yang akan menerima sebuah facebow mounting
untuk model rahang atas.1,3
Penggunaan Broadrick flag lebih mudah dan merupakan alat yang bebas
digunakan. Broadrick flag digunakan untuk menentukan dan mencapai sebuah bidang
oklusal yang memenuhi kedua fungsi, baik syarat oklusi maupun estetik.4
Penelitian ini dimaksudkan untuk menjelaskan sebuah kasus gigitiruan penuh
tunggal dimana bidang oklusal disesuaikan dengan penggunaan broadrick flag yang
memungkinkan dalam memandu pengurangan intraoral & menghilangkan pengasahan
gigi yang berlebihan.
TINJAUAN PUSTAKA
Broadrick Occlusal Plane Analyzer (BOPA)
Pada tahun 1963, Dr. Lawson Broadrick mengembangkan sebuah alat untuk
menyediakan sebuah penuntun untuk posisi yang paling sesuai dan orientasi dari bidang
oklusal. Tujuannya adalah untuk membentuk kembali kurva spee yang selaras dengan
anterior guidance dan condylar guidance. Alat ini dipasarkan dengan nama Broadrick
Occusal Plane Analyzer, lebih sering disebut sebagai Broadrick Flag. 3,5
3
BOPA merupakan alat yang mahal dan diadaptasikan hanya beberapa artikulator
seperti Denar Anamark Fossae (Teledyne Waterpik, Ft Collins, Colo.) dan semua model
dari artikulator Hanau (Teledyne Waterpik). Tidak banyak artikulator yang mendukung
flag dan juga untuk pabrik dari artikulator semi-adjustable yang tidak menyediakannya
bersama flag, Broadrick flag dapat digunakan. Flag dapat dikonstruksikan dengan
menggunakan clear resin akrilik dengan beberapa modifikasi terhadap artikulator semi-
adjustable. 3,4
Broadrick Flag mengikuti bentuk konstruksi dari kurva spee yang selaras
dengan anterior condylar guidance mengikuti disklusi seluruh gigi posterior pada
protrusi rahang bawah. Ini akan menghasilkan estetik yang baik dan penggunaannya
dianggap fungsional dan posisi lebih tepat dari insisivus rahang bawah. Sebuah alat
yang disebut Broadrick flag telah digunakan untuk membantu dalam membentuk
morfologi gigi yang selaras dengan kurva spee.5,6,7
Kurva spee merupakan kurva antara anteroposterior dari permukaan oklusal
rahang bawah, dimuai dari ujung cusp kaninus mandibula – ujung cusp bukal Premolar
1 dan 2 – cusp tip bukal Molar 1, 2, 3 – menyambung sampai ke tepi anterior ramus
mandibula. Fungsi utama dari kurva spee dipercaya memiliki fungsi biomekanikal
selama pengunyahan. Kurva ini penting untuk pergerakan yang efisien dari cusp-cusp
gigi geligi untuk beroklusi sewaktu proses mastikasi sehingga gaya dan fungsi
biomekanikal penguyahan menjadi efisien. Pergerakan fungsional mandibula yang lain
seperti gerak protrusif dan lateral juga sangat dipengaruhi kurva ini. Kurva spee
dapat dijadikan sebagai referensi dalam merekonstruksi oklusal pada kehilangan gigi
posterior sebagian atau seluruhnya. Tujuan utama yang paling penting adalah untuk
4
mendapatkan stabilitas gigi tiruan. Perubahan kurva spee secara patologis dapat
menyebabkan berbagai hal. Perubahan ini terjadi pada beberapa situasi seperti adanya
gigi geligi yang rotasi, tipping maupun ekstrusi.8
Broadrick Flag penggunaannya lebih mudah dan merupakan instrument yang
bebas digunakan. BOPA digunakan untuk menentukan dan untuk mencapai sebuah
bidang oklusal yang memenuhi kedua fungsi, baik syarat oklusi maupun estetik pada
kasus yang memerlukan rehabilitasi mulut secara keseluruhan.4
Broadrick Occlusal Plane Analyzer terdiri dari: 4
1. Kartu indeks
2. Jangka (bow compass)
3. Pisau
4. Kartu rekam plastik
Gambar 1
Pemasangan BOPA pada artikulator:4,9
1. Kartu indeks ditempatkan pada bagian atas dengan ujung terbuka disekitar pin
insisal dan slot berada disekitar plat sekrup mounting.
5
Gambar 2
2. Sekrup dikencangkan untuk menahan kartu indeks pada posisinya
3. Jika terdapat indicator orbitale yang terpasang pada articulator, maka harus
dilepas ketika memasang kartu indeks.
4. Tekan kartu rekam plastik diatas di sisi kanan dari kartu indeks. Kartu
diselesaikan pada kedua sisi, sehingga siap ditandai dengan tinta atau pensil.
5. Divergensi relatif kecil antara busur 3-3/4", 4" dan 5" radius di atas permukaan
oklusal fungsional pada gigi posterior rahang bawah. Radius bola dalam Kurva
Spee disarankan berada di 3,75 pada relasi Kelas II skeletal, dimana radius 5 inci
lebih tepat dalam relasi Kelas III skeletal. Radius 4 inci dianggap normal dan
paling sering digunakan dalam sebagian besar kasus terutama pada relasi Kelas
I. (Gambar 3).
Gambar 3
6
6. Kemudian pin bentuk lancip ditarik dari belahan puncak piring model dan model
pada rahang atas dihilangkan. Sepotong timbal dimasukkan ke kompas dan
disesuaikan dengan radius yang dipilih.
7. Titik pusat kompas disesuaikan dengan titik survei anterior (ASP), yang
biasanya pada disto-insisal dari gigi kaninus. Jika tercatat bahwa cusp gigi
kaninus tersebut sudah atrisi atau aus, titik survei anterior kemungkinan berada
di tepi insisal. Jika titik yang dipilih sebagai titik paling diinginkan bahwa "arah"
garis dan bidang oklusi secara posterior, hal ini ditandai diatas gigi kaninus dan
tidak berubah. (Gambar 4)
Gambar 4
8. Sebagai pusat kompas diposisikan pada ASP, busur panjang 3 inci diterapkan
pada kartu rekam plastik. Pusat survei bidang oklusal (OPSC) akhirnya akan
berada di beberapa titik pada busur.
9. Titik survei posterior (PSP) dipilih pada titik puncak distobuccal molar terakhir
rahang bawah. (Gambar 5)
7
Gambar 5
10. Dalam kasus seperti tidak memiliki molar bawah, model rahang atas diganti dan
modeling compund yang lembut ditempatkan di atas ridge, penutupan artikulator
sampai pin kontak insisal, incisal guide dalam relasi sentris. Compound ini
dingin dan kelebihannya dapat diukir dan dihilangkan, meninggalkan hanya
senyawa yang berkontak ke dalam fossae rahang atas, simulasi cusp bukal
rahang bawah.
11. Model rahang atas dihilangkan dan titik survei posterior (PSP) dipilih diatas
modeling compund
12. Titik pusat kompas diposisikan pada PSP dan busur diterapkan untuk menyilang
busur dari ASP
13. Alternatif ke molar PSP, adalah posisi pada elemen condylar dari artikulator, di
persimpangan anterior dengan poros condylar
14. Titik pusat kompas diposisikan pada titik survei condylar posterior (CPSP) dan
busur untuk menyilang pada busur lainnya yang terbentuk dari ASP
15. Titik jarum kemudian menyapu permukaan oklusal gigi posterior bawah untuk
melihat bagaimana busur sesuai dengan bidang oklusal yang ada. Ini pusat
8
survei bidang oklusal (OPSC) digeser pada busur panjang pada kartu rekam
plastik, garis ASP, sampai bidang oklusi dan garis ditemukan
16. Jika ada kebutuhan untuk meningkatkan garis dan bidang oklusi pada ujung
distal, titik pusat dipindahkan anterior ke persimpangan busur. Untuk
menurunkan garis dan bidang oklusi, titik tersebut akan dipindahkan ke
persimpangan posterior
17. Setelah melakukan pengulangan percobaan, pusat survei yang ideal membentuk
garis yang paling dapat diterima dan bidang oklusi akan ditempatkan. (Gambar
6)
18. Pisau potong berguna untuk penempatan ke dalam kompas untuk memotong
plaster, compound atau wax selama koreksi bidang oklusal
Gambar 6
ASP diberi tanda menggunakan penanda karbon pada pertengahan slope insisal pada
gigi kaninus. PSP diberi tanda pada ujung cusp distobukal. Titik pusat pada kompas
diposisikan pada anterior survey point dan lengkung rahang digambarkan pada plastik
index, kemudian titik pusat kompas diposisikan pada PSP dan lengkung rahang
digambarkan secara menyilang pada lengkung sebelumnya. Titik pusat persilangan
disebut sebagai occlusal plane survey center (OPSC). Satu sisi dari kompas ditempatkan
9
pada OPSC dan sisi lain dari kompas titik grafik ditempatkan melewati permukaan
oklusal dari gigi posterior rahang bawah untuk melihat bagaimana kesesuaian dari
bidang oklusal yang ada.7
Gigitiruan Penuh Tunggal
Gigitiruan penuh (GTP) tunggal adalah GTP yang beroklusi dengan beberapa
atau semua gigi-geligi asli, gigitiruan cekat atau gigitiruan sebagian lepasan yang telah
dibuat sebelumnya.10
Indikasi:2
a. Pada pasien dengan perbedaan ukuran rahang yang membutuhkan GTP,lebih
baik untuk mempertahankan gigi pada rahang bawah yang retrognati
b. Pada pasien dengan cleft palate yang tidak bisa dioperasi atau palatum yang
berlubang lebih baik untuk mempertahankan gigi pada rahang atas. Hal ini
karena GTP konvensional rahang atas akan gagal pada kasus ini karena tidak
adanya peripheral seal
Kerugian dari gigitiruan penuh tunggal:
- Gigi yang malposisi, tipping atau supraerupsi pada rahang bawah akan
mempengaruhi keseimbangan oklusi. Ketidakseimbangan dapat menyebabkan rasa
sakit, perubahan mukosa dan resorpsi ridge pada rahang atas dan gigitiruan rahang
atas cenderung bergeser
- Jika gigi anterior rahang bawah hadir pada posisi yang pas, itu sulit untuk
mendapatkan susunan gigi yang estetik
10
- Penggunaan gigi artificial dari akrilik berantagonis gigi asli akan menghasilkan
abrasi terhadap akrilik sedangkan penggunaan porselin berantagonis gigi asli akan
menyebabkan abrasi pada gigi asli.
Jenis gigitiruan penuh tunggal
GTP tunggal dapat berupa GTP pada rahang atas berantagonis gigi asli rahang
bawah, GTP pada rahang atas berantagonis gigitiruan sebagian rahang bawah, GTP
pada rahang bawah berantagonis gigi asli rahang atas, GTP pada rahang bawah
berantagonis gigitiruan sebagian rahang atas.
a. GTP pada rahang atas berantagonis gigi asli penuh rahang bawah
Terdapat perbedaan oklusal yang sangat besar dan membutuhkan
occlusal adjustment dan koreksi ortodonti. ada beberapa poin penting yang harus
dipertimbangkan sebelum membuat gigitiruan yaitu:
- Morfologi gigi asli akan menentukan pemilihan gigi artifisial; ukuran dan
warna gigi artifisial harus cocok dengan gigi asli.
- Jika gigi rahang bawah mengalami atrisi, lebih dipilih menggunakan cuspless
teeth
- Jika gigi rahang bawah tidak atrisi, lebih dipilih gigi antagonis
b. GTP pada rahang atas berantagonis gigitiruan sebagian
Gigitiruan ini secara klinis sangat signifikan karena komplikasinya.
Pemilihan gigi sangat penting pada pembuatan gigitiruan. Gigi artifisial ini
sebaiknya dipilih berdasarkan faktor:
11
- Jika gigitiruan sebagian adalah gigi porselen, maka gigi porselen yang
dipilih
- Jika gigi asli memiliki crown gold atau metal, maka gigi akrilik yang dipilih
- Gigi akrilik dipilih pada gigitiruan dengan antagonis gigi asli atau gigitiruan
dengan artificial akrilik
c. GTP pada rahang bawah
GTP pada rahang bawah dapat berantagonis dengan gigi penuh rahang atas
atau dengan gigitiruan sebagian rahang atas. Pada setiap kasus, akan terjadi
resorpsi ridge yang parah pada rahang bawah yang edentulus. Hal ini
dikarenakan dua alasan:
- Pergerakan konstan dari lidah ditambah dengan tekanan pada residual ridge
meningkatkan jumlah resorpsi.
- Jumlah mukosa yang melekat kaku pada gigitiruan, bearing area lebih sedikit
pada rahang bawah daripada di rahang atas
Gigitiruan konvensional biasanya dihindari berantagonis dengan gigi asli rahang
atas. Kondisi ini dapat dirawat paling baik dengan implant endosseous setelah evaluasi
menyeluruh dari pasien. Beberapa kasus dapat dirawat bersama dengan linier elastic
untuk mengurangi tekanan pada ridge. Beberapa ahli percaya bahwa rahang bawah
dengan GTP mempunyai prognosis yang buruk.2
Ketika gigitiruan penuh tunggal dengan gigi-geligi antagonis gigi asli, hal
tersebut selalu membutuhkan beberapa derajat kontur untuk menyediakan oklusi yang
harmonis. Alasan utama untuk beberapa perubahan yang terjadi yakni: (1) inklinasi
12
yang kurang baik dari bidang oklusal (2) malposisi gigi yang diasumsikan bahwa
posisinya akan menghasilkan inklinasi cusp yang terlalu curam, dan (3) juga ukuran
buccolingual yang lebih lebar dari gigi asli.
LAPORAN KASUS
Seorang pasien pria berusia 62 tahun dengan edentulus rahang atas & kehilangan
gigi anterior rahang bawah, dilaporkan ke Departemen Prostodonsia, Government
Dental College untuk menggantikan giginya dengan tujuan perbaikan fungsi
pengunyahan. Semua gigi yang tersisa berada dalam kondisi baik.
Kasus ini didiagnosis untuk pembuatan gigitiruan penuh tunggal rahang atas
serta penggantian kehilangan gigi rahang bawah dengan gigitiruan lepasan.
1) Cetakan pendahuluan dibuat pada kedua rahang dan model studi disiapkan
2) Cetakan akhir lengkung rahang atas dan rahang bawah dibuat dan relasi orientasi
dengan bantuan Facebow (model Hanau Spring bow) # 182-8, teknologi Water-
Pick & dan ditransfer ke Artikulator Hanau (model #190-291101, Teledyne
Waterpick)
3) Setelah model rahang atas disusun, model rahang atas harus disimpan untuk
digunakan nanti. Flag diamankan ke sisi rahang atas dari artikulator dan
lembaran plastik dibentakkan ke satu sisi. Jangka diatur menjadi radius 4 inchi.
4) Anterior survey point (ASP) dipilih dari ujung cusp ke sudut garis distoincisal
dari kaninus rahang bawah. ASP diambil sebagai sudut garis insisal. Sebuah
lengkungan digambarkan pada flag. (gambar 7 dan 8)
13
Gambar 7 Gambar 8
5) Posterior survey point (PSP) dipilih pada cusp distobuccal dari distal molar
(Gambar 9)
6) Jika posisi dari gigi ini dipertimbangkan tidak dapat diterima, batas dari elemen
kondilar (gambar 10) pada artikulator dapat dipilih
Gambar 9 Gambar 10
7) PSP diambil pada ujung cusp distobuccal dari molar ketiga (gambar 11)
8) Sebuah lengkung digambar pada grafik dengan ASP dan PSP serta Point of
intersection yang menentukan pusat survei bidang oklusal. Hal ini dapat diubah
1 cm lebih maju atau mundur dalam urutan untuk menetapkan bidang yang dapat
diterima. (gambar 6)
14
Gambar 11 Gambar 12
9) Sebuah garis digambarkan dari pusat center bidang oklusal diatas model rahang
bawah. Garis yang sama digambar pada sisi lain dari model. (gambar 13)
10) Fabrikasi dari Poly-Vinyl Siloxane template diselesaikan dengan menyesuaikan
pada model rahang bawah. Setelah putty dikumpulkan kemudian dihias dengan
pisau yang tajam diatas bidang yang telah ditandai
11) Pindahkan template dari model dan tempatkan pada mulut pasien. Setelah
penempatan template, bagian dari gigi yang menonjol keluar selesai dikurangi
dengan menggunakan ujung diamond berbentuk tapered dalam high speed hand
pieces (Gambar 14)
Gambar 14
15
12) Relasi sentrik disesuaikan dan gigi telah selesai disusun. Gigitiruan dicobakan
pada mulut pasien. Gigitiruan diproses dan diinsersikan ke mulut pasien.
DISKUSI
Pasien yang memakai gigitiruan penuh tunggal biasanya usainya lebih muda
dibandingkan dengan yang memakai gigitiruan penuh dan dapat ditoleransi serta lebih
siap dalam menyesuaikan gigitiruannya. Bentuk ridge biasanya baik dan jaringan
umumnya sesuai dengan yang diinginkan.
Gigitiruan penuh tunggal diperlukan ketika gigi antagonisnya dalam keadaan
berikut:
 Jumlah gigi asli cukup yang tidak mengharuskan pemasangan gigitiruan cekat
maupun sebagian lepasan.
 Lengkung edentulus sebagian dimana kehilangan gigi yang telah atau akan
digantikan oleh gigitiruan sebagian cekat.
 Lengkung edentulus sebagian dimana kehilangan gigi yang telah atau akan
digantikan oleh gigitiruan sebagian lepasan.
 Gigitiruan lengkap yang telah ada atau gigitiruan yang didukung oleh implant.
Masalah yang dihubungkan dengan pembuatan dari gigitiruan penuh tunggal adalah
banyak dan kompleks, diantaranya:
16
 Ridge edentulus akan memiliki tekanan dan tegangan yang berlebihan
dibandingkan dengan edentulus totalis.
 Untuk membuat keseimbangan gigitiruan secara bilateral
 Estetik
 Pemilihan gigi
 Kebiasaan mastikasi
 Relasi crossbite
 Rahang bawah yang prognati
 Bentuk oklusal: pada gigitiruan penuh tunggal, bentuk oklusal pada gigi asli
berfungsi sebagai petunjuk. Pada kebanyakan kondisi ini akan menjadi suatu
anatomi gigi (cusp) tetapi jika gigi asli sudah abrasi dan tidak direstorasi terlebih
dahulu untuk perawatan bentuk monoplane dapat menjadi pilihan.
 Kemiringan gigi: berkaitan dengan mesial drifting pada gigi asli yang tersisa
dengan tanpa antagonis yang dapat menciptakan kemiringan merupakan sebuah
masalah. Hal ini dapat dibentuk oleh grinding yang selektif jika terjadi
kemiringan yang ringan.
 Ketika kemiringan lebih terjadi sedang sejumlah pengurangan diperlukan untuk
memperbaikinya dengan cast gold crown, onlay atau fixed bridge.
 Jika daerah edentulus yang besar berdekatan dengan gigi yang mesial drifting,
kemudian gigitiruan sebagian lepasan dapat didesain dengan mesial rest untuk
direstorasi mesial half pada gigi molar dan cusp distal rahang bawah.
 Reposisi ortodontik dapat dipertimbangkan.
17
 Jika gigi molar sangat miring dan supraerupsi dan modifikasi tidak mungkin
dilakukan maka dilakukan ekstraksi.
Hal-hal yang perlu diperhatikan pada pemilihan gigi artificial untuk gigi tiruan
penuh rahang atas berantagonis gigi tiruan lepasan rahang bawah yakni:2
- Jika gigitiruan sebagian adalah gigi porselen, maka gigi porselen yang dipilih
- Jika gigi alami memiliki crown gold atau metal, maka gigi akrilik yang dipilih
- Gigi akrilik dipilih pada gigitiruan dengan antagonis gigi asli atau gigitiruan dengan
artificial akrilik
Akibat kesalahan pemilihan gigi artifisial dapat menyebabkan:2
a. Pengikisan pada gigi asli
Penggunaan gigi artifisial porselen dapat menyebabkan abrasi pada gigi asli.
b. Fraktur gigi tiruan
Fraktur pada gigi tiruan pada umumnya terjadi pada gigi tiruan penuh tunggal,
dapat disebabkan oleh tekanan yang berlebihan dari gigi asli.
Masalah dapat diselesaikan oleh:
 Pengurangan ketinggian inklinasi cusp dengan membulatkan ujung cusp
 Tekanan oklusal secara langsung seperti stabilitas gigitiruan tidak menghambat
ketika terjadi pergerakan mastikasi
 Pemilihan gigi artifisial yang tepat
18
Broadrick flag telah digunakan untuk membantu dalam membentuk morfologi gigi
yang sepadan/ selaras dengan kurva spee sehingga akan menciptakan oklusi yang baik
pada pasien. 5
KESIMPULAN
Pasien yang menuntut gigitiruan penuh tunggal berantagonis gigi asli atau gigi
yang telah direstorasi menantang para klinisi bahkan lebih sulit dari pasien yang
edentulus totalis.
Penggunaan Broadrick Flag dapat memenuhi kedua fungsi baik syarat oklusi
maupun estetik serta penggunaan Poly-Vinyl Siloxane template yang digunakan sebagai
prostetik template dan membantu dalam:
- Menetapkan bidang oklusal
- Pengurangan yang tepat pada gigi asli
- Memberikan penuntun untuk pengurangan anterior
- Menghilangkan grinding yang berlebihan
19
DAFTAR PUSTAKA
1. Wankhade S, Lokade J, Rajguru V. Use of broadrick flag in prosthodontic
management for single complete denture: a case report. Int J Prosthet Dent.
2013;4(2);65-9.
2. Nallaswamy D. Textbook of prosthodontics. New Delhi: Jaypee Brothers
Medical Publishers; 2007. P. 250-5.
3. Shah M. Custom made occlusal plane analyzer: Fabrication and technique. Int J
Adv Dent Sci Technoto. 2013;1(1). P 17-24.
4. Chokalingam S, Rao G. Broadrick occlusal plane analyzer. IOSR–JDMS, Feb
2014;13(1):54-8.
5. Chaturvedi S, Verma AK, Ali M, Shah M. Full mouth rehabilitation using a
custom-made braodrick flag: a case report. IJCRI. 2012;3(5): 41-4.
6. Manvi S, Shaveta M, Rajeswari CLL, Srivatsa G, Arora S. Occlusal plane
determination using custom made broadrick occlusal plane analyser: a case
control study. ISRN Dentistry. 2012; 4 pages.
7. Jagadeesh KN, Kashinatha HM, Bembalgi MS, Kumar PCR, Yariagadda KB,
Ateeq PM. Realibility of broadrick flag in determination of curve spee in Indian
population. J Temp Dent Pract, September-Oktober 2012;13(5):627-31.
8. Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Indonesia. Korelasi usia [internet] [24
Oktober 2014]. Available from: http://lib.ui.ac.id/file?file=digital/125321-R17-
PRO-197%20Korelasi%20usia-Literatur.pdf.
20
9. Whip Mix. Broadrick occlusal plane analyzer. [Internet]. USA: Whip Mix
Corporation.; 2012 [cited 26 September 2014]. Available from: URL:
http://whipmix.com/wp-content/uploads/via-product-
catalog/product_docs/BroadrickOPA_0412.pdf.
10. Prasad A, Prasad K, Hegde C. Management of completely edentulus maxillary
arch opposing natural dentition – a case report. NUJHS. 2012;2(3):39-41.

More Related Content

Viewers also liked

gigi-tiruan-lengkap
gigi-tiruan-lengkapgigi-tiruan-lengkap
gigi-tiruan-lengkapikaa388
 
Epidemiologi penyakit gingiva dan periodontal
Epidemiologi penyakit gingiva dan periodontalEpidemiologi penyakit gingiva dan periodontal
Epidemiologi penyakit gingiva dan periodontalDellery Usman
 
Keterangan plak dan disclosing solution
Keterangan plak dan disclosing solutionKeterangan plak dan disclosing solution
Keterangan plak dan disclosing solution07051994
 
109530090 makalah-modul-3-fix-1-1
109530090 makalah-modul-3-fix-1-1109530090 makalah-modul-3-fix-1-1
109530090 makalah-modul-3-fix-1-1hasril hasanuddin
 
Program kesehatan gigi
Program kesehatan gigiProgram kesehatan gigi
Program kesehatan gigiJoni Iswanto
 

Viewers also liked (8)

Tugas ppt oklusi pada gtp
Tugas ppt oklusi pada gtpTugas ppt oklusi pada gtp
Tugas ppt oklusi pada gtp
 
Kti stikes rita rintaka
Kti stikes rita rintakaKti stikes rita rintaka
Kti stikes rita rintaka
 
gigi-tiruan-lengkap
gigi-tiruan-lengkapgigi-tiruan-lengkap
gigi-tiruan-lengkap
 
Epidemiologi penyakit gingiva dan periodontal
Epidemiologi penyakit gingiva dan periodontalEpidemiologi penyakit gingiva dan periodontal
Epidemiologi penyakit gingiva dan periodontal
 
desain gtl
desain gtldesain gtl
desain gtl
 
Keterangan plak dan disclosing solution
Keterangan plak dan disclosing solutionKeterangan plak dan disclosing solution
Keterangan plak dan disclosing solution
 
109530090 makalah-modul-3-fix-1-1
109530090 makalah-modul-3-fix-1-1109530090 makalah-modul-3-fix-1-1
109530090 makalah-modul-3-fix-1-1
 
Program kesehatan gigi
Program kesehatan gigiProgram kesehatan gigi
Program kesehatan gigi
 

Similar to Kti prostodonsia irma unhas

Artikulator arkon dan nonarkon
Artikulator arkon dan nonarkonArtikulator arkon dan nonarkon
Artikulator arkon dan nonarkonIrfan Dammar
 
PIRANTI OKLUSAL.pptx
PIRANTI OKLUSAL.pptxPIRANTI OKLUSAL.pptx
PIRANTI OKLUSAL.pptxssuseref19c32
 
Catatan tutor scenario 3
Catatan tutor scenario 3Catatan tutor scenario 3
Catatan tutor scenario 3cameliasenada
 
Occlusal Radiograph.pptx
Occlusal Radiograph.pptxOcclusal Radiograph.pptx
Occlusal Radiograph.pptxNeggyYudibrata
 
ALAT-ALAT DAN BAHAN PROSTO.pptx
ALAT-ALAT DAN BAHAN PROSTO.pptxALAT-ALAT DAN BAHAN PROSTO.pptx
ALAT-ALAT DAN BAHAN PROSTO.pptxDwiinuraini2
 
91878881 pembuatan-gigi-tiruan-penuh
91878881 pembuatan-gigi-tiruan-penuh91878881 pembuatan-gigi-tiruan-penuh
91878881 pembuatan-gigi-tiruan-penuhAulia Putri Evindra
 
165083643 alat-alat-ekstraksi
165083643 alat-alat-ekstraksi165083643 alat-alat-ekstraksi
165083643 alat-alat-ekstraksirasya_wirayudha
 
BPS 3 PART 1.pptx
BPS 3 PART 1.pptxBPS 3 PART 1.pptx
BPS 3 PART 1.pptxasridiah
 
occlusal adjustment
occlusal adjustmentocclusal adjustment
occlusal adjustmentthevaraj3
 
cephalometry seminar_110714.ppt
cephalometry seminar_110714.pptcephalometry seminar_110714.ppt
cephalometry seminar_110714.pptYunAkbar
 
Contoh Format Interpretasi Implant - Hanni Handayani - AGA SATRIA (1).docx
Contoh Format Interpretasi Implant - Hanni Handayani - AGA SATRIA (1).docxContoh Format Interpretasi Implant - Hanni Handayani - AGA SATRIA (1).docx
Contoh Format Interpretasi Implant - Hanni Handayani - AGA SATRIA (1).docxAgyaNandaPrasetya
 
370692778-Tulang-mandibula.docx
370692778-Tulang-mandibula.docx370692778-Tulang-mandibula.docx
370692778-Tulang-mandibula.docxZulccPalu
 
EKSPANSI_SKELETAL_MENGGUNAKAN_MINISCREW_TERBANTU_EKSPANSI_RAPID-_1_ (1).pdf
EKSPANSI_SKELETAL_MENGGUNAKAN_MINISCREW_TERBANTU_EKSPANSI_RAPID-_1_ (1).pdfEKSPANSI_SKELETAL_MENGGUNAKAN_MINISCREW_TERBANTU_EKSPANSI_RAPID-_1_ (1).pdf
EKSPANSI_SKELETAL_MENGGUNAKAN_MINISCREW_TERBANTU_EKSPANSI_RAPID-_1_ (1).pdffatimahsyam7
 

Similar to Kti prostodonsia irma unhas (18)

PART 3 CHAPTER 6.pdf
PART 3 CHAPTER 6.pdfPART 3 CHAPTER 6.pdf
PART 3 CHAPTER 6.pdf
 
Artikulator arkon dan nonarkon
Artikulator arkon dan nonarkonArtikulator arkon dan nonarkon
Artikulator arkon dan nonarkon
 
PIRANTI OKLUSAL.pptx
PIRANTI OKLUSAL.pptxPIRANTI OKLUSAL.pptx
PIRANTI OKLUSAL.pptx
 
Catatan tutor scenario 3
Catatan tutor scenario 3Catatan tutor scenario 3
Catatan tutor scenario 3
 
Occlusal Radiograph.pptx
Occlusal Radiograph.pptxOcclusal Radiograph.pptx
Occlusal Radiograph.pptx
 
Anatomi
AnatomiAnatomi
Anatomi
 
Penetapan gigit-gtl1
Penetapan gigit-gtl1Penetapan gigit-gtl1
Penetapan gigit-gtl1
 
ALAT-ALAT DAN BAHAN PROSTO.pptx
ALAT-ALAT DAN BAHAN PROSTO.pptxALAT-ALAT DAN BAHAN PROSTO.pptx
ALAT-ALAT DAN BAHAN PROSTO.pptx
 
JOURNAL ORTHO LAPSUS.pptx
JOURNAL ORTHO LAPSUS.pptxJOURNAL ORTHO LAPSUS.pptx
JOURNAL ORTHO LAPSUS.pptx
 
91878881 pembuatan-gigi-tiruan-penuh
91878881 pembuatan-gigi-tiruan-penuh91878881 pembuatan-gigi-tiruan-penuh
91878881 pembuatan-gigi-tiruan-penuh
 
165083643 alat-alat-ekstraksi
165083643 alat-alat-ekstraksi165083643 alat-alat-ekstraksi
165083643 alat-alat-ekstraksi
 
BPS 3 PART 1.pptx
BPS 3 PART 1.pptxBPS 3 PART 1.pptx
BPS 3 PART 1.pptx
 
occlusal adjustment
occlusal adjustmentocclusal adjustment
occlusal adjustment
 
cephalometry seminar_110714.ppt
cephalometry seminar_110714.pptcephalometry seminar_110714.ppt
cephalometry seminar_110714.ppt
 
Journal reading
Journal readingJournal reading
Journal reading
 
Contoh Format Interpretasi Implant - Hanni Handayani - AGA SATRIA (1).docx
Contoh Format Interpretasi Implant - Hanni Handayani - AGA SATRIA (1).docxContoh Format Interpretasi Implant - Hanni Handayani - AGA SATRIA (1).docx
Contoh Format Interpretasi Implant - Hanni Handayani - AGA SATRIA (1).docx
 
370692778-Tulang-mandibula.docx
370692778-Tulang-mandibula.docx370692778-Tulang-mandibula.docx
370692778-Tulang-mandibula.docx
 
EKSPANSI_SKELETAL_MENGGUNAKAN_MINISCREW_TERBANTU_EKSPANSI_RAPID-_1_ (1).pdf
EKSPANSI_SKELETAL_MENGGUNAKAN_MINISCREW_TERBANTU_EKSPANSI_RAPID-_1_ (1).pdfEKSPANSI_SKELETAL_MENGGUNAKAN_MINISCREW_TERBANTU_EKSPANSI_RAPID-_1_ (1).pdf
EKSPANSI_SKELETAL_MENGGUNAKAN_MINISCREW_TERBANTU_EKSPANSI_RAPID-_1_ (1).pdf
 

Recently uploaded

SILABUS MATEMATIKA SMP kurikulum K13.docx
SILABUS MATEMATIKA SMP kurikulum K13.docxSILABUS MATEMATIKA SMP kurikulum K13.docx
SILABUS MATEMATIKA SMP kurikulum K13.docxrahmaamaw03
 
RENCANA + Link2 Materi Pelatihan/BimTek "Teknik Perhitungan & Verifikasi TKDN...
RENCANA + Link2 Materi Pelatihan/BimTek "Teknik Perhitungan & Verifikasi TKDN...RENCANA + Link2 Materi Pelatihan/BimTek "Teknik Perhitungan & Verifikasi TKDN...
RENCANA + Link2 Materi Pelatihan/BimTek "Teknik Perhitungan & Verifikasi TKDN...Kanaidi ken
 
Membuat Strategi Penerapan Kurikulum Merdeka di dalam Kelas
Membuat Strategi Penerapan Kurikulum Merdeka di dalam KelasMembuat Strategi Penerapan Kurikulum Merdeka di dalam Kelas
Membuat Strategi Penerapan Kurikulum Merdeka di dalam KelasHardaminOde2
 
adap penggunaan media sosial dalam kehidupan sehari-hari.pptx
adap penggunaan media sosial dalam kehidupan sehari-hari.pptxadap penggunaan media sosial dalam kehidupan sehari-hari.pptx
adap penggunaan media sosial dalam kehidupan sehari-hari.pptxmtsmampunbarub4
 
AKSI NYATA Strategi Penerapan Kurikulum Merdeka di Kelas (1).pdf
AKSI NYATA Strategi Penerapan Kurikulum Merdeka di Kelas (1).pdfAKSI NYATA Strategi Penerapan Kurikulum Merdeka di Kelas (1).pdf
AKSI NYATA Strategi Penerapan Kurikulum Merdeka di Kelas (1).pdfTaqdirAlfiandi1
 
Kelompok 1 Bimbingan Konseling Islami (Asas-Asas).pdf
Kelompok 1 Bimbingan Konseling Islami (Asas-Asas).pdfKelompok 1 Bimbingan Konseling Islami (Asas-Asas).pdf
Kelompok 1 Bimbingan Konseling Islami (Asas-Asas).pdfmaulanayazid
 
1.2.a.6. Demonstrasi Konstektual - Modul 1.2 (Shinta Novianti - CGP A10).pdf
1.2.a.6. Demonstrasi Konstektual - Modul 1.2 (Shinta Novianti - CGP A10).pdf1.2.a.6. Demonstrasi Konstektual - Modul 1.2 (Shinta Novianti - CGP A10).pdf
1.2.a.6. Demonstrasi Konstektual - Modul 1.2 (Shinta Novianti - CGP A10).pdfShintaNovianti1
 
Demonstrasi Kontekstual Modul 1.2. pdf
Demonstrasi Kontekstual  Modul 1.2.  pdfDemonstrasi Kontekstual  Modul 1.2.  pdf
Demonstrasi Kontekstual Modul 1.2. pdfvebronialite32
 
MODUL 2 BAHASA INDONESIA-KELOMPOK 1.pptx
MODUL 2 BAHASA INDONESIA-KELOMPOK 1.pptxMODUL 2 BAHASA INDONESIA-KELOMPOK 1.pptx
MODUL 2 BAHASA INDONESIA-KELOMPOK 1.pptxarnisariningsih98
 
MATERI 1_ Modul 1 dan 2 Konsep Dasar IPA SD jadi.pptx
MATERI 1_ Modul 1 dan 2 Konsep Dasar IPA SD jadi.pptxMATERI 1_ Modul 1 dan 2 Konsep Dasar IPA SD jadi.pptx
MATERI 1_ Modul 1 dan 2 Konsep Dasar IPA SD jadi.pptxrofikpriyanto2
 
Modul Ajar Bahasa Indonesia - Menulis Puisi Spontanitas - Fase D.docx
Modul Ajar Bahasa Indonesia - Menulis Puisi Spontanitas - Fase D.docxModul Ajar Bahasa Indonesia - Menulis Puisi Spontanitas - Fase D.docx
Modul Ajar Bahasa Indonesia - Menulis Puisi Spontanitas - Fase D.docxherisriwahyuni
 
Materi Pertemuan 6 Materi Pertemuan 6.pptx
Materi Pertemuan 6 Materi Pertemuan 6.pptxMateri Pertemuan 6 Materi Pertemuan 6.pptx
Materi Pertemuan 6 Materi Pertemuan 6.pptxRezaWahyuni6
 
Karakteristik Negara Mesir (Geografi Regional Dunia)
Karakteristik Negara Mesir (Geografi Regional Dunia)Karakteristik Negara Mesir (Geografi Regional Dunia)
Karakteristik Negara Mesir (Geografi Regional Dunia)3HerisaSintia
 
Laporan Guru Piket untuk Pengisian RHK Guru Pengelolaan KInerja Guru di PMM
Laporan Guru Piket untuk Pengisian RHK Guru Pengelolaan KInerja Guru di PMMLaporan Guru Piket untuk Pengisian RHK Guru Pengelolaan KInerja Guru di PMM
Laporan Guru Piket untuk Pengisian RHK Guru Pengelolaan KInerja Guru di PMMmulyadia43
 
Pembahasan Soal UKOM gerontik persiapan ukomnas
Pembahasan Soal UKOM gerontik persiapan ukomnasPembahasan Soal UKOM gerontik persiapan ukomnas
Pembahasan Soal UKOM gerontik persiapan ukomnasAZakariaAmien1
 
Panduan Substansi_ Pengelolaan Kinerja Kepala Sekolah Tahap Pelaksanaan.pptx
Panduan Substansi_ Pengelolaan Kinerja Kepala Sekolah Tahap Pelaksanaan.pptxPanduan Substansi_ Pengelolaan Kinerja Kepala Sekolah Tahap Pelaksanaan.pptx
Panduan Substansi_ Pengelolaan Kinerja Kepala Sekolah Tahap Pelaksanaan.pptxsudianaade137
 
PELAKSANAAN + Link2 Materi TRAINING "Effective SUPERVISORY & LEADERSHIP Sk...
PELAKSANAAN  + Link2 Materi TRAINING "Effective  SUPERVISORY &  LEADERSHIP Sk...PELAKSANAAN  + Link2 Materi TRAINING "Effective  SUPERVISORY &  LEADERSHIP Sk...
PELAKSANAAN + Link2 Materi TRAINING "Effective SUPERVISORY & LEADERSHIP Sk...Kanaidi ken
 
Kelompok 1_Karakteristik negara jepang.pdf
Kelompok 1_Karakteristik negara jepang.pdfKelompok 1_Karakteristik negara jepang.pdf
Kelompok 1_Karakteristik negara jepang.pdfCloverash1
 
LAPORAN PKP KESELURUHAN BAB 1-5 NURUL HUSNA.pdf
LAPORAN PKP KESELURUHAN BAB 1-5 NURUL HUSNA.pdfLAPORAN PKP KESELURUHAN BAB 1-5 NURUL HUSNA.pdf
LAPORAN PKP KESELURUHAN BAB 1-5 NURUL HUSNA.pdfChrodtianTian
 
Petunjuk Teknis Aplikasi Pelaksanaan OSNK 2024
Petunjuk Teknis Aplikasi Pelaksanaan OSNK 2024Petunjuk Teknis Aplikasi Pelaksanaan OSNK 2024
Petunjuk Teknis Aplikasi Pelaksanaan OSNK 2024budimoko2
 

Recently uploaded (20)

SILABUS MATEMATIKA SMP kurikulum K13.docx
SILABUS MATEMATIKA SMP kurikulum K13.docxSILABUS MATEMATIKA SMP kurikulum K13.docx
SILABUS MATEMATIKA SMP kurikulum K13.docx
 
RENCANA + Link2 Materi Pelatihan/BimTek "Teknik Perhitungan & Verifikasi TKDN...
RENCANA + Link2 Materi Pelatihan/BimTek "Teknik Perhitungan & Verifikasi TKDN...RENCANA + Link2 Materi Pelatihan/BimTek "Teknik Perhitungan & Verifikasi TKDN...
RENCANA + Link2 Materi Pelatihan/BimTek "Teknik Perhitungan & Verifikasi TKDN...
 
Membuat Strategi Penerapan Kurikulum Merdeka di dalam Kelas
Membuat Strategi Penerapan Kurikulum Merdeka di dalam KelasMembuat Strategi Penerapan Kurikulum Merdeka di dalam Kelas
Membuat Strategi Penerapan Kurikulum Merdeka di dalam Kelas
 
adap penggunaan media sosial dalam kehidupan sehari-hari.pptx
adap penggunaan media sosial dalam kehidupan sehari-hari.pptxadap penggunaan media sosial dalam kehidupan sehari-hari.pptx
adap penggunaan media sosial dalam kehidupan sehari-hari.pptx
 
AKSI NYATA Strategi Penerapan Kurikulum Merdeka di Kelas (1).pdf
AKSI NYATA Strategi Penerapan Kurikulum Merdeka di Kelas (1).pdfAKSI NYATA Strategi Penerapan Kurikulum Merdeka di Kelas (1).pdf
AKSI NYATA Strategi Penerapan Kurikulum Merdeka di Kelas (1).pdf
 
Kelompok 1 Bimbingan Konseling Islami (Asas-Asas).pdf
Kelompok 1 Bimbingan Konseling Islami (Asas-Asas).pdfKelompok 1 Bimbingan Konseling Islami (Asas-Asas).pdf
Kelompok 1 Bimbingan Konseling Islami (Asas-Asas).pdf
 
1.2.a.6. Demonstrasi Konstektual - Modul 1.2 (Shinta Novianti - CGP A10).pdf
1.2.a.6. Demonstrasi Konstektual - Modul 1.2 (Shinta Novianti - CGP A10).pdf1.2.a.6. Demonstrasi Konstektual - Modul 1.2 (Shinta Novianti - CGP A10).pdf
1.2.a.6. Demonstrasi Konstektual - Modul 1.2 (Shinta Novianti - CGP A10).pdf
 
Demonstrasi Kontekstual Modul 1.2. pdf
Demonstrasi Kontekstual  Modul 1.2.  pdfDemonstrasi Kontekstual  Modul 1.2.  pdf
Demonstrasi Kontekstual Modul 1.2. pdf
 
MODUL 2 BAHASA INDONESIA-KELOMPOK 1.pptx
MODUL 2 BAHASA INDONESIA-KELOMPOK 1.pptxMODUL 2 BAHASA INDONESIA-KELOMPOK 1.pptx
MODUL 2 BAHASA INDONESIA-KELOMPOK 1.pptx
 
MATERI 1_ Modul 1 dan 2 Konsep Dasar IPA SD jadi.pptx
MATERI 1_ Modul 1 dan 2 Konsep Dasar IPA SD jadi.pptxMATERI 1_ Modul 1 dan 2 Konsep Dasar IPA SD jadi.pptx
MATERI 1_ Modul 1 dan 2 Konsep Dasar IPA SD jadi.pptx
 
Modul Ajar Bahasa Indonesia - Menulis Puisi Spontanitas - Fase D.docx
Modul Ajar Bahasa Indonesia - Menulis Puisi Spontanitas - Fase D.docxModul Ajar Bahasa Indonesia - Menulis Puisi Spontanitas - Fase D.docx
Modul Ajar Bahasa Indonesia - Menulis Puisi Spontanitas - Fase D.docx
 
Materi Pertemuan 6 Materi Pertemuan 6.pptx
Materi Pertemuan 6 Materi Pertemuan 6.pptxMateri Pertemuan 6 Materi Pertemuan 6.pptx
Materi Pertemuan 6 Materi Pertemuan 6.pptx
 
Karakteristik Negara Mesir (Geografi Regional Dunia)
Karakteristik Negara Mesir (Geografi Regional Dunia)Karakteristik Negara Mesir (Geografi Regional Dunia)
Karakteristik Negara Mesir (Geografi Regional Dunia)
 
Laporan Guru Piket untuk Pengisian RHK Guru Pengelolaan KInerja Guru di PMM
Laporan Guru Piket untuk Pengisian RHK Guru Pengelolaan KInerja Guru di PMMLaporan Guru Piket untuk Pengisian RHK Guru Pengelolaan KInerja Guru di PMM
Laporan Guru Piket untuk Pengisian RHK Guru Pengelolaan KInerja Guru di PMM
 
Pembahasan Soal UKOM gerontik persiapan ukomnas
Pembahasan Soal UKOM gerontik persiapan ukomnasPembahasan Soal UKOM gerontik persiapan ukomnas
Pembahasan Soal UKOM gerontik persiapan ukomnas
 
Panduan Substansi_ Pengelolaan Kinerja Kepala Sekolah Tahap Pelaksanaan.pptx
Panduan Substansi_ Pengelolaan Kinerja Kepala Sekolah Tahap Pelaksanaan.pptxPanduan Substansi_ Pengelolaan Kinerja Kepala Sekolah Tahap Pelaksanaan.pptx
Panduan Substansi_ Pengelolaan Kinerja Kepala Sekolah Tahap Pelaksanaan.pptx
 
PELAKSANAAN + Link2 Materi TRAINING "Effective SUPERVISORY & LEADERSHIP Sk...
PELAKSANAAN  + Link2 Materi TRAINING "Effective  SUPERVISORY &  LEADERSHIP Sk...PELAKSANAAN  + Link2 Materi TRAINING "Effective  SUPERVISORY &  LEADERSHIP Sk...
PELAKSANAAN + Link2 Materi TRAINING "Effective SUPERVISORY & LEADERSHIP Sk...
 
Kelompok 1_Karakteristik negara jepang.pdf
Kelompok 1_Karakteristik negara jepang.pdfKelompok 1_Karakteristik negara jepang.pdf
Kelompok 1_Karakteristik negara jepang.pdf
 
LAPORAN PKP KESELURUHAN BAB 1-5 NURUL HUSNA.pdf
LAPORAN PKP KESELURUHAN BAB 1-5 NURUL HUSNA.pdfLAPORAN PKP KESELURUHAN BAB 1-5 NURUL HUSNA.pdf
LAPORAN PKP KESELURUHAN BAB 1-5 NURUL HUSNA.pdf
 
Petunjuk Teknis Aplikasi Pelaksanaan OSNK 2024
Petunjuk Teknis Aplikasi Pelaksanaan OSNK 2024Petunjuk Teknis Aplikasi Pelaksanaan OSNK 2024
Petunjuk Teknis Aplikasi Pelaksanaan OSNK 2024
 

Kti prostodonsia irma unhas

  • 1. BAGIAN ILMU PROSTODONSIA FAKULTAS KEDOKTERAN GIGI UNIVERSITAS HASANUDDIN Kajian Pustaka 23 Oktober 2014 PENGGUNAAN BROADRICK FLAG DALAM PENALATAKSANAAN PROSTODONSIA UNTUK GIGITIRUAN PENUH TUNGGAL Oleh: Nama : Irma Ariany Syam Stambuk : J 111 10 008 Penguji : drg. Elizabeth Mailoa, Sp.Pros Pembimbing Residen : drg. Evelyn Neos Hari/Tanggal Baca : Kamis, 23 Oktober 2014 Tempat : RSGM Halimah Dg. Sikati FKG UNHAS Jurnal Acuan : International Journal of Prosthetic Dentistry 2013 DIBACAKAN SEBAGAI TUGAS KEPANITERAAN KLINIK BAGIAN PROSTODONSIA FAKULTAS KEDOKTERAN GIGI UNIVERSITAS HASANUDDIN MAKASSAR 2014
  • 2. 1 PENGGUNAAN BROADRICK FLAG DALAM PENALATAKSANAAN PROSTODONSIA UNTUK GIGITIRUAN PENUH TUNGGAL PENDAHULUAN Prevalensi dari kondisi dimana satu lengkung edentulus yang berantagonis dengan gigi asli atau gigi yang telah direstorasi adalah sangat umum. Untuk pasien seperti itu, tantangan klinisnya adalah penilaian terhadap perbedaan biomekanik pada jaringan pendukung untuk kedua lengkung rahang, dan menerapkan penatalaksanaan yang tepat dalam prosedur untuk menghasilkan & mempertahankan kondisi yang diperlukan demi keberhasilan perawatan jangka panjang. Setelah mempertimbangkan diagnosis, dokter gigi harus mengevaluasi masalah individu sehingga kondisi serupa yang tampak tidak selalu diberikan perlakuan yang sama.1 kondisi tersebut harus dilakukan perawatan dengan membuat gigitiruan penuh tunggal. Gigitiruan penuh (GTP) tunggal adalah sebuah gigitiruan yang menggantikan gigi asli yang hilang yang beroklusi dengan beberapa atau semua gigi-geligi asli, gigitiruan cekat atau gigitiruan sebagian lepasan yang telah dibuat sebelumnya pada lengkung rahang antagonis.1 GTP tunggal dapat berupa GTP pada rahang atas berantagonis gigi asli rahang bawah, GTP pada rahang atas berantagonis gigitiruan sebagian rahang bawah, GTP pada rahang bawah berantagonis gigi asli rahang atas, GTP pada rahang bawah berantagonis gigitiruan sebagian rahang atas.2 Salah satu masalah yang paling penting dalam membuat GTP tunggal adalah tidak teraturnya bidang oklusal dan untuk mencapai oklusi yang harmonis, maka dalam
  • 3. 2 pembuatannya perlu menggunakan suatu alat untuk menganalisa bidang oklusal secara tepat.1 Salah satu alat yang dapat digunakan adalah Broadrick Occlusal Plane Analyser. Broadrick Occlusal Plane Analyser (BOPA) atau lebih sering disebut Broadrick Flag merupakan suatu alat bantu yang telah digunakan untuk membentuk morfologi gigi yang sepadan dengan kurva spee. Disebut flag instrument yaitu dapat disesuaikan dengan hampir semua jenis artikulator yang akan menerima sebuah facebow mounting untuk model rahang atas.1,3 Penggunaan Broadrick flag lebih mudah dan merupakan alat yang bebas digunakan. Broadrick flag digunakan untuk menentukan dan mencapai sebuah bidang oklusal yang memenuhi kedua fungsi, baik syarat oklusi maupun estetik.4 Penelitian ini dimaksudkan untuk menjelaskan sebuah kasus gigitiruan penuh tunggal dimana bidang oklusal disesuaikan dengan penggunaan broadrick flag yang memungkinkan dalam memandu pengurangan intraoral & menghilangkan pengasahan gigi yang berlebihan. TINJAUAN PUSTAKA Broadrick Occlusal Plane Analyzer (BOPA) Pada tahun 1963, Dr. Lawson Broadrick mengembangkan sebuah alat untuk menyediakan sebuah penuntun untuk posisi yang paling sesuai dan orientasi dari bidang oklusal. Tujuannya adalah untuk membentuk kembali kurva spee yang selaras dengan anterior guidance dan condylar guidance. Alat ini dipasarkan dengan nama Broadrick Occusal Plane Analyzer, lebih sering disebut sebagai Broadrick Flag. 3,5
  • 4. 3 BOPA merupakan alat yang mahal dan diadaptasikan hanya beberapa artikulator seperti Denar Anamark Fossae (Teledyne Waterpik, Ft Collins, Colo.) dan semua model dari artikulator Hanau (Teledyne Waterpik). Tidak banyak artikulator yang mendukung flag dan juga untuk pabrik dari artikulator semi-adjustable yang tidak menyediakannya bersama flag, Broadrick flag dapat digunakan. Flag dapat dikonstruksikan dengan menggunakan clear resin akrilik dengan beberapa modifikasi terhadap artikulator semi- adjustable. 3,4 Broadrick Flag mengikuti bentuk konstruksi dari kurva spee yang selaras dengan anterior condylar guidance mengikuti disklusi seluruh gigi posterior pada protrusi rahang bawah. Ini akan menghasilkan estetik yang baik dan penggunaannya dianggap fungsional dan posisi lebih tepat dari insisivus rahang bawah. Sebuah alat yang disebut Broadrick flag telah digunakan untuk membantu dalam membentuk morfologi gigi yang selaras dengan kurva spee.5,6,7 Kurva spee merupakan kurva antara anteroposterior dari permukaan oklusal rahang bawah, dimuai dari ujung cusp kaninus mandibula – ujung cusp bukal Premolar 1 dan 2 – cusp tip bukal Molar 1, 2, 3 – menyambung sampai ke tepi anterior ramus mandibula. Fungsi utama dari kurva spee dipercaya memiliki fungsi biomekanikal selama pengunyahan. Kurva ini penting untuk pergerakan yang efisien dari cusp-cusp gigi geligi untuk beroklusi sewaktu proses mastikasi sehingga gaya dan fungsi biomekanikal penguyahan menjadi efisien. Pergerakan fungsional mandibula yang lain seperti gerak protrusif dan lateral juga sangat dipengaruhi kurva ini. Kurva spee dapat dijadikan sebagai referensi dalam merekonstruksi oklusal pada kehilangan gigi posterior sebagian atau seluruhnya. Tujuan utama yang paling penting adalah untuk
  • 5. 4 mendapatkan stabilitas gigi tiruan. Perubahan kurva spee secara patologis dapat menyebabkan berbagai hal. Perubahan ini terjadi pada beberapa situasi seperti adanya gigi geligi yang rotasi, tipping maupun ekstrusi.8 Broadrick Flag penggunaannya lebih mudah dan merupakan instrument yang bebas digunakan. BOPA digunakan untuk menentukan dan untuk mencapai sebuah bidang oklusal yang memenuhi kedua fungsi, baik syarat oklusi maupun estetik pada kasus yang memerlukan rehabilitasi mulut secara keseluruhan.4 Broadrick Occlusal Plane Analyzer terdiri dari: 4 1. Kartu indeks 2. Jangka (bow compass) 3. Pisau 4. Kartu rekam plastik Gambar 1 Pemasangan BOPA pada artikulator:4,9 1. Kartu indeks ditempatkan pada bagian atas dengan ujung terbuka disekitar pin insisal dan slot berada disekitar plat sekrup mounting.
  • 6. 5 Gambar 2 2. Sekrup dikencangkan untuk menahan kartu indeks pada posisinya 3. Jika terdapat indicator orbitale yang terpasang pada articulator, maka harus dilepas ketika memasang kartu indeks. 4. Tekan kartu rekam plastik diatas di sisi kanan dari kartu indeks. Kartu diselesaikan pada kedua sisi, sehingga siap ditandai dengan tinta atau pensil. 5. Divergensi relatif kecil antara busur 3-3/4", 4" dan 5" radius di atas permukaan oklusal fungsional pada gigi posterior rahang bawah. Radius bola dalam Kurva Spee disarankan berada di 3,75 pada relasi Kelas II skeletal, dimana radius 5 inci lebih tepat dalam relasi Kelas III skeletal. Radius 4 inci dianggap normal dan paling sering digunakan dalam sebagian besar kasus terutama pada relasi Kelas I. (Gambar 3). Gambar 3
  • 7. 6 6. Kemudian pin bentuk lancip ditarik dari belahan puncak piring model dan model pada rahang atas dihilangkan. Sepotong timbal dimasukkan ke kompas dan disesuaikan dengan radius yang dipilih. 7. Titik pusat kompas disesuaikan dengan titik survei anterior (ASP), yang biasanya pada disto-insisal dari gigi kaninus. Jika tercatat bahwa cusp gigi kaninus tersebut sudah atrisi atau aus, titik survei anterior kemungkinan berada di tepi insisal. Jika titik yang dipilih sebagai titik paling diinginkan bahwa "arah" garis dan bidang oklusi secara posterior, hal ini ditandai diatas gigi kaninus dan tidak berubah. (Gambar 4) Gambar 4 8. Sebagai pusat kompas diposisikan pada ASP, busur panjang 3 inci diterapkan pada kartu rekam plastik. Pusat survei bidang oklusal (OPSC) akhirnya akan berada di beberapa titik pada busur. 9. Titik survei posterior (PSP) dipilih pada titik puncak distobuccal molar terakhir rahang bawah. (Gambar 5)
  • 8. 7 Gambar 5 10. Dalam kasus seperti tidak memiliki molar bawah, model rahang atas diganti dan modeling compund yang lembut ditempatkan di atas ridge, penutupan artikulator sampai pin kontak insisal, incisal guide dalam relasi sentris. Compound ini dingin dan kelebihannya dapat diukir dan dihilangkan, meninggalkan hanya senyawa yang berkontak ke dalam fossae rahang atas, simulasi cusp bukal rahang bawah. 11. Model rahang atas dihilangkan dan titik survei posterior (PSP) dipilih diatas modeling compund 12. Titik pusat kompas diposisikan pada PSP dan busur diterapkan untuk menyilang busur dari ASP 13. Alternatif ke molar PSP, adalah posisi pada elemen condylar dari artikulator, di persimpangan anterior dengan poros condylar 14. Titik pusat kompas diposisikan pada titik survei condylar posterior (CPSP) dan busur untuk menyilang pada busur lainnya yang terbentuk dari ASP 15. Titik jarum kemudian menyapu permukaan oklusal gigi posterior bawah untuk melihat bagaimana busur sesuai dengan bidang oklusal yang ada. Ini pusat
  • 9. 8 survei bidang oklusal (OPSC) digeser pada busur panjang pada kartu rekam plastik, garis ASP, sampai bidang oklusi dan garis ditemukan 16. Jika ada kebutuhan untuk meningkatkan garis dan bidang oklusi pada ujung distal, titik pusat dipindahkan anterior ke persimpangan busur. Untuk menurunkan garis dan bidang oklusi, titik tersebut akan dipindahkan ke persimpangan posterior 17. Setelah melakukan pengulangan percobaan, pusat survei yang ideal membentuk garis yang paling dapat diterima dan bidang oklusi akan ditempatkan. (Gambar 6) 18. Pisau potong berguna untuk penempatan ke dalam kompas untuk memotong plaster, compound atau wax selama koreksi bidang oklusal Gambar 6 ASP diberi tanda menggunakan penanda karbon pada pertengahan slope insisal pada gigi kaninus. PSP diberi tanda pada ujung cusp distobukal. Titik pusat pada kompas diposisikan pada anterior survey point dan lengkung rahang digambarkan pada plastik index, kemudian titik pusat kompas diposisikan pada PSP dan lengkung rahang digambarkan secara menyilang pada lengkung sebelumnya. Titik pusat persilangan disebut sebagai occlusal plane survey center (OPSC). Satu sisi dari kompas ditempatkan
  • 10. 9 pada OPSC dan sisi lain dari kompas titik grafik ditempatkan melewati permukaan oklusal dari gigi posterior rahang bawah untuk melihat bagaimana kesesuaian dari bidang oklusal yang ada.7 Gigitiruan Penuh Tunggal Gigitiruan penuh (GTP) tunggal adalah GTP yang beroklusi dengan beberapa atau semua gigi-geligi asli, gigitiruan cekat atau gigitiruan sebagian lepasan yang telah dibuat sebelumnya.10 Indikasi:2 a. Pada pasien dengan perbedaan ukuran rahang yang membutuhkan GTP,lebih baik untuk mempertahankan gigi pada rahang bawah yang retrognati b. Pada pasien dengan cleft palate yang tidak bisa dioperasi atau palatum yang berlubang lebih baik untuk mempertahankan gigi pada rahang atas. Hal ini karena GTP konvensional rahang atas akan gagal pada kasus ini karena tidak adanya peripheral seal Kerugian dari gigitiruan penuh tunggal: - Gigi yang malposisi, tipping atau supraerupsi pada rahang bawah akan mempengaruhi keseimbangan oklusi. Ketidakseimbangan dapat menyebabkan rasa sakit, perubahan mukosa dan resorpsi ridge pada rahang atas dan gigitiruan rahang atas cenderung bergeser - Jika gigi anterior rahang bawah hadir pada posisi yang pas, itu sulit untuk mendapatkan susunan gigi yang estetik
  • 11. 10 - Penggunaan gigi artificial dari akrilik berantagonis gigi asli akan menghasilkan abrasi terhadap akrilik sedangkan penggunaan porselin berantagonis gigi asli akan menyebabkan abrasi pada gigi asli. Jenis gigitiruan penuh tunggal GTP tunggal dapat berupa GTP pada rahang atas berantagonis gigi asli rahang bawah, GTP pada rahang atas berantagonis gigitiruan sebagian rahang bawah, GTP pada rahang bawah berantagonis gigi asli rahang atas, GTP pada rahang bawah berantagonis gigitiruan sebagian rahang atas. a. GTP pada rahang atas berantagonis gigi asli penuh rahang bawah Terdapat perbedaan oklusal yang sangat besar dan membutuhkan occlusal adjustment dan koreksi ortodonti. ada beberapa poin penting yang harus dipertimbangkan sebelum membuat gigitiruan yaitu: - Morfologi gigi asli akan menentukan pemilihan gigi artifisial; ukuran dan warna gigi artifisial harus cocok dengan gigi asli. - Jika gigi rahang bawah mengalami atrisi, lebih dipilih menggunakan cuspless teeth - Jika gigi rahang bawah tidak atrisi, lebih dipilih gigi antagonis b. GTP pada rahang atas berantagonis gigitiruan sebagian Gigitiruan ini secara klinis sangat signifikan karena komplikasinya. Pemilihan gigi sangat penting pada pembuatan gigitiruan. Gigi artifisial ini sebaiknya dipilih berdasarkan faktor:
  • 12. 11 - Jika gigitiruan sebagian adalah gigi porselen, maka gigi porselen yang dipilih - Jika gigi asli memiliki crown gold atau metal, maka gigi akrilik yang dipilih - Gigi akrilik dipilih pada gigitiruan dengan antagonis gigi asli atau gigitiruan dengan artificial akrilik c. GTP pada rahang bawah GTP pada rahang bawah dapat berantagonis dengan gigi penuh rahang atas atau dengan gigitiruan sebagian rahang atas. Pada setiap kasus, akan terjadi resorpsi ridge yang parah pada rahang bawah yang edentulus. Hal ini dikarenakan dua alasan: - Pergerakan konstan dari lidah ditambah dengan tekanan pada residual ridge meningkatkan jumlah resorpsi. - Jumlah mukosa yang melekat kaku pada gigitiruan, bearing area lebih sedikit pada rahang bawah daripada di rahang atas Gigitiruan konvensional biasanya dihindari berantagonis dengan gigi asli rahang atas. Kondisi ini dapat dirawat paling baik dengan implant endosseous setelah evaluasi menyeluruh dari pasien. Beberapa kasus dapat dirawat bersama dengan linier elastic untuk mengurangi tekanan pada ridge. Beberapa ahli percaya bahwa rahang bawah dengan GTP mempunyai prognosis yang buruk.2 Ketika gigitiruan penuh tunggal dengan gigi-geligi antagonis gigi asli, hal tersebut selalu membutuhkan beberapa derajat kontur untuk menyediakan oklusi yang harmonis. Alasan utama untuk beberapa perubahan yang terjadi yakni: (1) inklinasi
  • 13. 12 yang kurang baik dari bidang oklusal (2) malposisi gigi yang diasumsikan bahwa posisinya akan menghasilkan inklinasi cusp yang terlalu curam, dan (3) juga ukuran buccolingual yang lebih lebar dari gigi asli. LAPORAN KASUS Seorang pasien pria berusia 62 tahun dengan edentulus rahang atas & kehilangan gigi anterior rahang bawah, dilaporkan ke Departemen Prostodonsia, Government Dental College untuk menggantikan giginya dengan tujuan perbaikan fungsi pengunyahan. Semua gigi yang tersisa berada dalam kondisi baik. Kasus ini didiagnosis untuk pembuatan gigitiruan penuh tunggal rahang atas serta penggantian kehilangan gigi rahang bawah dengan gigitiruan lepasan. 1) Cetakan pendahuluan dibuat pada kedua rahang dan model studi disiapkan 2) Cetakan akhir lengkung rahang atas dan rahang bawah dibuat dan relasi orientasi dengan bantuan Facebow (model Hanau Spring bow) # 182-8, teknologi Water- Pick & dan ditransfer ke Artikulator Hanau (model #190-291101, Teledyne Waterpick) 3) Setelah model rahang atas disusun, model rahang atas harus disimpan untuk digunakan nanti. Flag diamankan ke sisi rahang atas dari artikulator dan lembaran plastik dibentakkan ke satu sisi. Jangka diatur menjadi radius 4 inchi. 4) Anterior survey point (ASP) dipilih dari ujung cusp ke sudut garis distoincisal dari kaninus rahang bawah. ASP diambil sebagai sudut garis insisal. Sebuah lengkungan digambarkan pada flag. (gambar 7 dan 8)
  • 14. 13 Gambar 7 Gambar 8 5) Posterior survey point (PSP) dipilih pada cusp distobuccal dari distal molar (Gambar 9) 6) Jika posisi dari gigi ini dipertimbangkan tidak dapat diterima, batas dari elemen kondilar (gambar 10) pada artikulator dapat dipilih Gambar 9 Gambar 10 7) PSP diambil pada ujung cusp distobuccal dari molar ketiga (gambar 11) 8) Sebuah lengkung digambar pada grafik dengan ASP dan PSP serta Point of intersection yang menentukan pusat survei bidang oklusal. Hal ini dapat diubah 1 cm lebih maju atau mundur dalam urutan untuk menetapkan bidang yang dapat diterima. (gambar 6)
  • 15. 14 Gambar 11 Gambar 12 9) Sebuah garis digambarkan dari pusat center bidang oklusal diatas model rahang bawah. Garis yang sama digambar pada sisi lain dari model. (gambar 13) 10) Fabrikasi dari Poly-Vinyl Siloxane template diselesaikan dengan menyesuaikan pada model rahang bawah. Setelah putty dikumpulkan kemudian dihias dengan pisau yang tajam diatas bidang yang telah ditandai 11) Pindahkan template dari model dan tempatkan pada mulut pasien. Setelah penempatan template, bagian dari gigi yang menonjol keluar selesai dikurangi dengan menggunakan ujung diamond berbentuk tapered dalam high speed hand pieces (Gambar 14) Gambar 14
  • 16. 15 12) Relasi sentrik disesuaikan dan gigi telah selesai disusun. Gigitiruan dicobakan pada mulut pasien. Gigitiruan diproses dan diinsersikan ke mulut pasien. DISKUSI Pasien yang memakai gigitiruan penuh tunggal biasanya usainya lebih muda dibandingkan dengan yang memakai gigitiruan penuh dan dapat ditoleransi serta lebih siap dalam menyesuaikan gigitiruannya. Bentuk ridge biasanya baik dan jaringan umumnya sesuai dengan yang diinginkan. Gigitiruan penuh tunggal diperlukan ketika gigi antagonisnya dalam keadaan berikut:  Jumlah gigi asli cukup yang tidak mengharuskan pemasangan gigitiruan cekat maupun sebagian lepasan.  Lengkung edentulus sebagian dimana kehilangan gigi yang telah atau akan digantikan oleh gigitiruan sebagian cekat.  Lengkung edentulus sebagian dimana kehilangan gigi yang telah atau akan digantikan oleh gigitiruan sebagian lepasan.  Gigitiruan lengkap yang telah ada atau gigitiruan yang didukung oleh implant. Masalah yang dihubungkan dengan pembuatan dari gigitiruan penuh tunggal adalah banyak dan kompleks, diantaranya:
  • 17. 16  Ridge edentulus akan memiliki tekanan dan tegangan yang berlebihan dibandingkan dengan edentulus totalis.  Untuk membuat keseimbangan gigitiruan secara bilateral  Estetik  Pemilihan gigi  Kebiasaan mastikasi  Relasi crossbite  Rahang bawah yang prognati  Bentuk oklusal: pada gigitiruan penuh tunggal, bentuk oklusal pada gigi asli berfungsi sebagai petunjuk. Pada kebanyakan kondisi ini akan menjadi suatu anatomi gigi (cusp) tetapi jika gigi asli sudah abrasi dan tidak direstorasi terlebih dahulu untuk perawatan bentuk monoplane dapat menjadi pilihan.  Kemiringan gigi: berkaitan dengan mesial drifting pada gigi asli yang tersisa dengan tanpa antagonis yang dapat menciptakan kemiringan merupakan sebuah masalah. Hal ini dapat dibentuk oleh grinding yang selektif jika terjadi kemiringan yang ringan.  Ketika kemiringan lebih terjadi sedang sejumlah pengurangan diperlukan untuk memperbaikinya dengan cast gold crown, onlay atau fixed bridge.  Jika daerah edentulus yang besar berdekatan dengan gigi yang mesial drifting, kemudian gigitiruan sebagian lepasan dapat didesain dengan mesial rest untuk direstorasi mesial half pada gigi molar dan cusp distal rahang bawah.  Reposisi ortodontik dapat dipertimbangkan.
  • 18. 17  Jika gigi molar sangat miring dan supraerupsi dan modifikasi tidak mungkin dilakukan maka dilakukan ekstraksi. Hal-hal yang perlu diperhatikan pada pemilihan gigi artificial untuk gigi tiruan penuh rahang atas berantagonis gigi tiruan lepasan rahang bawah yakni:2 - Jika gigitiruan sebagian adalah gigi porselen, maka gigi porselen yang dipilih - Jika gigi alami memiliki crown gold atau metal, maka gigi akrilik yang dipilih - Gigi akrilik dipilih pada gigitiruan dengan antagonis gigi asli atau gigitiruan dengan artificial akrilik Akibat kesalahan pemilihan gigi artifisial dapat menyebabkan:2 a. Pengikisan pada gigi asli Penggunaan gigi artifisial porselen dapat menyebabkan abrasi pada gigi asli. b. Fraktur gigi tiruan Fraktur pada gigi tiruan pada umumnya terjadi pada gigi tiruan penuh tunggal, dapat disebabkan oleh tekanan yang berlebihan dari gigi asli. Masalah dapat diselesaikan oleh:  Pengurangan ketinggian inklinasi cusp dengan membulatkan ujung cusp  Tekanan oklusal secara langsung seperti stabilitas gigitiruan tidak menghambat ketika terjadi pergerakan mastikasi  Pemilihan gigi artifisial yang tepat
  • 19. 18 Broadrick flag telah digunakan untuk membantu dalam membentuk morfologi gigi yang sepadan/ selaras dengan kurva spee sehingga akan menciptakan oklusi yang baik pada pasien. 5 KESIMPULAN Pasien yang menuntut gigitiruan penuh tunggal berantagonis gigi asli atau gigi yang telah direstorasi menantang para klinisi bahkan lebih sulit dari pasien yang edentulus totalis. Penggunaan Broadrick Flag dapat memenuhi kedua fungsi baik syarat oklusi maupun estetik serta penggunaan Poly-Vinyl Siloxane template yang digunakan sebagai prostetik template dan membantu dalam: - Menetapkan bidang oklusal - Pengurangan yang tepat pada gigi asli - Memberikan penuntun untuk pengurangan anterior - Menghilangkan grinding yang berlebihan
  • 20. 19 DAFTAR PUSTAKA 1. Wankhade S, Lokade J, Rajguru V. Use of broadrick flag in prosthodontic management for single complete denture: a case report. Int J Prosthet Dent. 2013;4(2);65-9. 2. Nallaswamy D. Textbook of prosthodontics. New Delhi: Jaypee Brothers Medical Publishers; 2007. P. 250-5. 3. Shah M. Custom made occlusal plane analyzer: Fabrication and technique. Int J Adv Dent Sci Technoto. 2013;1(1). P 17-24. 4. Chokalingam S, Rao G. Broadrick occlusal plane analyzer. IOSR–JDMS, Feb 2014;13(1):54-8. 5. Chaturvedi S, Verma AK, Ali M, Shah M. Full mouth rehabilitation using a custom-made braodrick flag: a case report. IJCRI. 2012;3(5): 41-4. 6. Manvi S, Shaveta M, Rajeswari CLL, Srivatsa G, Arora S. Occlusal plane determination using custom made broadrick occlusal plane analyser: a case control study. ISRN Dentistry. 2012; 4 pages. 7. Jagadeesh KN, Kashinatha HM, Bembalgi MS, Kumar PCR, Yariagadda KB, Ateeq PM. Realibility of broadrick flag in determination of curve spee in Indian population. J Temp Dent Pract, September-Oktober 2012;13(5):627-31. 8. Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Indonesia. Korelasi usia [internet] [24 Oktober 2014]. Available from: http://lib.ui.ac.id/file?file=digital/125321-R17- PRO-197%20Korelasi%20usia-Literatur.pdf.
  • 21. 20 9. Whip Mix. Broadrick occlusal plane analyzer. [Internet]. USA: Whip Mix Corporation.; 2012 [cited 26 September 2014]. Available from: URL: http://whipmix.com/wp-content/uploads/via-product- catalog/product_docs/BroadrickOPA_0412.pdf. 10. Prasad A, Prasad K, Hegde C. Management of completely edentulus maxillary arch opposing natural dentition – a case report. NUJHS. 2012;2(3):39-41.