Dokumen tersebut membahas tentang pembinaan guru-guru bidang Tartil Alquran di LPTQ Tangsel. Tartil adalah cabang tilawah Alquran dalam kontes membaca Alquran (MTQ) dengan tempo bacaan lambat sesuai tata cara baca yang benar, tujuannya agar makna Alquran dapat dipahami dan diamalkan. Dokumen ini juga membahas sejarah MTQ di Indonesia dan berbagai pendapat ulama tentang keutamaan membaca Alquran dengan tartil atau cep
BAHAN SOSIALISASI PPDB SMA-SMK NEGERI DISDIKSU TP. 2024-2025 REVISI.pptx
Dr. Hasani Ahmad Said, m.a. Pembinaan guru bidang tartil (murottal) by dr. hasani - lptq tangsel 13 okt 16
1. PEMBINAAN GURU-GURU BIDANG
TARTIL ALQURAN LPTQ TANGSEL
BIDANG DIKLATS
KAMPUNG ANGGREK RESTO
BUARAN, SERPONG, TANGSEL
12 MUHARRAM 1436 H. / 13 OKTOBER 2016
OLEH :
DR. Hasani Ahmad Said, M.A.
(Pengurus LPTQ Tangsel & Dosen Tetap Fakultas
Ushuluddin UIN Jakarta)
2. LATAR BELAKANG
Membaca Al-Qur’an memiliki keistimewaan. Bahkan Rasulullah
SAW bersabda bahwa ibadah yang paling istimewa adalah
membaca Al-Qur’an serta mengamalkannya dalam kehidupan
sehari-hari. Keistimewaan membaca Al-Qur’an dapat menjadikan
setiap orang yang membacanya menjadi aman dan tentram.
Sebagai umat Islam membaca Al-Qur’an adalah suatu keharusan
yang harus dijalankan. Hal ini dapat dipahami karena Al-Qur’an
merupakan pedoman setiap umat Islam. Al-Qur’an merupakan
wahyu dari Allah SWT yang diturunkan kepada Nabi Muhammad
SAW. Al-Qur’an sebagai pedoman hidup berguna untuk
menunjukkan jalan kebaikan dan kebenaran serta sebagi pengingat
agar umat Islam berpegang teguh pada jitab suci Al-Qur’an agar
selamat di dunia dan di akhirat. Salah satu metode dalam belajar
Al-Qur’an adalah dengan irama.
3. • Musabaqoh Tilawatil Quran (MTQ), di Indonesia
dapat dikatakan sebagai kegiatan rutin dalam
keagamaan, dan yang cukup besar dan yang dibiayai
oleh pemerintah saat ini. Musabaqoh ini tidak lepas
dari dimensi sosialnya sebagai sebuah kegiatan. Dari
meriahnya acara yang diselenggarakan, ingin
dimunculkan suatu citra bahwa islam memiliki suatu
keistimewaan yang harus dibanggakan dan
dilestarikan dengan kitab sucinya.
MTQ DI INDONESIA
4. • Musabaqoh Tilawatil Quran adalah lomba membaca Al Quran
dengan lagu. KH. Muhammad Dahlan (Menteri Agama RI,
1967 sampai 1971), bersama Prof. KH. Ibrahim Hossen adalah
pemrakarsa pertama penyelenggaraan Musabaqoh Tilawatil
Quran (MTQ) Tingkat Nasional yang untuk pertama kalinya
diadakan di Ujungpandang.
• Disamping itu, mereka berdua, bersama KH. Zaini Miftah, KH.
Ali Masyhar dan Prof. Dr. H.A. Mukti Ali pada 23 Januari 1970
membentuk Yayasan Ihya ‘Ulumuddin, yang setahun
kemudian merintis berdirinya Perguruan Tinggi Ilmu Al Quran
(PTIQ), sebuah perguruan tinggi yang secara khusus
mengajarkan seni baca dan menghafal Al Quran serta megkaji
ilmu-ilmu yang ada di dalamnya
Sejarah MTQ (Musabaqoh
Tilawatil Quran)
5. Dalam musabaqoh ini terdiri dari beberapa kegiatan / cabang jenis perlombaan,
seperti halnya tahfidhz (hafalan), Syarkh (penafsiran), Cerdas Cermat Al-Quran,
Kaligrafi dan lain-lain.
Cabang Tilawah:
MTQ (Musabaqah Tilawatil Quran) adalah suatu jenis lomba membaca Al-
Quran dengan bacaan mujawwad dan murottal yaitu bacaan Al-Quran yang
mengandung nilai ilmu membaca, seni baca dan adab membaca menurut
pedoman yang telah ditentukan.
Cabang tilawah Al-Quran terdiri dari 5 golongan yang terdiri dari
golongan pria (Qori’) dan golongan wanita (Qori’ah), yaitu:
•a. Golongan Tartil Al-Quran
•b. Golongan Anak-anak
•c. Golongan Remaja
•d. Golongan Dewasa
•e. Golongan Cacat Netra
Tartil adalah Cabang Tilawah dalam MTQ?
6. TARTIL terderivasi dari rattala yurattilu
tartilan, artinya membaca. Sedangkan murattal
adalah orang yang membaca. Secara umum,
Murottal merupakan irama yang biasa digunakan
mengaji sehari-hari. Tempo membaca Al-Qur’an
dengan irama murottal dapat lambat, sedang,
maupun cepat. Irama murottal mengikuti tabiat asli
orang yang membacanya. Irama ini tidak
memberat-beratkan diri pembacanya atau
diperoleh melalui latihan atau belajar secara
khusus. Memperindah bacaan Al-Quran dengan
irama murottal sangatlah diperbolehkan.
APA ITU TARTIL / MURATTAL?
7. TingkatanTempo Membaca al-Qur’an
Tempo Bacaan Al-Qur’an
Ada empat macam tempo bacaan yang telah disepakati ahli tajwid, yaitu :
1. At-Tartil ( )
Membaca Al-Qur’an dengan tempo lambat/pelan sesuai dengan kaidah-kaidah
ilmu tajwid, serta memperhatikan ma’nanya. Tempo bacaan inilah yang paling
bagus, karena sesuai dengan perintah Allah dalam Surat Al-Muzammil : 4.
2. At-Tahqiq ( )
Membaca Al-Qur’an dengan tempo lebih ambat dari tartil, tempo bacaan ini lazim
di gunakan dalam mengajarkan bacaan Al-Qur’an.
3. Al-Hadr ( )
Membaca Al-Qur’an dengan cepat, namun tetap memelihara hukum-hukum
tajwid. Cepat disini biasanya menggunakan ukuran terpendk selagi di bolehkan,
seperti membaca mad jaiz dengan 2 harokat.
4. At-Tadwir ( )
Membaca Al-Qur’an dengan tempo pertengahan, yaitu tidak terlalu cepat dan
tidak juga terlalu lambat (antara Tartil dan Hadr). Ukuran bacaan yang digunakan
dalam tadwir adalah ukuran pertengahan, yaitu jika ada pilihan memanjangkan
bacaan boleh 2, 4, atau 6 maka tadwir memilih yang 4
8. Tujuan membaca Alquran selain untuk ibadah,
juga untuk ditadabburi, diresapi maknanya,
dan diamalkan dalam kehidupan sehari-hari.
Membaca dengan tartil merupakan salah satu
sarana untuk mencapai tujuan tersebut.
Namun, yang terpenting dari keempat
tingkatan tersebut tetaplah pada ketepatan
tajwid.
9. • Dari keempat maratib (tempo) tersebut, manakah yang terbaik digunakan bila ditinjau dari segi ibadah? Dalam hal ini tidak terdapat kesepakatan
ulama' diantara pendapat yang pernah dikemukakan oleh ulama antara lain:
a. Sebagian ulama berpendapat bahwa membaca dengan cepat dan hasil yang baik lebih utama daripada dengan tartil tetapi dengan hasil sedikit.
Pendapat ini bersandar pada hadits yang berbunyi:
•
•
“ Dari Abdullah bin Mas'ud dari Nabi s.a.w bahw a beliau bersabda : Barang siapa membaca Al-Qur,an, maka tiap huruf yang dibacanya akan
mendapat satu kebaikan dan setiap kebaikan akan dibalas sepuluh kali lipat."
b. Jumhur ulama berpendapat sebaliknya, yaitu membaca dengan tartil walaupun sedikit lebih baik daripada jumlah yang banyak tetapi dengan
cepat. Jumhur ‘ulama berargumen bahwa tujuan membaca Al-Qur',an selain sebagai ibadah juga untuk dimengerti untuk kemudian
diimplementasikan dalam amal perbuatan sebagaimana yang di tuntut oleh Al-Qur'an, sedang membaca Al-Qur'an dengan peian dan tenang adalah
salah satu cara untuk mencapai tujuan tersebut.
c. Imam Malik berpendapat bahwa tiap orang kemampuannya tidak sama. Ada yang baik bila membaca Al-Qur'an dengan pelan dan banyak salahnya
bila membaca Al-Qur'an dengan cepat. Ada pula yang sebaliknya, baik bacaanya bila membaca Al-Qur'an dengan cepat dan rusak bacaannya bila
membaca Al-qur’an dengan pelan. Oleh karena itu yang lebih utama adalah yang lebih mudah bagi yang bersangkutan. cepat atau lambat, sedikit
atau banyak bacaannya yang penting adalah baik dan benar dengan mengikuti petunjuk kaedahnya.
d. Imam Abu Hamid al-Ghozaliy mengatakan bahwa membaca Al-Qur'an dengan tartil sunnah hukumnya, baik si pembaca mengerti artinya atau
tidak. Bacaan tartil selain memang diperintahkan oleh Allah juga akan terasa lebih hormat dan meresap ke dalam hati.
Terlepas dari perbedaan pendapat tentang mana yang lebih utama dalam qiraat, telihat bahwa Imam Hamzah, Asim, dan Warsy selalu menggunakan
ukuran yang terpanjang. Ibnu Katsir, Abu Amr, dan Qolun memilih bacaan hadr dengan memakai ukuran terpendek. Dan Imam al-Kisa'ii terkenal
dengan qiro’atnya yang pertengahan.
Bagusan Yang Mana ?
10. •
• 3919
Dari Abdulloh bin Mas’ud, ra dia berkata: Rasululloh bersabda padaku: “Bacalah
Al- Qur’an dalam sebulan (khatam). Aku berkata: “Aku punya kekuatan (untuk
membaca lebih dari itu). Nabi bersabda: “(Kalau begitu) bacalah sepuluh hari
(khatam). Aku berkata: “Aku punya kekuatan (untuk membaca lebih dari itu). Nabi
bersabda: ““(Kalau begitu) bacalah seminggu (khatam), jangan kau tambahi dari
itu”. Hadist riwayat Bukhory dan Muslim.
Dalam hadist diatas, perintah yang pertama Rasululloh menganjurkan agar kita
membaca 30 juz dalam 30 hari, berarti satu hari 1 juz = 10 lembar/ 20 halaman.
Jika kita baca setiap selesai sholat, berarti kita cukup membaca 2 lembar/ 4
halaman tiap selesai sholat. Dengan bacaan Tartil/ Murottal akan dapat
diselesaikan dalam waktu 15 – 20 menit.
Ibnu Mas’ud dalam hadist diatas menyatakan dia mampu mengkhatamkan Al-
Qur’an dalam 7 hari. Berarti tiap hari 4 ~ 5 juz = 50 lembar/ 100 halaman. Jika kita
baca setiap selesai sholat, berarti kita harus membaca 10 lembar/ 20 halaman tiap
selesai sholat. Dengan bacaan Tartil/ Murottal akan dapat diselesaikan dalam
waktu 1 jam.
11. “ Wa Allâh a’lam bi al-shawâb ”
TERIMAKASIH
Jazakallah Ahsanal
Jaza