Dokumen tersebut mengidentifikasi beberapa masalah utama dalam pendidikan, termasuk kesulitan pelaksanaan pembelajaran yang sesuai dengan standar, rendahnya literasi siswa, dan kurangnya pemahaman guru akan model-model pembelajaran inovatif serta pemanfaatan teknologi. Dokumen tersebut juga menganalisis penyebab-penyebab masalah tersebut dan memberikan rekomendasi untuk perbaikan.
1. Search
No Jenis Permasalahan Masalah yang diidentifikasi Analisis identifikasi masalah
1
Pedagogik, literasi, dan
numerasi
Pedagogik: Kegiatan
pembelajaran tidak sesuai
dengan rancangan yang
tertuang dalam RPP dan
media pembelajaran yang
masih kurang bervariasi.
Pedagogik: - Terjadi karena Copy Paste, tanpa
Memperhatikan unsur-unsur yang terdapat
dalam RPP dan karakteristik siswa di sekolah. -
Guru belum siap dalam memulai pembelajaran
- Media pembelajaran masih menggunakan
power point/pdf/word - Media pembelajaran
masih menggunakan pdf - Guru belum sempat
membuat media pembelajaran yang baru
Literasi: Sulitnya
melaksanakan pembiasaan
literasi siswa ketika belajar di
rumah
Literasi: - Sekolah kurang menyisihkan waktu
secara berkala untuk pembiasaan membaca
sebagai bagian dari penumbuhan budi pekerti
siswa. (Permendikbud No. 23 Tahun 2015) -
Orang tua siswa kurang pengawal pembiasaan
literasi anak (siswa) di rumah
Numerasi: Tidak semua
siswa memiliki minat di
bidang numerasi
Numerasi: - Sangat susah untuk menerapkan
konsep numerasi dalam kehidupan sehari-hari
karena pada dasarnya tidak semua murid
memiliki bakat dan minat pada penerapan
numerasi - Kurangnya siswa mendapat latihan
soal berkenaan dengan numerasi untuk
2. menumbuhkan minat - Kurangnya guru
memberikan latihan soal berkenaan dengan
numerasi untuk menumbuhkan minat siswa
2
Kesulitan belajar siswa
termasuk siswa berkebutuhan
khusus dan masalah
pembelajaran (berdiferensiasi)
di kelas berdasarkan
pengalaman mahasiswa saat
menjadi guru.
Berkebutuhan khusus:
Banyak Siswa berkebutuhan
khusus mengalami masalah
di ruang kelas.
Berkebutuhan khusus: -Siswa belum bisa
membaca dengan baik - Siswa kurang
memahami pembelajaran dan diskusi - Siswa
tidak mudah mengonseptualisasi simbol,
konsep, atau teori abstrak. - Siswa kesulitan
mengaitkan pengetahuan baru dengan apa yang
sudah mereka ketahui.
Pembelajaran berdiferensiasi:
Guru (Sekolah) belum bisa
memfasilitasi kebutuhan
semua murid.
Pembelajaran berdiferensiasi: - Guru kurang
memahami konsep pembelajaran
berdiferensiasi, sehingga kurang bisa
memanfaatkan sumber daya yang sudah ada. -
Kurangnya pelatihan bagi guru berkenaan
den0gan pembelajaran berdiferensiasi. - Guru
masih lebih memaksakan kehendaknya sendiri.
3
membangun relasi/hubungan
dengan siswa dan orang tua
siswa.
Relasi/ hubungan sekolah
dengan siswa kurang intens
dan efektif
- Orang tua siswa sudah fokus bekerja
terkadang perhatian/ komunikasi ke anak
(siswa) kurang - Guru (Sekolah) belum bisa jadi
jaringan pertemanan siswa - Wali Kelas, BK,
maupun Guru tidak semua menjadi tempat yang
nyaman untuk siswa berdiskusi.
3. Relasi/ hubungan sekolah
dengan orang tua siswa
kurang intens dan efektif
- Kurangnya kegiatan bersama sekolah dengan
orang tua. - Wali kelas kurang responsif ketika
orang tua yang bertanya. - Kurangnya Wali
Kelas mengawali komunikasi dengan orang tua
siswa.
4
pemahaman/ pemanfaatan
model-model pembelajaran
inovatif berdasarkan
karakteristik materi dan siswa.
Kurang maksimalnya
implementasi model
pembelajaran inovatif di
kelas
- Guru kurang memahami konsep pembelajaran
inovatif - Siswa kurang mendapat kesempatan
pembelajaran inovatif - Siswa kurang bisa
berperan aktif saat implementasi pembelajaran
inovatif
Kurangnya kolaborasi peserta
didik dan guru dalam
pembelajaran
- Siswa kurang aktif dalam proses pembelajaran
inovatif - Guru masih lebih memaksakan
kehendaknya sendiri - Siswa kurang diberi
kesempatan belajar kelompok
Kurangnya pembelajaran
yang mengintegrasikan
Teknologi Informasi dan
Komunikasi (ICT)
- Guru belum semua memiliki perangkat laptop
yang memadai. - Siswa belum semua memiliki
paket internet dan perangkat laptop yang
memadai.
Belum semua guru
menjalankan pembelajaran
berorientasi pada
keterampilan belajar dan
mengembangkan
Keterampilan Abad 21 (4C)
- Kurangnya semangat belajar Guru maupun
Siswa terhadap ICT. - Guru kurang memahami
keterampilan abad 21 terutama 4C (Creativity,
Collaboration, Critical Thingking, dan
Communication). - Belum semua guru
memasukkan unsur keterampilan abad 21 ke
4. dalam RPP. - Guru yang sudah memasukkan
unsur keterampilan abad 21 ke dalam RPP,
belum semua bisa menjalankan RPP dengan
maksimal.
Kurang berkembangnya
kemampuan literasi siswa
- Kurangnya sarana pendukung literasi siswa. -
Guru kurang menjadi figur literasi bagi siswa. -
Guru kurang memahami konsep kemampuan
literasi (literasi baca tulis, numerasi, sains,
digital, finansial, dan budaya dan kewargaan
(Kemdikbud, 2017). - Belum semua guru
memasukkan konsep literasi ke dalam RPP.
Kurangnya konsep Penguatan
Pendidikan Karakter (PPK)
- Guru kurang memahami konsep Penguatan
Pendidikan Karakter (religiusitas, nasionalisme,
integritas (kejujuran), kemandiian, dan gotong
royong). - Belum semua guru memasukkan
konsep PPK ke dalam RPP. - Kurangnya
sosialisasi konsep PPK kepada Guru
5
Materi terkait Literasi
numerasi, Advanced material,
miskonsepsi, HOTS.
Tingkat literasi numerasi
siswa masih sangat rendah
- Daya tahan baca siswa kurang kuat. - Guru
kurang memahami cara meningkatkan
kemampuan literasi numerasi siswa. - Sekolah
kurang memiliki sumber belajar literasi
numerasi.
Kurangnya pembelajaran
yang berorientasi HOTS
- Guru kurang memahami konsep pembelajaran
berorientasi HOTS. - Guru kurang mengikuti
5. pelatihan berkenaan dengan pembelajaran
HOTS. - Siswa kurang memiliki keterampilan
berpikir tingkat tinggi. - Perangkat
pembelajaran belum berorientasi dengan HOTS
6
pemanfaatan teknologi/inovasi
dalam pembelajaran.
Teknologi kurang
dimaksimalkan dalam
pembuatan media
pembelajaran
- kenaan dengan teknis penggunaan LMS. -
Guru dan siswa kurang familiar dengan
penggunaan LMS. - Guru kurang memberikan
tampilan yang menarik di LMS.
Masih ada baik siswa
maupun guru yang terkendala
internet.
Guru jarang menggunakan LMS sebagai sarana
komunikasi dengan siswa (penyampaian materi,
evaluasi, dan diskusi).
Optimalisasi penggunaan
LMS Sekolah sebagai salah
satu sarana pendidikan
kurang