Kuota internet gratis yang diberikan pemerintah melalui Kemendikbud merupakan solusi untuk mendukung pembelajaran daring selama pandemi. Kuota 50GB dialokasikan untuk mahasiswa dan dosen berdasarkan data pada sistem PD Dikti, sementara siswa mendapat kuota berdasarkan Dapodik. Anggaran yang dibutuhkan mencapai Rp9 triliun untuk tahun 2020.
KUOTA KEMENDIKBUD, INFRASTRUKTUR DAN PEMBELAJARAN ADAPTIF SEBAGAI SOLUSI PENDIDIKAN PADA ERA PANDEMI DI INDONESIA
1.
2.
3. DIES NATALIS XIII
STMIK STIKOM INDONESIA
2021
Pembelajaran Daring dan
Teknologi yang Mendukungnya
Editor:
I Gede Andika
Ni Wayan Wardani
I Gusti Ayu Agung Mas Aristamy
Ni Kadek Nita Noviani Pande
STMIK STIKOM Indonesia
Denpasar - Bali - Indonesia
i
4. Judul: Pembelajaran Daring dan Teknologi yang Mendukungnya
Editor: I Gede Andika, Ni Wayan Wardani, I Gusti Ayu Agung Mas
Aristamy, Ni Kadek Nita Noviani Pande
Tata Halaman: Putu Wirayudi Aditama, Ketut Jaya Atmaja
Desain Sampul: I Ketut Setiawan
Penulis: Ni Kadek Nita Noviani Pande
Dewa Putu Yudhi Ardiana
Sri Widiastutik
Ni Kadek Ariasih
Gede Surya Mahendra
Kadek Ayu Ariningsih
Ni Komang Tri Juniartini
I Gede Agus Krisna Warmayana
Arundina Pratiwi
Iswadi Bahardur
Moh. Imam Sufiyanto
Muhamad Ishaac
Noviana Dewi
Nuur Wachid Abdul Majid
Nyayu Yayu Suryani
Yuliana
ISBN: 978-623-96736-0-4
Penerbit:
STMIK STIKOM Indonesia
Anggota APPTI No. 002.078.1.1.2019
Ukuran: 23 x 15,5 cm, i - x + 235 halaman
Cetakan I: April 2021
1. STMIK STIKOM Indonesia 1. Judul
Redaksi:
Jalan Tukad Pakerisan No. 97 Denpasar Selatan, 80225, Bali, Indonesia
Telp/Fax: 0361 - 246875
Situs: stiki-indonesia.ac.id
E-mail: publisher@stiki-indonesia.ac.id
ii
5. DAFTAR ISI
KATA SAMBUTAN........................................................................... iii
KATA PENGANTAR.......................................................................... v
DAFTAR ISI....................................................................................... 0ix
LITERASI DIGITAL DALAM PEMBELAJARAN DARING MASA
PANDEMI COVID-19........................................................................ 001
(Ni Kadek Nita Noviani Pande)
PEMILIHAN MEDIA DIGITAL UNTUK PEMBELAJARAN DARING
BERDASARKAN GAYA BELAJAR................................................. 015
(Dewa Putu Yudhi Ardiana)
DINAMIKA KUALITAS PEMBELAJARAN WEB-ENHANCE
COURSE............................................................................................. 031
(Sri Widiastutik)
PENERAPAN STUDENT RESPONSE SYSTEM (SRS) UNTUK
STRATEGI PEMBELAJARAN DOSEN BERBASIS DARING...... 053
(Ni Kadek Ariasih)
KUOTA KEMENDIKBUD, INFRASTRUKTUR DAN
PEMBELAJARAN ADAPTIF SEBAGAI SOLUSI PENDIDIKAN DI
ERA PANDEMI DI INDONESIA...................................................... 067
(Gede Surya Mahendra)
PENDEKATAN DIGI CULTURE DALAM PENDIDIKAN AGAMA
HINDU................................................................................................ 083
(Kadek Ayu Ariningsih)
KULIAH ONLINE EFEKTIF DILAKSANAKAN BAIK KETIKA
PANDEMI MAUPUN SETELAH PANDEMI................................... 095
(Ni Komang Tri Juniartini)
ix
6. PEMANFAATAN TEKNOLOGI INFORMASI PADA DUNIA
PENDIDIKAN DI ERA SOCIETY 5.0.............................................. 103
(I Gede Agus Krisna Warmayana)
EVALUASI SISTEM PEMBELAJARAN JARAK JAUH PADA MASA
PANDEMI COVID-19........................................................................ 119
(Arundina Pratiwi)
PEMBELAJARAN DARING DALAM KERANGKA REVOLUSI
INDUSTRI 4.0 DAN PANDEMI COVID-19..................................... 131
(Iswadi Bahardur)
PEMANFAATAN BERBAGAI PLATFORM PADA PERKULIAHAN
DARING PEMBELAJARAN IPA DI IAIN MADURA.................... 145
(Moh. Imamm Sufiyanto)
PEMBELAJARAN DARING ANAK BERKEBUTUHAN KHUSUS DI
MASA PANDEMI COVID 19: STUDI KASUS SEKOLAH LUAR
BIASA NEGERI 1 PELAIHARI........................................................ 165
(Muhamad Ishaac)
E-LEARNING DI TENGAH PANDEMI COVID-19 DAN
TANTANGANNYA............................................................................ 181
(Noviana Dewi)
UPAYA IMPLEMENTASI KONSEP PENDIDIKAN 4.0 DAN
PENGUATAN PENDIDIKAN KARAKTER PASCA PANDEMI
COVID-19........................................................................................... 193
(Nuur Wachid Abdul Majid)
TEKNOLOGI DI DALAM MODEL-MODEL
PEMBELAJARAN............................................................................. 215
(Nyayu Yayu Suryani)
x
7. PEMBELAJARAN DARING DAN TEKNOLOGI YANG
MENDUKUNG SELAMA MASA PANDEMI COVID-19............... 227
(Yuliana)
xi
8. KUOTA KEMENDIKBUD, INFRASTRUKTUR DAN
PEMBELAJARAN ADAPTIF SEBAGAI SOLUSI
PENDIDIKAN PADA ERA PANDEMI DI INDONESIA
Gede Surya Mahendra
STMIK STIKOM Indonesia
gede.mahendra@stiki-indonesia.ac.id
Kondisi Pendidikan pada Era Pandemi di Indonesia
Berdasarkan data UNESCO per 2 Juni 2020, Indonesia telah
menghentikan kegiatan pengajaran tatap muka akibat COVID-19
(UNESCO, 2021). Sebanyak 68.265.787 siswa di Indonesia dipengaruhi
oleh kondisi belajar di rumah. Dibandingkan dengan total penduduk
Indonesia yang berjumlah 270,2 juta, singkatnya seperempat penduduk
Indonesia yang aktif menempuh pendidikan, tidak dapat mengadakan
pertemuan tatap muka untuk mencari ilmu dari penyelenggara pendidikn
(Santoso, 2021). Jumlah ini didominasi pada lingkup SD hingga SMA,
dimana tingkat dasar dan menengah mencapai jumlah 54.319.318 peserta
didik yang hampir mencapai 80% populasi peserta didik di Indonesia.
Mahasiswa sebanyak 8.037.218 jiwa adalah pihak yang diharapkan
paling siap melaksanakan kondisi pembelajaran daring.
Sejak teridentifikasi di bulan Maret 2020, jumlah penderita
COVID-19 di Indonesia terus berkembang setiap harinya. Penyebaran
COVID-19 berdampak besar tidak hanya pada kegiatan ekonomi dan
sektor transportasi, tetapi juga pada sektor pendidikan (Putri, 2020).
Untuk mencegah penyebaran COVID-19, Organisasi Kesehatan Dunia
(World Health Organization/ WHO) merekomendasikan untuk
menghentikan aktivitas yang dapat menyebabkan kepadatan. Oleh
karena itu, pemerintah Indonesia mengeluarkan kebijakan social
distancing, yang kemudian dikeluarkannya Surat Edaran Kementerian
Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud), Direktorat Pendidikan
Tinggi No. 1 Tahun 2020, mengenai pencegahan penyebaran COVID-19
di sektor pendidikan. Dalam surat edaran ini, Kementerian Pendidikan
dan Kebudayaan telah menginstruksikan untuk melakukan pembelajaran
67
9. daring dan belajar di rumah masing-masing (study from home / SFH).
Kebijakan ini disebut pembelajaran daring (dalam jaringan).
Pembelajaran daring yang telah dimulai sejak Maret 2020.
Peserta didik harus secara aktif mencari update informasi, terkait
platform mana yang digunakan untuk melaksanakan proses pembelajaran
daring, memberikan tugas/ kuis, diskusi secara daring hingga
menyediakan materi. Teknik studi ini sepenuhnya menyesuaikan dengan
kebijakan pendidik maupun penyelenggara pendidikan. Platform yang
tersedia termasuk sosial media, aplikasi, website hingga video
conference.
Pandemi COVID-19 terjadi di tengah masa perkembangan
bangsa Indonesia menuju peradaban intelektual. Pemerintah
memprakarsai revolusi pendidikan dan mencapai berbagai terobosan
mutakhir berbasis teknologi IT. Pencapaian tujuan dari Kemendikbud
terhadap penerapan kurikulum Merdeka Belajar Kampus Merdeka
(MBKM) tidak mundur, bahkan memilih menggunakan TI sebagai cara
efektif untuk mentransfer ilmu dan teknologi (Rahmattullah & Syamsu,
2021).
Kekuatan, Kelemahan, Tantangan dan Ancaman Pembelajaran
Daring pada Perguruan Tinggi
Salah satu kekuatan untuk mendukung pelaksanaan pembelajaran
daring adalah faktor dosen (Rahmattullah & Syamsu, 2021). Dosen
bersedia memberikan pembelajaran daring dengan segala platform untuk
membuka ruang bagi penyelenggaraan pendidikan untuk menyampaikan
materi pembelajaran dari tempat tinggal masing-masing. Faktor kedua
adalah faktor kuota. Bantuan kuota belajar dari pemerintah telah
mendorong seluruh pendidik baik guru dan dosen untuk bekerja dari
rumah tanpa terkecuali, dan memantau proses pembelajaran melalui
perangkat software komputer. Ketiga adalah faktor pemerintah.
Pengawasan pemerintah salah satunya dalam bentuk razia masker dan
sosial distancing membantu mengawasi mahasiswa yang keluar rumah
untuk menuju pusat keramaian untuk mencari internet di kafe.
Kelemahan dari penerapan pembelajaran daring yang pertama
adalah tidak semua lokasi tercakup oleh Internet. Kedua, kuota internet
68
10. yang telah diberikan bantuan oleh pemerintah tersebut, ternyata pada
pelaksanaannya melebihi kuota yang dialokasikan masing-masing dosen.
Ketiga adalah kurangnya pengawasan orang tua. Banyak siswa keluar
rumah mencari alasan untuk bertemu dengan mahasiswa lain untuk
melakukan kerja kelompok. Tantangan dalam menerapkan pembelajaran
daring yang pertama adalah kecepatan jaringan yang melambat karena
banyak kegunaan umum. Yang kedua adalah pengaruh cuaca, biasanya
saat hujan dan sering kehilangan sinyal setelah hujan. Ketiga, mahalnya
harga produk elektronik yang menyebabkan para peserta didik
mengalokasikan pendapatan orang tuanya untuk membeli ponsel
Android, laptop dan juga perangkat pendukungnya.
Ancaman pembelajaran daring adalah kemungkinan terjadinya
pemadalam listrik selama pembelajaran daring karena gangguan listrik
PLN. Terputusnya internet karena gangguan teknis penyedia layanan
internet. Hal yang tidak terjadi diluar pengawasan orang tua, mahasiswa
berkumpul dengan teman di luar rumah di cafe cafe sebagai efek dari
kedua kerusakan fasilitas di atas.
Kuota Kemendikbud
Pemerintah melalui Kemendikbud, Direktorat Jenderal
Pendidikan Tinggi (Ditjen Dikti) berupaya mengalokasikan subsidi kuota
gratis untuk mahasiswa dan dosen (Haryanto, 2020a). Berdasarkan data
monitoring dan evaluasi, nomor ponsel mahasiswa dan dosen oleh
Kemendikbud, tercatat nomor ponsel mahasiswa yang masuk adalah
2.254.631. Sementara jumlah ponsel dosen mencapai 112.924
berdasarkan data tanggal 4 September 2020.
Dari sekian banyak provider yang menjadi pilihan, Telkomsel
menjadi layanan yang paling banyak digunakan oleh pelajar, dengan
1.331.753 pelanggan. Kemudian Indosat Ooredoo sebanyak 323.663,
Hutchison 3 Indonesia (Tri) sebanyak 234.768, XL sebanyak 117.019,
Axis sebanyak 91.575, Smartfren sebanyak 20.309 dan lainnya sebanyak
75.526 pelanggan. Sedangkan nomor HP Dosen didasarkan pada nomor
telepon provider kebanyakan menggunakan Telkomsel sebanyak 80.784
pelanggan, Indosat Ooredoo sebanyak 16.258, XL sebanyak 10.738,
Hutchison 3 Indonesia (Tri) sebanyak 2160, Axis sebanyak 660,
69
11. Smartfren sebanyak 373 dan sebanyak 1.951 untuk provider lainnya.
Berbicara persentase jumlah handphone siswa menurut wilayah, 28,29%
di Indonesia bagian barat, 24,46% di tengah, dan 21,24% di timur.
Sementara itu, jumlah dosen di masing-masing daerah mencapai 37,98%
di Indonesia wilayah barat, 33,35% di tengah dan 35,07% di timur.
Bantuan kuota belajar Kemendikbud yang semula dianggarkan
berlangsung selama empat bulan, mulai September 2020 hingga
Desember 2020, kini telah diperpanjang kembali. Bantuan kuota
pembelajaran Kemendikbud pada tahun 2020 tersebut , membutuhkan
alokasi anggaran sebesar Rp 9 triliun (Detik Inet, 2020). Informasi
tersebut terungkap saat Nadiem Makarim, Menteri Pendidikan dan
Kebudayaan, bekerja sama dengan Komite X DPR RI. Dalam
sambutannya pada rapat dengan Panitia X DPR, Nadiem berjanji akan
memberikan bantuan anggaran 7,2 triliun rupiah untuk subsidi kuota
internet bagi siswa, guru, mahasiswa dan dosen. Nadiem juga
memberikan tambahan Rp 1,7 triliun penerima tunjangan, mulai dari
guru, dosen hingga guru besar.
Aturan pemberian kuota internet gratis diatur dalam Surat Edaran
No. 8202/C/PD/2020 tentang rencana pemberian kuota internet bagi
siswa. Surat tersebut mengharuskan sekolah melengkapi data siswa
untuk memberikan kuota internet untuk proses pembelajaran. Aplikasi
Data Pokok Pendidikan (Dapodik) berisi informasi terkait guru, siswa,
sekolah, dan tenaga pendidikan. Kuota belajar Kemendikbud nantinya
akan dikirim langsung ke nomor handphone sesuai Dapodik.
Bagi mahasiswa, aturan pemberian kuota gratis tercantum dalam
Surat Edaran No. 821/E.E1/SP/2020. Kuota sebesar 50 GB diberikan
berdasarkan data dalam Pangkalan Data Pendidikan Tinggi (PDDikti).
Menurut aturan ini, pihak kampus diharuskan memperbarui data
mahasiswa dan dosen. Menurut aturan ini, hanya siswa yang terdaftar di
Dapodik yang bisa mendapatkan kuota belajar Kemendikbud.
Mahasiswa harus mendaftar di PD Dikti yang merupakan database milik
pemerintah. Empat kelompok berhak atas bantuan kuota pembelajaran
gratis adalah siswa Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD), siswa sekolah
dasar dan menengah, pendidik pada PAUD, sekolah dasar dan
menengah, serta mahasiswa dan dosen.
70
12. Penggunaan Kuota Belajar Kemendikbud
Kuota belajar memiliki rincian yang berbeda untuk tiap jenjang
(Yasmin, 2020). Peserta didik jenjang PAUD mendapatkan total 20 GB
perbulan dimana 5 GB kuota umum dan 15 GB kuota belajar. Peserta
didik jenjang pendidikan dasar dan menengah mendapatkan total 35 GB
perbulan dimana 5 GB kuota umum dan 30 GB kuota belajar. Guru
jenjang PAUD dan pendidikan dasar dan menengah mendapatkan total
42 GB perbulan dimana 5 GB kuota umum dan 37 GB kuota belajar.
Dosen dan mahasiswa mendapatkan total 50 GB perbulan dimana 5 GB
kuota umum dan 45 GB kuota belajar.
Kuota belajar tersebut khusus untuk mengakses beberapa
aplikasi, website ataupun video conference (Perdana, 2020). Aplikasi dan
website yang dapat diakses antara lain adalah aplikasi dan website
Aminin, Ayoblajar, Bahaso, Birru, Cakap, Duolingo, Edmodo, Eduka
system, Ganeca digital, Google Classroom, Kipin School 4.0, Microsoft
Education, Quipper, Ruang Guru, Rumah Belajar, Sekolah.Mu, Udemy,
Zenius serta Whatsapp. Video conference yang dapat diakses
menggunakan kuota belajar adalah Cisco Webex, Google Meet,
Microsoft Teams, U Meet Me serta Zoom. Selain aplikasi dan website di
atas, kuota belajar juga dapat digunakan untuk membuka sejumlah laman
resmi kampus/universitas.
Namun disisi lain, Federasi Serikat Guru Indonesia (FSGI)
meminta Kemendikbud meningkatkan subsidi kuota internet umum
untuk siswa dan guru. Pasalnya, kuota umum sebesar 5 GB yang saat ini
dialokasikan dinilai tidak proporsional. Hal tersebut berdasarkan survei
terhadap 2.047 responden yang terdiri dari guru dan siswa. Dari hasil
tersebut, 79,3% siswa menyatakan bahwa menggunakan kuota reguler
sebesar 5 GB saja tidak cukup. Pada saat yang sama, 80% responden dari
guru berpendapat bahwa total kuota 5 GB tidak mencukupi. Guru juga
mengatakan bahwa dalam proses belajar mengajar, mereka juga menilai
kuota pembelajaran guru sebesar 37 GB tidak mencukupi. Hal ini
menunjukkan bahwa penggunaan kuota internet masing-masing guru dan
siswa berbeda dan tidak dapat digeneralisasikan, karena metode
pembelajaran yang sebenarnya juga berbeda sesuai dengan kondisi
71
13. masing-masing guru dan siswa. Ditemui ada yang melaksanakan full
daring tapi lebih banyak yang melaksanakan pembelajaran blended
learning dengan posisi berbeda-beda pula. Pendidik banyak
menggunakan materi-materi diluar aplikasi dan website diluar alokasi
kuota belajar, seperti akses search engine pada google, wikipedia,
youtube dan sumber-sumber lainnya. FSGI mensyaratkan penambahan
total kuota, setidaknya kuota umum lebih besar dari kuota belajar. FSGI
meyakini bahwa pembagian bantuan kuota internet antara kuota umum
yang hanya 5 GB dan selebihnya merupakan kuota belajar, yang tidak
proporsional sehingga bantuan kuota internet yang diberikan potensi
mubazir. Hal ini akan dapat menjadi masukan bagi pemerintah untuk
dapat kembali mengevaluasi proporsi besaran kuota yang diberikan
kepada pendidik dan peserta didik di era pandemi COVID-19.
Kerentanan Upaya Pembelajaran Daring
Teknologi khususnya internet, smartphone dan laptop kini
banyak digunakan untuk mendukung pembelajaran daring. Salah satu
penyedia layanan telekomunikasi terbesar di Indonesia mencatat
peningkatan 16% lalu lintas broadband selama masa pandemi COVID-
19, karena peningkatan dramatis penggunaan platform pembelajaran
daring. Namun, gangguan terhadap sistem pendidikan konvensional ini
telah merugikan siswa dari keluarga miskin dan keluarga di pedesaan.
Para siswa ini sudah menghadapi hambatan pendidikan bahkan dalam
kondisi normal. Kini, mereka perlu menghadapi kendala lain yang
disebabkan oleh akses infrastruktur teknologi yang tidak merata.
Topografi Indonesia berupa pulau dan pegunungan yang
membutuhkan tersedianya internet dan telekomunikasi seluler (Azzahra,
2020). Namun cakupan 4G lebih banyak terkonsentrasi di pulau Jawa,
karena penyedia layanan telekomunikasi seluler yang sangat bergantung
pada pasar tentu mengutamakan wilayah perkotaan daripada pedesaan
yang penduduknya lebih sedikit (Khatri, 2019). Gambar 1 berikut
menunjukkan persentase rumah tangga yang memiliki akses internet
menurut provinsi tahun 2018 yang menunjukkan terdapat kesenjangan
konektivitas internet di Indonesia. Kesenjangan konektivitas ini
menempatkan siswa dari keluarga miskin di pedesaan di luar Jawa pada
72
14. posisi yang sangat dirugikan. Dilihat dari perspektif provinsi terlihat
bahwa kepemilikan akses Internet rumah di DKI Jakarta tertinggi pada
tahun 2018 yaitu 89,04% dan DI Yogyakarta mencapai 79,10%. Di sisi
lain, Provinsi Papua dan NTT memiliki persentase terendah pada tahun
2018 masing-masing sebesar 29,50% dan 42,21%.
Gambar 1 Persentase Rumah tangga yang Memiliki Akses Internet
menurut Provinsi, 2018 (Badan Pusat Statistik, 2018)
Perubahan mendadak dari tatap muka di kelas menjadi
pembelajaran daring di rumah juga menunjukkan kebutuhan untuk
meningkatkan kemampuan guru. Berbagai penelitian menunjukkan
bahwa kemampuan Teknologi Informasi dan Komunikasi (TIK) guru
Indonesia tersebar tidak merata di berbagai daerah (Koh, Chai, &
Natarajan, 2018; Widodo & Riandi, 2013). Selain itu, masih terdapat
73
15. kesenjangan kualitas pendidikan antar berbagai daerah di Indonesia,
terutama antara Jawa dengan daerah luar Jawa, serta kondisi sosial
ekonomi (Azzizah, 2015; Muttaqin, 2018). Ketimpangan internet,
kesenjangan kualifikasi guru, kualitas pendidikan dan kurangnya
teknologi TIK merupakan celah dalam program pembelajaran daring di
Indonesia.
Gambar 2 Proporsi Desa/Kelurahan yang Mendapatkan Sinyal Telepon
Selular menurut Pulau dan Kekuatan Penerimaan Sinyal, 2014 dan 2018
(Badan Pusat Statistik, 2018)
74
16. Pada Gambar 2 menunjukkan bahwa jumlah desa/ kelurahan
yang dapat menerima sinyal telepon seluler di seluruh wilayah Indonesia
semakin meningkat antara 2014 dan 2018. Dibandingkan dengan
wilayah lain di Indonesia, wilayah Jawa merupakan wilayah yang desa/
kelurahannya paling banyak menerima sinyal seluler, disusul Sumatera,
Sulawesi, Bali dan Nusa Tenggara, dan Kalimantan. Sementara itu,
penerimaan sinyal telepon seluler di Maluku dan Papua di kawasan timur
Indonesia masih tertinggal dari wilayah Indonesia lainnya. Hal ini
terbukti dengan masih sedikitnya desa/kelurahan yang dapat menerima
sinyal baik sinyal kuat maupun sinyal lemah.
Merujuk pada kuota belajar Kemendikbud yang disediakan oleh
operator seluler telah didistribusikan untuk mendukung kebutuhan
pembelajaran daring, Kementerian Kominfo mengakui, 12.548 desa dan
kelurahan di Indonesia, belum mendapatkan sinyal 4G (Haryanto,
2020b). Tentu saja, hal tersebut yang menjadi kendala dalam penggunaan
jaringan Internet untuk melaksanakan pembelajaran daring. Kementerian
Kominfo sendiri saat ini sedang menyusun roadmap pengembangan
akses Internet 4G di 12.548 desa dan kelurahan tersebut. Menteri
Kominfo Johnny G Plate mengatakan pembangunan infrastruktur akan
dimulai pada 2021 dan diharapkan selesai pada 2022.
Pembelajaran Adaptif Sebagai Solusi
Hampir 7 bulan masa studi sejak pandemi, terdapat beragam
permasalahan dan kesempatan, pro dan kontra, yang terjadi di
lingkungan pendidikan. Namun selain solusi pemberian kuota belajar
Kemendikbud serta meningkatkan infrasuktur pendukung pembelajaran
daring, juga terdapat solusi berupa metode pembelajaran yang dapat
dicoba untuk diimplementasikan di lapangan. Terdapat model
pembelajaran yang belum umum dikenal yaitu pembelajaran adaptif.
Pembelajaran semacam ini mirip dengan pembelajaran yang dilakukan
oleh tutor privat dari sisi pelayanan. Ketika pendidik mencoba
menjemput bola dan memotivasi siswa untuk berpartisipasi dalam
pembelajaran dan berakhir gagal, pembelajaran adaptif semacam ini
dapat dianggap sebagai pilihan terakhir.
75
17. Pembelajaran adaptif merupakan pembelajaran interaktif dimana
guru akan memberikan bimbingan kepada siswa setelah guru
memberikan rencana pembelajaran adaptif yang sesuai dengan hasil dan
kemampuan siswa dalam proses pembelajaran. Setelah penilaian awal
siswa, guru akan memberikan pembelajaran yang dibuat khusus sesuai
dengan tingkat kemampuan siswa. Dari data penilaian awal, guru akan
memberikan pembelajaran yang disesuaikan. Reaksi siswa terhadap
pembelajaran sangat berpengaruh. Karena materi yang diberikan guru
selalu disesuaikan dengan tingkat responnya. Jika siswa merespon
dengan lambat, maka pembelajaran guru akan menjadi lambat.
Sebaliknya jika siswa merespon dengan cepat maka guru akan belajar
dengan cepat.
Dengan kata lain, proses pemberian pedoman dan materi
pembelajaran disesuaikan dengan derajat respon siswa. Tujuan dari
proses adaptif ini adalah untuk membuat transmisi pengetahuan menjadi
seefisien mungkin, dimana proses pembelajaran sesuai dengan
kebutuhan siswa. Pemerintah yang telah memberikan bantuan kuota
belajar bagi peserta didik sebagai solusi ketidakmampuannya mengikuti
pembelajaran daring setelah dilakukan pendataan oleh pihak sekolah,
namun tetap saja akan terdapat beberapa siswa masih enggan belajar
dengan berbagai macam alasan dan persoalan. Nah, dari sinilah
pembelajaran adaptif dapat diimplementasikan khusus kepada kelompok
siswa ini. Pendidik terlebih dahulu menyiapkan paket pembelajaran
untuk kemampuan siswa. Pihak penyelenggara pendidikan secara
langsung atau dapat melalui media seperti telepon, SMS ataupun chat
memberikan rencana studi yang telah disiapkan. Siswa dapat dengan
bebas memilih waktu belajar, materi pembelajaran, metode
pembelajaran, bahkan memilih guru yang diinginkan. Ini adalah ujian
sebenarnya dari peran penyelenggara pendidikan. Bisakah mereka
melakukannya?
Tentu tidak mudah untuk mendorong peserta didik yang tidak
mau mengikuti pembelajaran daring. Di beberapa komunitas pedesaan,
banyak siswa tidak hanya bekerja untuk membantu orang tua mereka
selama jam sekolah, tetapi juga bekerja untuk mendapatkan upah. Hal ini
membuat siswa semakin enggan untuk belajar. Inilah yang membuat
76
18. masalah sekolah menjadi lebih rumit. Oleh karena itu, pembelajaran
adaptif ini dapat menjadi solusi terintegrasi bersama dengan kuota
pembelajaran yang disediakan oleh pemerintah. Apa gunanya ketika
pemerintah memberikan kuota tetapi peserta didik tidak merespon?
Alangkah baiknya terdapat sinergi yang baik antara kuota belajar yang
diberikan Kemendikbud, penyediaan infrastuktur pendukung
pembelajaran daring, serta metode-metode belajar yang adaptif
diimplementasikan lebih luas dengan penetrasi yang lebih dalam ke akar
rumput. Apabila solusi-solusi ini dilaksanakan, niscaya pendidikan
daring akan dapat dilaksanakan dengan sukses di Indonesia.
77
19. DAFTAR PUSTAKA
Azzahra, N. F. (2020). Indonesia di Masa Krisis Pandemi Covid-19. In
Center for Indonesian Policy Studies (Vol. 2). Jakarta.
Azzizah, Y. (2015). Socio-Economic Factors on Indonesia Education
Disparity. International Education Studies, 8(12), 218.
https://doi.org/10.5539/ies.v8n12p218
Badan Pusat Statistik. (2018). Statistik Telekomunikasi Indonesia 2018 (1
ed.). Jakarta: Badan Pusat Statistik.
Detik Inet. (2020). Pertanyaan Soal Kuota Belajar Kemendikbud, Ini
Jawabannya. Diambil dari Detik Inet2 website:
https://inet.detik.com/law-and-policy/d-5225099/pertanyaan-soal-kuota-
belajar-kemendikbud-ini-jawabannya
Haryanto, A. T. (2020a). Ini Operator Seluler Idaman Mahasiswa dan
Dosen. Diambil dari Detik Inet website:
https://inet.detik.com/telecommunication/d-5161379/ini-operator-seluler-
idaman-mahasiswa-dan-dosen
Haryanto, A. T. (2020b). Kuota Kemendikbud Kurang Optimal Karena
Akses Internet Belum Merata. Diambil dari Detik Inet website:
https://inet.detik.com/telecommunication/d-5194490/kuota-
kemendikbud-kurang-optimal-karena-akses-internet-belum-merata
Khatri, H. (2019). Indonesian users in sparsely-populated rural areas
connect to 4G more than 70% of the time. Diambil dari Open Signal
website: https://www.opensignal.com/2019/11/12/indonesian-users-in-
sparsely-populated-rural-areas-connect-to-4g-more-than-70-of-the-time
Koh, J. H. L., Chai, C. S., & Natarajan, U. (2018). Developing Indonesia
Teachers’ Technological Pedagogical Content Knowledge for 21st
Century Learning (TPACK-21CL) Through a Multiprong Approach.
78
20. Journal of International Education, 3(1), 10–33. Diambil dari
http://www.crie.org.nz/journal/vol3no1/Koh et al TPACK_indonesia.pdf.
Muttaqin, T. (2018). Determinants of Unequal Access to and Quality of
Education in Indonesia. Jurnal Perencanaan Pembangunan: The
Indonesian Journal of Development Planning, 2(1).
https://doi.org/10.36574/jpp.v2i1.27
Perdana, R. (2020). Kuota Internet Belajar Gratis Bisa Untuk Apa Saja?
Ini Daftar Aplikasi dan Website yang Bisa Diakses. Diambil dari
PRFMNews.id website:
https://prfmnews.pikiran-rakyat.com/nasional/pr-13788957/kuota-
internet-belajar-gratis-bisa-untuk-apa-saja-ini-daftar-aplikasi-dan-
website-yang-bisa-diakses
Putri, C. O. Y. (2020). Pembelajaran Daring, Efektif Gak Sih Buat
Mahasiswa? Diambil dari
https://egsa.geo.ugm.ac.id/2020/10/14/pembelajaran-daring-efektif-gak-
sih-buat-mahasiswa/
Rahmattullah, & Syamsu, F. D. (2021). Tantangan Perkuliahan Berbasis
Social Distancing Masa Pandemi COVID 19 di Provinsi Aceh Tahun
2020. GENTA MULIA, XII(1), 14–23.
Santoso, Y. I. (2021). Jumlah Penduduk Indonesia Terkini 270,2 Juta
Jiwa, Naik 14,46% Satu Dekade. Diambil dari
https://nasional.kontan.co.id/news/jumlah-penduduk-indonesia-terkini-
2702-juta-jiwa-naik-1446-satu-dekade
UNESCO. (2021). Education: From disruption to recovery. Diambil dari
UNESCO website: https://en.unesco.org/themes/education-emergencies/
coronavirus-school-closures
Widodo, A., & Riandi. (2013). Dual-Mode Teacher Professional
Development: Challenges and Re-Visioning Future TPD in Indonesia.
79
21. Teacher Development, 17(3), 380–392.
https://doi.org/10.1080/13664530.2013.813757
Yasmin, P. (2020). Rincian Kuota Belajar untuk Siswa, Guru, Mahasiswa
dan Dosen. Diambil dari Detik Inet website:
https://inet.detik.com/telecommunication/d-5190582/rincian-kuota-
belajar-untuk-siswa-guru-mahasiswa-dan-dosen
80
22. BIODATA PENULIS
Gede Surya Mahendra, Lahir dan menempuh
pendidikan dari TK hingga S2 di Singaraja.
Telah menyelesaikan pendidikan S1 Jurusan
Pendidikan Teknik Informatika di Universitas
Pendidikan Ganesha dan melanjutkan di
Program Pascasarjana Program Studi Ilmu
Komputer di Universitas Pendidikan Ganesha
dengan spesialisasi di bidang Decision Support
System. Penulis merupakan Dosen pada STMIK
STIKOM Indonesia sejak 2018. Mata Kuliah yang pernah diampu
diantaranya Decision Support System, Bisnis Berbasis Teknologi,
Analisis dan Desain SI, Artificial Intelligence, Teknologi Informasi
Pariwisata, Human Computer Interaction, Audit TI dan Tata Kelola TI.
81