Dokumen tersebut membahas tentang indikator perkawinan dan perceraian yang digunakan dalam ilmu demografi. Beberapa indikator yang dijelaskan antara lain angka perkawinan kasar, angka perkawinan umum, angka perkawinan menurut umur, dan rata-rata umur perkawinan pertama (SMAM). Dokumen ini juga memberikan contoh perhitungan beberapa indikator tersebut berdasarkan data persentase penduduk yang bel
2. Pendahuluan
•Perkawinan merupakan suatu bangunan yang
menyangkut aspek sosial, ekonomi, formal, dan
faktor biologi (berbeda dengan fenomena
demografi seperti mortalitas dan fertilitas).
•Perkawinan unik, sangat dipengaruhi oleh faktor
kultural dan faktor yang sangat penting kaitannya
dengan fertilitas, migrasi, angkatan kerja, dan faktor
demografi lainnya.
3. Kegunaan Indikator Perkawinan
dan Perceraian
• Berguna bagi penentu kebijakan dan pelaksana program kependudukan, terutama
dalam hal pengembangan program-program peningkatan kualitas keluarga
dan perencanaan keluarga.
• Diketahuinya berapa besar pasangan usia subur (persentase perempuan usia subur
yang menikah) memudahkan perencana program KB untuk mempersiapkan
pelayanan KB dan Kespro, serta di kemudian hari anak-anak yang dilahirkan para
Ibu ini akan menjadi generasi yang sehat dan berpotensi tinggi sebagai sumber daya
manusia yang handal.
• Dari sisi lain, data mengenai banyaknya pasangan suami isteri serta rata-rata umur
kawin laki-laki dan perempuan akan menjadi bahan utama pengembangan kebijakan
penyediaan pelayanan dasar lainnya seperti pengembangan perumahan, kebutuhan
peralatan rumah tangga disesuaikan dengan kemampuan daya beli, keperluan alat
transportasi dll.
4. Status Perkawinan
Data mengenai status perkawinan dikumpulkan melalui sensus dan
survei. Ada 4 kategori dari status perkawinan:
1.Belum Kawin
2.Kawin
3.Cerai Hidup
4.Cerai Mati
Pada Survei Demografi Kesehatan Indonesia, Kawin
dibedakan antara Kawin dan Hidup Bersama, sementara
Cerai dibedakan antara Cerai Hidup dan Pisah
5. Definisi
• Kawin :
mempunyai istri (bagi laki-laki) atau suami (bagi perempuan) pada saat
pencacahan, baik tinggal bersama maupun terpisah.
Dalam hal ini yang dicakup tidak saja yang kawin sah secara hukum (adat,
agama, negara, dsb), tetapi juga mereka yang hidup bersama dan oleh
masyarakat sekelilingnya dianggap suami istri.
• Cerai Hidup :
berpisah sebagai suami istri dan belum kawin lagi.
Dalam hal ini termasuk mereka yang mengaku cerai walaupun belum
resmi secara hukum. Sebaliknya tidak termasuk mereka yang hanya hidup
terpisah tetapi masih berstatus kawin. Misalnya suami/istri ditinggalkan oleh
istri/suami ke tempat lain karena sekolah, bekerja, atau untuk keperluan lain.
Wanita yang mengaku belum pernah kawin tetapi pernah hamil dianggap
cerai hidup.
• Cerai Mati :
ditinggal mati oleh suami atau istrinya dan belum kawin lagi.
6. Indikator Perkawinan
Misal: M : Jumlah penduduk berstatus kawin
P : Jumlah penduduk pertengahan tahun
P15+ : Jumlah penduduk pertengahan tahun berusia
15 tahun ke atas
Pf
15+ : Jumlah penduduk perempuan pertengahan
tahun berusia 15 tahun ke atas
Pm
15+ : Jumlah penduduk laki-laki pertengahan tahun
berusia 15 tahun ke atas
7. Angka Perkawinan Kasar / Crude Marriage Rate (CMR)
• Banyaknya penduduk berstatus kawin per 1.000 penduduk
=
𝑀
𝑃
* 1.000
Angka Perkawinan Umum / General Marriage Rate (GMR)
• Banyaknya penduduk berstatus kawin per 1.000 penduduk
berusia 15 tahun ke atas
=
𝑀
𝑃15+
* 1.000
8. Catatan tentang Indikator Perkawinan
• Kebanyakan ukuran indikator perkawinan adalah “sex
specific”
• Pada indikator pengukuran berikutnya, jika rate dihitung
untuk perempuan, maka cara yang sama juga dapat
dilakukan untuk laki-laki
9. GMR Perempuan & Laki-laki
• GMR for Women
𝐺𝑀𝑅𝑓
=
𝑀
𝑃𝑓
15+
* 1.000
• GMR for Men
𝐺𝑀𝑅𝑚
=
𝑀
𝑃𝑚
15+
* 1.000
10.
11.
12. Angka Perkawinan Menurut Umur / Age-
Specific Marriage Rate (ASMR)
• Banyaknya penduduk berstatus kawin per 1.000 perempuan (laki-laki)
berusia “a”
=
𝑀𝑎
𝑊𝑎
* 1.000
Dimana:
Ma : Jumlah penduduk perempuan (laki-laki) berstatus kawin
berusia “a”
Wa : Jumlah penduduk perempuan (laki-laki) berusia “a” pada
pertengahan tahun
13.
14.
15. Angka Perkawinan Menurut Urutan / Order-
Specific Marriage Rate (OSMR)
• Banyaknya penduduk dengan status perkawinan ke “i” per 1.000
penduduk berusia 15+ dengan status perkawinan ke “i-1”
=
𝑀𝑖
𝑃15+
𝑖−1 * 1.000
Dimana:
Mi : Jumlah penduduk dengan status perkawinan ke “i”
Pi-1
a : Jumlah penduduk berusia 15+ dengan status perkawinan ke
“i-1” pada pertengahan tahun
16.
17.
18. Angka Perkawinan Total /
Total Marriage Rate (TMR)
Dimana:
: penduduk laki-laki atau perempuan berumur ”a” yang berstatus
kawin
: penduduk laki-laki atau perempuan pada umur ”a” pada
pertengahan tahun
z
a
f
m
a
f
m
a
x
P
M
TMR
15
,
,
1000
f
m
a
M ,
f
m
a
P ,
19.
20. Singulate Mean Age at Marriage (SMAM)
• adalah perkiraan (estimasi) rata-rata umur kawin pertama (UKP)
berdasarkan jumlah penduduk yang tetap lajang (belum kawin).
• Rata-rata UKP merupakan salah satu indikator untuk menggambarkan
tingkat fertilitas, karena semakin muda seseorang melakukan
perkawinan semakin panjang masa reproduksinya, sehingga semakin
besar peluang untuk melahirkan anak.
• Karena resiko melahirkan hanya pada wanita, maka SMAM lebih
sering digunakan untuk menghitung rata-rata umur perkawinan
pertama wanita.
21. Kegunaan SMAM
• Memudahkan penentu kebijakan dan perencana pembangunan
untuk mengembangkan program pemberdayaan orang muda agar
meneruskan sekolah, dan bagi yang terpaksa putus sekolah diberikan
pendidikan ketrampilan agar tidak segera memasuki jenjang
pernikahan.
• Bagi pelaksanaan program KB, memudahkan para perencana program
untuk mengembangkan kegiatan penyuluhan penundaan kehamilan
anak pertama dan persiapan menjadi orangtua yang bertanggung
jawab.
• Bagi perencana program peningkatan Kespro, SMAM memberikan
gambaran mengenai berapa besar permintaan akan pelayanan kespro
di suatu daerah pada suatu waktu tertentu. Indikator SMAM juga
berguna untuk pengembangan kespro untuk remaja.
22. Singulate Mean Age at Marriage (SMAM)
• Sumber Data:
Data yang diperlukan untuk menghitung SMAM adalah persentase dari
wanita atau pria yang belum kawin menurut kelompok umur.
Data ini bisa didapat dari hasil sensus penduduk maupun survei
kependudukan lainnya.
23. • Angka SMAM diperoleh dengan cara menghitung persentase atau
proporsi wanita atau laki-laki single pada kelompok umur berurutan.
: persentase proporsi penduduk belum kawin
pada umur i (dari interval i s/d i+n)
: persentase/proporsi penduduk yang belum
kawin pada usia 50 tahun ½ (proporsi belum
kawin usia 45-49 tahun dan 50-54 tahun)
Formula SMAM
^
50
49
15
^
50
100
*
50
1500
S
S
S
N
SMAM
i
i
S
50
^
S
24. Banyaknya tahun hidup yang berstatus single usia 15 s/d 50 dari
seluruh kohor adalah penjumlahan dari proporsi single (dikalikan
5 untuk kelompok umur 5 tahunan).
Ditambahkan dengan 1500 untuk tahun-tahun hidup, yaitu dari
100 orang dalam kohor sebelum ulang tahun mereka ke 15.
Jumlah tahun hidup bagi mereka yang belum kawin sebelum
umur 50 tahun harus dikeluarkan dari total.
Totalnya kemudian dibagi dengan banyaknya yang berstatus
kawin dan hasilnya adalah SMAM.
25. • Persentase penduduk yang berstatus single pada umur berapapun
secara logika tidak lebih besar dari mereka yang berumur muda,
sebab hal ini tidak pernah terjadi pada kohor yang sesungguhnya. Jadi
SMAM mengasumsikan bahwa pola perkawinan tidak berubah pada
masa yang lalu.
• Semakin cepat polanya berubah, semakin tidak rasional interpretasi
penghitungannya, yaitu rata-rata umur perkawinan.
• Jika data umur perkawinan tidak tersedia dari data registrasi
penduduk maka SMAM merupakan informasi yang bermanfaat
tentang pola perkawinan.
26. Contoh Kasus 1
• Misalkan kita mempunyai suatu penduduk di Negara A dengan
proporsi single sebagai berikut:
Kelompok Umur Proporsi Single
15 - 19 0.95 5 x 95 = 475
20 - 24 0.75 5 x 75 = 375
25 - 29 0.50 5 x 50 = 250
30 - 34 0.35 5 x 35 = 175
35 - 39 0.25 5 x 25 = 125
40 - 44 0.15 5 x 15 = 75
45 - 49 0.10 5 x 10 = 50
1,525
50 - 54 0.10 5 x 10 = 50
27. Contoh Kasus 1
Kita mempunyai 100 wanita pada masing-masing umur,
95 diantaranya single pada umur 15-19 tahun, 75 single
pada umur 20-24 tahun dan seterusnya.
Wanita kelompok umur 0-14 tahun diasumsikan tidak
ada yang berstatus kawin. Jadi total jumlah tahun hidup
dengan status single adalah 15x100 atau 1500.
Pada 15-19 tahun tercatat 475 tahun hidup single, pada
umur 20-24 tahun tercatat 375 dst.
28. Contoh Kasus 1
Sehingga, dari wanita berumur 0 - 50 tahun terdapat 3025
(1500 + 1525) tahun hidup dengan status single.
Dari proporsi single umur 45-49 tahun dan 50-54 tahun, kita
dapat memperkirakan proporsi single pada umur 50 tahun,
yaitu 0,10, berarti 10 orang dari 100 yang mencapai umur 50
tahun tetap single, dengan total 500 tahun.
Kita kurangi angka 500 dari 3025 untuk memperoleh total
tahun hidup dengan status single, diperoleh 2525.
29. Contoh Kasus 1
Dibagi dengan banyaknya penduduk yang berstatus
kawin yang mencapai usia 50 tahun maka diperoleh
rata-rata umur perkawinan yaitu 28,06 tahun.
06
,
28
10
100
)
10
(
50
1525
1500
SMAM
30. Contoh Kasus 2
Penduduk wanita menurut kelompok umur dan status perkawinan
di Provinsi Bali tahun 2000 adalah sbb:
Golongan Umur Belum kawin Kawin Cerai Hidup Cerai Mati Jumlah
Age Group Single Married Divorced Widowed Total
(1) (2) (3) (4) (5) (6)
10 - 14 119,565 205 34 15 119,819
15 -19 124,293 12,414 324 90 137,121
20 - 24 74,557 75,967 1,230 372 152,126
25 - 29 34,753 131,615 1,908 806 169,082
30 - 34 14,843 126,191 2,071 1,267 144,372
35 - 39 9,162 110,664 2,274 2,268 124,368
40 - 44 6,080 90,124 1,936 3,836 101,976
45 - 49 4,181 69,064 1,622 5,206 80,073
50 - 54 3,441 55,173 1,515 7,501 67,630
55 -59 2,731 41,671 1,234 8,917 54,553
60 - 64 2,505 31,837 1,241 13,092 48,675
65+ 4,703 45,239 2,383 42,423 94,748
Jumlah/Total 400,814 790,164 17,772 85,793 1,294,543
31. Contoh Kasus 2
Cara penghitungan:
Tahap I : Jumlahkan persentase wanita belum kawin kelompok umur
15-19 tahun sampai 45-49 tahun
Tahap II : Kalikan penjumlahan di atas dengan 5
Tahap III : Tambahkan hasil pada step II dengan 1500
Tahap IV : Hitung rata-rata persentase wanita belum kawin kelompok
umur 45-49 dan 50-54 tahun
Tahap V : Kalikan hasil pada step IV dengan 50
Tahap VI : Kurangkan hasil pada step III dari hasil pada step V
Tahap VII : Kurangkan hasil pada step IV dari 100
Tahap VIII : Bagi, hasil pada step VI dengan hasil pada step VII
32. Contoh Kasus 2
• Catatan:
Jika umur perkawinan pertama banyak terjadi pada kelompok umur 10-14 (persentase
penduduk yang belum kawin umur 10-14 kurang dari 100), maka:
• Pada tahap I ditambahkan juga persentase penduduk yang belum kawin kelompok
umur 10-14.
• Pada tahap III ditambahkan 1000, bukan 1500.
33. Contoh Kasus 2
• Dengan mengikuti tahap penghitungan yang diberikan maka:
Belum kawin/Single
Golongan Umur Jumlah
Age Group
N %
Total
(1) (2) (3) (4)
10 - 14 119,565 99.788 119,819
(100.00)
15 -19 124,293 90.645 137,121
(100.00)
20 - 24 74,557 49.010 152,126
(100.00)
25 - 29 34,753 20.554 169,082
(100.00)
30 - 34 14,843 10.281 144,372
(100.00)
35 - 39 9,162 7.367 124,368
(100.00)
40 - 44 6,080 5.962 101,976
(100.00)
45 - 49 4,181 5.221 80,073
(100.00)
50 - 54 3,441 5.088 67,630
(100.00)
55 -59 2,731 54,553
60 - 64 2,505 48,675
65+ 4,703 94,748
Jumlah/Total 400,814 288.828 (10-49) 1,294,543
34. Contoh Kasus 2
• Hasil penghitungan menunjukkan bahwa SMAM untuk wanita Bali tahun
2000 adalah 23,05 tahun.
Tahap I 99.788 + 90.645 + 49.01 +20.554 + 10.281 + 7.367 + 5.962 + 5.221 = 288.828
Tahap II 288.828 * 5 = 1,444.14
Tahap III 1,444.14 + 1.000 = 2,444.14
Tahap IV (5.221 + 5.088)/2 = 5.1545
Tahap V 5.1545 * 50 = 257.725
Tahap VI 2,444.14 - 257.725 = 2,186.42
Tahap VII 100 - 5.1545 = 94.8455
Tahap VIII 2,186.42/94.8455 = 23.05
35. • SMAM untuk penduduk laki-laki dapat
dihitung dengan cara yang sama.
• Dengan mengetahui SMAM laki-laki dan
perempuan, maka bisa dianalisis perbedaan
rata-rata umur perkawinan pertama antara
laki-laki dan perempuan,
• Selain itu dapat juga dibandingkan SMAM
antar wilayah dan perkotaan/perdesaan.
37. Angka Perceraian Kasar /
Crude Divorce Rate (CDvR)
• Banyaknya penduduk berstatus cerai per 1.000 penduduk
=
𝐷𝑖𝑣
𝑃
* 1.000
Dimana:
Div : Jumlah penduduk berstatus cerai
P : Jumlah penduduk pada pertengahan tahun
Catatan:
CDvR juga bisa dihitung berdasarkan total (cerai hidup + cerai
mati), atau bisa dihitung terpisah (cerai hidup sendiri dan cerai
mati sendiri).
38. Angka Perceraian Umum /
General Divorce Rate (GDvR)
• Banyaknya penduduk berstatus cerai per 1.000 penduduk berusia 15
tahun ke atas
=
𝐷𝑖𝑣
𝑃15+
* 1.000
Dimana:
Div : Jumlah penduduk berstatus cerai
P15+ : Jumlah penduduk berusia 15 tahun ke atas pada
pertengahan tahun
39. Divorce Rate Among Married Couples
• Banyaknya penduduk berstatus cerai per 1.000 penduduk berstatus
kawin
=
𝐷𝑖𝑣
𝑃𝑚
* 1.000
Dimana:
Div : Jumlah penduduk berstatus cerai
Pm : Jumlah penduduk berstatus kawin pada pertengahan tahun
40. Age-Specific Divorce Rate
• Banyaknya penduduk berstatus cerai per 1.000 penduduk perempuan
(laki-laki) berusia “a”
=
𝐷𝑖𝑣𝑎
𝑓
𝑃𝑎
𝑓 * 1.000
Dimana:
Diva
f : Jumlah penduduk perempuan berstatus cerai berusia “a”
Pa
f : Jumlah penduduk perempuan berusia “a” pada pertengahan
tahun
42. Golongan Umur Belum kawin Kawin Cerai Hidup Cerai Mati Jumlah
Age Group Single Married Divorced Widowed Total
(1) (2) (3) (4) (5) (6)
10 - 14 5,978 9 2 1 5,990
15 -19 6,215 564 18 5 6,802
20 - 24 3,728 3,453 68 21 7,270
25 - 29 1,738 5,983 106 45 7,872
30 - 34 742 5,736 115 70 6,663
35 - 39 458 5,030 126 126 5,740
40 - 44 304 4,097 108 213 4,722
45 - 49 209 3,139 90 289 3,727
50 - 54 172 2,508 84 417 3,181
55 -59 137 1,894 69 495 2,595
60 - 64 125 1,447 69 727 2,368
65+ 235 2,056 132 2357 4,780
Jumlah/Total 20,041 35,916 987 4,766 61,710
Latihan 1
Berikut adalah data jumlah penduduk perempuan berusia 10 th +
dari Kota A. Hitunglah SMAM perempuan untuk Kota A!
43. Latihan 2
Berikut adalah data jumlah penduduk berusia 15 th + dari Kota B Tahun
2014.
Kelompok
Umur
Status Perkawinan
Belum
Kawin
Kawin
Cerai
Hidup
Cerai Mati Jumlah
15-19 5,691 619 16 2 6,328
20-24 3,338 2,615 67 8 6,028
25-29 1,620 4,698 120 20 6,458
30-34 577 5,252 140 40 6,009
35-39 279 5,115 144 69 5,607
40-44 155 4,577 140 135 5,007
45-49 93 3,829 123 210 4,255
50-54 59 3,022 100 322 3,503
55-59 36 2,094 69 361 2,560
60-64 24 1,330 48 434 1,836
65+ 35 1,938 83 1,576 3,632
Jumlah 11,907 35,089 1,050 3,177 51,223
• Jika diketahui jumlah
penduduk
pertengahan tahun
2014 Kota B sebesar
72.000 jiwa, hitunglah:
Indikator Perkawinan:
CMR
GMR
SMAM
Indikator Perkawinan:
Angka Perceraian
Hidup Kasar
Angka Perceraian
Hidup Umum
Angka Perceraian
Hidup thd Penduduk
Berstatus Kawin