tugas karya ilmiah 1 universitas terbuka pembelajaran
SMA KARAKTER
1. perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
54
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Deskripsi Lokasi Penelitian
1. Sejarah Berdirinya SMA Negeri 1 Karanganom
Penelitian implementasi pendidikan karakter terintegrasi dalam
pembelajaran sejarah dilaksanakan di SMA Negeri 1 Karanganom yang
berada di Jln. Raya no. 3, Karanganom, Klaten. SMA Negeri 1 Karanganom
secara administratif terdiri dari 2 (dua) gedung, yaitu gedung timur dan
barat. Gedung barat difungsikan sebagai pusat administrasi sekolah dan
kegiatan belajar mengajar bagi kelas X dan XI, sedangkan gedung timur
difungsikan untuk kegiatan belajar mengajar bagi kelas XII. Berdasarkan
kegiatan analisa dokumen sekolah, SMA Negeri 1 Karanganom memiliki +
36 ruang kelas, selain ruang kelas terdapat berbagai macam fasilitas sekolah
yang ditujukan untuk menunjang kegiatan pembelajaran maupun non
pembelajaran dalam rangka mengasah kompetensi peserta didik SMA
Negeri 1 Karanganom, diantaranya adalah laboratorium, perpustakaan,
ruang multi media, ruang Dapodik, ruang OSIS, ruang Pramuka, ruang
Olahraga, ruang Ibadah, ruang Olah Raga, dan Koperasi Peserta didik
(Dokumen I, 25 September 2015)
SMA Negeri 1 Karanganom berdiri sejak tahun 1964. Berdirinya
SMA N 1 Karanganom diprakarsai oleh Bapak Soepomo (Guru SMA N 1
Klaten) dibantu Bapak Ukirdi dan Bapak Sugiyarto (Alm.) dengan nama
SMA Persiapan Jatinom di Ponggok pada tanggal 1 Agustus 1964 dan baru
diresmikan pada tanggal 14 Agustus 1964 yang berlokasi di SD Dalangan
Ponggok. SMA Persiapan Jatinom di Karanganom baru berstatus negeri
pada tanggal 29 Juli 1966 dengan SK Nomor: 106/SK/B/III/ 65-66. Tujuan
utama didirikan SMA Negeri Jatinom kala itu diantaranya adalah untuk
meningkatkan intelegensi masyarakat sesuai dengan sifat, tingkat dan arah
pembangunan daerah (Dokumen I, 25 September 2015)
2. perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
55
2. VISI dan MISI SMA Negeri 1 Karanganom
Visi, misi, dan tujuan sekolah merupakan hal wajib yang harus
dimiliki instansi pendidikan. Adapun rincian Visi, Misi, dan Tujuan
Pendidikan SMA Negeri 1 Karanganom, adalah sebagai berikut:
a. Visi SMA Negeri 1 Karanganom
Dalam rangka mencapai tujuan pendidikan nasional, sebagai
lembaga pendidikan formal SMA Negeri 1 Karangnom memiliki visi:
Unggul dalam Prestasi, Luhur dalam Budi Pekerti serta Peduli
terhadap Lingkungan dan Berkomptensi Global.
b. Misi SMA N 1 karanganom
Untuk mewujudkan Visi Unggul dalam Prestasi, Luhur dalam
Budi Pekerti, SMA Negeri 1 Karanganom menetapkan suatu bentuk
layanan yang dituangkan dalam bentuk Misi sekolah sebagai berikut:
1) Meningkatkan efektifitas dan kreatifitas semua warga sekolah
dalam proses pembelajaran.
2) Melaksanakan bimbingan secara efektif sehingga setiap peserta
didik berkembang secara optimal, sesuai dengan potensi yang
dimiliki.
3) Memotivasi setiap peserta didik untuk memiliki ilmu
pengetahuan dan ketrampilan. Memotivasi peserta didik lebih
aktif dalam kegiatan Intra maupaun ekstra kurikuler.
4) Menanamkan keunggulan sekolah secara efektif kepada semua
warga sekolah dan masyarakat .
5) Menanamkan sportivitas , kejujuran, kedisiplinan dan ketertiban.
6) Menanamkan keimanan dan ketaqwaan serta budi pekerti luhur
dan santun, sesuai dengan budaya bangsa.
7) Menyiapkan peserta didik untuk siap berkompetisi di era global.
8) Menjaga dan melestarikan lingkungan hidup
9) Menciptakan sekolah sebagai pusat pendidikan tentang
lingkungan hidup dan bencana di setiap daerah dengan didukung
oleh sarana dan prasarana yang memadai
3. perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
56
10) Memberdayakan seluruh civitas akademika sekolah untuk
berperan aktif dalam melakukan pengelolaan lingkungan di
sekolah
11) Memunculkan masyarakat yang peduli terhadap lingkungan
hidup melalui pendidikan di sekolah dengan memaksimalkan
perilaku penghidupan di lingkungan masyarakat
12) Unggul dalam bidang-bidang Akademik dan non Akademik ,
Jiwa Kewirausahaah dan wawasan Lingkungan.
c. Tujuan Pendidikan SMA N 1 Karanganom
Tujuan pendidikan menengah adalah meningkatkan
kecerdasan, pengetahuan, kepribadian, akhlak mulia, serta
keterampilan untuk hidup mandiri dan mengikuti pendidikan lebih
lanjut, meliputi:
1) Peningkatan iman dan taqwa serta akhlak mulia. Keimanan dan
ketakwaan serta akhlak mulia menjadi dasar pembentukan
kepribadian peserta didik secara utuh. Kurikulum yang disusun
yang memungkinkan semua mata pelajaran dapat menunjang
peningkatan iman dan taqwa serta akhlak mulia.
2) Peningkatan potensi, kecerdasan, dan minat sesuai dengan
tingkat perkembangan dan kemampuan peserta didik.
Kurikulum yang disusun agar memungkinkan pengembangan
keragaman potensi, minat, kecerdasan intelektual, emosional,
spiritual, dan kinestetik peserta didik secara optimal sesuai
dengan tingkat perkembangannya.
3) Keragaman potensi dan karakteristik daerah dan lingkungan.
Daerah mimiliki keragaman potensi, kebutuhan, tantangan, dan
keragaman karakteristik lingkungan, oleh karena itu kurikulum
harus memuat keragaman tersebut untuk menghasilkan lulusan
yang dapat memberikan kontribusi bagi pengembangan daerah.
4. perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
57
4) Tuntutan pembangunan daerah dan nasional. Pengembangan
kurikulum harus memperhatikan keseimbangan tuntutan
pembangunan daerah dan nasional.
5) Tuntutan dunia kerja. Kurikulum harus memuat kecakapan
hidup untuk membekali peserta didik memasuki dunia kerja
sesuai dengan tingkat perkembangan peserta didik dan
kebutuhan dunia kerja, khususnya bagi mereka yang tidak
melanjutkan kejenjang yang lebih tinggi.
6) Perkembangan ilmu pengetahuan, teknologi, dan seni.
Kurikulum harus dikembangkan secara berkala dan
berkesinambungan sejalan dengan perkembangan Ilmu
Pengetahuan, teknologi, dan seni.
7) Agama. Kurikulum harus dikembangkan untuk meningkatkan
toleransi dan kerukunan umat beragama, dan memperhatikan
norma agama yang berlaku di lingkungan sekolah.
8) Dinamika perkembangan global. Kurikulum harus
dikembangkan agar peserta didik mampu bersaing secara global
dan dapt hidup berdampingan dengan bangsa lain.
9) Persatuan nasional dan nilai-nilai kebangsaan. Kurikulum harus
mendorong wawasan dan sikap kebangsaan dan persatuan
nasional untuk memperkuat keutuhan bangsa dalam Negara
Kesatuan Republik Indonesia.
10) Kondisi sosial budaya masyarakat setempat. Kurikulum harus
dikembangkan dengan memperhatikan karakteristik sosial
budaya masyarakat setempat dan menunjang kelestarian
keragaman budaya.
11) Kesetaraan Gender. Kurikulum harus diarahkan kepada
pendidikan yang berkeadilan dan mendorong tumbuh
kembangnya kesetaraan gender.
5. perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
58
12) Karakteristik satuan pendidikan. Kurikulum harus
dikembangkan sesuai dengan visi, misi, tujuan, kondisi, dan ciri
khas satuan pendidikan (Dokumen I, 25 September 2015).
B. Kurikulum di SMA Negeri 1 Karanganom
Kurikulum merupakan alat untuk mencapai pendidikan yang dinamis,
jadi kedudukan kurikulum cukup sentral dalam perkembangan pendidikan.
Kurikulum merupakan seperangkat rencana dan pengaturan menganai tujuan, isi,
dan bahan pelajaran serta cara yang digunakan sebagai pedoman penyelenggaan
kegiatan pembelajaran untuk mencapai tujuan pendidikan tertentu seperti yang
diamanatkan dalam UU no 20 tahun 2003 pasal 1 ayat (19). Kurikulum yang
digunakan di SMA Negeri 1 Karanganom adalah Kurikulum 2013 yang berasal
dari Kementerian Pendidikan dan Kebuadayaan Nasional.
Kurikulum 2013 dianggap mampu menjadi sarana dalam rangka
mencapai tujuan pendidikan nasional secara menyeluruh. Hal tersebut seperti
yang diungkapkan oleh infroman Sp, bahwa “…dulu KTSP hanya
mengedepankan pengetahuan. Kalau sekarang (red. Kurikulum 2013) sudah ada
spiritualnya, sosialnya, pengetahuannya, dan ketrampilan” (Informan Sp,
Wawancara IV). Pendapat tersebut didukung oleh informan MT yang menyatakan
bahwa “… orientasi pendidikan yang inti adalah karakter. Penilaian yang
diutamakan jangan hanya kognitif saja, value itu penting, maka Kurikulum 2013
mengarah kesana termasuk dalam bentuk penilaian” (Informan MT, Wawancara
V).
Pendidikan karakter dalam Kurikulum 2013 bukan menjadi tanggung
jawab seorang guru mata pelajaran, namun tanggung jawab pelaksanaan
pendidikan karakter di sekolah diemban oleh seluruh warga sekolah. Oleh
karenanya, pendidikan karakter disekolah melebur kedalam 3 ranah kegiatan,
yaitu kegiatan pembelajaran, kegiatan non-pembelajaran, dan budaya sekolah.
Pendidikan karakter dalam kegiatan kurikuler diintegrasikan kedalam mata
pelajaran-mata pelajaran yang diterima peserta didik ketika di dalam kelas,
sedangkan dalam kegiatan ektrakurikuler pendidikan karakter diwadahi melalui
6. perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
59
kegiatan yang mampu mengembangkan intelektual, emosional, dan spiritual
peserta didik, diantaranya melalui kegiatan pramuka, PAKIBRATA, kegiatan
keagamaan, dll. Pendidikan karakter dalam budaya sekolah terlihat dari interaksi
yang terjadi antara guru dengan peserta didik, peserta didik dengan peserta didik,
ataupun guru dengan guru. Informan MT, menyatakan bahwa “… contoh
misalnya anak dibisaakan ketika bertemu orang tua itu menghormat, jadi disini
misalnya bertemu dengan bapak ibu guru itu salam cium tangan, itu salah
satunya.”(Informan MT, Wawancara V). Kegiatan tersebut merupakan cerminan
praktek pendidikan karakter di lingkungan SMA N 1 Karanganom yang bertujuan
melatih ketrampilan peserta didik sesuai dengan bakat yang dimiliki.
Penerapan Kurikulum 2013 memunculkan penggunanaan pendekatan
saintifik dalam kegiatan belajar. Pendekatan saintifik menuntut siswa
berpartisipasi aktif dalam pembelajaran, sehingga pembelajaran yang terbentuk
dalam Kurikulum 2013 adalah pembelajaran yang berpusat pada siswa (student
center) bukan lagi berpusat pada guru (teacher center). Aplikasi kegiatan belajar
dengan menggunakan pendekatan saintifik mengacu pada kegiatan 5M
(mengamati, menanya, mengumpulkan, mengasosiasi, dan mengkomunikasikan).
Pendekatan pembelajaran saintifik selain menunjang terciptanya pembelajaran
aktif di kelas, juga dapat digunakan dalam melaksanakan pendidikan karakter di
dalam kelas. Nilai-nilai karakter secara terseirat dapat diterapkan melalui kegiatan
dalam pendekatan tersebut.
Pendekatan saintifik melalui kegiatan 5 M menekankan proses
pembelajaran dalam 3 (tiga) ranah, yaitu; sikap, pengetahuan, dan ketrampilan.
Pendapat tersebut sesuai dengan analisa dokumen yang menunjukan bahwa dalam
langkah-langkah pembelajaran guru menggunakan kegiatan 5 M (dokumen VI dan
VII). Peserta didik dituntut tidak hanya mampu mengetahui tentang sesuatu
(pengetahuan), namun juga mengetahui mengapa sesuatu itu terjadi (sikap) dan
bagaimana sesuatu terjadi (ketrampilan). Melalui kegiatan tersebut akan tercipta
keseimbangan antara kemampuan untuk menjadi manusia yang baik (soft skill)
dan manusia yang memiliki kemampuan dan pengetahuan untuk hidup yang layak
(hard skill)
7. perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
60
C. Sajian Data
Deskripsi temuan penelitian atau hasil penelitian ditujukan untuk
menyajikan data yang dimiliki sesuai dengan permasalahan yang dikaji pada
penelitian ini, yakni tentang implementasi pendidikan karakter yang terintegrasi
dalam pembelajaran sejarah di SMA Negeri 1 Karanganom. Rumusan masalah
dalam penelitian ini mengacu pada penerapan pendidikan karakter yang
difokuskan dalam pembelajaran sejarah. Adapun fokus yang dikaji dalam
penelitian ini mengacu pada 4 (empat) hal, meliputi (1) perencanaan pendidikan
karakter yang terintegrasi dalam pembelajaran sejarah, (2) pelaksanaan
pendidikan karakter yang terintegrasi dalam pembelajaran sejarah, (3) evaluasi
pendidikan karakter yang terintegrasi dalam pembelajaran sejara, dan (4) kendala
beserta solusinya dalam menyelesaikan masalah yang timbul pada penerapan
pendidikan karakter yang terintegrasi dalam pembelajaran sejarah.
1. Perencanaan Pendidikan Karakter yang Terintegrasi dalam
Pembelajaran Sejarah
a. Pemahaman Guru tentang Pendidikan Karakter dan Pembejaran
Sejarah
Kajian pemahaman guru tentang pendidikan karakter dan
pembelajaran sejarah dinilai penting oleh peneliti sebelum peneliti
melangkah pada kajian tentang penyusunan perangkat pembelajaran.
Pemahaman yang diperoleh berguna untuk mengetahui sejauh mana
kemampuan guru dalam membuat rencana pengajaran sebagai
perangkat pendukung pembelajaran di dalam kelas. Pendidik mata
pelajaran sejarah di SMA N 1 Karanganom terdiri atas 6 (enam)
pendidik, yaitu Dra. Susana Erni Herawati, Dra. Praba Asmani
Florentina, Masjur Tjahjanto, S.pd., Sri Kartini, S.Pd., Drs. H. Sahana,
M.M., Suparjianto, S.Pd. Guna mendapat informasi yang berkaitan
dengan pemahaman guru, teknik yang dilakukan adalah dengan
melakukan wawancara.
8. perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
61
1) Informan Kt (Guru Mata Pelajaran Sejarah Wajib Kelas
XII IIS dan XII Bahasa)
Pendidikan karakter oleh informan Kt dipahami sebagai
upaya untuk menangkal laju globalisasi yang mengarah pada
westernisasi dan hedonism dikalangan remaja. Informan Kt
mengungkapkan bahwa:
Pentingnya pendidikan karakter bagi peserta didik ini
dalam rangka menghadapi era globalisasi, dimana dampak
buruk dari westernisasi, hedonism dikhawatirkan merusak
generasi muda. Sekarang ini banyak anak-anak SMP,
SMA yang pola pikir dan gaya hidupnya kebarat-baratan.
Selain itu nilai-nilai ketimuran dan Pancasila menipis, hal
tersebut tentu berujung pada terkikisnya jati diri bangsa.
Jadi, perlu adanya pendidikan karakter.” (Informan Kt,
Wawancara I).
Pendidikan karakter bukan mata pelajaran yang berdiri
secara independen melainkan melebur ke dalam semua mata
pelajaran. Peranan pembelajaran sejarah dalam membentuk
karakter peserta didik terkandung dalam materi-materi sejarah
yang diajarkan kepada peserta didik. Informan Kt memaknai
pembelajaran sejarah berperan untuk menghidupkan kembali
nilai-nilai Pancasila, nasionalisme, dan mengokokohkan kembali
jati diri bangsa agar terhindar dari provokasi yang mengarah
pada perpecahan (Informan Kt, Wawancara I).
2) Informan PA (Guru Mata Pelajaran Sejarah Peminatan
Kelas X dan XII)
Pendidikan karakter oleh informan PA merupakan
suatu gerakan yang harus diterapkan mengingat kondisi bangsa
saat ini cukup memprihatinkan, banyak tokoh-tokoh cerdas
namun tidak berkarakter (Informan PA, Wawancara II).
Pembelajaran sejarah berperan penting dalam membentuk
karakter peserta didik Informan PA mengungkapkan bahwa
… misalnya saya kasih yel-yel, terkadang menyanyikan
lagu perjuangan. Untuk kelas 10 ada materi tentang
9. perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
62
manfaat belajar sejarah, itu mengandung unsur
pembentukan karakter. Sejarah kan harus ditarik dengan
apa yang terjadi sekarang, sehingga ibu membahas materi
dulu kemudian mengaitkan dengan kejadian sekarang pasti
ada nilai-nilai karakter yang bisa dimasukkan. (Informan
PA, Wawancara II).
3) Informan Ss (Guru Mata Pelaran Sejarah Wajib Kelas X)
Informan Ss memaknai pendidikan karakter sebagai
sesuatu yang berkaitan dengan masalah karakter dan watak. Ss
mengungkapkan bahwa:
… watak dipengaruhi oleh beberapa faktor bisa dari dalam
dan luar. Faktor dari dalam, setiap individu mempunyai
watak yang berbeda sejak lahir, sedangkan faktor dari luar
adalah lingkungan. Lingkungan ini yang bisa
membahayakan terutama untuk generasi sekarang, karena
banyak terjadi penyimpangan-penyimpangan dan perilaku
tidak baik mungkin juga yang berhubungan dengan moral.
Oleh karena itu generasi yang sekarang itu perlu dididik
untuk menjadi lebih baik (Informan Ss, Wawancara III)
Pendapat tersebut mengandung pengertian bahwa pendidikan
karakter merupakan usaha mendidik generasi muda untuk
berperilaku baik, sehingga akan terhindar dari penyimpangan-
penyimpangan yang bisa terjadi di masyarakat.
Pemahaman informan Ss tentang pembelajaran sejarah
mengarah pada upaya pembentukan jiwa nasionalis, yaitu
mendidik peserta didik untuk mencintai bangsa dan tanah
airnya. Lebih lanjut Ss mengungkapkan bahwa “Indonesia itu
kaya akan segalanya, tetapi tidak bisa mengelola dengan baik.
Perlu ada sumber daya manusia yang handal, kemudian ada
gebrakan-gebrakan”. Melalui belajar sejarah peserta didik diajak
untuk mengenal lebih jauh tentang kandungan kekayaan alam
dan budaya yang dimiliki Indonesia masa lampau. Namun, Ss
menggaris bawahi bahwa tujuan dari pembelajaran sejarah
berbeda-beda sesuai dengan materi yang diajarkan.
10. perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
63
4) Informan Sp (Guru Sejarah Peminatan dan Sosiologi Kelas
XI)
Pemahaman Sp tentang pendidikan karakter dan
pembelajaran sejarah tidak jauh berbeda dengan pendapat
informan Kt. Informan Sp mengartikan pendidikan karakter
sebagai upaya untuk membentuk siswa agar mempunyai
kepribadian yang mencerminkan kepribadian Pancasila
(Informan Sp, Wawancara IV, L-25).
Pembelajaran sejarah dimaknai sebagai kegiatan untuk
mempelajari masa lalu untuk menentukan arah dimasa depan. Sp
menegaskan bahwa “suatu bangsa yang besar tidak boleh
meninggalkan sejarah. Orang yang sudah meninggalkan sejarah
sama halnya ia sudah meninggalkan jati dirinya” lebih lanjut Sp
menyatakan bahwa
“… dengan belajar sejarah terutama tentang perjuangan
para pahlawan, kita bisa bersyukur karena kita sudah
merdeka dan hidup seperti ini yaitu lebih maju, modern,
sudah seharusnya kita juga harus meningkatkan iman dan
takwa kepada Tuhan yang Maha Esa (Informan Sp,
Wawancara IV).
b. Penyusunan Perencanaan Pembelajaran Sejarah Berbasis
Pendidikan Karakter
Hal-hal yang dipersiapkan guru sebelum melakukan kegiatan
pembelajaran sudah tercantum dalam tugas pokok dan fungsi
(TUPOKSI), diantaranya adalah menyusun silabus, kalender
pendidikan, program tahunan, program semester, dan rencana
pembelajaran dalam bentuk RPP (Dokumen I). Program tahunan
memuat rincian pelaksanaan pembelajaran sejarah selama satu tahun
pelajaran, termasuk di dalamnya adalah rincian alokasi waktu yang
dibutuhkan untuk melaksanakan kompetensi inti, terlebih lagi
Program Semester menjabarkan secara rinci alokasi waktu per
kompetensi dasar yang harus dilakukan setiap bulan dalam kurun
waktu 1 semester. Data-data yang berhubungan dengan program
11. perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
64
tahunan dan program semester dapat dilihat dalam lampiran penelitian
(Dokumen II-V). Persiapan guru selanjutnya adalah merencanakan
pembelajaran. Perencanaan pembelajaran diarti-kan sebagai hasil
pemikiran awal seorang guru sebelum mengelola proses pembelajaran.
Perencanaan pembelajaran memuat hal-hal yang perlu dilakukan oleh
guru dan siswa dalam melakukan kegiatan pembelajaran, selain itu
guru juga harus memastikan bahwa nilai-nilai karaker sudah
tercantum dalam perencanaan pembelajaran tersebut.
Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) sebagai salah satu
perangkat pembelajaran memuat rincian pelaksanaan pembelajaran
pada materi tertentu. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) sesuai
dengan kurikulum yang digunakan memuat kompetensi inti (KI),
kompetensi dasar (KD) dan indikator, materi pembelajaran, metode
pembelajaran, media, alat dan sumber pembelajaran yang digunakan,
langkah-langkah pembelajaran, dan penilaian (Dokumen-VI &
Dokumen-VII).
Penyusunan perencanaan pelaksanaan pebelajaran sejarah
berbasis pendidikan akrakter sudah terlaksana di SMA N 1 Karakter.
Informan PA mengutarakan bahwa “…perencanaan pembelajaran
sudah buat. Ada rincian minggu efektif mulai dibuat…terus nanti saya
tuangkan dalam Prota, Promes, kemudian baru RPP”. (Informan PA,
Wawancara II). Informasi tersebut selaras dengan pendapat informan
Sp bahwa buku guru, jurnal, juga digunakan untuk proses
pembelajaran selain RPP. Perihal pengintegrasian pendidikan karakter
dalam pembelajaran sejarah, informan menjelaskan bahwa nilai-nilai
karakter harus turut serta dimasukan dalam perangkat Rencana
Pelaksanaan Pembelajaran (RPP), hal tersebut mengacu pada
pembentukan karakter bangsa dimana peserta didik itu mau diapakan,
dibawa kemana, mau jadi apa sebagai generasi penerus bangsa
(Informan Sp, Wawancara IV). Rencana Pelaksanaan Pembelajaran
berdasarkan pada dua pengertian diatas mempunyai peranan sebagai
12. perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
65
skenario pembelajaran dimana proses dan hasil akhir dari sebuah
pelajaran sudah digambarkan secara jelas dalam perangkat tersebut.
Perencanaan pembelajaran harus mengandung unsur-unsur
seperti pemilihan materi, metode, media, dan alat evaluasi. Unsur-
unsur tersebut harus mengacu pada silabus dengan memerhatikan
pokok-pokok tertentu, seperti kompetensi dan kemampuan yang harus
dikuasai siswa, pendekatan yang digunakan, metode dan media yang
tepat diterapkan kepada siswa, dan penilaian menyeluruh berdasarkan
aspek kognitif, afektif, dan psikomotorik. Rencana Pelaksanaan
Pembelajaran menurut analisa dokumen (Dokumen VI & VII) memuat
beberapa komponen, diantaranya adalah:
a. Identitas sekolah
Identitas sekolah berisi tentang nama satuan
pendidikan, materi pelajaran, kelas ajar, dan alokasi waktu
pembelajaran.
b. Kompetensi Inti
Kompetensi inti merupakan gambaran secara kategorial
mengenai kompetensi yang harus dipelajari peserta didik untuk
suatu jenjang sekolah, kelas, dan mata pelajaran. Kompetensi
tersebut meliputi, kompetensi inti I merujuk pada sikap spiritual,
yaitu dalam hubungannya dengan Tuhan YME. Nilai-nilai yang
dikembangkan dalam kompetensi ini berupa iman dan takwa
kepada Tuhan YME. Kompetensi inti II merujuk pada sikap
sosial, yaitu dalam hubungannya dengan dirinya sendiri dan juga
orang lain. Nilai-nilai yang dikembangkan dalam kompetensi ini
adalah berakhlak mulia, sehat, mandiri, demokratis, dan
bertanggung jawab. Kompetensi inti III merujuk pada
kompetensi pengetahuan, berupa pemahaman peserta didik
terkait dengan materi ajar, dan yang terakhir kompetensi inti IV
merujuk pada kompetensi ketrampilan, dimana peserta didik
dituntuk untuk cakap dan kreatif.
13. perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
66
c. Kompetensi Dasar dan Indikator
Kompetensi dasar merupakan kompetensi yang
dipelajari peserta didik untuk suatu mata pelajaran di kelas
tertentu. Kompetensi dasar diturunkan dari kompetensi inti yang
dikembangkan dengan memperhatikan karakteristik peserta
didik, kemampuan awal, serta ciri dari suatu mata pelajaran.
Hasil analisa dokumen menunjukan bahwa kompetensi
dasar yang harus dicapai di kelas XI IIA 1 dengan pokok
bahasan perlawanan bangsa Indonesia melawan VOC, berupa;
1) Menghayati nilai-nilai persatuan dan keinginan bersatu
dalam perjuangan pergerakan nasional menuju
kemerdekaan bangsa sebagai karunia Tuhan Yang Maha
Esa terhadap bangsa dan negara Indonesia.
2) Meneladani perilaku kerjasama, tanggung jawab, cinta
damai para pejuang dalam mewujudkan cita-cita men-
dirikan negara dan bangsa Indonesia dan menunjukkannya
dalam kehidupan sehari-hari.
3) Menganalisis strategi perlawanan bangsa Indonesia
terhadap penjajahan bangsa Barat di Indonesia sebelum
dan sesudah abad ke-20.
4) Mengolah informasi tentang strategi perlawanan bangsa
Indonesia terhadap penjajahan bangsa Barat di Indonesia
sebelum dan sesudah abad ke-20 dan menyajikannya
dalam bentuk cerita sejarah (Dokumen-VI).
Hasil analisa dokumen di kelas XII IIS 1 dengan pokok
bahasan perang dingin memuat kompetensi dasar sebagai
berikut;
1) Menghayati poses perjuangan mempertahankan
kemerdekaan dan menunjukkan rasa syukur terhadap
rahmat dan karunia-Nya.
14. perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
67
2) Berlaku jujur dan bertanggungjawab dalam mengerjakan
tugas-tugas pemebelajaran Sejarah.
3) Menunjukkan sikap tanggungjawab,peduli,kerja sama dan
proaktif yang dipelajari dari peristiwa dan para pelaku
sejarah dalam berpartisipasi menyelesaikan permasalahan
bangsa dan negara Indonesia.
4) Membuat kliping tentang perkembangan dan dampak
perang dingin terhadap kehidupan Politik dan ekonomi
global (Dokumen-VII).
Indikator merupakan perilaku yang dapat diukur
dan/atau diobservasi untuk menunjukan ketercapaian
kompetensi dasar tertentu yang menjadi acuan penilaian mata
pelajaran. Hasil analasi dokumen menunjukan bahwa indikator
pencapaian kompetensi merupakan turunan dari kompetensi
dasar. Indikator berdasarkan hasil analisa dokumen VII
(Dokumen-VII) menunjukan bahwa indikator yang ingin dicapai
oleh guru adalah:
1) Menunjukkan sikap percaya mensyukuri nikmat Tuhan
atas kemerdekaan dan usaha mempertahankan.
2) Menunjukkan sikap jujur dalam mengerjakan tugas
individu dan kelompok.
3) Menunjukkan sikap menghargai pendapat orang lain.
4) Menjelaskan pengertian perang dingin dan penyebabnya.
5) Menjelaskan jalannya perang dingin.
6) Menjelaskan berakhirnya perang dingin.
7) Menjelaskan kaitan antara bersatunya Jerman, runtuhnya
Uni Soviet dengan berakhirnya perang dingin.
8) Membuat laporan hasil kelompok.
9) Secara berkelompok membuat kliping tentang
perkembangan dan dampak perang dingin terhadap
kehidupanPolitik dan ekonomi global.
15. perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
68
Materi ajar yang berbeda tentu melahirkan perumusan
indikator yang berbeda. Hasil analisa dokumen VI (Dokumen-
VI) menunjukan indikator yang ingin dicapai guru adalah:
1) Menjelaskan latar belakang dan sebab sebab perlawanan
Sultan Agung melawan VOC di Indonesi.
2) Menjelaskan usaha yang dilakukan Sultan Ageng
Tirtayasa menghadapi VOC.
3) Menjelaskan latar belakang dan akibat kekalahan
perlawanan Sultan Hasanudin melawan VOC.
4) Melalui diskusi kelompok dengan model pembelajaran
tim quis peserta didik dapat menyajikan dalam bentuk
laporan tulisan perlawanan Sultan Ageng Tirtayasa dan
Sultan Hasanudin melawan VOC.
Hasil analisa dokumen VI dan VII menunjukan sedikit
perbedaan, indikator yang dijabarkan dalam dokumen VI secara
khusus merujuk pada kompetensi dasar pengetahuan dan
penerapan pengatahuan.
d. Materi Pembelajaran
Materi pembelajaran memuat fakta, konsep, prinsip,
dan prosedur yang relevan. Materi pembelajaran disajikan dalam
bentuk butir-butir sesuai dengan rumusan indikator pencapaian
kompetensi. Hasil analisa dokumen VI (Dokumen-VI) materi
pelajaran dengan materi pokok perlawanan bangsa Indonesia
melawan VOC terdiri atas; (1) perlawanan Sultan Agung
melawan VOC, (2) perlawanan Sultan Ageng Tirtayasa
melawan VOC, (3) perlawanan Sultan Hasanudin melawan
VOC. Analisa dokumen VII menunjukan materi pembelajaran
dengan materi pokok perang dingin adalah berakhirnya perang
dingin.
16. perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
69
e. Metode Pembelajaran
Metode pembelajaran digunakan guru untuk
mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar
peserta didik mencapai kompetensi dasar atau seperangkat
indikator yang telah ditetapkan. Metode pembelajaran yang
dipilih seyogyanya disesuaikan dengan menyesuaikan situasi
dan kondisi peserta didik, serta karakteristik dari setiap indikator
yang hendak dicapai dalam setiap mata pelajaran.
Hasil analisa dokumen menunjukan bahwa metode
yang digunakan dalam pelaksanaan pembelajaran mengacu pada
pendekatan saintific learning dengan metode diskusi dan model
pembelajaran yang digunakan XI IIA 1 adalah discovery
learning, sedangkan kelas XII IIS 1 secara tersirat digambarkan
melalui langkah-langkah pembelajaran model pembelajaran
yang digunakan adalah cooperative learning.
f. Media, Alat, dan Sumber Pembelajaran
Media, alat, dan sumber pembelajaran merupakan
perangkat pendukung kegiatan pembelajaran untuk
meningkatkan pemahaman suatu konsep serta mendukung
kelancaran proses pembelajaran. Berdasarakn kegiatan analisa
dokumen menunjukan bahwa media yang digunakan berupa
contoh gambar pahlawan untuk kelas XI IIA 1 (Dokumen-VI)
dan video atau gambar-gambar perang dingin untuk kelas XII
IIS 1 (Dokumen VII). Alat yang digunakan adalah laptop, LCD,
dan proyektor. Sumber belajar yang digunakan untuk kelas XI
IIA 1 adalah buku Sejarah Indonesia kelas XI terbitan
Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan. Buku-buku
pendukung yang digunakan dalam pembelajaran sejarah dikelas
XI IIA 1 antara lain; (1) Sejarah untuk SMA kelas XI IPS karya
I Wayan Badrika, (2) Sejarah SMA Kelas XI karya Habib
Mustopo, dan Sejarah Nasional II karya Djoened Poesponegoro,
17. perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
70
Marwati, dan Nugrohonotosusanto (Dokumen-VI). Buku-buku
pendukung yang digunakan di kelas XII IIS 1 diantaranya
adalah (1) buku Sejarah SMA Kelas XII terbitan Kemendikbud,
(2) Pengantar Sejarah Kebudayaan Indonesia karya Soekmono,
(3) Sejarah SMA Peminatan Kelas XII karya Habib Mustopo,
dan (4) Sejarah Kelompok Peminatan Ilmu-Ilmu Sosial karya
Ratna Hapsari.
g. Langkah-Langkah Pembelajaran
Langkah-langkah pembelajaran merupakan susunan
kegiatan pembelajaran yang dilakukan guru dan siswa dalam
berinteraksi dengan materi pelajaran dan sumber belajar untuk
mencapai kemampuan dasar. Langkah-langkah pembelajaran
dalam Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) terdiri dari 3
(tiga) komponen kegiatan, yaitu kegiatan pendahuluan, kegiatan
inti, dan kegiatan pentutup.
1) Kegiatan pendahuluan, sesuai yang tertera dalam
Dokumen – IV, pada umumnya berisi kegiatan berdoa
sebelum pelajaran dimulai, kegiatan ini mengandung nilai
religious, kemudian mengecek kehadiran peserta didik
dimana didalamnya terkandung nilai disiplin. Kegiatan
selanjutnya adalah mengaitkan materi pelajaran sekarang
dengan sebelumnya dengan cara menanyakan materi
sebelumnya kepada peserta didik, guru menyampaikan
tujuan pembelajaran yang harus dicapai, kemudian peserta
didik dibagi dalam beberapa kelompok. Hasil tersebut
tidak jauh berbeda ketika peneliti melakukan kegiatan
analisa dokumen Rencana Pelaksanaan Pembelajaran
kelas XII IIS 1 (Dokumen – VII)
2) Kegiatan inti, berdasarkan pendekatan yang digunakan
yaitu saintifik learning kegiatan ini mengandung unsur 5M
yaitu kegiatan mengamati, menanya, mengumpulkan
18. perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
71
informasi, mengolah informasi, dan mengkomunikasikan.
Kelima kegiatan tersebut pada umumnya melebur dalam
kegiatan diskusi peserta didik. Kegiatan diskusi mampu
mewadahi kelima kegiatan tersebut, dengan diskusi
peserta didik secara otomatis akan melakukan kegiatan
tersebut. (Dokumen – VI & Dokumen – VII)
3) Kegiatan penutup, kegiatan akhir dalam proses
pembelajaran, pada umumnya berisi rangkuman materi
yang telah dipelajari pada pertemuan kala itu, rencana
materi yang akan dipelajari pada pertemuan selanjutnya,
dan salam ketika guru beranjak meninggalkan kelas.
h. Penilaian
Penilaian merupakan kegiatan yang dilakukan guru
untuk menilai pencapaian belajar siswa berdasarkan system
pengujian yang telah dikembangkan selaras dengan
pengembangan silabus. Prosedur dan instrumen penilaian
disesuaikan dengan indikator yang hendak dicapai. Kurikulum
2013 mempersyaratkan penggunaan penilaian autentik
(authentic assessment). Penilaian autentik diyakini mampu
memberikan informasi kemampuan peserta didik secara
mendalam dan sahih. Merujuk pada pengertian tersebut,
penilaian dibagi dalam 3 (tiga) komponen, yaitu; penilaian
pengetahuan, penilaian sikap, dan penilaian ketrampilan.
Hasil analisa dokumen pada dokumen VI dan VII
secara rinci menjabarkan penilaian diatas sebagai berikut:
1) Penilaian kognitif, penilaian ini bertujuan untuk mengukur
pemahaman peserta didik terhadap materi pelajaran.
Instrumen penilaian yang digunakan adalah test tertulis
atau lisan. Hasil analisa dokumen VI menunjukan bahwa
teknik penilaian yang digunakan adalah test tertulis
19. perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
72
dengan model soal uraian. Sama halnya dengan data yang
diperoleh dari analisa dokumen VII.
2) Penilaian afektif, digunakan untuk mengukur
perkembangan perilaku peserta didik selama
pembelajaran. Teknik yang bisaanya dipakai guru dalam
kegiatan ini adalah teknik pengamatan. Indikator-indikator
penilaian afektif guru tentu berbeda-beda disesuaikan
dengan materi yang ada dan perilaku yang ingin dibentuk.
Hasil analisa dokumen VII nilai-nilai yang ingin
diterapkan guru diantaranya adalah syukur, percaya diri,
kerja sama, jujur, menghargai, dan rasa ingin tahu.
Sedangkan hasil analisa dokumen VI nilai-nilai yang ingin
diterapkan guru meliputi nilai syukur, kerja sama,
tanggung jawab, dan jujur. Rentang nilai yang digunakan
adalah 1 sampai 4 dengan kriteria kurang sampai sangat
baik. (Dokumen VI & VII)
3) Penilaian psikomotorik, pada umumnya bentuk penilaian
ini menggunakan kegiatan penugasan. Peserta didik
diarahkan untuk berpikir secara kreatif dalam
mengaplikasikan ilmu yang diperoleh melalui kegiatan
historiografi dalam bentuk laporan. Indikator penilaian
disesuaikan dengan tugas yang diberikan (Dokumen – VI,
L-72). Selain melalui kegiatan historiografi, penilaian
psikomotorik juga dapat dilakukan selama kegiatan
diskusi berlangsung (Dokumen – VII).
Kegiatan penilaian wajib dilaksanakan guru untuk
mengukur perkembangan siswa setiap pertemuan. Kegiatan
tersebut cukup berguna bagi guru untuk merencanakan kegiatan
pembelajaran selanjutnya, selain itu apabila timbul masalah baik
dalam ranah kognitif, afektif, dan psikomotorik bias segera
diupayakan pemecahannya seperti kegiatan remedial apabila
20. perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
73
tingkat pemahaman materi belum mencapai indikator
pencapaian, pembinaan apabilai terdapat peserta didik yang
berbuat kurang baik selama proses pembelajaran berlangsung.
Nilai-nilai karakter dalam perencanaan pembelajaran (RPP)
secara tersurat tertera dalam kompetensi dasar dan indikator
pembelajaran. Nilai-nilai karakter yang ingin dikembangkan oleh guru
melalui materi pokok perang dingin dan perlawanan bangsa Indonesia
melawan VOC diantaranya adalah nilai religious dengan indikator
rasa syukur kepada Tuhan YME atas kemerdekaan bangsa Indoniseia,
kerjasama, tanggung jawab, cinta damai, jujur, peduli, dan proaktif.
Nilai-nilai tersebut diharapkan bias diterapkan secara nyata oleh
peserta didik dalam kehidupan sehari-hari.
Nilai-nilai karakter selain tertera dalam kompetensi dasar,
juga secara tersirat tercantum dalam sintaks kegiatan pembelajaran.
Kegiatan pembelajaran yang digunakan guru dengan pendekatan
saintifik learning dan diskusi memuat berbagai nilai karakter yang
tanpa disadari diterapkan oleh peserta didik. Nilai-nilai tersebut antara
lain disiplin, tanggung jawab, bersahabat/komunikatif, toleransi,
demkratis, rasa ingin tahu, dan gemar membaca.
2. Pelaksanaan Pendidikan Karakter yang Terintegrasi dalam
Pembelajaran Sejarah di SMA N 1 Karanganom
a) Kegiatan Awal (Praintruksional)
Kegiatan penelitian dilakukan pada tanggal 24 Agustus – 25
September 2015 dengan menggunakan teknik wawancara dan
pengamatan (observasi). Hasil penelitian di kelas observee XI IIA 1
(08 September 2015) dan XII IIS 1 (25 Agustus 2015) menunjukan
bahwa kegiatan guru yang dilakukan dalam tahap praintruksional
diawali dengan mengucapkan salam, menanyakan kehadiran peserta
didik dan memastikan peserta didik tidak datang terlambat,
menyampaikan tujuan pembelajaran yang hendak dicapai melalui
pembelajaran ini, dan mencoba untuk mengkaitkan materi-materi yang
21. perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
74
tengah dipelajari dengan nilai-nilai karakter. Hanya saja untuk kelas
XI IIA 1 sebelum kegiatan belajar mengajar dimulai, ketua kelas
memimpin untuk melakukan kegiatan doa (Catatan Lapangan I, II, &
III).
Kegiatan lain dalam tahap pendahuluan adalah guru
melakukan refleksi dengan cara memberi pertanyaan kepada peserta
didik berkaitan dengan materi yang telah dipelajari pada pertemuan
sebelumnya. Peserta didik menjawab dengan cara ditunjuk oleh guru,
hal ini merupakan salah satu strategi guru untuk melatih peserta didik
percaya diri, kritis, dan utamanya gemar membaca. Berdasarkan
pengamatan, peserta didik yang ditunjuk menjawab pertanyaan guru
dengan cukup baik dan jelas. Mereka mampu menjabarkan jawaban
dengan cukup percaya diri dan runtut. Guru sebagai fasilitator hanya
menambahkan sedikit informasi dari jawaban yang dikeluarkan jika
perlu (Catatan Lapangan – I)
Nilai-nilai yang terkandung dalam kegiatan praintruksional
diantaranya adalah nilai religius yang diaplikasikan melalui kegiatan
doa sebelum pelajaran dimulai, kemudian disiplin dalam wujud
kegiatan absensi yang menunjukan tidak adanya siswa yang absen
ataupun terlambat masuk kelas.
b) Kegiatan Inti (Instruksional)
Kegiatan inti pembelajaran (instruksional) di SMA N 1
Karanganom merujuk pada penggunaan Kurikulum 2013 pendekatan
yang digunakan adalah pendekatan siantifik. Pendekatan tersebut
mencakup kegiatan 5 M, yaitu kegiatan mengamati, menanya,
mengumpulkan informasi, mengolah informasi, dan mengkomuni-
kasikan. Mengacu pada konsep 5M guru secara aktif melibatkan
peserta didik dalam mencari informasi yang luas tentang topik yang
tengah dikaji melalui beberapa sumber. Kegiatan pembelajaran
merupakan praksis pelaksanaan yang sudah dirancang dalam rencana
pengajaran dalam bentuk Rencana Pelaksanaan Pembelajaran.
22. perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
75
1) Kegiatan Pembelajaran di Kelas XII IIS 1
Hasil penelitian ini berdasarkan pada kegiatan
observasi yang dilaksanakan pada tanggal 25 Agustus 2015.
Kegiatan pembelajaran dilakukan dengan menggunakan metode
pembelajaran diskusi. Tahap awal, siswa dibagi menjadi 8
kelompok untuk membahas topik yang diberikan oleh guru.
Kelompok 1a membahas tentang dampak positif perang dingin
bagi Amerika Serikat, kelompok 1b membahas tentang dampak
negative perang dingin bagi Amerika Serikat, kelompok 2a
membahas tentang dampak positif perang dingin bagi Uni
Soviet, kelompok 2b membahas tentang dampak negative
perang dingin bagi Uni Soviet, kelompok 3a membahas tentang
dampak positif perang dingin bagi dunia ketiga, kelompok 3b
membahas tentang dampak negative perang dingin bagi dunia
ketiga, dan kelompok 4a membahas tentang dampak positif
perang dingin bagi Indonesia yang terakhir 4b membahas
tentang dampak negative perang dingin bagi Indonesia. Alokasi
waktu diskusi tahap pertama adalah 20 menit. (Catatan
Lapangan – I & II)
Tahap kedua, menggabungkan kelompok a dan b sesuai
dengan permasalahan yang diberikan. Kegiatan yang dilakukan
dalam tahap ini adalah menjelaskan kepada kelompok kecil
tentag temuan diskusi. Alokasi waktu yang dibutuhkan adalah 5
menit. Tahap ketiga, setiap 3 (tiga) anggota dari kelompok kecil
akan menebar ke beberapa kelompok yang berbeda (kelompok
besar). Jadi, masing-masing kelompok beranggotakan anggota
dari kelompok lain yang membahas materiyang berbeda. Tugas
dari migran kelompok adalah menyampaikan hasil diskusi dari
kelompok kecil ke kelompok besar, sehingga setiap peserta
didik sudah mengantongi semua materi yang dibahas. Alokasi
berdiskusi dibatasi sekitar 10 menit. Tahap selanjutnya adalah
23. perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
76
mengkomunikasikan hasil diskusi, peserta didik yang melaku-
kan presentasi sengaja ditunjuk oleh guru dengan tujuan agar
peserta didik yang berpartisipasi aktif dalam pembelajaran
sejarah merata, setelah presentasi usai dilanjutkan dengan
kegiatan tanya jawab.
Metode pembelajaran diatas menunjukan penggunaaan
metode diskusi dengan model pembelajaran kooperatif
(cooperative learning) tipe JIGSAW dimana ada kelompok asal
(kelompok kecil) dan kelompok hasil (kelompok besar) (Catatan
Lapangan - I & II).
Guru tidak terlalu mendominasi selama pembelajaran
berlangsung. Fungsi guru sebagai fasilitator menggiring proses
pembelajaran agar berjalan efektif, selain itu nampak juga guru
menjawab pertanyaan siswa dalam sebuah kelompok ketika
diskusi berlangsung. Jadi, peran guru sebagai sumber
pengetahuan juga nampak pada kegiatan ini (Catatan Lapangan I
& II).
2) Kegiatan Observasi di Kelas XI IIA 1
Observasi dilaksanakan pada tanggal 08 September
2015. Hasil penelitian menunjukan bahwa kegiatan
pembelajaran menggunakan metode diskusi dengan model
discovery learning. Peserta didik dibagi menjadi 8 (delapan)
kelompok. Satu kelompok membahas permasalahan yang sama
dengan kelompok lain, yaitu terkait dengan masa pendudukan
VOC di Indonesia, dengan waktu diskusi kurang lebih 20 menit.
Setelah diskusi usai, perwakilan kelompok diskusi
mempresentasikan hasil diskusi kepada kelompok lain yang
nantinya akan ditanggapi oleh kelompok lain baik berupa
pertanyaan maupun pernyataan. Sama halnya dengan
pengamatan di kelas XII IIS 1, guru di kelas XI IIA 1 juga tidak
banyak menyampaikan materi pelajaran, guru hanya melengkapi
24. perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
77
beberapa point penting informasi-informsi terkait materi yang
disampaikan oleh peserta didik (Catatan Lapangan IV & V).
Guru selama pembelajaran berlangsung berperan
sebagai fasilitator ataupuun narasumber, sebagai contoh
berdasarkan hasil pengamatan di kelas XI IIA 1 guru
memberikan konfirmasi terhadap materi-materi yang telah
dipelajari peserta didik melalui berbagai sumber dengan cara
menjawab pertanyaan yang diajukan oleh peserta didik yang
menghadapi kesulitan dengan begitu guru sebagai fasilitator dan
narasumber sudah membantu siswa dalam menyelesaikan
masalah. Guru juga bertindak sebagai motivator agar peserta
didik dapat berpartisipasi aktif selama pembelajaran
berlangsung. Kondisi tersebut tidak jauh berbeda dengan hasil
pengamatan di kelas XII IIS 1. Meskipun secara umum
pelaksanaan pendidikan karakter yang terintegrasi dalam
pembelajaran sejarah sudah berjalan baik, namun sekali waktu
guru lebih memilih menggunakan Bahasa Ibu (Bahasa jawa)
daripada Bahasa Indonesia dalam menyampaikan materi kepada
siswa. Hal tersebut tentu juga berpengaruh kepada peserta didik
dalam penggunaan bahasa selama kegiatan pembelajaran
berlangsung (Catatan Lapangan – I&II).
3) Aktivitas Siswa Kelas XI IIA 1 dan XII IIS 1 ketika Proses
Pembelajaran Berlangsung
Aktivitas-aktivitas siswa yang muncul ketika kegiatan
diskusi di kelas XII IIS 1 dan XI IIA 1 berlangsung antara lain
seperti siswa mau bertanya ketika ada materi atau tugas yang
tidak dimengerti baik itu kepada guru ataupun teman sejawat,
rasa saling menghargai akan muncul ketika mereka berada
dalam satu kelompok, bahkan ketika mereka berpendapat
mereka berani mempertahankan pendapat yang mereka
utarakan. Melalui kegiatan diskusi mereka akan belajar
25. perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
78
tanggung jawab untuk menyelesaikan tugas sesuai dengan waktu
yang sudah ditentukan dan berani untuk menyampaikan hasil
diskusi mereka didepan kelas (Catatan Lapangan III & VI).
Aktivitas-aktivitas siswa lain yang muncul di kelas XII
IIS 1 dan XI IIA 1 selama kegiatan pembelajaran sejarah
berlangsung adalah siswa berlaku sopan ketika guru mengajar,
rasa saling menghormati siswa kepada guru sangat nampak
ketika pelajaran berlangsung. Meskipun kegiatan pembelajaran
berlangsung santai, namun siswa tetap mengetahui batasan
antara guru dengan siswa itu tetap berbeda. Ketika hendak
keluar ruangan siswa juga meminta ijin dulu terhadap guru mata
pelajaran. Tingkat keterlambatan di kelas XII IIS 1 ketika
pelajaran berlangsung cukup rendah, bahkan ketika observasi
berlangsung tidak ada siswa yang terlambat masuk kelas.
Hubungan antar teman di kelas XII IIS 1 cukup baik, kelompok-
kelompok di dalam kelas tidak terlihat mencolok, stiap anak
membaur dengan semua temannya (Catatan Lapangan – III &
VI). Hasil pengamatan tersebut didukung oleh pendapat
informan NK bahwa “… yang saya ketahui teman-teman itu
sering ejek-ejekan tapi ya hanya bercanda, kalau untuk grup-
grupan itu tidak ada” (Wawancara – VIII) . Aktivitas kebersihan
kelas dilakukan dalam bentuk piket bergilir yang dilaksanakan
pada pagi hari sebelum jam masuk sekolah, menurut hasil
pengamatan tinggkat kebersihan di kelas XII IIS 1 cukup baik,
beberapa laci meja berfungsi sebagaimana mestinya bukan lagi
sebagai tempat sampah namun untuk menyimpan buku-buku
pelajaran.
26. perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
79
4) Sumber Belajar yang Digunakan Selama Proses
Pembelajaran Sejarah di Kelas XI IIA 1 dan XII IIS 1 SMA N
1 Karanganom
Media belajar yang digunakan selama diskusi adalah
buku dan internet. Jadi, dalam kurikulum 2013 penggunaan HP
di SMA N 1 Karanganom diijinkan dengan pertimbangan
peserta didik membutuhkan informasi-informasi lain yang
mungkin tidak tertera dari buku. Buku-buku yang digunakan
oleh peserta didik adalah buku-buku dari pemerintah “Sejarah
Indonesia” untuk sejarah wajib, sedangkan untuk sejarah
peminatan menurut hasil pengamatan peserta didik membeli
buku terbitan Penerbit Erlangga untuk mendukung kegiatan
belajar belajar (Catatan Lapangan – I & IV).
c. Kegiatan Penutup
Kegiatan penutup merupakan tahap terakhir dalam
pembelajaran di kelas. Kegiatan yang dilakukan pada tahap ini pada
umumnya berupa kegiatan menyimpulkan materi secara bersama,
memberi pertanyaan posttest kepada peserta didik, penyampaian
meteri ajar yang akan dilakukan pada pertemuan selanjutnya, dan doa
penutup.
Hasil pengamatan menunjukan bahwa kegiatan penutup di
kelas XII IIS 1 tidak sepenuhnya terlaksana karena terbatasnya waktu.
Jadi, pada kegiatan yang dilakukan guru pada tahap ini adalah
memberian informasi terkait dengan materi ajar yang akan
dilaksanakan pada pertemuan selanjutnya dan mengucapkan salam
(Catatan Lapangan – I). Namun, hasil pengamatan di kelas XI IIA 1
kegiatan penutup pembelajaran dilakukan cukup runtut, dimulai dari
penyimpulan materi pembelajaran kemudian memberikan pertanyaan
refleksi kepada peserta didik dan berdoa sebelum pelajaran usai.
Sebelum kegiatan doa, secara bersama-sama peserta didik
menyanyikan lagu “Padamu Negeri” salah satu lagu nasional
27. perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
80
Indonesia, hal tersebut seiring dengan gerakan sekolah dalam rangka
mengembangkan rasa nasionalisme atau cinta tanah air di kalangan
warga sekolah SMA N 1 Karanganom (Catatan Lapangan – IV).
d. Nilai-Nilai Karakter yang Muncul selama Pembelajaran Sejarah
Berlangsung
Nilai-nilai karakter selama proses pembelajaran berlangsung dianta-
ranya muncul dari aktifitas guru dan siswa.
1) Nilai-nilai karakter yang muncul dari aktifitas guru antara lain
disiplin, santun, peduli, religious, mandiri, berfikir kritis, kreatif,
kerjasama, saling menghargai, percaya diri, gemar membaca,
tanggung jawab, jujur, religious (Catatan Lapangan II & IV).
2) Nilai-nilai karakter yang muncul dari aktifitas siswa dalam
pembelajaran antara lain religious, mandiri, kreatif, toleransi,
cinta tanah air, peduli lingkungan dan sosial, rasa ingin tahu.
(Catatan Lapangan III & VI). Selain nilai-nilai diatas, nilai
disiplin, kejujuran, kerjasama, tanggung jawab, komunikatif,
demokratis, cinta damai, dan gemar membaca juga muncul
selama proses pembelajaran berlangsung (Catatan Lapangan – I
& IV)
3. Penilaian Pendidikan Karakter yang Terintegrasi dengan
Pembelajaran Sejarah di SMA N 1 Karanganom
Penilaian merupakan salah satu tugas dari empat tugas pokok guru.
Penilaian berfungsi untuk mengukur tingkat keberhasilan pembelajaran di
dalam kelas baik secara kuantitatif maupun kualitatif. Penilaian dalam
Kurikulum 2013 mengacu pada penilaian autentik (authentic assessment)
yang terbagi dalam 3 (tiga) ranah penilaian, yaitu; pengetahuan (kognitif),
sikap (afektif), dan ketrampilan (psikomotorik). Penilaian dalam kegiatan
pembelajaran secara tersirat mengandung beberapa nilai-nilai karakter, hal
tersebut berkaitan tingkat pencapaian nilai-nilai karakter yang diterapkan
oleh guru kepada peserta didik apakah berhasil atau tidak. Asumsi tersebut
didukung oleh pendapat informan KT, bahwa;
28. perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
81
“dalam kurikulum 2013 ada upaya atau kegiatan pembelajaran yang
memang harus diberikan kepada murid, diterapkan kepada murid, dan
guru harus mengamati betul-betul. Sebagai contoh adalah penilaian
diri, antarteman, dan penilaian guru terhadap peserta didik yang
berujuan untuk mengamati bagaimana perkembangan karakter peserta
didik, apakah terjadi perkembangan peserta didik atau tidak”
(informan KT, Wawancara – I).
Merujuk pada penilaian yang digunakan dalam Kurikulum 2013,
penilaian pembelajaran di SMA N 1 Karanganom mengalami perubahan
penilaian, yang semula hanya melakukan penilaian tes (pengukuran
pengetahuan berdasarkan hasil) sekarang penilaian harus mencakup 3 (tiga)
ranah, yaitu kognitif, afektif, dan psikomotorik berdasarkan proses dan hasil
(penilaian otentik). Penilaian kognitif mengarah pada pemahaman peserta
didik terkait dengan materi yang diajarkan. Penilaian afektif merujuk pada
perkembangan sikap peserta didik selama proses belajar berlangsung.
Kemudian penilaian psikomotorik berkaitan dengan kemampuan peserta
didik dalam menciptakan sebuah karya.
a. Penilaian Kognitif
Penilaian kognitif dalam pembelajaran sejarah menurut hasil
wawancara kepada beberapa narasumber dapat ditarik simpulan
bahwa metode yang digunakan dalam penilaian ini adalah test dan non
test. Tes bisa berupa test terlulis ataupun lisan, sedangkan metode non
test adalah melalui kegiatan presentasi. Pendapat tersebut didukung
oleh pendapat informan KT bahwa metode penilaian kognitif dalam
kesehariannya bisa menggunakan penilaian presentasi lisan, diskusi
kelompok, dan posttest (Informan KT, Wawancara – I). Begitupula
informan PA dan Sa yang menyatakan bahwa instrument penilaian
kualitatif yang digunakan adalah penilaian test tertulis ataupun tidak
tertulis. Test tertulis yang digunakan bisa berupa soal uraian ataupun
pilihan ganda (Informan PA dan Sa, Wawancara – II & IV, JWB – 10
& 11).
Hasil pengamatan di kelas XII IIS 1 juga menunjukan hal
serupa, sebelum materi baru disampaikan terlebih dahulu guru
29. perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
82
mengajukan pertanyaan kepada peserta didik terkait dengan materi
ajar sebelumnya. Guru menunjuk peserta didik secara acak untuk
menjawab pertanyaan yang diajukan. Alasan guru menunjuk peserta
didik berlandaskan pada alasan agar setiap peserta didik gemar
membaca, jadi sewaktu-waktu mereka ditunjuk untuk menjawab
pertanyaan guru mereka siap. Jadi, guru berusaha meminimalisir
dominasi di dalam kelas, dengan cara melibatkan peserta didik secara
aktif dengan cara demikian (Catatan Lapangan – I).
b. Penilaian Afektif
Penilaian afektif berhubungan dengan tingkat perkembangan
sikap/attitude peserta didik. Instrumen yang digunakan dalam
penilaian ini berupa lembar pengamatan. Jadi, metode yang digunakan
dalam penilaian ini berupa pengamatan terhadap aktivitas perilaku
peserta didik selama proses pembelajaran berlangsung. Penilaian
afektif tidak hanya berasal dari pengamatan guru, namun peserta didik
juga diberikan lembar penilaian untuk menilai dirinya sendiri dan
menilai temannya (penilaian teman sejawat). Dengan begitu, guru
akan lebih mudah mengklasifikasikan karakteristik peserta didik
secara lebih objektif. Unsur-unsur penilaian dalam penilaian afektif
diantaranya adalah nilai tanggung jawab, kerjasama, menghormati,
berani berpendapat, dll. Pendapat tersebut diungkapkan oleh informan
KT bahwa; “…guru harus mengamati betul-betul. Termasuk juga
untuk penilaian diri, antar teman, dan guru terhadap murid, itu
bertujuan untuk mengamati karakter peserta didik perkembangannya
bagaimana, apakah terjadi perubahan atau tidak” (informan KT,
Wawancara – I).
c. Penilaian Psikomotorik
Penilaian psikomotorik berhubungan dengan kemampuan
peserta didik menyajikan hasil. Metode-metode yang digunakan guru
sejarah di SMA N 1 karanganom dalam melakukan penilaian ini
30. perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
83
berbeda-beda. Penilaian tersebut bisa berupa penilaian portofolio atau
laporan. Informan KT mengungkapkan bahwa
“… dalam sejarah peserta didik harus mempunyai kemampuan
untuk penelitian, bisa kelompok atau individu, misalnya
mewawancarai tokoh daerah yang berperan penting dalam
pembangunan negara (bela negara), tergantung materinya.
Kemudian harus bisa menuliskan sesuai historiografi sejarahnya
dalam bentuk laporan” (informan KT, Wawancara – I).
Penilaian ketrampilan dalam bentuk portofolio yang
digunakan oleh guru-guru sejarah di SMA N 1 Karanaom juga
diperoleh dari kegiatan diskusi dan presentasi seperti yang
diungkapkan oleh informan PA (Wawancara – V). Terkait dengan
penilaian psikomotorik melalui kegiatan diskusi dan presentasi,
informan KT menambahkan bahwa penilaian tersebut dilakukan
melalui kegiatan analisa kasus satu dengan kasus yang lain. Melalui
kegiatan tersebut kan terlihat bagaimana respon anak dalam
memberikan solusi untuk masalah yang didiskusikan, sehingga guru
akan mampu mengukur sejauh mana pola berpikir kreatif peserta
didik.
4. Kendala Pelaksanaan Pendidikan Karakter terintegrasi dalam
Pembelajaran Sejarah di SMA N 1 Karanganom
Kendala atau kendala dalam melaksanakan suatu kegiatan
merupakan hal yang wajar terjadi. Begitupula dengan pelaksanaan
pendidikan karakter di SMA N 1 Karanganom khususnya dalam
pembelajaran sejarah. Kendala tersebut dapat berasal dari beberapa faktor,
diantaranya adalah guru sebagai fasilitator, peserta didik, dan fasilitas yang
disediakan oleh sekolah. Seperti yang diungkapkan oleh informan PA
bahwa;
“Kalau yang pertama buku, kedua LCDnya kadang-kadang ga jelas.
Sehingga mereka sudah siap presentasi tapi LCDnya yang rusak. Dulu
setiap kelas sudah ada, tapi sekarang banyak yang sudah nggak bisa
dipakai dengan baik. Terus yang kedua penghambatnya, sebagian
kecil anak masih apatis, jadi ya memang ada yang nggak aktif, tapi
presentasenya menurut saya sangat kecil. Penghambat lainnya, karena
sekarang ini jam kerja di kabupaten Klaten itu kan 5 hari kerja. Dan
31. perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
84
kebetulan jam saya banyak yang jam akhir, sehingga kondisi anak
lelah sangat pengaruh” (informan PA, Wawancara – II).
Pendapat diatas secara rinci menjabarkan bahwa salah satu kendala
dalam pelaksanaan pendidikan karakter khususnya dalam proses
pembelajaran berasal dari fasilitas yang disediakan oleh sekolah, selain itu
juga berasal dari dalam peserta didik itu sendiri dan faktor dari luar sekolah
yang berupa kebijakan pemerintah Kabupaten Klaten tentang masa kerja di
wilayah Kabupaten Klaten.
Faktor penghambat lain yang sangat berpengaruh terhadap
perkembangan karakter peserta didik adalah lingkungan dan media.
Menurut informan SP lingkungan berpengaruh besar dalam merubah
kepribadian seseorang, sedangkan media berperan penting dalam
menyajikan informasi-informasi yang kita sendiri saksikan bagaimana
perkembangan media dewasa ini. Lebih lanjut SP menambahkan “…apabila
kita sudah menanamkan nilai ini di sekolah, namun dengan dukungan
lingkungan dan media yang seperti itu yang membuat anak terpengaruh,
maka penanaman karakter akan terhambat” (informan SP, Wawancara – IV,
JWB – 12).
Informan MT lebih menyoroti bahwa faktor utama penghambat
keterlaksanaan pendidikan karakter di sekolah pada umumnya dan dalam
pembelajaran sejarah pada khususnya berasal dari keteladanan bapak dan
ibu guru. Lebih jelas MT menjelaskan bahwa, “…jadi kalau bapak ibu guru
memberi contoh positif akan lebih mudah karakter itu dikembangkan, baru
setelah itu faktor lingkungan dan keluarga” (Wawancara – V, JWB – 7).
Faktor penghambat lainnya sebenarnya adalah masalah klasik yang
menyatakan bahwa, belajar sejarah adalah belajar masa lalu, dan itu tidak
penting. Asumsi tersebut didukung oleh informan KT yang menyatakan
bahwa “Cuma ada satu dua yang sering tidak respon, karena mengangggap
pelajaran sejarah itu membicarakan masa lalu. Kadang masih ada anggapan
seperti itu. Terus kemudian anggapan, sejarah itu bukan mata pelajaran yang
di UNASkan” (informan KT, Wawancara – I). Lebih lanjut KT
32. perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
85
menambahkan informasi selaras dengan pendapat PA yaitu faktor
penghambat lainnya berasal dari faktor fisik peserta didik karena jam
pelajaran sejarah yang menginjak jam 13.30 WIB.
Kendala-kendala yang muncul selama kegiatan tidak menyurutkan
semangat guru-guru sejarah dalam mendidik peserta didik untuk menjadi
manusia unggul. Salah satunya dalam mengatasi kendala berupa buku
pelajaran informan PA menawarkan solusi kepada peserta didik untuk
membeli buku. Lebih lanjut informan PA menjelaskan bahwa murid dari
SMA N 1 Karanganom berasal dari keluarga ekonomi menengah keatas,
jadi untuk pengadaan buku sekitar 80% peserta didik siap untuk membeli
buku. Selain itu, kendala buku juga bisa teratasi oleh ketersediaan fasilitas
peserta didik berupa handphone dan laptop yang dapat digunakan untuk
memncari informasi tambahan ketika pembelajaran berlangsung (informan
PA, Wawancara-II).
Kendala-kendala lainnya yang berkaitan dengan perilaku peserta
didik di dalam kelas, informan KT dan Sp mengemukakan pendapat yang
berbeda namun mempunyai muara yang sama dalam menciptakan peserta
didik yang mempunyai pribadi yang baik. Informan KT menjelaskan bahwa;
“… untuk sikap anak yang tidak respon, mengganggu temannya, tidak
peduli, biasaanya ibu panggil, tapi tidak saya panggil di dalam kelas,
ibu berusaha dekat dan tidak marah terhadap anak yang memiliki
perilaku yang tidak baik. Karena remaja itu kalau disikapi dengan
sikap yang keras bisaanya akan memberontak. Dengan pendekatan
yang baik malahan dimasa yang akan datang mereka akan menjadi
baik” (informan KT, Wawancara-I).
Berbeda dengan informan KT, informan Sa menawarkan
penanaman konsep keteladanan sebagai solusi, guru jangan hanya bisa
memberi contoh namun sudah seharusnya guru menjadi contoh (informan
Sa, Wawancara-IV). Informan Sa selain menjadikan dirinya sebagai contoh
terhadap siswa juga menanamkan konsep disiplin terhadap diri setiap siswa,
siswa sudah harus memahami makna disiplin, jadi mereka bukan disiplin
atas dasar paksaan, namun disiplin itu muncul dari dalam diri setiap peserta
didik. Penyelesaian masalah yang dipilih Sa ketika muncul suatu masalah
33. perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
86
adalah dengan melakukan pendekatan personal kepada peserta didik, sanksi
yang diberikanpun bukan hukuman fisik, namun lebih pada hukuman sosial.
D. Temuan Studi
Berdasarkan hasil penelittian tentang implementasi pendidikan karakter
terintegrasi dengan pembelajaran sejarah di SMA N 1 Karanganom, maka
ditemukan pokok-pokok penelitian sebagai berikut:
1. Pendidikan Karakter sudah Terlaksana di SMA N 1 Karanganom
Pendidikan karakter di SMA N 1 Karanganom terintegrasi dalam
beberapa kegiatan sekolah, yaitu kegiatan pembelajaran, ekstrakurikuler,
dan budaya sekolah. Konsep yang digunakan dalam pelaksanaan pendidikan
karakter di SMA N 1 Karanganom adalah konsep keteladanan dan konsep
pembiasaan. Konsep keteladanan mengandung mankna bahwa guru sudah
tidak lagi bertugas untuk memberikan contoh, tapi sudah seharusnya
menjadi contoh yang baik bagi peserta didik, sedangkan konsep pembiasaan
ini bertujuan agar peserta didik mampu berperilaku baik atas kesadaran
dirinya tanpa adanya paksaan dari luar. Melalui kedua konsep tersebut
diharapkan pendidikan karakter akan mengakar kuat dalam diri peserta
didik.
2. Pendidikan Karakter Terintegrasi dalam Pembelajaran Sejarah
Semua mata pelajaran berperan penting dalam menegakan
pendidikan karakter di sekolah. Hasil temuan menunjukan bahwa
pendidikan karakter telah terintegrasi dalam pembelajaran sejarah. Integrasi
tersebut merasuk dalam beberapa komponen pembelajaran, meliputi;
perencanaan pembelajaran, pelaksanaan pembelajaran, dan penilaian
pembelajaran.
a. Pendidikan Karakter Terintegrasi dalam Perencanaan
Pembelajaran Sejarah
Perencanaan pembelajaran merupakan tahap pertama dalam
alur kegiatan belajar mengajar di dalam kelas. Bentuk integrasi
pendidikan karakter dalam perencanaan nampak dalam kompetensi
34. perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
87
inti, kompetensi dasar dan indikator capaian, pendekatan
pembelajaran, metode pembelajaran, model pembelajaran, sintaks
pembelajaran, dan penilaian.
b. Pendidikan Karakter Terintegrasi dalam Pelaksanaan
Pembelajaran Sejarah di dalam Kelas
Penerapan pendidikan karakter di dalam kelas Nampak pada
kegiatan pendahuluan (pra instruksional), kegiatan inti pembelajaran
(instruksional), dan kegiatan penutup. Nilai-nilai karakter yang
muncul dalam kegiatan tersebut diantaranya adalah nilai keagamaan
(religi), mandiri, tanggung jawab, komunikatif dan bersahabat, peduli
lingkungan dan sosial, mandiri, toleransi, disiplin, demokratis, dan
cinta tanah air.
c. Pendidikan Karakter Terintegrasi dalam Penilaian Pembelajaran
Sejarah
Merujuk pada Kurikulum 2013 penilaian yang digunakan
adalah penilaian autentik (authentic assessment). Penilaian autentik
mencakup ranah pengetahuan, sikap, dan ketrampilan dengan
menggunakan instrument penilaian yang disesuaikan dengan
kebutuhan. Penilaian pengetahuan diperoleh melalui test dan observasi
kegiatan diskusi, penilaian sikap diperoleh melalui kegiatan
pengamatan guru dan penilaian diri siswa, sedangkan penilaian
ketrampilan diperoleh melalui penilaian project dan portopolio.
3. Kendala Pelaksanaan Pendidikan Karakter Terintegrasi dalam
Pembelajaran Sejarah di SMA N 1 Karanganom
Kendala pelaksanaan pendidikan karakter yang terintegrasi dalam
pembelajaran sejarah dikelompokan dalam dua jenis, yaitu kendala dari
dalam dan kendala dari luar.
a. Kendala dari dalam meliputi ketersiadaan fasilitas dan buku sebagai
sumber belajar yang kurang memadai, keteladanan pendidik, factor
fisik dan psikolgi peserta didik.
35. perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
88
b. Kendala dari luar meliputi lingkungan dan media massa yang dinilai
cukup mengkhawatirkan dan mengancam keberhasilan pelaksanaan
pendidikan karakter yang sudah dilaksanakan disekolah. Peraturan
Dinas Pendidikan Kabupaten Klaten yang mengatur bahwa kegiatan
belajar mengajar disekolah dimulai dari hari Senin hingga Jumat, hal
tersebut berdampak pada pemadatan jam pelajaran di sekolah yaitu
dimulai pukul 06.45 WIB hingga 15.00 WIB. Dampak lain sebagai
akibat pemadatan jam pelajaran tersebut adalah tidak siapnya fisik dan
psikis peserta didik dalam menerima materi pelajaran mengingat tidak
jarang mata pelajaran sejarah berada pada jam-jam akhir pelajaran di
sekolah.
E. Pembahasan
1. Strategi Penerapan Pendidikan Karakter dalam Pembelajaran Sejarah
di SMA N 1 Karanganom
Pendidikan karakter di SMA N 1 Karanganom secara umum sudah
terlaksana. Pendidikan karakter diintegrasikan ke dalam kegiatan sekolah
seperti kokurikuler, ekstrakurikuler, dan budaya sekolah. Guru-guru sejarah
SMA N 1 Karanganom memahami betul pentingnya pendidikan karakter
diterapkan kepada peserta didik mengingat peristiwa-peristiwa immoral
dewasa ini semakin menjamur di semua kalangan. Kt menegaskan masih
banyak sekali karakter-karakter yang harus dibenahi mengingat masyarakat
Indonesia tidak semua memiliki jiwa nasional dan karakter yang baik.
Karakter-karakter tersebut diantaranya nampak dalam tutur kata, sikap, cara
berpakaian, dan perilaku-perilaku anak ketika berada di jalan yang
dilakukan oleh pelajar. Lickona (2013: 15) menjabarkan secara rinci selaras
dengan asumsi KT terkait tren-tren remaja yang mengganggu meliputi, (1)
kekerasan dan vandalisme, (2) mencuri, (3) curang, (4) tidak menghormati
figure otoritas, (5) kekejaman teman sebaya, (6) kefanatikan, (7) bahasa
yang kasar, (8) pelecehan dan perkembangan seksual yang terlalu cepat, (9)
meningkatnya sifat mementingkan diri sendiri dan menurunnya
36. perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
89
tanggungjawab sebagai warga negara, dan (10) perilaku merusak diri.
Merujuk pada dua pendapat diatas kita juga bisa menyaksikan secara nyata
perilaku-perilaku tersebut dilingkungan sekitar kita baik dengan mata
telanjang atau melalui media massa.
Pendidikan diartikan sebagai usaha sadar dalam mengantarkan
generasi muda untuk mencapai kedewasaannya. Dewasa ini banyak sekali
individu-individu cerdas namun tidak berkarakter, oleh karenanya muncul
berbagai tindak penyimpangan yang terjadi dilapangan. Penyimpangan-
penyimpangan tersebut apabila dibiarkan tentu akan menyurutkan semangat
nasionalis, cinta tanah air, dan jati diri bangsa. Bahkan tidak dipungkiri lagi
ancaman disintegritas tengah mengancam apabila masalah karakter tidak
bisa segera dicarikan solusi. Mengutip kalimat Rev Martin Luther King
bahwa “Intelligence plus character that is the goal of true education”.
Kutipan tersebut selaras dengan pendapat Spencer (filsuf Inggris) yang
mengatakan bahwa tujuan sejati dari pendidikan adalah pembentukan
karakter (Klann, 2007: 89). Pentingnya kepemilikan karakter yang baik oleh
setiap individu selaras dengan pendapat Arnold Toynbe yang menyatakan
bahwa “Dari duapuluh satu peradaban dunia yang dapat dicatat, Sembilan
belas hancur bukan karena penaklukan dari dunia luar, namun karena
pembusukan moral dari dalam” (dalam Saptono, 2011). Merujuk pada
beberapa pendapat diatas tentu sejarah adalah salah satu ilmu pengetahuan
yang bisa digunakan sebagai cermin untuk menentukan arah peradaban di
masa mendatang. Sejarah Indonesia dipenuhi dengan polemic sejak sebelum
masa kemerdekaan hingga masa reformasi. Generasi saat ini bisa berkaca
dari pengalaman ataupun kegagalan masa lalu untuk membangun bangsa
Indonesia menuju kehidupan yang lebih layak. Karakter individu akan
berpengaruh banyak terhadap eksistensi suatu bangsa.
Informan Wd mengungkapkan bahwa tanpa adanya karakter dalam
diri peserta didik pengetahuan dan ketrampilan yang bagus sekalipun tidak
akan sempurna, lebih lanjut informan Wd menegaskan bahwa karakter
sudah seharusnya terbentuk dahulu dalam diri peserta didik sebelum
37. perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
90
merambah keranah pengetahuan dan ketrampilan. Pendapat informan Wd
tentu mengingatkan kita pada peristiwa sejarah kemerdekaan bangsa
Indonesia. Bapak pendiri bangsa (founding father) menyadari bahwa
setidaknya terdapat tiga tantangan setelah kemerdekaan 17 Agustus 1945,
yaitu mendirikan negara yang bersatu dan berdaulat, membangun bangsa,
dan membangun karakter. Mengutip kalimat Soekarno “bangsa ini harus
dibangun dengan mendahulukan pembangunan karakter (character
building) karena character building akan membuat Indonesia menjadi
bangsa yang besar, maju dan jaya, serta bermartabat.
Sekolah merupakan bagian dari pelaksanaan pendidikan dalam
konteks mikro, dimana pendidikan karakter disekolah dilaksanakan melalui
kegiatan pembelajaran, ekstrakurikuler, dan budaya sekolah. Ketiga ranah
tersebut memegang peranan masing-masing dalam upayanya membentuk
peserta didik berkarakter. Hasil penilitian Agboola dan Tsai (2012)
menunjukan bahwa fungsi sekolah adalah sebagai arena dimana peserta
didik dapat berbuat baik dan menikmati kehidupan sekolah mereka, jadi
pendidikan karakter bukan hanya sebuah slogan, namun juga misi yang
menempel. Pelaksanaan pendidikan karakter di sekolah berusaha agar
peserta didik mengenal dan menerima nilai-nilai budaya dan karakter
bangsa agar bisa diterapkan peserta didik dalam kehidupan sehari-hari.
Prinsip pengembangan pendidikan karakter di sekolah adalah terintegrasi
dalam semua mata pelajaran, pengembangan diri, dan budaya sekolah sesuai
dengan standar isi yang telah ditetapkan.
Pengajaran sejarah sebagai bagian dari sistem kegiatan pendidikan
mempunyai peranan penting dalam membangun karakter peserta didik.
Guru mempunyai kepentingan dalam menanamkan nilai moral kepada
peserta didik. Tugas guru yang hanya menyampaikan materi kepada peserta
didik sejatinya hanya menggugurkan kewajiban mengajarnya saja, namun
dengan mengajarkan kepada peserta didik tentang nilai kehidupan itu akan
jauh lebih bermakna. Pendapat tersebut juga dipahami oleh informan Kt
yang menyatakan bahwa dalam pembelajaran tidak hanya mengajar meteri
38. perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
91
sejarah saja namun juga memberikan sisipan materi yang berkaitan dengan
karakter. Berkenaan dengan asumsi tersebut Sanjaya (2013: 280-292)
menjelaskan bahwa peran utama guru memanglah menyampaikan ilmu
pengetahuan (sumber belajar), namun bukan satu-satunya. Lebih lanjut
Sanjaya mengklasifikasikan peran guru dalam proses pembelajaran selain
sebagai sumber belajar adalah sebagai fasilitator, pengelola, demonstrator,
pembimbing, motivator, dan evaluator. Peran-peran tersebut dapat
membantu guru dalam mengidentifikasi kebutuhan peserta didik. Proses
belajar mengajar dikatakan berhasil apabila terjadi perubahan tingkah laku
peserta didik kearah yang lebih baik.
TIM Pengembang MKDP Kurikulum dan Pembelajaran setidaknya
mengungkapkan pendapat yang hampir sama bahwa manifestasi belajar
dinyatakan dalam bentuk tingkah laku. Sejalan dengan pendapat tersebut
temuan hasil penilitian menunjukan konsep berubahan tingkah laku sebagai
berikut, yang pertama menurut informan IA bahwa melalui belajar sejarah
peserta didik dituntut mampu untuk memahami dan menganalisa makna dari
peristiwa masa lampau sehingga bisa dijadikan sebagai acuan untuk
menentukan tindakan masa kini dan masa depan. Lebih lanjut informan KT
menjelaskan bahwa melalui pembelajaran sejarah peserta didik harus
mempunyai kemampuan untuk penelitian dan menuliskan sesuai historigrafi
dalam bentuk laporan.
Sejarah merupakan pokok bahasan yang tidak hanya membahas
tentang masa lalu tanpa ada koherensi dengan kehidupan manusia masa kini.
Salah satu konsep sejarah adalah berkesinambungan, yaitu peristiwa sejarah
masa lalu berhubungan dengan kehidupan manusia masa kini. Sejarah oleh
Syafii Maarif (1997: 4) dan Kartodirdjo dalam Aman (2011: 5) diartikan
sebagai jembatan penghubung atau pemahaman masa silam (past event) dan
masa kini, dan sebagai petunjuk arah ke masa depan, artinya bahwa sejarah
mempunyai kesinambungan dan menyangkut peristiwa-peristiwa mutakhir
(current event). Pemahaman tersebut sejalan dengan pendapat dari informan
IA dan Wd bahwa sejarah merupakan pengungkapan tentang peristiwa masa
39. perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
92
lalu sebagai cermin dalam melakukan tindakan masa kini dan sebagai
petunjuk untuk masa yang akan datang. Pendidikan sejarah sudah
seharusnya dikemas sedemikian rupa sehingga mampu menghasilkan
internalisasi nilai, aspek moral dan afeksi subjek didik sebagai perhatian
utama dalam pengajaran sejarah, karena pengajaran sejarah yang hanya
mengedepankan aspek kognitif tidak akan berpengaruh besar dalam
memantapkan jati diri kepribadian bangsa.
Tantangan globalisasi yang tengah menghadang memaksa
Indonesia untuk bergerak cepat. Indonesia harus bekerja keras dalam
mempersiapkan sumber daya manusa yang professional, tangguh, dan siap
pakai. Oleh karena itu pengembangan pengajaran sejarah seyogyanya harus
memperhatikan beberapa hal, yaitu perhatian terhadap perkembangan
IPTEK secara mandiri sehingga peserta didik akan terbiasa dengan pola
berpikir kritis, pembelajaran yang terencana dan kompetitif, merangsang
peserta didik untuk berfikir logis dan sistematis, dan internalisasi nilai
kedalam pembelajaran. Merujuk pada komponen pengembangan pengajaran
tersebut, menunjukan setidaknya terdapat 3 (tiga) tahap dalam melakukan
pelaksanaan pembelajaran berbasis pendidikan karakter, yaitu tahap
perencanaan, pembelajaran (instruction), dan penilaian (assessment). Hal
serupa juga disampaikan oleh Arends (2008) dan Mulyasa (2011) bahwa
sedikitnya terdapat 3 tahapan dalam melaksanakan kegiatan belajar
mengajar yang terintegrasi dengan pendidikan karakter, yaitu tahap
perencanaan, tahap pembelajaran, dan tahap penilaian (assessment) dan
evaluasi.
a. Perencanaan Pembelajaran Sejarah Terintegrasi dengan
Pendidikan Karakter
Perencanaan pembelajaran sejarah yang terintegrasi dengan
pendidikan karakter diwujudkan dalam bentuk Rencana Pelaksanaan
Pembelajaran (RPP). Perencanaan merupakan penentuan apa yang
akan dilakukan. Perencanaan dalam pembelajaran memuat unsur
materi apa yang akan diajarkan, alokasi yang dibutuhkan, dan berapa
40. perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
93
banyak latihan yang akan dilaksanakan untuk suatu materi pokok
pelajaran. Majid (2011: 17) mengartikan rencana pengajaran sebagai
sebuah rencana guru mengajar mata pelajaran tertentu, pada jenjang
tertentu, untuk topik tertentu, dan untuk satu pertemuan atau lebih,
Perencanaan pembelajaran berbasis pendidikan karakter tidak jauh
berbeda dengan perencanaan pembelajaran pada umumnya, yang
membedakan hanyalah adanya unsur-unsur nilai-nilai karakter yang
dengan sengaja disisipkan dalam kegiatan pembelajaran, sehingga
akan mendorong lahirnya peserta didik berkarakter. Mulsaya (2012:
78) mengartikan RPP berkarakter sebagai rencana jangka pendek
untuk memperkirakan atau memproyeksikan karakter yang akan
ditanamkan kepada peserta didik dalam pembelajaran. Adapun tujuan
dari kegiatan tersebut adalah untuk membentuk, membina, dan
mengembangkan karakter peserta didik sesuai dengan kompetensi
yang digunakan.
Perencanaan pengajaran (RPP) berperan penting dalam
suksesnya kegiatan pembelajaran. RPP berfungsi untuk mendorong
guru agar lebih siap dalam melakukan kegiatan pembelajaran, dengan
perencanaan yang matang pembentukan kompetensi dan karakter
peserta didik akan lebih terarah. Komponen-komponen yang
terandung dalam Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP)
berdasarkan hasil observasi diantaranya adalah; 1) kompetensi inti, 2)
kompetensi dasar dan indikator, 3) pendekatan, metode dan model
pembelajaran, 4) sintaks/langkah-langkah pembelajaran, 5) sumber,
alat, dan media pembelajaran, dan 6) penilaian pembelajaran.
Nilai-nilai karakter secara tersirat dan tersurat tercantum
didalam komponen-komponen pembelajaran, secara tersurat nilai-nilai
karakter terekam dalam kompetensi inti dan kompetensi dasar yaitu
nilai yang berkaitan dengan hubungan manusia denganTuhan
(religius), hubungan manusia dengan dirinya dan sesama seperti nilai
mandiri, demokratis, dan tanggung jawab. Nilai-nilai karakter yang
41. perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
94
tercantum dalam kompetensi dasar lebih spesifik lagi karena
didasarkan atas materi/pokok bahasan yang tengah diajarkan.
Berdasarkan hasil penelitian yang diperoleh nilai-nilai karakter yang
diterapkan oleh guru kepada peserta didik diantaranya adalah
kerjasama, tanggung jawab, dan cinta damai melalui kegiatan
pembelajaran dengan materi pokok perlawanan bangsa Indonesia
melawan VOC. Materi berbeda tentu memuat nilai-nilai karakter yang
berbeda pula, seperti halnya yang ditemukan dalam analisa dokumen
RPP dengan pokok bahasan dampak perang dingin. Nilai-nilai yang
diajarkan melalui materi ini diantaranya adalah tanggung jawab,
peduli, dan proaktif dalam menyelesaikan permasalahan berdasarkan
peristiwa yang telah mereka pelajari.
Nilai-nilai karakter secara tersirat terekam dalam sintaks
pembelajaran, berdasarkan analisa dokumen metode dan model
pembelajaran yang dipilih guru sangat mendukung dalam membentuk
karakter peserta didik. Model yang digunakan guru adalah
pembelajaran kooperatif (cooperative learning) dengan metode
diskusi. Penggunaan model pembelajaran kooperatif (cooperative
learning) sebagai pembentuk karakter peserta didik didukung oleh
pendapat Sugiyanto (2009: 6) dimana pembelajaran kooperatif
bertujuan untuk mengembangkan aspek ketrampilan sosial sekaligus
kognitif dan aspek sikap. Lebih lanjut Lie (2004) dalam Sugiyanto
(2009: 6) menegaskan bahwa pembelajaran kooperatif menciptakan
interaksi yang asah, asih, asuh sehingga tercipta masyarakat belajar
(Learning community). Istilah kognitif, ketrampilan, sikap kemudian
asah-asih-asuh yang dikemukakan oleh Lie merupakan perwujudan
dari fungsi totalitas psikologis yang terangkum dalam olah rasa dan
karsa, olah hati, olah pikir, dan olah raga. Keempat konfigurasi
tersebut akan menciptakan manusia berkarakter apabila berjalan
secara seimbang.
42. perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
95
Metode yang dipilih guru dalam melakukan pembelajaran
adalah metode diskusi. Diskusi merupakan interaksi yang terjadi
antaradua orang atau lebih dalam sebuah kelompok untuk
membicarakan permasalahan dan mencari pemecahannya secara
bersama. Kegiatan diskusi dipilih karena cukup efektif dalam
memunculkan keterampilan sosial peserta didik seperti toleransi,
tanggung jawab, berani mengemukakan pendapat, dan komunikatif.
Nilai-nilai karakter juga menjadi perhatian utama guru ketika
melakukan penilaian. Penilaian merupakan kegiatan yang bertujuan
untuk mengetahui keberhasilan pembelajaran dan hasil belajar peserta
didik sesuai dengan tujuan yang ditetapkan. Pendapat tersebut
merujuk pada Suwandi (2011: 9) yang menyatakan bahwa penilaian
merupakan proses untuk mrngetahui proses atau hasil belajar sesuai
dengan tujuan dan kriteria yang telah ditetappkan. Penilaian guru
terutama dalam Kurikulum 2013 sebagai kurikulum yang digunakan
di SMA N 1 Karanganom tidak lagi hanya berkutat dalam penilaian
domain kognitif, sikap dan ketrampilan juga menjadi penentu
keberhasilan belajar peserta didik. Analisa dokumen menunjukan
beberapa nilai karakter yang menjadi sasaran guru selama
pembelajaran meliputi nilai percaya diri, kerja sama, jujur, religious,
menghargai, rasa ingin tahu, dan tanggung jawab.
b. Pelaksanaan Pembelajaran Sejarah Terintegrasi dengan
Pendidikan Karakter
Pembelajaran (instruction) merupakan kegiatan inti dalam
sistem pendidikan, yang merupakan kegiatan transfer ilmu dari guru
kepada peserta didik. Seringkali makna pembelajaran nampak begitu
ambigu dikalangan awam, banyak orang mengartikan pembelajaran
sebagai kegiatan mengajar. Pembelajaran merujuk pada teori yang
dikemukakan oleh Tim Pengembang MKDP Kurikulum dan
Pembelajaran diartikan sebagai perkembangan dari istilah pengajaran,
pembelajaran mengandung makna belajar dan mengajar yang terjadi
43. perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
96
secara bersamaan. Lebih jelas Tim Pengembang MKDP Kurikulum
dan Pembelajaran mengemukakan bahwa pembelajaran adalah suatu
upaya yang dilakukan guru sebagai pendidik untuk membelajarkan
peserta didik yang belajar.
Pembelajaran sesuai dengan sintaks perencanaan pengajaran
terseusun atas 3 (tiga) tahap, meliputi kegiatan pendahuluan (pra
instruction), kegiatan inti (instruction), dan kegiatan penutup. Tahan
tersebut sesuai dengan tahapan yang dikemukakan oleh Majid (2013:
27-29), yaitu (1) tahap prainstruksional yang dilakukan pada awal
guru memulai proses belajar dan mengajar, (2) tahap instruksional
sebagai kegiatan inti pembelajaran, dan (3) tahap penilaian. Tentu
terdapat sedikit perbedaan apabila merujuk pada teori Majid diatas,
namun perlu ditekankan disini adalah kegiatan penilaian guru secara
tersirat memang terjadi seiring dengan proses pembelajaran
berlangsung. Informan KT dan PB mengemukakan pendapat bahwa
penilaian kognitif dan afektif bisa diperoleh selama kegiatan
pembelajaran berlangsung. Lebih lanjut informan KT mengemukakan
bahwa penilaian kognitif bisa diperoleh ketika kegiatan presentasi,
diskusi, maupuun posttest ketika kegiatan penutup dilaksanakan
sebagai bentuk review materi yang telah diajarkkan. Melalui keigatan
pengamatan informasi KT dan PA secara tidak langsung juga
melakukan kegiatan penilaian sikap sesuai dengan indikator yang
ingin dicapai dalam Rencana Pelaksanaan Pembelajaran.
Berdasarkan hasil penelitian disesuaikan dengan teori yang
mendukung, maka tahapan-tahapan tersebut dijabarkan sebagai
berikut;
a. Kegiatan Pendahuluan
Kegiatan pendahuluan merupakan tahap awal guru memulai
kegiatan mengajar. Berdasarkan hasil pengamatan kegiatan yang
dilakukan dalam tahap ini dibuka dengan salam, kemudian guru
melakukan pengondisian kelas untuk menarik perhatian peserta
44. perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
97
didik yang dilanjutkan dengan memeriksa kehadiran peserta
didik. Dalam tahapan ini guru menyampaikan beberapa nilai
karakter yang harus ditanamkan kepada diri setiap peserta didik.
Berdasarkan pengamatan di kelas XII IIS 1 dengan guru
pengampu Ibu Probo Asmani, nilai yang disampaikan kepada
peserta didik adalah nilai kedisiplinan melalui sebuah
keteladanan, sedangkan nilai yang ditanamkan di kelas XI IIA 1
oleh guru pengampu Bapak Supajianto adalah nilai kejujuran
melalui sebuah kasus. Tujuan dari tahap ini adalah untuk
menarik perhatian peserta didik kedalam suasana pembelajaran
yang efektif. Hal tersebut senada dengan pendapat yang
dikemukakan oleh Majid (2013: 27-28) bahwa tujuan dari
kegiatan pendahuluan yang disebutnya sebagai tahap
prainstruksional adalah untuk memunculkan kembali tanggapan
peserta didik terhadap bahan ajar sebelumnya dan
menumbuhkan kondisi belajar peserta didik.
b. Kegiatan Inti
Kegiatan ini merupakan pokok kegiatan pembelajaran.
Dalam tahap ini pula guru mulai digunakan pendekatan, metode,
dan model pembelajaran yang sebelumnya sudah dirancang
dalam rencana pengajaran. Merujuk pada hasil analisis
dokumen Rencana Pelaksanaan Pembelajaran menunjukan
bahwa pendekatan yang digunakan oleh guru pengampu dalam
mengajar kelas XI IIA 1 dan XII IIS 1 sebagai kelas observe
adalah pendekatan ilmiah (saintifik approach) menggunakan
metode diskusi, sedangkan model pembelajaran yang digunakan
berbeda yaitu untuk kelas XII IIS 1 digunakan model
pembelajaran kooperatif (cooperative learning) dan discovey
learning untuk kelas XI IIA 1.
Pendekatan ilmiah adalah memandang situasi secara
spesifik untuk kemudian menarik simpulan secara keseluruhan.
45. perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
98
Pendekatan ilmiah dalam pembelajaran meliputi upaya
mengamati, menanya, mencoba, mengasosiasi, dan mengko-
munikasikan.
Metode diskusi adalah metode yang paling popular
digunakan selama pembelajaran menggantikan metode ceramah
yang popular dalam kurikulum sebelumnya. Metode diskusi
mengubah paradigma pembelajaran yang berpusat pada guru
(teacher center) menjadi pembelajaran berpusat pada peserta
didik (student center). Meskipun guru hanya sebagai fasilitator
dalam kurikulum baru, namun guru tetap mempunyai peranan
penting dalam mengarahkan pembelajaran menuju pembelajaran
yang efektif. Hal tersebut selaras dengan pendapat Ahmadi dan
Amri (2010: 166-169) bahwa meskipun peranan guru hanya
sebagai fasilitator tetap suatu saat guru menjadi manusia
sumber, yaitu untuk memiliki informasi yang dibutuhkan dalam
kegiatan pembelajaran. Pendapat tersebut merupakan bagian
dari peranan guru sebagai pengajar, selain sebagai pengajar guru
juga berperan sebagai manajer, yaitu guru harus mampu
menciptakan suasana pembelajaran afektif di dalam kelas seperti
memotivasi peserta didik untuk berpartisipasi aktif dalam
kegiatan pembelajaran. Pendapat diatas juga nampak ketika
pembelajaran berlangsung di kelas observee, dimana guru juga
berperan sebagai sumber informasi ketika peserta didik
mengalami kesulitan dalam memahami suatu materi.
Guru selama proses pembelajaran berlangsung juga
senantiasa memberikan motivasi kepada peserta didik, suasana
kelas berdasar hasil pengamatan menunjukan bahwa suasana
pembelajaran di dalam kelas cukup nyaman, interaksi terjalin
antara guru dengan peserta didik maupun peserta didik dengan
peserta didik lainnya. Diskusi dalam pembelajaran merupakan
pembelajaran dalam kelompok kecil, dimana kelas akan dibagi
46. perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
99
menjadi beberapa kelompok kecil untuk membicarakan suatu
masalah dan menemukan pemecahannya secara bersama.
Asumsi tersebut didukung oleh pendapat Ahmadi dan Amri
(2010: 165) yang mengartikan diskusi sebagai sebuah interaksi
komunikasi antara dua orang atau lebih (sebagai suatu
kelompok) yang memberikan pemahaman baik dan benar
tentang suatu topik.
Model pembelajaran sebagai salah satu komponen
pendukung pembelajaran akan memudahkan guru dalam
mengarahkan pembelajaran. Model pembelajaran kooperatif
(cooperative learning) seperti yang digunakan di kelas observee
XII IIS 1 menekankan pada aspek kerja sama antar individu
dalam sebuah kelompok. Dalam sebuah kelompok sudah pasti
memiliki anggota dengan tingkat kemampuan yang berbeda-
beda, dengan begitu melalui kegiatan ini selain guru
mengarahkan pada hasil belajar secara kognitif, model
pembelajaran ini juga mengarah pada pengembangan
kemampuan sosial peserta didik seperti saling menghargai,
komunikatif, kerjasama, tanggung jawab dan nilai-nilai lainnya.
Asumsi tersebut senada dengan pendapat Ahmadi dan Amri
(2010: 67-72) bahwa model pembelajaran kooperatif merupakan
model pengajaran dimana peserta didik belajar dalam kelompok-
kelompok kecil yang memiliki tingkat kemampuan berbeda.
Lebih lanjut Ahmadi dan Amri menjelaskan bahwa melalui
pembelajaran kooperatif diharapkan peserta didik akan dapat
memecahkan suatu masalah dan juga mendapatkan perilaku-
perilaku peran orang dewasa dan menjadi peserta didik yang
mandiri atau otonom. Pendapat tersebut didukung oleh pendapat
Lickona (1997: 67) bahwa pembelajaran kooperatif merupakan
salah satu komponen penting dalam pendidikan karakter dengan
menggunakan pendekatan komprehensif. Lebih lanjut Lickona
47. perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
100
menyebutkan bahwa melalui pembelajaran kooperatif akan
muncul pengajaran dalam memecahkan masalah.
Nilai-nilai karakter yang termuat dalam kegiatan ini
merujuk pada nilai-nilai karakter yang dipetakan oleh Badan
Penelitian dan Pengembangan Pusat Kurikulum (2010: 46)
diantaranya adalah kerja sama, tanggung jawab, mandiri,
komunikatif dan bersahabat, toleransi, kerja keras, disiplin,
demokratis, rasa ingin tahu, semangat kebangsaan dan cinta
tanah air, cinta damai, dan gemar membaca. Secara rinci nilai-
nilai tersebut dijabarkan sebagai berikut:
1) Religius
Nilai karakter religious nampak dari aktifitas berdoa siswa
ketika pembelajaran hendak dimulai dan berakhir. Siswa
juga berlaku sopan dan beretika terhadap teman sebaya
maupun guru. Siswa menghargai orang lain ketika sedang
berbicara.
2) Kerja sama
Diskusi merupakan bagian dari sebuah kelompok yang
didalamnya terjadi interaksi antar anggota kelompok untuk
menemukan pemecahan masalah untuk topik tertentu.
Agar hasil yang dihasilkan baik, tentu setiap anggota
kelompok harus mau bekerja secara bersama-sama dengan
anggota kelompok yang lain sehingga penyelesaian
masalah yang diperoleh akan lebih mendalam ketika
dipikirkan secara bersama.
3) Tanggung jawab
Kegiatan diskusi tentu akan melahirkan suatu pembagian
kerja, dimana satu orang memegang peranan masing-
masing untuk mencari informasi sesuai sub topik yang
telah ditentukan. Oleh karena itu, seseorang harus
bertanggung jawab atas perannya masing-masing agar
48. perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
101
kegiatan diskusi kelompok tidak menimbulkan masalah
karena tidak terpenuhinya tanggung jawab dari beberapa
anggota kelompoknya.
4) Mandiri
Pembagian kerja memaksa seseorang untuk bisa
memecahkan sub pokok yang menjadi tanggung
jawabnya. Orang yang bertanggung jawab atas satu sub
topik masalah harus secara mandiri mencari informasi
terkait, bisa melalui buku maupun media pendukung.
Meskipun pada akhirnya akan didiskusikan dalam
kelompok. Tugas tersebut harus diselesaikan dulu secara
mandiri sebelum diskusi kelompok atas hasil yang
diperoleh dari setiap individu didiskusikan.
Kegiatan lain yang muncul adalah siswa meminta ijin
sebelum dan sesudah keluar kelas ketika pembelajaran
berlangsung.
5) Komunikatif dan bersahabat
Kegiatan diskusi menimbulkan interaksi antar anggota.
Jadi nilai komunikatif secara otomatis muncul dalam
kegiatan tersebut, tidak mungkin dalam kegiatan diskusi
kelompok setiap anggotanya akan diam tanpa
mengemukakan pendapat satu sama lain. Nilai karakter
yang berkaitan dengan bersahabat merujuk pada
penerimaan satu anggota terhadap anggota yang lain.
Perbedaan dalam satu kelompok itu pasti mengingat
karakteristik individusatu dengan yang lain berbeda.
Melalui komunikasi bersahabat bisa meminimalisir
kegiatan diskusi yang berjalan alot, oleh karenanya tutur
kata ataupun percakapan dalam kegiatan diskusi sudah
sepantasnya tidak mengarah pada munculnya konflik.
49. perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
102
6) Toleransi
Toleransi merupakan suatu sikap dalam menghargai
perbedaan. Sesuai dengan penjelasan sebelumnya bahwa
karakteristik setiap anggota kelompok itu berbeda. Nilai
toleransi muncul guna meminimalisir konflik. Aktifitas
siswa yang muncul diantaranya adalah siswa menghargai
pendapat teman dan tidak membeda-bedakan ketika
bergaul dengan teman yang lain.
7) Disiplin
Sikap disiplin yang diperoleh berdasarkan hasil
pengamatan seperti tidak adanya keterlambatan peserta
didik dalam mengikuti pelajaran. Sikap disiplin lainnya
ditunjukan melalui kegiatan diskusi, guru sebagai wasit
menjadi wasit dalam diskusi menentukan waktu yang
harus digunakan peserta didik untuk diskusi dan
menyampaikan diskusi. Kegiatan diskusi berjalan dengan
lancer tanpa ada masalah yang berarti dan peserta didik
juga terlihat aktif selama kegiatan diskusi berjalan sampai
akhir.
8) Demokratis
Sikap demokratis peserta didik ditunjukan melalui
partisipasi aktif peserta didik ketika diskusi dalam
kelompok maupun diskusi kelas. Sebagian besar peserta
didik mau mengeluarkan pendapat ketika dalam kelompok
kkecil maupun kelompok kelas. Jadi pembelajaran tidak
hanya berjalan satu arah, namun menyebar karena banyak
peserta didik yang mau mengajukan sanggahan atau
pertanyaan terkait dengan topik yang disampaikan dan
juga disisi lain ada punya peserta didik yang memberi
penguatan materi atas jawaban presentatator meskipun
50. perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
103
peserta didik tersebut bukan berasal dari kelompok yang
sama.
9) Rasa ingin tahu
Rasa ingin tahu peserta didik selama pembelajaran
berlangsung tercermin dari usaha peserta didik untuk
mencari informasi berkaitan dengan topik yang dibahas
melalui berbagai sumber, baik itu sumber buku maupun
internet. Rasa ingin tahu peserta didik yang lain terlihat
ketika temannya melakukan presentasi di depan kelas,
mereka akan memperhatikan dengan seksama bahkan
sebagian peserta didik akan mengajukan pertanyaan untuk
menambah pemahamannya tentang topik terkait.
10) Semangat kebangsaan dan cinta tanah air
Sejarah adalah ilmu yang sarat dengan nilai-nilai
perjuangan, melalui berbagai peristiwa baik itu sejarah
Indonesia maupun dunia. Melalui pengajaran sejarah anak
akan mampu mengambil inti dari suatu peristiwa agar
lebih mencintai tanah airnya yang lahir atas darah dan air
mata para manusia terdahulu dan beruhasa untuk menjadi
warga negara yang baik di masa yang akan datang.
11) Cinta damai
Cinta damai tercermin dalam seluruh rangkaian
pembelajaran sejarah. Hal tersebut dapat dilihat tidak
adanya konflik antar teman ketika pembelajaran sejarah
ataupun diskusi berlangsung, bahkan tidak sedikit peserta
didik yang siap membantu ketika peserta didik lain
mengalami kesulitan dalam memahami pokok bahasan.
Kondisi di dalam kelas cukup kondusif ketika
pembelajaran berlangsung, sedikit anak bahkan hampir
tidak ada peserta didik yang membuat keributan ketika
pembelajaran berlangsung.
51. perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
104
12) Gemar membaca
Sikap gemar membaca yang ditunjukan siswa ketika guru
memberikan kesempatan kepada siswa untuk melakukan
kegiatan refleksi berdasarkan sub pokok materi
sebelumnya melalui pertanyaan, selain melalui kegiatan
tersebut sikap gemar membaca juga ditunjukan melalui
kegiatan diskusi, yaitu usaha siswa dalam mencari materi-
materi pendukung untuk memecahkan topik permasalahan
diskusi baik secara mandiri ataupun bersama-sama.
c. Kegiatan Penutup
Kegiatan penutup sebagai akhir pembelajaran memuat
beberapa kegiatan. Kegiatan tersebut seperti penyimpulan secara
umum, penyampaian rencana pengajaran pada pertemuan
selanjutnya, pemberian tugas, doa. Satu hal yang membedakan
SMA N 1 Karanganom dengan sekolah lainnya adalah, ketika
kegiatan sekolah berakhir peserta didik diwajibkan untuk
menyanyikan lagu nasional pada pembelajaran terakhir.
Kegiatan menyimpulkan merupakan salah satu tugas
guru yang berperan sebagai sumber informasi. Guru dalam tahap
ini meluruskan materi yang sebelumnya telah dibahas secara
bersama-sama, sehingga pemahaman peserta didik untuk topik
yang dibahas dalam kegiatan pembelajaran semakin menguat.
Peserta didik menjadi mengerti informasi mana yang benar dan
kurang tepat. Pemberian tugas dalam kegiatan ini bisa berupa
test tertulis ataupun portopolio sesuai dengan yang telah
dirancang dalam rencana pengajaran. Kegiatan akhir adalah
menyanyikan lagu nasional dan berdoa bertujuan untuk
meningkatkan sikapi nasionalisme peserta didik yang semakin
terancam keberadaannya dan menguatkan sikap religious dalam
peserta didik.
52. perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
105
Kegiatan penutup kurang lebih membutuhkan waktu 10
menit dari total jam pelajaran (2 x 45 menit), namun terkadang
kegiatan ini juga tidak dilakukan secara optimal karena
beberapa kendala. Jadi, kegiatan yang pasti dilakukan guru
adalah mengucapkan salam atau berdoa.
c. Penilaian Pembelajaran Sejarah Terintegrasi dengan Pendidikan
Karakter
Penilaian (assessment) merupakan salah satu rangkaian dari
kegiatan pembelajaran di dalam kelas. Penilaian mempunyai makna
yang berbeda dengan pengukuran dan evaluasi. Penilaian diartikan
sebagai kegiatan untuk mengetahui apakah pembelajaran yang
dilaksanakan berhasil atau tidak sesuai dengan tujuan dan kriteria
yang ingin dicapai. Pendapat tersebut sejalan dengan Suwandi (2011:
9) yang mengartikan penilaian sebagai suatu proses untuk mengetahui
apakah proses dan hasil dari suatu program kegiatan telah sesuai
dengan tujuan atau kriteria yang telah ditetapkan. Konsep penilaian
hasil belajar juga telah diatur dalam Peraturan Menteri Pendidikan dan
Kebudayaan Republik Indonesia nomor 104 tahun 2014 pasal (1)
bahwa penilaian hasil belajar oleh pendidik adalah proses
pengumpulan informasi/bukti tentang capaian pembelajaran peserta
didik dalam kompetensi sikap spiritual dan sikap sosial, kompetensi
pengetahuan dan kompetensi keterampilan yang dilakukan secara
terencana dan sistematis selama dan setelah proses pembelajaran.
Penilaian hasil belajar merujuk pada Permendikbud nomor 104 tahun
2014 pasal (3) berfungsi untuk memantau kemajuan untuk memantau
kemajuan belajar, memantau hasil belajar, dan mendeteksi kebutuhan
perbaikan hasil belajar peserta didik secara berkesinambungan.
Lingkup penilaian hasil belajar di SMA N 1 Karanganom
sesuai dengan Kurikulum 2013 merujuk pada penilaian autentik
(assessment authentic). Penilaian autentik terbagi atas 3 (tiga) ranah
penilaian, yaitu; penilaian pengetahuan, sikap, dan ketrampila.
53. perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
106
Pendapat tersebut sesuai dengan Lampiran Permendikbud no. 104
tahun 2014 yang menyatakan bahwa Kurikulum 2013
mempersyaratkan penggunaan penilaian autentik (authentic
assessment). Lebih lanjut, penilaian autentik diartikan sebagai bentuk
penilaian yang menghendaki peserta didik menampilkan sikap,
menggunakan pengetahuan dan ketrampilan yang diperoleh dari
pembelajaran dalam melakukan tugas pada situasi yang
sesungguhnya. Mendukung pendapat tersebut, Frey, Schmitt, dan
Allen (2012: 13-14) menyatakan bahwa syarat penilaian otentik
tidaklah berpusat pada penilaian tertentu dalam sebuah pendekatan, itu
berarti penilaian autentik menggunakan beberapa indikator dan system
yang tidak terpisah satu dengan yang lain. Penilaian otentik
melibatkan peranan siswa dalam menentukan aturan nilai dan evaluasi
diri atas kerja mereka selain melibatkan siswa untuk mengerjakan
tugas tertentu. Asumsi tersebut selaras dengan pendapat informan
KT, Sz, PA, Sp bahwa penilaian hasil belajar di dalam kelas merujuk
pada aspek kognitif (pengetahuan), aspek afektif (sikap), dan aspek
keterampilan (psikomotorik).
a. Penilaian Kompetensi Sikap (Afektif)
Penilaian kompetensi sikap ditujukan untuk mengetahui
tingkat perubahan siswa selama proses pembelajaran
berlangsung yang berhubungan dengan perasaan, kepercayaan,
dan kecenderungan untuk berperilaku. Sikap-sikap yang dinilai
oleh guru diantaranya adalah sikap peserta didik terhadap materi
pelajaran, guru, proses pembelajaran, dan nilai atau norma yang
berhubungan dengan materi ajar. Hasil penelitian menunjukan
bahwa teknik penilaian yang digunakan guru dalam kegiatan ini
adalah teknik pengamatan dan penilaian diri. Pengamatan dirasa
cukup efektif untuk melakukan kegiatan penilaian sikap peserta
didik. Penilaian berdasarkan pengamatan diartikan sebagai
penilaian terhadap kegiatan peserta didik selama mengikuti
54. perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
107
proses pembelajaran (Lampiran Permendikbu no. 104 tahun
2014). Berdasarkan hal itu guru dapat melakukan observasi
untuk siswa yang dibinanya. Penilaian diri dilakukan oleh
peserta didik dalam rangka menilai dirinya sendiri. Hal tersebut
senada dengan pengertian penilaian diri menurut Permendikbud
no. 104 tahun 2014 yaitu teknik penilaian sikap, pengetahuan
yang dilakukan sindiri oleh peserta didik secara reflektif.
b. Penilaian Kompetensi Pengetahuan (Kognitif)
Penilaian kompetensi pengetahuan dilakukan untuk
menge-tahui pemahaman siswa dan keterampilan berpikir
sebagai hasil belajar dari suatu mata pelajaran tertentu
berdasarkan atas kriteria atau acuan yang telah disiapkan.
Penilaian dapat dilakukan selama proses pembelajaran
berlangsung maupun pada akhir pelajaran. Teknik yang
digunakan dalam penilaian ini berdasar atas temuan penelitian
adalah menggunakan test dan observasi terhadap diskusi.
Penilaian tersebut dapat berupa soal tertulis, uraian, maupun
lisan. Adapun tujuan dari penilaian ini adalah agar peserta didik
mampu mengingat, memahamai, mengorganisasikan,
mengevaluasi terkait dengan materi yang telah dipelajari.
Penilaian pengetahuan melalui kegiatan diskusi diperoleh
melalui kegiatan pengamatan yang dilakukan guru selama
pembelajaran berlangsung, yaitu dapat melalui kegiatan
bertanya, pengungkapan gagasan, dan menjawab pertanyaan.
Temuan tersebut selaras dengan pengertian penilaian
pengetahuan menurut lampiran Permendikbud no. 104 tahun
2014, bahwa soal-soal penilaian pengetahuan dalam bentuk test
bertujuan agar peserta didik dapat mengemukakan atau
mengekspresikan gagasannya dengan menggunakan kata-
katanya sendiri (mengemu-kakan pendapat, berfikir logis, dan
menyimpulkan). Lebih lanjut, melalui kegiatan diskusi guru
55. perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
108
dapat mengenal kemampuan peserta didik dalam kompetensi
pengetahuan (fakta, konsep, prosedur) melalui kegiatan
bertanya, menjawab pertanyaan, dan mengung-kapkan gagasan.
c. Penilaian Kompetensi Keterampilan (Psikomotorik)
Penilaian kompetensi keterampilan bertujuan untuk
menilai kecakapan atau ketrampilan yang telah dikuasainya oleh
peserta didik berdasarkan kriteria atau acuan yang telah
ditentukan. Hasil temuan penelitian menunjukan bahwa
penilaian kompetensi keterampian menggunakan teknik
penilaian portopolio dan projek. Penilaian portopolio pada
dasarnya menilai karya-karya peserta didik secara individu pada
satu periode untuk suatu mata pelajaran (Permendikbud no. 104,
tahun 2014). Penilaian projek dalam pembelajaran sejarah
berdasarkan pendapat dari informan KT bahwa setiap peserta
didik harus mampu melakukan penelitian sejarah berdasarkan
metode yang sesuai yaitu historiografi. Penelitian tersebut
nantinya akan disajikan dalam bentuk laporan. Temuan tersebut
selaras dengan jabaran penilaian projek berikut, yaitu penilaian
yang digunakan untuk mengetahui pemahaman, kemampuan
mengaplikasikan, kemampuan menyelidiki, dan kemampuan
menginformasikan suatu hal secara jelas (Permendikbud, no.
104 tahun 2014). Dalam melakukan penelitian sejarah peserta
didik memulainya dengan tahap perencanaan, pelaksanaan,
hingga pelaporan.
2. Kendala dan Solusi yang Digunakan dalam Pelaksanaan Pendidikan
Karakter Terintegrasi dengan Pembelajaran Sejarah di SMA N 1
Karanganom
Kendala pelaksanaan pendidikan karakter terintegrasi dalam
pembelajaran sejarah secara umum diklasifikasikan ke dalam dua jenis,
yaitu kendala dari dalam dan kendala dari luar.