3. Dalil
• Menurut Fuqoha
Dalil menurut pengertian bahasa adalah yang menunujukan terhadap
sesuatu. Terkadang dalil di artikan dengan
artinya perkara
yang didalamnya terdapat petunjuk.
• Menurut Ushuliyin
Perkara yang bisa menyampaikan kepada pengetahuan terhadap mathlub
khabari (hukum suatu perkara yang sedang dicari status hukumnya)
• Dalil : berarti perkara yang bisa dijadikan hujjah
bahwa perkara yang dibahas adalah hukum
syara.
4. Dalil:
Qath’iy: Pasti
Dzhanniy: Dugaan
tsubut: sumber
dilalah: penunjukkan
Dalil
Dilalah
Tsubut
Qath’iy
Dzhanniy
Qath’iy
Al-’Ilmu/yaqin
Dzhann
Dzhanniy
Dzhann
Dzhann
Kesemua Dalil ada yang
membahas ‘Aqidah & Hk. Syara’
6. ‘Aqidah
‘Aqidah: ide yang menyeluruh tentang alam
semesta, manusia dan kehidupan;
sebelum, sesudah, hubungan antara keduanya.
Masalah pokok, cabang dari pokok, perkara Ghaib
Al-I’tiqod tashdiiq al-jaazim al-muthaabiq li alwaaqi’ ‘an al-daliil (pembenaran pasti yang sesuai
dengan kenyataan dan ditunjang dengan bukti)
Al-’Aqidah = Al-’Ilm = Al-Yaqin = Al-Iman
7. Contoh:
• Masalah pokok: Rukun Iman
• Cabang dari pokok: cabang dari rukun
Iman peniupan sangkakala, siksa kubur
• Perkara Ghaib:
malaikat, jin, surga, neraka, dll
‘Aqidah
8. Hk. Syara’
Khithaabu as-Syaari’ al muta’allaqu bi af’aalil ‘ibaad :
seluruh pemikiran yang berhubungan dengan
perbuatan manusia, atau dengan sifat-sifat yang dapat
dianggap sebagai bagian dari perbuatan.
Untuk menggolongkan suatu pemikiran itu sebagai
solusi cukup dengan dalil Dzhanniy alias tidak harus
menggunakan dalil Qath’iy
11. Dalil terbagi menjadi dua kategori
1. Dalil yang dikembalikan kepada lafadz-lafadz pada
Nash (manthuq & mafhum)
2. Dalil yang dikembalikan kepada interpretasi terhadap
Nash
Al-Qur’an, Assunnah, Ijma’ Shahabat, Qiyas
13. Dalil syar’iyah adalah pokok hukum syara’
Asy-Syathibi dalam kitab Al-Muwafaqaat: <<sesungguhnya ushul
fiqh dalam dien itu adalah qath'I dan bukan dzanni, dalilnya adalah
kembali pada integralitas syariat (kulliyah asy-syariah) itu sendiri,
dan usul fiqh juga seperti itu, maka ushul fiqh itu qath'i>>
14. Dalil syar’iyah adalah pokok hukum syara’
Imam Jamaluddin Abdurrahim Al-Asnawy dalam kitab Nihayatus-saul
ketika membicarakan tentang dalalah <<dan adapun dengan (khabar)
ahad maka itu adalah bathil; karena riwayat ahad, meski memberikan
faedah tapi itu merupakan faedah yang dzanni sifatnya, dan pembuat
syara' membolehkan yang dzanni untuk masalah amaliyyah, masalah
furu', dan bukannya 'ilmiyyah seperti kaidah-kaidah ushuluddin,>>
16. Al-Qur’an
Penukilan Al-Qur’an bersifat mutawatir
1. Tidak ada perbedaan pendapat pada kalangan
Shahabat bahwa Al-Qur’an disampaikan tidak kepada
satu per satu shahabat.
2. Ketika turun ayat, Rasul saw memanggil para penulis
untuk menuliskannya, termasuk Zaid bin Tsabit
3. Meski tidak semua shahabat hapal seluruh alQur’an, tapi ayat per ayat nya dihapal dengan
bilangan mutawatir
4. Pengumpulan Qur’an ≠ penukilan Qur’an
17. Al-Qur’an
Pengumpulan Qur’an
1. pengumpulan ayat-ayat Al Qur'an pada satu
mushaf, itu bukan bukan pembahasan bahwa ayatayat tersebut sebagai Al Qur'an, tapi untuk
penetapan mana yang dulu dan mana yang
diakhirkan jika dikaitkan dengan yang lain dan
panjang serta pendeknya.
2. Pengumpulan mushhaf yang ditulis dihadapan Rasul
SAW dan meletakkan ayat dibelakang sebagian yang
lain di dalam setiap surat sebagaimana ketetapan
Rasulullah SAW, serta membandingkan dengan
hafalan para penghafal Al Qur'an.
19. ASSUNNAH
"Apa yang diberikan Rasul kepadamu maka terimalah dia. Dan apa
yang dilarangnya bagimu maka tinggalkanlah" (TQS Al Hasyr(59):7)
"Barangsiapa yang menta`ati Rasul itu, sesungguhnya ia telah
menta`ati Allah" (TQS An Nisa'(4):80)
"…maka hendaklah orang-orang yang menyalahi perintah Rasul
takut akan ditimpa cobaan atau ditimpa azab yang pedih"(TQS
An Nur(24):63)
"Dan tidaklah patut bagi laki-laki yang mu'min dan tidak (pula)
bagi perempuan yang mu'min, apabila Allah dan Rasul-Nya telah
menetapkan suatu ketetapan, akan ada bagi mereka pilihan
(yang lain) tentang urusan mereka" (TQS Al Ahdzab(33):36)
20. ASSUNNAH
"Maka demi Tuhanmu, mereka (pada hakekatnya) tidak beriman hingga mereka
menjadikan kamu hakim dalam perkara yang mereka perselisihkan, kemudian
mereka tidak merasa keberatan dalam hati mereka terhadap putusan yang kamu
berikan, dan mereka menerima dengan sepenuhnya" (TQS An Nisa'(4):65)
"Kemudian jika kamu berlainan pendapat tentang sesuatu, maka
kembalikanlah ia kepada Allah (Al Qur'an) dan Rasul (sunnahnya)" (TQS An
Nisa' (4):59)
"Katakanlah: "Ta`atilah Allah dan Rasul-Nya; jika kamu berpaling, maka
sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang kafir"(TQS Ali Imran(3):32).
"Katakanlah: "Jika kamu (benar-benar) mencintai Allah, ikutilah aku, niscaya
Allah mengasihi dan mengampuni dosa-dosamu" (TQS Ali Imran(3):31)
22. Menurut Ulama Ushul IJMA’: kesepakatan
atas suatu hukum atas suatu fakta bahwa
itu adalah hukum syara'
23. KEHUJJAHAN IJMA’ SHAHABAT
1. Terdapat pujian kepada shahabat secara keseluruhan
2. Para
shahabat-lah
yang
mengumpulkan
AlQur’an, menjaganya, dan yang menukilkannya kepada
kita.
3. Secara akal, para shahabat tidak mungkin bersepakat
dalam kemaksiatan
4. Sesungguhnya Ijma’ Shahabat itu kembali kepada Nash
Syara’ itu sendiri
24. 1
PUJIAN KEPADA SELURUH SHAHABAT
"Muhammad itu adalah utusan Allah dan orang-orang yang
bersama dengan dia adalah keras terhadap orang-orang kafir,
tetapi berkasih sayang sesama mereka,"(TQS Al Fath(48):29)
"Orang-orang yang terdahulu lagi yang pertama-tama (masuk
Islam) di antara orang-orang muhajirin dan anshar dan orangorang yang mengikuti mereka dengan baik, Allah ridha kepada
mereka dan merekapun ridha kepada Allah dan Allah menyediakan
bagi mereka surga-surga yang mengalir sungai-sungai di dalamnya;
mereka kekal di dalamnya selama-lamanya. Itulah kemenangan
yang besar."(TQS At Taubah(9):100)
25. 1
PUJIAN KEPADA SELURUH SHAHABAT
"(Juga) bagi para fuqara yang berhijrah yang diusir dari kampung
halaman dan dari harta benda mereka (karena) mencari karunia dari
Allah dan keridhaan (Nya) dan mereka menolong Allah dan Rasul-Nya.
Mereka itulah orang-orang yang benar. Dan orang-orang yang telah
menempati Kota Madinah dan telah beriman (Anshar) sebelum
(kedatangan) mereka (Muhajirin), mereka mencintai orang yang
berhijrah kepada mereka. Dan mereka tiada menaruh keinginan dalam
hati mereka terhadap apa-apa yang diberikan kepada mereka (orang
Muhajirin); dan mereka mengutamakan (orang-orang Muhajirin), atas
diri mereka sendiri. Sekalipun mereka memerlukan (apa yang mereka
berikan itu). Dan siapa yang dipelihara dari kekikiran dirinya, mereka
itulah orang-orang yang beruntung."(TQS Al Hasyr(59):8-9)
26. 1
PUJIAN KEPADA SELURUH SHAHABAT
"akan datang pada manusia suatu zaman, lalu sekelompok manusia
berperang dan ditanya: apakah diantara kalian ada orang shahabat
Rasulullah SAW merekapun menjawab: ya, maka dibukakan
(kemenangan) untuk mereka, kemudian pada suatu masa datang
sekelompok manusia yang berperang,lalu ditanya: apakah diantara
kalian ada orang yang menjadi shahabat shahabat Rasulullah SAW,
maka merekapun menjawab: ya, maka dibukakan (kemenangan) untuk
mereka, kemudian datang sekelompok manusia pada suatu masa lalu
sekelompok dari manusia tersebut berperang dan ditanya: apakah
diantara kalian ada orang yang menjadi shahabat dari shahabatnya
shahabat Rasulullah SAW, merekapun menjawab: ya, kemudian
dibukan (kemenangan) untuk mereka". HR. Bukhari
27. 1
PUJIAN KEPADA SELURUH SHAHABAT
"sesungguhnya Allah telah memilih shahabat-shahabatku atas
penduduk dunia selain para Nabi dan para utusan". HR. Al
Bazzaar
"Allah, Allah (hati-hati) terhadap para shahabatku". HR. Ibnu
Hibban
"sahahabat-shahabatku layaknya bintang, pada merekalah
kalian semua mengambil contoh dan petunjuk". HR. Ar Razin
28. “Memang sekedar pujian saja bukanlah
dalil bahwa Ijma’ Shahabat adalah dalil
syara’, tapi pujian tersebut menunjukkan
kejujuran Para Shahabat sebagai
sesuatu yang Qath’iy”
29. 2
Pengumpul, Penjaga, Penukil Al-Qur’an
"Sesungguhnya Kami-lah yang menurunkan Al Qur'an,
dan sesungguhnya Kami benar-benar
memeliharanya."(TQS Al Hijr(15):9)
30. 3
Tidak mungkin bersepakat dalam kemaksiatan
"Yang tidak datang kepadanya (Al Qur'an) kebatilan baik
dari depan maupun dari belakangnya,“
(TQS Fush shillat(41):42)
31. 4
Ijma’ Shahabat = Kembali Kepada Nash Syara’
“Shahabat itu tidak bersepakat atas sesuatu kecuali ada
pada mereka dalil syara' atas hal tersebut meski mereka
tidak meriwayatkannya.”
IJMA’ SHAHABAT MENGUNGKAP DALIL YANG TAK
DIRIWAYATKAN
33. Shahabi adalah lafadz yang berlaku pada siapa
saja yang telah lama bergaul (suhbah) dengan
Nabi SAW, dan banyaknya majlis-majlis mereka
dengan beliau baik dengan cara mengikuti beliau
atau mengambil dari beliau.
Diriwayatkan dari Syu'bah bin Musa As Saylani
dia berkata: "saya mendatangi Anas bin Malik
lalu saya bertanya: apakah masih ada shahabat
Rasul selain anda, Anas menjawab: ada orangorang dari kalangan orang Arab yang melihat
beliau adapun orang yang menjadi shahabat
beliau sudah tidak (ada)". diriwayatkan oleh
Ibnu Abi Shalah dalam Muqaddimahnya.
34. Imam Abu Bakar Ahmad bin Ali Al Hafidz dengan
sanad dari Said bin Al Musayyib bahwa dia
berkata:"kami tidak mmenghitung mereka
sebagai shahabat kecuali orang yang telah
bersama Rasulullah SAW satu atau dua tahun
dan berperang bersama beliau satu atau dua kali
peperangan".
Berkata Al Mazini di dalam syarah Al Burhan:
"bahwa yang kami maksud dengan shahabat itu adil bukan setiap orang
yang melihat beliau SAW satu hari atau kadang-kadang melihat beliau
atau yang berkumpul dengan beliau untuk suatu tujuan lalu berpisah dari
kedekatan, tapi sesungguhnya yang kami maksud dengan shahabat
adalah mereka yang melazimi beliau dan menolong beliau dan mengikuti
cahaya yang Allah turunkan pada beliau yang merekalah orang yang
beruntung".
35. “telah mengutus Mu’adz bin Jabal dan Abu Musa Al Asy’ari
ke Yaman sebagai dua orang qadhi pada dua daerah yang
ditentukan untuk masing-masing. Rasulullah bersabda pada
keduanya: “dengan apa kalian berdua memutuskan
perkara?” mereka berdua menjawab: jika kami tidak
menemukan hokum di dalam Al Kitab juga tidak pula di
dalam As sunnah maka kami mengqiyaskan suatu perkara
dengan perkara yang lain, mana yang lebih mendekati yang
benar itulah yang kami amalkan. Maka beliau Alaihisshalatu was-salam bersabda: “kalian berdua benar”.
4
Qiyas
36. 1. penetapan untuk menyamakan hukum yang telah diketahui atas
yang yang lain yang juga diketahui karena kesamaan illat hukum
menurut yang menetapkan.
2. mencangkokkan suatu perkara dengan perkara yang lain pada
hukum syara' karena kesamaan diantara keduanya dalam illat, atau
dengan kata lain karena kesatuan mereka pada yang
membangkitkan hukum pada masing-masing dari keduanya.
3. ibarah terhadap kesamaan antara cabang dan pokok dalam ilah
yang diistimbathkan dari hukum pokok,maka qiyas itu adalah
menghasilkan hukum yang diambil dari pokok untuk memetapkan
(hukum) yang serupa pada cabang karena,menurut mujtahid, ada
kesamaan antara keduanya dalam illat hukum.
Definisi Qiyas
37. 1. Dalil Qath’iy & Dzhanniy
ma'qulun nash (aspek rasional dari nash)mujtahid, ada kesamaan
antara keduanya dalam illat hukum. maka yang menjadi dalil
qiyas adalah illatnya.
2. Ditunjukkan oleh Assunnah
Dari Ibn Abbas bahwa ada seorang wanita berkata wahai
Rasulullah: “sesungguhnya ibuku telah meninggal, dan dia ada
puasa nadzar apakah aku berpuasa untuk dia? Maka Rasulullahpun
bersabda:
"bagaimana pendapat kamu apabila ibumu mempunyai hutang
yang harus diselesaikan, apakah kamu akan membayarnya?”
wanita tersebut menjawab: Ya, maka beliau bersabda: "puasalah
untuk ibumu”.
Dalil Qiyas sebagai dalil Syara’
38. risalah Umar pada Abu Musa:
”mulut dengan mulut untuk hal-hal yang meragukan
dalam dirimu, karena tidak terdapat di dalam Kitab
dan Sunnah, tapi anda mengetahui yang suatu
bentuk dan yang serupa (dengan bentuk tersebut)
maka qiyaskanlah perkara-perkara
tersebut, kemudian hal tersebut (ambil) mana yang
lebih mendekati yang haq”. Asy Syirazi menyebutkan
di dalam Thabaqat Al Fuqaha’.
Para Shahabat melakukan Qiyas, namun
tak ada seorang pun diantara mereka yang
membantahnya
40. Dalil Kewajiban Tarjih Ijma’ Shahabat
sesungguhnya mereka pernah merajihkan khabar (hadits) Aisyah RA mengenai hadits
pertemuan dua yang dikhitan, yaitu perkataannya (Aisyah RA) ; ((apabila satu yang
dikhitan bertemu dengan satu yang dikhitan lainnya maka diwajibkanlah mandi, saya
telah melakukannya bersama Rasulullah Saw kemudian kami mandi)) atas khabar Abu
Said al Khudry yang mana perkataanya bahwasanya Nabi Saw pernah bersabda :
((melainkan air berasal dari air)) dan hal tersebut karena istri-istri Nabi Saw lebih
mengetahui perbuatan Nabi dari pada laki-laki mengenai perkara-perkara ini.
Ali bin Abi Thalib menguatkan khabar Abu Bakar tanpa menyuruhnya bersumpah dan
yang selainnya bersumpah
Abu Bakar memperkuat khabar yang dibawakan oleh al Mughirah mengenai warisan
terhadap seorang nenek dimana khabar tersebut diriwayatkan pula oleh Muhammad
bin Musallamah, demikian pula Umar menguatkan khabar Abu Musa al Asy’ary
mengenai permohonan izin yang disepakati juga oleh Abu Said al Khudry dalam
periwayatannya.
41. Tarjih
Jika pada suatu peristiwa terdapat dua dalil
yang sama-sama layak, namun menunjukkan
hukum yang bebeda.
42. X
Tarjih
Ketika dua dalil saling berlawanan dan masih
bisa beramal menggunakan keduanya secara
bersama-sama
44. Assunnah dilihat dari sanad
1.Dikembalikan kepada perawi; perawi langsung
lebih rajih dari yang tidak langsung. Ex. Riwayat
Abu Rafi’ bahwa Nabi saw menikahi Maimunah
sementara beliau dalam keadaan tahallul (HR.
Muslim) lebih rajih dari riwayat Ibnu
Abbas, dimana beliau menikahinya sementara
dalam keadaan ihram (HR. Bukhari)
45. Assunnah dilihat dari sanad
2. Dikembalikan kepada riwayat. Mutawatir >
ahad, Musnad > Mursal
3. Dikembalikan kepada waktu periwayatan.
Baligh > kanak2
4. Dikembalikan kepada metode periwayatan.
Marfu’>tidak marfu’, lafadz>makna
46. Assunnah dilihat dari sanad
5. Dikembalikan kepada waktu datangnya khabar;
diriwayatkan mutlak (mutaakhir) >bertarikh tapi
terdahulu, khabar menjelang wafatnya Rasul
saw> mutlaq
49. Penjelasan As-Sunnah terhadap Al-Qur’an
1. Memerinci keglobalan Al-Qur’an.
Ex. "shalatlah sebagaimana kalian melihat aku shalat". Hadits
dikeluarkan oleh Al Bukhari.
2. Mentakhsis keumuman Al-Qur’an.
Ex. "Allah mensyari`atkan bagimu tentang (pembagian pusaka
untuk) anak-anakmu. Yaitu: bahagian seorang anak lelaki sama
dengan bahagian dua orang anak perempuan" (TQS An
Nisa'(4):11). umum
"….dan pembunuh sama sekali tidak mewarisi sesuatupun". Hadits
dikelurkan oleh Abu Dawud khusus
50. Penjelasan As-Sunnah terhadap Al-Qur’an
3. Membatasi yang mutlak
Ex. "…dan jangan kamu mencukur kepalamu, sebelum korban sampai di tempat
penyembelihannya. Jika ada di antaramu yang sakit atau ada gangguan di
kepalanya (lalu ia bercukur), maka wajiblah atasnya berfid-yah, yaitu: berpuasa
atau bersedekah atau berkurban" (TQS Al Baqarah(2):196)
Ditaqyid (dibatasi) dengan
"cukurlah rambut kepalamu dan berilah makan enam orang miskin dan tiap-tiap
bagian terdiri dari tiga sha' atau puasa tiga hari atau sembelihlah kurban dengan
satu hewan qurban" HR. Muslim
4. menggabungkan salah satu hukum cabang dengan pokoknya yang terdapat di
dalam Al Qur'an.
Ex. "Rasulullah SAW melarang makan binatang buas yang memiliki taring, dan
setiap burung yang memiliki kuku". Digabungkan dengan
"…dan menghalalkan bagi mereka segala yang baik dan mengharamkan bagi
mereka segala yang buruk" (TQS Al A'raf(7):157).