Satuan acara penyuluhan membahas penanggulangan bencana kebakaran. Penyuluh akan memberikan penjelasan selama 30 menit kepada kelompok tani tentang penyebab kebakaran, klasifikasi kebakaran, dan peralatan pencegahan kebakaran. Materi akan disampaikan secara ceramah, diskusi, dan demonstrasi serta didukung dengan leaflet.
konsep nutrisi pada pasien dengan gangguan kardiovaskuler.pptx
Sap
1. SATUAN ACARA PENYULUHAN (SAP)
Keperawatan Traumatologi
A. BAHASAN
Pokok Bahasan : Kebakaran
Sub Pokok Bahasan : Penanggulangan Bencana kebakaran
Tempat : Majelis Ta’lim Arohmah Rt 04 Rw 01
Waktu : 30 menit
Hari/Tanggal : Kamis 26 November
Sasaran : Kelompok Tani
Penyuluh : Eko Prasetya
B. TUJUAN
1. Tujuan Umum
Setelah diberikan penyuluhan selama 30 menit, kelompok tani memahami
tentang penanggulangan bencana kebakaran.
2. Tujuan Khusus
Setelah diberikan penyuluhan selama 30 menit klien dapat:
a. Menjelaskan kembali tentang penangulangan bencana kebakaran
b. Dapat mendemonstrasikan ulang cara penanggulangan bencana
kebakaran
C. MATERI
1. Apa itu kebakaran
2. Penyebab kebakaran
3. Klasifikasi kebakaran
4. Peralatan pencegahan kebakaran
5. RJP (Resusitasi Jantung Paru)
6. Melakukan pemasangan bidai pada luka patah tulang atau fraktur
2. D. METODE DAN MEDIA
Ceramah, diskusi, demonstrasi, leaflet
E. KEGIATAN PENYULUHAN
Waktu
Tahap
kegiatan
K e g i a t an
Penyuluh Sasaran
5 menit Pembukaan 1. Membuka acara dengan
mengucapkan salam
kepada sasaran
2. Menyampaikan topik dan
tujuan penkes kepada
sasaran
3. Kontrak waktu untuk
kesepakatan pelaksanaan
penkes dengan sasaran
1. Menjawab salam
2. Mendengarkan
penyuluh
menyampaikan
topik dan tujuan.
3. Menyetujui
kesepakatan waktu
pelaksanaan penkes
20 menit Kegiatan
inti
1. Mengkaji ulang
pengetahuan sasaran
tentang materi penyuluhan
bencana kebakaran
2. Menjelaskan materi
penyuluhan kepada sasaran
dengan menggunakan
leaflet tentang bencana
kebakaran
3. Mendemonstrasikan
contoh cara
penanggulangan bencana
kebakaran
4. Memberikan kesempatan
kepada sasaran untuk
menanyakan hal-hal yang
belum dimengerti dari
meteri yang dijelaskan
penyuluh.
1. Menyampaikan
pengetahuannya
tentang materi
penyuluhan
2. Mendengarkan
penyuluh
menyampaikan
materi
3. Memperhatikan
penyuluh saat
demonstrasi
4. menanyakan hal-hal
yang tidak
dimengerti dari
materi penyuluhan
5 menit Evaluasi/
penutup
1. Memberikan pertanyaan
kepada sasaran tentang
materi penanggulangan
bencana kebakaran
2. Menyimpulkan materi
penyuluhan
1. Menjawab
pertanyaan yang
diajukan penyuluh
2. Mendengarkan
penyampaian
3. penanggulangan bencana
kebakaran yang telah
disampaikan kepada
sasaran
3. Menutup acara dan
mengucapkan salam serta
terima kasih kepada
sasaran.
kesimpulan
3. Mendengarkan
penyuluh menutup
acara dan menjawab
salam
F. EVALUASI
1. Prosedur : Post test
2. Bentuk : Lisan
3. Jenis : Verbal
4. Butir Pertanyaaan :
1. Sebutkan apa yang dimaksud dengan kebakaran ?
2. Sebutkan penyebab kebakaran ?
3. Menyebutkan klasifikasi kebakaran
4. Menyebutkan peralatan pencegahan kebakaran ?
5. RJP adalah ?
6. Perinsip melakukan pemasangan bidai ?
4. Materi Penyuluhan
A. Konsep Dasar Kebakaran
1. Kebakaran
Kebakaran adalah suatu nyala api, baik kecil atau besar pada tempat yang
tidak kita kehendaki, merugikan pada umumnya sukar dikendalikan. Kebakaran
adalah api yang tidak terkendali artinya di luar kemampuan dan keinginan
manusia yang pada umumnya merugikan (Soehatman Ramli, 2010).
Kebakaran merupakan bencana yang lebih banyak disebabkan oleh
kelalaian manusia dengan dampak kerugian harta benda, stagnasi atau terhentinya
usaha, terhambatnya perekonomian dan pemerintahan bahkan korban jiwa
1. Penyebab Kebakaran
Kebakaran disebabkan oleh berbagai faktor, secara umum dikelompokkan
sebagai berikut:
a. Faktor Manusia
Manusia sebagai salah satu faktor penyebab kebakaran antara lain:
manusia yang kurang peduli terhadap keselamatan dan bahaya kebakaran,
menempatkan barang atau menyusun barang yang mungkin terbakar tanpa
menghiraukan norma – norma pencegahan kebakaran, pemakaian tenaga listrik
melebihi kapasitas yang telah ditentukan, kurang memiliki rasa tanggung
jawab dan disiplin, dan adanya unsur- unsur kesengajaan.
b. Faktor Teknis
Kebakaran juga dapat disebabkan oleh faktor teknis khususnya kondisi
tidak aman dan membahayakan yang meliputi:
1) Proses fisik/mekanis
5. Faktor penting yang menjadi peranan dalam proses ini adalah
timbulnya panas akibat kenaikan suhu atau timbulnya bunga api, misalnya
pekerjaan perbaikan dengan menggunakan mesin las atau kondisi instalasi
listrik yang sudah tua atau tidak memenuhi standar.
2) Proses kimia
Kebakaran dapat terjadi ketika pengangkutan bahan - bahan kimia
berbahaya, penyimpanan dan penanganan tanpa memerhatikan petunjuk -
petunjuk yang ada.
c. Faktor Alam
Salah satu faktor penyebab adanya kebakaran dan peledakan akibat faktor
alam adalah petir dan gunung meletus yang dapat menyebabkan kebakaran
hutan yang luas dan juga perumahan – perumahan yang dilalui oleh lahar panas
dan lain-lain Anonim, 2010).
2. Kasifikasi Kebakaran
Klasifikasi kebakaran adalah penggolongan atau pembagian atas kebakaran
berdasarkan pada jenis benda / bahan yang terbakar. Menurut Perda DKI (1992)
kalsifikasi kebakaran sesuai dengan bahan bakar yang terbakar dan bahan
pemadaman untuk masing-masing kelas yaitu :
a. Kelas A
Temasuk dalam kelas ini adalah kebakaran pada bahan yang mudah
terbakar biasa,misalnya : kertas, kayu, maupun plastik.
Cara mengatasinya yaitu bisa dengan menggunakan air untuk menurunkan
suhunya sampai di bawah titik penyulutan,serbuk kering untuk mematikan
6. proses pembakaran atau menggunakan halogen untuk memutuskan reaksi
berantai kebakaran.
b. Kelas B
Kebakaran pada kelas ini adalah yang melibatkan bahan cairan
combustible dengan cairan flammable, seperti bensin, minyak tanah, dan bahan
serupa lainnya. Cara mengatasinya dengan bahan foam
c. Kelas C
Kebakaran yang disebabkan oleh listrik yang bertegangan untuk
mengatasinya yaitu dengan menggunakan bahan pemadaman kebakaran non
kondusif agar terhindar darisengatan listrik.
d. Kelas D
Kebakaran pada bahn logam yang mudah terbakar seperti titanium,
alumunium, magnesium, dan kalium. Cara mengatasinya yaitu powder khusus
kelas ini.
3. Dampak Bahaya Terjadinya Kebakaran
Peristiwa kebakaran memberikan efek bahaya antara lain (Ramli, 2010) :
a. Asap
Asap adalah kumpulan partikel zat carbon ukuran kurang dari 0,5 micron
sebagai hasil dari pembakaran tak sempurna dan bahan yang mengandung
karbon. Efeknya iritasi/rangsangan pada mata, selaput lendir pada hidung dan
kerongkongan.
b. Panas
7. Panas adalah suatu bentuk energi yang pada 300oF dapat dikatakan
sebagai temperatur tertinggi di mana manusia dapat bertahan /bernafas hanya
dalam waktu yang singkat. Efeknya tubuh kehilangan cairan dan tenaga, luka
bakar/terbakar pada kulit dan pernafasan, mematikan jantung.
c. Nyala/Flame
Nyala/Flame biasa timbul pada proses pembakaran sempurna dan
membentuk cahaya berkilauan
d. Gas Beracun
Gas beracun yaitu Sulfur Dioksida (SO2) sangat beracun, menyebabkan
kerusakan sistem pernafasan seperti bronchitis
4. Prinsip Dasar Pencegahan Kebakaran
Proteksi kebakaran adalah merupakan aspek paling utama dalam program
perlindungan kebakaran. Perencanaan yang baik dalam aktifitas pencegahan
kebakaran akan dapat menyelamatkan miliaran rupiah dan juga nyawa manusia
akibat kebaran. Salah satu penyebab utama terjadinya kebakaran pada berbagai
industri adalah tindakan tidak aman atau kondisi lingkungan yang kurang baik.
Dengan memperbaiki tindakan tidak aman dan kondisi lingkungan kerja maka
penyebab terjadinya kebakaran dapat dikurangi.
Program proteksi kebakaran membutuhkan investasi baik personal kebakaran,
peralatan kebakaran,waktu dan biaya-biaya lain yang cukup besar bagi
perusahaan,namun hal ini dapat dijustifikasi dengan menperlihatkan bukti-bukti
kerugian yang diakibatkan oleh kebakaran. Investasi yang ditanamkan untuk
8. program pencegahan kebakaran sangatlah jauh lebih kecil jika dibandingkan
dengan kerugian yang dapat terjadi akibat kebakaran.
Program pencegahan kebakaran dapat kelompokkan menjadi tiga kategori
utama yaitu;
a. Program engineering adalah program yang meliputi perencanaan bangunan
yang yang aman dari kebakaran dan perencanaan proses yang aman dari
kebakaran, misalnya instalasi fire detection system (aktif) dan instalasi Fire
protection system (pasif).
b. Program edukasi adalah program untuk meningkatkan kesadaran pekerja
terhadap kebakaran, yaitu dengan cara memberikan pelatihan-pelatihan tentang
kebakaran, identifikasi penyebab kebakaran, bahaya kebakaran, pencegahan
kebakaran dan evakuasi jika terjadi kebakaran.
c. Pogram penegakkan sistem adalah program untuk memastikan bahwa semua
sistem pencegahan kebakaran sesuai atau comply dengan fire code yang ada.
Maka harus dilakukan inspeksi terhadap semua fasilitas pencegahan kebakaran
secara berkala.
5. Pencegahan dan Penanggulangan Kebakaran
Dalam upaya prosedur tanggap darurat secara garis bsar meliputi rencana /
rencana dalam menghadapi keadaan darurat, pendidikan dan latihan penangulagan
keadaan darurat, pendidikan dan latihan penanggulangan keadaan darurat seperti
proses evakuasi atau pemindahan dan penutupan (Jusuf,1999).
Pencegahan kebakaran dan cara penagulangan korban kebakaran tergantung
lima prinsip pokok (Suma’mur,1996) sebagai berikut :
9. a. Pencegahan kecelakaan sebagai akibat kecelakaan atas keadaan panik
b. Pembuatan bangunan tahan api
c. Pengawasan yang teratur dan berkala
d. Penemuan kebakaran pada tingat awal dan pemadamannya
e. Pengendalian kerusakan untuk membatasi kerusakan sebagai akibat kebakaran
Sedangkan menurut Suprapto, (1995) ketentuan dan persyaratan terknis
dalam proteksi kebakaran pada bangunan meliputi :
a. Melakukan pemeriksaan dan pengecekan kondisi dan keadaan sarana dan
peralatan sistem proteksi kebakaran
b. Melengkapi sarana dan peralatan proteksi ddidasari atas analisis resiko bahaya
dan standart serta ketentan yang berlaku
c. Standar dan ketentuan teknis proteksi kebakaran harus diterapkan dan
disebarluaskan
d. Setiap gedung harus dilengkapi dengan sarana pengamanan terhadap
kebakaran secara lengkap dan memenuhi sandart dan ketentuan teknis yang
berlaku.
e. Perlu dilakukan pemeriksaan dan pemeliharaan secara berkala untuk menjamin
agar sarana dan peralatan proteksi kebakaran dalam kondisi siap pakai.
6. Peralatan Pencegahan Kebakaran
a. APAR / Fire Extinguishers / Racun Api Peralatan ini merupakan peralatan
reaksi cepat yang multi guna karena dapat dipakai untuk jenis kebakaran A,B
dan C. Peralatan ini mempunyai berbagai ukuran beratnya, sehingga dapat
ditempatkan sesuai dengan besar-kecilnya resiko kebakaran yang mungkin
10. timbul dari daerah tersebut, misalnya tempat penimbunan bahan bakar terasa
tidak rasional bila di situ kita tempatkan racun api dengan ukuran 1,2 Kg
dengan jumlah satu tabung. Bahan yang ada dalam tabung pemadam api
tersebut ada yang dari bahan kinia kering, foam / busa dan CO2, untuk Halon
tidak diperkenankan dipakai di Indonesia.
b. Hydrant, ada 3 jenis hydran, yaitu :
1) hydran gedung adalah hydran yang ditempatkan dalam gedung
2) hydran halaman adalah hydran yang dikhususkan untuk halaman
3) hydran kota biasanya ditempatkan pada beberapa titik yang
memungkinkan Unit Pemadam Kebakaran suatu kota mengambil
cadangan air.
c. Detektor Asap / Smoke Detector Peralatan yang memungkinkan secara
otomatis akan memberitahukan kepada setiap orang apabila ada asap pada
suatu daerah maka alat ini akan berbunyi, khusus untuk pemakaian dalam
gedung.
d. Fire Alarm Peralatan yang dipergunakan untuk memberitahukan kepada setiap
orang akan adanya bahaya kebakaran pada suatu tempat.
e. Sprinkler Peralatan yang dipergunakan khusus dalam gedung, yang akan
memancarkan air secara otomatis apabila terjadi pemanasan pada suatu suhu
tertentu pada daerah di mana ada sprinkler tersebut.
7. Bahaya/Dampak Kebakaran dan Asap Kebakaran bagi Kesehatan
Dampak langsung yang akan dirasakan akibat dari asap kebakaran adalah
infeksi paru dan saluran napas. Tjandra menjelaskan, kabut asap dapat
menyebabkan iritasi lokal pada selaput lendir di hidung, mulut dan tenggorokan.
11. Kemudian juga menyebabkan reaksi alergi, peradangan, hingga infeksi saluran
pernapasan akut (ISPA) dan yang paling berat menjadi pneumonia.
"Kemampuan paru dan saluran pernapasan mengatasi infeksi juga berkurang
sehingga menyebabkan lebih mudah terjadi infeksi," jelas Tjandra, Senin
(7/9/2015).
Tjandra menjelaskan, ISPA pun akan lebih mudah terjadi karena
ketidakseimbangan daya tahan tubuh, pola bakteri atau virus, ditambah buruknya
lingkungan.
Selain infeksi pernapasan, dampak lainnya yaitu, gangguan iritasi pada
mata dan kulit akibat kontak langsung dengan asap kebakaran hutan. Mulai dari
terasa gatal, mata berair, peradangan, dan infeksi yang memberat. Bagi yang telah
memiliki asma dan penyakit paru kronis lain, seperti bronkitis kronik, dan PPOK
akan diperburuk jika asap karena asap terhirup ke dalam paru.
Menurut Tjandra, kemampuan kerja paru menjadi berkurang dan
menyebabkan orang mudah lelah dan mengalami kesulitan bernapas.
"Berbagai penyakit kronik di berbagai organ tubuh, seperti jantung, hati, ginjal
juga dapat saja memburuk. Sebab, dampak tidak langsung kabut asap dapat
menurunkan daya tahan tubuh dan juga menimbulkan stres," ungkap Tjandra.
Kemudian, secara tidak langsung asap kebakaran hutan dapat mencemari air
bersih. Jika dikonsumsi masyarakat, bisa menganggu saluran cerna. Selain itu,
dapat mencemari buah-buahan dan sayur-sayuran. Untuk itu cucilah hingga bersih
sebelum dikonsumsi.
Berikut ini beberapa dampak negatif dan bahaya kabut asap bagi kesehatan,
diantaranya :
Kabut asap dapat menyebabkan iritasi pada mata, hidung, dan tenggorokan, serta
menyebabkan reaksi alergi, peradangan dan mungkin juga infeksi.
Kabut asap dapat memperburuk penyakit asma dan penyakit paru kronis lain,
seperti bronkitis kronik, PPOK dan sebagainya.
Kemampuan kerja paru menjadi berkurang dan menyebabkan seseorang mudah
lelah dan mengalami kesulitan bernapas.
12. Bagi mereka yang berusia lanjut (lansia) dan anak-anak maupun yang
mempunyai penyakit kronik, dengan kondisi daya tahan tubuh yang rendah akan
lebih rentan untuk mendapat gangguan kesehatan.
Kemampuan dalam mengatasi infkesi paru dan saluran pernapasan menjadi
berkurang, sehingga menyebabkan lebih mudah terjadi infeksi.
Berbagai penyakit kronik juga dapat memburuk.
Bahan polutan pada asap kebakaran hutan dapat menjadi sumber polutan di
sarana air bersih dan makanan yang tidak terlindungi.
Infeksi saluran pernapasan akut (ISPA) jadi lebih mudah terjadi, terutama karena
ketidak seimbangan daya tahan tubuh (host), pola bakteri/virus penyebab penyakit
(agent) serta buruknya lingkungan (environment)
B. Resusitasi jantung Paru (RJP)
Resusitasi jantung paru-paru (CPR) adalah suatu tindakan darurat sebagai usaha
untuk mengembalikan keadaan henti nafas dan/atau henti jantung (yang dikenal
dengan istilah kematian klinis) ke fungsi optimal, guna mencegah kematian biologis.
Kematian klinis ditandai dengan hilangnya nadi arteri karotis dan arteri femoralis,
terhentinya denyut jantung atau pernafasan dan terjadinya penurunan/kehilangan
kesadaran. Kematian biologis di mana kerusakan otak tak dapat diperbaiki lagi,
biasanya terjadi kurang lebih 4 menit setelah kematian klinis. Berhasilnya tindakan
resusitasi jantung-paru bergantung pada cepatnya tindakan dan tepatnya teknik
pelaksanaan; walaupun dalam beberapa hal bergantung pula pada faktor
penyebabnya.
Pada beberapa keadaan, tindakan resusitasi tidak dianjurkan (tidak efektif), antara lain
bila henti jantung (arrest) telah berlangsung lebih dari 5 menit karena biasanya
kerusakan otak permanen telah terjadi, pada keganasan stadium lanjut, gagal jantung
13. refrakter, edema paru refrakter, renjatan yang mendahului arrest, kelainan neurologik
berat, penyakit ginjal, hati dan paru yang lanjut. keadaan henti jantung dan paru dapat
terjadi baik sendiri-sendiri maupun bersamaan
1. Etiologi henti jantung dan napas
Beberapa penyebab henti jantung dan napas, adalah :
Infark miokard akut: karena fibrilasi ventrikel, cardiac standstill, aritmia lain,
renjatan dan edema paru.
Emboli paru: karena penyumbatan aliran darah paru.
Aneurisma disekans: karena kehilangan darah intravaskular.
Hipoksia, asidosis: karena gagal jantung atau kegagalan paru berat,
tenggelam, aspirasi, penyumbatan trakea, pneumotoraks, kelebihan dosis
obat, kelainan susunan saraf pusat.
Gagal ginjal: karena hiperkalemia
Henti jantung biasanya terjadi beberapa menit setelah henti nafas.
Umumnya, walaupun kegagalan pernafasan telah terjadi, denyut jantung
masih dapat berlangsung terus sampai kira-kira 30 menit. Pada henti jantung,
dilatasi pupil kadang-kadang tidak jelas. Dilatasi pupil mulai terjadi 45 detik
setelah aliran darah ke otak terhenti, dan dilatasi maksimal terjadi dalam
waktu 1 menit 45 detik. Bila telah terjadi dilatasi pupil maksimal, hal ini
sudah terjadi 50% kerusakan otak ireversibel.
14. C. Balut Bidai
Balut bidai adalah tindakan memfiksasi /mengimobilisasi bagian tubuh yang
mengalami cidera dengan menggunakan benda yang bersifat kaku maupun
fleksibel sebagai fiksator /imobilisator.
Balut bidai adalah pertolongan pertama dengan pengembalian anggota tubuh
yang dirsakan cukup nyaman dan pengiriman korban tanpa gangguan dan rasa
nyeri ( Muriel Steet ,1995 ). Balut bidai adalah suatu cara untuk menstabilkan
/menunjang persendian dalam menggunakan sendi yang benar /melindungi
trauma dari luar ( Barbara C, long ,1996 )
A. TUJUAN PEMBIDAIAN
1.Mencegah gerakan bagian yang stabil sehingga mengurangi nyeri dan
mencegah kerusakan lebih lanjut.
2.Mempertahankan posisi yang nyaman.
3.Mempermudah transportasi organ.
4.Mengistirahatkan bagian tubuh yang cidera.
5.Mempercepat penyembuhan.
15. B. TINDAKAN PELAKSANAAN PEMBIDAIAN
1.Pembidaian meliputi 2 sendi, sendi yang masuk dalam pembidaian adalah
sendi dibawah dan diatas patah tulang .Contoh :jika tungkai bawah
mengalami fraktur maka bidai harus bisa memobilisasi pergelangan kaki
maupun lutut
2.Luruskan posisi anggota gerak yang mengalami fraktur secara hati-hati dan
jangan memaksa gerakan ,jika sulit diluruskan maka pembidaian dilakukan
apa adanya
3.Fraktur pada tulang panjang pada tungkai dan lengan dapat dilakukan
traksi,tapi jika pasien merasakan nyeri ,krepitasi sebaiknya jangan dilakukan
traksi, jika traksi berhasil segara fiksasi,agar tidak beresiko untuk menciderai
saraf atau pembuluh darah.
4.Beri bantalan empuk pada anggota gerak yang dibidai
5.Ikatlah bidai diatas atau dibawah daerah fraktur ,jangan mengikat tepat
didaerah fraktur dan jangan terlalu ketat