4. Tujuan Mata Ajar Psikologi
Fokus mata ajaran ini membahas tentang
perilaku manusia serta tumbuh kembang ditinjau
dari bidang ilmu Psikologi
Akper Bhakti Husada
5. Tujuan Mata Ajar Psikologi
Tujuan Mata Ajaran
Setelah mengikuti mata ajaran ini peserta didik diharapkan mampu
memahami tentang psikologi dasar dalam rangka mengenal
manusia dengan berbagai perilakunya serta faktor-faktor yang
mempengaruhinya dari perilaku manusia sebagai landasan dalam
penerapan asuhan keperawatan yang komperehensif.
MEMAHAMI BUKAN MENGHAFAL
Akper Bhakti Husada
6. Lingkup Bahasan
Konsep Dasar Psikologi
Perkembangan Kepribadian
Perkembangan Perilaku Individu
Biopsikologi dan Proses Sensori-Motorik
Tingkat Kesadaran
Persepsi dan Motivasi
Emosi, Stress dan Depresi
Perilaku Abnormal
Belajar
Proses Berpikir dan Pemecahan Masalah
Pengukuran dan Uji Perilaku
Pembentukan Sikap
Intelegensi dan Kreatifitas
Akper Bhakti Husada
7. Alokasi Waktu, Evaluasi & Prasyarat Ujian
Alokasi Waktu
Teori : 2 x 50 menit x 14 minggu = 1400 menit
Evaluasi
Tugas : 20%
UTS : 30%
UAS : 35%
Etika : 15%
Prasyarat Ujian
Kehadiran > 90% dapat mengikuti ujian utama
Kehadiran antara 75 – 90% mengikuti ujian dengan penugasan
Kehadiran < 75% tidak dapat mengikuti ujian utama
Akper Bhakti Husada
8. Kepustakaan
Buku Ajar
Desminta., Psikologi Perkembangan
Camille Worthman, Psychology; Mc. Graw Hill
Hoffman, P.H., Development Psychology Today.
Hurlock, E.B., (1999). Psikologi Perkembangan : Suatu Pendekatan
Sepanjang Rentang Kehidupan. Jakarta : Erlangga
Munandar, S. C. U., (1999). Kreatifitas dan Keberbakatan. Jakarta
Nurjanah, T., (1999). Pengantar Psikologi
Purwanto, H., Pengantar Perilaku Manusia Untuk Keperawatan.
Jakarta:EGC
Winkel, W.S., (1991). Psikologi Pengajaran
Akper Bhakti Husada
9. Tujuan Mempelajari Psikologi
Understanding: Memiliki pengetahuan tentang konsep-konsep dan
prinsip-prinsip psikologi yang umumnya mendasari tingkah laku
(TL).
Predicting: Berdasarkan pengetahuan yang dimilikinya, diharapkan
mampu mendeteksi permasalahan psikologis yang terjadi.
Controlling: Mampu menguasai dirinya dan terampil mengatasi
permasalahan psikologis yang dialaminya.
Akper Bhakti Husada
10. Mengapa Perawat Perlu Belajar Psikologi?
Manusia sebagai subjek bukan objek dari tindakan.
Manusia merupakan mahluk yang kompleks.
Perawatan kepada klien meliputi bio-psiko-sosio-spiritual
Caring berorientasi pada kebutuhan klien dan berubah sesuai
respon klien.
Kondisi psikis tiap manusia yang berbeda-beda maka perlakuan
pada tiap individu tidak sama.
Kondisi psikis mempengaruhi proses penyembuhan penyakit
Akper Bhakti Husada
11. Mengapa Perawat Perlu Belajar Psikologi?
Oleh karena tenaga keperawatan berada ditatanan pelayanan
kesehatan terdepan dengan kontak pertama dan terlama dengan
klien yaitu selama 24 jam perhari dan 7 hari perminggu,
maka perawat perlu mengetahui & memahami tentang paradigma
keperawatan, peran, fungsi dan tanggung jawab sebagai perawat
profesional agar dapat memberikan pelayanan keperawatan yang
optimal.
Dalam memberikan asuhan keperawatan pada klien, perawat harus
selalu memperhatikan kebutuhan dasar manusia secara individu
yang unik.
Akper Bhakti Husada
12. I. Perkembangan Kepribadian
JB. Watson
1903:Disertasi Phd : Animal Behavior
1908:Guru Besar di John Hopkins Univ. (usia 30th)
1913: Tonggak berdirinya behaviorisme
Psikologi harus obyektif
Menolak metode introspeksi
Naive Behaviorist : hanya perilaku overt (yang kasat mata)
Berpikir = implicite speech --> tersembunyi
Sifat bisa dibentuk melalui kondisioning
Behavior Therapy
Affair dengan mahasiswi, keluar dari universitas, menjadi wiraswasta
Mengembangkan “consumer Psychology” --> dikaitkan dengan stimulus
untuk mendapatkan respons.
Akper Bhakti Husada
13. I. Perkembangan Kepribadian
Gordon Allport (1937) :
Personality is the dynamic organization within the
individual of those psycho physical system that
determine his unique adjustment to his environment
Akper Bhakti Husada
14. I. Perkembangan Kepribadian
2. Penggolongan Manusia
a. Aspek Biologis
- Hipocrates
- Sheldon
a. Aspek Psikologis
- Jung
- Heyman
Akper Bhakti Husada
16. I. Perkembangan Kepribadian
Hipoctares (460 – 375 SM)
Tipologi kehidupan & cairan tubuh
1. sanguine – darah
2. melankholik –sumsum hitam
3. kholerik – sumsum kuning
4. phlegmatik – lendir
Akper Bhakti Husada
17. I. Perkembangan Kepribadian
Sheldon: Riset: Somatotype Performance Test; 4000 laki & perempuan
Komponen Jasmani Primer
1. Endomorph: alat dalam & digestif gemuk
2. Mesomorph: otot, pembuluh darah, jantung otot
3. Ectomorph: Otak, sistem syaraf jangkung
Komponen Jasmani Sekunder
1. Displasia :
Ketidaktepatan/ ketidaklengkapan campuran ketiga komponen pada
berbagai bagian tubuh
Banyak terdapat pada: ectomorphy, wanita, penderita psikosis
2. Gynandromorphy: sejauhmana jasmani memiliki sifat lawan jenisnya
3. Texture/tampang/tampak luar
Akper Bhakti Husada
18. Endomorphic Body Type:
CIRI JASMANI
soft body
underdeveloped muscles
round shaped
over-developed digestive system
SIFAT KEPRIBADIAN →Viscerotonia
temperament :
love of food
tolerant
evenness of emotions
love of comfort
sociable
good humored
relaxed
need for affection
Next...
19. Mesomorphic Body Type:
CIRI JASMANI:
hard, muscular body
overly mature appearance
rectangular shaped
thick skin
upright posture
SIFAT KEPRIBADIAN → Somatotonia
temperament :
adventurous
desire for power and dominance
courageous
indifference to what others think or want
assertive, bold
zest for physical activity
competitive
love of risk and chance
Next...
24. I. Perkembangan Kepribadian
3. Struktur Kepribadian Manusia
Struktur Kepribadian manusia menurut S. Freud
Akper Bhakti Husada
25. I. Perkembangan Kepribadian
4. Perkembangan Manusia
Perkembangan kepribadian :
Menurut Gardener Murfy
Tugas perkembangan dalam
tahap kepribadian :
> menurut S. Freud
> Menurut Erikson
> Menurut Sullivan
Akbid Bhakti Husada
Editor's Notes
Behaviorisme adalah sebuah aliran dalam psikologi yang didirikan oleh John B. Watson pada tahun 1913 yang berpendapat bahwa perilaku harus merupakan unsur subyek tunggal psikologi. Behaviorisme merupakan aliran revolusioner, kuat dan berpengaruh, serta memiliki akar sejarah yang cukup dalam. Behaviorisme lahir sebagai reaksi terhadap introspeksionisme (yang menganalisis jiwa manusia berdasarkan laporan-laporan subjektif) dan juga psikoanalisis (yang berbicara tentang alam bawah sadar yang tidak tampak).
Behaviorisme secara keras menolak unsur-unsur kesadaran yang tidak nyata sebagai obyek studi dari psikologi, dan membatasi diri pada studi tentang perilaku yang nyata. Dengan demikian, Behaviorisme tidak setuju dengan penguraian jiwa ke dalam elemen seperti yang dipercayai oleh strukturalism. Berarti juga behaviorisme sudah melangkah lebih jauh dari fungsionalisme yang masih mengakui adanya jiwa dan masih memfokuskan diri pada proses-proses mental.
Behaviorisme ingin menganalisis bahwa perilaku yang tampak saja yang dapat diukur, dilukiskan, dan diramalkan. Behaviorisme memandang pula bahwa ketika dilahirkan, pada dasarnya manusia tidak membawa bakat apa-apa. Manusia akan berkembang berdasarkan stimulus yang diterimanya dari lingkungan sekitarnya.Lingkungan yang buruk akan menghasilkan manusia buruk, lingkungan yang baik akan menghasilkan manusia baik. Kaum behavioris memusatkan dirinya pada pendekatan ilmiah yang sungguh-sungguh objektif. Kaum behavioris mencoret dari kamus ilmiah mereka, semua peristilahan yang bersifat subjektif, seperti sensasi, persepsi, hasrat, tujuan, bahkan termasuk berpikir dan emosi, sejauh kedua pengertian tersebut dirumuskan secara subjektif.
Behaviorisme adalah sebuah aliran dalam psikologi yang didirikan oleh John B. Watson pada tahun 1913 yang berpendapat bahwa perilaku harus merupakan unsur subyek tunggal psikologi. Behaviorisme merupakan aliran revolusioner, kuat dan berpengaruh, serta memiliki akar sejarah yang cukup dalam. Behaviorisme lahir sebagai reaksi terhadap introspeksionisme (yang menganalisis jiwa manusia berdasarkan laporan-laporan subjektif) dan juga psikoanalisis (yang berbicara tentang alam bawah sadar yang tidak tampak).
Behaviorisme secara keras menolak unsur-unsur kesadaran yang tidak nyata sebagai obyek studi dari psikologi, dan membatasi diri pada studi tentang perilaku yang nyata. Dengan demikian, Behaviorisme tidak setuju dengan penguraian jiwa ke dalam elemen seperti yang dipercayai oleh strukturalism. Berarti juga behaviorisme sudah melangkah lebih jauh dari fungsionalisme yang masih mengakui adanya jiwa dan masih memfokuskan diri pada proses-proses mental.
Behaviorisme ingin menganalisis bahwa perilaku yang tampak saja yang dapat diukur, dilukiskan, dan diramalkan. Behaviorisme memandang pula bahwa ketika dilahirkan, pada dasarnya manusia tidak membawa bakat apa-apa. Manusia akan berkembang berdasarkan stimulus yang diterimanya dari lingkungan sekitarnya.Lingkungan yang buruk akan menghasilkan manusia buruk, lingkungan yang baik akan menghasilkan manusia baik. Kaum behavioris memusatkan dirinya pada pendekatan ilmiah yang sungguh-sungguh objektif. Kaum behavioris mencoret dari kamus ilmiah mereka, semua peristilahan yang bersifat subjektif, seperti sensasi, persepsi, hasrat, tujuan, bahkan termasuk berpikir dan emosi, sejauh kedua pengertian tersebut dirumuskan secara subjektif.