KEBIJAKAN GLOBAL PELAYANAN KEBIDANAN090222 18-Nov-2022 07-29-34.ppt
Gizi bencana ns
1. GIZI DALAM SITUASI BENCANA
DIREKTORAT GIZI MASYARAKAT
KEMENTERIAN KESEHATAN
2. TUJUAN PEMBELAJARAN
Pada akhir sesi ini, para peserta diharapkan dapat:
1. Mengetahui pentingnya gizi pada situasi bencana
2. Mengidentifikasi kelompok rentan dan risiko gizi pada
situasi bencana
3. Mengetahui tujuan respon gizi pada situasi bencana
4. Mengatahui komponen dan siklus kegiatan gizi
bencana
5. Mengetahui system koordiansi pada situasi benacana
2
4. SITUASI GEOGRAFIS INDONESIA
• INDONESIA MEMILIKI RISIKO TINGGI
MENGALAMI BENCANA: DILINGKARI OLEH
126 GUNUNG BERAPI AKTIF, DI ATAS 3
LEMPENGAN TECTONIC
• DI INDONESIA RATA-RATA TERJADI GEMPA
5X/HARI DENGAN SKALA > 5 SR
SITUASI DARURAT MENYEBABKAN RUSAKNYA
INFRASTRUKTUR YANG BERDAMPAK PADA
TERBATASNYA AKSES DAN JUMLAH PANGAN
MENINGKATKAN RISIKO MASALAH GIZI TERUTAMA
PADA KELOMPOK RENTAN
5. Pentingnya Gizi pada Situasi Bencana
Penanganan gizi pada situasi bencana dan krisis kesehatan
merupakan salah satu kunci dalam upaya pengurangan risiko
bencana dan krisis kesehatan
Penanganan gizi berperan penting di dalam penanganan
bencana dan krisis kesehatan untuk mempertahankan status
gizi masyarakat dan mencegah risiko kesakitan dan kematian
akibat kekurangan gizi, khususnya pada kelompok ren
7. KELOMPOK RENTAN DALAM POPULASI
PADA KONDISI BENCANA
1. Bayi 0 – 6 bulan
2. Bayi 6 – 24 bulan
3. Ibu Hamil dan Menyusui
4. Orang dengan penyakit kronis (ODHA, penderita TBC,
DM, dll.)
5. Lansia
6. Kaum Difabel
7
8. MASALAH GIZI PADA SITUASI BENCANA
RESIKO KEMATIAN PADA ANAK DENGAN GIZI BURUK
MENINGKAT
11 KALI LEBIH BESAR DARIPADA ANAK NORMAL
RESIKO MENINGKAT PADA SAAT BENCANA KARENA
KETERBATASAN LAYANAN DAN ASUPAN MAKANAN UNTUK
KELOMPOK RENTAN
9. Angka kesakitan dan kematian balita dapat meningkat 20 kali lipat
hanya dalam waktu 2 minggu Paska Bencana
Resiko tinggi terjadi pada bayi menyusu dan
bagi bayi yang tidak menyusu, resiko menjadi lebih tinggi
10. IBU HAMIL MEMILIKI RISIKO TINGGI MENGALAMI ANEMIA YANG DAPAT
MENURUNKAN DAYA TAHAN TUBUH SEHINGGA RENTAN TERHADAP RISIKO
PENYAKIT TERMASUK RISIKO GANGGUAN KEHAMILAN DAN KEMATIAN.
TERHENTINYA LAYANAN PENCEGAHAN ANEMIA SEPERTI PEMBERIAN
TABLET TAMBAH DARAH (TTD) AKIBAT BENCANA DAPAT MENINGKATKAN
RISIKO ANEMIA PADA IBU HAMIL TERMASUK BERBAGAI INFEKSI YANG
MUNGKIN TIMBUL PADA SITUASI BENCANA.
11. KURANGNYA ZAT GIZI MENINGKATKAN RISIKO IBU MENYUSUI TERKENA
PENYAKIT TERMASUK INFEKSI PADA SITUASI BENCANA
KURANGNYA CADANGAN ZAT GIZI PADA IBU MENYUSUI DAPAT MENGHAMBAT PRODUKSI ASI
YANG BERKUALITAS SEHINGGA BAYI DAPAT MENGALAMI GANGGUAN PERTUMBUHAN DAN
PERKEMBANGAN.
12. PENYANDANG DISABILITAS DAPAT MENGALAMI HAMBATAN DAN
KESULITAN UNTUK BERPARTISIPASI SECARA PENUH DAN EFEKTIF DENGAN
WARGA LAINNYA BERDASARKAN KESAMAAN HAK.
SITUASI BENCANA DAPAT MENYULITKAN PARA PENYANDANG DISABILITAS
UNTUK DAPAT MENGAKSES BANTUAN, TERMASUK AKSES TERHADAP PANGAN
BERGIZI. HAL INI KEMUDIAN DAPAT MENINGKATKAN RISIKO KESEHATAN
BAHKAN KEMATIAN BAGI PARA PENYANDANG DISABILITAS.
13. BENCANA DAPAT MENYEBABKAN PARA LANSIA KESULITAN UNTUK
MENGAKSES LAYANAN KESEHATAN, BANTUAN BENCANA SERTA DUKUNGAN
DARI ORANG-ORANG TERDEKAT.
TERBATASNYA AKSES TERHADAP MAKANAN BERGIZI DAN LAYANAN
KESEHATAN PADA SITUASI BENCANA DAPAT MENINGKATKAN RISIKO
PENYAKIT DAN KEMATIAN SECARA SIGNIFIKAN PADA KELOMPOK LANSIA
14. PENDERITA PENYAKIT KRONIS MEMBUTUHKAN ASUPAN MAKANAN BERGIZI
DAN LAYANAN KESEHATAN. SECARA BERKESINAMBUNGAN.
TERHAMBATNYA AKSES MAKANAN BERGIZI DAN LAYANAN KESEHATAN
DAPAT MENINGKATKAN RISIKO KEMATIAN PADA PENDERITA PENYAKIT
KRONIS SECARA SIGNIFIKAN.
15. JENIS KERENTANAN YANG DAPAT DIALAMI
OLEH POPULASI PADA KONDISI BENCANA
1. Masalah Gizi
2. Masalah kesehatan /meningkatnya morbiditas
3. Meningkatnya mortalitas
4. Meningkatnya kasus kekerasan, misalnya kasus-kasus
pelecehan berbasis gender (GBV)
5. Kemiskinan jangka panjang
15
17. Mencegah timbulnya masalah gizi
terutama pada kelompok rentan Mencegah terjadinya mortalitas dan
morbiditas akibat masalah gizi
01 02
Memastikan tersedianya pelayanan gizi di
lokasi terdampakm
Memastikan pelayanan gizi
terintegrasi dengan
program/sektor terkait
03
04
TUJUAN
22. SUB KLASTER
LAYANAN
KESEHATAN
SUB KLASTER
KESEHATAN
JIWA
SUB KLASTER
PENGENDALIAN
PENYAKIT DAN
KESEHATAN
LINGKUNGAN
SUB
KLASTER
DVI
SUB KLASTER
KESEHATAN
REPRODUKSI
SUB KLASTER
GIZI
TIM DATA DAN
INFORMASI
TIM LOGISTIK
KESEHATAN
TIM PROMOSI
KESEHATAN
Kesehatan
SAR
Logistik
Pengungsian &
Perlindungan
Ekonomi
Pemulihan Dini
Sarana &
Prasarana
Pendidikan
KEMENKES
BASARNAS
BNPB
KEMENSOS
KEMENDIKBUD
PUPR
KEMENDAGRI
KEMENTAN
Koordinasi Klaster Penanggulangan Bencana
Slide 1 dan 2: Presentasikan topik dan jelaskan tujuan pembelajaran. Tanggapi dan klarifikasi atas pertanyaan yang mungkin diajukan.
As We know,
Most of ASEAN country position is in ring of fire,
its means we have high risk of disaster
As you all are aware off, Indonesia being located on the boundaries of 4 moving tectonic plates and ring of fire having 126 active volcanoes is prone to different types of emergencies and disasters.
In average, Indonesia has 5 earthquakes above 5 Richter Scales on daily basis
Nutrition is one of important things to prepare in Emergency, in prevention until reconstruction condition
Slide 7: Kelompok-kelompok rentan dalam populasi
SCRIPT:
Ibu hamil merupakan kelompok rentan yang memiliki risiko tinggi mengalami anemia. Anemia akan menurunkan daya tahan tubuh sehingga rentan terhadap berbagai infeksi yang mungkin timbul akibat kondisi bencana.
Terhentinya layanan pemberian Tablet Tambah Darah (TTD) pada situasi bencana dapat meningkatkan risiko anemia pada ibu hamil yang dapat mengingkatkan risiko penyakit gangguan kehamilan dan kematian.
Selain itu, anemia pada ibu hamil akan menyebabkan berat lahir bayi rendah dan meningkatkan risiko terjadinya stunting.
SCRIPT:
Terbatasnya akses terhadap makanan bergizi dan layanan kesehatan akibat bencana dapat meningkatkan risiko ibu menyusui terkena penyakit termasuk infeksi pada situasi bencana. Selain dampak psikis yang dialami akibat bencana, kurangnya cadangan zat gizi pada ibu menyusui juga dapat menghambat produksi ASI yang berkualitas.
Bayi yang tidak mendapat gizi yang cukup dari ASI, dapat mengalami gangguan pertumbuhan dan perkembangan.
SCRIPT:
Penyandang disabilitas dapat mengalami hambatan dan kesulitan untuk berpartisipasi secara penuh dan efektif dengan warga lainnya berdasarkan kesamaan hak.Situasi bencana dapat menyulitkan para penyandang disabilitas untuk dapat mengakses bantuan, termasuk akses terhadap pangan bergizi. Hal ini kemudian dapat meningkatkan risiko kesehatan bahkan kematian bagi para penyandang disabilitas
SCRIPT:
Bencana dapat menyebabkan para lansia kesulitan untuk mengakses dukungan dari orang-orang terdekat serta layanan kesehatan dan bantuan bencana. Terbatasnya akses terhadap makanan bergizi secara signifikan meningkatkan risiko penyakit dan kematian pada kelompok lansia
SCRIPT:
Penderita penyakit kronis membutuhkan asupan makanan yang bergizi dan layanan kesehatan. Terganggunya akses makanan bergizi dan layanan kesehatan dapat meningkatkan risiko kematian pada penderita penyakit kronis secara signifikan.
Slide 5: Tanyakan definisi kerentanan atau masalah apa saja yang dapat terjadi dalam situasi bencana, kemudian tampilkan slidenya. Tambahkan apa saja yang mungkin tidak mereka sebutkan.
Ketika bencana terjadi, akan menimbulkan suatu kerentanan (vulnerability) pada daerah bencana. Kerentanan adalah tingkat dimana populasi/ masyarakat, individu, atau organisasi tidak mampu untuk mengantisipasi, mengatasi, melawan, dan memulihkan keadaan dari dampak yang timbul akibat bencana. Sehingga populasi akan rentan terhadap masalah berikut:
Masalah gizi
Masalah kesehatan, misal: meningkatnya angka kesakitan/ morbiditas
Meningkatnya angka kematian/ mortalitas
Meningkatnya kekerasan pada kelompok rentan (misalnya, pelecehan berbasis gender (GBV), pelecehan pada perempuan dan anak, pelecehan pada kelompok penerima manfaat, dll.)
Kemiskinan dalam jangka panjang
Situasi bencana berdampak pada seluruh aspek kehidupan karena banyaknya korban meninggal, infrastruktur yang rusak, kondisi ekonomi yang menurun, terbatasnya akses terhadap makanan yang bergizi juga serta adanya hambatan untuk mendapatkan layanan kesehatan dan gizi. Penanganan gizi pada situasi bencana bertujuan untuk:
Mencegah timbulnya masalah gizi terutama pada kelompok rentan
Mencegah terjadinya mortalitas dan morbiditas akibat masalah gizi
Memastikan tersedianya pelayanan gizi di lokasi terdampak
Memastikan pelayanan gizi terintegrasi dengan program/sektor lain
Sasaran utama pelayanan gizi pada situasti bencana meliputi kelompok rentan yang terdiri dari ibu hamil, ibu menyusui, bayi, balita, lansia, kelompok disabilitas, individu dengan penyakit kronik dan masalah gizi.
Komponen penanganan gizi pada situasi bencana terdiri dari:
Kajian dampak dan analisis kebutuhan
Perencanaan tanggap darurat gizi
Mobilisasi sumber daya
Pelaksanaan intervensi gizi, meliputi Pemberian Makan Bayi dan Anak (PMBA), Pengelolaan Gizi kurang/Gizi Buruk pada anak, Suplementasi Gizi)
Koordinasi dan integrasi program Ikomunikasi risiko& pelibatan masyarakat, manajemen informasi&surveilans gizi, manajemen logistic)
Monitoring dan Evaluasi
Script:
Siklus penanganan gizi pada situasi bencana terdiri dari: 1) kajian & analisis kebutuhan gizi, 2) Perencanaan Intervensi, 3) Intervensi Pemberian Makan Bayi dan Anak, 4) Intervensi Penanganan Gizi Buruk dan Gizi Kurang, 5) Intervensi Suplementasi Gizi 6) Intervensi Gizi Sensitif 7) Koordinasi 8) Komunikasi Risiko & Pelibatan Masyarakat 9) Manajemen Informasi 10) manajemen logistik serta 11) Pemantauan dan Evaluasi.
Klik pada box untuk melihat penjelasan pada masing-masing tahapan siklus
Klaster merupakan sekelompok badan, organisasi, dan/atau lembaga yang bekerja sama baik untuk mencapai tujuan bersama, yaitu untuk mengatasi kebutuhan pada sektor tertentu (seperti kesehatan). Pendekatan klaster adalah salah satu pendekatan koordinatif yang menyatukan semua pihak terkait baik pemerintah maupun non pemerintah dalam upaya penanggulangan bencana agar upaya yang dilakukan dapat saling melengkapi.
Pada klaster penanggulangan bencana nasional telah dibentuk Delapan Klaster yaitu: Klaster Kesehatan yang di pimpin oleh Kementerian Kesehatan, Klaster Pendidikan yang di pimpin oleh Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan, Klaster Pengungsian dan Perlindungan yang di pimpin oleh Kementerian Sosial, Klaster Sarana dan Prasarana yang di pimpin oleh kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat, Klaster Pemulihan Dini yang di pimpin oleh Kementerian Dalam Negri, Klaster Ekonomi yang di pimpin oleh Kementerian Pertanian, klaster Logistik yang di pimpin oleh Badan Nasional Penanggulangan Bencana, serta klaster Pencarian dan Penyelamatan yang di pimpin oleh Badan SAR Nasional.
Mekanisme koordinasi klaster dapat direplikasi di tingkat daerah sesuai dengan kebutuhan. Pendekatan klaster bertujuan untuk memperkuat dan bukan menggantikan mekanisme koordinasi penanggulangan bencana yang telah ada, yaitu mendukung penyediaan sumberdaya yang dibutuhkan oleh pemerintah dan pemerintah daerah melalui mekanisme SKPDB (lihat slide SKPDB)
Klaster Kesehatan dan Sub Klaster Gizi
Koordinasi pelayanan gizi di dalam mekanisme koordinasi klaster merupakan bagian dari klaster kesehatan. Klaster kesehatan terdiri dari 6 sub klaster dan 3 tim pendukung yaitu
Subklaster pelayanan kesehatan, yang bertugas untuk memberikan pelayanan kesehatan
Subklaster pengendalian penyakit dan kesehatan lingkungan, terkait pengendalian penyakit, penyehatan lingkungan dan penyiapan air bersih yang berkualitas
Subklaster gizi , terkait pelayanan gizi pada situasi bencana
Subklaster kesehatan Reproduksi, terkait penyiapan kesehatan reproduksi pada situasi bencana
Subklaster kesehatan jiwa untuk penanganan kesehatan jiwa
Subklaster Disaster Victim Identification (DVI) terkait penatalaksanaan korban mati
Tim logistik kesehatan, terkait perencanaan, pengadaan, penyimpanan, pendistribusian, dan penyerahan logistik kesehatan
Tim data dan informasi untuk pengelolaan dan penyebar luasan informasi penanggulangan krisis kesehatan
Tim promosi kesehatan untuk penyelenggaraan promosi kesehatan