Refleksi Mandiri Modul 1.3 - KANVAS BAGJA.pptx.pptx
MAKALAH MANAJEMEN BENCANA-1.pptx
1. MAKALAH MANAJEMEN BENCANA
“Manajemen Gizi pada Bencana”
Di Susun Oleh :
Kelompok 2
1. Albertina Nesta Bani 2020610023
2. Yuliani Lende 2020610023
3. Vemi Roslince Mesa 2020610021
4. Aristo Warandoy 2020610036
5. Agustinus Kedu Lere 2020610031
2. Latar belakang
Indonesia secara geografis adan demografis rentan terhadap terjadinya bencana alam dan
bencana non alam, termasuk potensdi bencana akibat konflik social. Kejadian bencana
mengakibatkan korban bencana harus mengungsi dengan segala keterbatasan. Kondisi ini
dapat berdampak pada perubahan status gizi korban bencana khususnya kelompok rentan
yaitu bayi, balita, ibu hamil, ibu menyusui dan lanjut usia.
Balita dan anak berumur di bawah dua tahun (baduta) merupakan kelompok yang paling
rentan dan memerlukan penanganan gizi khusus. Pemberian makanan yang tidak tepat pada
kelompok tersebut dapat meningkatkan risiko kesakitan dan kematian, terlebih pada situasi
bencana. Risiko kematian lebih tinggi pada bayi dan anak yang menderita kekurangan gizi
terutama apabila bayi dan anak juga menderita kekurangan gizi mikro. Penelitian di
pengungsian menunjukkan bahwa kematian anak balita 2-3 kali lebih besar dibandingkan
kematian pada semua kelompok umur. Kematian terbesar terjadi pada kelompok umur 0-6
bulan (WHOUNICEF, 2001). Oleh karena itu penanganan gizi dalam situasi bencana menjadi
bagian penting untuk menangani pengungsi secara cepat dan tepat.
3. Rumusan masalah
Apa yang dimaksud dengan bencana?
Apa yang dimaksud dengan manajemen gizi bencana?
Apa tujuan dari manajemen gizi bencana?
Bagaimana strategi dari manajemen gizi?
Apa saja langkah-langkah yang dilakukan dalam penanganan gizi pada kondisi
darurat?
Bagaimana penilaian status gizi darurat?
Apa tindak lanjut yang dilakukan terhadap situasi status gizi darurat?
4. Definisi
Bencana adalah peristiwa atau rangkaian peristiwa yang mengancam dan
mengganggu kehidupan dan penghidupan masyarakat yang disebabkan,
baik oleh faktor alam dan/atau faktor nonalam maupun faktor manusia
sehingga mengakibatkan timbulnya korban jiwa manusia, kerusakan
lingkungan, kerugian harta benda, dan dampak psikologis.
5. Manajemen gizi
Dampak bencana alam yang bersifat darurat salah satunya adalah masalah kesehatan dan gizi.
Dengan kondisi darurat, tenaga kesehatan diperlukan untuk menanggulangi dampak dari bencana
alam ini ahli gizi merupakan salah satu bagian dari tenaga kesehatan yang memiliki peran penting
dalam setiap tahapan bencana, terutama di bidang gizi. Ibu, anak, dan lansia merupakan kelompok
usia yang paling rentan mengalami masalah gizi kurang, sebagai dampak dari sebuah bencana.
Masalah gizi pada hakikatnya adalah masalah kesehatan masyarakat, namun penanggulangannya
tidak dapat dilakukan dengan pendekatan medis dan pelayanan kesehatan. Penyebab timbulnya
masalah gizi adalah multi faktor, karena itu pendekatan penanggulannya melibatkan berbagai sektor
yang terkait. Penangan gizi darurat pada saat bencana menjadi prioritas pertama dimana layanan
pangan dan gizi merupakan bagian integral yang tidak terpisahkan dalam penanganan kedaruratan.
6. Tujuan manajemen gizi bencana
A. Tujuan Umum
Petugas memahami kegiatan gizi dalam penanggulangan bencana mulai dari pra bencana,
tanggap darurat dan pasca bencana secara cepat dan tepat untuk mencegah terjadinya
penurunan status gizi korban bencana.
B. Tujuan Khusus
a. Petugas memahami kegiatan penanganan gizi pada pra bencana
b. Petugas memahami pengelolaan penyelenggaraan makanan pada situasi bencana
c. Petugas mampu menganalisis data hasil Rapid Health Assessment (RHA) kejadian bencana
d. Petugas mampu menganalisis data status gizi balita dan ibu hamil korban bencana.
e. Petugas mampu melaksanakan pemantauan dan evaluasi pasca bencana
7. Strategi manajemen gizi bencana
1. Pelayanan gizi
2. Penyuluhan gizi
3. Penyediaan Tenaga Khusus atau Sumber Daya Manusia di
bidang Gizi
4. Penyediaan Bahan Makanan
8. Tahap Penanganan Gizi Darurat
Tahapan di dalam penanganan gizi darurat, antara lain :
1. Fase pertama (fase 1) adalah :
Pengungsi baru terkena bencana.
Petugas belum sempat mengidentifikasi pengungsi secara lengkap.
Belum ada perencanaan pemberian makanan terinci sehingga semua golongan umur menerima
bahan makanan yang sama.
Khusus untuk bayi dan baduta harus tetap diberikan ASI dan MP-ASI.
2. Fase kedua (fase II) adalah:
Pengungsi sudah lebih dari 5 hari bermukim di tempat pengungsian.
Sudah ada gambaran keadaan umum pengungsi (jumlah, golongan umur, jenis kelamin, keadaan
lingkungan dan sebagainya), sehingga perencanaan pemberian bahan makanan sudah lebih terinci.
Penyediaan bahan makanan disesuaikan kebutuhan kelompok rawan.
9. Lanjutan
3. Fase ketiga (fase III) adalah:
Melakukan penapisan (screening) bila prevalensi gizi kurang balita 10 -14,9% atau 5-9,9% yang
disertai dengan faktor pemburuk.
Menyelenggarakan pemberian makanan tambah-an sesuai dengan jenis intervensi yang telah
ditetapkan pada tahap 1 fase II.
Melakukan penyuluhan baik perorangan atau kelompok dengan materi penyuluhan sesuai dengan
butir b.
Memantau perkembangan status gizi melalui surveilans.
10. Penanganan gizi darurat pada kelompok rawan
A. Balita
Memberikan Air Susu Ibu (ASI) segera setelah lahir dalam waktu ½ - 1 jam pertama.
Memberikan hanya ASI saja sejak lahir sampai usia 6 bulan (ASI eksklusif).
Memberikan Makanan Pendamping ASI (MP-ASI) pada bayi mulai umur 6 bulan sampai umur 2 tahun.
Tetap memberikan ASI sampai anak berumur 2 tahun atau lebih.
Untuk bayi dan baduta diberikan suplementasi kapsul vitamin A dengan dosis
B. Makanan Ibu Hamil Dan Menyusui
Ibu hamil dan menyusui memerlukan tambahan zat gizi. Ibu hamil perlu penambahan energi 300 Kal dan
Protein 17 gram, sedangkan ibu menyusui perlu tambahan Energi 500 Kal dan Protein 17 gram. Suplementasi
vitamin dan mineral untuk ibu hamil adalah Fe 1 tablet setiap hari.
C. Makanan Ujia Lanjut
Kebutuhan energi pada usia lanjut pada umumnya sudah menurun, tetapi kebutuhan vitamin dan mineral tidak.
Oleh karena itu diperlukan makanan porsi kecil tetapi padat gizi. Dalam pemberian makanan pada orang tua
harus memperhatikan faktor psikologis dan fisiologis agar makanan yang disajikan dapat dikonsumsi habis.
11. Pemberian Makan Dalam Situasi Darurat
Penyebab langsung kekurangan gizi adalah penyakit dan atau asupan makan yang tidak
mencukupi, yang pada akhirnya diakibatkan oleh tidak cukupnya pangan, kesehatan,
ataupun perawatan pada tingkat rumah tangga atau masyarakat. Dalam penanganan gizi
pada situasi darurat, respons untuk mencegah dan memperbaiki kekurangan gizi
memerlukan pencapaian standar-standar minimum tidak hanya dari sisi makanan saja
namum juga termasuk pelayanan kesehatan, pasokan air dan sanitasi, hingga hunian dan
penampungan.
Pada dasarnya tujuan pemberian pangan dalam situasi darurat adalah:
Bertahan hidup
Mempertahankan/memperbaiki status gizi, utamanya pada kelompok rentan
Menyelamatkan aset produksi
Menghindari migrasi missal
Menjamin tersedianya pangan dalam jumlah yang cukup unuk seluruh penduduk.
Mendorong rehabilitasi keadaan secara swadaya masyarakat
12. Penilaian Status Gizi Darurat
Berikut ini merupakan standar tandar bantuan gizi untuk kelompok berisiko:
Bayi berumur kurang dari enam bulan harus diberi ASI secara eksklusif atau dalam kasus-
kasus khusus dapat diberikan susu pengganti ASI yang tepat dalam jumlah yang memadai.
Anak-anak berumur 6-24 bulan mempunyai akses terhadap makanan tambahan yang
bergizi dan sarat energi.
Perempuan yang hamil atau menyusui mempunyai akses terhadap gizi dan bantuan
tambahan
Perhatian khusus diberikan untuk melindungi, meningkatkan dan mendukung perawatan
gizi bagi wanita usia subur.
Informasi, pendidikan dan pelatihan yang tepat tentang gizi diberikan kepada para
professional yang relevan, juru rawat, dan lembaga-lembaga yang bergerak dalam
praktek pemberian makan bayi dan anak.
13. Lanjutan
Akses kaum lanjut usia untuk mendapatkan makanan yang bergizi dan
dukungan gizi yang tepat dilindungi, ditingkatkan, dan didukung.
Keluarga yang mempunyai anggota keluarga sakit kronis, termasuk
mereka yang menderita HIV/AIDS dan anggota keluarga yang mempunyai
kecacatan tertentu mempunyai akses terhadap makanan bergizi yang
tepat dan dukungan gizi yang memadai.
Terbangun system berbasis komunitas untuk menjamin perawatan
individu-individu yang rentan secara semestinya.
14. Monitoring dan tindak lanjut
Pemberian makanan dalam situasi darurat terutama pada kelompok
rentan tidak terbatas kewajiban sampai individu dari kelompok
rentan menerima makanan yang diberikan, namun perlu pengawasan
serta tindak lanjut untuk memastikan tujuan dari pemberian
makanan seperti telah dibahas diatas dapat tercapai.
Pengawasan atau monitoring dapat dilakukan pada proses
pendistribusian bantuan dan pendistribusian makanan di level
komunitas dan bahkan sampai tingkat rumah tangga. Pada tahap
tindak lanjut tetap perlu diupayakan bahwa korban bencana
memahami apa kebutuhan mereka dalam hal makanan dan
bagaimana akses pencapaiannya, serta kewaspadaan pasca bencana
untuk mencegah masalah gizi yang muncul.
15. Mitigasi penanggulangan gizi balita
1. Penyuluhan gizi
2. Akses terhadap makanan bergizi
3. Program suplementasi gizi
4. Pemantauan pertumbuhan gizi
5. Konseling gizi
6. Dukungan pada ibu hamil dan meyusui
7. Kalaborasi dengan Lembaga Kesehatan
8. Pantau Kesehatan anak yang rentan
9. Pemahaman budaya local
10. Edukasi pangan local
16. Tanggap darurat penanganan bencana gizi balita
1. Evaluasi status gizi
2. Distribusi makanan darurat
3. Suplementasi gizi
4. Asi darurat
5. Pelayanan Kesehatan darurat
6. Pemantauan gizi balita
7. Edukasi gizi
8. Pendekatan berbasis Masyarakat
9. Dukungan psikososial
10. Kaloborasi dan koordinasi
17. Rehabilitasi bencana balita
Kegiatan penanganan pasca bencana pada dasarnya adalah :
1. Memantau status gizi dengan cara evaluasi
2. Supervisi dan konseling gizi
3. Rehabilitasi fasilitas Kesehatan
4. Monitoring pertumbuhan balita
5. Rehabilitasi anak usia dini
6. Kolaborasi dan koordinasi dengan berbagai pihak (Lembaga Kesehatan,
pemerintah, dan organisasi non pemerintah dalam Upaya rehabilitasi gizi
balita pasca bencana)
18. Kesimpulan
Bencana adalah peristiwa atau rangkaian peristiwa yang mengancam dan
mengganggu kehidupan dan penghidupan masyarakat yang disebabkan, baik
oleh faktor alam dan/atau faktor nonalam maupun faktor manusia sehingga
mengakibatkan timbulnya korban jiwa manusia, kerusakan lingkungan,
kerugian harta benda, dan dampak psikologis.