2. 1.Dyah Yuli Rahmawati
(231200745)
2.Edy Candra
(231200746)
3.Murni Pujiastuti
(231200748)
4.Vienneta Nur Kumala Dewi (231200742)
5.Widaningsih
(231200743)
6.Yudha Bakti Prasetyo (231200744)
Anggota Kelompok
3. DEFINISI
child abuse merupakan suatu tidak kekerasan kekerasan (fisik dan/atau
mental), eksploitasi (ekonomi, seksual) dan diskriminasi dalam tulisan ini
selanjutnya disebut anak yang mengalami berbagai perlakuan salah.
Kondisi dan situasi anak yang sulit tersebut tergolong ke dalam anak yang
memerlukan perlindungan khusus.
a.Menurut U.S Departement of Health, Education and Wolfare child abuse
merupakan tidakan kekerasan fisik atau mental, kekerasan seksual dan
penelantaran terhadap anak dibah usia 18 tahun yang dilakukan oleh orang
yang seharusnya bertanggung jawab terhadap kesejahteraan anak yang
terancam.
b.Menurut Harry Kempe dkk (1992), child abuse merupakan the battered
child syndrome yang hanya terbatas pada anak-anak yang mendapatkan
perlakuan salah secara fisik yang bersifat ekstrem atau membahayakan
anak-anaK
4. Klasifikasi Child Abuse
a.Dalam keluarga
• Penganiayaan fisik contohnya seperti memukul anak
• Kelalaian atau penelantaraan contohnya nak merasa kurang
mendapatkan kasih sayang dari orang tuanya
• Penganiayaan secara emosional contohnya mengucapkan kata-
kata yang tidak seharusnya didengar oleh anak seperti perkataan
yang dapat merendahkan anak atau perkataan yang membuat
anak menjadi malu.
• Penganiayaa seksual, dimana anak mendapatkan pelecehan
seksual seperti pemerkosaan.
• Syndrom Munchausen dimana merupakan permintaan
pengobatan terhadap penyakit yang dibuat-buat dan pemberian
keterangan palsu untuk mendukung tuntutan.
• Dalam institusi atau lembaga
• Di tempat kerja
• Di jalan
• Di medan perang
b.Diluar keluarga
5. faktor yang menyebabkan anak mengalami kekerasan. Baik kekerasan
fisik maupun kekerasan psikis, diantaranya adalah:
• Stress yang berasal dari anak
• Fisik anak berbeda
• Mental berbeda, yaitu anak mengalami keterbelakangan mental
• Temperamen berbeda, anak dengan temperamen yang lemah
cenderung mengalami banyak kekerasan
• Tingkah laku berbeda, yaitu anak memiliki tingkah laku yang tidak
sewajarnya dan berbeda dengan anak lain
• Anak angkat, anak angkat cenderung mendapatkan perlakuan kasar
Penyebab Terjadinya Child
Abuse
2. Stress keluarga
• Kemiskinan dan pengangguran
• Mobilitas, isolasi, dan perumahan tidak
memadai
• Perceraian
• Anak yang tidak diharapkan
3. Stress berasal dari orang
tua
• Rendah diri, anak dengan rendah diri akan sering
mendapatkan kekerasan, sebab anak selalu merasa dirinya
tidak berguna dan selalu mengecewakan orang lain.
• Waktu kecil mendapat perlakuan salah dari orangtua
• Harapan orang tua pada anak yang tidak realistis
6. Akibat Terjadinya Child Abuse
• Dampak kekerasan fisik, anak yang mendapat perlakuan kejam dari orang tuanya akan menjadi sangat agresif, dan setelah
menjadi orang tua akan berlaku kejam kepada anak-anaknya.
• Dampak kekerasan psikis. Unicef (1986) mengemukakan, anak yang sering dimarahi orang tuanya, apalagi diikuti dengan
penyiksaan, cenderung meniru perilaku buruk (coping mechanism)
• Dampak kekerasan seksual. Menurut Mulyadi (Sinar Harapan, 2003) diantara korban yang masih merasa dendam terhadap pelaku,
takut menikah, merasa rendah diri, dan trauma akibat eksploitasi seksual, meski kini mereka sudah dewasa atau bahkan sudah
menikah.
• Dampak penelantaran anak. Pengaruh yang paling terlihat jika anak mengalami hal ini adalah kurangnya perhatian dan kasih
sayang orang tua terhadap anak, Hurlock (1990) mengatakan jika anak kurang kasih sayang dari orang tua menyebabkan
berkembangnya perasaan tidak aman, gagal mengembangkan perilaku akrab, dan selanjutnya akan mengalami masalah
penyesuaian diri pada masa yang akan datang.
7. Manifestasi klinis Child Abuse
Akibat pada fisik anak, antara lain: Lecet, hematom, luka bekas gigitan, luka bakar, patah tulang, perdarahan retinaakibat dari
adanya subdural hematom dan adanya kerusakan organ dalam lainnya. Sekuel/cacat sebagai akibat trauma, misalnya jaringan
parut, kerusakan saraf, gangguan pendengaran, kerusakan mata dan cacat lainnya.
Akibat pada tumbuh kembang anak. Pertumbuhan dan perkembangan anak yang mengalami perlakuan salah, pada umumnya
lebih lambat dari anak yang normal, yaitu:
a. Pertumbuhan fisik anak pada umumnya kurang dari anak-anak sebayanya yang tidak mendapat perlakuan salah.
b. Perkembangan kejiwaan juga mengalami gangguan, yaitu:
• kecerdasan
• emosi
• konsep diri
• agresif
• hubungan sosial
• Akibat dari penganiayaan seksual
8. Penanganan Dan
Pencegahan Child Abuse
Pencegahan dan penanggulangan penganiayaan dan kekerasan pada anak adalah melalui:
1. Pelayanan kesehatan:
Pelayanan kesehatan dapat melakukan berbagai kegiatan dan program yang ditujukan pada individu, keluarga, dan masyarakat.
a. Prevensi primer-tujuan: promosi orangtua dan keluarga sejahtera.
b. Prevensi sekunder-tujuan: diagnosa dan tindakan bagi keluarga yang stress.
c. Prevensi tertier-tujuan: redukasi dan rehabilitasi keluarga dengan kekerasan.
2. Pendidikan
Sekolah mempunyai hak istimewa dalam mengajarkan bagian badan yang sangat pribadi, yaitu penis, vagina, anus, mammae dalam pelajaran biologi. Perlu
ditekankan bahwa bagian tersebut sifatnya sangat pribadi dan harus dijaga agar tidak diganggu orang lain. Sekolah juga perlu meningkatkan keamanan anak di
sekolah.
3. Penegak hukum dan keamanan
Hendaknya UU no.4 thn 1979, tentang kesejahteraan anak cepat ditegakkan secara konsekuen. Hal ini akan melindungi anak dari semua bentuk penganiayaan dan
kekerasan. Bab II pasal 2 menyebutkan bahwa “anak berhak atas perlindungan terhadap lingkungan hidup yang dapat membahayakan atau menghambat
pertumbuhan dan perkembangannya secara wajar.
4. Media massa
Pemberitaan penganiayaan dan kekerasan pada anak hendaknya diikuti oleh artikel2 pencegahan dan penanggulangannya. Dampak pada anak baik jangka pendek
maupun jangka panjang diberitakan agar program pencegahan lebih ditekankan.
9. Fasilitas Pelayanan Untuk Anak
Child Abuse
Pelayanan fasilitas yang bisa digunakan untuk anak dengan child abuse adalah:
1. Pihak kepolisian
2. Rumah sakit
3. YPAI
Meningkatkan upaya-upaya perlindungan anak Indonesia dari berrbagai bentuk penyalahgunaan atau tindakan
salah melalui berbagai bidang kegiatan yang akan dibagi kedalam:
a.Pencegahan
b.Perlindungan hukum
c.Pemulihan anak dan reinteraksi sosial atau keluarga
d.Peningkatan koordinasi dan kerja sama baik tingkat lokal, nasional, regional dan internasional.
e.Peningkatan partisipasi anak
10. A. Asuhan Keperawatan
• Identifikasi orang tua yang memiliki anak yang ditempatkan di rumah orang lain atau saudaranya untuk beberapa waktu.
• Identifikasi adanya riwayat kekerasaan pada orang tua di masa lalu, depresi, atau masalah psikiatrik.
• Identifikasi situasikrisis yang dapat menimbulkan kekerasan
• Identifikasi bayi atau anak yang memerlukan perawatan dengan ketergantungan tinggi (seperti prematur, bayi berat lahir rendah,
intoleransi makanan, ketidakmampuan perkembangan, hiperaktif, dan gangguan kurang perhatian)
• Monitor reaksiorang tua observasi apakahada rasa jijik,takut atau kecewa dengan jenis kelamin anak yang dilahirkan.
• Kaji pengetahuan orang tua tentang kebutuhan dasar anak dan perawatan anak.
• Kaji responpsikologis pada trauma
• Kaji keadekuatan dan adanya support system
PENGKAJIAN
Fokus pengkajian secara keseluruhan untuk menegakkan diagnosa keperawatan berkaitan dengan KDRT
pada anak , antara lain:
1. Psikososial
-Melalaikan diri seperti baju dan rambutsi anak kotor, Bau badan
-Gagal tumbuhdengan baik pada masa pertumbuhannya
-Keterlambatan perkembangan tingkat kognitif, psikomotor, dan psikososial
-Memisahkan diri dari orang-orang dewasa
2. Muskuloskeletal
-Fraktur
-Dislokasi ( Cedera Sendi )
-Sprain ( Keseleo )
11. 3. Genitourinaria
-Infeksi salurankemih
-Perdarahan per vagina
-Luka pada vagina / penis
-Nyeri waktu buang air kecil
-Laserasi pada organ genetaliaeksternal, vagina, dan anus.
4. Integumen
-Lesi sirkulasi (biasanya pada kasus luka bakar oleh karenarokok)
-Luka bakar pada kulit, memar dan abrasi
-Adanya tanda-tanda bekas gigitan manusiayang tidak dapatdijelaskan
-Bengkak.
5. Pengumpulan data
• Aspek biologis : Respon fisiologis timbul karena kegiatan sistem syaraf otonom bereaksi terhadapsekresi
epineprin
• Aspek fisik : Aspek fisik terdiri dari muka merah,pandangan tajam,napas pendek dan
cepat,bekeringat,sakit fisik,penyalahgunaan zat,tekanan darah meningkat
• Aspek emosi : tidak adekuat,tidak aman,dendam,jengkel.
• Aspek intelektual : mendominasi, bawel, sarkasme, berdebat, meremehkan
• Aspek sosial : menarik diri,penolakan,kekerasan,ejekan, dan humor.
12. 6. Klasifikasi
data
Data yang didapat pada pengumpulan data dikelompokkan menjadi 2
macam yaitu data subyektif dan data obyektif
7. Analisa data
Dengan melihatdata subyektif dan data obyektifdapat menentukan permasalahan yang dihadapi oleh keluarga dan dengan
memperhatikan pohon masalah dapat diketahui penyebab sampai pada efek masalah tersebut. Dari hasil analisa data inilah dapat
ditentukan diagnosa keperawatan
13. Diagnosa Keperawatan
Ketidakmampuan Koping Keluarga berhubungan dengan ketidakmampuan orang terdekat
mengungkapkan perasaan (D.0093)
SLKI :
Setelah dilakukan intervensi keperawatan selama 3 x 24 jam, maka status koping keluarga membaik, dengan kriteria hasil:
1.Perasaan diabaikan menurun
2.Perilaku mengabaikan anggota keluarga menurun
3.Kemampuan memenuhi kebutuhan anggota keluarga meningkat
4.Toleransi membaik
SIKI : Dukungan Koping Keluarga (I.09260)
Observasi
• Identifikasi respons emosional terhadap kondisi saat ini
• Identifikasi beban prognosis secara psikologis
• Identifikasi pemahaman tentang keputusan perawatan setelah pulang
• Identifikasi kesesuaian antara harapan pasien, keluarga, dan tenaga kesehatan
Terapeutik
• Dengarkan masalah, perasaan, dan pertanyaan keluarga
• Terima nilai-nilai keluarga dengan cara yang tidak menghakimi
• Diskusikan rencana medis dan perawatan
• Fasilitasi pengungkapan perasaan antara pasien dan keluarga atau antar anggota keluarga
• Fasilitasi pengambilan keputusan dalam merencanakan perawatan jangka Panjang, jika perlu
• Fasilitasi anggota keluarga dalam mengidentifikasi dan menyelesaikan konflik nilai
• Fasilitasi pemenuhan kebutuhan dasar keluarga (mis: tempat tinggal, makanan, pakaian)
• Fasilitasi anggota keluarga melalui proses kematian dan berduka, jika perlu
• Fasilitasi memperoleh pengetahuan, keterampilan, dan peralatan yang diperlukan untuk mempertahankan keputusan
perawatan pasien
• Bersikap sebagai pengganti keluarga untuk menenangkan pasien dan/atau jika keluarga tidak dapat memberikan
perawatan
• Hargai dan dukung mekanisme koping adaptif yang digunakan
• Berikan kesempatan berkunjung bagi anggota keluarga
Edukasi
• Informasikan kemajuan pasien secara berkala
• Informasikan fasilitas perawatan Kesehatan yang tersedia
Kolaborasi
• Rujuk untuk terapi keluarga, jika perlu
14. Diagnosa Keperawatan
Gangguan Tumbuh Kembang berhubungan dengan pengabaian (D.010)
SLKI
Setelah dilakukan intervensi keperawatan selama 3 x 24 jam, maka status perkembangan membaik, dengan kriteria hasil:
1.Keterampilan/perilaku sesuai usia meningkat
2.Kemampuan melakukan perawatan diri meningkat
SIKI : Perawatan perkembangan (I.10339)
Observasi
• Identifikasi respons emosional terhadap kondisi saat ini
• Identifikasi beban prognosis secara psikologis
• Identifikasi pemahaman tentang keputusan perawatan setelah pulang
• Identifikasi kesesuaian antara harapan pasien, keluarga, dan tenaga kesehatan
Terapeutik
• Dengarkan masalah, perasaan, dan pertanyaan keluarga
• Terima nilai-nilai keluarga dengan cara yang tidak menghakimi
• Diskusikan rencana medis dan perawatan
• Fasilitasi pengungkapan perasaan antara pasien dan keluarga atau antar anggota keluarga
• Fasilitasi pengambilan keputusan dalam merencanakan perawatan jangka Panjang, jika perlu
• Fasilitasi anggota keluarga dalam mengidentifikasi dan menyelesaikan konflik nilai
• Fasilitasi pemenuhan kebutuhan dasar keluarga (mis: tempat tinggal, makanan, pakaian)
• Fasilitasi anggota keluarga melalui proses kematian dan berduka, jika perlu
• Fasilitasi memperoleh pengetahuan, keterampilan, dan peralatan yang diperlukan untuk mempertahankan keputusan
perawatan pasien
• Bersikap sebagai pengganti keluarga untuk menenangkan pasien dan/atau jika keluarga tidak dapat memberikan
perawatan
• Hargai dan dukung mekanisme koping adaptif yang digunakan
• Berikan kesempatan berkunjung bagi anggota keluarga
Edukasi
• Informasikan kemajuan pasien secara berkala
• Informasikan fasilitas perawatan Kesehatan yang tersedia
Kolaborasi
• Rujuk untuk terapi keluarga, jika perlu
15. Diagnosa Keperawatan
Resiko Perilaku Kekerasan berhubungan dengan Disfungsi sistem keluarga (D.0145)
SLKI :
Setelah dilakukan intervensi keperawatan selama 3 x 24 jam,
maka kontrol diri meningkat, dengan kriteria hasil:
1.Verbalisasi ancaman kepada orang lain menurun
2.Verbalisasi umpatan menurun
3.Suara keras menurun
4.Bicara ketus menurun
SIKI : Pencegahan perilaku kekerasan (I.14544)
Observasi
• Monitor adanya benda yang berpotensi membahayakan (mis: benda tajam, tali)
• Monitor keamanan barang yang dibawa oleh pengunjung
• Monitor selama penggunaan barang yang dapat membahayakan (mis: pisau cukur)
Terapeutik
• Pertahankan lingkungan bebas dari bahaya secara rutin
• Libatkan keluarga dalam perawatan
Edukasi
• Anjurkan pengunjung dan keluarga untuk mendukung keselamatan pasien
• Latih cara mengungkapkan perasaan secara asertif
• Latih mengurangi kemarahan secara verbal dan nonverbal (mis: relaksasi,
bercerita)
SLKI :
Setelah dilakukan intervensi keperawatan selama 3 x 24 jam,
maka peran menjadi orang tua membaik, dengan kriteria hasil:
1.Bounding attachment meningkat
2.Perilaku positif menjadi orang tua meningkat
SIKI : Promosi antisipasi keluarga (I.12466)
Diagnosa Kep : Pencapaian peran menjadi orang tua dibuktikan dengan bounding attachment optimal (D.0126)
Observasi
• Identifikasi kemungkinan krisis situasi atau masalah perkembangan serta
dampaknya pada kehidupan pasien dan keluarga
• Identifikasi metode pemecahan masalah yang sering digunakan keluarga
Terapeutik
• Fasilitasi dalam memutus strategi pemecahan masalah yang dihadapi keluarga
• Libatkan seluruh anggota keluarga dalam upaya antisipasi masalah Kesehatan,
jika memungkinkan
• Buat jadwal aktivitas bersama keluarga terkait masalah Kesehatan yang
dihadapi
Edukasi
• Jelaskan perkembangan dan perilaku yang normal pada keluarga
Kolaborasi
• Kerjasama dengan tenaga Kesehatan terkait lainnya, jika perlu