Membaca dengan Metode Fonik - Membuat Rancangan Pembelajaran dengan Metode Fo...
ARTIKEL KEKERASAN PADA ANAK FULL.pdf
1. ORANG TUA BISA MENJADI PELAKU KEJAHATAN PERTAMA PADA ANAK
Yolanda Dwi Setyorini dan Allsyah
Fakultas Psikologi, Universitas Bhayangkara Jakarta Raya
Kelahiran seorang anak di dalam keluarga, pada awalnya membawa kebahagiaan
pada orang tua. Namun seiring dengan berjalannya waktu, banyak anak yang tumbuh di
dalam lingkungan keluarga yang dengan kondisi orang tuanya yang kasar,
memperlakukan anak dengan semena-mena, yang paling fatal adalah “meracuni “mental
anak baik secara psikis dan fisik. Istilah orang tua yang “meracuni” ini di kenal dengan
“toxic parent” sementara pola asuh yang di jalani orang tua di sebut dengan toxic
parenting. (Oktariani, 2021)
Keluarga merupakan tempat pertama dan utama bagi anak untuk mendapatkan
pembinaan mental dan pembentukan kepribadian.Keluarga memiliki peran dan fungsi
yang cukup besar terhadap perkembangan dan masa depan anak. Seorang anak harus
mendapatkan kesempatan yang seluas-luasnya untuk dapat tumbuh dan berkembang
secara optimal baik fisik, psikis, sosial, maupun spiritual. Anak juga perlu mendapatkan
hak-haknya untuk dilindungi dan disejahterakan serta segala bentuk tindak kekerasan
terhadap anak perlu dicegah dan diatasi khususnya kekerasan fisik terhadap anak.
Namun pada kenyataannya sering dijumpai di masyarakat, anak yang seharusnya
mendapatkan perlindungan di dalam keluarga, justru mendapakan perilaku kekerasan
pada anak baik fisik maupun psikis.
Sikap orang tua yang bisa dikatakan toxic kala sikap memunculkan suatu pola
kerutinan yang menyebabkan akibat negatif pada kehidupan anak. Orang tua yang
tercantum kategori toxic parents umumnya melaksanakan metode apapun tercantum
metode yang bisa mencelakakan ataupun mengganggu anak demi penuhi kebutuhan
orang tua sendiri. Contohnya melaksanakan kekerasan intim, kekerasan emosional,
raga, serta pengabaian pada anak. (Oktariani, 2021)
Sumjati (2001) menjelaskan tindak kekerasan diartikan sebagai setiap perilaku
yang dapat menyebabkan perasaan atau tubuh (fisik) orang lain tidak nyaman. Perasaan
tidak nyaman itu bisa berupa: kekhawatiran, ketakutan, kesedihan, ketersinggungan,
kejengkelan, atau kemarahan, sedangkan keadaan fisik yang tidak nyaman bisa berupa:
lecet, luka, memar, patah tulang, dan sebagainya.
Secara teoritis, kekerasan terhadap anak dapat didefinisikan sebagai peristiwa
pelukaan fisik, mental, atau seksual yang umumnya dilakukan oleh orang-orang yang
memiliki tanggung jawab terhadap kesejahteraan anak, yang mana itu semua
diindikasikan dengan kerugian dan ancaman terhadap kesehatan dan kesejahteraan
anak. (Suyanto, 2010)
Menurut Sri Juwita Kusumawardhani, M.Psi., Psikolog dalam (Oktariani, 2021) ciri –
ciri toxic parents adalah :
1. Menelantarkan Kebutuhan Emosional Anak
2. Terlalu Pedas Mengkritik
2. 3. Anak adalah Pencapaian
4. Menyalahkan Anak atas Emosinya
KASUS KEKERASAN PADA ANAK
Dilansir dari situs berita detik.com Balita Tewas usai Disiksa Ibu Kandung Karena Perkara
Busa Sabun
Seorang Balita (AM 3,5 tahun) meninggal dunia setelah mengalami kekrasan fisik
dari sang ibu (HP 32 tahun) di Desa Rumbio, Kecamatan Kampar, kabupaten Kampar,
Riau.
Pelaku saat itu sedang mencuci piring di kamar mandi. Sementara anaknya
menumpahkan sabun cuci piring dan memainkan busanya. Melihat sang anak rewel dan
tetap bermain busa sabun, pelaku kesal dan memukul kepala anaknya dengan gayung
mandi sebanyak tiga kali. Kemudian, pelaku mencekik leher anaknya hingga tewas.
Berdasarkan hasil otopsi, korban tewas akibat luka-luka di tulang tengkorak kepala. Saat
ini pelaku telah mendekam di balik jeruji untuk menjalani proses hukum.
Berdasarkan kasus diatas, maka pasal yang sesuai dengan permasalahan ini Adalah
Pasal 80 ayat 3 & 4 dalam UU no 35 tahun 2014 sebagai berikut :
Pasal 80 Ayat 3
Dalam hal Anak sebagaimana dimaksud pada ayat (2) mati, maka pelaku dipidana
dengan pidana penjara paling lama 15 (lima belas) tahun dan/atau denda paling banyak
Rp3.000.000.000,00 (tiga miliar rupiah).
Pasal 80 Ayat 4
Pidana ditambah sepertiga dari ketentuan sebagaimana dimaksud pada ayat (1), ayat
(2), dan ayat (3) apabila yang melakukan penganiayaan tersebut Orang Tuanya.
Dari kasus diatas sangat disayangkan begitu banyak anak menjadi korban
kekerasan. Kekerasan yang sering terjadi malah dilakukan oleh orang tuanya sendiri, hal
ini akan menimbulkan dampak tersendiri bagi anak yang akan berlangsung hingga
mereka dewasa.
DAMPAK KESEHATAN MENTAL ANAK YANG DIBESARKAN DENGAN ORANG TUA
YANG TOXIC
Anak akan mengalami gangguan ketika anak beranjak tumbuh dewasa, perilaku yang
akan muncul pada anak yang memiliki toxic parent menurut (Oktariani, 2021), adalah :
1. Memiliki kecemasan tinggi, perasaan ketakutan dan tidak aman yang sangat besar
terhadap lingkungan.
2. Merasa kesepian dan tidak ada yang memahami dan mengerti dirinya.
3. Sering bersikap tidak konsisten, kesulitan membangun prinsip dan nilai hidup.
4. Dorongan agresif keluar, ingin menentang aturan sosial, melawan figur dominan.
3. 5. Mengembangkan pertahanan diri yang sangat kuat sehingga menutupi diri mereka
yang sesungguhnya/tidak mengenal diri sendiri.
6. Kesulitan mengekspresikan emosi, respon emosi terkadang tidak sesuai dengan
stimulus yang diberikan.
7. Tidak memiliki tujuan pribadi yang jelas. Tujuan mereka seringkali untuk
membahagiakan orangtua mereka.
8. Merasa tidak bisa membangun kedekatan emosioal dengan orang lain.
9. Kesulitan beradaptasi dengan lingkungan sosial.
10. Kesulitan berempati dan memberikan kasih sayang yang tepat kepada orang lain.
11. Terlalu patuh atau sebaliknya, menjadi sangat memberontak kepada orang lain.
12. Memiliki ketergantungan yang kuat pada orang selain dirinya.
13. Selalu menyalahkan orangtua ketika bertemu dengan masalah-masalah dalam
hidup.
14. Dalam level yang lebih berat akan munculnya gangguan kecemasan, gangguan
fisik, dan depresi.
KESIMPULAN
Banyak sekali para orang tua yang masih kurang paham bahwa orang tua
berperan sangat besar dalam kehidupan anak. seorang anak yang lahir kedunia adalah
kehendak dari kedua orang tuanya dan keputusan bersama dari kedua orang tuanya
untuk melahirkan anak kedunia ini. Tetapi hanya sekedar melahirkan kedunia saja tanpa
memenuhi kebutuhan sang anak baik dari segi psikis yaitu kasih sayang, dari segi fisik
menjaga anak agar tidak sakit.
Orang tua ini justru banyak yang menjadi pelaku kejahatan pertama dalam hidup
anak, tak jarang berita yang muncul tentang kekerasan anak dari segala macam
kekerasan yag dilakukan. Hal ini sangat menyayat hati melihat bahwa anak-anak yang
belum mengerti akan dunia mengalami berbagai macam bentuk kekerasan yang
dilakukan orang dewasa kepada dirinya. Maka dari itu marilah stop kekerasan pada anak.
Sumber :
Oktariani, O. (2021). Dampak Toxic Parents dalam Kesehatan Mental Anak. Jurnal
Penelitian Pendidikan, Psikologi Dan Kesehatan (J-P3K), 2(3), 215–222.
https://doi.org/10.51849/j-p3k.v2i3.107
Sumjati AS. (2001). Manusia dan dinamika budaya : dari kekerasan sampai baratayuda
(Sumjati AS (ed.)). Yogyakarta : Fakultas Sastra UGM.
Suyanto Bagong. (2010). Masalah sosial anak. Jakarta : Kencana Prenada Media
Group.