SlideShare a Scribd company logo
1 of 7
Download to read offline
Pendidikan Pancasila © Dea Tita Hastika
1
Pancasila Sebagai Dasar Negara
A. Hubungan Pancasila dengan pembukaan UUD RI tahun 1945.
Landasan historis Pancasila sebagai dasar negara terkait dengan nilai-nilai kultur bangsa
Indonesia yang terdapat dalam kehidupan sehari-hari bangsa Indonesia. Secara historis, dapat pula
dinyatakan bahwa Pancasila yang dirumuskan para pendiri bangsa (the founding father) ini
dimaksudkan untuk menjadi dasarnya Indonesia merdeka. Adalah dr. Radjiman Widiodiningrat
selaku ketua BPUPKI yang menanyakan kepada peserta sidang I BPUPKI tanggal 29 Mei 1945
dengan kalimat “Indonesia merdeka yang akan kita bentuk apa dasarnya?” Menanggapi
pernyataan ketua tersebut, beberapa anggota BPUPKI berpidato menyatakan hal-hal tentang apa
dasar dari Negara Indonesia merdeka di kelak kemudian hari.
Moh. Yamin pada pidato tanggal 29 Mei 1945 menyatakan “…ialah suatu kewajiban yang sangat
teristimewa. Kewajiban untuk ikut menyelidiki bahan-bahan yang akan menjadi dasar dan
susunan Negara yang akan terbentuk dalam suasana kemerdekaan, yang telah diakui dan dibela
rakyat Indonesia dengan kurban dan darah daging sejak berates-ratus tahun,…”(Risalah sidang
BPUPKI & PPKI, Setneg, 1998)
Prof. Mr. Soepomo pada pidato tanggal 31 Mei 1945 menyatakan “Paduka Tuan Ketua, hadirin
yang terhormat! Soal yang kita bicarakan ialah bagaimanakah akan dasar-dasarnya Negara
Indonesia merdeka.” (Risalah sidang BPUPKI & PPKI, Setneg, 1998)
R.P. Soeroso pada waktu memberi peringatan kepada Mr. Muhammad Yamin dalam pidato
tanggal 29 Mei 1945, antara lain mengatakan: “Sebagai diterangkan oleh tuan Ketua, tuan
Radjiman tadi yang dibicarakan ialah dasar-dasar Indonesia Merdeka…” (Risalah sidang BPUPKI
& PPKI, Setneg, 1998)
Dari beberapa pernyataan diatas dapat disimpulkan bahwa pendiri Negara hendak mencari hal-hal
atau bahan-bahan yang akan menjadi dasarnya Negara Indonesia merdeka. Dalam perkembangan
selanjutnya bahan atau hal-hal tersebut dirumuskan menjadi 5 (lima) dasar dan disepakati sebagai
dasar Negara sebagaimana tertuang dalam Pembukaan UUD 1945 yang ditetapkan oleh PPKI
pada tanggal 18 Agustus 1945.
Landasan Yuridis Pancasila sebagai dasar negara sebagaimana tercantum dalam Alinea
Keempat Pembukaan UUD 1945, “…..maka disusunlah Kemerdekaan Kebangsaan Indonesia itu
dalam suatu Undang-Undang Dasar Negara Indonesia, yang terbentuk dalam suatu susunan
Negara Indonesia yang berkedaulatan rakyat dengan berdaar kepada Ketuhanan Yang Maha Esa,
Kemanusiaan yang adil beradab, Persatuan Indonesia, dan Kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat
kebijaksanan dalam permusyawaratan/perwakilan, serta dengan mewujudkan suatu keadilan
sosial bagi selutuh rakyat Indonesia”
Sesuai dengan tempat keberadaan Pancasila yaitu pada Pembukaan UUD 1945, maka fungsi
pokok Pancasila sebagai dasar negara pada hakikatnya adalah sumber dari segala sumber hukum
atau sumber tertib hukum di Indonesia, sebagaimana tertuang dalam Ketetapan MPRS No.
XX/MPRS/1966 (Ketetapan MPR No. IX/MPR/1978). Hal ini mengandung konsekuensi yuridis,
yaitu bahwa seluruh peraturan perundang-undangan Republik Indonesia (Ketetapan MPR,
Undang-undang, Peraturan Pemerintah, Keputusan Presiden, dan Praturan-peraturan Pelaksanaan
lainnya yang dikeluarkan oleh negara dan pemerintah Republik Indonesia) harus sejiwa dan
sejalan dengan Pancasila. Dengan kata lain, isi dan tujuan Peraturan Perundang-undangan RI
tidak boleh menyimpang dari jiwa Pancasila.
Berdasarkan penjelasan diatas hubungan Pancasila dengan Pembukaan UUD NRI Tahun
1945 dapat dipahami sebagai hubungan yang bersifat formal dan hubungan yang bersifat
material.
Pendidikan Pancasila © Dea Tita Hastika
2
1. Hubungan yang bersifat formal, menunjuk pada tercantumnya Pancasila secara formal di
dalam Pembukaan UUD alinea keempat yang mengandung pengertian bahwa “tata kehidupan
bernegara tidak hanya bertopang pada asas sosial, ekonomi, politik, akan tetapi dalam
perpaduannya dengan keseluruhan asas yang melekat padanya, yaitu perpaduan asas-asas
kultural, religus dan asas-asas kenegaraan yang unsur-unsurnya terdapat dalam Pancasila”
Pembukaan UUD 1945 merupakan Pokok Kaidah Negara yang Fundamental
sehingga dalam tata tertib hukum Indonesia mempunyai dua macam kedudukan, yaitu :
1. Sebagai Dasarnya, karena Pembukaan itulah yang memberikan faktor-faktor mutlak bagi
adanya tertib hukum Indonesia;
2. Memasukkan dirinya di dalam tertib hukum tersebut sebagai tertib hukum tertinggi.
Akibat hukum dari kedudukan Pembukaan ini adalah memperkuat kedudukan
Pancasila sebagai norma dasar hukum tertinggi yang tidak dapat diubah dengan jalan hukum
dan melekat pada kelangsungan hidup Negara Republik Indonesia.
Pembukaan UUD yang berintikan Pancasila merupakan sumber bagi Batang Tubuh
UUD 1945. Hal ini disebabkan karena kedudukan hukum Pembukaan UUD berbeda dengan
pasal-pasal atau Batang Tubuh UUD 1945, yaitu Pembukaan UUD 1945 selain sebagai
Mukaddimah, Pembukaan UUD 1945 mempunyai kedudukan atau eksistensi sendiri.
2. Hubungan yang bersifat material, menunjuk pada materi pokok atau isi Pembukaan dari
Pancasila. Karena isi kandungan material Pembukaan UUD 1945 itulah maka Pembukaan
UUD 1945 disebut sebagai Pokok Kaidah Negara yang Fundamental, sebagaimana yang
dinyatakan oleh Notonagoro, esensi atau intisari Pokok Kaidah Negara yang Fundamental
secara material adalah Pancasila.
Menurut pandangan Kaelan (2000; 92), jika ditinjau kembali proses perumusan
Pancasila dan Pembukaan, maka secara kronologis materi yang pertama-tama di bahas oleh
BPUPKI adalah Dasar Filsafat Pancasila, baru kemudian Pembukaan. Setelah sidang pertama
BPUPKI membicarakan Dasar Filsafat Negara Pancasila selesai, berikutnya tersusunlah
Piagam Jakarta yang disusun oleh Panitia Sembilan yang merupakan wujud pertama
Pembukaan UUD 1945.
Dalam tertib hukum Indonesia diadakan pembagian yang hirarkis. UUD bukanlah
peraturan hukum yang tertinggi. Di atasnya masih ada dasar pokok bagi UUD, yaitu
Pembukaan sebagai Pokok Kaidah Negara yang Fundamental yang didalamnya termuat
Pancasila. Walaupun UUD merupakan hukum dasar Negara Indonesia yang tertulis, namun
kedudukannnya bukanlah sebagai landasan hukum yang terpokok.
Menurut teori dan keadaan Pokok Kaidah Negara yang Fundamental dapat ;
1. Tertulis, Pokok Kaidah yang tertulis mengandung kelemahan, yaitu sebagai hukum
positif, dengan kekuasaan yang ada dapat diubah walaupun sebenarnya tidak sah. Pokok
Kaidah yang tertulis juga memiliki kekuatan, yaitu memiliki formulasi yang tegas dan
sebagai hukum positif mempunyai sifat imperative yang dapat dipaksakan.
Pokok Kaidah yang tertulis bagi negara Indonesia pada saat ini ialah Pembukaan
UUD 1945. Pembukaan UUD 1945 tidak dapat diubah, karena menurut Bakry, fakta
sejarah yang terjadi hanya satu kali tidak dapat diubah. Pembukaan UUD 1945 dapat juga
tidak digunakan sebagai Pokok Kaidah tertulis yang dapat diubah oleh kekuasaan yang
ada, sebagaimana perubahan ketatanegaraan yang pernah terjadi saat berlakunya
Mukadimah UUDS 1950.
2. Tidak Tertulis, Pokok Kaidah yang tidak tertulis memiliki kelemahan, yaitu karena tidak
tertulis maka formulasinya tidak tertentu dan tidak jelas sehingga mudah tidak diketahui
atau tidak diiingat. Pokok Kaidah tidak tertulis juga memiliki kekuatan, yaitu tidak dapat
Pendidikan Pancasila © Dea Tita Hastika
3
diubah atau dihilangkan oleh kekuasaan karena bersifat imperative moral dan terdapat
dalam jiwa bangsa Indonesia.
B. Penjabaran Pancasila dalam pasal – pasal UUD 1945.
Pembukaan UUD 1945 mengandung pokok-pokok pikiran yang meliputi suasana kebatinan,
cita-cita dan hukum dan cita-cita moral bangsa Indonesia. Pokok-pokok pikiran tersebut
mengandung nilai-nilai yang dijunjung tinggi oleh bangsa Indonesia karena bersumber dar
pandangan hidup dan dasar negara, yaitu Pancasila. Pokok-pokok pikiran yang bersumber dari
Pancasila itulah yang dijabarkan ke dalam batang tubuh melalui pasal-pasal UUD 1945.
Hubungan Pembukaan UUD 1945 yang memuat Pancasila dalam batang tubuh UUD 1945
bersifat kausal dan organis.
1. Hubungan Kausal, mengandung pengertian Pembukaan UUD 1945 merupakan penyebab
keberadaan batang tubuh UUD 1945.
2. Hubungan Organis, berarti Pembukaan dan batang tubuh UUD tahun 1945 merupakan satu
kesatuan yang tidak terpisahkan.
Dengan dijabarkannya popok-pokok pikiran Pembukaan UUD 1945 yang bersumber dari
Pancasila ke dalam batang tubuh, maka Pancasila bukan hanya suatu cita-cita hukum, tetapi telah
menjadi hukum positif.
Sesuai dengan penjelasan UUD 1945, pembukaan mengandung 4 pokok pikiran yang
diciptakan dan dijelaskan dalam batang tubuh. Keempat pokok pikiran tersebut adalah sebagai
berikut:
1. Pokok pikiran pertama berintikan “Persatuan”, yaitu “negara melindungi segenap Bangsa
Indonesia dan seluruh tumpah darah Indonesia dengan berdasar atas persatuan dengan
mewujudkan keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia”
[Pasal 35 (Bendera Negara Indonesia ialah Sang Merah Putih), Pasal 36 (Bahasa Negara
ialah Bahasa Indonesia), Pasal 36A (Lambang Negara ialah Garuda Pancasila dengan
semboyan Bhinneka Tunggal Ika) dan Pasal 36B (Lagu Kebangsaan ialah Indonesia Raya)
menjadi pemersatu bangsa.]
2. Pokok pikiran kedua berintikan “Keadilan sosial”, yaitu “negara hendak mewujudkan
keadilan sosial bagi seluruh rakyat”
Pasal 27 ayat 2, (Tiap-tiap warga negara berhak atas pekerjaan dan penghidupan yang
layak bagi kemanusiaan.)
3. Pokok pikiran ketiga berintikan “Kedaulatan Rakyat”, yaitu “negara yang berkedaulatan
rakyat, berdasar atas kerakyatan dan permusyawaratan perwakilan”
Pasal 1 ayat 2, (Kedaulatan berada di tangan rakyat dan dilaksanakan menurut Undang-
Undang Dasar.)
4. Pokok pikiran keempat berintikan “Ketuhanan Yang Maha Esa”, yaitu “negara berdasar
atas Ketuhanan Yang Maha Esa menurut dasar kemanusiaan yang adali dan beradab”.
Pasal 29 ayat 1, (Negara berdasar atas Ketuhanan Yang Maha Esa.)
Pokok pikiran pertama menegaskan bahwa aliran pengertian negara persatuan diterima
dalam Pembukaan UUD 1945, yaitu negara yang melindungi bangsa Indonesia seluruhnya.
Negara, menurut pokok pikiran pertama ini, mengatasi paham golongan dan segala paham
perorangan. Demikian pentingnya pokok pikiran ini maka persatuan merupakan dasar negara
yang utama. Oleh karena itu, penyelenggara negara dan setiap warga negara wajib mengutamakan
kepentingan negara di atas kepentingan golongan atau perorangan.
Pokok pikiran kedua merupakan kausa finalis dalam Pembukaan UUD 1945 yang
menegaskan suatu tujuan atau suatu cita-cita yang hendak dicapai. Melalui pokok pikiran ini,
dapat ditentukan jalan dan aturan-aturan yang harus dilaksanakan dalam UUD sehingga tujuan
Pendidikan Pancasila © Dea Tita Hastika
4
atau cita-cita dapat dicapai dengan berdasar kepada pokok pikiran pertama, yaitu persatuan. Hal
ini menunjukkan bahwa pokok pikiran keadilan sosial merupakan tujuan negara yang didasarkan
pada kesadaran bahwa manusia Indonesia mempunyai hak dan kewajiban yang sama untuk
menciptakan keadilan sosial dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara.
Pokok pikiran ketiga mengandung konsekuensi logis yang menunjukkan bahwa sistem
negara yang terbentuk ke dalam UUD harus berdasar atas kedaulatan rakyat dan permusyawaratan
perwakilan. Menurut Bakry, aliran sesuai dengan sifat masyarakat Indonesia. Kedaulatan rakyat
dalam pokok pikiran ini merupakan sistem negara yang menegaskan kedaulatan berada di tangan
rakyat dan dilakukan sepenuhnya oleh Majelis Permusyawaratan Rakyat (MPR).
Pokok pikiran keempat menuntut konsekuensi logis, yaitu UUD harus mengandung isi yang
mewajibkan pemerintah dan lain-lain penyelenggara negara untuk memelihara budi pekerti
kemanusiaan yang luhur. Pokok pikiran ini juga mengandung pengertian taqwa terhadap Tuhan
Yang Maha Esa dan pokok pikiran kemanusiaan yang adil dan beradab sehingga mengandung
maksud menjunjung tinggi hak asasi manusia yang luhur dan budi pekerti kemanusiaan yang
luhur. Pokok pikiran keempat Pembukaan UUD 1945 merupakan asas moral bangsa dan negara .
MPR RI telah melakukan amandemen UUD 1945 sebanyak empat kali secara berturut-turut
terjadi pada 19 Oktober 1999, 18 Agustus 2000, 9 November 2001, dan 10 Agustus 2001.
Menurut Rindjin, keseluruhan batang tubuh UUD 1945 yang telah mengalami amandemen dapat
dikelompokkan menjadi tiga bagian, yaitu
1. Pasal-pasal yang terkait aturan pemerintahan negara dan kelembagaan negara;
2. Pasal-pasal yang mengatur hubungan antara negara dan penduduknya yang meliputi warga
negara, agama, pertahanan negara, pendidikan, dan kesejahteraan sosial;
3. Pasal-pasal yang berisi materi lain berupa aturan mengenai bendera negara, bahasa negara,
lambang negara, lagu kebangsaan, perubahan UUD, aturan peralihan, dan aturan tambahan.
Beberapa contoh penjabaran Pancasila ke dalam batang tubuh melalui pasal-pasal UUD NRI
tahun 1945
Sistem pemerintahan negara dan kelembagaan negara
a. Pasal 1 ayat (3) : Negara Indonesia adalah negara hukum. Negara hukum yang dimaksud
adalah negara yang menegakkan supremasi hukum untuk menegakkan keadilan dan
kebenaran dan tidak ada kekuasaan yang tidak dipertanggungjawabkan.
b. Pasal 3
ayat (1) : MPR berwenang mengubah dan menetapkan UUD
ayat (2) : MPR melantik Prisiden dan / atau Wakil Presiden
ayat (3) : MPR hanya dapat memberhentikan Presiden dan / atau Wakil Presiden dalam masa
jabatannya menurut UUD
Hubungan antara negara dan penduduknya yang meliputi warga negara, agama, pertahanan
negara, pendidikan, dan kesejahteraan sosial.
a. Pasal 26 ayat (2) : Penduduk ialah warga negara Indonesia dan orang asing yang
bertempat tinggal di Indonesia.
b. Pasal 27 ayat (3) : Setiap warga negara berhak dan wajib ikut serta dalam upaya
pembelaan negara.
c. Pasal 29 ayat (2) : Negara menjamin kemerdekaan tiap-tiap penduduk untuk memeluk
agamanya masing-masing dan untuk beribadat menurut agamanya dan kepercayaannya
itu
d. Pasal 31 ayat (2) : Setiap warga negara wajib mengikuti pendidikan dasar dan
pemerintah wajib membiayainya.
e. Pasal 33 ayat (1) : Perekonomian disusun sebagai usaha bersama berdasar atas asas
kekeluargaan.
Pendidikan Pancasila © Dea Tita Hastika
5
f. Pasal 34 ayat (2) : Negara mengembangkan sistem jaminan sosial bagi seluruh rakyat
dan memberdayakan masyarakat yang lemah dan tidak mampu sesuai dengan martabat
kemanusiaan.
Materi lain berupa aturan bendera negara, bahasa negara, lambing negara, dan lagu kebangsaan.
a. Pasal 35 : Bendera Negara Indonesia adalah Sang Merah Putih.
b. Pasal 36 : Bahasa Negara ialah Bahasa Indonesia.
c. Pasal 36A : Lambang negara ialah Garuda Pancasila dengan semboyan Bhineka
Tunggal Ika.
d. Pasal 36B : Lagu kebangsaan adalah Indonesia Raya.
C. Implementasi Pancasila dalam pembuatan kebijakan negara dalam bidang sosial,
budaya, politik, ekonomi dan hankam.
Pokok-pokok pikiran persatuan, keadilan sosial, kedaulatan rakyat, dan Ketuhanan Yang
Maha Esa yang terkandung dalam Pembukaan UUD 1945 merupakan pancaran dari Pancasila.
Empat pokok pikiran tersebut mewujudkan cita-cita hukum yang menguasai hukum dasar negara,
yaitu Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia tahun 1945. Penjabaran keempat pokok
pikiran Pembukaan ke dalam pasal-pasal UUD NRI tahun 1945 mencakup empat aspek
kehidupan bernegara, yaitu: politik, ekonomi, sosial budaya, dan pertahanan keamanan yang
disingkat menjadi POLEKSOSBUD HANKAM.
1. Aspek Kebijakan dalam Bidang Politik
a. Pasal 26, mengatur tentang siapa saja yang menjadi warga negara (implementasi sila ke
2)
(1) Yang menjadi warga negara ialah orang-orang bangsa Indonesia asli dan orang-orang
bangsa lain yang disahkan dengan undang-undang sebagai warga negara.
(2) Penduduk ialah warga negara Indonesia dan orang asing yang bertempat tinggal di
Indonesia.
(3) Hal-hal mengenai warga negara dan penduduk diatur dengan undang-undang.
b. Pasal 27 ayat 1, tentang persamaan hak dan kewajiban (egaliter) (implementasi sila ke 2)
“Segala warga negara bersamaan kedudukannya di dalam hukum dan pemerintahan dan
wajib menjunjung hukum dan pemerintahan itu dengan tidak ada kecualinya.”
c. Pasal 28, mengatur hak untuk berserikat,berkumpul dan menyatakan pendapat (sila ke 4)
“Kemerdekaan berserikat dan berkumpul, mengeluarkan pikiran dengan lisan dan tulisan
dan sebagainya ditetapkan dengan undang-undang.”
Pasal-pasal tersebut adalah penjabaran dari Pokok-pokok Pikiran Kedaulatan
Rakyat dan Kemanusiaan yang Adil dan Beradab, yang masing-masing merupakan
pancaran dari sila ke-4 dan ke-2 pancasila. Kedua pokok pikiran ini adalah landasan bagi
kehidupan nasional bidang politik di Negara Republik Indonesia. Berdasarkan penjabaran
kedua pokok pikiran tersebut, maka pembuatan kebijakan negara dalam bidang politik harus
berdasar pada manusia yang merupakan subyek pendukung pancasila, sebagaimana dikatakan
oleh Noto Nagoro bahwa yang berketuhanan, berkemanusiaan,berpersatuan, berkerakyatan,
dan berkeadilan adalah manusia. Manusia adalah subyek negara dan oleh karena itu
politik negara harus berdasar dan merealisasikan harkat dan martabat manusia di dalamnya.
Hal ini dimaksudkan agar sistem politik negara dapat menjamin hak-hak asasi manusia.
Dengan kata lain, pembuatan kebijakan negara dalam bidang politik di Indonesia harus
memperhatikan rakyat yang merupakan pemegang kekuasaan atau kedaulatan berada di
tangan rakyat. Selain itu, sistem politik yang dikembangkan adalah sistem yang
memperhatikan pancasila sebagai dasar-dasar moral politik.
2. Aspek Kebijakan dalam Bidang Ekonomi
Pendidikan Pancasila © Dea Tita Hastika
6
a. Pasal 27 ayat 2, berbicara tentang kesempatan yang sama untuk mendapatkan pekerjaan
dan penghidupan yang layak. (implementasi sila ke 5)
“Tiap-tiap warga negara berhak atas pekerjaan dan penghidupan yang layak bagi
kemanusiaan.”
b. Pasal 33, ayat berbicara tentang sistem ekonomi yang dikelola untuk kepentingan dan
kesejahteraan rakyat. (implementasi sila ke 4)
c. Pasal 34,
(1) Fakir miskin dan anak-anak yang terlantar dipelihara oleh negara.
(3) Negara bertanggung jawab atas penyediaan fasilitas pelayanan kesehatan dan fasilitas
pelayanan umum yang layak.
Pasal-pasal tersebut adalah penjabaran dari Pokok-pokok Pikiran Kedaulatan
Rakyat dan Keadilan Sosial yang masing-masing merupakan pancaran dari sila ke 4 dan
sila ke-5 pancasila. Kedua pokok pikiran ini adalah landasan bagi pembangunan sistem
ekonomi pancasila dan kehidupan ekonomi nasional. Berdasarkan penjabaran pokok-
pokok pikiran tersebut, maka pembuatan kebijakan negara dalam bidang ekonomi di
indonesia dimaksudkan untuk menciptakan sistem perekonomian yang bertumpu pada
kepentingan rakyat dan berkeadilan. Salah satu pemikiran yang sesuai dengan maksud ini
adalah gagasan ekonomi kerakyatan yang dilontarkan oleh Mubyarto, yaitu
pengembangan ekonomi bukan hanya mengejar pertumbuhan, melainkan demi
kemanusiaan, demi kesejahteraan seluruh bangsa. Dengan kata lain, pengembangan
ekonomi tidak bisa di pisahkan dengan nilai-nilai moral kemanusiaan.
3. Aspek Kebijakan dalam Bidang Sosial Budaya
a. Pasal 29 ayat 1 dan 2, berbicara tentang pengakuan prinsip Ketuhanan Yang Maha Esa
serta kebebasan bagi warga negara dalam meyakini tiap agama dan menjalankan ibadah
sesuai keyakinan. (implementasi sila ke 1)
b. Pasal 31 ayat 1, menetapkan bahwa tiap warga negara berhak mendapatkan pendidikan
yang layak. (implementasi sila ke 2)
c. Pasal 32 ayat 1, negara menjamin dan menjaga nilai-nilai budaya dan bahasa sebagai
kekayaaan budaya nasional. (implementasi sila ke 3)
Pasal-pasal tersebut adalah penjabaran dari Pokok-pokok Pikiran Ketuhanan Yang
Maha Esa, Kemanusiaan yang Adil dan Beradab, dan Persatuan yang massing-masing
merupakan pancaran dari sila pertama, kedua, dan ke-tiga pancasila. Ketiga pokok pikiran ini
adalah landasan bagi pembangunan bidang kehidupan keagamaan, pendidikan, dan
kebudayaan nasional.
Berdasarkan penjabaran pokok-pokok pikiran tersebut, maka implementasi pancasila
dalam pembuatan kebijakan negara dalam bidang sosial budaya mengandung pengertian
bahwa nilai-nilai yang tumbuh dan berkembang dalam masyarakat indonesia harus
diwujudkan dalam proses pembangunan masyarakat dan kebudayaan di indonesia. Dengan
demikian, pancasila sebagai sumber nilai dapat menjadi arah bagi kebijakan negara dalam
mengembangkan kehidupan sosial budaya indonesia yang beradab, sesuai dengan sila ke-2,
kemanusiaan yang adil dan beradab. Pengembangan sosial budaya harus dilakukan dengan
mengangkat nilai-nilaiyang dimliki bangsa indonesia, yaitu nilai-nilai Pancasila. Hal ini tidak
dapat dilepaskan dari fungsi Pancasila sebagai sebuah sistem etika yang keseluruhan nilainya
bersumber dari harkat dan martabat manusia sebagai makhluk yang beradab.
4. Aspek Kebijakan dalam Bidang Pertahanan Keamanan
a. Pasal 27 ayat 3,
“Setiap warga negara berhak dan wajib ikut serta dalam upaya pembelaan negara.”
b. Pasal 30 ayat 1,
Pendidikan Pancasila © Dea Tita Hastika
7
“Tiap-tiap warga negara berhak dan wajib ikut serta dalam usaha pertahanan dan
keamanan negara.”
Pasal-pasal tersebut merupakan penjabaran dari Pokok-pokok Pikiran Persatuan
yang merupakan pancaran dari sila pertama pancasila. Pokok pikiran ini adalah landasan bagi
pembangunan bidang pertahanan dan keamanan nasional. Berdasarkan penjabaran diatas,
maka implementasi pancasila dalam pembuatan kebijakan negara pada bidang pertahanan dan
keamanan harus diawali dengan kesadaran bahwa indonesia adalah negara hukum.
Pertahanan dan keamanan negara di atur dan dikembangkan menurut dasar
kemanusiaan, bukan kekuasaan dengan kata lain, pertahanan dan keamanan indonesia
berbasis pada moralitas keamanan sehingga kebijakan yang terkait dengannya harus terhindar
dari pelanggaran hak-hak asasi manusia. Secara sistematis, pertahanan keamanan negara
harus berdasar pada tujuan tercapainya kesejahteraan hidup manusia sebagai makhluk Tuhan
Yang Maha Esa (sila pertama dan kedua), berdasar pada tujuan untuk mewujudkan
kepentingan seluruh warga sebagai warga negara (sila ke tiga), harus mampu menjamin hak-
hak dasar, persamaan derajat serta kebebasan kemanusiaan (sila keempat), dan ditujukan
untuk mewujudkan keadilan dalam hidup masyarakat (sila kelima). Semua ini dimaksudkan
agar pertahanan dan keamanan dapat ditempatkan dalam konteks negara hukum, yang
menghindari kesewenang-wenangan negara dalam melindungi dan membela wilayah negara
dengan bangsa, serta dalam mengayomi masyarakat.

More Related Content

What's hot

Kedudukan hakiki pembukaan uud’45
Kedudukan hakiki pembukaan uud’45Kedudukan hakiki pembukaan uud’45
Kedudukan hakiki pembukaan uud’45Wandi Wandi
 
Pancasila (kedudukan hakiki pembukaan uud’45)
Pancasila (kedudukan hakiki pembukaan uud’45)Pancasila (kedudukan hakiki pembukaan uud’45)
Pancasila (kedudukan hakiki pembukaan uud’45)Wandi Wandi
 
Hubungan pancasila dan UUD 1945
Hubungan pancasila dan UUD 1945Hubungan pancasila dan UUD 1945
Hubungan pancasila dan UUD 1945Trisna Monalia
 
Bab ii kedudukan dan fungsi uud nkri 1945 dalam sistem hukum nasional
Bab ii kedudukan dan fungsi uud nkri 1945 dalam sistem hukum nasionalBab ii kedudukan dan fungsi uud nkri 1945 dalam sistem hukum nasional
Bab ii kedudukan dan fungsi uud nkri 1945 dalam sistem hukum nasionalTutikDaryatni
 
PANCASILA DALAM KONTEKS KETATANEGARAAN REPUBLIK INDONESIA
PANCASILA DALAM KONTEKS KETATANEGARAAN REPUBLIK INDONESIAPANCASILA DALAM KONTEKS KETATANEGARAAN REPUBLIK INDONESIA
PANCASILA DALAM KONTEKS KETATANEGARAAN REPUBLIK INDONESIAMuhamad Yogi
 
Hubungan Pancasila dan Undang-Undang Dasar 1945
Hubungan Pancasila dan Undang-Undang Dasar 1945Hubungan Pancasila dan Undang-Undang Dasar 1945
Hubungan Pancasila dan Undang-Undang Dasar 1945pjj_kemenkes
 
Ppt pancasila dlm konteks ketatanegaraan
Ppt pancasila dlm konteks ketatanegaraanPpt pancasila dlm konteks ketatanegaraan
Ppt pancasila dlm konteks ketatanegaraanrizka_pratiwi
 
Bab iii tata urutan peraturan perundang undangan dalam sistem hukum nasional ...
Bab iii tata urutan peraturan perundang undangan dalam sistem hukum nasional ...Bab iii tata urutan peraturan perundang undangan dalam sistem hukum nasional ...
Bab iii tata urutan peraturan perundang undangan dalam sistem hukum nasional ...TutikDaryatni
 
Implementasi pancasila dengan uud 1945
Implementasi pancasila dengan uud 1945Implementasi pancasila dengan uud 1945
Implementasi pancasila dengan uud 1945Iko Ishva
 
Pancasila dalam konteks ketatanegaraan
Pancasila dalam konteks ketatanegaraanPancasila dalam konteks ketatanegaraan
Pancasila dalam konteks ketatanegaraanSindy Septiawan
 
IMPLEMENTASI PANCASILA, UUD NRI TH 1945, DAN SISTEM KETATANEGARAAN (PERMASALA...
IMPLEMENTASI PANCASILA, UUD NRI TH 1945, DAN SISTEM KETATANEGARAAN(PERMASALA...IMPLEMENTASI PANCASILA, UUD NRI TH 1945, DAN SISTEM KETATANEGARAAN(PERMASALA...
IMPLEMENTASI PANCASILA, UUD NRI TH 1945, DAN SISTEM KETATANEGARAAN (PERMASALA...Yani Antariksa
 
Pancasila sebagai konteks ketatanegaraan
Pancasila sebagai konteks ketatanegaraanPancasila sebagai konteks ketatanegaraan
Pancasila sebagai konteks ketatanegaraanElla Feby
 

What's hot (17)

Kedudukan hakiki pembukaan uud’45
Kedudukan hakiki pembukaan uud’45Kedudukan hakiki pembukaan uud’45
Kedudukan hakiki pembukaan uud’45
 
Pancasila (kedudukan hakiki pembukaan uud’45)
Pancasila (kedudukan hakiki pembukaan uud’45)Pancasila (kedudukan hakiki pembukaan uud’45)
Pancasila (kedudukan hakiki pembukaan uud’45)
 
Hubungan pancasila dan UUD 1945
Hubungan pancasila dan UUD 1945Hubungan pancasila dan UUD 1945
Hubungan pancasila dan UUD 1945
 
Pancasila
PancasilaPancasila
Pancasila
 
Makalah Pendidikan Pancasila
Makalah Pendidikan PancasilaMakalah Pendidikan Pancasila
Makalah Pendidikan Pancasila
 
Modul 1 kb 3
Modul 1 kb 3Modul 1 kb 3
Modul 1 kb 3
 
Bab ii kedudukan dan fungsi uud nkri 1945 dalam sistem hukum nasional
Bab ii kedudukan dan fungsi uud nkri 1945 dalam sistem hukum nasionalBab ii kedudukan dan fungsi uud nkri 1945 dalam sistem hukum nasional
Bab ii kedudukan dan fungsi uud nkri 1945 dalam sistem hukum nasional
 
PANCASILA DALAM KONTEKS KETATANEGARAAN REPUBLIK INDONESIA
PANCASILA DALAM KONTEKS KETATANEGARAAN REPUBLIK INDONESIAPANCASILA DALAM KONTEKS KETATANEGARAAN REPUBLIK INDONESIA
PANCASILA DALAM KONTEKS KETATANEGARAAN REPUBLIK INDONESIA
 
Hubungan Pancasila dan Undang-Undang Dasar 1945
Hubungan Pancasila dan Undang-Undang Dasar 1945Hubungan Pancasila dan Undang-Undang Dasar 1945
Hubungan Pancasila dan Undang-Undang Dasar 1945
 
Ppt pancasila dlm konteks ketatanegaraan
Ppt pancasila dlm konteks ketatanegaraanPpt pancasila dlm konteks ketatanegaraan
Ppt pancasila dlm konteks ketatanegaraan
 
Hubungan pancasila dengan pembukaan uud 1945
Hubungan pancasila dengan pembukaan uud 1945Hubungan pancasila dengan pembukaan uud 1945
Hubungan pancasila dengan pembukaan uud 1945
 
Bab iii tata urutan peraturan perundang undangan dalam sistem hukum nasional ...
Bab iii tata urutan peraturan perundang undangan dalam sistem hukum nasional ...Bab iii tata urutan peraturan perundang undangan dalam sistem hukum nasional ...
Bab iii tata urutan peraturan perundang undangan dalam sistem hukum nasional ...
 
Implementasi pancasila dengan uud 1945
Implementasi pancasila dengan uud 1945Implementasi pancasila dengan uud 1945
Implementasi pancasila dengan uud 1945
 
Pancasila sebagai dasar negara
Pancasila sebagai dasar negaraPancasila sebagai dasar negara
Pancasila sebagai dasar negara
 
Pancasila dalam konteks ketatanegaraan
Pancasila dalam konteks ketatanegaraanPancasila dalam konteks ketatanegaraan
Pancasila dalam konteks ketatanegaraan
 
IMPLEMENTASI PANCASILA, UUD NRI TH 1945, DAN SISTEM KETATANEGARAAN (PERMASALA...
IMPLEMENTASI PANCASILA, UUD NRI TH 1945, DAN SISTEM KETATANEGARAAN(PERMASALA...IMPLEMENTASI PANCASILA, UUD NRI TH 1945, DAN SISTEM KETATANEGARAAN(PERMASALA...
IMPLEMENTASI PANCASILA, UUD NRI TH 1945, DAN SISTEM KETATANEGARAAN (PERMASALA...
 
Pancasila sebagai konteks ketatanegaraan
Pancasila sebagai konteks ketatanegaraanPancasila sebagai konteks ketatanegaraan
Pancasila sebagai konteks ketatanegaraan
 

Similar to (Handout) pancasila sebagai dasar negara

Pancasila sebagai paradigma pengembangan hukum
Pancasila sebagai paradigma pengembangan hukumPancasila sebagai paradigma pengembangan hukum
Pancasila sebagai paradigma pengembangan hukumdisgad
 
Hubungan Pancasila dan Undang-Undang Dasar 1945
Hubungan Pancasila dan Undang-Undang Dasar 1945Hubungan Pancasila dan Undang-Undang Dasar 1945
Hubungan Pancasila dan Undang-Undang Dasar 1945pjj_kemenkes
 
Makalah sistem filsafat_pancasila
Makalah sistem filsafat_pancasilaMakalah sistem filsafat_pancasila
Makalah sistem filsafat_pancasilaHasan Saya
 
Pertemuan Ke-4 (Pancasila sebagai Dasar Negara).pptx
Pertemuan Ke-4 (Pancasila sebagai Dasar Negara).pptxPertemuan Ke-4 (Pancasila sebagai Dasar Negara).pptx
Pertemuan Ke-4 (Pancasila sebagai Dasar Negara).pptxAntoniGunawan2
 
Pancasila sebagai ideologi negara
Pancasila sebagai ideologi negaraPancasila sebagai ideologi negara
Pancasila sebagai ideologi negaraWawan Mardiansyah
 
Makalah pancasila matakuliah mku
Makalah pancasila matakuliah mkuMakalah pancasila matakuliah mku
Makalah pancasila matakuliah mkurydestopper
 
Hubungan pacasila dengan uud 1945
Hubungan pacasila dengan uud 1945Hubungan pacasila dengan uud 1945
Hubungan pacasila dengan uud 1945Naufal Annabil
 
TUGAS PANCASILA-H (1).pptx
TUGAS PANCASILA-H (1).pptxTUGAS PANCASILA-H (1).pptx
TUGAS PANCASILA-H (1).pptxSarmilaDarise
 
PEMBUKAAN UUD 1945.pptx
PEMBUKAAN UUD 1945.pptxPEMBUKAAN UUD 1945.pptx
PEMBUKAAN UUD 1945.pptxMohammadIzul
 
Pancasila dan UUD 1945
Pancasila dan UUD 1945Pancasila dan UUD 1945
Pancasila dan UUD 1945Ratri nia
 

Similar to (Handout) pancasila sebagai dasar negara (20)

Hubungan pancasila dengan pembukaan uud 1945
Hubungan pancasila dengan pembukaan uud 1945Hubungan pancasila dengan pembukaan uud 1945
Hubungan pancasila dengan pembukaan uud 1945
 
Hubungan pancasila dengan pembukaan uud 1945
Hubungan pancasila dengan pembukaan uud 1945Hubungan pancasila dengan pembukaan uud 1945
Hubungan pancasila dengan pembukaan uud 1945
 
Hubungan pancasila dengan pembukaan uud 1945
Hubungan pancasila dengan pembukaan uud 1945Hubungan pancasila dengan pembukaan uud 1945
Hubungan pancasila dengan pembukaan uud 1945
 
Hubungan pancasila dengan pembukaan uud 1945
Hubungan pancasila dengan pembukaan uud 1945Hubungan pancasila dengan pembukaan uud 1945
Hubungan pancasila dengan pembukaan uud 1945
 
PANCASILA PEMBUKAAN UUD 45
PANCASILA PEMBUKAAN UUD 45PANCASILA PEMBUKAAN UUD 45
PANCASILA PEMBUKAAN UUD 45
 
TUGAS PEMBELAJARAN PANCASILA.pptx
TUGAS PEMBELAJARAN PANCASILA.pptxTUGAS PEMBELAJARAN PANCASILA.pptx
TUGAS PEMBELAJARAN PANCASILA.pptx
 
Pancasila sebagai paradigma pengembangan hukum
Pancasila sebagai paradigma pengembangan hukumPancasila sebagai paradigma pengembangan hukum
Pancasila sebagai paradigma pengembangan hukum
 
Modul 1 kwn kb 3
Modul 1 kwn kb 3Modul 1 kwn kb 3
Modul 1 kwn kb 3
 
Hubungan Pancasila dan Undang-Undang Dasar 1945
Hubungan Pancasila dan Undang-Undang Dasar 1945Hubungan Pancasila dan Undang-Undang Dasar 1945
Hubungan Pancasila dan Undang-Undang Dasar 1945
 
sejarah
sejarahsejarah
sejarah
 
Makalah sistem filsafat_pancasila
Makalah sistem filsafat_pancasilaMakalah sistem filsafat_pancasila
Makalah sistem filsafat_pancasila
 
Pertemuan Ke-4 (Pancasila sebagai Dasar Negara).pptx
Pertemuan Ke-4 (Pancasila sebagai Dasar Negara).pptxPertemuan Ke-4 (Pancasila sebagai Dasar Negara).pptx
Pertemuan Ke-4 (Pancasila sebagai Dasar Negara).pptx
 
Pancasila sebagai ideologi negara
Pancasila sebagai ideologi negaraPancasila sebagai ideologi negara
Pancasila sebagai ideologi negara
 
Makalah pancasila matakuliah mku
Makalah pancasila matakuliah mkuMakalah pancasila matakuliah mku
Makalah pancasila matakuliah mku
 
Hubungan pacasila dengan uud 1945
Hubungan pacasila dengan uud 1945Hubungan pacasila dengan uud 1945
Hubungan pacasila dengan uud 1945
 
TUGAS PANCASILA-H (1).pptx
TUGAS PANCASILA-H (1).pptxTUGAS PANCASILA-H (1).pptx
TUGAS PANCASILA-H (1).pptx
 
PEMBUKAAN UUD 1945.pptx
PEMBUKAAN UUD 1945.pptxPEMBUKAAN UUD 1945.pptx
PEMBUKAAN UUD 1945.pptx
 
Pendidikan pancasila(mayan UGM)
Pendidikan pancasila(mayan UGM)Pendidikan pancasila(mayan UGM)
Pendidikan pancasila(mayan UGM)
 
Pembukaan UUD1945
Pembukaan UUD1945Pembukaan UUD1945
Pembukaan UUD1945
 
Pancasila dan UUD 1945
Pancasila dan UUD 1945Pancasila dan UUD 1945
Pancasila dan UUD 1945
 

Recently uploaded

KONSEP KEBUTUHAN AKTIVITAS DAN LATIHAN.pptx
KONSEP KEBUTUHAN AKTIVITAS DAN LATIHAN.pptxKONSEP KEBUTUHAN AKTIVITAS DAN LATIHAN.pptx
KONSEP KEBUTUHAN AKTIVITAS DAN LATIHAN.pptxawaldarmawan3
 
Modul 1.2.a.8 Koneksi antar materi 1.2.pdf
Modul 1.2.a.8 Koneksi antar materi 1.2.pdfModul 1.2.a.8 Koneksi antar materi 1.2.pdf
Modul 1.2.a.8 Koneksi antar materi 1.2.pdfSitiJulaeha820399
 
DESAIN MEDIA PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA BERBASIS DIGITAL.pptx
DESAIN MEDIA PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA BERBASIS DIGITAL.pptxDESAIN MEDIA PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA BERBASIS DIGITAL.pptx
DESAIN MEDIA PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA BERBASIS DIGITAL.pptxFuzaAnggriana
 
PELAKSANAAN + Link2 Materi Pelatihan "Teknik Perhitungan & Verifikasi TKDN & ...
PELAKSANAAN + Link2 Materi Pelatihan "Teknik Perhitungan & Verifikasi TKDN & ...PELAKSANAAN + Link2 Materi Pelatihan "Teknik Perhitungan & Verifikasi TKDN & ...
PELAKSANAAN + Link2 Materi Pelatihan "Teknik Perhitungan & Verifikasi TKDN & ...Kanaidi ken
 
Aksi nyata Malaikat Kebaikan [Guru].pptx
Aksi nyata Malaikat Kebaikan [Guru].pptxAksi nyata Malaikat Kebaikan [Guru].pptx
Aksi nyata Malaikat Kebaikan [Guru].pptxsdn3jatiblora
 
PELAKSANAAN + Link2 Materi TRAINING "Effective SUPERVISORY & LEADERSHIP Sk...
PELAKSANAAN  + Link2 Materi TRAINING "Effective  SUPERVISORY &  LEADERSHIP Sk...PELAKSANAAN  + Link2 Materi TRAINING "Effective  SUPERVISORY &  LEADERSHIP Sk...
PELAKSANAAN + Link2 Materi TRAINING "Effective SUPERVISORY & LEADERSHIP Sk...Kanaidi ken
 
Laporan Guru Piket untuk Pengisian RHK Guru Pengelolaan KInerja Guru di PMM
Laporan Guru Piket untuk Pengisian RHK Guru Pengelolaan KInerja Guru di PMMLaporan Guru Piket untuk Pengisian RHK Guru Pengelolaan KInerja Guru di PMM
Laporan Guru Piket untuk Pengisian RHK Guru Pengelolaan KInerja Guru di PMMmulyadia43
 
Aksi nyata disiplin positif Hj. Hasnani (1).pdf
Aksi nyata disiplin positif Hj. Hasnani (1).pdfAksi nyata disiplin positif Hj. Hasnani (1).pdf
Aksi nyata disiplin positif Hj. Hasnani (1).pdfDimanWr1
 
JAWAPAN BAB 1 DAN BAB 2 SAINS TINGKATAN 5
JAWAPAN BAB 1 DAN BAB 2 SAINS TINGKATAN 5JAWAPAN BAB 1 DAN BAB 2 SAINS TINGKATAN 5
JAWAPAN BAB 1 DAN BAB 2 SAINS TINGKATAN 5ssuserd52993
 
Kelompok 2 Karakteristik Negara Nigeria.pdf
Kelompok 2 Karakteristik Negara Nigeria.pdfKelompok 2 Karakteristik Negara Nigeria.pdf
Kelompok 2 Karakteristik Negara Nigeria.pdftsaniasalftn18
 
MATERI EKOSISTEM UNTUK SEKOLAH MENENGAH ATAS
MATERI EKOSISTEM UNTUK SEKOLAH MENENGAH ATASMATERI EKOSISTEM UNTUK SEKOLAH MENENGAH ATAS
MATERI EKOSISTEM UNTUK SEKOLAH MENENGAH ATASKurniawan Dirham
 
Contoh Laporan Observasi Pembelajaran Rekan Sejawat.pdf
Contoh Laporan Observasi Pembelajaran Rekan Sejawat.pdfContoh Laporan Observasi Pembelajaran Rekan Sejawat.pdf
Contoh Laporan Observasi Pembelajaran Rekan Sejawat.pdfCandraMegawati
 
442539315-ppt-modul-6-pend-seni-pptx.pptx
442539315-ppt-modul-6-pend-seni-pptx.pptx442539315-ppt-modul-6-pend-seni-pptx.pptx
442539315-ppt-modul-6-pend-seni-pptx.pptxHendryJulistiyanto
 
tugas 1 tutorial online anak berkebutuhan khusus di SD
tugas 1 tutorial online anak berkebutuhan khusus di SDtugas 1 tutorial online anak berkebutuhan khusus di SD
tugas 1 tutorial online anak berkebutuhan khusus di SDmawan5982
 
tugas 1 anak berkebutihan khusus pelajaran semester 6 jawaban tuton 1.docx
tugas 1 anak berkebutihan khusus pelajaran semester 6 jawaban tuton 1.docxtugas 1 anak berkebutihan khusus pelajaran semester 6 jawaban tuton 1.docx
tugas 1 anak berkebutihan khusus pelajaran semester 6 jawaban tuton 1.docxmawan5982
 
421783639-ppt-overdosis-dan-keracunan-pptx.pptx
421783639-ppt-overdosis-dan-keracunan-pptx.pptx421783639-ppt-overdosis-dan-keracunan-pptx.pptx
421783639-ppt-overdosis-dan-keracunan-pptx.pptxGiftaJewela
 
PPT Integrasi Islam & Ilmu Pengetahuan.pptx
PPT Integrasi Islam & Ilmu Pengetahuan.pptxPPT Integrasi Islam & Ilmu Pengetahuan.pptx
PPT Integrasi Islam & Ilmu Pengetahuan.pptxnerow98
 
AKSI NYATA MODUL 1.2-1 untuk pendidikan guru penggerak.pptx
AKSI NYATA MODUL 1.2-1 untuk pendidikan guru penggerak.pptxAKSI NYATA MODUL 1.2-1 untuk pendidikan guru penggerak.pptx
AKSI NYATA MODUL 1.2-1 untuk pendidikan guru penggerak.pptxWirionSembiring2
 
Dampak Pendudukan Jepang.pptx indonesia1
Dampak Pendudukan Jepang.pptx indonesia1Dampak Pendudukan Jepang.pptx indonesia1
Dampak Pendudukan Jepang.pptx indonesia1udin100
 
REFLEKSI MANDIRI_Prakarsa Perubahan BAGJA Modul 1.3.pdf
REFLEKSI MANDIRI_Prakarsa Perubahan BAGJA Modul 1.3.pdfREFLEKSI MANDIRI_Prakarsa Perubahan BAGJA Modul 1.3.pdf
REFLEKSI MANDIRI_Prakarsa Perubahan BAGJA Modul 1.3.pdfirwanabidin08
 

Recently uploaded (20)

KONSEP KEBUTUHAN AKTIVITAS DAN LATIHAN.pptx
KONSEP KEBUTUHAN AKTIVITAS DAN LATIHAN.pptxKONSEP KEBUTUHAN AKTIVITAS DAN LATIHAN.pptx
KONSEP KEBUTUHAN AKTIVITAS DAN LATIHAN.pptx
 
Modul 1.2.a.8 Koneksi antar materi 1.2.pdf
Modul 1.2.a.8 Koneksi antar materi 1.2.pdfModul 1.2.a.8 Koneksi antar materi 1.2.pdf
Modul 1.2.a.8 Koneksi antar materi 1.2.pdf
 
DESAIN MEDIA PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA BERBASIS DIGITAL.pptx
DESAIN MEDIA PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA BERBASIS DIGITAL.pptxDESAIN MEDIA PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA BERBASIS DIGITAL.pptx
DESAIN MEDIA PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA BERBASIS DIGITAL.pptx
 
PELAKSANAAN + Link2 Materi Pelatihan "Teknik Perhitungan & Verifikasi TKDN & ...
PELAKSANAAN + Link2 Materi Pelatihan "Teknik Perhitungan & Verifikasi TKDN & ...PELAKSANAAN + Link2 Materi Pelatihan "Teknik Perhitungan & Verifikasi TKDN & ...
PELAKSANAAN + Link2 Materi Pelatihan "Teknik Perhitungan & Verifikasi TKDN & ...
 
Aksi nyata Malaikat Kebaikan [Guru].pptx
Aksi nyata Malaikat Kebaikan [Guru].pptxAksi nyata Malaikat Kebaikan [Guru].pptx
Aksi nyata Malaikat Kebaikan [Guru].pptx
 
PELAKSANAAN + Link2 Materi TRAINING "Effective SUPERVISORY & LEADERSHIP Sk...
PELAKSANAAN  + Link2 Materi TRAINING "Effective  SUPERVISORY &  LEADERSHIP Sk...PELAKSANAAN  + Link2 Materi TRAINING "Effective  SUPERVISORY &  LEADERSHIP Sk...
PELAKSANAAN + Link2 Materi TRAINING "Effective SUPERVISORY & LEADERSHIP Sk...
 
Laporan Guru Piket untuk Pengisian RHK Guru Pengelolaan KInerja Guru di PMM
Laporan Guru Piket untuk Pengisian RHK Guru Pengelolaan KInerja Guru di PMMLaporan Guru Piket untuk Pengisian RHK Guru Pengelolaan KInerja Guru di PMM
Laporan Guru Piket untuk Pengisian RHK Guru Pengelolaan KInerja Guru di PMM
 
Aksi nyata disiplin positif Hj. Hasnani (1).pdf
Aksi nyata disiplin positif Hj. Hasnani (1).pdfAksi nyata disiplin positif Hj. Hasnani (1).pdf
Aksi nyata disiplin positif Hj. Hasnani (1).pdf
 
JAWAPAN BAB 1 DAN BAB 2 SAINS TINGKATAN 5
JAWAPAN BAB 1 DAN BAB 2 SAINS TINGKATAN 5JAWAPAN BAB 1 DAN BAB 2 SAINS TINGKATAN 5
JAWAPAN BAB 1 DAN BAB 2 SAINS TINGKATAN 5
 
Kelompok 2 Karakteristik Negara Nigeria.pdf
Kelompok 2 Karakteristik Negara Nigeria.pdfKelompok 2 Karakteristik Negara Nigeria.pdf
Kelompok 2 Karakteristik Negara Nigeria.pdf
 
MATERI EKOSISTEM UNTUK SEKOLAH MENENGAH ATAS
MATERI EKOSISTEM UNTUK SEKOLAH MENENGAH ATASMATERI EKOSISTEM UNTUK SEKOLAH MENENGAH ATAS
MATERI EKOSISTEM UNTUK SEKOLAH MENENGAH ATAS
 
Contoh Laporan Observasi Pembelajaran Rekan Sejawat.pdf
Contoh Laporan Observasi Pembelajaran Rekan Sejawat.pdfContoh Laporan Observasi Pembelajaran Rekan Sejawat.pdf
Contoh Laporan Observasi Pembelajaran Rekan Sejawat.pdf
 
442539315-ppt-modul-6-pend-seni-pptx.pptx
442539315-ppt-modul-6-pend-seni-pptx.pptx442539315-ppt-modul-6-pend-seni-pptx.pptx
442539315-ppt-modul-6-pend-seni-pptx.pptx
 
tugas 1 tutorial online anak berkebutuhan khusus di SD
tugas 1 tutorial online anak berkebutuhan khusus di SDtugas 1 tutorial online anak berkebutuhan khusus di SD
tugas 1 tutorial online anak berkebutuhan khusus di SD
 
tugas 1 anak berkebutihan khusus pelajaran semester 6 jawaban tuton 1.docx
tugas 1 anak berkebutihan khusus pelajaran semester 6 jawaban tuton 1.docxtugas 1 anak berkebutihan khusus pelajaran semester 6 jawaban tuton 1.docx
tugas 1 anak berkebutihan khusus pelajaran semester 6 jawaban tuton 1.docx
 
421783639-ppt-overdosis-dan-keracunan-pptx.pptx
421783639-ppt-overdosis-dan-keracunan-pptx.pptx421783639-ppt-overdosis-dan-keracunan-pptx.pptx
421783639-ppt-overdosis-dan-keracunan-pptx.pptx
 
PPT Integrasi Islam & Ilmu Pengetahuan.pptx
PPT Integrasi Islam & Ilmu Pengetahuan.pptxPPT Integrasi Islam & Ilmu Pengetahuan.pptx
PPT Integrasi Islam & Ilmu Pengetahuan.pptx
 
AKSI NYATA MODUL 1.2-1 untuk pendidikan guru penggerak.pptx
AKSI NYATA MODUL 1.2-1 untuk pendidikan guru penggerak.pptxAKSI NYATA MODUL 1.2-1 untuk pendidikan guru penggerak.pptx
AKSI NYATA MODUL 1.2-1 untuk pendidikan guru penggerak.pptx
 
Dampak Pendudukan Jepang.pptx indonesia1
Dampak Pendudukan Jepang.pptx indonesia1Dampak Pendudukan Jepang.pptx indonesia1
Dampak Pendudukan Jepang.pptx indonesia1
 
REFLEKSI MANDIRI_Prakarsa Perubahan BAGJA Modul 1.3.pdf
REFLEKSI MANDIRI_Prakarsa Perubahan BAGJA Modul 1.3.pdfREFLEKSI MANDIRI_Prakarsa Perubahan BAGJA Modul 1.3.pdf
REFLEKSI MANDIRI_Prakarsa Perubahan BAGJA Modul 1.3.pdf
 

(Handout) pancasila sebagai dasar negara

  • 1. Pendidikan Pancasila © Dea Tita Hastika 1 Pancasila Sebagai Dasar Negara A. Hubungan Pancasila dengan pembukaan UUD RI tahun 1945. Landasan historis Pancasila sebagai dasar negara terkait dengan nilai-nilai kultur bangsa Indonesia yang terdapat dalam kehidupan sehari-hari bangsa Indonesia. Secara historis, dapat pula dinyatakan bahwa Pancasila yang dirumuskan para pendiri bangsa (the founding father) ini dimaksudkan untuk menjadi dasarnya Indonesia merdeka. Adalah dr. Radjiman Widiodiningrat selaku ketua BPUPKI yang menanyakan kepada peserta sidang I BPUPKI tanggal 29 Mei 1945 dengan kalimat “Indonesia merdeka yang akan kita bentuk apa dasarnya?” Menanggapi pernyataan ketua tersebut, beberapa anggota BPUPKI berpidato menyatakan hal-hal tentang apa dasar dari Negara Indonesia merdeka di kelak kemudian hari. Moh. Yamin pada pidato tanggal 29 Mei 1945 menyatakan “…ialah suatu kewajiban yang sangat teristimewa. Kewajiban untuk ikut menyelidiki bahan-bahan yang akan menjadi dasar dan susunan Negara yang akan terbentuk dalam suasana kemerdekaan, yang telah diakui dan dibela rakyat Indonesia dengan kurban dan darah daging sejak berates-ratus tahun,…”(Risalah sidang BPUPKI & PPKI, Setneg, 1998) Prof. Mr. Soepomo pada pidato tanggal 31 Mei 1945 menyatakan “Paduka Tuan Ketua, hadirin yang terhormat! Soal yang kita bicarakan ialah bagaimanakah akan dasar-dasarnya Negara Indonesia merdeka.” (Risalah sidang BPUPKI & PPKI, Setneg, 1998) R.P. Soeroso pada waktu memberi peringatan kepada Mr. Muhammad Yamin dalam pidato tanggal 29 Mei 1945, antara lain mengatakan: “Sebagai diterangkan oleh tuan Ketua, tuan Radjiman tadi yang dibicarakan ialah dasar-dasar Indonesia Merdeka…” (Risalah sidang BPUPKI & PPKI, Setneg, 1998) Dari beberapa pernyataan diatas dapat disimpulkan bahwa pendiri Negara hendak mencari hal-hal atau bahan-bahan yang akan menjadi dasarnya Negara Indonesia merdeka. Dalam perkembangan selanjutnya bahan atau hal-hal tersebut dirumuskan menjadi 5 (lima) dasar dan disepakati sebagai dasar Negara sebagaimana tertuang dalam Pembukaan UUD 1945 yang ditetapkan oleh PPKI pada tanggal 18 Agustus 1945. Landasan Yuridis Pancasila sebagai dasar negara sebagaimana tercantum dalam Alinea Keempat Pembukaan UUD 1945, “…..maka disusunlah Kemerdekaan Kebangsaan Indonesia itu dalam suatu Undang-Undang Dasar Negara Indonesia, yang terbentuk dalam suatu susunan Negara Indonesia yang berkedaulatan rakyat dengan berdaar kepada Ketuhanan Yang Maha Esa, Kemanusiaan yang adil beradab, Persatuan Indonesia, dan Kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanan dalam permusyawaratan/perwakilan, serta dengan mewujudkan suatu keadilan sosial bagi selutuh rakyat Indonesia” Sesuai dengan tempat keberadaan Pancasila yaitu pada Pembukaan UUD 1945, maka fungsi pokok Pancasila sebagai dasar negara pada hakikatnya adalah sumber dari segala sumber hukum atau sumber tertib hukum di Indonesia, sebagaimana tertuang dalam Ketetapan MPRS No. XX/MPRS/1966 (Ketetapan MPR No. IX/MPR/1978). Hal ini mengandung konsekuensi yuridis, yaitu bahwa seluruh peraturan perundang-undangan Republik Indonesia (Ketetapan MPR, Undang-undang, Peraturan Pemerintah, Keputusan Presiden, dan Praturan-peraturan Pelaksanaan lainnya yang dikeluarkan oleh negara dan pemerintah Republik Indonesia) harus sejiwa dan sejalan dengan Pancasila. Dengan kata lain, isi dan tujuan Peraturan Perundang-undangan RI tidak boleh menyimpang dari jiwa Pancasila. Berdasarkan penjelasan diatas hubungan Pancasila dengan Pembukaan UUD NRI Tahun 1945 dapat dipahami sebagai hubungan yang bersifat formal dan hubungan yang bersifat material.
  • 2. Pendidikan Pancasila © Dea Tita Hastika 2 1. Hubungan yang bersifat formal, menunjuk pada tercantumnya Pancasila secara formal di dalam Pembukaan UUD alinea keempat yang mengandung pengertian bahwa “tata kehidupan bernegara tidak hanya bertopang pada asas sosial, ekonomi, politik, akan tetapi dalam perpaduannya dengan keseluruhan asas yang melekat padanya, yaitu perpaduan asas-asas kultural, religus dan asas-asas kenegaraan yang unsur-unsurnya terdapat dalam Pancasila” Pembukaan UUD 1945 merupakan Pokok Kaidah Negara yang Fundamental sehingga dalam tata tertib hukum Indonesia mempunyai dua macam kedudukan, yaitu : 1. Sebagai Dasarnya, karena Pembukaan itulah yang memberikan faktor-faktor mutlak bagi adanya tertib hukum Indonesia; 2. Memasukkan dirinya di dalam tertib hukum tersebut sebagai tertib hukum tertinggi. Akibat hukum dari kedudukan Pembukaan ini adalah memperkuat kedudukan Pancasila sebagai norma dasar hukum tertinggi yang tidak dapat diubah dengan jalan hukum dan melekat pada kelangsungan hidup Negara Republik Indonesia. Pembukaan UUD yang berintikan Pancasila merupakan sumber bagi Batang Tubuh UUD 1945. Hal ini disebabkan karena kedudukan hukum Pembukaan UUD berbeda dengan pasal-pasal atau Batang Tubuh UUD 1945, yaitu Pembukaan UUD 1945 selain sebagai Mukaddimah, Pembukaan UUD 1945 mempunyai kedudukan atau eksistensi sendiri. 2. Hubungan yang bersifat material, menunjuk pada materi pokok atau isi Pembukaan dari Pancasila. Karena isi kandungan material Pembukaan UUD 1945 itulah maka Pembukaan UUD 1945 disebut sebagai Pokok Kaidah Negara yang Fundamental, sebagaimana yang dinyatakan oleh Notonagoro, esensi atau intisari Pokok Kaidah Negara yang Fundamental secara material adalah Pancasila. Menurut pandangan Kaelan (2000; 92), jika ditinjau kembali proses perumusan Pancasila dan Pembukaan, maka secara kronologis materi yang pertama-tama di bahas oleh BPUPKI adalah Dasar Filsafat Pancasila, baru kemudian Pembukaan. Setelah sidang pertama BPUPKI membicarakan Dasar Filsafat Negara Pancasila selesai, berikutnya tersusunlah Piagam Jakarta yang disusun oleh Panitia Sembilan yang merupakan wujud pertama Pembukaan UUD 1945. Dalam tertib hukum Indonesia diadakan pembagian yang hirarkis. UUD bukanlah peraturan hukum yang tertinggi. Di atasnya masih ada dasar pokok bagi UUD, yaitu Pembukaan sebagai Pokok Kaidah Negara yang Fundamental yang didalamnya termuat Pancasila. Walaupun UUD merupakan hukum dasar Negara Indonesia yang tertulis, namun kedudukannnya bukanlah sebagai landasan hukum yang terpokok. Menurut teori dan keadaan Pokok Kaidah Negara yang Fundamental dapat ; 1. Tertulis, Pokok Kaidah yang tertulis mengandung kelemahan, yaitu sebagai hukum positif, dengan kekuasaan yang ada dapat diubah walaupun sebenarnya tidak sah. Pokok Kaidah yang tertulis juga memiliki kekuatan, yaitu memiliki formulasi yang tegas dan sebagai hukum positif mempunyai sifat imperative yang dapat dipaksakan. Pokok Kaidah yang tertulis bagi negara Indonesia pada saat ini ialah Pembukaan UUD 1945. Pembukaan UUD 1945 tidak dapat diubah, karena menurut Bakry, fakta sejarah yang terjadi hanya satu kali tidak dapat diubah. Pembukaan UUD 1945 dapat juga tidak digunakan sebagai Pokok Kaidah tertulis yang dapat diubah oleh kekuasaan yang ada, sebagaimana perubahan ketatanegaraan yang pernah terjadi saat berlakunya Mukadimah UUDS 1950. 2. Tidak Tertulis, Pokok Kaidah yang tidak tertulis memiliki kelemahan, yaitu karena tidak tertulis maka formulasinya tidak tertentu dan tidak jelas sehingga mudah tidak diketahui atau tidak diiingat. Pokok Kaidah tidak tertulis juga memiliki kekuatan, yaitu tidak dapat
  • 3. Pendidikan Pancasila © Dea Tita Hastika 3 diubah atau dihilangkan oleh kekuasaan karena bersifat imperative moral dan terdapat dalam jiwa bangsa Indonesia. B. Penjabaran Pancasila dalam pasal – pasal UUD 1945. Pembukaan UUD 1945 mengandung pokok-pokok pikiran yang meliputi suasana kebatinan, cita-cita dan hukum dan cita-cita moral bangsa Indonesia. Pokok-pokok pikiran tersebut mengandung nilai-nilai yang dijunjung tinggi oleh bangsa Indonesia karena bersumber dar pandangan hidup dan dasar negara, yaitu Pancasila. Pokok-pokok pikiran yang bersumber dari Pancasila itulah yang dijabarkan ke dalam batang tubuh melalui pasal-pasal UUD 1945. Hubungan Pembukaan UUD 1945 yang memuat Pancasila dalam batang tubuh UUD 1945 bersifat kausal dan organis. 1. Hubungan Kausal, mengandung pengertian Pembukaan UUD 1945 merupakan penyebab keberadaan batang tubuh UUD 1945. 2. Hubungan Organis, berarti Pembukaan dan batang tubuh UUD tahun 1945 merupakan satu kesatuan yang tidak terpisahkan. Dengan dijabarkannya popok-pokok pikiran Pembukaan UUD 1945 yang bersumber dari Pancasila ke dalam batang tubuh, maka Pancasila bukan hanya suatu cita-cita hukum, tetapi telah menjadi hukum positif. Sesuai dengan penjelasan UUD 1945, pembukaan mengandung 4 pokok pikiran yang diciptakan dan dijelaskan dalam batang tubuh. Keempat pokok pikiran tersebut adalah sebagai berikut: 1. Pokok pikiran pertama berintikan “Persatuan”, yaitu “negara melindungi segenap Bangsa Indonesia dan seluruh tumpah darah Indonesia dengan berdasar atas persatuan dengan mewujudkan keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia” [Pasal 35 (Bendera Negara Indonesia ialah Sang Merah Putih), Pasal 36 (Bahasa Negara ialah Bahasa Indonesia), Pasal 36A (Lambang Negara ialah Garuda Pancasila dengan semboyan Bhinneka Tunggal Ika) dan Pasal 36B (Lagu Kebangsaan ialah Indonesia Raya) menjadi pemersatu bangsa.] 2. Pokok pikiran kedua berintikan “Keadilan sosial”, yaitu “negara hendak mewujudkan keadilan sosial bagi seluruh rakyat” Pasal 27 ayat 2, (Tiap-tiap warga negara berhak atas pekerjaan dan penghidupan yang layak bagi kemanusiaan.) 3. Pokok pikiran ketiga berintikan “Kedaulatan Rakyat”, yaitu “negara yang berkedaulatan rakyat, berdasar atas kerakyatan dan permusyawaratan perwakilan” Pasal 1 ayat 2, (Kedaulatan berada di tangan rakyat dan dilaksanakan menurut Undang- Undang Dasar.) 4. Pokok pikiran keempat berintikan “Ketuhanan Yang Maha Esa”, yaitu “negara berdasar atas Ketuhanan Yang Maha Esa menurut dasar kemanusiaan yang adali dan beradab”. Pasal 29 ayat 1, (Negara berdasar atas Ketuhanan Yang Maha Esa.) Pokok pikiran pertama menegaskan bahwa aliran pengertian negara persatuan diterima dalam Pembukaan UUD 1945, yaitu negara yang melindungi bangsa Indonesia seluruhnya. Negara, menurut pokok pikiran pertama ini, mengatasi paham golongan dan segala paham perorangan. Demikian pentingnya pokok pikiran ini maka persatuan merupakan dasar negara yang utama. Oleh karena itu, penyelenggara negara dan setiap warga negara wajib mengutamakan kepentingan negara di atas kepentingan golongan atau perorangan. Pokok pikiran kedua merupakan kausa finalis dalam Pembukaan UUD 1945 yang menegaskan suatu tujuan atau suatu cita-cita yang hendak dicapai. Melalui pokok pikiran ini, dapat ditentukan jalan dan aturan-aturan yang harus dilaksanakan dalam UUD sehingga tujuan
  • 4. Pendidikan Pancasila © Dea Tita Hastika 4 atau cita-cita dapat dicapai dengan berdasar kepada pokok pikiran pertama, yaitu persatuan. Hal ini menunjukkan bahwa pokok pikiran keadilan sosial merupakan tujuan negara yang didasarkan pada kesadaran bahwa manusia Indonesia mempunyai hak dan kewajiban yang sama untuk menciptakan keadilan sosial dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara. Pokok pikiran ketiga mengandung konsekuensi logis yang menunjukkan bahwa sistem negara yang terbentuk ke dalam UUD harus berdasar atas kedaulatan rakyat dan permusyawaratan perwakilan. Menurut Bakry, aliran sesuai dengan sifat masyarakat Indonesia. Kedaulatan rakyat dalam pokok pikiran ini merupakan sistem negara yang menegaskan kedaulatan berada di tangan rakyat dan dilakukan sepenuhnya oleh Majelis Permusyawaratan Rakyat (MPR). Pokok pikiran keempat menuntut konsekuensi logis, yaitu UUD harus mengandung isi yang mewajibkan pemerintah dan lain-lain penyelenggara negara untuk memelihara budi pekerti kemanusiaan yang luhur. Pokok pikiran ini juga mengandung pengertian taqwa terhadap Tuhan Yang Maha Esa dan pokok pikiran kemanusiaan yang adil dan beradab sehingga mengandung maksud menjunjung tinggi hak asasi manusia yang luhur dan budi pekerti kemanusiaan yang luhur. Pokok pikiran keempat Pembukaan UUD 1945 merupakan asas moral bangsa dan negara . MPR RI telah melakukan amandemen UUD 1945 sebanyak empat kali secara berturut-turut terjadi pada 19 Oktober 1999, 18 Agustus 2000, 9 November 2001, dan 10 Agustus 2001. Menurut Rindjin, keseluruhan batang tubuh UUD 1945 yang telah mengalami amandemen dapat dikelompokkan menjadi tiga bagian, yaitu 1. Pasal-pasal yang terkait aturan pemerintahan negara dan kelembagaan negara; 2. Pasal-pasal yang mengatur hubungan antara negara dan penduduknya yang meliputi warga negara, agama, pertahanan negara, pendidikan, dan kesejahteraan sosial; 3. Pasal-pasal yang berisi materi lain berupa aturan mengenai bendera negara, bahasa negara, lambang negara, lagu kebangsaan, perubahan UUD, aturan peralihan, dan aturan tambahan. Beberapa contoh penjabaran Pancasila ke dalam batang tubuh melalui pasal-pasal UUD NRI tahun 1945 Sistem pemerintahan negara dan kelembagaan negara a. Pasal 1 ayat (3) : Negara Indonesia adalah negara hukum. Negara hukum yang dimaksud adalah negara yang menegakkan supremasi hukum untuk menegakkan keadilan dan kebenaran dan tidak ada kekuasaan yang tidak dipertanggungjawabkan. b. Pasal 3 ayat (1) : MPR berwenang mengubah dan menetapkan UUD ayat (2) : MPR melantik Prisiden dan / atau Wakil Presiden ayat (3) : MPR hanya dapat memberhentikan Presiden dan / atau Wakil Presiden dalam masa jabatannya menurut UUD Hubungan antara negara dan penduduknya yang meliputi warga negara, agama, pertahanan negara, pendidikan, dan kesejahteraan sosial. a. Pasal 26 ayat (2) : Penduduk ialah warga negara Indonesia dan orang asing yang bertempat tinggal di Indonesia. b. Pasal 27 ayat (3) : Setiap warga negara berhak dan wajib ikut serta dalam upaya pembelaan negara. c. Pasal 29 ayat (2) : Negara menjamin kemerdekaan tiap-tiap penduduk untuk memeluk agamanya masing-masing dan untuk beribadat menurut agamanya dan kepercayaannya itu d. Pasal 31 ayat (2) : Setiap warga negara wajib mengikuti pendidikan dasar dan pemerintah wajib membiayainya. e. Pasal 33 ayat (1) : Perekonomian disusun sebagai usaha bersama berdasar atas asas kekeluargaan.
  • 5. Pendidikan Pancasila © Dea Tita Hastika 5 f. Pasal 34 ayat (2) : Negara mengembangkan sistem jaminan sosial bagi seluruh rakyat dan memberdayakan masyarakat yang lemah dan tidak mampu sesuai dengan martabat kemanusiaan. Materi lain berupa aturan bendera negara, bahasa negara, lambing negara, dan lagu kebangsaan. a. Pasal 35 : Bendera Negara Indonesia adalah Sang Merah Putih. b. Pasal 36 : Bahasa Negara ialah Bahasa Indonesia. c. Pasal 36A : Lambang negara ialah Garuda Pancasila dengan semboyan Bhineka Tunggal Ika. d. Pasal 36B : Lagu kebangsaan adalah Indonesia Raya. C. Implementasi Pancasila dalam pembuatan kebijakan negara dalam bidang sosial, budaya, politik, ekonomi dan hankam. Pokok-pokok pikiran persatuan, keadilan sosial, kedaulatan rakyat, dan Ketuhanan Yang Maha Esa yang terkandung dalam Pembukaan UUD 1945 merupakan pancaran dari Pancasila. Empat pokok pikiran tersebut mewujudkan cita-cita hukum yang menguasai hukum dasar negara, yaitu Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia tahun 1945. Penjabaran keempat pokok pikiran Pembukaan ke dalam pasal-pasal UUD NRI tahun 1945 mencakup empat aspek kehidupan bernegara, yaitu: politik, ekonomi, sosial budaya, dan pertahanan keamanan yang disingkat menjadi POLEKSOSBUD HANKAM. 1. Aspek Kebijakan dalam Bidang Politik a. Pasal 26, mengatur tentang siapa saja yang menjadi warga negara (implementasi sila ke 2) (1) Yang menjadi warga negara ialah orang-orang bangsa Indonesia asli dan orang-orang bangsa lain yang disahkan dengan undang-undang sebagai warga negara. (2) Penduduk ialah warga negara Indonesia dan orang asing yang bertempat tinggal di Indonesia. (3) Hal-hal mengenai warga negara dan penduduk diatur dengan undang-undang. b. Pasal 27 ayat 1, tentang persamaan hak dan kewajiban (egaliter) (implementasi sila ke 2) “Segala warga negara bersamaan kedudukannya di dalam hukum dan pemerintahan dan wajib menjunjung hukum dan pemerintahan itu dengan tidak ada kecualinya.” c. Pasal 28, mengatur hak untuk berserikat,berkumpul dan menyatakan pendapat (sila ke 4) “Kemerdekaan berserikat dan berkumpul, mengeluarkan pikiran dengan lisan dan tulisan dan sebagainya ditetapkan dengan undang-undang.” Pasal-pasal tersebut adalah penjabaran dari Pokok-pokok Pikiran Kedaulatan Rakyat dan Kemanusiaan yang Adil dan Beradab, yang masing-masing merupakan pancaran dari sila ke-4 dan ke-2 pancasila. Kedua pokok pikiran ini adalah landasan bagi kehidupan nasional bidang politik di Negara Republik Indonesia. Berdasarkan penjabaran kedua pokok pikiran tersebut, maka pembuatan kebijakan negara dalam bidang politik harus berdasar pada manusia yang merupakan subyek pendukung pancasila, sebagaimana dikatakan oleh Noto Nagoro bahwa yang berketuhanan, berkemanusiaan,berpersatuan, berkerakyatan, dan berkeadilan adalah manusia. Manusia adalah subyek negara dan oleh karena itu politik negara harus berdasar dan merealisasikan harkat dan martabat manusia di dalamnya. Hal ini dimaksudkan agar sistem politik negara dapat menjamin hak-hak asasi manusia. Dengan kata lain, pembuatan kebijakan negara dalam bidang politik di Indonesia harus memperhatikan rakyat yang merupakan pemegang kekuasaan atau kedaulatan berada di tangan rakyat. Selain itu, sistem politik yang dikembangkan adalah sistem yang memperhatikan pancasila sebagai dasar-dasar moral politik. 2. Aspek Kebijakan dalam Bidang Ekonomi
  • 6. Pendidikan Pancasila © Dea Tita Hastika 6 a. Pasal 27 ayat 2, berbicara tentang kesempatan yang sama untuk mendapatkan pekerjaan dan penghidupan yang layak. (implementasi sila ke 5) “Tiap-tiap warga negara berhak atas pekerjaan dan penghidupan yang layak bagi kemanusiaan.” b. Pasal 33, ayat berbicara tentang sistem ekonomi yang dikelola untuk kepentingan dan kesejahteraan rakyat. (implementasi sila ke 4) c. Pasal 34, (1) Fakir miskin dan anak-anak yang terlantar dipelihara oleh negara. (3) Negara bertanggung jawab atas penyediaan fasilitas pelayanan kesehatan dan fasilitas pelayanan umum yang layak. Pasal-pasal tersebut adalah penjabaran dari Pokok-pokok Pikiran Kedaulatan Rakyat dan Keadilan Sosial yang masing-masing merupakan pancaran dari sila ke 4 dan sila ke-5 pancasila. Kedua pokok pikiran ini adalah landasan bagi pembangunan sistem ekonomi pancasila dan kehidupan ekonomi nasional. Berdasarkan penjabaran pokok- pokok pikiran tersebut, maka pembuatan kebijakan negara dalam bidang ekonomi di indonesia dimaksudkan untuk menciptakan sistem perekonomian yang bertumpu pada kepentingan rakyat dan berkeadilan. Salah satu pemikiran yang sesuai dengan maksud ini adalah gagasan ekonomi kerakyatan yang dilontarkan oleh Mubyarto, yaitu pengembangan ekonomi bukan hanya mengejar pertumbuhan, melainkan demi kemanusiaan, demi kesejahteraan seluruh bangsa. Dengan kata lain, pengembangan ekonomi tidak bisa di pisahkan dengan nilai-nilai moral kemanusiaan. 3. Aspek Kebijakan dalam Bidang Sosial Budaya a. Pasal 29 ayat 1 dan 2, berbicara tentang pengakuan prinsip Ketuhanan Yang Maha Esa serta kebebasan bagi warga negara dalam meyakini tiap agama dan menjalankan ibadah sesuai keyakinan. (implementasi sila ke 1) b. Pasal 31 ayat 1, menetapkan bahwa tiap warga negara berhak mendapatkan pendidikan yang layak. (implementasi sila ke 2) c. Pasal 32 ayat 1, negara menjamin dan menjaga nilai-nilai budaya dan bahasa sebagai kekayaaan budaya nasional. (implementasi sila ke 3) Pasal-pasal tersebut adalah penjabaran dari Pokok-pokok Pikiran Ketuhanan Yang Maha Esa, Kemanusiaan yang Adil dan Beradab, dan Persatuan yang massing-masing merupakan pancaran dari sila pertama, kedua, dan ke-tiga pancasila. Ketiga pokok pikiran ini adalah landasan bagi pembangunan bidang kehidupan keagamaan, pendidikan, dan kebudayaan nasional. Berdasarkan penjabaran pokok-pokok pikiran tersebut, maka implementasi pancasila dalam pembuatan kebijakan negara dalam bidang sosial budaya mengandung pengertian bahwa nilai-nilai yang tumbuh dan berkembang dalam masyarakat indonesia harus diwujudkan dalam proses pembangunan masyarakat dan kebudayaan di indonesia. Dengan demikian, pancasila sebagai sumber nilai dapat menjadi arah bagi kebijakan negara dalam mengembangkan kehidupan sosial budaya indonesia yang beradab, sesuai dengan sila ke-2, kemanusiaan yang adil dan beradab. Pengembangan sosial budaya harus dilakukan dengan mengangkat nilai-nilaiyang dimliki bangsa indonesia, yaitu nilai-nilai Pancasila. Hal ini tidak dapat dilepaskan dari fungsi Pancasila sebagai sebuah sistem etika yang keseluruhan nilainya bersumber dari harkat dan martabat manusia sebagai makhluk yang beradab. 4. Aspek Kebijakan dalam Bidang Pertahanan Keamanan a. Pasal 27 ayat 3, “Setiap warga negara berhak dan wajib ikut serta dalam upaya pembelaan negara.” b. Pasal 30 ayat 1,
  • 7. Pendidikan Pancasila © Dea Tita Hastika 7 “Tiap-tiap warga negara berhak dan wajib ikut serta dalam usaha pertahanan dan keamanan negara.” Pasal-pasal tersebut merupakan penjabaran dari Pokok-pokok Pikiran Persatuan yang merupakan pancaran dari sila pertama pancasila. Pokok pikiran ini adalah landasan bagi pembangunan bidang pertahanan dan keamanan nasional. Berdasarkan penjabaran diatas, maka implementasi pancasila dalam pembuatan kebijakan negara pada bidang pertahanan dan keamanan harus diawali dengan kesadaran bahwa indonesia adalah negara hukum. Pertahanan dan keamanan negara di atur dan dikembangkan menurut dasar kemanusiaan, bukan kekuasaan dengan kata lain, pertahanan dan keamanan indonesia berbasis pada moralitas keamanan sehingga kebijakan yang terkait dengannya harus terhindar dari pelanggaran hak-hak asasi manusia. Secara sistematis, pertahanan keamanan negara harus berdasar pada tujuan tercapainya kesejahteraan hidup manusia sebagai makhluk Tuhan Yang Maha Esa (sila pertama dan kedua), berdasar pada tujuan untuk mewujudkan kepentingan seluruh warga sebagai warga negara (sila ke tiga), harus mampu menjamin hak- hak dasar, persamaan derajat serta kebebasan kemanusiaan (sila keempat), dan ditujukan untuk mewujudkan keadilan dalam hidup masyarakat (sila kelima). Semua ini dimaksudkan agar pertahanan dan keamanan dapat ditempatkan dalam konteks negara hukum, yang menghindari kesewenang-wenangan negara dalam melindungi dan membela wilayah negara dengan bangsa, serta dalam mengayomi masyarakat.