Panduan ini memberikan penjelasan tentang perundungan (bullying) di sekolah, termasuk pengertian, jenis, penyebab, dan dampak negatifnya. Tujuan panduan ini adalah sebagai pedoman bagi sekolah dalam mencegah dan menangani peristiwa bullying. Perundungan dapat berdampak buruk bagi korban, pelaku, dan saksi, seperti depresi, kecemasan, masalah kesehatan, serta perilaku negatif di masa depan.
1. Daly/PanduanBullying/2021
PANDUAN PENCEGAHAN DAN
PENANGANAN PERUNDUNGAN
(BULLYING)
SMA / SMK .................................
DINAS PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN
SMA / SMK ..............................
Alamat : .............................
Website ....................................
2. Daly/PanduanBullying/2021
KATA PENGANTAR
Perundungan (Bullying) adalah tindakan penggunaan kekuasaan untuk
menyakiti seseorang atau sekelompok orang baik secara verbal, fisik, maupun
psikologis sehingga korban merasa tertekan, trauma, dan tak berdaya.
Peristiwa bullying masih sering dijumpai di sekolah-sekolah, sehingga
memerlukan upaya sungguh-sungguh untuk mencegah dan menanganinya
sehingga peristiwa serupa tidak terjadi berulang
Panduan ini disusun sebagai acuan bagi seluruh warga sekolah untuk
mencegah terjadinya peristiwa perundungan serta penanganan yang harus
dilakukan apabila peristiwa perundungan terjadi di sekolah
Saran dan masukan yang produktif sangat diharapkan bagi penyempurnaan
panduan ini.
Tanah Grogot, Maret 2021
Kepala Sekolah,
Ir. Daly Indra Mulya, MM
NIP.19650331 199303 1 005
3. Daly/PanduanBullying/2021
LATAR BELAKANG
A. Pengertian Perundungan (Bullying)
Bullying atau perundungan adalah tindakan penggunaan kekuasaan untuk
menyakiti seseorang atau sekelompok orang baik secara verbal, fisik, maupun
psikologis sehingga korban merasa tertekan, trauma, dan tak berdaya. Kata
bullying berasal dari Bahasa Inggris, yaitu dari kata bull yang berarti banteng
yang senang merunduk kesana kemari. Dalam Bahasa Indonesia, secara
etimologi kata bully berarti penggertak, orang yang mengganggu orang lemah.
Pelaku bullying yang biasa disebut bully bisa seseorang, bisa juga sekelompok
orang, dan ia atau mereka mempersepsikan dirinya memiliki power
(kekuasaan) untuk melakukan apa saja terhadap korbannya. Korban juga
mempersepsikan dirinya sebagai pihak yang lemah, tidak berdaya dan selalu
merasa terancan oleh bully.
Bullying adalah masalah yang serius dan bisa dialami oleh siapa saja. Tak
hanya dialami oleh siswa-siswi yang duduk di bangku sekolah saja,
perundungan juga bisa terjadi di lingkungan kuliah, kerja, maupun tetangga.
Terdapat 3 (tiga) komponen utama yang ada pada bullying, yaitu :
1. Kekuatan yang tidak seimbang (Power imbalance)
Ketika ada ketidakseimbangan kekuatan, sulit bagi target untuk
mempertahankan dirinya terhadap serangan pelaku. Perbedaan kekuatan
ini bisa secara fisik atau psikologis. Misalnya, dalam kasus-kasus
ketidakseimbangan fisik, pelaku bullying mungkin lebih tua, lebih besar,
atau lebih kuat. Atau, mungkin ada geng pengganggu yang menargetkan
korban.
Sementara itu, ketidakseimbangan psikologis lebih sulit untuk dibedakan,
tetapi contohnya termasuk memiliki status sosial yang lebih tinggi, cerewet,
atau lebih banyak pengaruh di sekolah. Akibat dari ketidakseimbangan
kekuatan membuat target intimidasi terasa lemah, tertindas, terancam, dan
rentan diserang.
2. Sesuatu yang berulang (repetitive actions)
4. Daly/PanduanBullying/2021
Biasanya, bullying bukanlah tindakan kejam atau perilaku kasar.
Sebaliknya, itu biasanya berkelanjutan dan terus menerus diulang.
Pengganggu sering menargetkan korban mereka beberapa kali.
3. Tindakan yang disengaja (intentional actions)
Aspek lain yang membedakan pelaku bullying dari perilaku jahat atau kasar
lainnya adalah pelaku bullying bermaksud untuk melukai target.
Pengganggu melecehkan orang lain dengan sengaja.
Berdasarkan data riset dari Programme for International Students
Assessment (PISA) di tahun 2018, Indonesia berada di urutan kelima
tertinggi dari 78 negara sebagai negara yang paling banyak murid
mengalami perundungan (bullying). Menurut data Komisi Perlindungan
Anak Indonesia (KPAI), jumlah kasus pendidikan di Indonesia per tanggal
30 Mei 2018 adalah 161 kasus, dengan rincian; anak korban tawuran
sebanyak 23 kasus atau 14,3 persen, anak pelaku tawuran sebanyak 31
kasus atau 19,3 persen, anak korban kekerasan dan bullying sebanyak
36 kasus atau 22,4 persen, anak pelaku kekerasan dan bullying
sebanyak 41 kasus atau 25,5 persen, dan anak korban kebijakan (pungli,
dikeluarkan dari sekolah, tidak boleh ikut ujian, dan putus sekolah)
sebanyak 30 kasus atau 18,7 persen.
Sebesar 41,1% murid mengaku pernah mengalami perundungan
(bullying). Di Indonesia, angka murid korban bully jauh di atas rata-rata
negara anggota OECD yang hanya sebesar 22,7%. OECD merupakan
organisasi untuk kerja sama dan pembangunan ekonomi yang
beranggotakan 36 negara Eropa dan Amerika Utara ditambah Jepang dan
Korea Selatan.
Sekolah sebagai lembaga pendidikan berkewajiban tidak hanya
memberikan ilmu pengetahuan dan keterampilan kepada peserta didik,
melainkan juga harus mampu membangun karakter sosial dan karakter
religius yang berakar pada budaya bangsa Indonesia. Membangun
karakter siswa yang teruji dan berakhlak mulia tentunya memerlukan
waktu, kesabaran, ketekunan dan kerjasama semua komponen
pendidikan, khususnya orangtua peserta didik.
5. Daly/PanduanBullying/2021
Tindakan perundungan (bullying) di sekolah dapat dicegah sedini mungkin
melalui upaya pembinaan karakter siswa secara terus menerus, baik yang
dilakukan oleh guru dan tenaga kependidikan, maupun melibatkan siswa
dalam pelaksanaannya.
B. Tujuan
Panduan ini disusun dengan tujuan :
1. Sebagai pedoman bagi seluruh warga sekolah dalam mencegah
terjadinya perundungan (bullying)
2. Sebagai acuan penangan peristiwa perundungan (Bullying) di sekolah
6. Daly/PanduanBullying/2021
PENCEGAHAN DAN PENANGANAN PERUNDUNGAN (BULLYING)
A. Jenis-Jenis Perundungan (Bullying)
Menurut Coloroso (2007), perundungan (bullying) dibagi menjadi 4 jenis,
yaitu :
1. Perundungan Fisik
Penindasan fisik merupakan jenis bullying yang paling tampak dan
paling dapat diidentifikasi diantara bentuk-bentuk penindasan lainnya,
namun kejadian penindasan fisik terhitung kurang dari sepertiga insiden
penindasan yang dilaporkan oleh siswa. Jenis penindasan secara fisik
di antaranya adalah memukul, mencekik, menyikut, meninju,
menendang, menggigit, memiting, mencakar, serta meludahi anak
yang ditindas hingga ke posisi yang menyakitkan, serta merusak dan
menghancurkan pakaian serta barangbarang milik anak yang tertindas.
Semakin kuat dan semakin dewasa sang penindas, semakin berbahaya
jenis serangan ini, bahkan walaupun tidak dimaksudkan untuk
mencederai secara serius.
2. Perundungan Verbal
Kekerasan verbal adalah bentuk penindasan yang paling umum
digunakan, baik oleh anak perempuan maupun anak laki-laki.
Kekerasan verbal mudah dilakukan dan dapat dibisikkan dihadapan
orang dewasa serta teman sebaya, tanpa terdeteksi
Penindasan verbal dapat diteriakkan di taman bermain bercampur
dengan hingar binger yang terdengar oleh pengawas, diabaikan karena
hanya dianggap sebagai dialog yang bodoh dan tidak simpatik di antara
teman sebaya. Penindasan verbal dapat berupa julukan nama, celaan,
fitnah, kritik kejam, penghinaan, dan pernyataan-pernyataan bernuansa
ajakan seksual atau pelecehan seksual. Selain itu, penindasan verbal
dapat berupa perampasan uang jajan atau barang-barang, telepon
yang kasar, e-mail yang mengintimidasi, surat-surat kaleng yang berisi
ancaman kekerasan, tuduhan-tuduhan yang tidak benar, kasak-kusuk
yang keji, serta gosip
7. Daly/PanduanBullying/2021
3. Perundungan Relasional
Jenis ini paling sulit dideteksi dari luar. Penindasan relasionaladalah
pelemahan harga diri si korban penindasan secara sistematis melalui
pengabaian, pengucilan, pengecualian, atau penghindaran.
Penghindaran, suatu tindakan penyingkiran, adalah alat penindasan
yang terkuat.
Anak yang digunjingkan mungkin akan tidak mendengar gosip itu,
namun tetap akan mengalami efeknya. Penindasan relasional dapat
digunakan untuk mengasingkan atau menolak seorang teman atau
secara sengaja ditujukan untuk merusak persahabatan. Perilaku ini
dapat mencakup sikap-sikap tersembunyi seperti pandangan yang
agresif, lirikan mata, helaan napas, bahu yang bergidik, cibiran, tawa
mengejek, dan bahasa tubuh yang kasar.
4. Perundungan Cyber
Ini adalah bentuk bullying yang terbaru karena semakin
berkembangnya teknologi, internet dan media sosial. Pada intinya
adalah korban terus menerus mendapatkan pesan negative dari pelaku
bullying baik dari sms, pesan di internet dan media sosial lainnya.
Bentuknya seperti, mengirim pesan yang menyakitkan atau
menggunakan gambar, meninggalkan pesan voicemail yang kejam,
menelepon terus menerus tanpa henti namun tidak mengatakan apa-
apa (silent calls), membuat website yang memalukan bagi si korban, si
korban dihindarkan atau dijauhi dari chat room dan lainnya, dan “Happy
slapping” – yaitu video yang berisi dimana si korban dipermalukan.
B. Penyebab Perundungan (Bullying)
Ada banyak faktor yang menjadi pemicu terjadinya perundungan (Bullying).
Menurut Katyana Wardhana (2017) dalam bukunya Panduan Melawan
Bullying, terdapat 4 faktor :
1. Permusuhan
Permusuhan dan perasaan kesal dalam pertemanan dapat memicu
seseorang melakukan tindakan perundungan
2. Rasa kurang percaya diri dan mencari perhatian
8. Daly/PanduanBullying/2021
Seseorang yang kurang percaya diri seringkali ingin diperhatikan, salah
satunya adalah dengan melalukan bully, dengan demikian yang
bersangkutan akan merasa kuat, puas dan dominan
3. Perasaan dendam
Perasaan dendam muncul jika sesorang pernah disakiti atau
ditindas.rasa sakit ini seringkali disalurkan kepada orang lain sehingga
merasakan perasaan yang sama. Salah satunya adalah dengan
melakukan perundungan (bullying)
4. Pengaruh negatif dari media
Tayangan kekerasan dalam berbagai media elektronik seperti televisi,
internet dan lain-lain merupakan contoh buruk yang dapat
menginspirasi seseorang melakukan kekerasan tanpa alasan yang
jelas.
C. Dampak Negatif Perundungan (Bullying)
Dampak negatif perundungan dapat terjadi baik pada korban, orang yang
menyaksikan maupun pelaku perundungan itu sendiri.
1. Pelaku perundungan (Bullying)
Seseorang yang terbiasa melakukan tindak bullying terhadap
orang lain cenderung akan melakukan hal yang sama hingga
dewasa. Lebih parahnya, ia dapat melakukan hal kekerasan yang
menjadikannya seorang kriminal. Dampak yang dialaminya jika
terus-menerus melakukan hal tersebut di antaranya:
a. Menyalahgunakan alkohol dan narkotika
Biasanya anak yang melakukan bullying kepada orang lain,
tidak peduli dengan hal yang baik dan buruk. Oleh karena itu,
pelaku bullying sangat berpotensi terjun ke dalam hal buruk
seperti menyalahgunakan alkohol dan narkotika
b. Berkelahi
Seseorang yang melakukan bullying biasanya sering berkelahi,
walaupun tidak dengan korban bullying. Mereka akan merusak
9. Daly/PanduanBullying/2021
properti yang ada di sekelilingnya. Selain itu ia juga berisiko
putus sekolah karena banyaknya aturan yang telah
dilanggarnya.
c. Berpotensi melakukan tindak kriminal
Pelaku bullying sangat berpotensi menjadi seorang kriminal.
Hal ini karena kebiasaan yang dilakukannya sejak usia muda
menjadikan dirinya melakukan hal yang sama saat dewasa.
Selain itu, ia juga berpotensi melakukan hal yang lebih buruk
sehingga menjadi kriminal.
d. Bersikap kasar terhadap pasangan
Sikap kasar yang biasa dilakukannya kepada seseorang juga
dapat membuatnya melakukan hal yang sama terhadap
pasangan. Hal ini akan terus dibawanya hingga ia dewasa.
2. Orang yang menyaksikan tidakan perundungan
Seseorang yang menyaksikan tindak bullying dapat berpotensi
mengalami dua hal. Dua hal tersebut yaitu, ia akan meniru
pelaku bullying atau merasakan hal depresi yang dialami
korban bullying. Oleh karena itu biasanya mereka bisa menjadi
seseorang yang buruk. Namun, dirinya juga bisa menjadi tertekan
dan depresi serta rasa takut akan mengalami hal yang sama.
3. Korban Perundungan (Bullying)
Anak yang menjadi korban bullying biasanya akan mengalami
berbagai masalah serius. Permasalahan tersebut meliputi masalah
kesehatan fisik, sosial, emosial, akademik, dan mental yang buruk.
Dari perlakuan yang diterima dirinya, membuat dirinya mengalami
berbagai hal antara lain:
a. Depresi dan kecemasan
orban bullying biasanya akan memiliki gangguan depresi dan
kecemasan. Hal ini karena meningkatnya perasaan sedih dan
kesepian pada dirinya. Selain itu, perlakuan bullying yang
diterimanya akan mengubah pola tidur, makan, hilangnya minat
10. Daly/PanduanBullying/2021
pada aktivitas yang biasa mereka nikmati. Bahayanya,
permasalahan ini akan dialaminya jangka panjang hingga
dewasa.
b. Keluhan kesehatan
Sebab adanya perlakuan kasar, atau ucapan yang
membuatnya depresi, itu akan membuat dirinya tidak berminat
untuk melakukan berbagai hal, seperti makan. Hal itu akan
membuatnya mengalami gangguan kesehatan yang cukup
parah.
c. Penurunan prestasi akademik
Biasanya korban bullying, nilai akademiknya akan menurun.
Hal ini karena perlakuan bullying yang diterimanya,
membuatnya tidak fokus belajar. Selain itu, jika pelakunya
berada di instansi pendidikan yang sama, akan membuatnya
sering bolos karena takut bertemu.
D. Pencegahan Perundungan (Bullying)
Pencegahan perundungan (Bullying), merupakan upaya preventif yang
dilakukan sekolah dengan melibatkan peran aktif siswa untuk menghindari
terjadinya peristiwa perundungan pada peserta didik, baik oleh guru
terhadap siswa, tenaga kependidikan terhadap siswa maupun sesama
siswa.
Tindakan pencegahan perundungan (bullying) di SMA / SMK ....................
dilakukan melalui mekanisme kegiatan sebagai berikut :
1. Melakukan sosialisasi Program Anti Perundungan (Bullying) pada awal
tahun pelajaran, khususnya pada kegiatan Pengenalan Lingkungan
Sekolah pada materi Pendidkan Karakter
2. Melakukan program pembinaan karakter melalui Apel Senin Pagi,
Bimbingan rohani (sholat duha, sholat dzuhur, kultum) untuk siswa
muslim dan ibadah pagi bagi siswa non muslim dilaksanakan 3 kali se
minggu
11. Daly/PanduanBullying/2021
3. Mengadakan curah pendapat (Brain storming) bersama siswa terkait
isu-isu kekerasan yang terjadi di masyakat secara terjadwal seminggu
sekali.
4. Mengalokasikan waktu khusus 1 jam pelajaran per minggu kepada wali
kelas dan atau guru BK untuk pembinaan mental siswa.
5. Memasang poster, leaflet, slogan, dan himbauan- himbauan pada
tempat-tempat startegis di sekolah tentang pencegahan bahaya
perundungan (bullying)
6. Memberikan teladan sikap dan akhlak kepada peserta didik, dilakukan
oleh guru dan tenaga kependidikan.
E. Penanganan Perundungan (Bullying)
Mekanisme pelaksanaan perundungan adalah sebagai berikut :
1. Guru yang medapat laporan terjadinya peristiwa perundungan,
melaporkan ke wali kelas.
2. Wali kelas melakukan klarifikasi kepada pihak yang mengalami
perundungan untuk menggali data dan fakta
3. Wali kelas berkoordinasi dengan guru BK untuk penanganannya
4. Guru BK memanggil secara terpisah siswa yang mengalami
perundungan dan siswa yang melakukan perundungan
5. Guru BK memberikan pembinaan dan pengarahan kepada kedua belah
pihak untuk mencegah terjadinya hal serupa terulang kembali dan
mendamaikan kedua belah pihak
6. Guru BK berkoordinasi dengan Wakasek kesiswaan terkait dengan
pemberian point pelanggaran tata tertib sekolah
12. Daly/PanduanBullying/2021
PENUTUP
Perundungan (bullying) merupakan tindakan penggunaan kekuasaan untuk
menyakiti seseorang atau sekelompok orang baik secara verbal, fisik, maupun
psikologis sehingga korban merasa tertekan, trauma, dan tak berdaya.
Perbuatan perundungan merupakan perbuata yang tercela dan berdampak
serius, buka hanya pada korban melainkan juga terhadap pelaku perundungan
Upaya pencegahan tindakan perundungan harus diawali dari lingkungan
sekolah melalui pembinaan karakter siswa dengan melibatkan seluruh
komponen sekolah dan bersinergi dengan orangtua siswa dan masyarakat
secara berkesinambungan
Panduan ini merupakan acuan bagi warga sekolah dalam melakukan upaya
pencegahan dan penanganan perundungan yang terjadi di SMA/SMK
...........................