Dokumen tersebut membahas sebab, akibat, dan upaya pencegahan perundungan di sekolah. Beberapa sebab perundungan antara lain korban kekerasan, rendahnya self-esteem, kurang perhatian orang tua, dan tidak memiliki empati. Akibatnya bagi korban meliputi gangguan mental dan prestasi menurun, sedangkan pelaku berisiko menjadi kriminal. Upaya pencegahannya meliputi pendidikan anti-bullying bagi siswa, or
1. MATERI PERUNDUGAN PERTEMUAN 3 DAN 4
A. SEBAB – SEBAB PERUNDUNGAN
1. Pernah Jadi Korban Kekerasan di Rumah
Terjadinya bullying bisa disebabkan karena pelaku pernah menjadi korban
kekerasan di rumah. Jika seorang anak menyaksikan perkelahian orang
tuanya, dan mendapatkan perilaku kekerasan oleh orang tuanya, maka anak
akan berisiko melakukan bullying kepada temannya di sekolah.
2. Tidak Percaya Diri
Seorang anak bisa melakukan bullying jika ia tidak percaya dengan dirinya
sendiri. Hal ini dilakukan untuk menutupi kekurangan yang ada di dalam
dirinya, sehingga bullying akan terjadi untuk menindas teman di sekolah yang
memiliki kelebihan, namun kelebihan tersebut tidak dimiliki pelaku bullying.
3. Terlalu Dibebaskan Orang Tua
Ada sebagian orang yang terlalu bebas mendidik anaknya, dan selalu
mengizinkan anaknya melakukan segala hal yang membuatnya senang.
Perilaku orang tua ini disebut dengan pola asuh permisif. Anak akan merasa
bebas melakukan apapun tanpa merasa bersalah.
4. Ingin Menjadi Populer
Sering kali di sekolah terjadi kesenjangan sosial, yang menyebabkan seorang
anak ingin terlihat lebih populer daripada siswa lainnya. Dengan
melakukan bullying, anak tersebut akan dikenal semua siswa di sekolah
tersebut, sehingga keinginannya untuk menjadi populer dan berkuasa akan
terpenuhi.
5. Tidak Memiliki Rasa Empati
Sejak usia dini, seorang anak harus dibekali rasa empati terhadap sesamanya,
untuk menghindari perilaku bullying dan membuat anak belajar menghargai
perasaan orang lain. Tidak memiliki rasa empati bisa menyebabkan
terjadinya bullying. Karena dengan melakukan bullying, pelaku akan merasa
perbuatannya ini hanya bercandaan, padahal korbannya merasa kesakitan.
6. Kurang Perhatian di Rumah
Memiliki orang tua yang sangat sibuk, membuat seorang anak merasa
kesepian dan kurang perhatian. Untuk mendapatkan perhatian lebih, anak
tersebut akan melakukan perilaku bullying. Semakin dimarahin oleh guru,
pelaku akan merasa senang karena merasa mendapatkan perhatian.
2. 7. Senang Mengejek Orang Lain
Penyebab terjadinya bullying yang terakhir, yaitu karena senang mengejek
orang lain. Perilaku yang awalnya dianggap bercanda, ternyata mengejek
orang lain bisa menyakiti hati korban bullying dan menyebabkan trauma.
Ejekan tersebut biasanya menyangkut ekonomi, ras, fisik, kemampuan dan
gaya hidup teman di sekolahnya yang berbeda dengan pelaku bullying.
B. AKIBAT PERUNDUNGAN SECARA AKADEMIS DAN SOSIAL
Anak-anak yang menjadi korban bullying cenderung mengalami penurunan
prestasi di bidang akademik. Praktik perundungan bisa membuat anak-anak
merasa malas untuk sekolah demi menghindari perundungan yang mereka
terima. Secara langsung, dampaknya mengakibatkan penurunan prestasi
akademik. Tak hanya bagi korban bully, untuk para pelaku juga mengalami
dampak tersebut, bagi mereka terlalu asik mengintimidasi orang lain sehingga
mereka sering lupa dan cenderung cuek terhadap tugas di sekolah. Sedangkan
Dampak sosial dari perundungan adalah korban menjadi minder, kurang
percaya diri dan menarik diri. Oleh karena itu kita perlu menjadi teman yang
bisa diajak bicara dan berbagi cerita sehingga menumbuhkan trust terhadap
kita, lalu kita bisa memotivasinya bahwa korban bukanlah seburuk apa yang
pelaku labelkan kepada korban. Umumnya, korban menarik diri dari
lingkungan sekitar dan cenderung menjadi pendiam. Sedangkan bagi pelaku,
pelaku menjadi lebih agresif kepada teman dan keluarga
C. AKIBAT PERUNDUNGAN SECARA FISIK DAN EMOSI
Anak-anak yang sering menjadi sasaran perundungan seringkali menderita
baik secara emosional maupun sosial. Mereka tidak hanya kesulitan untuk
berteman, tetapi juga kesulitan untuk menemukan persahabatan yang sehat.
Dampak seperti itu merupakan bagian dari trauma yang berhubungan
langsung dengan apa yang pernah mereka rasakan di masa lalu. Hal tersebut
juga dapat terjadi akibat perasaan rendahnya harga diri akibat perlakuan tidak
menyenangkan yang terjadi secara terus-menerus. Dalam hal ini, dampak
jangka panjangnya dapat membuat dirinya merasa menjadi "pecundang"
hingga dewasa. Jelas, hal terparah dari dampak tersebut adalah kurangnya
rasa percaya diri dan benar-benar dapat membatasi segala potensi yang dia
miliki untuk lebih berkembang.
Tahapan paling awal dalam mendeteksi perundungan adalah adanya
perubahan perilaku dan emosi pada korban. Dibawah ini bisa menjadi tanda-
tanda anak kemungkinan mengalami perundungan:
3. 1. Mengalami luka yang tak bisa dijelaskan
2. Sering kehilangan barang-barang
3. Barang-barangnya sering rusak
4. Perubahan pola makan
5. Muncul perilaku yang tidak biasa
6. Sulit tidur dan sering mimpi buruk
7. Prestasi sekolah turun, mogok sekolah
8. Muncul perilaku destruktif
9. Depresi dan cemas
10. Rendah diri akut
D. DAMPAK PERUNDUNGAN BAGI KORBAN, PELAKU DAN
SAKSI
Korban Bullying seringkali mengalami:
• Kesakitan fisik dan psikologis
• Kepercayaan diri (self-esteem) yang merosot
• Malu, Trauma, merasa sendiri, serba salah
• Takut Sekolah
• Korban mengasingkan diri dari sekolah
• Menderita Ketakutan Sosial
• Timbul keinginan untuk bunuh diri dan
mengalami ganggunan jiwa
4. Pelaku Bullying seringkali mengalami:
• Pelaku perundungan/bullying akan belajarbahwa
tidak ada risiko apapun bagi mereka bila mereka
melakukan kekerasan,agresi maupun mengancam anak
lain
• Ketika dewasa, pelaku memiliki potensi lebih besar
untuk menjadi pelaku kriminaldan akan bermasalah
dalam fungsi sosialnya.
Saksi Bullying seringkali mengalami:
• Mengalami perasaan yang tidak menyenangkan dan
mengalami tekanan psikologis yang berat.
• Merasa terancam dan ketakutan akan menjadikorban
selanjutnya.
• Dapat mengalami penurunan pestasi di kelas karena
perhatian masih terfokus padabagaimana menghindari
menjadi target perundungan/bullying dari pada tugas
akademik.
5. E. UPAYA – UPAYA PENCEGAHAN PERUNDUNGAN
Pencegahan Oleh Anak:
Memahami dan
menerima perbedaan
tiap individu di
lingkungan sebaya
Merangkul teman yang
menjadi korban Bullying
Ikut serta membuat dan
menegakkan
pencegahan
bullying
teman yang
menjadikorban
Saling mendukung
satusama lain
Mengembangakan budaya
relasi/ pertemanan yang
positif
6. Merangkul teman yang menjadi korban Bullying Oleh
Keluarga:
MENYELARASKAN
PENDISIPLINAN TANPA
MERENDAHKAN
MARTABAT ANAK BAIK
DIRUMAH MAUPUN DI
SEKOLAH
MELAPORKAN KEPADA
SEKOLAH JIKA ANAK
MENJADI KORBAN
MEMBERIKAN
PENGERTIAN
KEPADA PELAKU
PERUNDUNGAN
UNTUK IKUT
MENCEGAH
KOMUNIKASI ANTARA
SOSIALISASI DAN ADVOKASI
TERKAIT HAK ANAK PADA
ORANG TUA
BAIK DIRUMAH
MAUPUN DI SEKOLAH
7.
Oleh Satuan Pendidikan:
Adanya layanan pengaduan kekerasan/ media bagi murid untuk melaporkan bullying
secara aman danterjaga kerahasiannya.
Bekerjasama dan berkomunikasi aktif antara siswa,orang tua, dan guru (3 pilar SRA)
Kebijakan anti bullying yang dibuat bersama dengan siswa
Memberikan bantuan bagi siswa yang menjadi korban
Pendidikdan tenaga kependidikan memberi keteladanandengan berperilaku positif dan
tanpa kekerasan
Program anti bullying di satuan pendidikan yang melibatkan siswa, guru, orang tua,
alumni, dan masyarakat/lingkungan sekitar satuan pendidikan
Memastikan sarpras di satuan pendidikan tidak mendorong anak berperilaku bullying
Oleh Masyarakat:
Mengembangkan perilaku peduli dengan prinsip kepentingan
terbaik bagi anak dan semua anak adalah anak kita yang harus
dilindungi
Bekerjasama dengan satuan pendidikan untuk bersama-sama
mengambangkan budaya anti kekerasan
Bersama-sama dengan satuan pendidikan melakukan pengawasan
terhadap kemungkinan munculnya praktik-praktik bullying di
lingkungn sekitar satuan pendidikan
Bersama dengan satuan pendidikan memberikan bantuan pada
siswa yang menjadi korban dengan melibatkan stakeholder terkait
Oleh Pemerintah Pusat:
Sosialisasi terkait Permendikbud 82 Tahun 2015 sampai pada
level bawah diikuti denganpenerbitan KIE
Sosialisasi kebijakan Satuan pendidikan ramah anak dan
Konvensi Hak Anak pada satuanpendidikan
Melakukan monev dengan membentuk lembaga layanan atau
call center pengaduan
Melakukan koordinasi antar K/L yang memilikikebijakan atau
program berbasis sekolah untuk bersama-sama melakukan
pencegahan terhadap perundungan/bullying.