SlideShare a Scribd company logo
1 of 23
(1) Setiap orang yang mengedarkan sarana hortikultura yang tidak memenuhi
standar mutu, tidak memenuhi persyaratan teknis minimal, dan/atau tidak
terdaftar sebagaimana pasal 35, Dipidana dengan pidana penjara paling
lama 2 (dua) tahun atau denda paling banyak Rp. 2.000.000.000,00 (dua
miliar rupiah)
PERMENTAN 48 TAHUN 2012
TENTANG PRODUKSI, SERTIFIKASI DAN PENGAWASAN PEREDARAN BENIH HORTIKULTURA
Pasal 19
(1) Perseorangan, badan usaha, badan hukum yang memproduksi benih dengan kriteria: a.
mempekerjakan paling sedikit 30 orang tenaga tetap; b. memiliki aset diluar tanah dan bangunan
paling sedikit Rp. 5.000.000.000,- (lima miliar rupiah); atau c. hasil penjualan benih hortikultura
selama satu tahun paling sedikit Rp. 15.000.000.000,- (lima belas miliar rupiah).
WAJIB MEMILIKI IZIN USAHA produksi benih.
(2) Perseorangan, badan usaha atau badan hukum yang tidak memenuhi persyaratan pada ayat (1)
cukup dilakukan pendaftaran.
UU NO. 13 TAHUN 2010 TENTANG HORTIKULTURA
PASAL 126
◊ UU No. 13 Tahun 2010 Pasal 57 menyebutkan bahwa usaha
perbenihan hanya dpt dilakukan oleh pelaku usaha yg memiliki
sertifikat kompetensi atau badan usaha yg bersertifikat dalam
bidang perbenihan dengan wajib menerapkan jaminan mutu benih
melalui penerapan Sertifikasi .
◊ Pemahaman dari ketentuan dan peraturan dari pasal 57 ini :
1.Setiap produsen/penangkar/pengedar hanya dapat melakukan
kegiatan usahanya bila memiliki Sertifikat Kompetensi. Sertifikat
Kompetensi :
 Dikeluarkan oleh BPSB atas dasar penilaian kelayakan
terhadap SDM yang dimiliki, fasilitas produksi, pengolahan,
penyimpanan yang memadai sesuai ruang lingkup usahanya
 Diwajibkan kepada pelaku usaha/produsen yg belum memiliki
Sertifikat Sistem Manajemen Mutu dari LSSM
 Sertifikat kompetensi berlaku 2 (dua) tahun
PERBENIHAN
UU No. 12 Th. 1992
UU No.13 Th.2010
BENIH BINA/BENIH BERMUTU
Benih dari varietas unggul
yang telah dilepas/didaftar
dan diawasi dalam produksi
& peredarannya
Apabila akan diedarkan
harus melalui sistem
sertifikasi dan memenuhi
standar mutu atau
persyaratan teknis minimal
Apabila akan diedarkan
wajib diberi label pada
setiap kemasan
 melindungi petani konsumen benih agar
dapat memperoleh benih bermutu sesuai
tingkat mutu yang dikehendaki
 menciptakan iklim yang sehat dalam usaha
perdagangan benih
 membina para pedagang benih supaya
membiasakan diri melakukan transaksi yang
dapat dipertanggungjawabkan.
 Sasaran kegiatan pengawasan mutu dan
pemasaran benih adalah semua benih bina
yang diperdagangkan baik benih padi,
palawija dan hortikultura.
1. Undang-Undang RI Nomor 12 Tahun 1992 tentang Sistem
Budidaya Tanaman.
2. Peraturan Pemerintah RI Nomor 44 Tahun 1995 tentang
Perbenihan Tanaman.
3. Permentan Nomor 56/2015 tentang Produksi, Sertifikasi
dan Peredaran Benih Bina
4. Kepmentan Nomor 356 Tahun 2015 tentang Produksi,
Sertifikasi dan Peredaran Benih Bina
Pengawasan Hilir
PERANAN BENIH
1. FAKTOR KUNCI DALAM BUDIDAYA TANAMAN
- Harus ada, tidak dapat diganti dengan yang lain
- Bermutu, agar produksi dan produktivitas, mutu hasil
serta nilai ekonomi produk meningkat
- Efisiensi usahatani
2. KOMODITI PERDAGANGAN NASIONAL DAN INTERNASIONAL
- Berpindah tempat antar daerah dalam satu negara
- Berpindah tempat dari negara satu ke negara lain
3. PEMBAWA/PENULAR DAN SEKALIGUS SEBAGAI PENGENDALI
OPT YANG EFEKTIF
- Jamur, bakteri, virus, nematoda, gulma
- Sumber infeksi untuk tanaman lain
- Penularan antar daerah dalam satu negara
- Penularan antar negara
1. Suatu kelompok benih bisa diperdagangkan harus dilabel.
 Pasal 13 ayat 3 (UU 12/1992)
 Pasa 38 (PP 44/1995)
 Pasal 37 ayat 1 (Permentan 56/2015)
2. Suatu kelompok benih bisa dilabel produksinya harus disertifikasi.
 Pasal 13 ayat 2 (UU 12/1992)
 Pasa 33 (PP 44/1995)
 Pasal 11 ayat 1 (Permentan 56/2015)
3. Suatu kelompok benih bisa disertifikasi varietasnya harus sudah
dilepas.
 Pasal 12 ayat 2 (UU 12/1992)
 Pasa 21 (PP 44/1995)
4. Suatu kelompok benih bisa dilepas harus dilakukan uji
adaptasi/observasi
 Pasal 23 ayat 2 (PP 44/1995)
 Pasal 4 ayat 1 (Permentan 56/2015)
PRINSIP DASAR
Pasal 61 ayat (1) Barangsiapa dengan sengaja atau ayat (2) Barangsiapa
karena kelalaiannya butir :
b. melakukan sertifikasi tanpa izin sebagaimana dimaksud dalam pasal 14 ayat (1)
dipidana dengan pidana penjara paling lama 3 (tiga) tahun dan denda paling banyak
Rp. 150.000.000,- (seratus lima puluh juta rupiah),
atau
dipidana dengan pidana kurungan paling lama 12 (dua belas) bulan atau denda paling
Rp. 50.000.000,- (lima puluh juta rupiah),
Pasal 62 ayat (1) Tindak pidana sebagaimana dimaksud dalam pasal 60 ayat (1) dan pasal
61 ayat (1) adalah kejahatan,
Pasal 62 ayat (2) Tindak pidana sebagaimana dimaksud dalam pasal 60 ayat (2) dan pasal
61 ayat (2) adalah pelanggaran.
1. Oleh Pengawas Benih
2. Secara berkala/sewaktu-waktu
3. Apabila menemukan hal-hal yang mencurigakan,
Pengawas Benih dapat menghentikan peredaran benih
dalam jangka waktu paling lama 30 (tiga puluh) hari.
4. Apabila terdapat penyimpangan prosedur, Pengawas
Benih segera melapor kepada Bupati/Walikota melalui
Dinas Pertanian yang membidangi perbenihan dengan
tembusan kepada Dirjen TP dan sementara dihentikan
peredarannya.
5. Apabila tidak diketemukan kejanggalan atau
penyimpangan prosedur dalam jangka 30 (tiga puluh)
hari, benih diedarkan kembali.
PENGAWASAN PEREDARAN BENIH
6. Apabila terdapat kecurigaan terhadap label dan benih yang beredar
dapat dilakukan pengujian ulang.
7. Selama pengujian ulang, Pengawas Benih menghentikan
peredaran benih paling lama 30 (tiga puluh) hari.
8. Apabila hasil pengujian ulang tidak sesuai dengan label, maka
Bupati/walikota melalui Dinas Pertanian yang membidangi
perbenihan tan melarang peredaran benihnmya.
9. Jika telah dilarang masih diedarkan, maka instansi yang
bersangkutan harus melaporkan kepada Bupati/walikota untuk
diadakan penyidikan oleh Penyidik Pegawai Negeri Sipil (PPNS)
bersama penyidik pejabat polisi.
10. Apabila hasil pengujian ulang masih sesuai dengan standar mutu,
dalam jangka waktu 30 (tiga puluh) hari Pengawas Benih belum
dapat memberikan kepastian hasil ujinya, maka dapat diedarkan
kembali.
Lanjutan……………………………………
Pendaftaran pengedar benih adalah suatu kegiatan untuk melakukan
pendaftaran dan memberikan rekomendasi sebagai pengedar benih setelah
melalui tahapan penilaian
1. Calon pengedar benih bina untuk mejadi pengedar benih bina harus mendaftar
kepada bupati/walikota melalui dinas yang tugas pokok membidangi
perbenihan tanaman.
2. Untuk memperoleh tanda daftar sebagaimana dimaksud dalam ayat (1), wajib
menyampaikan surat permohonan dengan melampirkan persyaratan :
3. Apabila persyaratan sebagaimana tersebut pada ayat (2) dipenuhi, kepada
calon pengedar benih bina diberikan tanda daftar pengedar benih bina
a. Identitas dan alamat domisili yang jelas dan benar
b. Jenis dan jumlah benih yang akan diedarkan
c. Fasilitras dan kapasitas penyimpanan yang dimiliki
(Pasal 47 Permentan NO. 56/2015)
 Memiliki Pengetahuan yang
cukup cara memproduksi benih
 Meniliki Pengetahuan yang
cukup cara penyimpanan benih
 Menguasai unit pengolahan
untuk pengeringan, pember-
sihan dan pengepakan
 Menguasai gudang penyim-
panan benih
 Jujur dan bersedia mematuhi/
ketentuan perbenihan yang
berlaku
 Memiliki Pengetahuan yang
cukup cara penyimpanan
benih
 Menguasai tempat,/toko/kios
untuk penjualan benih
 Jujur dan bersedia mema-
tuhi/ketentuan perbenihan
yang berlaku
PRODUSEN PENGEDAR
KEWAJIBAN DAN LARANGAN
LARANGANKEWAJIBAN
 Mematuhi Peraturan Perundang- undagan
Perbenihan yang berlaku.
 Memiliki atau menguasai fasilitas
penyimpapan
 Menjaga Mutu Benih Yang diedarkan
 Memiliki Catatan dan Penyimpanan Data
Benih Bina
 Melaporkan Jumlah Benih yang diedarkan
kepada instansi yang berwenang dengan
tembusan kepada bupati/Walikota dan
Direktur Jenderal yang bersangkutan
 Memberikan Keterangan data yang
diperlukan oleh Pengawas Benih
 Melaporkan Setiap terjadi perubanahan
data
 Merndaftar Ulang pada setiap akhir tahun
 Memperjual belikan benih tanpa label
 Memperjual belikan benih yang tidak
melalui prose yang berlaku
 Memperjual belikan benih yang belum
memilki hasil uji
 Memperjual belikan berih yang berupa
galur
 Memberjual belikan benih yang tidak
memenuhi syarat standar mutu benih
 Melepas, mengganti dan merusak
setiap label.
 Menghindar dan menghalang-halangi
Petugas Pengawas Benih dalam
melaksanakan tugasnya
ALUR PEMBUATAN TANDA DAFTAR
PENGEDAR BENIH BINA
PRODUSEN/
PENGEDAR
BENIH
BUPATI/WALIKOTA.
PERSYARATAN
* Inventarisasi permohonan
* Pemberian Bahan -bahan
Penilaian BPSBTPH
Pelaksanaan Penilaian
Faktor-Faktor Yang dinilai :
A. Pengedar
1. Pengetahuan benih
2. Peraturan perbenihan
3. Kondisi gudang
4. Kondisi tempat Penjualan
5. Mentaati peraturan
BUPATI/WALIKOTA
(melaui dinas Pertanian
Kabupaten/Kota)
TANDA DAFTAR
Surat Rekomendasi
Sebagai Pengedar Benih
Produsen/Penge-dar
Benih Siap untuk dinilai
B. Produsen
1. Pengetahuan benih
2. Peraturan perbenihan
3. Kondisi gudang
4. Cara menghasilkan benih
5. Cara penyimpanan benih
6. Mentaati peraturan
 
PENGEDAR BENIH
BINAAN

TUJUAN :
1. Untuk menjaga agar benih yang diperdagangkan selalu
memenuhi standar mutu dan ketentuan lain yang
berlaku.
2. Dilakukan pada kelompok benih yang mutunya
diragukan.
PELABELAN ULANG :
TUJUAN :
1. PERPANJANGAN MASA BERLAKU LABEL (masa
berlaku telah habis, turunnya mutu benih)
2. PENYESUAIAN LABEL/KETERANGAN MUTU
(penurunan kelas benih, penggantian label asing)
PENGECEKAN MUTU BENIH
YANG BEREDAR :
PENGAWASAN PEMASUKAN BENIH IMPOR :
BERTUJUAN : untuk mengecek apakah benih tanaman yang
dimasukkan ke dalam Wilayah Republik Indonesia telah
memenuhi ketentuan-ketentuan maupun standar minimum mutu
benih yang telah ditetapkan, sehingga benih tanaman tersebut
tidak merugikan petani konsumen benih.
LANGKAH-LANGKAH PENGAWASAN PEREDARAN BENIH
IMPORT :
1. Pengamatan SIP sesuai peruntukan/keperluan,
2. Koordinasi dengan Karantina dan Importir,
3. Melakukan Pengecekan dan Pengambilan Sampel Benih,
4. Pengujian Benih Di Laboratorium,
5. Pengawasan Pemasangan Label/Stiker Terhadap Benih Lulus
Uji Laboratorium/Memenuhi Standar,
6. Monitoring Penyaluran Benih
 Daya tumbuh rendah
 Campuran varietas
 Kotoran benih tinggi
 Kesehatan benih tidak memenuhi standar
 Kadar air tinggi
 Kesalahan administrasi
 Benih kadaluarsa
 Benih berlabel ganda
 Label benih dan benih tidak sesuai
KASUS PELANGGARAN BUKAN TINDAK PIDANA :
 Melakukan sertifikasi tanpa izin
 Pemalsuan label atau dokumen perbenihan
 Jual beli label atau dokumen perbenihan
 Pemalsuan stempel
 Pemalsuan kemasan
 Pemalsuan varietas
 Benih tanpa label
 Benih belum dilepas
 Pengedar benih tidak legal/tidak terdaftar
 Pelanggaran prosedur sertifikasi benih :
- Mengganti dan/atau menambah benih sumber
- Mengganti dan/atau menambah calon benih
- Mengganti dan/atau menambah benih lulus
- Areal sertifikasi fiktif
KASUS PELANGGARAN TINDAK PIDANA :
KASUS YANG AWALNYA DIDUGA BUKAN TINDAK
PIDANA DAPAT BERKEMBANG MENJADI TINDAK
PIDANA APABILA DITEMUKAN BUKTI YANG
CUKUP/SAH.
KASUS YANG AWALNYA DIDUGA TINDAK PIDANA
DAPAT MENJADI BUKAN TINDAK PIDANA BILA TIDAK
CUKUP BUKTI.
DINAMISASI
SIFAT KASUS
Bukan Tindak Pidana Tindak Pidana
DAMPAK NEGATIF
TERJADINYA PELANGGARAN PERBENIHAN
1. DAMPAK PADA PETANI :
- Tidak jelas mutu benih yang digunakan
- Tidak jelas asal usul benih yang digunakan.
2. DAMPAK PADA PRODUSEN BENIH :
- Merusak nama baik perusahaan.
- Kerugian materi.
- Beredarnya benih putihan.
- Terjadinya pemutusan hubungan kerja.
3. DAMPAK PADA PROGRAM PEMERINTAH :
- Mengurangi minat investor.
- Menghambat program pemerintah di bidang perbenihan yang menganut prinsip
6 (enam) tepat.
- Tidak jelas asal usulnya.
BENIH BERMUTU

More Related Content

What's hot

2. manajemen perbenihan dan produksi benih
2.  manajemen perbenihan dan produksi benih2.  manajemen perbenihan dan produksi benih
2. manajemen perbenihan dan produksi benihbadunkartvomit
 
Pemasukan dan pengeluaran benih hortikultura (permentan no. 5 tahun 2012)
Pemasukan dan pengeluaran benih hortikultura (permentan no. 5 tahun 2012)Pemasukan dan pengeluaran benih hortikultura (permentan no. 5 tahun 2012)
Pemasukan dan pengeluaran benih hortikultura (permentan no. 5 tahun 2012)Hari Prasetyo
 
Slide mengenai perlindungan varietas tanaman universitas dirgantara marsekal ...
Slide mengenai perlindungan varietas tanaman universitas dirgantara marsekal ...Slide mengenai perlindungan varietas tanaman universitas dirgantara marsekal ...
Slide mengenai perlindungan varietas tanaman universitas dirgantara marsekal ...Ido Mantan
 
aspek hukum dalam ekonomi 'Perlindungan varietas tanaman'
aspek hukum dalam ekonomi 'Perlindungan varietas tanaman'aspek hukum dalam ekonomi 'Perlindungan varietas tanaman'
aspek hukum dalam ekonomi 'Perlindungan varietas tanaman'Nur Azizah
 
Pengawasan Peredaran Benih Jagung di UPT PSBTPH Wilayah IV Malang, Jawa Timur
Pengawasan Peredaran Benih Jagung di UPT PSBTPH Wilayah IV Malang, Jawa TimurPengawasan Peredaran Benih Jagung di UPT PSBTPH Wilayah IV Malang, Jawa Timur
Pengawasan Peredaran Benih Jagung di UPT PSBTPH Wilayah IV Malang, Jawa TimurZoliand Sobilhaqq II
 
Sistem budidaya tanaman ( uu no. 12 tahun 1992)
Sistem budidaya tanaman ( uu no. 12 tahun 1992)Sistem budidaya tanaman ( uu no. 12 tahun 1992)
Sistem budidaya tanaman ( uu no. 12 tahun 1992)Hari Prasetyo
 
Pp no. 44 tahun 1995 ttg pembenihan tanaman
Pp no. 44 tahun 1995 ttg pembenihan tanamanPp no. 44 tahun 1995 ttg pembenihan tanaman
Pp no. 44 tahun 1995 ttg pembenihan tanamanGhina Shadrina
 
Mekanisme pendaftaran horti
Mekanisme pendaftaran hortiMekanisme pendaftaran horti
Mekanisme pendaftaran hortiAndrew Hutabarat
 
Uu tahun 2000 no. 3o tentang rahasia dagang
Uu tahun 2000 no. 3o tentang rahasia dagangUu tahun 2000 no. 3o tentang rahasia dagang
Uu tahun 2000 no. 3o tentang rahasia dagangLegal Akses
 
Laporan Tugas Akhir Program Diploma IPB
Laporan Tugas Akhir Program Diploma IPBLaporan Tugas Akhir Program Diploma IPB
Laporan Tugas Akhir Program Diploma IPBZoliand Sobilhaqq II
 
Persyaratan ekspor & antar area
Persyaratan ekspor & antar areaPersyaratan ekspor & antar area
Persyaratan ekspor & antar areaWahono Diphayana
 

What's hot (19)

2. manajemen perbenihan dan produksi benih
2.  manajemen perbenihan dan produksi benih2.  manajemen perbenihan dan produksi benih
2. manajemen perbenihan dan produksi benih
 
Pemasukan dan pengeluaran benih hortikultura (permentan no. 5 tahun 2012)
Pemasukan dan pengeluaran benih hortikultura (permentan no. 5 tahun 2012)Pemasukan dan pengeluaran benih hortikultura (permentan no. 5 tahun 2012)
Pemasukan dan pengeluaran benih hortikultura (permentan no. 5 tahun 2012)
 
Slide mengenai perlindungan varietas tanaman universitas dirgantara marsekal ...
Slide mengenai perlindungan varietas tanaman universitas dirgantara marsekal ...Slide mengenai perlindungan varietas tanaman universitas dirgantara marsekal ...
Slide mengenai perlindungan varietas tanaman universitas dirgantara marsekal ...
 
aspek hukum dalam ekonomi 'Perlindungan varietas tanaman'
aspek hukum dalam ekonomi 'Perlindungan varietas tanaman'aspek hukum dalam ekonomi 'Perlindungan varietas tanaman'
aspek hukum dalam ekonomi 'Perlindungan varietas tanaman'
 
Stfkasidanwaedarbenih2017
Stfkasidanwaedarbenih2017Stfkasidanwaedarbenih2017
Stfkasidanwaedarbenih2017
 
Pengawasan Peredaran Benih Jagung di UPT PSBTPH Wilayah IV Malang, Jawa Timur
Pengawasan Peredaran Benih Jagung di UPT PSBTPH Wilayah IV Malang, Jawa TimurPengawasan Peredaran Benih Jagung di UPT PSBTPH Wilayah IV Malang, Jawa Timur
Pengawasan Peredaran Benih Jagung di UPT PSBTPH Wilayah IV Malang, Jawa Timur
 
Sistem budidaya tanaman ( uu no. 12 tahun 1992)
Sistem budidaya tanaman ( uu no. 12 tahun 1992)Sistem budidaya tanaman ( uu no. 12 tahun 1992)
Sistem budidaya tanaman ( uu no. 12 tahun 1992)
 
9. produksi benih
9. produksi benih9. produksi benih
9. produksi benih
 
Persyaratan impor benih
Persyaratan impor benihPersyaratan impor benih
Persyaratan impor benih
 
Tugas 2 gnetika
Tugas 2 gnetikaTugas 2 gnetika
Tugas 2 gnetika
 
Pp no. 44 tahun 1995 ttg pembenihan tanaman
Pp no. 44 tahun 1995 ttg pembenihan tanamanPp no. 44 tahun 1995 ttg pembenihan tanaman
Pp no. 44 tahun 1995 ttg pembenihan tanaman
 
Mekanisme pendaftaran horti
Mekanisme pendaftaran hortiMekanisme pendaftaran horti
Mekanisme pendaftaran horti
 
Makalah_33 Makalah laporan praktikum sc
Makalah_33 Makalah laporan praktikum scMakalah_33 Makalah laporan praktikum sc
Makalah_33 Makalah laporan praktikum sc
 
Uu tahun 2000 no. 3o tentang rahasia dagang
Uu tahun 2000 no. 3o tentang rahasia dagangUu tahun 2000 no. 3o tentang rahasia dagang
Uu tahun 2000 no. 3o tentang rahasia dagang
 
Laporan Tugas Akhir Program Diploma IPB
Laporan Tugas Akhir Program Diploma IPBLaporan Tugas Akhir Program Diploma IPB
Laporan Tugas Akhir Program Diploma IPB
 
Proposal jamur
Proposal jamurProposal jamur
Proposal jamur
 
Persyaratan ekspor & antar area
Persyaratan ekspor & antar areaPersyaratan ekspor & antar area
Persyaratan ekspor & antar area
 
Tugas 2 benih
Tugas 2 benihTugas 2 benih
Tugas 2 benih
 
Jamurmerang1
Jamurmerang1Jamurmerang1
Jamurmerang1
 

Similar to BENIH BERMUTU

1. Direktur Perbenihan Hortikultura- LKPP 3 Oktober 2022.pptx
1. Direktur Perbenihan Hortikultura- LKPP 3 Oktober 2022.pptx1. Direktur Perbenihan Hortikultura- LKPP 3 Oktober 2022.pptx
1. Direktur Perbenihan Hortikultura- LKPP 3 Oktober 2022.pptxJoniZarnifa
 
Pp 25 th 2014 pemberian fasilitas dan insentif usaha hortikultura
Pp 25 th 2014 pemberian fasilitas dan insentif usaha hortikulturaPp 25 th 2014 pemberian fasilitas dan insentif usaha hortikultura
Pp 25 th 2014 pemberian fasilitas dan insentif usaha hortikulturaWinarto Winartoap
 
Bimtek 12 September 2023Bimtek 12 September 2023
Bimtek 12 September 2023Bimtek 12 September 2023Bimtek 12 September 2023Bimtek 12 September 2023
Bimtek 12 September 2023Bimtek 12 September 2023cupayoyo01
 
Bahan Tayang Digitalisasi Perbenihan-rev.pptx
Bahan Tayang Digitalisasi Perbenihan-rev.pptxBahan Tayang Digitalisasi Perbenihan-rev.pptx
Bahan Tayang Digitalisasi Perbenihan-rev.pptxAdeliaRahma14
 
Pp14 2002
Pp14 2002Pp14 2002
Pp14 2002Zya2009
 
Sosialisasi Juknis Sertifikasi GFP maret 2021.pdf
Sosialisasi Juknis Sertifikasi GFP maret 2021.pdfSosialisasi Juknis Sertifikasi GFP maret 2021.pdf
Sosialisasi Juknis Sertifikasi GFP maret 2021.pdfnurjazidspt
 
Pbpom no-22-tahun-2018-pedoman-pemberian-setifikat-pirt
Pbpom no-22-tahun-2018-pedoman-pemberian-setifikat-pirtPbpom no-22-tahun-2018-pedoman-pemberian-setifikat-pirt
Pbpom no-22-tahun-2018-pedoman-pemberian-setifikat-pirtGUNADARMA UNIVERSITY
 
SOSIALISASI PERIZINAN PANGAN TAHUN 2022 (1) (1).pptx
SOSIALISASI PERIZINAN PANGAN TAHUN 2022 (1) (1).pptxSOSIALISASI PERIZINAN PANGAN TAHUN 2022 (1) (1).pptx
SOSIALISASI PERIZINAN PANGAN TAHUN 2022 (1) (1).pptxLifiaYasmin1
 
NPP Pakan tentang Penetapan Nomor Pakaan
NPP Pakan tentang Penetapan Nomor PakaanNPP Pakan tentang Penetapan Nomor Pakaan
NPP Pakan tentang Penetapan Nomor PakaanPokjaUKPBJ
 
Pp no 6 tahun 2013 pemberdayaan
Pp no 6 tahun 2013 pemberdayaanPp no 6 tahun 2013 pemberdayaan
Pp no 6 tahun 2013 pemberdayaanGaluh Insani
 
Pp no 41_2012 alsinakwan
Pp no 41_2012 alsinakwanPp no 41_2012 alsinakwan
Pp no 41_2012 alsinakwanGaluh Insani
 
Kewirausahaannn analisis mikro dan makro
Kewirausahaannn analisis mikro dan makroKewirausahaannn analisis mikro dan makro
Kewirausahaannn analisis mikro dan makroYigalEdward
 
Mekanisme Sertifikasi Kelayakan Pengolahan.pdf
Mekanisme Sertifikasi Kelayakan Pengolahan.pdfMekanisme Sertifikasi Kelayakan Pengolahan.pdf
Mekanisme Sertifikasi Kelayakan Pengolahan.pdfadriantoprasetyo29
 
Permentan No 64 Tahun 2013 tentang Sistem Pertanian Organik
Permentan No 64 Tahun 2013 tentang Sistem Pertanian OrganikPermentan No 64 Tahun 2013 tentang Sistem Pertanian Organik
Permentan No 64 Tahun 2013 tentang Sistem Pertanian OrganikAchmad Wahid
 
Uu no.12-tahun-1992-tentang-sistem-budidaya-tanaman
Uu no.12-tahun-1992-tentang-sistem-budidaya-tanamanUu no.12-tahun-1992-tentang-sistem-budidaya-tanaman
Uu no.12-tahun-1992-tentang-sistem-budidaya-tanamanRizki Fitrianto
 

Similar to BENIH BERMUTU (19)

1. Direktur Perbenihan Hortikultura- LKPP 3 Oktober 2022.pptx
1. Direktur Perbenihan Hortikultura- LKPP 3 Oktober 2022.pptx1. Direktur Perbenihan Hortikultura- LKPP 3 Oktober 2022.pptx
1. Direktur Perbenihan Hortikultura- LKPP 3 Oktober 2022.pptx
 
Pp 25 th 2014 pemberian fasilitas dan insentif usaha hortikultura
Pp 25 th 2014 pemberian fasilitas dan insentif usaha hortikulturaPp 25 th 2014 pemberian fasilitas dan insentif usaha hortikultura
Pp 25 th 2014 pemberian fasilitas dan insentif usaha hortikultura
 
Bimtek 12 September 2023Bimtek 12 September 2023
Bimtek 12 September 2023Bimtek 12 September 2023Bimtek 12 September 2023Bimtek 12 September 2023
Bimtek 12 September 2023Bimtek 12 September 2023
 
Tugas makalah oai kel 7
Tugas makalah oai kel 7Tugas makalah oai kel 7
Tugas makalah oai kel 7
 
Bahan Tayang Digitalisasi Perbenihan-rev.pptx
Bahan Tayang Digitalisasi Perbenihan-rev.pptxBahan Tayang Digitalisasi Perbenihan-rev.pptx
Bahan Tayang Digitalisasi Perbenihan-rev.pptx
 
Pp14 2002
Pp14 2002Pp14 2002
Pp14 2002
 
Sosialisasi Juknis Sertifikasi GFP maret 2021.pdf
Sosialisasi Juknis Sertifikasi GFP maret 2021.pdfSosialisasi Juknis Sertifikasi GFP maret 2021.pdf
Sosialisasi Juknis Sertifikasi GFP maret 2021.pdf
 
VARIETAS TANAMAN.pptx
VARIETAS TANAMAN.pptxVARIETAS TANAMAN.pptx
VARIETAS TANAMAN.pptx
 
Pbpom no-22-tahun-2018-pedoman-pemberian-setifikat-pirt
Pbpom no-22-tahun-2018-pedoman-pemberian-setifikat-pirtPbpom no-22-tahun-2018-pedoman-pemberian-setifikat-pirt
Pbpom no-22-tahun-2018-pedoman-pemberian-setifikat-pirt
 
SOSIALISASI PERIZINAN PANGAN TAHUN 2022 (1) (1).pptx
SOSIALISASI PERIZINAN PANGAN TAHUN 2022 (1) (1).pptxSOSIALISASI PERIZINAN PANGAN TAHUN 2022 (1) (1).pptx
SOSIALISASI PERIZINAN PANGAN TAHUN 2022 (1) (1).pptx
 
NPP Pakan tentang Penetapan Nomor Pakaan
NPP Pakan tentang Penetapan Nomor PakaanNPP Pakan tentang Penetapan Nomor Pakaan
NPP Pakan tentang Penetapan Nomor Pakaan
 
4. K3 Pestisida.ppt
4. K3 Pestisida.ppt4. K3 Pestisida.ppt
4. K3 Pestisida.ppt
 
Materi Halal .pdf
Materi Halal .pdfMateri Halal .pdf
Materi Halal .pdf
 
Pp no 6 tahun 2013 pemberdayaan
Pp no 6 tahun 2013 pemberdayaanPp no 6 tahun 2013 pemberdayaan
Pp no 6 tahun 2013 pemberdayaan
 
Pp no 41_2012 alsinakwan
Pp no 41_2012 alsinakwanPp no 41_2012 alsinakwan
Pp no 41_2012 alsinakwan
 
Kewirausahaannn analisis mikro dan makro
Kewirausahaannn analisis mikro dan makroKewirausahaannn analisis mikro dan makro
Kewirausahaannn analisis mikro dan makro
 
Mekanisme Sertifikasi Kelayakan Pengolahan.pdf
Mekanisme Sertifikasi Kelayakan Pengolahan.pdfMekanisme Sertifikasi Kelayakan Pengolahan.pdf
Mekanisme Sertifikasi Kelayakan Pengolahan.pdf
 
Permentan No 64 Tahun 2013 tentang Sistem Pertanian Organik
Permentan No 64 Tahun 2013 tentang Sistem Pertanian OrganikPermentan No 64 Tahun 2013 tentang Sistem Pertanian Organik
Permentan No 64 Tahun 2013 tentang Sistem Pertanian Organik
 
Uu no.12-tahun-1992-tentang-sistem-budidaya-tanaman
Uu no.12-tahun-1992-tentang-sistem-budidaya-tanamanUu no.12-tahun-1992-tentang-sistem-budidaya-tanaman
Uu no.12-tahun-1992-tentang-sistem-budidaya-tanaman
 

More from Cecep khoer Affandi

More from Cecep khoer Affandi (9)

(Bahan 16) sosialisasi gp3 m 2016
(Bahan 16) sosialisasi gp3 m 2016(Bahan 16) sosialisasi gp3 m 2016
(Bahan 16) sosialisasi gp3 m 2016
 
(Bahan 16) Realisasi dan Sasaran 2016
(Bahan 16) Realisasi dan Sasaran 2016(Bahan 16) Realisasi dan Sasaran 2016
(Bahan 16) Realisasi dan Sasaran 2016
 
(Bahan 16) Pelaksanaan UPSUS Pajale Tahun 2016 (Kadistanhut) 2
(Bahan 16) Pelaksanaan UPSUS Pajale Tahun 2016 (Kadistanhut) 2(Bahan 16) Pelaksanaan UPSUS Pajale Tahun 2016 (Kadistanhut) 2
(Bahan 16) Pelaksanaan UPSUS Pajale Tahun 2016 (Kadistanhut) 2
 
Studikasus merah
Studikasus merahStudikasus merah
Studikasus merah
 
Phk
PhkPhk
Phk
 
Perusahaan
PerusahaanPerusahaan
Perusahaan
 
Penyusunan kontrak bisnis negosiasi dan penyelesaian sengketa
Penyusunan kontrak bisnis negosiasi dan penyelesaian sengketaPenyusunan kontrak bisnis negosiasi dan penyelesaian sengketa
Penyusunan kontrak bisnis negosiasi dan penyelesaian sengketa
 
Komunikasi efektif
Komunikasi efektifKomunikasi efektif
Komunikasi efektif
 
Kepemimpinan
KepemimpinanKepemimpinan
Kepemimpinan
 

Recently uploaded

MODUL 1 Pembelajaran Kelas Rangkap-compressed.pdf
MODUL 1 Pembelajaran Kelas Rangkap-compressed.pdfMODUL 1 Pembelajaran Kelas Rangkap-compressed.pdf
MODUL 1 Pembelajaran Kelas Rangkap-compressed.pdfNurulHikmah50658
 
Kontribusi Islam Dalam Pengembangan Peradaban Dunia - KELOMPOK 1.pptx
Kontribusi Islam Dalam Pengembangan Peradaban Dunia - KELOMPOK 1.pptxKontribusi Islam Dalam Pengembangan Peradaban Dunia - KELOMPOK 1.pptx
Kontribusi Islam Dalam Pengembangan Peradaban Dunia - KELOMPOK 1.pptxssuser50800a
 
AKSI NYATA NARKOBA ATAU OBAT TERLARANG..
AKSI NYATA NARKOBA ATAU OBAT TERLARANG..AKSI NYATA NARKOBA ATAU OBAT TERLARANG..
AKSI NYATA NARKOBA ATAU OBAT TERLARANG..ikayogakinasih12
 
Aksi nyata Malaikat Kebaikan [Guru].pptx
Aksi nyata Malaikat Kebaikan [Guru].pptxAksi nyata Malaikat Kebaikan [Guru].pptx
Aksi nyata Malaikat Kebaikan [Guru].pptxsdn3jatiblora
 
Bab 6 Kreatif Mengungap Rasa dan Realitas.pdf
Bab 6 Kreatif Mengungap Rasa dan Realitas.pdfBab 6 Kreatif Mengungap Rasa dan Realitas.pdf
Bab 6 Kreatif Mengungap Rasa dan Realitas.pdfbibizaenab
 
PPT PERUBAHAN LINGKUNGAN MATA PELAJARAN BIOLOGI KELAS X.pptx
PPT PERUBAHAN LINGKUNGAN MATA PELAJARAN BIOLOGI KELAS X.pptxPPT PERUBAHAN LINGKUNGAN MATA PELAJARAN BIOLOGI KELAS X.pptx
PPT PERUBAHAN LINGKUNGAN MATA PELAJARAN BIOLOGI KELAS X.pptxdpp11tya
 
Tugas 1 ABK di SD prodi pendidikan guru sekolah dasar.docx
Tugas 1 ABK di SD prodi pendidikan guru sekolah dasar.docxTugas 1 ABK di SD prodi pendidikan guru sekolah dasar.docx
Tugas 1 ABK di SD prodi pendidikan guru sekolah dasar.docxmawan5982
 
LK.01._LK_Peta_Pikir modul 1.3_Kel1_NURYANTI_101.docx
LK.01._LK_Peta_Pikir modul 1.3_Kel1_NURYANTI_101.docxLK.01._LK_Peta_Pikir modul 1.3_Kel1_NURYANTI_101.docx
LK.01._LK_Peta_Pikir modul 1.3_Kel1_NURYANTI_101.docxPurmiasih
 
REFLEKSI MANDIRI_Prakarsa Perubahan BAGJA Modul 1.3.pdf
REFLEKSI MANDIRI_Prakarsa Perubahan BAGJA Modul 1.3.pdfREFLEKSI MANDIRI_Prakarsa Perubahan BAGJA Modul 1.3.pdf
REFLEKSI MANDIRI_Prakarsa Perubahan BAGJA Modul 1.3.pdfirwanabidin08
 
Modul 1.2.a.8 Koneksi antar materi 1.2.pdf
Modul 1.2.a.8 Koneksi antar materi 1.2.pdfModul 1.2.a.8 Koneksi antar materi 1.2.pdf
Modul 1.2.a.8 Koneksi antar materi 1.2.pdfSitiJulaeha820399
 
Modul Ajar Pendidikan Pancasila Kelas 5 Fase C
Modul Ajar Pendidikan Pancasila Kelas 5 Fase CModul Ajar Pendidikan Pancasila Kelas 5 Fase C
Modul Ajar Pendidikan Pancasila Kelas 5 Fase CAbdiera
 
ppt-modul-6-pend-seni-di sd kelompok 2 ppt
ppt-modul-6-pend-seni-di sd kelompok 2 pptppt-modul-6-pend-seni-di sd kelompok 2 ppt
ppt-modul-6-pend-seni-di sd kelompok 2 pptArkhaRega1
 
tugas 1 anak berkebutihan khusus pelajaran semester 6 jawaban tuton 1.docx
tugas 1 anak berkebutihan khusus pelajaran semester 6 jawaban tuton 1.docxtugas 1 anak berkebutihan khusus pelajaran semester 6 jawaban tuton 1.docx
tugas 1 anak berkebutihan khusus pelajaran semester 6 jawaban tuton 1.docxmawan5982
 
tugas 1 tutorial online anak berkebutuhan khusus di SD
tugas 1 tutorial online anak berkebutuhan khusus di SDtugas 1 tutorial online anak berkebutuhan khusus di SD
tugas 1 tutorial online anak berkebutuhan khusus di SDmawan5982
 
PELAKSANAAN + Link2 Materi Pelatihan "Teknik Perhitungan & Verifikasi TKDN & ...
PELAKSANAAN + Link2 Materi Pelatihan "Teknik Perhitungan & Verifikasi TKDN & ...PELAKSANAAN + Link2 Materi Pelatihan "Teknik Perhitungan & Verifikasi TKDN & ...
PELAKSANAAN + Link2 Materi Pelatihan "Teknik Perhitungan & Verifikasi TKDN & ...Kanaidi ken
 
Modul Ajar Bahasa Indonesia Kelas 4 Fase B
Modul Ajar Bahasa Indonesia Kelas 4 Fase BModul Ajar Bahasa Indonesia Kelas 4 Fase B
Modul Ajar Bahasa Indonesia Kelas 4 Fase BAbdiera
 
JAWAPAN BAB 1 DAN BAB 2 SAINS TINGKATAN 5
JAWAPAN BAB 1 DAN BAB 2 SAINS TINGKATAN 5JAWAPAN BAB 1 DAN BAB 2 SAINS TINGKATAN 5
JAWAPAN BAB 1 DAN BAB 2 SAINS TINGKATAN 5ssuserd52993
 
bab 6 ancaman terhadap negara dalam bingkai bhinneka tunggal ika
bab 6 ancaman terhadap negara dalam bingkai bhinneka tunggal ikabab 6 ancaman terhadap negara dalam bingkai bhinneka tunggal ika
bab 6 ancaman terhadap negara dalam bingkai bhinneka tunggal ikaAtiAnggiSupriyati
 
Sesi 1_PPT Ruang Kolaborasi Modul 1.3 _ ke 1_PGP Angkatan 10.pptx
Sesi 1_PPT Ruang Kolaborasi Modul 1.3 _ ke 1_PGP Angkatan 10.pptxSesi 1_PPT Ruang Kolaborasi Modul 1.3 _ ke 1_PGP Angkatan 10.pptx
Sesi 1_PPT Ruang Kolaborasi Modul 1.3 _ ke 1_PGP Angkatan 10.pptxSovyOktavianti
 
Materi Pertemuan Materi Pertemuan 7.pptx
Materi Pertemuan Materi Pertemuan 7.pptxMateri Pertemuan Materi Pertemuan 7.pptx
Materi Pertemuan Materi Pertemuan 7.pptxRezaWahyuni6
 

Recently uploaded (20)

MODUL 1 Pembelajaran Kelas Rangkap-compressed.pdf
MODUL 1 Pembelajaran Kelas Rangkap-compressed.pdfMODUL 1 Pembelajaran Kelas Rangkap-compressed.pdf
MODUL 1 Pembelajaran Kelas Rangkap-compressed.pdf
 
Kontribusi Islam Dalam Pengembangan Peradaban Dunia - KELOMPOK 1.pptx
Kontribusi Islam Dalam Pengembangan Peradaban Dunia - KELOMPOK 1.pptxKontribusi Islam Dalam Pengembangan Peradaban Dunia - KELOMPOK 1.pptx
Kontribusi Islam Dalam Pengembangan Peradaban Dunia - KELOMPOK 1.pptx
 
AKSI NYATA NARKOBA ATAU OBAT TERLARANG..
AKSI NYATA NARKOBA ATAU OBAT TERLARANG..AKSI NYATA NARKOBA ATAU OBAT TERLARANG..
AKSI NYATA NARKOBA ATAU OBAT TERLARANG..
 
Aksi nyata Malaikat Kebaikan [Guru].pptx
Aksi nyata Malaikat Kebaikan [Guru].pptxAksi nyata Malaikat Kebaikan [Guru].pptx
Aksi nyata Malaikat Kebaikan [Guru].pptx
 
Bab 6 Kreatif Mengungap Rasa dan Realitas.pdf
Bab 6 Kreatif Mengungap Rasa dan Realitas.pdfBab 6 Kreatif Mengungap Rasa dan Realitas.pdf
Bab 6 Kreatif Mengungap Rasa dan Realitas.pdf
 
PPT PERUBAHAN LINGKUNGAN MATA PELAJARAN BIOLOGI KELAS X.pptx
PPT PERUBAHAN LINGKUNGAN MATA PELAJARAN BIOLOGI KELAS X.pptxPPT PERUBAHAN LINGKUNGAN MATA PELAJARAN BIOLOGI KELAS X.pptx
PPT PERUBAHAN LINGKUNGAN MATA PELAJARAN BIOLOGI KELAS X.pptx
 
Tugas 1 ABK di SD prodi pendidikan guru sekolah dasar.docx
Tugas 1 ABK di SD prodi pendidikan guru sekolah dasar.docxTugas 1 ABK di SD prodi pendidikan guru sekolah dasar.docx
Tugas 1 ABK di SD prodi pendidikan guru sekolah dasar.docx
 
LK.01._LK_Peta_Pikir modul 1.3_Kel1_NURYANTI_101.docx
LK.01._LK_Peta_Pikir modul 1.3_Kel1_NURYANTI_101.docxLK.01._LK_Peta_Pikir modul 1.3_Kel1_NURYANTI_101.docx
LK.01._LK_Peta_Pikir modul 1.3_Kel1_NURYANTI_101.docx
 
REFLEKSI MANDIRI_Prakarsa Perubahan BAGJA Modul 1.3.pdf
REFLEKSI MANDIRI_Prakarsa Perubahan BAGJA Modul 1.3.pdfREFLEKSI MANDIRI_Prakarsa Perubahan BAGJA Modul 1.3.pdf
REFLEKSI MANDIRI_Prakarsa Perubahan BAGJA Modul 1.3.pdf
 
Modul 1.2.a.8 Koneksi antar materi 1.2.pdf
Modul 1.2.a.8 Koneksi antar materi 1.2.pdfModul 1.2.a.8 Koneksi antar materi 1.2.pdf
Modul 1.2.a.8 Koneksi antar materi 1.2.pdf
 
Modul Ajar Pendidikan Pancasila Kelas 5 Fase C
Modul Ajar Pendidikan Pancasila Kelas 5 Fase CModul Ajar Pendidikan Pancasila Kelas 5 Fase C
Modul Ajar Pendidikan Pancasila Kelas 5 Fase C
 
ppt-modul-6-pend-seni-di sd kelompok 2 ppt
ppt-modul-6-pend-seni-di sd kelompok 2 pptppt-modul-6-pend-seni-di sd kelompok 2 ppt
ppt-modul-6-pend-seni-di sd kelompok 2 ppt
 
tugas 1 anak berkebutihan khusus pelajaran semester 6 jawaban tuton 1.docx
tugas 1 anak berkebutihan khusus pelajaran semester 6 jawaban tuton 1.docxtugas 1 anak berkebutihan khusus pelajaran semester 6 jawaban tuton 1.docx
tugas 1 anak berkebutihan khusus pelajaran semester 6 jawaban tuton 1.docx
 
tugas 1 tutorial online anak berkebutuhan khusus di SD
tugas 1 tutorial online anak berkebutuhan khusus di SDtugas 1 tutorial online anak berkebutuhan khusus di SD
tugas 1 tutorial online anak berkebutuhan khusus di SD
 
PELAKSANAAN + Link2 Materi Pelatihan "Teknik Perhitungan & Verifikasi TKDN & ...
PELAKSANAAN + Link2 Materi Pelatihan "Teknik Perhitungan & Verifikasi TKDN & ...PELAKSANAAN + Link2 Materi Pelatihan "Teknik Perhitungan & Verifikasi TKDN & ...
PELAKSANAAN + Link2 Materi Pelatihan "Teknik Perhitungan & Verifikasi TKDN & ...
 
Modul Ajar Bahasa Indonesia Kelas 4 Fase B
Modul Ajar Bahasa Indonesia Kelas 4 Fase BModul Ajar Bahasa Indonesia Kelas 4 Fase B
Modul Ajar Bahasa Indonesia Kelas 4 Fase B
 
JAWAPAN BAB 1 DAN BAB 2 SAINS TINGKATAN 5
JAWAPAN BAB 1 DAN BAB 2 SAINS TINGKATAN 5JAWAPAN BAB 1 DAN BAB 2 SAINS TINGKATAN 5
JAWAPAN BAB 1 DAN BAB 2 SAINS TINGKATAN 5
 
bab 6 ancaman terhadap negara dalam bingkai bhinneka tunggal ika
bab 6 ancaman terhadap negara dalam bingkai bhinneka tunggal ikabab 6 ancaman terhadap negara dalam bingkai bhinneka tunggal ika
bab 6 ancaman terhadap negara dalam bingkai bhinneka tunggal ika
 
Sesi 1_PPT Ruang Kolaborasi Modul 1.3 _ ke 1_PGP Angkatan 10.pptx
Sesi 1_PPT Ruang Kolaborasi Modul 1.3 _ ke 1_PGP Angkatan 10.pptxSesi 1_PPT Ruang Kolaborasi Modul 1.3 _ ke 1_PGP Angkatan 10.pptx
Sesi 1_PPT Ruang Kolaborasi Modul 1.3 _ ke 1_PGP Angkatan 10.pptx
 
Materi Pertemuan Materi Pertemuan 7.pptx
Materi Pertemuan Materi Pertemuan 7.pptxMateri Pertemuan Materi Pertemuan 7.pptx
Materi Pertemuan Materi Pertemuan 7.pptx
 

BENIH BERMUTU

  • 1.
  • 2. (1) Setiap orang yang mengedarkan sarana hortikultura yang tidak memenuhi standar mutu, tidak memenuhi persyaratan teknis minimal, dan/atau tidak terdaftar sebagaimana pasal 35, Dipidana dengan pidana penjara paling lama 2 (dua) tahun atau denda paling banyak Rp. 2.000.000.000,00 (dua miliar rupiah) PERMENTAN 48 TAHUN 2012 TENTANG PRODUKSI, SERTIFIKASI DAN PENGAWASAN PEREDARAN BENIH HORTIKULTURA Pasal 19 (1) Perseorangan, badan usaha, badan hukum yang memproduksi benih dengan kriteria: a. mempekerjakan paling sedikit 30 orang tenaga tetap; b. memiliki aset diluar tanah dan bangunan paling sedikit Rp. 5.000.000.000,- (lima miliar rupiah); atau c. hasil penjualan benih hortikultura selama satu tahun paling sedikit Rp. 15.000.000.000,- (lima belas miliar rupiah). WAJIB MEMILIKI IZIN USAHA produksi benih. (2) Perseorangan, badan usaha atau badan hukum yang tidak memenuhi persyaratan pada ayat (1) cukup dilakukan pendaftaran. UU NO. 13 TAHUN 2010 TENTANG HORTIKULTURA PASAL 126
  • 3. ◊ UU No. 13 Tahun 2010 Pasal 57 menyebutkan bahwa usaha perbenihan hanya dpt dilakukan oleh pelaku usaha yg memiliki sertifikat kompetensi atau badan usaha yg bersertifikat dalam bidang perbenihan dengan wajib menerapkan jaminan mutu benih melalui penerapan Sertifikasi . ◊ Pemahaman dari ketentuan dan peraturan dari pasal 57 ini : 1.Setiap produsen/penangkar/pengedar hanya dapat melakukan kegiatan usahanya bila memiliki Sertifikat Kompetensi. Sertifikat Kompetensi :  Dikeluarkan oleh BPSB atas dasar penilaian kelayakan terhadap SDM yang dimiliki, fasilitas produksi, pengolahan, penyimpanan yang memadai sesuai ruang lingkup usahanya  Diwajibkan kepada pelaku usaha/produsen yg belum memiliki Sertifikat Sistem Manajemen Mutu dari LSSM  Sertifikat kompetensi berlaku 2 (dua) tahun PERBENIHAN
  • 4. UU No. 12 Th. 1992 UU No.13 Th.2010 BENIH BINA/BENIH BERMUTU Benih dari varietas unggul yang telah dilepas/didaftar dan diawasi dalam produksi & peredarannya Apabila akan diedarkan harus melalui sistem sertifikasi dan memenuhi standar mutu atau persyaratan teknis minimal Apabila akan diedarkan wajib diberi label pada setiap kemasan
  • 5.  melindungi petani konsumen benih agar dapat memperoleh benih bermutu sesuai tingkat mutu yang dikehendaki  menciptakan iklim yang sehat dalam usaha perdagangan benih  membina para pedagang benih supaya membiasakan diri melakukan transaksi yang dapat dipertanggungjawabkan.
  • 6.  Sasaran kegiatan pengawasan mutu dan pemasaran benih adalah semua benih bina yang diperdagangkan baik benih padi, palawija dan hortikultura.
  • 7. 1. Undang-Undang RI Nomor 12 Tahun 1992 tentang Sistem Budidaya Tanaman. 2. Peraturan Pemerintah RI Nomor 44 Tahun 1995 tentang Perbenihan Tanaman. 3. Permentan Nomor 56/2015 tentang Produksi, Sertifikasi dan Peredaran Benih Bina 4. Kepmentan Nomor 356 Tahun 2015 tentang Produksi, Sertifikasi dan Peredaran Benih Bina Pengawasan Hilir
  • 8. PERANAN BENIH 1. FAKTOR KUNCI DALAM BUDIDAYA TANAMAN - Harus ada, tidak dapat diganti dengan yang lain - Bermutu, agar produksi dan produktivitas, mutu hasil serta nilai ekonomi produk meningkat - Efisiensi usahatani 2. KOMODITI PERDAGANGAN NASIONAL DAN INTERNASIONAL - Berpindah tempat antar daerah dalam satu negara - Berpindah tempat dari negara satu ke negara lain 3. PEMBAWA/PENULAR DAN SEKALIGUS SEBAGAI PENGENDALI OPT YANG EFEKTIF - Jamur, bakteri, virus, nematoda, gulma - Sumber infeksi untuk tanaman lain - Penularan antar daerah dalam satu negara - Penularan antar negara
  • 9. 1. Suatu kelompok benih bisa diperdagangkan harus dilabel.  Pasal 13 ayat 3 (UU 12/1992)  Pasa 38 (PP 44/1995)  Pasal 37 ayat 1 (Permentan 56/2015) 2. Suatu kelompok benih bisa dilabel produksinya harus disertifikasi.  Pasal 13 ayat 2 (UU 12/1992)  Pasa 33 (PP 44/1995)  Pasal 11 ayat 1 (Permentan 56/2015) 3. Suatu kelompok benih bisa disertifikasi varietasnya harus sudah dilepas.  Pasal 12 ayat 2 (UU 12/1992)  Pasa 21 (PP 44/1995) 4. Suatu kelompok benih bisa dilepas harus dilakukan uji adaptasi/observasi  Pasal 23 ayat 2 (PP 44/1995)  Pasal 4 ayat 1 (Permentan 56/2015) PRINSIP DASAR
  • 10. Pasal 61 ayat (1) Barangsiapa dengan sengaja atau ayat (2) Barangsiapa karena kelalaiannya butir : b. melakukan sertifikasi tanpa izin sebagaimana dimaksud dalam pasal 14 ayat (1) dipidana dengan pidana penjara paling lama 3 (tiga) tahun dan denda paling banyak Rp. 150.000.000,- (seratus lima puluh juta rupiah), atau dipidana dengan pidana kurungan paling lama 12 (dua belas) bulan atau denda paling Rp. 50.000.000,- (lima puluh juta rupiah), Pasal 62 ayat (1) Tindak pidana sebagaimana dimaksud dalam pasal 60 ayat (1) dan pasal 61 ayat (1) adalah kejahatan, Pasal 62 ayat (2) Tindak pidana sebagaimana dimaksud dalam pasal 60 ayat (2) dan pasal 61 ayat (2) adalah pelanggaran.
  • 11. 1. Oleh Pengawas Benih 2. Secara berkala/sewaktu-waktu 3. Apabila menemukan hal-hal yang mencurigakan, Pengawas Benih dapat menghentikan peredaran benih dalam jangka waktu paling lama 30 (tiga puluh) hari. 4. Apabila terdapat penyimpangan prosedur, Pengawas Benih segera melapor kepada Bupati/Walikota melalui Dinas Pertanian yang membidangi perbenihan dengan tembusan kepada Dirjen TP dan sementara dihentikan peredarannya. 5. Apabila tidak diketemukan kejanggalan atau penyimpangan prosedur dalam jangka 30 (tiga puluh) hari, benih diedarkan kembali. PENGAWASAN PEREDARAN BENIH
  • 12. 6. Apabila terdapat kecurigaan terhadap label dan benih yang beredar dapat dilakukan pengujian ulang. 7. Selama pengujian ulang, Pengawas Benih menghentikan peredaran benih paling lama 30 (tiga puluh) hari. 8. Apabila hasil pengujian ulang tidak sesuai dengan label, maka Bupati/walikota melalui Dinas Pertanian yang membidangi perbenihan tan melarang peredaran benihnmya. 9. Jika telah dilarang masih diedarkan, maka instansi yang bersangkutan harus melaporkan kepada Bupati/walikota untuk diadakan penyidikan oleh Penyidik Pegawai Negeri Sipil (PPNS) bersama penyidik pejabat polisi. 10. Apabila hasil pengujian ulang masih sesuai dengan standar mutu, dalam jangka waktu 30 (tiga puluh) hari Pengawas Benih belum dapat memberikan kepastian hasil ujinya, maka dapat diedarkan kembali. Lanjutan……………………………………
  • 13. Pendaftaran pengedar benih adalah suatu kegiatan untuk melakukan pendaftaran dan memberikan rekomendasi sebagai pengedar benih setelah melalui tahapan penilaian 1. Calon pengedar benih bina untuk mejadi pengedar benih bina harus mendaftar kepada bupati/walikota melalui dinas yang tugas pokok membidangi perbenihan tanaman. 2. Untuk memperoleh tanda daftar sebagaimana dimaksud dalam ayat (1), wajib menyampaikan surat permohonan dengan melampirkan persyaratan : 3. Apabila persyaratan sebagaimana tersebut pada ayat (2) dipenuhi, kepada calon pengedar benih bina diberikan tanda daftar pengedar benih bina a. Identitas dan alamat domisili yang jelas dan benar b. Jenis dan jumlah benih yang akan diedarkan c. Fasilitras dan kapasitas penyimpanan yang dimiliki (Pasal 47 Permentan NO. 56/2015)
  • 14.  Memiliki Pengetahuan yang cukup cara memproduksi benih  Meniliki Pengetahuan yang cukup cara penyimpanan benih  Menguasai unit pengolahan untuk pengeringan, pember- sihan dan pengepakan  Menguasai gudang penyim- panan benih  Jujur dan bersedia mematuhi/ ketentuan perbenihan yang berlaku  Memiliki Pengetahuan yang cukup cara penyimpanan benih  Menguasai tempat,/toko/kios untuk penjualan benih  Jujur dan bersedia mema- tuhi/ketentuan perbenihan yang berlaku PRODUSEN PENGEDAR
  • 15. KEWAJIBAN DAN LARANGAN LARANGANKEWAJIBAN  Mematuhi Peraturan Perundang- undagan Perbenihan yang berlaku.  Memiliki atau menguasai fasilitas penyimpapan  Menjaga Mutu Benih Yang diedarkan  Memiliki Catatan dan Penyimpanan Data Benih Bina  Melaporkan Jumlah Benih yang diedarkan kepada instansi yang berwenang dengan tembusan kepada bupati/Walikota dan Direktur Jenderal yang bersangkutan  Memberikan Keterangan data yang diperlukan oleh Pengawas Benih  Melaporkan Setiap terjadi perubanahan data  Merndaftar Ulang pada setiap akhir tahun  Memperjual belikan benih tanpa label  Memperjual belikan benih yang tidak melalui prose yang berlaku  Memperjual belikan benih yang belum memilki hasil uji  Memperjual belikan berih yang berupa galur  Memberjual belikan benih yang tidak memenuhi syarat standar mutu benih  Melepas, mengganti dan merusak setiap label.  Menghindar dan menghalang-halangi Petugas Pengawas Benih dalam melaksanakan tugasnya
  • 16. ALUR PEMBUATAN TANDA DAFTAR PENGEDAR BENIH BINA PRODUSEN/ PENGEDAR BENIH BUPATI/WALIKOTA. PERSYARATAN * Inventarisasi permohonan * Pemberian Bahan -bahan Penilaian BPSBTPH Pelaksanaan Penilaian Faktor-Faktor Yang dinilai : A. Pengedar 1. Pengetahuan benih 2. Peraturan perbenihan 3. Kondisi gudang 4. Kondisi tempat Penjualan 5. Mentaati peraturan BUPATI/WALIKOTA (melaui dinas Pertanian Kabupaten/Kota) TANDA DAFTAR Surat Rekomendasi Sebagai Pengedar Benih Produsen/Penge-dar Benih Siap untuk dinilai B. Produsen 1. Pengetahuan benih 2. Peraturan perbenihan 3. Kondisi gudang 4. Cara menghasilkan benih 5. Cara penyimpanan benih 6. Mentaati peraturan   PENGEDAR BENIH BINAAN 
  • 17. TUJUAN : 1. Untuk menjaga agar benih yang diperdagangkan selalu memenuhi standar mutu dan ketentuan lain yang berlaku. 2. Dilakukan pada kelompok benih yang mutunya diragukan. PELABELAN ULANG : TUJUAN : 1. PERPANJANGAN MASA BERLAKU LABEL (masa berlaku telah habis, turunnya mutu benih) 2. PENYESUAIAN LABEL/KETERANGAN MUTU (penurunan kelas benih, penggantian label asing) PENGECEKAN MUTU BENIH YANG BEREDAR :
  • 18. PENGAWASAN PEMASUKAN BENIH IMPOR : BERTUJUAN : untuk mengecek apakah benih tanaman yang dimasukkan ke dalam Wilayah Republik Indonesia telah memenuhi ketentuan-ketentuan maupun standar minimum mutu benih yang telah ditetapkan, sehingga benih tanaman tersebut tidak merugikan petani konsumen benih. LANGKAH-LANGKAH PENGAWASAN PEREDARAN BENIH IMPORT : 1. Pengamatan SIP sesuai peruntukan/keperluan, 2. Koordinasi dengan Karantina dan Importir, 3. Melakukan Pengecekan dan Pengambilan Sampel Benih, 4. Pengujian Benih Di Laboratorium, 5. Pengawasan Pemasangan Label/Stiker Terhadap Benih Lulus Uji Laboratorium/Memenuhi Standar, 6. Monitoring Penyaluran Benih
  • 19.  Daya tumbuh rendah  Campuran varietas  Kotoran benih tinggi  Kesehatan benih tidak memenuhi standar  Kadar air tinggi  Kesalahan administrasi  Benih kadaluarsa  Benih berlabel ganda  Label benih dan benih tidak sesuai KASUS PELANGGARAN BUKAN TINDAK PIDANA :
  • 20.  Melakukan sertifikasi tanpa izin  Pemalsuan label atau dokumen perbenihan  Jual beli label atau dokumen perbenihan  Pemalsuan stempel  Pemalsuan kemasan  Pemalsuan varietas  Benih tanpa label  Benih belum dilepas  Pengedar benih tidak legal/tidak terdaftar  Pelanggaran prosedur sertifikasi benih : - Mengganti dan/atau menambah benih sumber - Mengganti dan/atau menambah calon benih - Mengganti dan/atau menambah benih lulus - Areal sertifikasi fiktif KASUS PELANGGARAN TINDAK PIDANA :
  • 21. KASUS YANG AWALNYA DIDUGA BUKAN TINDAK PIDANA DAPAT BERKEMBANG MENJADI TINDAK PIDANA APABILA DITEMUKAN BUKTI YANG CUKUP/SAH. KASUS YANG AWALNYA DIDUGA TINDAK PIDANA DAPAT MENJADI BUKAN TINDAK PIDANA BILA TIDAK CUKUP BUKTI. DINAMISASI SIFAT KASUS Bukan Tindak Pidana Tindak Pidana
  • 22. DAMPAK NEGATIF TERJADINYA PELANGGARAN PERBENIHAN 1. DAMPAK PADA PETANI : - Tidak jelas mutu benih yang digunakan - Tidak jelas asal usul benih yang digunakan. 2. DAMPAK PADA PRODUSEN BENIH : - Merusak nama baik perusahaan. - Kerugian materi. - Beredarnya benih putihan. - Terjadinya pemutusan hubungan kerja. 3. DAMPAK PADA PROGRAM PEMERINTAH : - Mengurangi minat investor. - Menghambat program pemerintah di bidang perbenihan yang menganut prinsip 6 (enam) tepat. - Tidak jelas asal usulnya.