Teks tersebut membahas tentang munasabah Al-Quran. Munasabah berarti menjelaskan korelasi makna antar ayat atau surat Al-Quran, baik secara umum atau khusus. Terdapat beberapa macam munasabah seperti antar surat, antar ayat, dan antar bagian suatu ayat. Ilmu munasabah penting untuk menjadikan Al-Quran sebagai kesatuan yang utuh. Para ulama memiliki pandangan berbeda terhadap munasabah
2. Pengertian Munasabah
Kata Munasabah secara etimologi, menurut
Manna’ Khalil Al-Qattan ialah Al-Muqabarah
artinya kedekatan. Dalam pengertian ini As-
Suyuthi menambahkan al-Musyakalah dan Al-
Muqabarah artinya kedekatan dan keserupaan.
Istilah munasabah digunakan dalam ‘iIlat hukum
dalam bab Qiyas yang berarti Al-Wasf Al-
Muqarib Li Al-Hukm (gambaran/sifat yang
berdekatan atau berhubungan dengan hukum.
Jadi, dalam konteks ‘Ulum Al-Qur’an,
Munasabah berarti menjelaskan korelasimakna
antar ayat atau antar surat, baik korelasi itu
bersifat umum atau khusus; rasional (‘aqli),
persepsi (hassiy), atau imajinatif (khayali) ; atau
korelasi berupa sebab akibat, ‘illat dan ma’lul,
perbandingan, dan perlawanan
3. Macam-macam Munasabah
1. Munasabah antar surat dan surat
sebelumnya
2. Munasabah antar nama surat dengan tujuan
diturunkannya
3. Munasabah antar bagian suatu ayat
4. Munasabah antar ayat yang letaknya
berdampingan
5. Munasabah antar suatu kelompok ayat
dengan suatu kelompok ayat yang di
sampingnya
6. Munasabah antar fasilah dan isi ayat
7. Munasabah antar awal surat dengan akhir
surat yang sama
4. Urgensi munasabah
Ilmu munasabah merupakan bagian dari ilmu-ilmu
al-Qur’an yang posisinya sangat penting dalam
rangka menjadikan keseluruhan ayat al-Qur’an
sebagai satu kesatuan yang utuh (holistik). Hal
ini karena suatu ayat dengan yang lain memiliki
keterkaitan, sehingga bisa saling menafsirkan.
Dengan demikian al-Qur’an adalah kesatuan
yang utuh yang jika dipahami sepotong-sepotong
akan terjadi model penafsiran atomostik. Secara
mudahnya ilmu munasabah berfungsi sebagai
ilmu pendukung ilmu tafsir. Bahkan tidak jarang
pendekatan ilmu munasabah, penafsiran akan
semakin jelas, mudah dan indah. Sehingga ilmu
munasabah cukup memiliki peranan dalam
mengingatkan kualitas penafsiran ayat-ayat al-
Qur’an
5. Lanjutan....
Suatu hal yang patut diingatkan di sini adalah
bahwa pekerjaan mencari hubungan antara
sesama ayat al-Qur’an memang bukan
merupakan perkara mudah yang bisa dilakukan
sembarang orang. Menelusuri munasabah al-
Qur’an antar bagian demi bagian merupakan
pekerjaan yang benar-benar menuntut
ketekunan dan kesabaran seseorang, bahkan
boleh jadi hanya mungkin dilakukan manakala
orang yang bersangkutan memang bersungguh-
sungguh memiliki keinginan untuk itu.
Karenanya, mudah dipahami jika kenyataan
memang menunjukkan bahwa tidak begitu
banyak mufassir yeng melibatkan ilmu
munasabah dalam memaparkan penafsiran al-
Qur’an
6. Pandangan ulama tentang
munasabah al-quran
Dalam menyikapi munasabah, para ulama terbagi
kedalam dua golongan yang pertama: golongan
yang tertarik dengan munasabah, dan yang
kedua, Golongan yang tidak tertarik dan
menganggap munasabah tidak perlu di kaji.
Golongan pertama diwakili oleh Abu Bakar al-
Nisabury, Fakhrudin al-Razi, Fakhrudin al-Razi
seorang ulama yang sangat peduli terhadap
munasabah, baik munasabah antar ayat atau
antar surat. Ia pernah memberikan apresiasi
terhadap surat al-Baqarah dengan mengatakan
bahwa “barangsiapa yang menghayati dan
merenungkan bagian-bagian dari susunan dan
keindahan urutan surat ini, maka pastiia akan
mengetahui bahwa al-Quran itu merupakan
mukjizat lantaran kefasihan lafal-lafalnya dan
ketinggian mutu makna-maknanya
7. Golongan ulama yang menolak adanya munasabah
dalam al-Quran diwakili oleh Ma’ruf Dualibi. Ia
paling keras menentang menggunakan
munasabah untuk menafsirkan ayat-ayat dan
surat-surat dalam al-Quran. Ia mengatakan, ‘maka
termasuk usaha yang tidak perlu dilakukan adalah
mencari-cari hubungan di antara ayat-ayat dan
surat-surat al-Quran.’ Karena menurutnya, “al-
Quran dalam berbagai ayat yang ditampilkannya
hanya mengungkapkan hal-hal yang bersifat
prinsip (mabd’a) dan norma umum (kaidah) saja.
Dengan demikian tidaklah pada tempatnya bila
orang bersikeras dan memaksakan diri mencari
korelasi (tanasub) antara ayat-ayat dan surat-
surat yang bersifat tafshil lantaran kefasihan lafal-
lafalnya dan ketinggian mutu makna-maknanya.