1. Irigasi dan Bangunan Air
Minggu 9
JURUSAN TEKNIK SIPIL
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS BORNEO TARAKAN
2. Irigasi dan Bangunan Air
Pengertian Irigasi Bangunan Air
Jaringan Irigasi Bangunan Utama
Bangunan Irigasi
Skema Irigasi
Nomenklatur
Kebutuhan Air
Petak Irigasi
3. Irigasi:
berasal dari istilah Irrigatie (Bahasa Belanda) atau Irrigation (Bahasa Inggris) yang
diartikan sebagai suatu usaha yang dilakukan untuk mendatangkan air dari
sumbernya guna keperluan pertanian mengalirkan dan membagikan air secara
teratur, setelah digunakan dapat pula dibuang kembali melalui saluran pembuang.
Maksud Irigasi:
yaitu untuk memenuhi kebutuhan air (water supply) untuk keperluan pertanian,
meliputi pembasahan tanah, perabukan/pemupukan, pengatur suhu
tanah, menghindarkan gangguan hama dalam tanah, dsb.
Review Tentang Irigasi
11. Standardisasi Irigasi di Indonesia hanya meninjau Irigasi Teknis. Mengacu pada
KP-01 (Kriteria Perencanaan Bagian Jaringan Irigasi), dalam suatu jaringan Irigasi
terdapat empat unsur fungsional Jaringan Irigasi, yaitu:
1. Bangunan-bangunan Utama (Headworks) dimana air dari sumbernya
(umumnya sungai atau waduk) dielakkan ke saluran.
2. Jaringan pembawa irigasi berupa saluran-saluran (primer,
sekunder,tersier,kwarter) yang mengalirkan air irigasi ke petak-petak tersier.
3. Petak-petak Tersier dengan sistem pembagian air dan sistem pembuangan
kolektif, air irigasi di bagi-bagi dan dialirkan ke sawah-sawah dan kelebihan
air ditampung di dalam suatu sistem pembuangan di dalam petak tersier.
4. Sistem pembuang yang terdapat diluar daerah irigasi untuk membuang
kelebihan air irigasi ke sungai atau saluran-saluran alamiah sekitar.
Pendahuluan
12. Batas Daerah Layanan
Klasifikasi Jaringan Irigasi
LEGENDA
Sungai
Saluran Primer
Saluran Sekunder
Saluran Tersier
Bangunan Bagi
Bangunan Sadap
Boks Tersier
Boks Kuater
Daerah Irigasi
Petak Tersier
Blok Tersier
Petak Tersier
JARINGAN UTAMA
Petak Tersier max 150 Ha
Petak Kuarter 10 – 15 Ha
13. Bangunan yang direncanakan di sepanjang sungai atau
aliran air untuk membelokkan air kedalam jaringan
saluran, agar dipakai untuk keperluan irigasi, terdiri dari:
- Bangunan pengelak dengan peredam energi
- Pengambilan utama
- Pintu Bilas
- Kolam olak
- Kantong lumpur (bila perlu)
- Tanggul Banjir
- Bangunan pelengkap lainnya
Bangunan Utama
14. Dalam perencanaan jaringan irigasi teknis, setelah air diambil dari sumbernya, air
tersebut di bawa oleh saluran pembawa menuju petak-petak sawah yang di tuju.
Dalam perjalanan membawa air menuju petak, dibutuhkan bangunan-bangunan
pendukung agar sistem irigasi teknis mampu berkinerja optimal.
Bangunan Irigasi
1). Bangunan Pengukur Debit
2). Bangunan Pengatur tinggi muka air
3). Bangunan bagi dan sadap
4). Bangunan pembawa
6). Bangunan lindung
7). Jalan dan jembatan
8). Bangunan – bangunan pelengkap
15. Agar pengelolaan air irigasi menjadi efektif, maka debit harus diukur (dan diatur) pada
hulu saluran primer, pada cabang saluran dan pada bangunan sadap tersier. Berbagai
macam bangunan dan peralatan telah dikembangkan untuk maksud ini, seperti :
• Ambang Lebar
- Alat Ukur Drempel
- Alat Ukur Romijn
- Alat Ukur Vlugter
- Alat Ukur Parshall
• Ambang Tipis
- Alat Ukur Cipoletti
- Alat Ukur Thomson
- Alat Ukur Rechboch
Bangunan Pengukur Debit
16.
17. Alat Ukur Ambang Lebar dengan Mulut Pemasukan yang
Dibulatkan
Alat Ukur Ambang Lebar dengan Pemasukan
Bermuka Datar dan Peralihan Penyempitan
Ambang Lebar
18.
19.
20. Ambang Lebar
Bangunan ukur ambang lebar dianjurkan karena bangunan itu kokoh dan mudah
dibuat. Karena bisa mempunyai berbagai bentuk mercu, bangunan ini mudah
disesuaikan dengan tipe saluran apa saja. Hubungan tunggal antara muka air hulu dan
debit mempermudah pembacaan debit secara langsung dari papan duga.
Persamaan debit untuk alat ukur ambang lebar dengan bagian pengontrol segi empat
adalah :
Dimana :
Q = debit m3/dt
Cd = koefisien debit
Cd adalah 0,93 + 0,10 H1/L, for 0,1 < H1/L < 1,0
H1 adalah tinggi energi hulu, m
L panjang mercu, m
Cv = Koefisien kecepatan datang
g = percepatan gravitasi, m/dt2 (≈9,81)
bc = lebar mercu, m
h1 = kedalaman air hulu terhadap ambang bangunan ukur, m
21.
22. Papan duga
Adalah mungkin untuk menandai papan duga dengan satuan liter/detik atau
meter kubik/detik, selain dengan skala sentimeter. Dalam hal ini tidak
diperlukan label debit.
Sebuah contoh jarak penandaan papan duga untuk pembacaan langsung
papan duga yang dipasang pada dinding, diberikan pada Tabel 2.3. Tabel
tersebut menggunakan Gambar II.7 sebagai bilangan pengali.
23.
24. Kelebihan Alat Ukur Ambang Lebar
- Bentuk hidrolis luwes dan sederhana
- Konstruksi kuat, sederhana dan tidak mahal
- Benda-benda hanyut dapat lewat dengan mudah
- Eksploitasi mudah
Kelemahan Alat Ukur Ambang Lebar
- Bangunan ini hanya dapat dipakai sebagai bangunan pengukur
- Hanya untuk aliran yang tidak tenggelam.
Penggunaan Alat Ukur Ambang Lebar
Alat ukur ambang lebar dan flum leher panjang adalah bangunan-bangunan pengukur
debit yang dipakai di saluran dimana kehilangan tinggi energi merupakan hal pokok
25. Saluran dengan data-data sebagai berikut:
• Q = 0,12 m3/dt
• I = 0,0004
• n = 0,02 (koefisien Manning)
• b = h
• m = 1:1 (kemiringan talud)
Pada saluran tersebut dipasang alat ukur ambang lebar. Alat ukur tersebut juga harus mampu
mengukur debit minimum pada saat musim kering sebesar 30% dari debit maksimum.
Rencanakan:
1. Dimensi alat ukur Drempel tersebut.
2. Cek kemampuan alat ukur tersebut untuk debit minimum.
3. Gambar alat ukur meliputi:
• Denah
• Potongan memanjang
• Potongan melintang (2 tempat)
Contoh Soal
26.
27.
28.
29.
30.
31.
32. Pintu Romijn adalah alat ukur ambang lebar yang bisa digerakkan untuk mengatur dan
mengukur debit di dalam jaringan saluran irigasi. Agar dapat bergerak, mercunya dibuat
dari pelat baja dan dipasang di atas pintu sorong Pintu ini dihubungkan dengan alat
pengangkat.
Sejak pengenalannya pada tahun 1932, pintu Romijn telah dibuat dengan tiga bentuk
mercu (Gambar II.8), yaitu:
a. bentuk mercu datar dan lingkaran gabungan untuk peralihan penyempitan hulu
(Gambar 2.8A)
b. bentuk mercu miring ke atas 1 : 25 dan lingkaran tunggal sebagai peralihan
penyempitan (Gambar 2.8B)
c. bentuk mercu datar dan lingkaran tunggal sebagai peralihan penyempitan (Gambar
2.8C).
Romijn
33. Dilihat dari segi hidrolis, pintu Romijn dengan mercu horizontal dan peralihan
penyempitan lingkaran tunggal adalah serupa dengan alat ukur ambang lebar
Dimana :
Q = debit m3/dt
Cd = koefisien debit
Cd adalah 0,93 + 0,10 H1/L,
L panjang mercu, m
Cv = Koefisien kecepatan datang
g = percepatan gravitasi, m/dt2 (≈9,81)
bc = lebar meja, m
h1 = kedalaman air hulu di atas meja
dengan
H1 = h1 + v1
2/2g
dimana :
H1 = tinggi energi diatas meja, m
v1 = kecepatan di hulu alat ukur, m/dt
35. Lebar standar untuk alat ukur Romijn adalah 0,50; 0,75; 1,00; 1,25 dan 1,50 m untuk
harga-harga lebar standar berlaku semua pintu, kecuali satu tipe, mempunyai panjang
standar mercu 0,50 untuk mercu horisontal dan jari-jari 0,10 m untuk meja berunjung
bulat.
Satu pintu lagi ditambahkan agar sesuai dengan bangunan sadap tersier yang debitnya
kurang dari 160 l/dt. Lebar pintu ini 0,50 m, tapi mercu horisontalnya 0,33 m dan jari-
jari 0,07 m untuk ujung meja. Harga-harga besaran debit yang dianjurkan untuk standar
alat ukur Romijn diberikan pada Tabel 2-6.