SlideShare a Scribd company logo
1 of 41
PERATURAN GUBERNUR LAMPUNG
NOMOR 19 TAHUN 2019
Tentang
Pelaksanaan Percepatan Penurunan Stunting
Di Provinsi Lampung
DASAR HUKUM
• Undang-Undang Nomor 4 Tahun 1979 tentang
Kesejahteraan Anak;
• Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2009 tentang
Kesehatan;
• Peraturan Presiden Nomor 42 Tahun 2013 tentang
Gerakan Nasional Percepatan Perbaikan Gizi;
• Peraturan Pemerintah Nomor 2 Tahun 2018 tentang SPM;
SISTEMATIKA
I. Ketentuan Umum
II. Azas, Tujuan dan Maksud
III Pilar Penurunan Stunting
IV. Ruang Lingkup
V. Program Stunting
VI. Edukasi, Pelatihan dan Penyuluhan Gizi
VII. Penelitian dan Pengembangan
VIII. Pendelegasian, wewenang dan tanggung jawab
IX. Sasaran Wilayah Penurunan Stunting
X. Peran Serta Masyarakat
XI. Pencatatan dan Pelaporan
XII. Penghargaan
XIII. Pembiayaan
XIV. Ketentuang Penutup
MATERI POKOK PENGATURAN
DALAM
PERATURAN GUBERNUR
PENGERTIAN STUNTING :
Stunting adalah kondisi gagal tumbuh
pada anak anak akibat dari
kekurangan gizi kronis, sehingga anak
terlalu pendek untuk usianya.
(Pasal 1)
PENGERTIAN LAMPUNG STUNTING AGENCY (LSA) :
Lampung Stunting agency selanjutnya disebut LSA
adalah Suatu wadah/forum komunikasi aliansi strategis
dari berbagai pemangku kepentingan, satuan kerja
perangkat daerah, organisasi profesi, organisasi
masyarakat (Ormas) dan program studi kesehatan serta
NGO terkait guna percepatan penurunan prevalensi
stunting dalam rangka menjamin kualitas generasi emas
di Provinsi Lampung.
(Pasal 1)
AZAS, TUJUAN DAN MAKSUD
Penurunan stunting dilaksanakan berdasarkan asas-asas sebagai berikut :
• bertindak cepat dan akurat, artinya dalam upaya penurunan stunting, tenaga gizi
terlatih harus bertindak sesuai prosedur tetap pelayanan gizi dan kode etik profesi;
• penguatan kelembagaan dan kerja sama; artinya dalam upaya penurunan stunting
tidak hanya dapat dilakukan secara sektoral, akan tetapi membutuhkan dukungan
sektor dan program lain;
• transparansi, artinya azas yang menentukan dalam penurunan stunting harus
dilakukan secara terbuka,
• peka budaya, artinya azas yang menentukan bahwa penurunan stunting harus
memperhatikan sosio budaya gizi daerah setempat; dan
• akuntabilitas, artinya azas yang menentukan bahwa dalam segala hal yang
berhubungan dengan penurunan stunting harus dilakukan dengan penuh tanggung
jawab.
(Pasal 2)
AZAS, TUJUAN DAN MAKSUD
Penurunan stunting dimaksudkan untuk meningkatkan mutu gizi
perseorangan, keluarga dan masyarakat melalui :
• perbaikan pola konsumsi makanan dan perilaku sadar gizi;
• peningkatan akses pangan dan mutu pelayanan gizi sesuai dengan
kemajuan ilmu dan teknologi; dan
• peningkatan sistem kewaspadaan pangan dan gizi;
(Pasal 3)
AZAS, TUJUAN DAN MAKSUD
• Penurunan stunting bertujuan untuk meningkatkan status
gizi masyarakat dan kualitas sumber daya manusia.
(Pasal 4)
PILAR PENURUNAN STUNTING
Aksi bersama dan terobosan untuk penurunan stunting dilakukan
melalui beberapa pilar yang meliputi:
• komitmen dan visi pimpinan daerah;
• kampanye dengan fokus pada pemahaman, perubahan perilaku,
komitmen politik dan akuntabilitas;
• konvergensi, koordinasi dan konsolidasi program nasional,
daerah dan masyrakat;
• mendorong kebijakan keamanan nutrisi makanan (nutritional
food security); dan
• pemantauan dan evaluasi.
(Pasal 5 )
RUANG LINGKUP
Ruang lingkup penurunan stunting berkaitan dengan
intervensi gizi spesifik dan intervensi gizi sensitif.
(Pasal 5)
SASARAN KEGIATAN PENURUNAN STUNTING
• Sasaran kegiatan penurunan stunting, meliputi:
- sasaran untuk intervensi gizi spesifik; dan
- sasaran untuk intervensi gizi sensitif;
• Sasaran untuk intervensi gizi spesifik sebagaimana dimaksud
pada ayat (1) huruf a, meliputi:
a. ibu hamil;
b. ibu menyusui dan anak dibawah usia 6 bulan; dan
c. ibu menyusui dan anak usia 6 – 23 bulan.
• Sasaran untuk intervensi gizi sensitif sebagaimana dimaksud
pada ayat (1) huruf a yaitu masyarakat umum, khususnya
keluarga
(Pasal 6)
KEGIATAN DALAM PENURUNAN STUNTING
Kegiatan intervensi gizi spesifik dengan sasaran ibu hamil sebagaimana
dimaksud dalam pasal 6 ayat 2 huruf a, meliputi:
• memberikan makanan tambahan pada ibu hamil untuk mengatasi
kekurangan energi dan protein kronis;
• mengatasi kekurangan zat besi dan asam folat;
• mengatasi kekurangan iodium;
• menanggulangi kecacingan pada ibu hamil; dan
• melindungi ibu hamil dari malaria.
Kegiatan intervensi gizi spesifik dengan sasaran ibu menyusui dan anak
dibawah usia 6 bulan sebagaimana dimaksud dalam pasal 6 ayat 2 huruf b,
meliputi:
• mendorong inisiasi menyusu dini (IMD); dan
• mendorong pemberian ASI Eksklusif.
(Pasal 7)
KEGIATAN DALAM PENURUNAN STUNTING
Kegiatan intervensi gizi spesifik dengan sasaran ibu menyusui dan
anak usia 6 – 23 bulan sebagaimana dimaksud dalam pasal 6 ayat 2
huruf c, meliputi:
• mendorong melanjutkan pemberian ASI hingga usia 23 bulan
didampingi oleh pemberian makanan pendamping ASI (MP-ASI);
• menyediakan obat cacing;
• menyediakan suplementasi gizi;
• melakukan fortifikasi zat besi ke dalam makanan;
• memberikan perlindungan terhadap malaria;
• memberikan imunisasi lengkap; dan
• melakukan pencegahan dan pengobatan diare.
(Pasal 7)
KEGIATAN DALAM PENURUNAN STUNTING
Kegiatan intervensi gizi sensitif dengan sasaran masyarakat umum sebagaimana
dimaksud dalam pasal 6 ayat 3, meliputi:
• menyediakan dan memastikan akses pada air bersih;
• menyediakan dan memastikan akses pada sanitasi layak;
• melakukan fortifikasi bahan pangan;
• menyediakan akses kepada layanan kesehatan dan Keluarga Berencana (KB);
• menyediakan Jaminan Kesehatan Nasional (JKN);
• menyediakan Jaminan Persalinan Universal (Jampersal);
• memberikan pendidikan pengasuhan pada orang tua;
• memberikan pendidikan anak usia dini universal;
• memberikan pendidikan gizi masyarakat;
• memberikan edukasi kesehatan seksual dan reproduksi, serta gizi pada remaja;
• menyediakan bantuan dan jaminan sosial bagi keluarga miskin; dan
• meningkatkan ketahanan pangan dan gizi.
(Pasal 7)
PROGRAM STUNTING
• Dalam upaya penurunan stunting dilakukan strategi edukasi
kesehatan dan gizi melalui kemandirian keluarga.
• Strategi edukasi kesehatan dan gizi sebagaimana dimaksud pada
ayat (1) dilakukan terkait upaya promotif dan preventif melalui
intervensi perubahan perilaku individu dan masyarakat, serta yang
menyentuh sasaran yang paling utama yaitu keluarga.
• kemandirian keluarga sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
dilaksanakan melalui peningkatan kemampuan keluarga untuk
mengenali, menilai dan melakukan tindakan secara mandiri yang
didampingi oleh tenaga kesehatan dan community provider,
secara berkala, kontinyu dan terintergrasi.
(pasal 8)
PROGRAM STUNTING
Kemandirian keluarga sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dapat
dilihat dari berbagai indikator, yang meliputi:
 Sejauh mana keluarga menyadari pentingnya kesehatan dan gizi;
 sejauh mana keluarga mengetahui apakah anggota keluarganya
mengalami masalah kesehatan dan gizi
 keluarga mengetahui apa yang harus dilakukan; dan
 keluarga memanfaatkan dan berupaya mengakses pelayanan
kesehatan yang disediakan.
(pasal 8)
GERAKAN MASYARAKAT HIDUP SEHAT
• Dalam upaya mempercepat penurunan stunting dilakukan gerakan masyarakat hidup
sehat.
• Gerakan masyarakat hidup sehat sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilaksanakan
untuk mensinergikan tindakan upaya promotif dan preventif masalah stunting serta
meningkatkan produktivitas masyarakat.
• Gerakan masyarakat hidup sehat sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilaksanakan
melalui:
– peningkatan aktivitas fisik;
– peningkatan perilaku hidup sehat;
– penyediaan pangan sehat dan percepatan perbaikan gizi;
– peningkatan pencegahan dan deteksi dini penyakit;
– peningkatan kualitas lingkungan; dan
– peningkatan edukasi hidup sehat.
• Gerakan masyarakat hidup sehat sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dikampanyekan
oleh Dinas dan seluruh Organisasi Perangkat Daerah terutama guna penurunan
stunting.
(pasal 9)
GERAKAN SERIBU HARI PERTAMA KEHIDUPAN
• Gerakan Seribu Hari Pertama Kehidupan merupakan komitmen
bersama antara Pemerintah Daerah dan masyarakat sebagai gerakan
partisipasi untuk percepatan penurunan stunting.
• Gerakan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) melalui penggalangan
partisipasi dan kepedulian para pemangku kepentingan secara
terencana dan terkoordinasi terhadap kebutuhan gizi janin maupun
bayi pada seribu hari pertama kehidupannya.
(pasal 10)
GERAKAN SERIBU HARI PERTAMA KEHIDUPAN
Gerakan sebagaimana dimaskdu pada ayat (1) dilaksanakan dalam bentuk antara lain
meliputi :
• penandatangan fakta integritas oleh Pemerintah Daerah, masyarakat dan pemangku
kepentingan terkait;
• komunikasi, edukasi dan pemberian informasi baik formil maupun informil;
• kampanye di berbagai media;
• pemberian penghargaan bagi masyarakat peduli penurunan stunting; dan
• kegiatan-kegiatan lain yang mendukung.
Gerakan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dikoordinasikan oleh Dinas
Gerakan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dimasukkan dalam rencana strategis Dinas
dan didukung anggaran Dokumen Pelaksanaan Anggaran (DPA) Dinas.
(pasal 10)
EDUKASI GIZI
1. Edukasi gizi diselenggarakan dalam upaya menciptakan pemahaman yang
sama tentang hal-hal yang terkait gizi.
2. Edukasi gizi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) meliputi :
- Pengertian Gizi
- Masalah Gizi
- Faktor-faktor yang mempengaruhi masalah gizi; dan
- Praktik-praktik yang baik dan benar untuk memperbaiki keadaan gizi
3. Edukasi gizi sebagaimana dimaksud ayat (1) diselenggarakan secara periodik
oleh dinas kesehatan
(pasal 11)
PELATIHAN GIZI
• Pelatihan gizi diselenggarakan dalam upaya peningkatan
pengetahuan, pemahaman dan keterampilan Petugas Gizi dan
masyarakat dalam upaya penurunan stunting yang berkualitas.
• Pelatihan gizi sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
diselenggarakan secara periodik oleh Dinas.
(pasal 12
PENYULUHAN GIZI
• Penyuluhan gizi kepada masyarakat dalam upaya penurunan stunting
diselenggarakan oleh Dinas Kesehatan
• Penyuluhan gizi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilakukan melalui
konseling gizi di Puskesmas dan fasilitas pelayanan kesehatan lainnya
sebagai bagian dari upaya kesehatan perorangan.
• Penyuluhan gizi dilakukan di Posyandu dan pertemuan-pertemuan
kelompok-kelompok masyarakat.
• Penyuluhan gizi dalam upaya penurunan stunting dapat dilakukan di
rumah sakit dalam bentuk konseling gizi di ruang rawat inap dan ruang
rawat jalan serta penyuluhan kelompok di ruang rawat jalan.
(pasal 13)
PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN
• Penelitian dan pengembangan gizi dilakukan guna menerapkan
ilmu pengetahuan dan teknologi tepat guna di bidang gizi dalam
rangka menentukan intervensi yang tepat penurunan stunting.
• Penelitian, pengembangan dan penerapan hasil penelitian gizi
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilaksanakan dengan
memperhatikan norma-norma yang berlaku dalam masyarakat.
• Hasil dari penelitian gizi sebagaimana dimaksud pada ayat (2)
dapat dipertanggungjawabkan.
(pasal 14)
PENDELEGASIAN WEWENANG DAN
TANGGUNG JAWAB
• Gubernur mendelegasikan wewenang dan tanggung jawab penurunan
stunting di Provinsi Lampung kepada Dinas.
• Wewenang dan tanggung jawab penurunan stunting di Provinsi
Lampung sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dibantu oleh Tim
Penurunan Stunting Provinsi Lampung,
• Tim Penurunan Stunting sebagaimana dimaksud pada ayat (2) terdiri
dari unsur: pemangku kepentingan, satuan kerja perangkat daerah,
organisasi profesi, organisasi masyarakat (Ormas) dan program studi
kesehatan serta NGO terkait guna percepatan penurunan prevalensi
stunting dalam rangka menjamin kualitas generasi emas di Provinsi
Lampung
(pasal 15)
PENDELEGASIAN WEWENANG DAN
TANGGUNG JAWAB
• Tim Penurunan Stunting Provinsi Lampung sebagaimana dimaksud pada ayat (2)
bertugas :
– melakukan koordinasi dan komunikasi efektif lintas program dan lintas sektor dalam upaya
penurunan stunting;
– mengkaji dan menganalisis permasalahan stunting dan perbaikan gizi di Provinsi Lampung;
– merencanakan tujuan, sasaran, prioritas, strategi dan program penurunan stunting di Provinsi
Lampung;
– melaksanakan dan mengalokasikan program penurunan stunting di Provinsi Lampung dalam bentuk
kegiatan-kegiatan yang berkelanjutan;
– monitoring dan mengevaluasi program penurunan stunting di Provinsi Lampung;
– memberikan sosialisasi kepada Kabupaten/Kota sampai tingkat kecamatan sehubungan dengan
program penurunan stunting di Provinsi Lampung;
– memberikan rekomendasi kepada Gubernur tentang perencanaan dan pelaksanaan upaya
penurunan stunting di Provinsi Lampung; dan
– menyampaikan laporan kepada Gubernur secara berkala.
• Tim Penurunan Stunting sebagaimana dimaksud pada ayat (1) ditetapkan dengan
Keputusan Gubernur.
(pasal 15)
SASARAN WILAYAH PENURUNAN STUNTING
• Dalam upaya penurunan stunting dilakukan fokus sasaran
wilayah intervensi.
• Fokus sasaran wilayah penurunan stunting sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) didasarkan pertimbangan-
pertimbangan yang meliputi:
– tingginya angka kejadian stunting;
– perlunya efisiensi sumber daya;
– lebih fokus dalam implementasi dan efektivitas percepatan
penurunan stunting;
– pengukuran target pencapaian yang lebih terkendali; dan
– dapat dijadikan dasar perluasan.
(pasal 16)
PERAN SERTA MASYARAKAT
• Masyarakat berperan seluas-luasnya dalam mewujudkan
peningkatan status gizi individu, keluarga dan masyarakat,
sesuai dengan ketentuan Peraturan Gubernur ini.
• Dalam rangka penurunan stunting dan intervensinya,
masyarakat dapat menyampaikan permasalahan, masukan dan
atau cara pemecahan masalah mengenai hal-hal di bidang
kesehatan dan gizi.
• Pemerintah Daerah membina, mendorong dan menggerakkan
swadaya masyarakat di bidang gizi dan penurunan stunting agar
dapat lebih berdaya guna dan berhasil guna.
(pasal 17)
PENCATATAN DAN PELAPORAN
• Setiap tenaga kesehatan dan fasilitas pelayanan kesehatan
harus melaksanakan pencatatan dan pelaporan upaya
penurunan stunting.
• Dinas membantu tenaga kesehatan dan fasilitas pelayanan
kesehatan dalam melakukan pencatatan dan pelaporan
sebagaimana dimaksud pada ayat (1).
• Pencatatan dan pelaporan sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
dapat dilakukan dengan menggunakan aplikasi Elektronik
Pencatatan Pelaporan Gizi Berbasis Masyarakat.
• Pelaporan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilakukan
secara berjenjang.
(pasal 18)
PENGHARGAAN
• Pemerintah Daerah dapat memberikan penghargaan kepada
masyarakat dan/atau institusi yang peduli penurunan stunting di
Provinsi Lampung.
• Kategori, kriteria, dan bentuk pemberian penghargaan
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dikoordinasikan oleh Dinas.
• Pemberian penghargaan sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
diberikan pada saat hari-hari besar nasional dan/atau hari-hari
besar kesehatan
(pasal 19)
PEMBIAYAAN
Pembiayaan bagi pelaksanaan upaya penurunan stunting bersumber
dari Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara, Anggaran
Pendapatan dan Belanja Daerah, dan sumber-sumber lain yang sah
dan tidak mengikat sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-
undangan.
(pasal 20)
KETENTUAN PENUTUP
Peraturan Gubernur ini mulai berlaku pada tanggal diundangkan.
Agar setiap orang mengetahuinya, memerintahkan pengundangan
Peraturan Gubernur ini dengan penempatannya dalam Berita Daerah
Provinsi Lampung.
(pasal 21)
LAMPIRAN PERGUB
KEGIATAN UTAMA PELAKSANAAN PENURUNAN STUNTING
YANG DILAKUKAN OLEH PERANGKAT DAERAH
Penanggung Jawab Kegiatan Utama Indikator
Dinas Kesehatan • Intervensi 1000 Hari Pertama Kehidupan
: Suplmentasi tablet tambah darah untuk
ibu hamil minimal 90 tablet, PMT ibu
hamil KEK, ANC terpadu, Vitamin A ibu
nifas dan vitamin A balita, ASI eksklusif
dan PMT balita kurus.
• SDIDTK, MTBM dan MTBS
• Pendidikan Gizi : Promosi dan Kampanye
gizi seimbang.
• kecacingan; menyediakan obat cacing
• Desa yang melaksanakan STBM dan ODF
• Memberikan perlindungan terhadap
malaria
• Memberikan imunisasi lengkap
• Melakukan pencegahan dan pengobatan
diare
• Jumlah kabupaten/kota yang
melaksanakan suplementasi gizi;
• Jumlah Ibu hamil KEK mendapatkan
PMT
• Jumlah Balita kurus mendapatkan
PMT
• Jumlah balita yang dilakukan
SDIDTK, MTBM dan MTBS
• Persentase kabupaten/kota yang
melaksanakan promosi dan
kampanye gizi seimbang
• Persentase kabupaten/kota
melaksanakan tatalaksana gizi
• Jumlah desa yang melaksanakan
STBM dan ODF
• Penurunan jumlah kasus malaria
• Meningkatnya capaian UCI
• Menurunnya kasus diare
KEGIATAN UTAMA PELAKSANAAN PENURUNAN STUNTING
YANG DILAKUKAN OLEH PERANGKAT DAERAH
Penanggung Jawab Kegiatan Utama Indikator
BPS Penguatan dan sinkronisasi data sasaran
balita stunting per desa
Jumlah data sasaran balita stunting per
desa
BPJS Penguatan data pemegang kartu KIS dan PBI
per-desa locus stunting
Persentase data pemegang kartu KIS
dan PBI per-desa locus stunting
BKKBN Penguatan program KB; Pendidikan
kesehatan reproduksi remaja dan Bina
keluarga balita; Percepatan penurunan
stunting di wilayah kampung KB
 Jumlah kabupaten/kota yang
melaksanakan program KB
 Jumlah kegiatan Pendidikan
kesehatan reproduksi remaja
 Jumlah kegiatan bina keluarga
balita
 Menurunnya jumlah kasus stunting
di kampung KB
KEGIATAN UTAMA PELAKSANAAN PENURUNAN STUNTING
YANG DILAKUKAN OLEH PERANGKAT DAERAH
Penanggung Jawab Kegiatan Utama Indikator
Dinas Tanaman Pangan dan
Hortikultura
Mengawasi keamanan dan mutu pangan
segar dan mendorong pemanfaatan
pekarangan rumah untuk tanaman sayur dan
buah
 Jumlah kegiatan pengawasan
keamanan dan mutu pangan segar
 Jumlah desa yang mengembangkan
pemanfaatan pekarangan untuk
menanam sayur dan buah.
Badan Perencana
Pembangunan Daerah
Malaksanakan Koordinasi perencanaan
penurunan stunting dan mengukur indikator
keberhasilan penurunan stunting
 Jumlah instansi Pemerintah Daerah
yang melaksanakan penurunan
stunting
 Capaian indikator keberhasilan
penurunan stunting
Dinas Perdagangan Fortifikasi garam, food labeling, Pelaksanaan
Perda ASI terkait pemasaran susu formula
 Jumlah fortifikasi garam
 Jumlah food labeling
 Penurunan pemasaran susu
formula 0-6 bulan.
KEGIATAN UTAMA PELAKSANAAN PENURUNAN STUNTING
YANG DILAKUKAN OLEH PERANGKAT DAERAH
Penanggung Jawab Kegiatan Utama Indikator
Dinas Pendidikan dan
Kebudayaan
Advokasi dan sosialisasi program intervensi
stunting di kalangan pelajar dan
lingkungan sekolah; sosialisasi gizi
seimbang di PAUD dan pendidikan
kesehatan reproduksi.
 Jumlah kegiatan advokasi dan
sosialisasi program intervensi
stunting di kalangan pelajar dan
lingkungan sekolah;
 Jumlah sosialisasi gizi seimbang
di PAUD dan pendidikan
kesehatan reproduksi.
Dinas Kelautan dan
Perikanan
Meningkatkan dan memperluas
pelaksanaan Gerakan Masyarakat Makan
Ikan (Gemarikan) pada masyarakat dan
mengawasi mutu dan keamanan hasil
perikanan daerah
 Meningkatnya konsumsi ikan
provinsi
 Jumlah lokasi pelaksanaan
Gerakan Masyarakat Makan Ikan
 Jumlah lokasi yang diawasi mutu
dan keamanan hasil perikanan
dari residu berbahaya.
KEGIATAN UTAMA PELAKSANAAN PENURUNAN STUNTING
YANG DILAKUKAN OLEH PERANGKAT DAERAH
Penanggung Jawab Kegiatan Utama Indikator
Dinas Ketahanan Pangan Fortifkasi dan diversifikasi pangan, Keamanan
pangan di tingkat rumah tangga dan
pengambangan desa pangan aman
 Jumlah fotifikasi dan diversifikasi
pangan;
 Jumlah lokasi keamanan pangan di
tingkat rumah tangga
 Jumlah desa aman pangan yang
terbina
Dinas Pemberdayaan
Perempuan dan
Perlindungan Anak
Pemberdayaan ibu dalam persiapan
pemenuhan PMT dan KIE stunting
Jumlah kegiatan Pemberdayaan ibu
dalam persiapan pemenuhan PMT dan
KIE stunting
Dinas Pemberdayaan
Masyarakat dan Desa
Mengoptimalkan pemanfaatan dana desa
untuk mendukung progam kesehatan
khususnya dalam penanggulangan stunting
dan Revitalisasi posyandu.
Jumlah dana desa yang digunakan
untuk mendukung progam kesehatan
khususnya dalam penanggulangan
stunting dan jumlah posyandu yang
berkompeten dalam pemantauan
pertumbuhan.
KEGIATAN UTAMA PELAKSANAAN PENURUNAN STUNTING
YANG DILAKUKAN OLEH PERANGKAT DAERAH
Penanggung Jawab Kegiatan Utama Indikator
Balai Besar Pengawas Obat
dan Makanan
Menjamin keamanan dan mutu pangan
olahan yang beredar dimasyarakat serta
standardisasi pangan
 Jumlah desa pangan aman
 Jumlah pasar yang di intervensi
 Jumlah pasar aman dari bahan
berbahaya yang diintervensi
Kanwil Kementerian Agama Melaksanakan Kespro Catin; Pendidikan
Kesehatan dan Gizi untuk madrasah dan
pondok pesantren serta mendorong peran
ulama untuk mendukung pemberian ASI
eksklusif
 Jumlah calon pengantin
memperoleh bimbingan kesehatan
pra nikah;
 Jumlah kegiatan Pendidikan
Kesehatan dan Gizi untuk
madrasah dan pondok pesantren
 Jumlah ulama yang mendukung
pemberian ASI Eksklusif
Balai Besar Pengawas Obat
dan Makanan
Menjamin keamanan dan mutu pangan
olahan yang beredar dimasyarakat serta
standardisasi pangan
 Jumlah desa pangan aman
 Jumlah pasar yang di intervensi
 Jumlah pasar aman dari bahan
berbahaya yang diintervensi
KEGIATAN UTAMA PELAKSANAAN PENURUNAN STUNTING
YANG DILAKUKAN OLEH PERANGKAT DAERAH
Penanggung Jawab Kegiatan Utama Indikator
Organisasi profesi, organisasi
masyarakat dan LSM
Mendukung program percepatan penurunan
stunting di Provinsi Lampung
 Tercapainya penurunan stunting di
Provinsi Lampung
Thank You

More Related Content

Similar to Paparan-PERGUB-STUNTING-LSA (2).pptx

Bahan Tayang Kebijakan PIS-PK di Masa Pandemi Covid-19.pdf
Bahan Tayang Kebijakan PIS-PK di Masa Pandemi Covid-19.pdfBahan Tayang Kebijakan PIS-PK di Masa Pandemi Covid-19.pdf
Bahan Tayang Kebijakan PIS-PK di Masa Pandemi Covid-19.pdfayusthea1
 
Petunjuk Teknis Bangun Mandar Bidang Kesehatan
Petunjuk Teknis Bangun Mandar Bidang KesehatanPetunjuk Teknis Bangun Mandar Bidang Kesehatan
Petunjuk Teknis Bangun Mandar Bidang KesehatanMuh Saleh
 
Juknis Bangunmandar Sehat Tahun 2015
Juknis Bangunmandar Sehat Tahun 2015Juknis Bangunmandar Sehat Tahun 2015
Juknis Bangunmandar Sehat Tahun 2015Muh Saleh
 
PERDES TENTANG PERAN DESA DALAM PENCEGAHAN STUNTING
PERDES TENTANG PERAN DESA DALAM PENCEGAHAN STUNTINGPERDES TENTANG PERAN DESA DALAM PENCEGAHAN STUNTING
PERDES TENTANG PERAN DESA DALAM PENCEGAHAN STUNTINGPemdes Wonoyoso
 
PPT MI 1.pptx
PPT MI 1.pptxPPT MI 1.pptx
PPT MI 1.pptxrery3
 
STUNTING DAN 1000 HPK_Bu Kapus Latim.pptx
STUNTING DAN 1000 HPK_Bu Kapus Latim.pptxSTUNTING DAN 1000 HPK_Bu Kapus Latim.pptx
STUNTING DAN 1000 HPK_Bu Kapus Latim.pptxabdulthaleb44
 
MATERI DASHAT.pptx
MATERI DASHAT.pptxMATERI DASHAT.pptx
MATERI DASHAT.pptxAchmadAS
 
Salinan PPT MI 1.pptx
Salinan PPT MI 1.pptxSalinan PPT MI 1.pptx
Salinan PPT MI 1.pptxSriMartini25
 
DOWNLOAD MODUL PELATIHAN stunting & KPM.pptx
DOWNLOAD MODUL PELATIHAN stunting & KPM.pptxDOWNLOAD MODUL PELATIHAN stunting & KPM.pptx
DOWNLOAD MODUL PELATIHAN stunting & KPM.pptxZainalArifin848408
 
Triple Burden of Malnutrition.pdf
Triple Burden of Malnutrition.pdfTriple Burden of Malnutrition.pdf
Triple Burden of Malnutrition.pdfMursidTriSusilo2
 
MATERI PENYULUHAN.pptx
MATERI PENYULUHAN.pptxMATERI PENYULUHAN.pptx
MATERI PENYULUHAN.pptxjanjun6
 
scribd.vdownloaders.com_rembuk-stunting-kota-bandung.pdf
scribd.vdownloaders.com_rembuk-stunting-kota-bandung.pdfscribd.vdownloaders.com_rembuk-stunting-kota-bandung.pdf
scribd.vdownloaders.com_rembuk-stunting-kota-bandung.pdfHerman673394
 
Materi Rembuk Stunting untuk perbaikan gizi.pptx
Materi Rembuk Stunting untuk perbaikan gizi.pptxMateri Rembuk Stunting untuk perbaikan gizi.pptx
Materi Rembuk Stunting untuk perbaikan gizi.pptxErwinLantoni
 
Materi stunting kelurahan pakistaji.pptx
Materi stunting kelurahan pakistaji.pptxMateri stunting kelurahan pakistaji.pptx
Materi stunting kelurahan pakistaji.pptxAnisEkaSukmadadari1
 
penyuluhan stunting for kkn cinangsi.pptx
penyuluhan stunting for kkn cinangsi.pptxpenyuluhan stunting for kkn cinangsi.pptx
penyuluhan stunting for kkn cinangsi.pptxDeriSr1
 
Materi Kadis Kesehatan Provinsi NTB.pptx
Materi Kadis Kesehatan Provinsi NTB.pptxMateri Kadis Kesehatan Provinsi NTB.pptx
Materi Kadis Kesehatan Provinsi NTB.pptxhelen244785
 
Materi Kadis Kesehatan Provinsi NTB.pptx
Materi Kadis Kesehatan Provinsi NTB.pptxMateri Kadis Kesehatan Provinsi NTB.pptx
Materi Kadis Kesehatan Provinsi NTB.pptxAriefRahman717089
 
refleksi materi 1 upaya penanggulangan gizi buruk.ppt
refleksi materi 1 upaya penanggulangan gizi buruk.pptrefleksi materi 1 upaya penanggulangan gizi buruk.ppt
refleksi materi 1 upaya penanggulangan gizi buruk.pptAnisEkaSukmadadari1
 

Similar to Paparan-PERGUB-STUNTING-LSA (2).pptx (20)

Bahan Tayang Kebijakan PIS-PK di Masa Pandemi Covid-19.pdf
Bahan Tayang Kebijakan PIS-PK di Masa Pandemi Covid-19.pdfBahan Tayang Kebijakan PIS-PK di Masa Pandemi Covid-19.pdf
Bahan Tayang Kebijakan PIS-PK di Masa Pandemi Covid-19.pdf
 
Sumberdaya dalam Intervensi
Sumberdaya dalam IntervensiSumberdaya dalam Intervensi
Sumberdaya dalam Intervensi
 
Petunjuk Teknis Bangun Mandar Bidang Kesehatan
Petunjuk Teknis Bangun Mandar Bidang KesehatanPetunjuk Teknis Bangun Mandar Bidang Kesehatan
Petunjuk Teknis Bangun Mandar Bidang Kesehatan
 
Juknis Bangunmandar Sehat Tahun 2015
Juknis Bangunmandar Sehat Tahun 2015Juknis Bangunmandar Sehat Tahun 2015
Juknis Bangunmandar Sehat Tahun 2015
 
PERDES TENTANG PERAN DESA DALAM PENCEGAHAN STUNTING
PERDES TENTANG PERAN DESA DALAM PENCEGAHAN STUNTINGPERDES TENTANG PERAN DESA DALAM PENCEGAHAN STUNTING
PERDES TENTANG PERAN DESA DALAM PENCEGAHAN STUNTING
 
PPT MI 1.pptx
PPT MI 1.pptxPPT MI 1.pptx
PPT MI 1.pptx
 
STUNTING DAN 1000 HPK_Bu Kapus Latim.pptx
STUNTING DAN 1000 HPK_Bu Kapus Latim.pptxSTUNTING DAN 1000 HPK_Bu Kapus Latim.pptx
STUNTING DAN 1000 HPK_Bu Kapus Latim.pptx
 
MATERI DASHAT.pptx
MATERI DASHAT.pptxMATERI DASHAT.pptx
MATERI DASHAT.pptx
 
stunting.ppt
stunting.pptstunting.ppt
stunting.ppt
 
Salinan PPT MI 1.pptx
Salinan PPT MI 1.pptxSalinan PPT MI 1.pptx
Salinan PPT MI 1.pptx
 
DOWNLOAD MODUL PELATIHAN stunting & KPM.pptx
DOWNLOAD MODUL PELATIHAN stunting & KPM.pptxDOWNLOAD MODUL PELATIHAN stunting & KPM.pptx
DOWNLOAD MODUL PELATIHAN stunting & KPM.pptx
 
Triple Burden of Malnutrition.pdf
Triple Burden of Malnutrition.pdfTriple Burden of Malnutrition.pdf
Triple Burden of Malnutrition.pdf
 
MATERI PENYULUHAN.pptx
MATERI PENYULUHAN.pptxMATERI PENYULUHAN.pptx
MATERI PENYULUHAN.pptx
 
scribd.vdownloaders.com_rembuk-stunting-kota-bandung.pdf
scribd.vdownloaders.com_rembuk-stunting-kota-bandung.pdfscribd.vdownloaders.com_rembuk-stunting-kota-bandung.pdf
scribd.vdownloaders.com_rembuk-stunting-kota-bandung.pdf
 
Materi Rembuk Stunting untuk perbaikan gizi.pptx
Materi Rembuk Stunting untuk perbaikan gizi.pptxMateri Rembuk Stunting untuk perbaikan gizi.pptx
Materi Rembuk Stunting untuk perbaikan gizi.pptx
 
Materi stunting kelurahan pakistaji.pptx
Materi stunting kelurahan pakistaji.pptxMateri stunting kelurahan pakistaji.pptx
Materi stunting kelurahan pakistaji.pptx
 
penyuluhan stunting for kkn cinangsi.pptx
penyuluhan stunting for kkn cinangsi.pptxpenyuluhan stunting for kkn cinangsi.pptx
penyuluhan stunting for kkn cinangsi.pptx
 
Materi Kadis Kesehatan Provinsi NTB.pptx
Materi Kadis Kesehatan Provinsi NTB.pptxMateri Kadis Kesehatan Provinsi NTB.pptx
Materi Kadis Kesehatan Provinsi NTB.pptx
 
Materi Kadis Kesehatan Provinsi NTB.pptx
Materi Kadis Kesehatan Provinsi NTB.pptxMateri Kadis Kesehatan Provinsi NTB.pptx
Materi Kadis Kesehatan Provinsi NTB.pptx
 
refleksi materi 1 upaya penanggulangan gizi buruk.ppt
refleksi materi 1 upaya penanggulangan gizi buruk.pptrefleksi materi 1 upaya penanggulangan gizi buruk.ppt
refleksi materi 1 upaya penanggulangan gizi buruk.ppt
 

Recently uploaded

SISTEM KONDUKSI / KELISTRIKAN JANTUNG.ppt
SISTEM KONDUKSI / KELISTRIKAN JANTUNG.pptSISTEM KONDUKSI / KELISTRIKAN JANTUNG.ppt
SISTEM KONDUKSI / KELISTRIKAN JANTUNG.pptAcephasan2
 
#3Sosialisasi Penggunaan e-renggar Monev DAKNF 2024.pdf
#3Sosialisasi Penggunaan e-renggar Monev DAKNF 2024.pdf#3Sosialisasi Penggunaan e-renggar Monev DAKNF 2024.pdf
#3Sosialisasi Penggunaan e-renggar Monev DAKNF 2024.pdfbendaharadakpkmbajay
 
PAPARAN TENTANG PENYAKIT TUBERKULOSIS.ppt
PAPARAN TENTANG PENYAKIT TUBERKULOSIS.pptPAPARAN TENTANG PENYAKIT TUBERKULOSIS.ppt
PAPARAN TENTANG PENYAKIT TUBERKULOSIS.pptssuser551745
 
ANATOMI FISIOLOGI SISTEM CARDIOVASKULER.ppt
ANATOMI FISIOLOGI SISTEM CARDIOVASKULER.pptANATOMI FISIOLOGI SISTEM CARDIOVASKULER.ppt
ANATOMI FISIOLOGI SISTEM CARDIOVASKULER.pptAcephasan2
 
MEMBERIKAN OBAT INJEKSI (KEPERAWATAN DASAR).ppt
MEMBERIKAN OBAT INJEKSI (KEPERAWATAN DASAR).pptMEMBERIKAN OBAT INJEKSI (KEPERAWATAN DASAR).ppt
MEMBERIKAN OBAT INJEKSI (KEPERAWATAN DASAR).pptssuserbb0b09
 
Logic Model perencanaan dan evaluasi kesehatan
Logic Model perencanaan dan evaluasi kesehatanLogic Model perencanaan dan evaluasi kesehatan
Logic Model perencanaan dan evaluasi kesehatanB117IsnurJannah
 
Statistik Kecelakaan Kerja manajemen risiko kecelakaan kerja .pptx
Statistik Kecelakaan Kerja manajemen risiko kecelakaan kerja .pptxStatistik Kecelakaan Kerja manajemen risiko kecelakaan kerja .pptx
Statistik Kecelakaan Kerja manajemen risiko kecelakaan kerja .pptxfachrulshidiq3
 
asuhan keperawatan jiwa dengan diagnosa keperawatan resiko perilaku kekerasan
asuhan keperawatan jiwa dengan diagnosa keperawatan resiko perilaku kekerasanasuhan keperawatan jiwa dengan diagnosa keperawatan resiko perilaku kekerasan
asuhan keperawatan jiwa dengan diagnosa keperawatan resiko perilaku kekerasanFeraAyuFitriyani
 
LAPSUS VERTIGO))))))))))))))))))))))))))
LAPSUS VERTIGO))))))))))))))))))))))))))LAPSUS VERTIGO))))))))))))))))))))))))))
LAPSUS VERTIGO))))))))))))))))))))))))))jimmyp14
 
399557772-Penyakit-Yang-Bersifat-Simptomatis.pptx PENYAKIT SIMTOMP ADALAH PEN...
399557772-Penyakit-Yang-Bersifat-Simptomatis.pptx PENYAKIT SIMTOMP ADALAH PEN...399557772-Penyakit-Yang-Bersifat-Simptomatis.pptx PENYAKIT SIMTOMP ADALAH PEN...
399557772-Penyakit-Yang-Bersifat-Simptomatis.pptx PENYAKIT SIMTOMP ADALAH PEN...nadyahermawan
 
High Risk Infant modul perkembangan bayi risiko tinggi
High Risk Infant modul perkembangan bayi risiko tinggiHigh Risk Infant modul perkembangan bayi risiko tinggi
High Risk Infant modul perkembangan bayi risiko tinggiAikawaMita
 
Low Back Pain untuk Awam dan pekerja tahun 2024
Low Back Pain untuk Awam dan pekerja tahun 2024Low Back Pain untuk Awam dan pekerja tahun 2024
Low Back Pain untuk Awam dan pekerja tahun 2024PyrecticWilliams1
 
Dbd analisis SOAP, tugas Farmakoterapi klinis dan komunitas
Dbd analisis SOAP, tugas Farmakoterapi klinis dan komunitasDbd analisis SOAP, tugas Farmakoterapi klinis dan komunitas
Dbd analisis SOAP, tugas Farmakoterapi klinis dan komunitasariSatya2
 
DAM DALAM IBADAH HAJI 2023 BURHANUDDIN_1 (1).pptx
DAM DALAM IBADAH HAJI  2023 BURHANUDDIN_1 (1).pptxDAM DALAM IBADAH HAJI  2023 BURHANUDDIN_1 (1).pptx
DAM DALAM IBADAH HAJI 2023 BURHANUDDIN_1 (1).pptxkemenaghajids83
 
PPT KELOMPOKperkembggannanan sdidtk pada anak1.pptx
PPT KELOMPOKperkembggannanan sdidtk pada anak1.pptxPPT KELOMPOKperkembggannanan sdidtk pada anak1.pptx
PPT KELOMPOKperkembggannanan sdidtk pada anak1.pptxhellokarin81
 
power point kesehatan reproduksi pria dan wanita
power point kesehatan reproduksi pria dan wanitapower point kesehatan reproduksi pria dan wanita
power point kesehatan reproduksi pria dan wanitaBintangBaskoro1
 
BLC PD3I, Surveilans Penyakit yang dapat dicegah dengan imunisasi
BLC PD3I, Surveilans Penyakit yang dapat dicegah dengan imunisasiBLC PD3I, Surveilans Penyakit yang dapat dicegah dengan imunisasi
BLC PD3I, Surveilans Penyakit yang dapat dicegah dengan imunisasiNezaPurna
 
IMPLEMENTASI FORNAS DALAM PELAKSANAAN JAMINAN KESEHATAN NASIONAL
IMPLEMENTASI FORNAS DALAM PELAKSANAAN JAMINAN KESEHATAN NASIONALIMPLEMENTASI FORNAS DALAM PELAKSANAAN JAMINAN KESEHATAN NASIONAL
IMPLEMENTASI FORNAS DALAM PELAKSANAAN JAMINAN KESEHATAN NASIONALBagasTriNugroho5
 
KONSEP DASAR KEGAWATDARURATAN MATERNAL NEONATAL.pptx
KONSEP DASAR KEGAWATDARURATAN MATERNAL NEONATAL.pptxKONSEP DASAR KEGAWATDARURATAN MATERNAL NEONATAL.pptx
KONSEP DASAR KEGAWATDARURATAN MATERNAL NEONATAL.pptxDianaayulestari2
 

Recently uploaded (20)

SISTEM KONDUKSI / KELISTRIKAN JANTUNG.ppt
SISTEM KONDUKSI / KELISTRIKAN JANTUNG.pptSISTEM KONDUKSI / KELISTRIKAN JANTUNG.ppt
SISTEM KONDUKSI / KELISTRIKAN JANTUNG.ppt
 
#3Sosialisasi Penggunaan e-renggar Monev DAKNF 2024.pdf
#3Sosialisasi Penggunaan e-renggar Monev DAKNF 2024.pdf#3Sosialisasi Penggunaan e-renggar Monev DAKNF 2024.pdf
#3Sosialisasi Penggunaan e-renggar Monev DAKNF 2024.pdf
 
Jenis-Jenis-Karakter-Pasien-Rumah-Sakit.pdf
Jenis-Jenis-Karakter-Pasien-Rumah-Sakit.pdfJenis-Jenis-Karakter-Pasien-Rumah-Sakit.pdf
Jenis-Jenis-Karakter-Pasien-Rumah-Sakit.pdf
 
PAPARAN TENTANG PENYAKIT TUBERKULOSIS.ppt
PAPARAN TENTANG PENYAKIT TUBERKULOSIS.pptPAPARAN TENTANG PENYAKIT TUBERKULOSIS.ppt
PAPARAN TENTANG PENYAKIT TUBERKULOSIS.ppt
 
ANATOMI FISIOLOGI SISTEM CARDIOVASKULER.ppt
ANATOMI FISIOLOGI SISTEM CARDIOVASKULER.pptANATOMI FISIOLOGI SISTEM CARDIOVASKULER.ppt
ANATOMI FISIOLOGI SISTEM CARDIOVASKULER.ppt
 
MEMBERIKAN OBAT INJEKSI (KEPERAWATAN DASAR).ppt
MEMBERIKAN OBAT INJEKSI (KEPERAWATAN DASAR).pptMEMBERIKAN OBAT INJEKSI (KEPERAWATAN DASAR).ppt
MEMBERIKAN OBAT INJEKSI (KEPERAWATAN DASAR).ppt
 
Logic Model perencanaan dan evaluasi kesehatan
Logic Model perencanaan dan evaluasi kesehatanLogic Model perencanaan dan evaluasi kesehatan
Logic Model perencanaan dan evaluasi kesehatan
 
Statistik Kecelakaan Kerja manajemen risiko kecelakaan kerja .pptx
Statistik Kecelakaan Kerja manajemen risiko kecelakaan kerja .pptxStatistik Kecelakaan Kerja manajemen risiko kecelakaan kerja .pptx
Statistik Kecelakaan Kerja manajemen risiko kecelakaan kerja .pptx
 
asuhan keperawatan jiwa dengan diagnosa keperawatan resiko perilaku kekerasan
asuhan keperawatan jiwa dengan diagnosa keperawatan resiko perilaku kekerasanasuhan keperawatan jiwa dengan diagnosa keperawatan resiko perilaku kekerasan
asuhan keperawatan jiwa dengan diagnosa keperawatan resiko perilaku kekerasan
 
LAPSUS VERTIGO))))))))))))))))))))))))))
LAPSUS VERTIGO))))))))))))))))))))))))))LAPSUS VERTIGO))))))))))))))))))))))))))
LAPSUS VERTIGO))))))))))))))))))))))))))
 
399557772-Penyakit-Yang-Bersifat-Simptomatis.pptx PENYAKIT SIMTOMP ADALAH PEN...
399557772-Penyakit-Yang-Bersifat-Simptomatis.pptx PENYAKIT SIMTOMP ADALAH PEN...399557772-Penyakit-Yang-Bersifat-Simptomatis.pptx PENYAKIT SIMTOMP ADALAH PEN...
399557772-Penyakit-Yang-Bersifat-Simptomatis.pptx PENYAKIT SIMTOMP ADALAH PEN...
 
High Risk Infant modul perkembangan bayi risiko tinggi
High Risk Infant modul perkembangan bayi risiko tinggiHigh Risk Infant modul perkembangan bayi risiko tinggi
High Risk Infant modul perkembangan bayi risiko tinggi
 
Low Back Pain untuk Awam dan pekerja tahun 2024
Low Back Pain untuk Awam dan pekerja tahun 2024Low Back Pain untuk Awam dan pekerja tahun 2024
Low Back Pain untuk Awam dan pekerja tahun 2024
 
Dbd analisis SOAP, tugas Farmakoterapi klinis dan komunitas
Dbd analisis SOAP, tugas Farmakoterapi klinis dan komunitasDbd analisis SOAP, tugas Farmakoterapi klinis dan komunitas
Dbd analisis SOAP, tugas Farmakoterapi klinis dan komunitas
 
DAM DALAM IBADAH HAJI 2023 BURHANUDDIN_1 (1).pptx
DAM DALAM IBADAH HAJI  2023 BURHANUDDIN_1 (1).pptxDAM DALAM IBADAH HAJI  2023 BURHANUDDIN_1 (1).pptx
DAM DALAM IBADAH HAJI 2023 BURHANUDDIN_1 (1).pptx
 
PPT KELOMPOKperkembggannanan sdidtk pada anak1.pptx
PPT KELOMPOKperkembggannanan sdidtk pada anak1.pptxPPT KELOMPOKperkembggannanan sdidtk pada anak1.pptx
PPT KELOMPOKperkembggannanan sdidtk pada anak1.pptx
 
power point kesehatan reproduksi pria dan wanita
power point kesehatan reproduksi pria dan wanitapower point kesehatan reproduksi pria dan wanita
power point kesehatan reproduksi pria dan wanita
 
BLC PD3I, Surveilans Penyakit yang dapat dicegah dengan imunisasi
BLC PD3I, Surveilans Penyakit yang dapat dicegah dengan imunisasiBLC PD3I, Surveilans Penyakit yang dapat dicegah dengan imunisasi
BLC PD3I, Surveilans Penyakit yang dapat dicegah dengan imunisasi
 
IMPLEMENTASI FORNAS DALAM PELAKSANAAN JAMINAN KESEHATAN NASIONAL
IMPLEMENTASI FORNAS DALAM PELAKSANAAN JAMINAN KESEHATAN NASIONALIMPLEMENTASI FORNAS DALAM PELAKSANAAN JAMINAN KESEHATAN NASIONAL
IMPLEMENTASI FORNAS DALAM PELAKSANAAN JAMINAN KESEHATAN NASIONAL
 
KONSEP DASAR KEGAWATDARURATAN MATERNAL NEONATAL.pptx
KONSEP DASAR KEGAWATDARURATAN MATERNAL NEONATAL.pptxKONSEP DASAR KEGAWATDARURATAN MATERNAL NEONATAL.pptx
KONSEP DASAR KEGAWATDARURATAN MATERNAL NEONATAL.pptx
 

Paparan-PERGUB-STUNTING-LSA (2).pptx

  • 1. PERATURAN GUBERNUR LAMPUNG NOMOR 19 TAHUN 2019 Tentang Pelaksanaan Percepatan Penurunan Stunting Di Provinsi Lampung
  • 2. DASAR HUKUM • Undang-Undang Nomor 4 Tahun 1979 tentang Kesejahteraan Anak; • Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan; • Peraturan Presiden Nomor 42 Tahun 2013 tentang Gerakan Nasional Percepatan Perbaikan Gizi; • Peraturan Pemerintah Nomor 2 Tahun 2018 tentang SPM;
  • 3. SISTEMATIKA I. Ketentuan Umum II. Azas, Tujuan dan Maksud III Pilar Penurunan Stunting IV. Ruang Lingkup V. Program Stunting VI. Edukasi, Pelatihan dan Penyuluhan Gizi VII. Penelitian dan Pengembangan VIII. Pendelegasian, wewenang dan tanggung jawab IX. Sasaran Wilayah Penurunan Stunting X. Peran Serta Masyarakat XI. Pencatatan dan Pelaporan XII. Penghargaan XIII. Pembiayaan XIV. Ketentuang Penutup
  • 5. PENGERTIAN STUNTING : Stunting adalah kondisi gagal tumbuh pada anak anak akibat dari kekurangan gizi kronis, sehingga anak terlalu pendek untuk usianya. (Pasal 1)
  • 6. PENGERTIAN LAMPUNG STUNTING AGENCY (LSA) : Lampung Stunting agency selanjutnya disebut LSA adalah Suatu wadah/forum komunikasi aliansi strategis dari berbagai pemangku kepentingan, satuan kerja perangkat daerah, organisasi profesi, organisasi masyarakat (Ormas) dan program studi kesehatan serta NGO terkait guna percepatan penurunan prevalensi stunting dalam rangka menjamin kualitas generasi emas di Provinsi Lampung. (Pasal 1)
  • 7. AZAS, TUJUAN DAN MAKSUD Penurunan stunting dilaksanakan berdasarkan asas-asas sebagai berikut : • bertindak cepat dan akurat, artinya dalam upaya penurunan stunting, tenaga gizi terlatih harus bertindak sesuai prosedur tetap pelayanan gizi dan kode etik profesi; • penguatan kelembagaan dan kerja sama; artinya dalam upaya penurunan stunting tidak hanya dapat dilakukan secara sektoral, akan tetapi membutuhkan dukungan sektor dan program lain; • transparansi, artinya azas yang menentukan dalam penurunan stunting harus dilakukan secara terbuka, • peka budaya, artinya azas yang menentukan bahwa penurunan stunting harus memperhatikan sosio budaya gizi daerah setempat; dan • akuntabilitas, artinya azas yang menentukan bahwa dalam segala hal yang berhubungan dengan penurunan stunting harus dilakukan dengan penuh tanggung jawab. (Pasal 2)
  • 8. AZAS, TUJUAN DAN MAKSUD Penurunan stunting dimaksudkan untuk meningkatkan mutu gizi perseorangan, keluarga dan masyarakat melalui : • perbaikan pola konsumsi makanan dan perilaku sadar gizi; • peningkatan akses pangan dan mutu pelayanan gizi sesuai dengan kemajuan ilmu dan teknologi; dan • peningkatan sistem kewaspadaan pangan dan gizi; (Pasal 3)
  • 9. AZAS, TUJUAN DAN MAKSUD • Penurunan stunting bertujuan untuk meningkatkan status gizi masyarakat dan kualitas sumber daya manusia. (Pasal 4)
  • 10. PILAR PENURUNAN STUNTING Aksi bersama dan terobosan untuk penurunan stunting dilakukan melalui beberapa pilar yang meliputi: • komitmen dan visi pimpinan daerah; • kampanye dengan fokus pada pemahaman, perubahan perilaku, komitmen politik dan akuntabilitas; • konvergensi, koordinasi dan konsolidasi program nasional, daerah dan masyrakat; • mendorong kebijakan keamanan nutrisi makanan (nutritional food security); dan • pemantauan dan evaluasi. (Pasal 5 )
  • 11. RUANG LINGKUP Ruang lingkup penurunan stunting berkaitan dengan intervensi gizi spesifik dan intervensi gizi sensitif. (Pasal 5)
  • 12. SASARAN KEGIATAN PENURUNAN STUNTING • Sasaran kegiatan penurunan stunting, meliputi: - sasaran untuk intervensi gizi spesifik; dan - sasaran untuk intervensi gizi sensitif; • Sasaran untuk intervensi gizi spesifik sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf a, meliputi: a. ibu hamil; b. ibu menyusui dan anak dibawah usia 6 bulan; dan c. ibu menyusui dan anak usia 6 – 23 bulan. • Sasaran untuk intervensi gizi sensitif sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf a yaitu masyarakat umum, khususnya keluarga (Pasal 6)
  • 13. KEGIATAN DALAM PENURUNAN STUNTING Kegiatan intervensi gizi spesifik dengan sasaran ibu hamil sebagaimana dimaksud dalam pasal 6 ayat 2 huruf a, meliputi: • memberikan makanan tambahan pada ibu hamil untuk mengatasi kekurangan energi dan protein kronis; • mengatasi kekurangan zat besi dan asam folat; • mengatasi kekurangan iodium; • menanggulangi kecacingan pada ibu hamil; dan • melindungi ibu hamil dari malaria. Kegiatan intervensi gizi spesifik dengan sasaran ibu menyusui dan anak dibawah usia 6 bulan sebagaimana dimaksud dalam pasal 6 ayat 2 huruf b, meliputi: • mendorong inisiasi menyusu dini (IMD); dan • mendorong pemberian ASI Eksklusif. (Pasal 7)
  • 14. KEGIATAN DALAM PENURUNAN STUNTING Kegiatan intervensi gizi spesifik dengan sasaran ibu menyusui dan anak usia 6 – 23 bulan sebagaimana dimaksud dalam pasal 6 ayat 2 huruf c, meliputi: • mendorong melanjutkan pemberian ASI hingga usia 23 bulan didampingi oleh pemberian makanan pendamping ASI (MP-ASI); • menyediakan obat cacing; • menyediakan suplementasi gizi; • melakukan fortifikasi zat besi ke dalam makanan; • memberikan perlindungan terhadap malaria; • memberikan imunisasi lengkap; dan • melakukan pencegahan dan pengobatan diare. (Pasal 7)
  • 15. KEGIATAN DALAM PENURUNAN STUNTING Kegiatan intervensi gizi sensitif dengan sasaran masyarakat umum sebagaimana dimaksud dalam pasal 6 ayat 3, meliputi: • menyediakan dan memastikan akses pada air bersih; • menyediakan dan memastikan akses pada sanitasi layak; • melakukan fortifikasi bahan pangan; • menyediakan akses kepada layanan kesehatan dan Keluarga Berencana (KB); • menyediakan Jaminan Kesehatan Nasional (JKN); • menyediakan Jaminan Persalinan Universal (Jampersal); • memberikan pendidikan pengasuhan pada orang tua; • memberikan pendidikan anak usia dini universal; • memberikan pendidikan gizi masyarakat; • memberikan edukasi kesehatan seksual dan reproduksi, serta gizi pada remaja; • menyediakan bantuan dan jaminan sosial bagi keluarga miskin; dan • meningkatkan ketahanan pangan dan gizi. (Pasal 7)
  • 16. PROGRAM STUNTING • Dalam upaya penurunan stunting dilakukan strategi edukasi kesehatan dan gizi melalui kemandirian keluarga. • Strategi edukasi kesehatan dan gizi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilakukan terkait upaya promotif dan preventif melalui intervensi perubahan perilaku individu dan masyarakat, serta yang menyentuh sasaran yang paling utama yaitu keluarga. • kemandirian keluarga sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilaksanakan melalui peningkatan kemampuan keluarga untuk mengenali, menilai dan melakukan tindakan secara mandiri yang didampingi oleh tenaga kesehatan dan community provider, secara berkala, kontinyu dan terintergrasi. (pasal 8)
  • 17. PROGRAM STUNTING Kemandirian keluarga sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dapat dilihat dari berbagai indikator, yang meliputi:  Sejauh mana keluarga menyadari pentingnya kesehatan dan gizi;  sejauh mana keluarga mengetahui apakah anggota keluarganya mengalami masalah kesehatan dan gizi  keluarga mengetahui apa yang harus dilakukan; dan  keluarga memanfaatkan dan berupaya mengakses pelayanan kesehatan yang disediakan. (pasal 8)
  • 18. GERAKAN MASYARAKAT HIDUP SEHAT • Dalam upaya mempercepat penurunan stunting dilakukan gerakan masyarakat hidup sehat. • Gerakan masyarakat hidup sehat sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilaksanakan untuk mensinergikan tindakan upaya promotif dan preventif masalah stunting serta meningkatkan produktivitas masyarakat. • Gerakan masyarakat hidup sehat sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilaksanakan melalui: – peningkatan aktivitas fisik; – peningkatan perilaku hidup sehat; – penyediaan pangan sehat dan percepatan perbaikan gizi; – peningkatan pencegahan dan deteksi dini penyakit; – peningkatan kualitas lingkungan; dan – peningkatan edukasi hidup sehat. • Gerakan masyarakat hidup sehat sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dikampanyekan oleh Dinas dan seluruh Organisasi Perangkat Daerah terutama guna penurunan stunting. (pasal 9)
  • 19. GERAKAN SERIBU HARI PERTAMA KEHIDUPAN • Gerakan Seribu Hari Pertama Kehidupan merupakan komitmen bersama antara Pemerintah Daerah dan masyarakat sebagai gerakan partisipasi untuk percepatan penurunan stunting. • Gerakan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) melalui penggalangan partisipasi dan kepedulian para pemangku kepentingan secara terencana dan terkoordinasi terhadap kebutuhan gizi janin maupun bayi pada seribu hari pertama kehidupannya. (pasal 10)
  • 20. GERAKAN SERIBU HARI PERTAMA KEHIDUPAN Gerakan sebagaimana dimaskdu pada ayat (1) dilaksanakan dalam bentuk antara lain meliputi : • penandatangan fakta integritas oleh Pemerintah Daerah, masyarakat dan pemangku kepentingan terkait; • komunikasi, edukasi dan pemberian informasi baik formil maupun informil; • kampanye di berbagai media; • pemberian penghargaan bagi masyarakat peduli penurunan stunting; dan • kegiatan-kegiatan lain yang mendukung. Gerakan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dikoordinasikan oleh Dinas Gerakan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dimasukkan dalam rencana strategis Dinas dan didukung anggaran Dokumen Pelaksanaan Anggaran (DPA) Dinas. (pasal 10)
  • 21. EDUKASI GIZI 1. Edukasi gizi diselenggarakan dalam upaya menciptakan pemahaman yang sama tentang hal-hal yang terkait gizi. 2. Edukasi gizi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) meliputi : - Pengertian Gizi - Masalah Gizi - Faktor-faktor yang mempengaruhi masalah gizi; dan - Praktik-praktik yang baik dan benar untuk memperbaiki keadaan gizi 3. Edukasi gizi sebagaimana dimaksud ayat (1) diselenggarakan secara periodik oleh dinas kesehatan (pasal 11)
  • 22. PELATIHAN GIZI • Pelatihan gizi diselenggarakan dalam upaya peningkatan pengetahuan, pemahaman dan keterampilan Petugas Gizi dan masyarakat dalam upaya penurunan stunting yang berkualitas. • Pelatihan gizi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diselenggarakan secara periodik oleh Dinas. (pasal 12
  • 23. PENYULUHAN GIZI • Penyuluhan gizi kepada masyarakat dalam upaya penurunan stunting diselenggarakan oleh Dinas Kesehatan • Penyuluhan gizi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilakukan melalui konseling gizi di Puskesmas dan fasilitas pelayanan kesehatan lainnya sebagai bagian dari upaya kesehatan perorangan. • Penyuluhan gizi dilakukan di Posyandu dan pertemuan-pertemuan kelompok-kelompok masyarakat. • Penyuluhan gizi dalam upaya penurunan stunting dapat dilakukan di rumah sakit dalam bentuk konseling gizi di ruang rawat inap dan ruang rawat jalan serta penyuluhan kelompok di ruang rawat jalan. (pasal 13)
  • 24. PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN • Penelitian dan pengembangan gizi dilakukan guna menerapkan ilmu pengetahuan dan teknologi tepat guna di bidang gizi dalam rangka menentukan intervensi yang tepat penurunan stunting. • Penelitian, pengembangan dan penerapan hasil penelitian gizi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilaksanakan dengan memperhatikan norma-norma yang berlaku dalam masyarakat. • Hasil dari penelitian gizi sebagaimana dimaksud pada ayat (2) dapat dipertanggungjawabkan. (pasal 14)
  • 25. PENDELEGASIAN WEWENANG DAN TANGGUNG JAWAB • Gubernur mendelegasikan wewenang dan tanggung jawab penurunan stunting di Provinsi Lampung kepada Dinas. • Wewenang dan tanggung jawab penurunan stunting di Provinsi Lampung sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dibantu oleh Tim Penurunan Stunting Provinsi Lampung, • Tim Penurunan Stunting sebagaimana dimaksud pada ayat (2) terdiri dari unsur: pemangku kepentingan, satuan kerja perangkat daerah, organisasi profesi, organisasi masyarakat (Ormas) dan program studi kesehatan serta NGO terkait guna percepatan penurunan prevalensi stunting dalam rangka menjamin kualitas generasi emas di Provinsi Lampung (pasal 15)
  • 26. PENDELEGASIAN WEWENANG DAN TANGGUNG JAWAB • Tim Penurunan Stunting Provinsi Lampung sebagaimana dimaksud pada ayat (2) bertugas : – melakukan koordinasi dan komunikasi efektif lintas program dan lintas sektor dalam upaya penurunan stunting; – mengkaji dan menganalisis permasalahan stunting dan perbaikan gizi di Provinsi Lampung; – merencanakan tujuan, sasaran, prioritas, strategi dan program penurunan stunting di Provinsi Lampung; – melaksanakan dan mengalokasikan program penurunan stunting di Provinsi Lampung dalam bentuk kegiatan-kegiatan yang berkelanjutan; – monitoring dan mengevaluasi program penurunan stunting di Provinsi Lampung; – memberikan sosialisasi kepada Kabupaten/Kota sampai tingkat kecamatan sehubungan dengan program penurunan stunting di Provinsi Lampung; – memberikan rekomendasi kepada Gubernur tentang perencanaan dan pelaksanaan upaya penurunan stunting di Provinsi Lampung; dan – menyampaikan laporan kepada Gubernur secara berkala. • Tim Penurunan Stunting sebagaimana dimaksud pada ayat (1) ditetapkan dengan Keputusan Gubernur. (pasal 15)
  • 27. SASARAN WILAYAH PENURUNAN STUNTING • Dalam upaya penurunan stunting dilakukan fokus sasaran wilayah intervensi. • Fokus sasaran wilayah penurunan stunting sebagaimana dimaksud pada ayat (1) didasarkan pertimbangan- pertimbangan yang meliputi: – tingginya angka kejadian stunting; – perlunya efisiensi sumber daya; – lebih fokus dalam implementasi dan efektivitas percepatan penurunan stunting; – pengukuran target pencapaian yang lebih terkendali; dan – dapat dijadikan dasar perluasan. (pasal 16)
  • 28. PERAN SERTA MASYARAKAT • Masyarakat berperan seluas-luasnya dalam mewujudkan peningkatan status gizi individu, keluarga dan masyarakat, sesuai dengan ketentuan Peraturan Gubernur ini. • Dalam rangka penurunan stunting dan intervensinya, masyarakat dapat menyampaikan permasalahan, masukan dan atau cara pemecahan masalah mengenai hal-hal di bidang kesehatan dan gizi. • Pemerintah Daerah membina, mendorong dan menggerakkan swadaya masyarakat di bidang gizi dan penurunan stunting agar dapat lebih berdaya guna dan berhasil guna. (pasal 17)
  • 29. PENCATATAN DAN PELAPORAN • Setiap tenaga kesehatan dan fasilitas pelayanan kesehatan harus melaksanakan pencatatan dan pelaporan upaya penurunan stunting. • Dinas membantu tenaga kesehatan dan fasilitas pelayanan kesehatan dalam melakukan pencatatan dan pelaporan sebagaimana dimaksud pada ayat (1). • Pencatatan dan pelaporan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dapat dilakukan dengan menggunakan aplikasi Elektronik Pencatatan Pelaporan Gizi Berbasis Masyarakat. • Pelaporan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilakukan secara berjenjang. (pasal 18)
  • 30. PENGHARGAAN • Pemerintah Daerah dapat memberikan penghargaan kepada masyarakat dan/atau institusi yang peduli penurunan stunting di Provinsi Lampung. • Kategori, kriteria, dan bentuk pemberian penghargaan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dikoordinasikan oleh Dinas. • Pemberian penghargaan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diberikan pada saat hari-hari besar nasional dan/atau hari-hari besar kesehatan (pasal 19)
  • 31. PEMBIAYAAN Pembiayaan bagi pelaksanaan upaya penurunan stunting bersumber dari Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara, Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah, dan sumber-sumber lain yang sah dan tidak mengikat sesuai dengan ketentuan peraturan perundang- undangan. (pasal 20)
  • 32. KETENTUAN PENUTUP Peraturan Gubernur ini mulai berlaku pada tanggal diundangkan. Agar setiap orang mengetahuinya, memerintahkan pengundangan Peraturan Gubernur ini dengan penempatannya dalam Berita Daerah Provinsi Lampung. (pasal 21)
  • 34. KEGIATAN UTAMA PELAKSANAAN PENURUNAN STUNTING YANG DILAKUKAN OLEH PERANGKAT DAERAH Penanggung Jawab Kegiatan Utama Indikator Dinas Kesehatan • Intervensi 1000 Hari Pertama Kehidupan : Suplmentasi tablet tambah darah untuk ibu hamil minimal 90 tablet, PMT ibu hamil KEK, ANC terpadu, Vitamin A ibu nifas dan vitamin A balita, ASI eksklusif dan PMT balita kurus. • SDIDTK, MTBM dan MTBS • Pendidikan Gizi : Promosi dan Kampanye gizi seimbang. • kecacingan; menyediakan obat cacing • Desa yang melaksanakan STBM dan ODF • Memberikan perlindungan terhadap malaria • Memberikan imunisasi lengkap • Melakukan pencegahan dan pengobatan diare • Jumlah kabupaten/kota yang melaksanakan suplementasi gizi; • Jumlah Ibu hamil KEK mendapatkan PMT • Jumlah Balita kurus mendapatkan PMT • Jumlah balita yang dilakukan SDIDTK, MTBM dan MTBS • Persentase kabupaten/kota yang melaksanakan promosi dan kampanye gizi seimbang • Persentase kabupaten/kota melaksanakan tatalaksana gizi • Jumlah desa yang melaksanakan STBM dan ODF • Penurunan jumlah kasus malaria • Meningkatnya capaian UCI • Menurunnya kasus diare
  • 35. KEGIATAN UTAMA PELAKSANAAN PENURUNAN STUNTING YANG DILAKUKAN OLEH PERANGKAT DAERAH Penanggung Jawab Kegiatan Utama Indikator BPS Penguatan dan sinkronisasi data sasaran balita stunting per desa Jumlah data sasaran balita stunting per desa BPJS Penguatan data pemegang kartu KIS dan PBI per-desa locus stunting Persentase data pemegang kartu KIS dan PBI per-desa locus stunting BKKBN Penguatan program KB; Pendidikan kesehatan reproduksi remaja dan Bina keluarga balita; Percepatan penurunan stunting di wilayah kampung KB  Jumlah kabupaten/kota yang melaksanakan program KB  Jumlah kegiatan Pendidikan kesehatan reproduksi remaja  Jumlah kegiatan bina keluarga balita  Menurunnya jumlah kasus stunting di kampung KB
  • 36. KEGIATAN UTAMA PELAKSANAAN PENURUNAN STUNTING YANG DILAKUKAN OLEH PERANGKAT DAERAH Penanggung Jawab Kegiatan Utama Indikator Dinas Tanaman Pangan dan Hortikultura Mengawasi keamanan dan mutu pangan segar dan mendorong pemanfaatan pekarangan rumah untuk tanaman sayur dan buah  Jumlah kegiatan pengawasan keamanan dan mutu pangan segar  Jumlah desa yang mengembangkan pemanfaatan pekarangan untuk menanam sayur dan buah. Badan Perencana Pembangunan Daerah Malaksanakan Koordinasi perencanaan penurunan stunting dan mengukur indikator keberhasilan penurunan stunting  Jumlah instansi Pemerintah Daerah yang melaksanakan penurunan stunting  Capaian indikator keberhasilan penurunan stunting Dinas Perdagangan Fortifikasi garam, food labeling, Pelaksanaan Perda ASI terkait pemasaran susu formula  Jumlah fortifikasi garam  Jumlah food labeling  Penurunan pemasaran susu formula 0-6 bulan.
  • 37. KEGIATAN UTAMA PELAKSANAAN PENURUNAN STUNTING YANG DILAKUKAN OLEH PERANGKAT DAERAH Penanggung Jawab Kegiatan Utama Indikator Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Advokasi dan sosialisasi program intervensi stunting di kalangan pelajar dan lingkungan sekolah; sosialisasi gizi seimbang di PAUD dan pendidikan kesehatan reproduksi.  Jumlah kegiatan advokasi dan sosialisasi program intervensi stunting di kalangan pelajar dan lingkungan sekolah;  Jumlah sosialisasi gizi seimbang di PAUD dan pendidikan kesehatan reproduksi. Dinas Kelautan dan Perikanan Meningkatkan dan memperluas pelaksanaan Gerakan Masyarakat Makan Ikan (Gemarikan) pada masyarakat dan mengawasi mutu dan keamanan hasil perikanan daerah  Meningkatnya konsumsi ikan provinsi  Jumlah lokasi pelaksanaan Gerakan Masyarakat Makan Ikan  Jumlah lokasi yang diawasi mutu dan keamanan hasil perikanan dari residu berbahaya.
  • 38. KEGIATAN UTAMA PELAKSANAAN PENURUNAN STUNTING YANG DILAKUKAN OLEH PERANGKAT DAERAH Penanggung Jawab Kegiatan Utama Indikator Dinas Ketahanan Pangan Fortifkasi dan diversifikasi pangan, Keamanan pangan di tingkat rumah tangga dan pengambangan desa pangan aman  Jumlah fotifikasi dan diversifikasi pangan;  Jumlah lokasi keamanan pangan di tingkat rumah tangga  Jumlah desa aman pangan yang terbina Dinas Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak Pemberdayaan ibu dalam persiapan pemenuhan PMT dan KIE stunting Jumlah kegiatan Pemberdayaan ibu dalam persiapan pemenuhan PMT dan KIE stunting Dinas Pemberdayaan Masyarakat dan Desa Mengoptimalkan pemanfaatan dana desa untuk mendukung progam kesehatan khususnya dalam penanggulangan stunting dan Revitalisasi posyandu. Jumlah dana desa yang digunakan untuk mendukung progam kesehatan khususnya dalam penanggulangan stunting dan jumlah posyandu yang berkompeten dalam pemantauan pertumbuhan.
  • 39. KEGIATAN UTAMA PELAKSANAAN PENURUNAN STUNTING YANG DILAKUKAN OLEH PERANGKAT DAERAH Penanggung Jawab Kegiatan Utama Indikator Balai Besar Pengawas Obat dan Makanan Menjamin keamanan dan mutu pangan olahan yang beredar dimasyarakat serta standardisasi pangan  Jumlah desa pangan aman  Jumlah pasar yang di intervensi  Jumlah pasar aman dari bahan berbahaya yang diintervensi Kanwil Kementerian Agama Melaksanakan Kespro Catin; Pendidikan Kesehatan dan Gizi untuk madrasah dan pondok pesantren serta mendorong peran ulama untuk mendukung pemberian ASI eksklusif  Jumlah calon pengantin memperoleh bimbingan kesehatan pra nikah;  Jumlah kegiatan Pendidikan Kesehatan dan Gizi untuk madrasah dan pondok pesantren  Jumlah ulama yang mendukung pemberian ASI Eksklusif Balai Besar Pengawas Obat dan Makanan Menjamin keamanan dan mutu pangan olahan yang beredar dimasyarakat serta standardisasi pangan  Jumlah desa pangan aman  Jumlah pasar yang di intervensi  Jumlah pasar aman dari bahan berbahaya yang diintervensi
  • 40. KEGIATAN UTAMA PELAKSANAAN PENURUNAN STUNTING YANG DILAKUKAN OLEH PERANGKAT DAERAH Penanggung Jawab Kegiatan Utama Indikator Organisasi profesi, organisasi masyarakat dan LSM Mendukung program percepatan penurunan stunting di Provinsi Lampung  Tercapainya penurunan stunting di Provinsi Lampung

Editor's Notes

  1. Note : Pasal 129 (1) Pemerintah bertanggung jawab menetapkan kebijakan dalam rangka menjamin hak bayi untuk mendapatkan air susu ibu secara eksklusif. Ketentuan lebih lanjut sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diatur dengan Peraturan Pemerintah. Sebelum adanya PP ini telah ada beberapa peraturan perundang-undangan yang mengatur tentang pemberian ASI yaitu : Kepmenkes No. 237 Tahun 1997 tentang Pemasaran Pengganti Air Susu Ibu Kepmenkes No. 450 Tahun 2004 tentang Pemberian Air Susu Ibu (ASI) Secara Ekslusif Pada Bayi di Indonesia Peraturan Bersama Meneg Pemberdasyaan Perempuan, Menteri Tenaga Kerja dan Menteri Kesehatan tentang Peningkatan Pemberian Air Susu Ibu Selama Waktu Kerja di Tempat Kerja.
  2. NOTE : Sistimatika : PP ini terdiri dari : 10 BAB 43 Pasal
  3. NOTE Didalam PP ini dimuat beberapa Ketentuan Umum/Definisi yang disesuaikan dengan kebutuhan dalam batang tubuh.
  4. NOTE Didalam PP ini dimuat beberapa Ketentuan Umum/Definisi yang disesuaikan dengan kebutuhan dalam batang tubuh.
  5. Note: Penjelasan ‘pengecualian’: - Yang dimaksud dengan “indikasi medis” adalah kondisi medis Bayi dan/atau kondisi medis ibu yang tidak memungkinkan dilakukannya pemberian ASI Eksklusif. Indikasi medis ditentukan oleh tenaga medis. - Kondisi yang tidak memungkinkan Bayi mendapatkan ASI Eksklusif karena ibunya tidak ada (meninggal) atau terpisah dari Bayi dapat dikarenakan ibu meninggal dunia, ibu tidak diketahui keberadaaanya, ibu terpisah dari Bayi karena adanya bencana.
  6. Note :
  7. Note :