Makalah ini membahas tentang dasar-dasar bantuan dan tujuan konseling dalam psikologi. Terdapat pembahasan mengenai sejarah perkembangan konseling, pengertian profesional psikologi dan konseling, konsep pengubahan tingkah laku, serta prinsip-prinsip tingkah laku.
MODUL AJAR BAHASA INGGRIS KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA.pdf
makalah klmpk 5 konseling.docx
1. MAKALAH
PSIKOLOGI KONSELING
Dasar dasar bantuan dan tujuan konseling dalam psikologi
Oleh Kelompok 5:
Miftahul Jannah 1915040093
Nur Widya Putri 1915040096
Arya Kusuma Ramadhan 1915040086
Martini Aji Riani 1915040152
Dosen Pengampu:
Dr Alfaiz S.Psi.,M.Pd,CPT
PROGRAM STUDI PSIKOLOGI ISLAM
FAKULTAS USHULUDDIN DAN STUDI AGAMA
UIN IMAM BONJOL PADANG
2022 M / 1443 H
2. i
KATA PENGANTAR
Puji syukur Alhamdulillah kami ucapkan kepada kehadirat Tuhan Yang Maha Esa,
karena telah melimpahkan rahmat-Nya berupa kesempatan dan pengetahuan sehingga
makalah dengan pembahasan “Dasar dasar bantuan dan tujuan konseling dengan
perilaku” bisa selesai pada waktunya.
Terima kasih juga kami ucapkan kepada bapak Dr Alfaiz S.Psi,M.Pd CPT
selaku dosen pengampu yang telah memberikan kesempatan kepada kami untuk
menyelesaikan makalah ini sehingga bisa disusun dengan baik dan rapi.
Kami berharap semoga makalah ini bisa menambah pengetahuan para pembaca.
Namun terlepas dari itu, kami memahami bahwa makalah ini masih jauh dari kata
sempurna, sehingga kami sangat mengharapkan kritik serta saran yang bersifat
membangun demi terciptanya makalah selanjutnya lebih baik lagi.
Padang, 1 Maret 2022
Pemakalah
3. ii
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR ................................................................................... i
DAFTAR ISI................................................................................................. ii
BAB I PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang ................................................................................... 1
1.2. Rumusan Masalah.............................................................................. 1
1.3. Tujuan Masalah.................................................................................. 1
BAB II PEMBAHASAN
2.1. Sejarah Perkembangan Konseling...................................................... 2
2.2. Pengertian Profesional Psikologi & Konseling .................................. 3
2.3. Konsep Pengubahan Tingkah Laku.....................................................5
2.4. Prinsip Tingkah Laku..........................................................................6
2.5. Kondisi Neurosis dan Psikologis dalam teraputik
Psikologi Konseling.............................................................................6
BAB III PENUTUP
3.1. Kesimpulan........................................................................................ 7
3.2.Saran................................................................................................... 7
DAFTAR PUSTAKA..............................................................................................8
4. 1
BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Psikologi konseling ini merupakan cabang dari psikologi yang
memberikan makna pemberian informasi atau nasehat kepada orang lain
dengan memberikan praktek pemberian nasehat dan solusi kepada
individu yang memiliki masalah pada dirinya. Sebagai konselor kita harus
memahami isi dari psikologi konseling serta memahami tahap konseling
sehingga dapat mengaplikasikannya sebagai bagian dari tugas konselor.
1.2. Rumusan Masalah
1. Apa Sejarah Perkembangan Konseling?
2. Apa itu Pengertian Profesional Psikologi dan Konseling?
3. Apa itu konsep pengubahan tingkah laku?
4. Apa itu Prinsip Tingkah Laku?
1.3. Tujuan Masalah
1. Untuk mengetahui Sejarah Perkembangan Konseling!
2. Untuk mengetahui Pengertian Profesional Psikologi dan Konseling!
3. Untuk mengetahui Konsep Pengubahan tingkah laku!
4. Untuk mengetahui Prinsip Tingkah Laku!
5. 2
BAB II
PEMBAHASAN
2.1.Sejarah Perkembangan Konseling
Perkembangan konseling sebagai respons terhadap kebutuhan
manusia merupakan subpokok bahasan yang mengawali pembahasan
tentang sejarah konseling. Praktik konseling sebenarnya sudah ada sejak
dahulu kala dan manusia membutuhkan konseling sejak manusia ada. Jadi
konseling adalah respons atas stimulus keberadaan manusia di dunia.
Manusia diciptakan oleh Allah SWT dengan segala kesempurnaanya.
Allah memberikan bekal akal pikiran kepada manusia yang mana tidak
diberikan kepada makhluk lain. Bebekal dari akal pikiran tersebut manusia
akan selalu berupaya menyelesaikan persoalan atau masalah yang sedang
dihadapi maupun yang akan terjadi. Akan tetapi, akal pikiran manusia
terkadang tidak mampu membantu dirinya sendiri dalam menyelesaikan
kompleksitas masalah yang sedang dihadapinya. Jadi pada kondisi ini
manusia tidak akan mampu menyelesaikan persoalan yang terjadi didalam
hidupnya dengan sendiri pastiakan membutuhkan bantuan orang lain untuk
dapat menyelesaikan masalahnya.
Sejak zaman dahulu kala,pada dasarnya konseling sudah banyak dan
sering dilakukan manusia. Orang-orang yang memberikan nasehat,
bimbingan dan konsultasi kepada orang lain yang membutuhkan. Pada
zaman dahulu peran penasehat, pembimbing dan konsultan dipegang oleh
para filsuf, ulama dan pembesar agama serta kepala suku. Orang-orang
zaman dahulu yang membutuhkan bantuan orang lain untuk menyelesaikan
persoalan yang mereka rasa cukup rumit.
Pada saat dan setelah perang dunia II terdapat perkembangan yang
sangat signifikan didalam sejarah perkembangan konseling. Pada saat itu,
banyak orang yang mengalami masalah atau gangguan mental sebagai
akibat dari perperangan, setelah itu ternyata banyak dari mereka yang
berhasil pulih dari sakitnya dengan cara pendekatan manusiawi. Mereka
yang sakit dan mendapatkan perawatan ruamah sakit dengan pendekatan
kemanusiaan, tidak diasingkan serta tidak ditempatkan di ruang bawah
tanah ternyata lebih banyak yang dapat pulih kembali, dibandingkan mereka
yang diasingkan dan ditempatkan di rauang bawah tanah besar
kemungkinan tidak sembuh bahkan sampai mati.
Profesi konseling lahir setelah Sigmund Freud dan rekannya Joseph
Breuer memperkenalkan metode penyembuhan “talking cure” melalui
katarsis,kemudian dikembangakan oleh berbagai para tokoh. Pada abad ke-
19 konseling lebih difokuskan pada dunia pendidikan dengan tokohnya
Parsons dengan perkembangan dunia pendidikan yang semakin tinggi
6. 3
ternyata menimbulkan beragam persoalan yang kompleks pada dunia
pendidikan. Perkembangan konseling di dunia pendidikan mengalami
perkembangan yang cukup pesat.
Pada abad ke-20, psikologi konseling semakin berkembang baik
seiring dengan perkembangan ilmu psikologi. Pendekatan konseling yang
bersifat direktif, kini mulai mengarah kepada pendekatan humanistik yang
menekankan bahwa kedudukan dan kemampuan antara konselor dan
konseling adalahsama, dan konselinglah yang sebenarnya lebih mengetahui
dan memahami potensinya. Pendekatan humanistik yang berkembang
dalam proses konseling semakin sempurna dengan munculnya dua buah
buku yaitu Counseling and Psychotherapy (1942) dan Client Centered
Therapy (1951). Pada dua buku tersebut Carl Rogers mengubah pendekatan
directive yang tradisional menjadi pendekatan yang ebih manusiawi yaitu
non directive.
Pada saat ini, konseling berkembang seiring dengan berkembangnya
perubahan sosial dan perubahan kebutuhan serta gaya hidup manusia.
Konseling akan semakin dibutuhkan oleh manusia karena gaya hidup
individualis membuat manusia sibuk dengan aktivitas pribadinya dan mulai
mengabaikan orang lain yang ada di lingkungan sekitanya. Apalagi individu
yang sedang menghadapi permasalahan. Oleh karena itu, konseling
merupakan salah satu jawaban akan kebutuhan manusia sampai kapan pu
karena manusia itu akan hidup dengan berbagai masalah atau persoalan
yang ada dan akan terjadi nantinya.
2.2.Pengertian Profesional Psikologi dan Konseling
Profesional adanya menunjukkan pada dua hal:
1. Orang yang menyandang suatu profesi, misalnya “dia merupakan seorang
profesional “
2. Keterampilan yang dimiliki seseorang dalam melakukan pekerjaannya sesuai
dengan profesinya.
Sebagai pekerjaan profesional, konseling juga memiliki fungsi dan cara
kerja yang sesuai dengan bidang keilmuannya. Konseling adalah pekerjaan yang
sama pentingnya dengan bidang pekerjaanprofessional lain seperti kedokteran,
kerja sosial, kebidanan dan pendidikan.
Profesionalisme layanan konseling dilakukan oleh pihak-pihak yang
terlibat secara langsung dengan pengebangan bidang pekerjaan ini. Pekerjaan
konseling dapat dikategorikan sebagai pekerjaan professional jika kita mengacu
pada kriteria sebagai pekerjaan professional, konseling ini sebagai pekerjaan
professional karena memiliki ciri -ciri khusus sebagai ciri keprofesian. Kriteria
7. 4
ensensial sebuah pekerjaan dikelompokkan sebagai pekerjaan professional.
Secara umum disepakati dan dikemukakan oleh Dunlop maupun Mc Cullyyang
dikutipolehNugent(1981),yaitu bahwaanggota dan kelompokprofessional itu:
(1) dapat mendefinisikan perannya secara jelas, (2) menawarkan layanan yang
unik, (3) memiliki pengetahuan dan ketrampilan khusus, (4) memiliki kode etik
yangjelas,(5) memilikihakuntukmenawarkanlayanankepadamasyarakatsesuai
dengan deskripsi profesinya, dan (6) memiliki kemampuan untuk memonitor
praktik profesinya.
Berdasarkan krietria diatas, secara formal konseling telah memenuhi
persyaratan, dan karena itu dapat dikatakan sebagai sebuah pekerjaan
professional. Yang perlu diperhatikan adalah kemampuan konselornya untuk
terus ditingkatkan sesuai dengan standart yang diharapkan.
PROFESIONAL PSIKOLOGI
Profesi psikolog adanyamemberikanlayananpsikologiyangmembuatnya
berhubungan langsung dengan konsumen atau klien, maka disamping adanya
pada kode etik ilmu pengetahuan pokok-pokok etika profesi psikolog umumnya
ditujukan untuk :
1. Memberikan proteksi bagi ilmu pengetahuan agar terpelihara
eksistensinya,semakintumbuh,berkembangdanbermanfaatbagiumatmanusia.
2. Memberikan proteksi bagi praktisi ilmu pengetahuan agar optimal,
tumbuh dan berkembang mengamalkan ilmu profesinya bagi kepentingan umat
manusia.
3. Memberikanproteksibagi umatmanusiayangmenjadi konsumenagar
terhindar dari hal-hal yang merugikan akibat penggunaan yang salah dari
pelayanan ilmu dan profesi tersebut.
Pada kode etikpsikologadanyaketentuanstandaryangmengatursecara
personal.Professional dantipikal, prosedurdanlangkahyang diperuntukanbagi
kalangan professional,konsumen,subjek, objek,kajian, ilmu pengetahuan dan
perangkat serta masyarkat yang terkait pada umumnya.
Kode etik profesi psikolog pertama diberlakukan APA (American
Psychological Association) pada tahun 1953 kemudian menjadi acuan dan
memuat dalil-dalil etika profesi psikolog yang terdiri atas:
1. Responsibility:karenapotensisensitivedari hasilkerjanya,diharapkan
kehatihatian psikolog dengan mencermati aktifitas yang dilakukan agar dapat
mempertanggungjawabkan hasil kerjanya itu pada sejawat, pihak terkait dan
menyadari serta dapat mempertanggungjawabkan akibatakibat yang dapat
ditimbulkan.
1. Competence: psikolog harus memahami limitasi aktifitas
profesionalismenya dalam kompetensi yang benar-benar sesuai dengan
keahlian, kemampuan dan pengalaman kerja professional yang
dimilikinya.
8. 5
2. Moral and legal standard : psikolog harus menempatkan aktifitas
profesionalnya dalam tataran nilai-nilai moral dan hukum arti lingkungan
dimana aktifitas profesionalnya itu dilaksanakan.
3. Public statement dari seluruh rencana, proses, metoda, pendekatan,
hasil,dari kerja profesi psikolog harus diupayakan mendatangkan manfaat
bagi profesi, profesional dan
kemanusiaan, konsumen maupun masyarakat secara keseluruhan.
4. Prinsip kerahasiaan profesional harus dipegang teguh agar supaya tidak
menimbulkan dampak yang berbahaya dan merusak diri, profesi, orang
lain maupun komunitas secara keseluruhan.
5. Prinsip kerja professional psikolog harus mampu dengan jelas
menunjukkan manfaat dan komitmen bagi kebaikan hidup konsumennya.
6. Menjaga dan memelihara relasi profesional dengan semua pihak yang
berhubungan dalam aktivitas profesi agar saling menghargai dan
melindungi dalam mencapai hasil kerja profesi yang optimal.
7. Menjaga dan memelihara teknik assessmentdanteknik treatmenttermasuk
semua perangkatnya agar tidak disalahgunakan sehingga merugikan
kepentingan ilmu, profesi, professional, konsumen maupun masyarakat
pada umumnya.
8. Adanya empathi yang kuat untuk menempatkan manusia yang diberikan
layanan professional psikologi dalam spora perlibatan (partisipasi)
manusia pada aktivitas ilmu pengetahuan yang pada hakekatnya memang
ditujukan untuk tercapainya human welfare dan human wellbeing.
Sehingga diperlukan perhatian (care) dan assertive yang setara.
2.3.Konsep Pengubahan Tingkah Laku
Prinsip Pengubahan Tingkah Laku
1. Prinsip yang didasarkan yang terus berkembang dari permasalahan
konseling dan konseptualisasi kognitif konseling.
Formulasi konseling yang harus diperbaiki seiring dengan
perkembangan evaluasi dari setiap sisi counseling. Pada momen yang
strategis, konselor mengkoordinasikan konseling pada proses berpikir yang
menyimpang dan keyakinan konseling di masa lalunya yang berpotensi
merubah kepercayaan dan tingkah laku ke arah yang lebih baik.
2. Prinsip yang didasarkan pada pemahaman yang sama antara konselor dan
konseling terhadap permasalahan yang dihadapi konseling
Melalui situasi konseling yang penuh dengan kehangatan empati dan
orisinilitas respon terhadap permasalahan konseling akan membuat
pemahaman yang sama terhadap permasalahan yang dihadapi konseling.
3. Prinsip yang memerlukan kolaborasi dan partisipasi aktif
Menempatkan konseling sebagaitim dalam konseling maka keputusan
konseling merupakan keputusan yang disepakati dengan konseling
konseling akan lebih aktif dalam mengikuti setiap sesinya karena akan
saling mengetahui apa yang harus dilakukan dari setiap sesi.
4. Prinsip yang orientasi pada tujuan dan berfokus pada permasalahan
Setiap sesi konseling selalu dilakukan evaluasi untuk mengetahui
tingkat pencapaian tujuan melalui evaluasi ini diharapkan adanya respon
konseling terhadappikiran pikiran yang mengganggu tujuannya dengan kata
lain tetap berfokus pada permasalahan klien.
5. Prinsip yang berfokus pada kejadian saat ini
Konseling dimulai dari menganalisis permasalahan konseling pada saat
9. 6
ini dan di sini
6. Prinsip yang berlangsung pada waktu yang terbatas
Mengarahkan konseling untuk mempelajari sifat dan permasalahan
yang dihadapinya termasuk proses konseling serta model kognitif nya
meyakini bahwa pikiran mempengaruhi emosi dan perilaku membantu
menetapkan tujuan konseling mengidentifikasi dan mengevaluasi proses
berpikir serta keyakinan konseling kemudian merencanakan rancangan
pelatihan untuk perubahan tingkah lakunya.
7. Prinsip yang terstruktur
Pada kasus-kasus tertentu karena membutuhkan pertemuan antara 6
sampai 14 sesi agar proses konseling tidak membutuhkan waktu yang
panjang diharapkan secara kontinyu konselor dapat membantu dan melatih
konseling untuk melakukan self help
8. Prinsip yang mengajarkan konseling untuk mengidentifikasi mengevaluasi
dan menanggapi pemikiran di fungsional dan keyakinan mereka
Struktur ini terdiri dari tiga bagian konseling bagian awalmenganalisis
perasaandanemosi konseling menganalisis kejadian yang terjadi dalam satu
Minggu ke belakang, kemudian menetapkan agenda untuk setiap sesi
konseling, bagian tengah, meninjau pelaksanaan tugas rumah dan
membahas permasalahan yang muncul dari setiap sisi yang telah
berlangsung.
9. Prinsip menggunakan berbagai teknik untuk merubah pemikiran, perasaan
dan tingkah laku
Pertanyaan-pertanyaanyangberbentuk sokratik memudahkan konselor
dalam melakukan konseling kognitif behavior.
2.4.Prinsip Tingkah Laku
Beberapa pendekatan untuk memahami perilaku
1. Pendekatan psikodinamika
Memahami tingkah laku manusia sebagai manifestasi dari
perkembangan kepribadian di masa lalu dan pada umumnya digunakan
untuk membantu klien menghadapi gangguan depresi ringan yang
disebabkan oleh pengalaman masa lalu yang masih dalam batas
kesabaran.
2. Pendekatan afektif
Memahami tingkah laku manusia sebagai manifestasi dari perasaannya
dengan kata lain kehidupan perasaan menjadi pusat perhatian.
3. Pendekatan kognitif
Memandang tingkah laku manusia sebagai manifestasi dari perasaan
sebagai hasil dari pengolahan kognisi seseorang
4. Pendekatan perilaku
Pendekatan ini menitikberatkan peranan lingkungan atau dunia luar
sebagai faktor penting kehidupan seseorang.
10. 7
BAB III
PENUTUP
3.1.Kesimpulan
Psikologi Konseling adalah proses pemberian bantuan yang dilakukan
oleh seorang ahli (disebut konselor) kepada individu yang mengalami sesuatu
masalah (disebut konsele) yang bermuara pada teratasinya masalah yang
dihadapi klien. Istilah ini pertama kali digunakan oleh Frank Parsons di tahun
1908 saat ia melakukan konseling karier. Sebagai bagian dari ilmu
pengetahuan, psikologi melalui sebuah perjalanan panjang. Konsep psikologi
dapat ditelusuri jauh ke masa Yunani kuno, sebelum Wundt mendeklarasikan
laboratoriumnya di tahun 1879, yang dipandang sebagai kelahiran psikologi
sebagai ilmu. Terdapat beberapa istilah yang merujuk pada konselor yang
bekerja dengan grup tertentu, seperti : konselor siswa, konselor perkawinan,
dan konselor kesehatan mental. Terdapat beberapa karakteristik yang
membedakan para praktisi ini adalah mereka yang akan memilih pendidikan
yang khusus dan kepakaran dalam bidang sebagai tambahan terhadap
palajaran konseling umum. Neurosis terdiri dari neurosis ringan dan neurosis
berat. Neurosis ringan seperti kecemasan dan ketakutan yang berlebihan,
menjauhi kehidupan social, gangguan kepribadian, marah tanpa adanya
alasan yang jelas. Seedangkan neurosis berat (psikosis) merupakan
terganggunya kontak dengan realitas secara nyata. Penderita psikosis tidak
dapat lagi berhubungan denagn realitas, penderita hidup dalam dunianya
sendiri.
3.2.Saran
Dalam makalah ini masih banyak kekurangan terhadap pembahasannya,
dan kami pemakalah menyadari bahwa makalah kami jauh dari kata
sempurna, maka dari itu kami berharap kepada para pembaca agar
memberikan kritik dan saran yang bersifat membangun.
Semoga makalah ini bermanfaat bagi para pembaca dandapat
menambah wawasan mengenai Materi tersebut , dan mohon maaf atas
segala kekurangan yang ada.
11. 8
DAFTAR PUSTAKA
Biniziad Kadafi,et al., Op. Cit, mengutip Badan Pembinaan Hukum Nasional RI, Analisis dan
Evaluasi Tentang Kode Etik Advokat danKonsultan Hukum, Badan Pembinaan Hukum
Gladding, S.T.,2000. Counseling: a Comprehensive Profession. United States of America:
Prentice-Hall. Inc.
Hartini, Nurul & Atika Dian Ariani. 2016. Psikologi Konseling: Perkembangan dan Penerapan
Konseling dalam Psikologi. Surabaya : Airlangga University Press
Kirana, Yanti. Maret 2020, Psikologi dan etika profesi dalam nilai-nilai ilmu pengetahuan, 7(1), 130-
149
Nasional R.I, Jakarta 1997, hlm. 114. Binziad Kadafi,et al., Op. Cit., hlm. 252-253