1. BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Banyak anak muda yang enggan membicarakan masalah pribadi atau urusan pribadi
mereka dalam diskusi kelas dengan guru. Beberapa dari mereka ragu untuk berbicara di
depan kelompok-kelompok kecil. Oleh karena itu, konseling pribadi dalam sekolah-sekolah,
tidak terlepas dari psikoterapi, didasarkan pada asumsi bahwa konseli itu akan lebih suka
berbicara sendirian dengan seorang konselor.
Selain itu, keberhasilan, selalu dianggap sebagai dasar konseling. Akibatnya, muncul
asumsi bahwa siswa membutuhkan pertemuan pribadi dengan seorang konselor untuk
mengungkapkan pikiran mereka dan untuk meyakinkan bahwa pengungkapan mereka akan
dilindungi. Tidak ada yang lebih aman daripada konseling pribadi
Konseling individu sebagai intervensi mendapatkan popularitas dari pemikiran teoritis
dan filosofis yang menekankan penghormatan terhadap nilai individu, perbedaan, dan hak-
hak.Hubungan konseling bersifat pribadi.Hal ini memungkinkan beberapa jenis komunikasi
yang berbeda terjadi antara konselor dan konseli, perlindungan integritas dan kesejahteraan
konseli dilindungi.
Konseling telah dianggap sangat rumit, dengan setiap kata, infleksi sikap, dan keheningan
yang dianggap penting, yang hanya bisa terjadi antara konselor yang terampil dan konseli
yang berminat.Bersama-sama mereka mencari makna tersembunyi di balik perilaku.Seperti
pemeriksaan pribadi memerlukan sikap permisif dan kebebasan untuk mengeksplorasi ide-
ide secara mendalam, di bawah pengawasan ketat dari konselor.Selama bertahun-tahun, telah
diasumsikan bahwa pengalaman ini hanya bisa terjadi dalam interaksi antara dua orang.
B. Rumusan Masalah
C. Tujuan
Mengetahui bagaimana cara konseling pribadi dalam memecahakna suatu permasalahan
yang dihadapi kepada kliennya. Dan mampu menjadikan kliennya menjadi pribadi yang lebih
baik setelah mendapatkan bimbingan dari konselor.
2. BAB II
PEMBAHASAN
KONSELING PRIBADI
A. PENGERTIAN
Konseling adalah sebuah keterampian dan sebuah proses yang harus dibedakan dari
sekedar memberikan nasihat, memberI pengarahan, bahkan mungkin mendengarkan secara
simpatik atau ketertarikan besar kepada problem yang dialami klien seperti diperlihatkan
konselor profesional pada umumnya.
Bimbingan dan konseling pribadi merupakan proses bantuan untuk memfasilitasi siswa
agar memiliki pemahaman tentang karakteristik dirinya, kemampuan mengembangkan
potensi dirinya, dan memecahkan masalah-masalah yang dialaminya (Yusuf, 2009: 53).
Konseling memiliki sebagai berikut :
a) Menyediakan informasi
b) Membantu klien memecahkan problem
c) Perubahan niat
d) Motivasi klien
e) Menyediakan dukungan
f) Mendidik klien
Menurut Sukardi (2007: 54) bimbingan pribadi membantu siswa menemukan dan
mengembangkan pribadi yang beriman dan bertakwa terhadap Tuhan Yang Maha Esa,
mantap dan mandiri, serta sehat jasman dan rohani.
Bimbingan dan konseling pribadi menyangkut pengembangan :
1. Komitmen hidup beragama
2. Pemahaman sifat dan kemampuan diri
3. Bakat dan minat
4. Konsep diri
3. 5. Kemampuan mengatasi masalah-masalah pribadi (stress, frustasi, dan konflik pribadi)
(Yusuf, 2009: 53).
Bimbingan ini merupakan layanan yang mengarah kepada pencapaian pribadi yang
mantap, dengan memperhatikan keunikan karakteristik pribadi serta ragam permasalahan
yang dialami oleh siswa.
Di dalam hubungan konseling, enam kondisi berikut prasyarat utama perubahan kepribadian
( Rogers,1959a/1967) yaitu:
1. Saling menjalin sebuah kontak psikologis
2. Klien mengalami kondisi cemas, tekanan atau krtidakharmonisan
3. Harus menjadi pribadi yang apa adanya ketika menjalin hubungan dengan klien
4. Merasakan atau menunjukan penghargaan positif tanpa syarat kepada klien
5. Menampilkan pemahaman empatik mengenai kerangka acuan klien dan menyampaikan
kerangka ini kepada klien
6. Mencapai tararf minimum pengkomunikasian pemahaman empatik dan penghargaan
positif tanpa syarat pada klien
Perubahan yang dihrapkan muncul dengan sukses dari penggunaan pendekatan di atas
(Rogers,1959b )adalah:
1. Klien bisa melihat dirinya dengan cara yang berbeda dari sebelumnya
2. Klien dapat menrima diri dan perasaannya lebih utuh
3. Menjadi lebih percaya diri
4. Menjadi pribadi yang diinginkan
5. Menjadi lebih feksibel dalam persepsinya dan tidak lagi keras ke diri sendirimampu
mengadopsi tujuan yang ebih reaistik
6. Bersikap lebih dewasa
7. Sanggup merubah prilaku ketidakmampuan menyesuaikan dirinya
8. Menerima orang lain apa adanya
9. Lebih terbuka atau jujur
4. B. TEORI-TEORI KONSELING
Karena beragam definisi konseling sedikit berbeda dalam pemaknaan aktualnya, cara
terbaik memahami definisi yang sesungguhnya dari sebuah konseling adalah jika konselor
dapat memenuhi fungsi-fungsi yang ditentukan oleh definisi tersebut. Seperti pemain sepak
bola yang memiliki fungsi berbeda sesuai posisinya, dan ketika mereka bekerja sebagai satu
tim di mana setiap pemin dapat mengemban fungsi pemain lain saat situasinya
membutuhkan, maka hasilnya adalah kemenangan. Dengan cara yang sama, meski setiap
definisi menitikberatkan salah satu fungsi konseling, namun konselor tetap harus mampu
merespons dengan cara yang sama, yaitu mengemban semua fungsi kalau dibutuhkan, seperti
contohnya menginterprestasikan data dan hasil tes klian, dan bersama-sama klien bergerak
menuju kondisi spesifik sebagai hasil konseling.
Kalau begitu, bab teknik-teknik konseling ini bisa dibaca layaknya buku resep masakan
untuk situasi tertentu dan jenis hasil tertentu yang diinginkan untuk situasi tersebut.
Sebanyak apapun perbedaan analisis tentang kondisi dan hasil yang diharapkan,
kebenarannya tidak akan jauh-jauh, karena perbedaan definisi menjadikan pendekatan yang
diambil konselor penuh warna. Dan kendati beragam pendekatan membingungkan
mahasiswa yang baru belajar konseling, dan juga masyarakat luas, namun di situ pula
keuntungannya, karena semua keragaman ini justru banyak berguna bagi layanan konseling
di beragam populasi.
Akar-akar teori tradisional konseling ini tertanam di budaya Eropa dan Amerika Utara.
Ketika menggagasnya, para teoritis awal tersebut belum mempertimbangkan perspektif
multi-budaya dalam penelitian mereka. Karena itulah, semua teori itu bisa ditingkatkan lewat
kepekaan kesadaran dan pertimbangan multi-budaya para konselor penggunanya. Karena itu,
konselor yang gagal mengenali latar belakang budaya klien yang unik dari latar belakang
teori tersebut tidak akan sanggup berinteraksi secara sebangun dengan kliennya.
Fakta ini menyiratkan konselor mesti mempertimbangkan latar belakang yang luas dari
keluarga, jaringan pendukung, gaya mengatai problem dan lain-lain, plus konteks budaya
klien untuk kemudian diintegrasikan dengan orientasikan dengan orientasi teoritis mereka
sendiri. Kami percaya pada akhirnya semua konselor akan mengadopsi teori atau kombinasi
teori plus sebuah perspektif multi-budaya yang cocok dan tepat, yang paling membuatnya
5. merasa nyaman dan menjadikannya efektif, dan yang mencerminkan kalau dirinya sendir
sebuah pribadi sekaligus profesional.
1. Teori Psikoanalisis
Bagi para konselor pemula, mempelajari teori psikoanalisis merupakan bidang
studi yang sangat penting menurut perspektif historis kelahiran profesi ini lebih dari
sekedar model yang diadopsi begitu saja belakangan. Sigmund Freud dan terapi Freudian
sudah lama menjadi label utama praktik psikoanalisis dan psikoterapi di seluruh abad ini,
memepengaruhi perkembangan teori-teori besar sesudahnya.
Freud sendiri mengembangkan dan mempopulerkan psikoanalisis ke seluruh
dunia untuk pertama kalinya sebagai sebuah teori komprehensif yang membahas
perkembangan kepribadian manusia, namun fokusnya tidak hanya berhenti kepada teori
kepribadian melainkan mencakup juga metode terapinya. Ia meluaskan bidang psikologi
kuno dan memberinya pemandangan baru yang menggairahkan semuan intelektual awal
abad XX meski bukan tanpa kontroversi kala itu, dan memastikan dirinya menempati
posisi utama dalam sejarah konseling, psikologi dan psikoterapi
Teori psikoanalisis melihat kepribadian terbagi menjadi tiga sistem utama; id, ego
dan superego.
1. Id bersifat warisan genetik dan bawaan sejak lahir. Banyak ahli yang mengamini
Freud, meyakini id bekerja berdasarkan prisnsip kesenangan, karena itu menyediakan
dorongan menuju pengejaran keingingan ptibadi
2. Ego sebaliknya, dilihat sebagai satu-satunya unsur yang rasional dalam struktur
kepribadian manusia. Ia bekerja dengan melakukan kontak dengan dunia realitas,
karena itu kemudian disebut beroperasi menurut prinsip realitas. Karena kontak denga
realitas inilah, ego menjadi pengontrol utama kesadaran, meyediakan pemikiran dan
perencanaan yang realistik dan logis, dan akan sanggup meredam hasrat-hasrat
irasional id.
3. Superego merepresentasikan suara hati, beroperasi berdasarkan prinsip realisme
moral. Ia merepresentasikan kode moral pribadi, biasanya didasarkan kepada persepsi
seseorang mengenai moralitas dan nilai masyarakat. Karena perannya ini, superego
dianggap bertanggung jawab menyediakan penghargaan seperti rasa bangga dan
cinta-diri, dan hukuman seperti rasa bersalah atau rendah diri bagi pemiliknya.
6. Di dalam segitiga komponen kepribadian ini, superego karena sebagain besar terletak
di wilayah ambang sadar merupakan komponen kepribadian yang paling menyadari
impuls id dan berusaha mendorong ego mengontrol id. Akibatnya, teori psikoanalisis
melihat tegangan, konflik dan kecemasan sebagai hal tak terelakkan pada manusia
sehingga semua perilaku diarahkan utnuk sebisa mungkin meredakan tegangan tersebut.
Menyoroti topik inilah (yaitu penurunan tegangan), putri bungsu Freud, Anna
mengembangkan lebih jauh teori psikoanalisis ketika ia berusaha meluaskan konsep sang
ayah tentang mekanisme pertahanan.
Disebut mekanis karena sifatnya otomatis, sebuah reaksi atau sikap yang terlontar
begitu saja menganggapi sesuatu, berjalan tanpa disadari, dan spontan. Peredaan
tegangan biasanya dilakukan dengan beradaptasi atau menyesuaikan diri dengan situasi
lewat penyangkalan atau pembiasaan terhadap hal-hal yang dapat menciptakan tingkat
tinggu stres atau kecemasan. Kita pasti menggunakan teknik-teknik ini di kegagalan
tertentu dan umumnya dianggap normal asalkan tidak menjadi kebiasaan yang berlarut-
larut. Lebih lengkapnya, berikut ini beberapa mekanisme pertahanan utama yang
ditemukan oleh pendekatan psiokoanalisis:
Represi, yaitu upaya untuk menyembunyikan dan memendam semua memori,
perasaan dan pikiran sedalam mungking ke dalam diri karena kemunculannya hanya
menimbulkan rasa sakit dan takut. Hasil represi yang paling memengaruhi pola dasar
perkembangan seorang individu, sekaligus paling sulit diakses, adalah mengenai hal-
hal yang terjadi di masa kanak-kanak, sesuatu yang biasanya sangat sulit untuk
diingat dan diutarakan. Namun, represi biasanya berbatas hanya di wilayah atau topik
tertentu, sehingga perilaku yang terkait dengan wilayah/topik itu saja yang
terpengaruh. Karena represi merupakan mekanisme pertahanan yang paling dasar dan
utama, prikoanalisis berusaha membawa kembali apa saja yang sudah di represi tiu de
dalam kesadaran untuk bisa dianalisis dan dikaji kembali.
Rasionalisasi, yaitu upaya untuk menjustifikasi atau menyediakan penjelasan paling
masuk akal untuk membuat perilaku yang tidak diinginkan atau dipertanyakan jadi
terlihat masuk akal, logis dan bisa diterima secara sosial. Mekanisme ini sering
7. digunakan untuk momodifikasi rasa bersalah karena penjelasan yang sesungguhnya
bagi perilaku tersebut hanya akan menghasilkan rasa bersalah dan cemas.
Regresi, yaitu upaya untuk kembali ke bentuk perilaku atau tahap perkembangan
sebelumnya. Biasanya ini tejadi ketika perilaku yang lebih matang atau tepat
terhambat rasa ketidakpastian, kecemasan, ketakutan, konflik atau kurangnya
penghargaan. Di sejumlah kasus, regresi tampak mencolok karena klien kembali ke
respons-respons awal saat pertama kali sesi konseling dimulai.
Identifikasi, yaitu upaya meniru seseorang atau sesuatu karena memberinya kepuasan
atau kompensasi tertentu. Di kasus tertentu identifikasi memampukan klien
memperoleh perilaku baru dan berguna.
Displacement, yaitu gerak menjauh dari suatu objek untuk mendekati objek lain yang
kurang begitu terasa mengancam atau menghasilkan kecemasan. Mekanisme
‘displacement’ atau pemindahan ini memiliki beberapa jenis, tetapi yang paling
umum dan yang dianggap sehat adalah sublimasi, yaiu mengubah arah energi yang
terarah kepada perilaku yang tidak bisa diterima menuju perilaku yang bisa diterima,
contohnya mengalihkan energi seksual terhadap seseorang yang tidak diperbolehkan
secara sosial menjadi energi non-seksual seperti bekerja keras, aktif berolahraa, dan
sebagainya.
Overcompensation atau kompensasi berlebihan atau pembentukan reaksi, adalah
tampilan perilaku yang mencerminkan kebalikan dari perasaan yang direpresi.
Kecemasan dan rasa bersalah direpresi ke dalam sedangkan kebalikannya yang
diekspresikan ke luar.
2. Teori Person-Centered
Konseling person-centered (awalnya bernama client-centered) adalah teori lain yang sama
penting dan berpengaruhnya di dalam sejarah.
Untuk memahami benar-benar pendekatan person-centered atau client centerd, kita mesti
mengetahui asumsi dasarnya tentang kepribadian yang dinyatakan Rogers.
8. 1. setiap individu berada di sebuah dunia pengalaman yang terus-menerus berubah di mana ia
menjadi pusatnya (oleh karena itu masing-masing individu merupakan sumber informasi
terbaik mengenai dirinya penyingting).
3. Teori Behavioral
Prosedur-prosedur behavioral yang di kemukakan oleh John D Krumboltz ( 1966, hlm
13-20)
a) Pembelajaran operan
Pendekatan ini di dasarkan kepada manfaat penguatan dan perwaktuan persentasi
mereka untuk menghasilkan perubahan
b) Pembelajaran imitatif
Pendekatan ini membantu pencapaian respon baru dengan mempelajari model- model
prilaku yang diinginkan
c) Pembelajaran kognitif
Pendekatan ini mendukung pembeajaran terhadap respons yang tepat sekedar
menginstruksikan klien cara beradaptasi lebih baik
d) Pembelajaran emosi
Pendektan ini melibatkan penggantian respons emosi yang bisa diterima secara social
untuk reaksi-reaksi emosi yang tidak menyenangkan dengan menggunakan teknik-
teknik yang diambil dari pengkondisian klasik.
Krumboltz mempoplerkan pendekatan behavioral bagi konseling dan psikoterapi
ketika mengkondisikan konseling sebagai cara membantu klien membantu memecahkan
problem mereka. Pembelajarn dan pembelajaran ulang dilihat sebagai cara membantu
manusia membuat perubahan.
Arnold Lazarus (2000) mengembangkan secara sistematis sebuah pendekatan
multimodal bagi konseling dan psikoterapi yang didsarkan pada model behavioral. Dalam
modelnya tersebut ia menggunakan akronim BASIC –ID untuik mendata semua faset
kehidupan klien.
Dalam banyak hal, praktik konselor behavioral mengikuti pendekatan yang mirip
dengan konselor umumnya dalam mengklarifikasi dan memahami kebutuhan klien.
9. Mereka menggunankan refleksi, penyimpulan dan pemeriksaan terbuka. Namun,
bukannya lebih menggali perasaan klien, mereka lebih memahami dimensi yang terdapat
dalam situasi lingkungan klien.
Namun di sisi lain, para konselor behavioral mengambil peran lebih direktif
ketimbang konselor yang juga mengandalkan aktifitas keinisiatifan dan pengarahan.
Sesi-sesinya cenderung sudah di struktur dan tindakannya sudah diorientasikan. Para
konselor behavioral sering menggunakan peran sebagai guru dan pelatih.
Sedangkan Hackney dan Cormier (1996) menyataka hal-hal berikut :
Karakteristik klien yang paling berhasil ditangani lewat intervensi behavioral adalah :
1. Individu yang memiliki orientasi yang kuat, yaitu dimotivasikan oleh pencapaian
tujuan atau keinginan untuk memperoleh hasil yang sukses
2. Individu yang memiliki tindakan yang kuat, yaitu selalu aktif, terfokus tujuan dan
mau berpartisipasi penuh di dalam proses bantuan ( kelompok ini bahkan sesuai
dengan budaya nya yaitu Asia dan orang Afro-Amerika)
3. Individu yang tertarik untuk mengubah keadaan dan membatasi dua atau tiga jumlah
prilakunya
Adapun waktu dan tempat Layanan konseling pribadi hakikatnya dapat dilaksanakan
kapan saja dan di mana saja, atas kesepakatan konselor-klien, dengan memperhatikan
kenyamanan klien dan terjaminnya asas kerahasiaan. Kondisi tempat layanan perlu
mendapat perhatian tersendiri dari konselor. Selain kursi dan meja secukupnya, ruangan
konseling dapat dilengkapi dengan tempat penyimpanan bahan-bahan seperti dokumen,
laporan, dan buku-buku lain
10. BAB III
PENUTUP
A. Simpulan
Konseling adalah sebuah keterampian dan sebuah proses yang harus dibedakan dari
sekedar memberikan nasihat, member pengarahan, bahkan mungkin mendengarkan
secara simpatik atau ketertarikan besar kepada problem yang dialami klien seperti
diperlihatkan konselor profesional pada umumnya
Bimbingan dan konseling pribadi merupakan proses bantuan untuk memfasilitasi
siswa agar memiliki pemahaman tentang karakteristik dirinya, kemampuan
mengembangkan potensi dirinya, dan memecahkan masalah-masalah yang dialaminya
Namun di sisi lain, para konselor behavioral mengambil peran lebih direktif
ketimbang konselor yang juga mengandalkan aktifitas keinisiatifan dan pengarahan.
Sesi-sesinya cenderung sudah di struktur dan tindakannya sudah diorientasikan. Para
konselor behavioral sering menggunakan peran sebagai guru dan pelatih.
B. Saran
Apabila ada seorang anak yang mempunyai permasalahan di keluarga atau
lingkungan sekitar maupun di sekolah, hendaknya ia dapat menceritakn dan meminta
solusi kepada konselor untuk diberikan nasehat atau pemecahan masalah yang sedang
di alami oleh anak tersebut sebagai klien.
Bagi pada konselor pribadi diharapkan dapat memberikan solusi terbaik bagi
kliennya, terutama dalam masalah emosi, prilaku, dan norma.
Kami sebagai mahasiswa juga meminta saran dan kritik yang membangun untuk
kelancaran tugas dimasa yang akan datang.