SlideShare a Scribd company logo
1 of 27
SKIN PRICK TEST
PENDAHULUAN



Salah satu jenis tes kulit sebagai alat diagnosis yg banyak
digunakan untuk membuktikan IgE spesifik yang terikat pd
sel mastosit kulit
Manifestasi Penyakit Alergi



      Negara berkembang  Atopik (30-40%)
 Individu atopy manifestasi gejala klinik bisa (+)/(-)


              Manifestasi klinik berupa:

                                       Alergi makanan :
RA : 10-20%        Asma : 5-10%
                                             1-3%
Penyakit Alergi :
manifestasi
hiperesponsifitas pada
target organ



     Lebih complicated karena
     paparan alergen
     meningkatkan gejala
     terhadap rangsangan
     nonspesifik seperti asap
     rokok, perubahan suhu, dll.
DIAGNOSIS RA


                                             DIAGNOSIS PASTI
                                             • IN VITRO  IgE
                                               sp
                       TANDA
                                             • IN VIVO  Skin
                       • Allergic salute       Prick Test
GEJALA                 • Nasal crease
                       • Allergic shiner
• Hidung gatal
                       • Facies adenoid
• Rinore cair
                       • Konka
• Bersin paroksismal
                         oedem/hipertrofi,
• Hidung tersumbat       mengkilat, dan
• konjungtivitis         pucat
Dx Alergen Inhalan
                           (in vivo)



                           Tes Kulit
           Membuktikan
                                       Dx Primer
           Ig E spesifik
                                       dan utama
            pd sel mast

                                      Tes
Tes gores (scratch         intradermal/intrakutan
      test )                  ( intradermal tes)


            Tes tempel                       Tes cukit
           (patch test)                     (prick test )
Menentukan      Membuktikan
   derajat        kecurigaan
 sensitifitas      terhadap
                     alergi
        Identifikasi
          alergen
          pemicu
KEUNTUNGAN   KERUGIAN
INDIKASI




                      Curiga
                                 Curiga
                      Alergi
Asthma   Curiga RA               Alergi
                     Sengatan
                                Makanan
                     Serangga
AAOA 2003
          4 Dasar penentuan Dx

Tujuan Tes
•menentukan macam alergen dan dasar imunoterapi
Metode :
•Tes cukit prick
•Tes intradermal
•SET ( Skin End Point Titration )
•Tes in Vitro ( IgE spesifik )
Tenaga Profesional terlatih
Perhatikan Etika dan Beaya.
PERSIAPAN


                                              Persiapan alat,
                         Persiapan
Persiapan Dokter                            alergen dan reaksi
                         Penderita
                                                anafilaktik
                        Inform concent
                                                Emergensi kit
                      Bebas obat-obatan
                                                Tensimeter
                      Tidak ada serangan
                       alergi berat dalam        Stetoskop
Dokter terlatih dan          24 jam
 berpengalaman
                                                 Oksigen
                          Tidak ada
                        kontraindikasi :      Ekstrak alergen
                       hamil, serangan
                            asma,                  Jarum
                       dermatografisme          no.26/lancet
TEHNIK
Teteskan Larutan
                 Histamin & Buffer




Bersihkan Area
      SPT                             Tusuk/Cukit
                                     pada epicutan
METODE TES CUKIT
INTERPRETASI


                          Positif            Negatif
                          palsu               palsu


                       dermatografisme     reaktivitas kulit <<
                         reaksi iritan     kualitas dan potensi
                                              alergen buruk
                           reaksi
                        penyangatan        teknik cukitan salah
 Hasil dibaca          (enhancement)
setelah 15-20
                         perdarahan
menit  bentol
                        (cukitan terlalu
                            dalam)
The Standardization Committee of Northern
         ( Scandinavian ) Society of Allergology
             Dibandingkan bentol Histamin


 HASIL           INTERPRETASI
 Negatif ( - )   Besar bentol = bentol kontrol
++ ( 2 + ) / +   Besar bentol antara bentol Histamin
( 1+ )           dan kontrol

 +++ ( 3 + )     Besar bentol = bentol histamin
++++ ( 4 + )     Besar bentol 2x bentol histamin
Bousquet ( Amerika Serikat )

HASIL                INTERPRETASI
  0      Tidak ada reaksi
 1+      Diameter bentol 1 mm > kontrol saline
 2+      Diameter bentol 1-3 mm > kontrol saline

 3+      Diameter bentol 3-5mm > kontrol saline

 4+      Diameter bentol > 5 mm > kontrol saline
INTERPRETASI LAIN

HASIL     BESAR BENTOL   LUAS ERITEMA
  0     < 3 mm           0 – 5 mm
 1+     3 – 5 mm         0 – 10 mm
 2+     5 – 10 mm        5 – 10 mm
 3+     10 – 15 mm       10 – 20 mm
 4+     > 15 mm /        > 20 mm
        pseudopodi
Ritme harian
                   dan variasi
                     musim
                                                    pertengahan punggung
                                   Lokasi Tes :     > bgn bawah punggung
 Kualitas
 ekstrak                          tgt reaktivitas   > lengan atas > siku >
 alergen                                kulit       lengan bawah > ( sisi
                                                    ulnar > radial) >
                                                    pergelangan tangan
                 FAKTOR YANG
                MEMPENGARUHI
                HASIL TES KULIT

Usia : bayi                                          Antihistamin I : 24 –
dan orang                             Obat-           72 jam
  tua <<                              obatan         Antihistamin II : 3 –
reaktif kulit                                         10 hari(Astemizole
                                                      6mgg)
                    Kondisi                          Steroid topikal kulit :
                    Patologi                           2 – 3 mgg
                     Kulit                           Trisiklik antidepresant
                                                      : 2 – 4 hari
MENINGKATKAN


               Hasil SPT (+) yang    Obat:
               terlalu dekat         • Antihistamin
               Dermatopatologi       • Tricyclic
               (eksema, urtikaria,     antidepressants
               dermatografisme)      • Beta Agonis sistemik




                                                               Menghambat
               Reaksi silang         Usia:
               makanan)
                                     • Pediatrik (<2 tahun)
               Beta antagonis        • Geriatrik (>50 tahun)
               Sensitif terhadap
               glyserin
KESIMPULAN

Tes kulit : sarana Dx Alergi yg diperantarai Ig E

Tes Cukit / Prick test ---- pilihan primer dan utama ( skrening
dan Dx )

Dasar pemberian imunoterapi

Tes kulit positif saja belum dapat menggantikan peran
Anamnesis dan Pemeriksaan klinis

Ketepatan hasil : standarisasi alergen, tenaga profesional &
terlatih, persiapan baik ( penderita, alat, bahan dan
pemeriksa )
Tes alergi

More Related Content

What's hot

Pemilihan kortikosteroid pada penyakit kulit
Pemilihan kortikosteroid pada penyakit kulitPemilihan kortikosteroid pada penyakit kulit
Pemilihan kortikosteroid pada penyakit kulitpeternugraha
 
Obat obat anti jamur
Obat obat anti jamurObat obat anti jamur
Obat obat anti jamurfikri asyura
 
Efloresensi (modul kulit dan jaringan penunjang)
Efloresensi (modul kulit dan jaringan penunjang)Efloresensi (modul kulit dan jaringan penunjang)
Efloresensi (modul kulit dan jaringan penunjang)fikri asyura
 
Obat antihipertensi
Obat antihipertensiObat antihipertensi
Obat antihipertensiDenindra Tea
 
Laporan Kasus BPH
Laporan Kasus BPHLaporan Kasus BPH
Laporan Kasus BPHKharima SD
 
Ruang 8- Kasus 1 Modul Penurunan Kesadaran
Ruang 8- Kasus 1 Modul Penurunan KesadaranRuang 8- Kasus 1 Modul Penurunan Kesadaran
Ruang 8- Kasus 1 Modul Penurunan KesadaranAmelia Manatar
 
225881539 appendisitis-akut-laporan-kasus
225881539 appendisitis-akut-laporan-kasus225881539 appendisitis-akut-laporan-kasus
225881539 appendisitis-akut-laporan-kasusaauyahilda
 
Otitis media akut
Otitis media akutOtitis media akut
Otitis media akutAriesta Mp
 
Kolelitiasis,kolestasis,kolesistitis
Kolelitiasis,kolestasis,kolesistitisKolelitiasis,kolestasis,kolesistitis
Kolelitiasis,kolestasis,kolesistitisyudhasetya01
 
Abses paru by dr.Yanuarman
Abses paru by dr.Yanuarman Abses paru by dr.Yanuarman
Abses paru by dr.Yanuarman Ajo Yayan
 

What's hot (20)

Ppt kanker prostat
Ppt kanker prostatPpt kanker prostat
Ppt kanker prostat
 
Pemilihan kortikosteroid pada penyakit kulit
Pemilihan kortikosteroid pada penyakit kulitPemilihan kortikosteroid pada penyakit kulit
Pemilihan kortikosteroid pada penyakit kulit
 
Obat obat anti jamur
Obat obat anti jamurObat obat anti jamur
Obat obat anti jamur
 
Ca mammae
Ca mammaeCa mammae
Ca mammae
 
Efloresensi (modul kulit dan jaringan penunjang)
Efloresensi (modul kulit dan jaringan penunjang)Efloresensi (modul kulit dan jaringan penunjang)
Efloresensi (modul kulit dan jaringan penunjang)
 
Anatomi Urinaria
Anatomi UrinariaAnatomi Urinaria
Anatomi Urinaria
 
Slide jantung
Slide jantungSlide jantung
Slide jantung
 
Reaksi kusta
Reaksi kustaReaksi kusta
Reaksi kusta
 
Obat antihipertensi
Obat antihipertensiObat antihipertensi
Obat antihipertensi
 
Laporan Kasus BPH
Laporan Kasus BPHLaporan Kasus BPH
Laporan Kasus BPH
 
Ruang 8- Kasus 1 Modul Penurunan Kesadaran
Ruang 8- Kasus 1 Modul Penurunan KesadaranRuang 8- Kasus 1 Modul Penurunan Kesadaran
Ruang 8- Kasus 1 Modul Penurunan Kesadaran
 
Efloresensi
EfloresensiEfloresensi
Efloresensi
 
225881539 appendisitis-akut-laporan-kasus
225881539 appendisitis-akut-laporan-kasus225881539 appendisitis-akut-laporan-kasus
225881539 appendisitis-akut-laporan-kasus
 
Dermato terapi
Dermato terapiDermato terapi
Dermato terapi
 
Wsd
WsdWsd
Wsd
 
Otitis media akut
Otitis media akutOtitis media akut
Otitis media akut
 
Case hernia putri
Case hernia putriCase hernia putri
Case hernia putri
 
Laporan kasus ppok
Laporan kasus ppokLaporan kasus ppok
Laporan kasus ppok
 
Kolelitiasis,kolestasis,kolesistitis
Kolelitiasis,kolestasis,kolesistitisKolelitiasis,kolestasis,kolesistitis
Kolelitiasis,kolestasis,kolesistitis
 
Abses paru by dr.Yanuarman
Abses paru by dr.Yanuarman Abses paru by dr.Yanuarman
Abses paru by dr.Yanuarman
 

Viewers also liked

Alkes b 3 obat-obat yang menyebabkan reaksi fotosensitivitas
Alkes b 3 obat-obat yang menyebabkan reaksi fotosensitivitasAlkes b 3 obat-obat yang menyebabkan reaksi fotosensitivitas
Alkes b 3 obat-obat yang menyebabkan reaksi fotosensitivitasHesti Tri Wulandari
 
Antibiotik Profilaksis Mencegah Infeksi Daerah Operasi pada Pembedahan Obgin
Antibiotik Profilaksis Mencegah Infeksi Daerah Operasi pada Pembedahan ObginAntibiotik Profilaksis Mencegah Infeksi Daerah Operasi pada Pembedahan Obgin
Antibiotik Profilaksis Mencegah Infeksi Daerah Operasi pada Pembedahan Obginpogisurabaya
 
Manfaat asi bagi ibu dan bayi
Manfaat asi bagi ibu dan bayiManfaat asi bagi ibu dan bayi
Manfaat asi bagi ibu dan bayiKebayoran Baru
 
Determinan Pemberian ASI Ekslusif Ppt proposal
Determinan Pemberian ASI Ekslusif Ppt proposalDeterminan Pemberian ASI Ekslusif Ppt proposal
Determinan Pemberian ASI Ekslusif Ppt proposalOcie Sabrina
 
Prinsip dan Peran Perawat Dalam Pemberian Obat
Prinsip dan Peran Perawat Dalam Pemberian ObatPrinsip dan Peran Perawat Dalam Pemberian Obat
Prinsip dan Peran Perawat Dalam Pemberian Obatpjj_kemenkes
 
Implikasi proses keperawatan dalam farmakologi (I)
Implikasi proses keperawatan dalam farmakologi (I)Implikasi proses keperawatan dalam farmakologi (I)
Implikasi proses keperawatan dalam farmakologi (I)Shelfi Steiv
 
Injek11
Injek11Injek11
Injek11fadzan
 
Prinsip dan Peran Perawat dalam Pemberian Obat
Prinsip dan Peran Perawat dalam Pemberian ObatPrinsip dan Peran Perawat dalam Pemberian Obat
Prinsip dan Peran Perawat dalam Pemberian Obatpjj_kemenkes
 
pemberian obat dalam keperawatan
pemberian obat dalam keperawatanpemberian obat dalam keperawatan
pemberian obat dalam keperawatanindah puspa pratiwi
 
Cara Menyusui yang Benar
Cara Menyusui yang BenarCara Menyusui yang Benar
Cara Menyusui yang Benarpowerpoint2910
 
STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR DAN DIAGRAM ALIR PEMERIKSAAN PASIEN DI RUMAH SA...
 STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR DAN DIAGRAM ALIR PEMERIKSAAN PASIEN DI RUMAH SA... STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR DAN DIAGRAM ALIR PEMERIKSAAN PASIEN DI RUMAH SA...
STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR DAN DIAGRAM ALIR PEMERIKSAAN PASIEN DI RUMAH SA...Erlina Wati
 
Prinsip dan tehnik pemberian obat subcutan dan intracutan
Prinsip dan tehnik pemberian obat subcutan dan intracutanPrinsip dan tehnik pemberian obat subcutan dan intracutan
Prinsip dan tehnik pemberian obat subcutan dan intracutanKampus-Sakinah
 

Viewers also liked (18)

Alkes b 3 obat-obat yang menyebabkan reaksi fotosensitivitas
Alkes b 3 obat-obat yang menyebabkan reaksi fotosensitivitasAlkes b 3 obat-obat yang menyebabkan reaksi fotosensitivitas
Alkes b 3 obat-obat yang menyebabkan reaksi fotosensitivitas
 
Antibiotik Profilaksis Mencegah Infeksi Daerah Operasi pada Pembedahan Obgin
Antibiotik Profilaksis Mencegah Infeksi Daerah Operasi pada Pembedahan ObginAntibiotik Profilaksis Mencegah Infeksi Daerah Operasi pada Pembedahan Obgin
Antibiotik Profilaksis Mencegah Infeksi Daerah Operasi pada Pembedahan Obgin
 
Antibiotika dalam pembedahan
Antibiotika dalam pembedahanAntibiotika dalam pembedahan
Antibiotika dalam pembedahan
 
Manfaat asi bagi ibu dan bayi
Manfaat asi bagi ibu dan bayiManfaat asi bagi ibu dan bayi
Manfaat asi bagi ibu dan bayi
 
In-Vivo In-Vitro Correlation
In-Vivo In-Vitro CorrelationIn-Vivo In-Vitro Correlation
In-Vivo In-Vitro Correlation
 
Determinan Pemberian ASI Ekslusif Ppt proposal
Determinan Pemberian ASI Ekslusif Ppt proposalDeterminan Pemberian ASI Ekslusif Ppt proposal
Determinan Pemberian ASI Ekslusif Ppt proposal
 
Anatomi hidung
Anatomi hidungAnatomi hidung
Anatomi hidung
 
Prinsip dan Peran Perawat Dalam Pemberian Obat
Prinsip dan Peran Perawat Dalam Pemberian ObatPrinsip dan Peran Perawat Dalam Pemberian Obat
Prinsip dan Peran Perawat Dalam Pemberian Obat
 
Implikasi proses keperawatan dalam farmakologi (I)
Implikasi proses keperawatan dalam farmakologi (I)Implikasi proses keperawatan dalam farmakologi (I)
Implikasi proses keperawatan dalam farmakologi (I)
 
Injek11
Injek11Injek11
Injek11
 
Prinsip dan Peran Perawat dalam Pemberian Obat
Prinsip dan Peran Perawat dalam Pemberian ObatPrinsip dan Peran Perawat dalam Pemberian Obat
Prinsip dan Peran Perawat dalam Pemberian Obat
 
pemberian obat dalam keperawatan
pemberian obat dalam keperawatanpemberian obat dalam keperawatan
pemberian obat dalam keperawatan
 
Cara Menyusui yang Benar
Cara Menyusui yang BenarCara Menyusui yang Benar
Cara Menyusui yang Benar
 
Asi eksklusif
Asi eksklusifAsi eksklusif
Asi eksklusif
 
Penyuluhan asi
Penyuluhan asiPenyuluhan asi
Penyuluhan asi
 
Farmakologi cara pemberian obat
Farmakologi cara pemberian obatFarmakologi cara pemberian obat
Farmakologi cara pemberian obat
 
STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR DAN DIAGRAM ALIR PEMERIKSAAN PASIEN DI RUMAH SA...
 STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR DAN DIAGRAM ALIR PEMERIKSAAN PASIEN DI RUMAH SA... STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR DAN DIAGRAM ALIR PEMERIKSAAN PASIEN DI RUMAH SA...
STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR DAN DIAGRAM ALIR PEMERIKSAAN PASIEN DI RUMAH SA...
 
Prinsip dan tehnik pemberian obat subcutan dan intracutan
Prinsip dan tehnik pemberian obat subcutan dan intracutanPrinsip dan tehnik pemberian obat subcutan dan intracutan
Prinsip dan tehnik pemberian obat subcutan dan intracutan
 

Similar to Tes alergi

TES KULIT CUKIT.pdf
TES KULIT CUKIT.pdfTES KULIT CUKIT.pdf
TES KULIT CUKIT.pdfVRegha
 
Kelompok 2 Reaksi Alergi _ Farmakoterapi 2 (2).pptx
Kelompok 2 Reaksi Alergi _ Farmakoterapi 2 (2).pptxKelompok 2 Reaksi Alergi _ Farmakoterapi 2 (2).pptx
Kelompok 2 Reaksi Alergi _ Farmakoterapi 2 (2).pptxSelvitriRahayu
 
Rhinitis_Alergi_ppt.ppt
Rhinitis_Alergi_ppt.pptRhinitis_Alergi_ppt.ppt
Rhinitis_Alergi_ppt.pptHartinaLaNdia
 
DERMATITIS ATOPI PRESENTASI RINA PURNAMA SARI
DERMATITIS ATOPI PRESENTASI RINA PURNAMA SARIDERMATITIS ATOPI PRESENTASI RINA PURNAMA SARI
DERMATITIS ATOPI PRESENTASI RINA PURNAMA SARIChloe678262
 
Efek Samping Kosmetik
Efek Samping KosmetikEfek Samping Kosmetik
Efek Samping Kosmetikkhoiril anwar
 
EIPP_Imun_alergi.ppt
EIPP_Imun_alergi.pptEIPP_Imun_alergi.ppt
EIPP_Imun_alergi.pptIsmiFarah1
 

Similar to Tes alergi (10)

TES KULIT CUKIT.pdf
TES KULIT CUKIT.pdfTES KULIT CUKIT.pdf
TES KULIT CUKIT.pdf
 
Kelompok 2 Reaksi Alergi _ Farmakoterapi 2 (2).pptx
Kelompok 2 Reaksi Alergi _ Farmakoterapi 2 (2).pptxKelompok 2 Reaksi Alergi _ Farmakoterapi 2 (2).pptx
Kelompok 2 Reaksi Alergi _ Farmakoterapi 2 (2).pptx
 
Rhinitis_Alergi_ppt.ppt
Rhinitis_Alergi_ppt.pptRhinitis_Alergi_ppt.ppt
Rhinitis_Alergi_ppt.ppt
 
DERMATITIS ATOPI PRESENTASI RINA PURNAMA SARI
DERMATITIS ATOPI PRESENTASI RINA PURNAMA SARIDERMATITIS ATOPI PRESENTASI RINA PURNAMA SARI
DERMATITIS ATOPI PRESENTASI RINA PURNAMA SARI
 
Efek Samping Kosmetik
Efek Samping KosmetikEfek Samping Kosmetik
Efek Samping Kosmetik
 
Dka
DkaDka
Dka
 
EIPP_Imun_alergi.ppt
EIPP_Imun_alergi.pptEIPP_Imun_alergi.ppt
EIPP_Imun_alergi.ppt
 
Makalah dermatitis atopik part 2
Makalah dermatitis atopik part 2Makalah dermatitis atopik part 2
Makalah dermatitis atopik part 2
 
Rhinitis alergi
Rhinitis alergi Rhinitis alergi
Rhinitis alergi
 
Dermatitis.pdf
Dermatitis.pdfDermatitis.pdf
Dermatitis.pdf
 

Tes alergi

  • 2. PENDAHULUAN Salah satu jenis tes kulit sebagai alat diagnosis yg banyak digunakan untuk membuktikan IgE spesifik yang terikat pd sel mastosit kulit
  • 3. Manifestasi Penyakit Alergi Negara berkembang  Atopik (30-40%) Individu atopy manifestasi gejala klinik bisa (+)/(-) Manifestasi klinik berupa: Alergi makanan : RA : 10-20% Asma : 5-10% 1-3%
  • 4. Penyakit Alergi : manifestasi hiperesponsifitas pada target organ Lebih complicated karena paparan alergen meningkatkan gejala terhadap rangsangan nonspesifik seperti asap rokok, perubahan suhu, dll.
  • 5. DIAGNOSIS RA DIAGNOSIS PASTI • IN VITRO  IgE sp TANDA • IN VIVO  Skin • Allergic salute Prick Test GEJALA • Nasal crease • Allergic shiner • Hidung gatal • Facies adenoid • Rinore cair • Konka • Bersin paroksismal oedem/hipertrofi, • Hidung tersumbat mengkilat, dan • konjungtivitis pucat
  • 6.
  • 7. Dx Alergen Inhalan (in vivo) Tes Kulit Membuktikan Dx Primer Ig E spesifik dan utama pd sel mast Tes Tes gores (scratch intradermal/intrakutan test ) ( intradermal tes) Tes tempel Tes cukit (patch test) (prick test )
  • 8. Menentukan Membuktikan derajat kecurigaan sensitifitas terhadap alergi Identifikasi alergen pemicu
  • 9. KEUNTUNGAN KERUGIAN
  • 10. INDIKASI Curiga Curiga Alergi Asthma Curiga RA Alergi Sengatan Makanan Serangga
  • 11. AAOA 2003 4 Dasar penentuan Dx Tujuan Tes •menentukan macam alergen dan dasar imunoterapi Metode : •Tes cukit prick •Tes intradermal •SET ( Skin End Point Titration ) •Tes in Vitro ( IgE spesifik ) Tenaga Profesional terlatih Perhatikan Etika dan Beaya.
  • 12. PERSIAPAN Persiapan alat, Persiapan Persiapan Dokter alergen dan reaksi Penderita anafilaktik Inform concent Emergensi kit Bebas obat-obatan Tensimeter Tidak ada serangan alergi berat dalam Stetoskop Dokter terlatih dan 24 jam berpengalaman Oksigen Tidak ada kontraindikasi : Ekstrak alergen hamil, serangan asma, Jarum dermatografisme no.26/lancet
  • 14.
  • 15. Teteskan Larutan Histamin & Buffer Bersihkan Area SPT Tusuk/Cukit pada epicutan
  • 17.
  • 18.
  • 19.
  • 20. INTERPRETASI Positif Negatif palsu palsu dermatografisme reaktivitas kulit << reaksi iritan kualitas dan potensi alergen buruk reaksi penyangatan teknik cukitan salah Hasil dibaca (enhancement) setelah 15-20 perdarahan menit  bentol (cukitan terlalu dalam)
  • 21. The Standardization Committee of Northern ( Scandinavian ) Society of Allergology Dibandingkan bentol Histamin HASIL INTERPRETASI Negatif ( - ) Besar bentol = bentol kontrol ++ ( 2 + ) / + Besar bentol antara bentol Histamin ( 1+ ) dan kontrol +++ ( 3 + ) Besar bentol = bentol histamin ++++ ( 4 + ) Besar bentol 2x bentol histamin
  • 22. Bousquet ( Amerika Serikat ) HASIL INTERPRETASI 0 Tidak ada reaksi 1+ Diameter bentol 1 mm > kontrol saline 2+ Diameter bentol 1-3 mm > kontrol saline 3+ Diameter bentol 3-5mm > kontrol saline 4+ Diameter bentol > 5 mm > kontrol saline
  • 23. INTERPRETASI LAIN HASIL BESAR BENTOL LUAS ERITEMA 0 < 3 mm 0 – 5 mm 1+ 3 – 5 mm 0 – 10 mm 2+ 5 – 10 mm 5 – 10 mm 3+ 10 – 15 mm 10 – 20 mm 4+ > 15 mm / > 20 mm pseudopodi
  • 24. Ritme harian dan variasi musim pertengahan punggung Lokasi Tes : > bgn bawah punggung Kualitas ekstrak tgt reaktivitas > lengan atas > siku > alergen kulit lengan bawah > ( sisi ulnar > radial) > pergelangan tangan FAKTOR YANG MEMPENGARUHI HASIL TES KULIT Usia : bayi  Antihistamin I : 24 – dan orang Obat- 72 jam tua << obatan  Antihistamin II : 3 – reaktif kulit 10 hari(Astemizole 6mgg) Kondisi  Steroid topikal kulit : Patologi 2 – 3 mgg Kulit  Trisiklik antidepresant : 2 – 4 hari
  • 25. MENINGKATKAN Hasil SPT (+) yang Obat: terlalu dekat • Antihistamin Dermatopatologi • Tricyclic (eksema, urtikaria, antidepressants dermatografisme) • Beta Agonis sistemik Menghambat Reaksi silang Usia: makanan) • Pediatrik (<2 tahun) Beta antagonis • Geriatrik (>50 tahun) Sensitif terhadap glyserin
  • 26. KESIMPULAN Tes kulit : sarana Dx Alergi yg diperantarai Ig E Tes Cukit / Prick test ---- pilihan primer dan utama ( skrening dan Dx ) Dasar pemberian imunoterapi Tes kulit positif saja belum dapat menggantikan peran Anamnesis dan Pemeriksaan klinis Ketepatan hasil : standarisasi alergen, tenaga profesional & terlatih, persiapan baik ( penderita, alat, bahan dan pemeriksa )