serbuk terbagi dan serbuk tabur yang gunakan untuk farmas
2021-11-03 FAKTA - Pengendalian Tembakau dlm mengimplementasikan KTR dan UBM.pptx
1. Implementasi
Penerapan Kebijakan
Kawasan Tanpa Rokok di
Indonesia
Peneliti di DRC FHUI,Soiidaritas Advokat Publik untuk Pengendalian Tembakau (SAPTA)
Indonesia, komisi Nasional Pengendalian Tembakau (KOMNAS-PT); Forum Warga Kota
Jakarta (FAKTA); anggota Indonesian Tobacco control Network (ITCN); fellow South East
Asian Tobacco Control Alliancce (SEATCA). Fellow International Legal Consortium CTFK,
Dewas LBH Pers
5. Produk Tembakau (rokok) itu memang LEGAL
tapi TERBATAS namun TIDAK NORMAL
UU No 39/2007 tentang CUKAI Pasal 2 ayat (1):
Barang-barang tertentu yang mempunyai sifat atau
karakteristik:
• Konsumsinya perlu dikendalikan;
• Peredarannya perlu diawasi;
• Pemakaiannya berdampak negatif bagi
masyarakat atau lingkungan hidup
• Pemakaiannya perlu pembebanan pungutan
negara demi keadilan dan keseimbangan
Dikenai cukai berdasarkan Undang Undang ini
6. Produk Tembakau (rokok) itu memang LEGAL
TERBATAS namun TIDAK NORMAL
Apa sebetulnya yang dijual dari
produk tembakau (rokok)?
Apa saja kandungan dalam
sebatang rokok yang dibakar?
9. Perilaku Merokok itu memang LEGAL
tapi TERBATAS namun TIDAK NORMAL
UU Nomor 36 Tahun 2009 ttg Kesehatan pasal 115:
(1) Kawasan tanpa rokok antara lain:
a. fasilitas pelayanan kesehatan;
b. tempat proses belajar mengajar;
c. tempat anak bermain;
d. tempat ibadah;
e. angkutan umum;
f. tempat kerja; dan
g. tempat umum dan tempat lain yang ditetapkan.
(2) Pemerintah daerah wajib menetapkan kawasan
tanpa rokok di wilayahnya.
10. Prinsip dasar KTR
• Asap rokok orang lain MEMATIKAN.
• Tidak ada batas aman bagi
paparan asap rokok orang lain.
• Setiap warga negara wajib dilindungi secara hukum
dari paparan asap rokok orang lain.
• Setiap pekerja berhak atas lingkungan tempat kerja
yang bebas dari asap rokok orang lain.
• Hanya lingkungan tanpa asap rokok 100% yg dapat
memberi perlindungan penuh bagi masyarakat.
• Pembuatan ruang merokok
dengan ventilasi/
filtrasi udara tidak efektif.
12. Desa Bone-bone yaitu perkampungan
terpencil yang terletak di wilayah
pegunungan Latimojong Kabupaten
Enrekang Sulawesi Selatan.
tepatnya di kecamatan Baraka sekitar 50
Km dari Kota Enrekang dan berjarak sekitar
250 Km dari Kota Makassar
15. Contoh: Dasar Hukum KTR DKI Jakarta
No Peraturan Perundang-undangan
1 Perda 2 Tahun 2005 ttg Pengendalian Pencemaran Udara
2 Pergub 75 Tahun 2005 ttg Kawasan Dilarang Merokok
3 Pergub 88/2010 ttg perubahan pergub 75/2005
4 Pergub 50 Tahun 2012 ttg Pedoman Pelaksanaan Pembinaan,
Pengawasan dan Penegakan Hukum KDM
5 Pergub 1 Tahun 2015 ttg Larangan Penyelenggaraan Reklame Rokok
dan Produk Tembakau pada Media Luar Ruang
6 Pergub 244 Tahun 2015 ttg Petunjuk Pelaksanaan Penyelenggaraan
Reklame
7 Pergub 148 Tahun 2017 tentang Petunjuk Pelaksanaan
Penyelenggaraan Reklame (dicabutnya pelaralangan iklan dalam ruang
pasal 45 ayat (1))
16. Update KTR Jakarta terkini:
Kampung Warna Warni Tanpa Rokok
Penas Tanggul RT 015/02 Ciipinang Besar Selatan, jatinegara
https://www.bbc.com/indonesia/majalah-41481551
17. Update KTR Jakarta terkini:
Kampung Bebas Asap Rokok
Jalan Telaga Jaya RT 013/01 Sunter jaya, Tanjung Priok
• http://jakarta.tribunnews.com/2019/02/09/m
enengok-kampung-bebas-asap-rokok-di-
sunter-jaya?page=2
http://jakarta.tribunnews.com/2019/02/09/menengok-kampung-bebas-asap-rokok-di-sunter-jaya?
19. Situasi Kekinian
Dokumen Regulasi KTR di Indonesia
(per Mei 2020)
Jumlah Provinsi Provinsi ber KTR Jumlah Kab/kota Jumlah Kab/kota ber KTR
34 25 (73.5%) 514 348 (67.7%)
less
• Kantor Pemerintah Daerah
• + Sarana Pendidikan dan Pelayanan kesehatan
good
• + Area Bermain Anak, Tempat Ibadah, Moda Transportasi Umum
• + Tempat Umum, Tempat Kerja
best
• Smoke Free Home
• Smoke Free Kampoeng
Sumber: www.protc.id
21. Jumlah Regulasi terkait KTR
di Indonesia
Jenis Dokumen Jumlah
Perda Propinsi 20
Pergub 16
SK Gubernur 0
SE Gubernur 0
Lain lain 3
Total 39
Jenis Dokumen Jumlah
Perda Kabupaten 300
Perbup/Perwali 202
SK Bup/Wali 7
SE Bup/Wali 5
Lain lain 0
Total 514
Propinsi Kabupaten/Kot0
Sumber: www.protc.id
22. Praktek Terbaik Regulasi KTR
di Indonesia (KTR+++)
Larangan di KTR
• merokok
• Mengiklankan, mempromosikan
• Memproduksi, menjual
Larangan di seluruh wilayah kab/kota
• Iklan/promosi dan sponsor
• Memajang produk rokok
Larangan penjualan
• Pd anak dan perempuan hamil
• Dengan mesin layan diri/online
• Ketengan/per batang
a.fasilitas
pelayanan
kesehatan;
b.tempat proses
belajar mengajar;
c.tempat anak
bermain;
d.tempat ibadah;
e.angkutan umum;
f. tempat kerja; dan
g.tempat umum,
dan tempat lain
yang ditetapkan.
24. Perspektif pengaturan tentang KTR
HAM, Kesehatan,
perlindungan
anak/perempuan
Ketertiban umum
lingkungan hidup,
role model,
25.
26. Pengetahuan Umum:
Mengapa Kawasan Tanpa Rokok? Masalah dan solusinya
Studi Kasus dari praktek terbaik
Melawan argumen yang menentang KTR
Perlu merevisi atau membuat Draft Perda baru
Pengetahuan Lokal :
Analisis Situasi Kekinian – Analisis Legislatif , Analisis
SWOT, Analisis/Pemetaan Pemangku kepentingan
Tidak perlu merevisi/membuat
Draft Perda baru
Pengembangan Rencana revisi/Draft
Perda baru
Pengembangan Rencana
Komunikasi
Pengembangan Rencana
Monitoring dan Evaluasi
Pengembangan Rencana
Implementasi dan Penegakan
Satukan dalam Rencana Aksi Detail
(Apa, Siapa, Bagai,mamna, …)
Tentukan prioritas dan jadwal
Tentukan sumber daya dan bantuan
yang dibutuhkan
KTR +++ Strategic Palnning
27. Apakah Anda memiliki Perda yang mengacu pada praktik terbaik
(yang mengharuskan semua tempat tertutup untuk 100% bebas asap rokok tanpa ruang merokok di dalam
gedung, seperti yang direkomendasikan oleh Kebijakan WHO Pasal 8 FCTC)
Apakah kepatuhan pada Perda tsb baik?
(Orang tidak merokok di dalam gedung (KTR);
penandaan ditampilkan dengan benar, perlindungan
yang dihasilkan adalah sesuai dg tujuan yg
bermaksud)
Apakah Anda dalam posisi untuk
menyusun/merevisi Perda untuk
memenuhi praktek terbaik?
(Secara politis layak; manfaat melebihi resiko)
yurisdiksi Anda
mungkin dapat
menawarkan
bantuan teknis
kepada pihak
lain yang
berusaha
untuk lulus dan
menerapkan
Perda KTR
Menilai bagaimana
Anda dapat bekerja
dengan apa yang Anda
miliki, misalnya:
- Dapatkah Anda
menggunakan penegakan
inovatif dan strategi
komunikasi untuk
memaksimalkan
perlindungan?
- Dapatkah Anda memulai
kegiatan peningkatan
kesadaran untuk
membangun kemauan politik
untuk mengubah atau
meloloskan Perda baru?
Mengidentifikasi
mengapa tidak,
misalnya:
- Kurangnya kesadaran
hukum di kalangan
masyarakat atau di antara
lembaga yang dicakup oleh
Perda KTR?
- Tidak adanya mekanisme
penegakan hukum?
- Kurangnya hukuman /tdk
ada efek jera?
- Setiap faktor relevan
lainnya? dsr
Buat Strategi berdasarkan situasi di atas
Amandement
/ buat Perda
baru yang
memenuhi
praktek
terbaik
Pertimbang-
kan sekitar
isu-isu
kepatuhan
dan
implementasi
Y
Y Y
N
N
N
KTR+++ : Legislation Analysis Decition Tree
36. Perilaku merokok itu LEGAL tapi TERBATAS
namun TIDAK NORMAL
Apa Pengakuan Industri Rokok
terhadap produk dan konsumennya
“It has been suggested that
...... nicotine is the most
addictive drug. Certainly large
numbers of people will
continue to smoke because
they are unable to give it up. If
they could, they would do so.
They can no longer be said to
make an adult choice.”
(BAT,1980) Dr. S.J.Green,
“I believe the thing that
we sell is nicotine”.
Philip Morris Memo, 1980
“Very few consumers are
aware that of the effect of
nicotine, i.e.: it’s addictive
nature, and that nicotine is
a poison”
Brown & Williamson memo by H.D Steele,
1978
37. REMAJA
ADALAH TARGET!!!
• Perokok remaja telah menjadi
faktor penting dalam
perkembangan setiap industri
rokok 50 tahun terakhir.
• Perokok REMAJA adalah
satu2nya SUMBER PEROKOK
PENGGANTI. Jika para remaja
tidak merokok maka industri
akan bangkrut sebagaimana
sebuah masyarakat yang tidak
melahirkan generasi penerus
akan punah
(“Perokok Remaja: Strategi dan Peluang”, R.J Reynolds Tobacco
Company Internal Memo, 29 Februari 1984)
38.
39. Paparan Asap Rokok Orang Lain
51.3%
org dewasa
terapar
AROL
di tempat
kerja
85.4% org
dewasa
terpapar
AROL
di restoran
Sumber: GATS, 2011; GYTS, 2019
66,2%
pelajar
terpapar AROL di
ruang
publik tertutup
78.4%
orang dewasa
terpapar
AROL
di rumah
40. 19,2% pelajar,,
35,6% anak laki-
laki, dan 3,5% anak
perempuan saat ini
menggunakan
produk tembakau
(GYTS 2019)
76,6% pelajar
yang merokok,
membeli rokok
sigaret dari
toko, warung,
penjual di jalanan
atau kios
(GYTS 2019)
Hampir 7 dari 10
(65,2%) pelajar
mengetahui adanya
iklan
atau promosi rokok
saat mengunjungi titik
penjualan
(GYTS 2019)
44. PENCEGAHAN DAN PENGENDALIAN
KONSUMSI ROKOK
(PP 109/2012)
PENCEGAHAN DAN
PENGENDALIAN
KONSUMSI ROKOK
Peningkatan
Harga
melalui
Cukai dan
Pajak Rokok
Pengendalian
Iklan, Promosi
dan Sponsor
Rokok
Pelarangan
Penjualan
Rokok pada
Anak dan
Penjualan
penjualan
eceran per
batang
Perluasan
persentase
PHW
Penerapan
Kawasan
Tanpa Rokok
(KTR)
Penyediaan
Layanan
Upaya
Berhenti
Merokok
(UBM)
LINTAS K/L KEMENKES
Target RPJMN 2020-2024 :
Penurunan prevalensi perokok usia 10-18 tahun dari 9,1% menjadi 8,7%
45. Capaian Layanan UBM di Puskesmas
Periode September 2021
37%
27%
18%
10%
8%
6%
1%
0%
5%
10%
15%
20%
25%
30%
35%
40%
Gorontalo
Sulteng
NTT
Kep.
Babel
NTB
Jambi
Sumbar
Sumut
Kaltara
Sumsel
Jabar
Kalsel
INDONE…
Jatim
Kaltim
Lampung
Banten
Aceh
Sultra
Kalteng
Sulsel
DKI
Jakarta
Jateng
Kalbar
Bengkulu
Kep.
Riau
Sulbar
Maluku…
Riau
Sulut
DIY
Bali
Papua
Papua…
Maluku
Capaian
Nasional 13%
Sumber: SIPTM (masih terbatas pada layanan UBM di Puskesmas)
46. Mengapa penyediaan
Layanan UBM menjadi penting?
Layanan
UBM
1
2
3
Mendukung
percepatan dan
pengelolaan layanan
kesehatan yang
terintegrasi di FKTP
Memperkuat
pencegahan dan
pengendalian konsumsi
tembaku
Membantu perokok
mengatasi gejala putus
nikotin untuk berhenti
merokok
47. 20
menit
12
jam
24-48
jam
5 hari
2
mgg-
6 mgg
1
tahun
5
tahun
10
tahun
15
tahun
Tekanan
darah,
denyut
jantung &
aliran darah
tepi
membaik
Nicotin mulai
tereliminasi dari
tubuh, fungsi
pengecap &
penciuman
mulai membaik.
Sistem
kardiovaskular
meningkat baik
Risiko infeksi pd luka
setelah pembedahan
berkurang secara
bermakna. Fungsi silia
saluran napas dan
fungsi paru-paru
membaik. Napas
pendek dan batuk
berkurang
Risiko stroke
menurun pd
level yg
sama seperti
orang tdk
pernah
merokok
Semua penyebab
mortalitas dan
risiko penyakit
jantung koroner
menurun pd level
yg sama seperti
orang yg tdk
pernah merokok
Hampir semua
nikotin dlm tubuh
sudah
dimetabolisme.
Tingkat CO di dlm
darah kembali
normal
Sebagian besar metabolisme
nikotin dlm tubuh sudah
hilang. Fungsi perasa/
pengecap dan pembau jauh
lebih membaik. Sistem
kardiovaskular terus
meningkat baik
Risiko penyakit
jantung koroner
menurun
setengahnya
dibandingkan
dengan orang yang
tetap merokok
Risiko
kanker paru-
paru
berkurang
setengahnya
Manfaat Berhenti Merokok
48. Manajemen Layanan UBM
Perencanaan
Pembiayaan
Penyelenggaraan
Peran Pemangku
Kepentingan
Pemantauan &
Penilaian
Pembentukan Tim
Penyediaan
sarana &
prasarana
Sumber pembiayaan:
Pemerintah
Non Pemerintah
Iuran masyarakat
Mandiri
Terintegrasi dlm
layanan
kesehatan di
FKTP
Perlu
dukungan
dari berbagai
pihak
Evaluasi
layanan UBM
Pelaporan data
49. YA
Mekanisme Layanan UBM
Berikan alternatif: tinjau ulang proses
4T; rotasi konselor; atau rujuk ke
FKRTL
Pantau tiap 3 bulan sampai 1
tahun “sukses berhenti merokok”
Perlu dukungan keluarga/sahabat/ masyarakat
untuk tidak kembali merokok
Dilakukan di FKTP yang
menyediakan layanan UBM
Konseling UBM 2 minggu sekali
selama 3 bulan pertama
TIDAK Apakah berhasil
berhenti merokok dlm
bulan ke-3?
Bila
kambuh/
relaps
segera
kembali
konseling
UBM
50. Kriteria Rujukan Layanan UBM
Penanganan medis efek putus nikotin
Layanan UBM lanjutan yang tidak dapat
ditangani di FKTP
Memerlukan terapi tambahan
Kondisi khusus/penyakit penyerta
56. Industri tembakau itu
memang LEGAL
TERBATAS namun
TIDAK NORMAL
Memanipulasi
Sifat Adiktif,
untuk
Meningkatkan
Penjualan
Memproduksi rokok
dengan kata-kata
menyesatkan “light”,
“mild”, “ultra mild” dan
sebangsanya – konsumen
merasa aman, padahal
Dampak kesehatannya =
rokok biasa
57. Industri tembakau itu
memang LEGAL
TERBATAS namun
TIDAK NORMAL
Memanfaatkan
Ketidaktahuan,
Mengeksploitasi
Ketidakberdaya-
an konsumen-
nya
58. Industri tembakau itu
memang LEGAL
TERBATAS namun
TIDAK NORMAL
Memanipulasi
Masyarakat
dan
Pemerintah
dengan dalih
CSR
59. Industri tembakau itu
memang LEGAL
TERBATAS namun
TIDAK NORMAL
Industri Rokok:
“....Merokok
adalah Pilihan”
Mengalihkan tanggung jawab
Korporasi ke tanggung jawab
Personal
Epidemi Merokok adalah
Kesalahan konsumen
Industri Rokok men-
Denormalisasi perilaku
merokok
(“Sampoerna Youth Prevention Program”)
60. Industri tembakau itu
memang LEGAL
TERBATAS namun
TIDAK NORMAL
Menggangap
diri sebagai
Stake Holder
Kebijakan
Pengendalian
Tembakau
Industri
tembakau=
meningkatkan
keuantungan
Kesehatan
masyarakat=
menurunkan
konsumsi
61. Industri tembakau itu
memang LEGAL
TERBATAS namun
TIDAK NORMAL
SELALU
melakukan
intervensi
dalam
kebijakan
pengendalian
tembakau
62. Industri tembakau itu
memang LEGAL
TERBATAS namun
TIDAK NORMAL
SELALU
melakukan
intervensi
dalam
kebijakan
pengendalian
tembakau
63. Industri tembakau itu
memang LEGAL
TERBATAS namun
TIDAK NORMAL
SELALU
melakukan
intervensi
dalam
kebijakan
pengendalian
tembakau
65. Status of Tobacco Control Policy
FCTC Status Belum atau TIDAK AKAN aksesi FCTC
Law RUUP mengancam TC sudah di badan
Legislatif DPR RI
Taxation 46% dari harga eceran dari maksimal 57%
Health Warnings Sudah ada peringatan dalam gambar dan
tulisan sebesar 40% di atas kemasan rokok
TAPS ban ada larangan terbatas untuk iklan, promosi
dan sponsor
Smoke-free Terwujud dalam PERDA-PERDA: Sarana
kesehatan dan pendidikan, tempat ibadah,
transportasi umum, area bermain anak namun
masih memperbolehkan ruangan untuk
merokok di tempat umum dan tempat kerja
72. Jalan Pancawarga IV No 44
RT 007/03 Cipinang Muara
(belakang Gudang Seng-Kalimalang)
Jakarta 13420
INDONESIA
Telp/Faks: +6221-8569008 www.fakta.or.id
Kontak person:
FAKTA TC advocat:
tubagus haryo karbyanto
+628129489558
tubagusharyo@gmail.com
www.tubagusharyo.blogspot.com
TOBACCO FREE INDONESIA
Editor's Notes
Rekomendasi intervensi pengendalian tembakau oleh Bapenas dalam rangka mencapai target RPJMN 2020-2024 yaitu penurunan prevalensi perokok usia 10-18 tahun dikelompokkan menjadi: Kebijakan Fiskal, Non Fiskal dan harus memperhatikan masyarakat terdampak seperti Petani dan pekerja industri. Hal ini merupakan upaya yang dilakukan secara holistik lintas kementerian terkait.
Dalam hal kebijakan non fiskal Kementerian Kesehatan berupaya untuk
Kebijakan Fiskal : bertujuan untuk mengurangi akses dengan meningkatkan harga jual rokok. Berdasarkan kajian para pakar beberapa hal yang dapat diintervensi seperti:
Peningkatan tarif Cukai Hasil Tembakau (CHT)
Simplifikasi tarif cukai secara bertahap
Penguatan regulasi CHT (menghapus batas 57%)
Memanfaatkan CHT untuk kesejahteraan petani dan buruh
Pemungutan dan pengawasan rokok illegal
Exit Strategi bagi petani dan pekerja terdampak dari kebijakan pengendalian tembakau (oleh Kementan dan Kemennaker) meliputi:
Pendampingan petani yang ingin melakukan alih tanam atau diversifikasi, memberikan fasilitas bantuan keuangan.
Pengaturan impor tembakau dan memperbaiki tataniaga tembakau
Perbaikan infrastruktur seperti perbaikan irigasi dll
Peningkatan kapasitas petani dan pekerja industry melalui pelatihan dan pendidikan
Perlindungan sosial bagi pekerja dan pekerjaan yang lebih baik.
Kebijakan Non fiskal bertujuan untuk memberikan informasi dan menjauhkan masyarakat dari dampak terhadap kesehatan, seperti:
Pelarangan iklan, promosi dan sponsor (Kemenkominfo)
Pembesaran Peringatan Kesehatan Bergambar bahaya merokok (Kemenkes)
Kawasan Tanpa Rokok (Kemenkes, Kemendagri, Kemenhub, Kemenparekraf)
Pengawasan penjualan dan pengaturan kandungan rokok (Kemendag dan BPOM)
Pelarangan rokok elektronik dan rokok yang dipanaskan (???)
Edukasi masyarakat (Kemenkes, Kemenkominfo, Kemendikbud, Kemenag, Kemen PP-PA, BPOM, dll)
Capaian layanan UBM saat ini masih terbatas pada puskesmas. Data yang tersedia pada SIPTM saat ini hanya mampu mengumpulkan data layanan di Puskesmas (belum semua FKTP).
Penyediaan layanan UBM menjadi penting karena:
untuk memperkuat upaya pencegahan dan pengendalian konsumsi tembakau terutama pada anak dan remaja (sebagai perokok pemula)
Membantu para perokok untuk berhenti merokok dan mengatasi gejala putus nikotin yang terjadi akibat keinginan untuk berhenti merokok
Mendukung percepatan dan pengelolaan layanan kesehatan yang terintegrasi di FKTP dalam pencegahan dan pengendalian penyakit
Manfaat berhenti merokok berdasarkan waktu, dari 5 menit sampai dengan 15 tahun
Perencanaan a) pembentukan Tim konseling yg meliputi unsur-unsur dokter/dokter gigi, perawat, bidan, gizi, petugas promkes, SDM lain yang ditunjuk; b) penyediaan sarpras terkait seperti ruangan, alkes untuk pemeriksaan UBM, formulir monitoring dan media KIE
Pembiayaan sumbernya: Pemerintah, Non pemerintah (CSR), iuran masyarakat, mandiri
Penyelenggaraan integrasi dg layanan kesehatan lain di FKTP
Peran pemangku kepentingan perlu dukungan dari berbagai pihak sehingga dapat mencapai target
Pemantauan dan penilaian untuk evaluasi layanan UBM
Mekanisme layanan UBM: dilakukan di FKTP yang menyediakan layanan UBM. Konseling UBM diberikan 2 minggu sekali (dengan durasi 30-60 menit) selama 3 bulan pertama. Bila sudah berhenti merokok di bulan ke-3 maka harus dipantau tiap 3 bulan sampai berhenti merokok selama 1 tahun pertama hingga dinyatakan sukses berhenti merokok. Bila kambuh/relaps maka harus segera konseling UBM kembali ke FKTP.
Bila dalam bulan ke-3 tidak berhenti merokok maka berikan alternatif lain dengan meninjau ulang proses 4T atau rotasi kepada konselor lain atau melakukan rujukan ke FKRTL sampai dinyatakan “sukses berhenti merokok”.
Proses ini tentu saja membutuhkan dukungan dari semua pihak baik keluarga, sahabat, masyarakat sekitar di lingkungan kerja atau lingkungan tempat tinggal.
FKTP pada umumnya dapat melakukan penanganan masalah kesehatan yang ringan-sedang. Bila masalah kesehatan tidak dapat ditangani maka perlu upaya lanjut (rujukan) ke FKRTL.
Bagi perokok yang berupaya untuk berhenti merokok dan mengalami efek putus nikotin yang tidak dapat ditangani di FKTP perlu dirujuk untuk mendapatkan penanganan pengobatan lebih lanjut. Mempunyai kondisi khusus/penyakit penyerta. Begitu juga bila layanan konseling UBM yang dilakukan di FKTP dianggap tidak berhasil (sudah berjalan 3 bulan belum berhenti merokok) maka perlu dirujuk.