SlideShare a Scribd company logo
1 of 25
KEBIJAKAN TEMBAKAU DI 
INDONESIA: 
KONTESTASI WACANA, POLITIK 
IDENTITAS, DAN REPRESENTASI 
Tim Peneliti Puska Antropologi FISIP UI
Keberagaman di ASEAN dan 
Tembakau 
 Andrew D. Mitchell and Tania Voon. The 
Global Tobacco Epidemic and the Law. (2014: 
150) 
 Tantangan implementasi FCTC di ASEAN: 
 Keragaman budaya, bahasa, dan perbedaan 
dalam ketersediaan anggaran publik untuk 
inisiatif pengendalian produk tembakau). 
 Perbedaan kepentingan bisnis anggota-anggota 
ASEAN: produsen dan memonopoli 
pertembakauan, lainnya tidak. 
 Tembakau mempunyai peranan budaya yang 
penting: pertukaran dalam interaksi sosial.
Regulasi di ASEAN 
Brunei Darussalam :Tobacco Order 2005 and Tobacco Regulations 2007 
Laos PDR : Law on Tobacco Control, 2009 
Malaysia : Control of Tobacco Products Regulation 2004 and Control of Tobacco Product 
(Amendment) Regulations 2008; 2009; 2010 and 2011 under the Food Act 
1983, National Tobacco Control Law already drafted 
Myanmar : The Control of Smoking and Consumption of Tobacco Product Law (The State 
Peace and Development Council Law No.5/2006) 
Philippines : Tobacco Regulation Act 2003 (Republic Act 9211) 
Singapore : Tobacco (Control of Advertisements and Sale) Act, the Prohibition on 
Smoking in Certain Places Act, Smoking (Control of Advertisements and 
Sale of Tobacco) (Labelling) (Amendment) Regulations 2006, Circular No.12/2008 
New Marking Requirement on Cigarette Sticks 
Thailand : Tobacco Products Control Act B.E. 2535 (1992) and Non-Smokers’ Health 
Protection Act B.E. 2535 (1992) 
Kamboja : National Tobacco Control Law 
Vietnam : Decision No.1315/QD-TTg of the Prime Minister adopted the implementation plan 
Framework Convention on Tobacco Control for Vietnam and Directive 
No.12/CT-TTg of 
Prime Minister on strengthening tobacco control activities, Tobacco Control Law 
already drafted
Indonesia 
 Under National Health Law Nr. 36/2009 
regarding Health [Chapter VI: Health Efforts; 
part 17: Security Addictive Substance article 
114, article 115 paragraph (1), article 115 
paragraph (2), article 116]. 
 Satu-satunya negara di ASEAN yang belum 
menandatangani FCTC. 
 Permasalahannya?
Karakteristik FCTC 
 Anti-liberal/proteksionis 
 Demand reduction, tapi banyak mengatur 
perdagangan, mengabaikan aspek pendidikan 
 Antisipasi risiko ekonomi: hanya 1 pasal 
(article 117) dan general 
 Risiko ekonomi diserahkan pada mekanisme 
pasar (liberal)
Perbedaan Pandangan 
Pro-FCTC Kontra-FCTC 
Pengusung Negara berkembang Negara maju 
Pihak yang 
berkepentingan 
WHO, negara berkembang Industri farmasi, industri 
rokok putih 
Posisi industri 
farmasi 
-Tidak berkepentingan 
-Diuntungkan jika perokok 
tetap tinggi 
-Keraguan: pengandalian 
tembakau non-NRT tidak 
dibiayai? 
-Berkepentingan, persaingan 
dagang dengan industri rokok 
-NRT vs rokok
Pokok Perdebatan di Bidang 
Kesehatan 
Pro-FCTC Kontra-FCTC 
Korelasi 
dengan 
penyakit 
-Rokok menyebabkan berbagai 
penyakit berat 
-Prevalensi perokok meningkat 
seturut dengan prevalensi NCD 
-Tidak ada batas aman 
kandungan dalam rokok 
-Rokok bisa untuk pengobatan 
-Racun dalam rokok bisa 
dinetralisir dan menyehatkan 
Definisi 
nikotin 
-Nikotin merupakan zat adiktif 
seperti ganja dan heroin 
-Nikotin tidak memenuhi unsur 
adiktif (phsycological 
dependency, phisical 
dependency, tolerance) 
Definisi 
perokok 
pasif 
-Hak perokok pasif wajib 
dilindungi untuk menekan 
prevalensi NCD 
-Konsep perokok pasif memberi 
jalan intervensi negara 
Tingginya 
perokok 
di bawah 
umur 
-Akibat iklan rokok, promosi, & 
sponsor 
-Akibat informasi yang keliru 
-Menghapus iklan dll 
-Tidak hanya karena iklan, 
promosi, & sponsor tapi juga 
pergaulan 
-Iklan dll perlu dibatasi 
sewajarnya
Pokok Persoalan di Bidang 
Kesehatan 
 Kualitas kesehatan publik 
 Prevalensi perokok di bawah umur 
 Jumlah mulai merokok di bawah umur 
 Perlindungan terhadap anak dan perokok pasif
Analisis Regulasi terkait 
Tembakau 
UU 36/3009 tentang Kesehatan 
 Pasal 113 – 116 
 Definisi zat adiktif hanya mencakup tembakau 
 Tujuan pembangunan kesehatan (pasal 3): 
kualitas kesehatan tertinggi 
 Hanya mengatur pengamanan zat adiktif (rokok), 
mengabaikan produk konsumsi lain 
 NCD? 
 Disiasati lebih rinci dalam PP 109/2012, 
mengabaikan aspek ekonomi
Skenario Kebijakan 
 Kebijakan “rokok sebagai barang mewah” 
 Risiko ekonomi-sosial-budaya 
 Kebijakan pertembakauan (pertanian, 
perindustrian, dan ketenagakerjaan)
Pertanian Tembakau 
Titik sentral perdebatan Pro dan Kontra 
pertanian tembakau adalah pada pertanyaan: 
1. BAGAIMANA KONTRIBUSINYA TERHADAP 
PENYERAPAN TENAGA KERJA? 
2. BAGAIMAN KONTRIBUSINYA TERHADAP 
KEEJAHTERAAN PETANI?
PRO PEMBATASAN 
DATA (UMUMNYA) NASIONAL: 
 Penyerapaan tenaga kerja kecil (rata-rata hanya 
674,262 pertahun dari 1996-2010) dan terpusat di 
3 propinsi. 
 Luas lahan kecil, terhadap tanaman semusim 
hanya 0,87% dan terhadap total pertanian hanya 
0,38%. 
 Produksi terus menurun 
 Sangat berisiko (resiko panen/harga, resiko 
cuaca, hingga resiko curahan waktu bekerja). 
 Kontribusi perekonomian kecil. Pada level petani 
keuntungan kecil terutama karena adanya 
GRADER
PRO PEMBATASAN 
IMPLIKASINYA: 
 Tidak perlu dipertahankan 
 Diganti dengan tanaman lain yang LEBIH 
bernilai ekonomi
KONTRA PEMBATASAN 
DATA NASIONAL DAN LOKAL: 
 Jumlah tenaga yang terserap besar, lebih dari 
2 juta. 
 Kalaupun menggunakan angka 674,262. 
Jumlah tersebut bermakna pada level lokal 
apalagi di level rumah tangga. 
 Luas lahan konsisten. Penampung tenaga 
kerja ajeg. 
 Menjadi sandaran kebutuhan uang tunai yang 
nilainya besar.
Pokok Perdebatan di Bidang 
Pertanian 
Pro-FCTC Kontra-FCTC 
Jumlah petani, 
luas lahan, 
jumlah produksi 
Membaca tren (terjadi 
penurunan) 
Membaca angka absolut 
(ada kontribusi besar) 
Rata-rata upah Kecil (per tahun 
dibandingkan antar 
komoditas) 
Besar (dalam satu masa 
tanam) 
Full time 
equivalent (FTE) 
Stabil = buruk, tidak 
berkembang 
Stabil = baik, ajeg 
menampung pekerja 
Penggunaan 
data makro 
Membaca implikasi pada 
tingkat nasional 
Membaca implikasi pada 
tingkat lokal (kabupaten) 
Studi kasus Subjektif, subjektif terkait 
tujuan (non-sentra 
tembakau), 4M 
Subjektif, terkait tujuan 
(sentra tembakau)
TITIK TEMU PRO DAN 
KONTRA 
 Kesimpulan kedua belah pihak tidak bisa 
dibandingkan secara langsung, meski data 
yang dipakai sama. 
 Data yang sama dimaknai secara berbeda. 
 Kesejahteraan petani tembakau dapat 
diperbaiki apabila hubungan antara petani 
tembakau dan pedagang (grader) diperbaiki. 
 Peran pemerintah diperlukan untuk menjamin 
keberlangsungan pekerjaan petani.
SEKTOR PERINDUSTRIAN DAN 
PERBURUHAN 
Pokok Perdebatan 
 Regulasi Terkait Pengendalian Tembakau 
 Pertembakauan: Pasar Tembakau, Harga dan Pajak, dan Struktur 
Industri di Indonesia. 
 Tenaga Kerja Pertembakauan 
Pokok Permasalahan 
 Kepentingan Pelaku Ekonomi dalam Tata Niaga Tembakau 
 Model Penanganan dan Perkiraan Konsekunsi Dampak Cukai 
 Kategori Tenaga Kerja di Sektor Industri Tembakau 
Isu yang Mengemuka 
 Proteksi terhadap industri lokal dan komoditas produk tembakau 
kretek; 
 Representasi kepentingan petani dan tenaga kerja industry produk 
tembakau.
Regulasi Terkait Pengendalian 
Tembakau 
 Ratifikasi Saja, Implementasi Nanti (Pandangan Mendukung 
Pengendalian Tembakau) 
“Menunjukan negara-negara yang meratifikasi itu tidak [mengalami] 
[ke-]rugi[-an].” 
 Kuratif, Bukan Preventif (Pandangan Menolak Pengendalian 
Tembakau) 
“tidak dibiarkan di pasar bebas [tembakau] orang kecil berkompetisi,” 
malah “anehnya untuk investasi asing.” 
“perekonomian kerakyatan” “massif” dikerjakan berbagai kelompok 
masyarakat dan dengan “500 meter persegi… sudah bisa ikut bisnis 
kretek.”
Pertembakauan: Pasar Tembakau, Harga 
dan Pajak, dan Struktur Industri di 
Indonesia 
 Pertarungan Pasar: Industri Rokok Besar dengan Rokok Kecil 
(Pandangan Mendukung Pengendalian Tembakau) 
“pertarungan pasar… tidak ada kaitannya dengan pertarungan soal 
kadar dan FCTC WHO, tapi yang terjadi di Indonesia adalah 
pertarungan industri rokok besar dengan industri kecil” 
 Pasar Kita, Siapa yang Leading? (Pandangan Menolak 
Pengendalian Tembakau) 
“Orang gak sadar bahwa ada infiltrasi perdagangan. Terbukti, 10 tahun 
kemudian, kita lihat di market sell-nya ini hari 66,20% itu SKM (Sigaret 
Kretek Mesin), mild [istilah bagi rokok putih].” 
“Kekurangan dari produsen tembakau untuk memenuhi “demand dari 
pabrik… Bayangkan, dari zaman Belanda masih menanam [jenis 
tembakau dan dengan cara] yang sama,”
Tenaga Kerja Pertembakauan 
 Jumlah Pekeja di Tata Niaga Pertembakauan Tidak 
Signifikan (Pandangan Mendukung Pengendalian 
Tembakau) 
“Cara menghitung mereka [kelompok yang menolak 
pengendalian tembakau] … menghitung tenaga kerja, kemudian 
menambahnya dengan keluarga mereka atau orang lain yang 
tidak berhubungan [secara langsung bekerja di sektor industri 
tembakau].” 
 Tata Niaga Pertembakauan Menyerap Tenaga Kerja 
Secara Signifikan (Pandangan Menolak Pengendalian 
Tembakau) 
Pertembakauan mampu memberikan pekerjaan bagi banyak 
orang serta mencerminkan “ekonomi kerakyataan.”
Pokok Permasalahan 
Kepentingan Pelaku Ekonomi dalam Tata Niaga Tembakau 
Pengindetifikasian dan pemaknaan atas kepentingan dalam “pasar” 
serta bayangan atas solusi yang mengajukan: intervensi negara, namun 
belum terjelaskan lebih lanjut. 
Model Penanganan dan Perkiraan Konsekunsi Dampak Cukai 
Skema pengalokasian hasil cukai dipandang belum 
merepresentasikan upaya untuk melindung para pelaku 
ekonomi tembakau dan keadilan, sehingga model yang 
menangani atas isu “kematian industrI akibat cukai” serta dampak 
konsekuensi di masa depan dapat menjadi pertimbangan dalam isu 
cukai. 
Kategori Tenaga Kerja di Sektor Industri Tembakau 
petani, buruh tani, buruh pabrik, pegawai alih kerja di sector industry 
tembakau tenaga, beragam kategori tersebut, tetaplah hadir sebagai 
kategori “tenaga kerja,” yang sama saja dengan kategori tenaga 
kerja di sektor industry lainnya.
Isu yang Mengemuka 
 Proteksi terhadap industri lokal dan komoditas 
produk tembakau kretek tercermin dari 
pendefinisian kepentingan yang diuntungkan 
dalam FCTC, yaitu asing atau nasional, rokok 
putih vs. rokok kretek. Hakikatnya, perdebatan 
mengarah pada imajinasi peregulasian 
karakteristik pasar produk tembakau (di masa 
mendatang). 
• Representasi kepentingan petani dan tenaga kerja 
industry produk tembakau. Penerjemahaan tenaga kerja 
sebagai faktor produksi dalam konteks perdebatan 
pengendalian produk tembakau sekiranya akan 
menambah tingkat kompleksitas.
Simpulan 
 Upaya pengendalian tembakau pasca FCTC 
 Ada desakan kuat ratifikasi FCTC 
 Perangkat regulasi bidang pertembakauan 
(pertanian dan industri) belum memadai antisipasi 
risiko FCTC 
 Regulasi pertembakauan saja: masalah tertib 
hukum 
 Persoalan pertanian dan ketenagakerjaan juga 
terjadi pada komoditas dan industri lainnya 
 Mengakomodasi aspek pengendalian dan 
pertembakauan?
Skema Regulasi yang Dibutuhkan 
1. Pengendalian tembakau (kesehatan): 
 Kebijakan “rokok sebagai barang mewah” 
- Skenario 1: menaikkan harga tembakau 
- Skenario 2: cukai 
 Kebijakan iklan dan KTR 
 Implikasi: pilihan rasional industri, import, 
investasi, produktivitas tembakau lokal
2. Pertembakauan (pertanian dan perindustrian): 
 Alokasi cukai untuk petani (subsidi, bantuan 
modal/saprodi, dll) 
 Perlindungan petani dalam tata niaga 
 Pengembangan riset tembakau 
 Perlindungan industri menengah-kecil 
 Subsidi untuk tenaga kerja?

More Related Content

Viewers also liked

Acciaioli et al asaa 2014 paper v5 jc_Regionalism
Acciaioli et al asaa 2014 paper v5 jc_RegionalismAcciaioli et al asaa 2014 paper v5 jc_Regionalism
Acciaioli et al asaa 2014 paper v5 jc_RegionalismMuki Trenggono Wicaksono
 
Memahami Produk Hukum Daerah sebagai Medium Resolusi Konflik di Kawasan Kehut...
Memahami Produk Hukum Daerah sebagai Medium Resolusi Konflik di Kawasan Kehut...Memahami Produk Hukum Daerah sebagai Medium Resolusi Konflik di Kawasan Kehut...
Memahami Produk Hukum Daerah sebagai Medium Resolusi Konflik di Kawasan Kehut...Muki Trenggono Wicaksono
 
Seminar Week_Center for Anthropological Studies_Book Launch_Negara vs Santet_...
Seminar Week_Center for Anthropological Studies_Book Launch_Negara vs Santet_...Seminar Week_Center for Anthropological Studies_Book Launch_Negara vs Santet_...
Seminar Week_Center for Anthropological Studies_Book Launch_Negara vs Santet_...Muki Trenggono Wicaksono
 
Diskusi tembakau antrop 2014_Pertembakauan_Syamsul Hadi_Seminar Week Anthropo...
Diskusi tembakau antrop 2014_Pertembakauan_Syamsul Hadi_Seminar Week Anthropo...Diskusi tembakau antrop 2014_Pertembakauan_Syamsul Hadi_Seminar Week Anthropo...
Diskusi tembakau antrop 2014_Pertembakauan_Syamsul Hadi_Seminar Week Anthropo...Muki Trenggono Wicaksono
 
Midterm research method hemant chandwani
Midterm research method hemant chandwaniMidterm research method hemant chandwani
Midterm research method hemant chandwaniHemant chandwani
 
Serumpunism_Regionalism_Dave Lumenta_Seminar Week Anthropology FISIP UI_10 Se...
Serumpunism_Regionalism_Dave Lumenta_Seminar Week Anthropology FISIP UI_10 Se...Serumpunism_Regionalism_Dave Lumenta_Seminar Week Anthropology FISIP UI_10 Se...
Serumpunism_Regionalism_Dave Lumenta_Seminar Week Anthropology FISIP UI_10 Se...Muki Trenggono Wicaksono
 
India’s first compulsory license upheld, but legal
India’s first compulsory license upheld, but legalIndia’s first compulsory license upheld, but legal
India’s first compulsory license upheld, but legalHemant chandwani
 
Memahami produk hukum daerah sebagai medium resolusi konflik di kawasan kehut...
Memahami produk hukum daerah sebagai medium resolusi konflik di kawasan kehut...Memahami produk hukum daerah sebagai medium resolusi konflik di kawasan kehut...
Memahami produk hukum daerah sebagai medium resolusi konflik di kawasan kehut...Muki Trenggono Wicaksono
 
Case study: Fire in IOC terminal Jaipur & IOC terminal Hazira
Case study: Fire in IOC terminal Jaipur & IOC terminal HaziraCase study: Fire in IOC terminal Jaipur & IOC terminal Hazira
Case study: Fire in IOC terminal Jaipur & IOC terminal HaziraAbhishant Baishya
 

Viewers also liked (17)

Presentation3
Presentation3Presentation3
Presentation3
 
Acciaioli et al asaa 2014 paper v5 jc_Regionalism
Acciaioli et al asaa 2014 paper v5 jc_RegionalismAcciaioli et al asaa 2014 paper v5 jc_Regionalism
Acciaioli et al asaa 2014 paper v5 jc_Regionalism
 
Pharmaexport
PharmaexportPharmaexport
Pharmaexport
 
Memahami Produk Hukum Daerah sebagai Medium Resolusi Konflik di Kawasan Kehut...
Memahami Produk Hukum Daerah sebagai Medium Resolusi Konflik di Kawasan Kehut...Memahami Produk Hukum Daerah sebagai Medium Resolusi Konflik di Kawasan Kehut...
Memahami Produk Hukum Daerah sebagai Medium Resolusi Konflik di Kawasan Kehut...
 
Seminar Week_Center for Anthropological Studies_Book Launch_Negara vs Santet_...
Seminar Week_Center for Anthropological Studies_Book Launch_Negara vs Santet_...Seminar Week_Center for Anthropological Studies_Book Launch_Negara vs Santet_...
Seminar Week_Center for Anthropological Studies_Book Launch_Negara vs Santet_...
 
Biosimilars
BiosimilarsBiosimilars
Biosimilars
 
Diskusi tembakau antrop 2014_Pertembakauan_Syamsul Hadi_Seminar Week Anthropo...
Diskusi tembakau antrop 2014_Pertembakauan_Syamsul Hadi_Seminar Week Anthropo...Diskusi tembakau antrop 2014_Pertembakauan_Syamsul Hadi_Seminar Week Anthropo...
Diskusi tembakau antrop 2014_Pertembakauan_Syamsul Hadi_Seminar Week Anthropo...
 
Cs 01
Cs 01Cs 01
Cs 01
 
Urinary system
Urinary systemUrinary system
Urinary system
 
Midterm research method hemant chandwani
Midterm research method hemant chandwaniMidterm research method hemant chandwani
Midterm research method hemant chandwani
 
Hutan adat kab.kerinci 2015
Hutan adat kab.kerinci 2015Hutan adat kab.kerinci 2015
Hutan adat kab.kerinci 2015
 
Serumpunism_Regionalism_Dave Lumenta_Seminar Week Anthropology FISIP UI_10 Se...
Serumpunism_Regionalism_Dave Lumenta_Seminar Week Anthropology FISIP UI_10 Se...Serumpunism_Regionalism_Dave Lumenta_Seminar Week Anthropology FISIP UI_10 Se...
Serumpunism_Regionalism_Dave Lumenta_Seminar Week Anthropology FISIP UI_10 Se...
 
India’s first compulsory license upheld, but legal
India’s first compulsory license upheld, but legalIndia’s first compulsory license upheld, but legal
India’s first compulsory license upheld, but legal
 
Pemetaan sosial eyas-2 desember 2015
Pemetaan sosial eyas-2 desember 2015Pemetaan sosial eyas-2 desember 2015
Pemetaan sosial eyas-2 desember 2015
 
Memahami produk hukum daerah sebagai medium resolusi konflik di kawasan kehut...
Memahami produk hukum daerah sebagai medium resolusi konflik di kawasan kehut...Memahami produk hukum daerah sebagai medium resolusi konflik di kawasan kehut...
Memahami produk hukum daerah sebagai medium resolusi konflik di kawasan kehut...
 
Case study: Fire in IOC terminal Jaipur & IOC terminal Hazira
Case study: Fire in IOC terminal Jaipur & IOC terminal HaziraCase study: Fire in IOC terminal Jaipur & IOC terminal Hazira
Case study: Fire in IOC terminal Jaipur & IOC terminal Hazira
 
Presentasi Artikulasi Identitas Keadatan
Presentasi Artikulasi Identitas KeadatanPresentasi Artikulasi Identitas Keadatan
Presentasi Artikulasi Identitas Keadatan
 

Similar to Tobacco Policy in Indonesia after FCTC_Center for Anthropological Studies Research Team

Prospek bisnis tembakau dan rokok lokal
Prospek bisnis tembakau dan rokok lokalProspek bisnis tembakau dan rokok lokal
Prospek bisnis tembakau dan rokok lokalAshfia Alirsyad
 
NICOTIN WAR : PERANG NIKOTIN DAN PARA PEDAGANG OBAT -- WANDA HAMILTON
NICOTIN WAR : PERANG NIKOTIN DAN PARA PEDAGANG OBAT -- WANDA HAMILTONNICOTIN WAR : PERANG NIKOTIN DAN PARA PEDAGANG OBAT -- WANDA HAMILTON
NICOTIN WAR : PERANG NIKOTIN DAN PARA PEDAGANG OBAT -- WANDA HAMILTONprimagraphology consulting
 
2021-11-03 FAKTA - Pengendalian Tembakau dlm mengimplementasikan KTR dan UBM....
2021-11-03 FAKTA - Pengendalian Tembakau dlm mengimplementasikan KTR dan UBM....2021-11-03 FAKTA - Pengendalian Tembakau dlm mengimplementasikan KTR dan UBM....
2021-11-03 FAKTA - Pengendalian Tembakau dlm mengimplementasikan KTR dan UBM....AnitaGoAnn
 
FAKTA ROKOK DI INDONESIA
FAKTA ROKOK DI INDONESIAFAKTA ROKOK DI INDONESIA
FAKTA ROKOK DI INDONESIAMuhammad Ridwan
 
16_Kendali Jumlah Perokok Untuk Melindungi Kesehatan Perempuan
16_Kendali Jumlah Perokok Untuk Melindungi Kesehatan Perempuan16_Kendali Jumlah Perokok Untuk Melindungi Kesehatan Perempuan
16_Kendali Jumlah Perokok Untuk Melindungi Kesehatan Perempuansakuramochi
 
Roadmap Pengendalian Tembakau Indonesia
Roadmap Pengendalian Tembakau IndonesiaRoadmap Pengendalian Tembakau Indonesia
Roadmap Pengendalian Tembakau IndonesiaDeni Kurniawan
 
Opini Publik Tentang Isu Pengendalian Tembakau di Media Sosial
Opini Publik Tentang Isu Pengendalian Tembakau di Media SosialOpini Publik Tentang Isu Pengendalian Tembakau di Media Sosial
Opini Publik Tentang Isu Pengendalian Tembakau di Media SosialIsmail Fahmi
 
Tugas PKO Siang Dwi Retno Ningsih (G34090057) Bab 19
Tugas PKO Siang Dwi Retno Ningsih (G34090057) Bab 19Tugas PKO Siang Dwi Retno Ningsih (G34090057) Bab 19
Tugas PKO Siang Dwi Retno Ningsih (G34090057) Bab 19retnoduwi
 
Tugas PKO siang Dwi Retno Ningsih (G34090057) bab 19
Tugas PKO siang Dwi Retno Ningsih (G34090057) bab 19Tugas PKO siang Dwi Retno Ningsih (G34090057) bab 19
Tugas PKO siang Dwi Retno Ningsih (G34090057) bab 19retnoduwi
 
Tugas PKO siang Dwi Retno Ningsih (G34090057) bab 19
Tugas PKO siang Dwi Retno Ningsih (G34090057) bab 19Tugas PKO siang Dwi Retno Ningsih (G34090057) bab 19
Tugas PKO siang Dwi Retno Ningsih (G34090057) bab 19retnoduwi
 
Tugas PKO siang Dwi Retno Ningsih (G34090057) Bab 19
Tugas PKO siang Dwi Retno Ningsih (G34090057) Bab 19Tugas PKO siang Dwi Retno Ningsih (G34090057) Bab 19
Tugas PKO siang Dwi Retno Ningsih (G34090057) Bab 19retnoduwi
 
Tugas PKO siang Dwi retno Ningsih (G34090057) Bab 19
Tugas PKO siang Dwi retno Ningsih (G34090057) Bab 19Tugas PKO siang Dwi retno Ningsih (G34090057) Bab 19
Tugas PKO siang Dwi retno Ningsih (G34090057) Bab 19retnoduwi
 
TRADISI MASYARAKAT ACEH DAN KEBIJAKAN NAPZA NASIONAL
TRADISI MASYARAKAT ACEH DAN KEBIJAKAN NAPZA  NASIONALTRADISI MASYARAKAT ACEH DAN KEBIJAKAN NAPZA  NASIONAL
TRADISI MASYARAKAT ACEH DAN KEBIJAKAN NAPZA NASIONALHerrupribadi77
 
Aktor dan struktur di sawit (yuti).pptx
Aktor dan struktur di sawit (yuti).pptxAktor dan struktur di sawit (yuti).pptx
Aktor dan struktur di sawit (yuti).pptxSyahyuti Si-Buyuang
 
Bahaya Rokok
Bahaya RokokBahaya Rokok
Bahaya Rokokdrcellica
 
Tobacco initiative bab_7-larangan_menyeluruh_terhadap_iklan.doc
Tobacco initiative bab_7-larangan_menyeluruh_terhadap_iklan.docTobacco initiative bab_7-larangan_menyeluruh_terhadap_iklan.doc
Tobacco initiative bab_7-larangan_menyeluruh_terhadap_iklan.docYudhistira Brahmantyo
 

Similar to Tobacco Policy in Indonesia after FCTC_Center for Anthropological Studies Research Team (20)

Prospek bisnis tembakau dan rokok lokal
Prospek bisnis tembakau dan rokok lokalProspek bisnis tembakau dan rokok lokal
Prospek bisnis tembakau dan rokok lokal
 
NICOTIN WAR : PERANG NIKOTIN DAN PARA PEDAGANG OBAT -- WANDA HAMILTON
NICOTIN WAR : PERANG NIKOTIN DAN PARA PEDAGANG OBAT -- WANDA HAMILTONNICOTIN WAR : PERANG NIKOTIN DAN PARA PEDAGANG OBAT -- WANDA HAMILTON
NICOTIN WAR : PERANG NIKOTIN DAN PARA PEDAGANG OBAT -- WANDA HAMILTON
 
2021-11-03 FAKTA - Pengendalian Tembakau dlm mengimplementasikan KTR dan UBM....
2021-11-03 FAKTA - Pengendalian Tembakau dlm mengimplementasikan KTR dan UBM....2021-11-03 FAKTA - Pengendalian Tembakau dlm mengimplementasikan KTR dan UBM....
2021-11-03 FAKTA - Pengendalian Tembakau dlm mengimplementasikan KTR dan UBM....
 
FAKTA ROKOK DI INDONESIA
FAKTA ROKOK DI INDONESIAFAKTA ROKOK DI INDONESIA
FAKTA ROKOK DI INDONESIA
 
Bab vii perlindungan konsumen
Bab vii perlindungan konsumenBab vii perlindungan konsumen
Bab vii perlindungan konsumen
 
16_Kendali Jumlah Perokok Untuk Melindungi Kesehatan Perempuan
16_Kendali Jumlah Perokok Untuk Melindungi Kesehatan Perempuan16_Kendali Jumlah Perokok Untuk Melindungi Kesehatan Perempuan
16_Kendali Jumlah Perokok Untuk Melindungi Kesehatan Perempuan
 
Roadmap Pengendalian Tembakau Indonesia
Roadmap Pengendalian Tembakau IndonesiaRoadmap Pengendalian Tembakau Indonesia
Roadmap Pengendalian Tembakau Indonesia
 
Opini Publik Tentang Isu Pengendalian Tembakau di Media Sosial
Opini Publik Tentang Isu Pengendalian Tembakau di Media SosialOpini Publik Tentang Isu Pengendalian Tembakau di Media Sosial
Opini Publik Tentang Isu Pengendalian Tembakau di Media Sosial
 
Tugas PKO Siang Dwi Retno Ningsih (G34090057) Bab 19
Tugas PKO Siang Dwi Retno Ningsih (G34090057) Bab 19Tugas PKO Siang Dwi Retno Ningsih (G34090057) Bab 19
Tugas PKO Siang Dwi Retno Ningsih (G34090057) Bab 19
 
Tugas PKO siang Dwi Retno Ningsih (G34090057) bab 19
Tugas PKO siang Dwi Retno Ningsih (G34090057) bab 19Tugas PKO siang Dwi Retno Ningsih (G34090057) bab 19
Tugas PKO siang Dwi Retno Ningsih (G34090057) bab 19
 
PPT FIX NEW.pptx
PPT FIX NEW.pptxPPT FIX NEW.pptx
PPT FIX NEW.pptx
 
Konsumsi Rokok di Indonesia
Konsumsi Rokok di IndonesiaKonsumsi Rokok di Indonesia
Konsumsi Rokok di Indonesia
 
Tugas PKO siang Dwi Retno Ningsih (G34090057) bab 19
Tugas PKO siang Dwi Retno Ningsih (G34090057) bab 19Tugas PKO siang Dwi Retno Ningsih (G34090057) bab 19
Tugas PKO siang Dwi Retno Ningsih (G34090057) bab 19
 
Tugas PKO siang Dwi Retno Ningsih (G34090057) Bab 19
Tugas PKO siang Dwi Retno Ningsih (G34090057) Bab 19Tugas PKO siang Dwi Retno Ningsih (G34090057) Bab 19
Tugas PKO siang Dwi Retno Ningsih (G34090057) Bab 19
 
Tugas PKO siang Dwi retno Ningsih (G34090057) Bab 19
Tugas PKO siang Dwi retno Ningsih (G34090057) Bab 19Tugas PKO siang Dwi retno Ningsih (G34090057) Bab 19
Tugas PKO siang Dwi retno Ningsih (G34090057) Bab 19
 
TRADISI MASYARAKAT ACEH DAN KEBIJAKAN NAPZA NASIONAL
TRADISI MASYARAKAT ACEH DAN KEBIJAKAN NAPZA  NASIONALTRADISI MASYARAKAT ACEH DAN KEBIJAKAN NAPZA  NASIONAL
TRADISI MASYARAKAT ACEH DAN KEBIJAKAN NAPZA NASIONAL
 
Aktor dan struktur di sawit (yuti).pptx
Aktor dan struktur di sawit (yuti).pptxAktor dan struktur di sawit (yuti).pptx
Aktor dan struktur di sawit (yuti).pptx
 
Bahaya Rokok
Bahaya RokokBahaya Rokok
Bahaya Rokok
 
Buku fakta-tembakau
Buku fakta-tembakauBuku fakta-tembakau
Buku fakta-tembakau
 
Tobacco initiative bab_7-larangan_menyeluruh_terhadap_iklan.doc
Tobacco initiative bab_7-larangan_menyeluruh_terhadap_iklan.docTobacco initiative bab_7-larangan_menyeluruh_terhadap_iklan.doc
Tobacco initiative bab_7-larangan_menyeluruh_terhadap_iklan.doc
 

Recently uploaded

Kel.5 PPT Hukum Administrasi Negara.pptx
Kel.5 PPT Hukum Administrasi Negara.pptxKel.5 PPT Hukum Administrasi Negara.pptx
Kel.5 PPT Hukum Administrasi Negara.pptxFeniannisa
 
20230812 - DSLA - Perbandingan KUHP Lama dan Baru.pptx
20230812 - DSLA - Perbandingan KUHP Lama dan Baru.pptx20230812 - DSLA - Perbandingan KUHP Lama dan Baru.pptx
20230812 - DSLA - Perbandingan KUHP Lama dan Baru.pptxahmadrievzqy
 
Slaid Transkrip Temuramah 2 (Falsafah Dalam Kehidupan) (1).pptx
Slaid Transkrip Temuramah 2 (Falsafah Dalam Kehidupan) (1).pptxSlaid Transkrip Temuramah 2 (Falsafah Dalam Kehidupan) (1).pptx
Slaid Transkrip Temuramah 2 (Falsafah Dalam Kehidupan) (1).pptxkhairunnizamRahman1
 
Kelompok 2 Sistem Pemerintahan Pra dan Pasca Amandemen UUD.pptx
Kelompok 2 Sistem Pemerintahan Pra dan Pasca Amandemen UUD.pptxKelompok 2 Sistem Pemerintahan Pra dan Pasca Amandemen UUD.pptx
Kelompok 2 Sistem Pemerintahan Pra dan Pasca Amandemen UUD.pptxbinsar17
 
Sistem norma hukum Bab IV dan Bab V.pptx
Sistem norma hukum Bab IV dan Bab V.pptxSistem norma hukum Bab IV dan Bab V.pptx
Sistem norma hukum Bab IV dan Bab V.pptxFucekBoy5
 
pembahasan mengenai otonomi daerah yang diuraikan dengan ppt
pembahasan mengenai otonomi daerah yang diuraikan dengan pptpembahasan mengenai otonomi daerah yang diuraikan dengan ppt
pembahasan mengenai otonomi daerah yang diuraikan dengan pptJhonatanMuram
 

Recently uploaded (6)

Kel.5 PPT Hukum Administrasi Negara.pptx
Kel.5 PPT Hukum Administrasi Negara.pptxKel.5 PPT Hukum Administrasi Negara.pptx
Kel.5 PPT Hukum Administrasi Negara.pptx
 
20230812 - DSLA - Perbandingan KUHP Lama dan Baru.pptx
20230812 - DSLA - Perbandingan KUHP Lama dan Baru.pptx20230812 - DSLA - Perbandingan KUHP Lama dan Baru.pptx
20230812 - DSLA - Perbandingan KUHP Lama dan Baru.pptx
 
Slaid Transkrip Temuramah 2 (Falsafah Dalam Kehidupan) (1).pptx
Slaid Transkrip Temuramah 2 (Falsafah Dalam Kehidupan) (1).pptxSlaid Transkrip Temuramah 2 (Falsafah Dalam Kehidupan) (1).pptx
Slaid Transkrip Temuramah 2 (Falsafah Dalam Kehidupan) (1).pptx
 
Kelompok 2 Sistem Pemerintahan Pra dan Pasca Amandemen UUD.pptx
Kelompok 2 Sistem Pemerintahan Pra dan Pasca Amandemen UUD.pptxKelompok 2 Sistem Pemerintahan Pra dan Pasca Amandemen UUD.pptx
Kelompok 2 Sistem Pemerintahan Pra dan Pasca Amandemen UUD.pptx
 
Sistem norma hukum Bab IV dan Bab V.pptx
Sistem norma hukum Bab IV dan Bab V.pptxSistem norma hukum Bab IV dan Bab V.pptx
Sistem norma hukum Bab IV dan Bab V.pptx
 
pembahasan mengenai otonomi daerah yang diuraikan dengan ppt
pembahasan mengenai otonomi daerah yang diuraikan dengan pptpembahasan mengenai otonomi daerah yang diuraikan dengan ppt
pembahasan mengenai otonomi daerah yang diuraikan dengan ppt
 

Tobacco Policy in Indonesia after FCTC_Center for Anthropological Studies Research Team

  • 1. KEBIJAKAN TEMBAKAU DI INDONESIA: KONTESTASI WACANA, POLITIK IDENTITAS, DAN REPRESENTASI Tim Peneliti Puska Antropologi FISIP UI
  • 2. Keberagaman di ASEAN dan Tembakau  Andrew D. Mitchell and Tania Voon. The Global Tobacco Epidemic and the Law. (2014: 150)  Tantangan implementasi FCTC di ASEAN:  Keragaman budaya, bahasa, dan perbedaan dalam ketersediaan anggaran publik untuk inisiatif pengendalian produk tembakau).  Perbedaan kepentingan bisnis anggota-anggota ASEAN: produsen dan memonopoli pertembakauan, lainnya tidak.  Tembakau mempunyai peranan budaya yang penting: pertukaran dalam interaksi sosial.
  • 3. Regulasi di ASEAN Brunei Darussalam :Tobacco Order 2005 and Tobacco Regulations 2007 Laos PDR : Law on Tobacco Control, 2009 Malaysia : Control of Tobacco Products Regulation 2004 and Control of Tobacco Product (Amendment) Regulations 2008; 2009; 2010 and 2011 under the Food Act 1983, National Tobacco Control Law already drafted Myanmar : The Control of Smoking and Consumption of Tobacco Product Law (The State Peace and Development Council Law No.5/2006) Philippines : Tobacco Regulation Act 2003 (Republic Act 9211) Singapore : Tobacco (Control of Advertisements and Sale) Act, the Prohibition on Smoking in Certain Places Act, Smoking (Control of Advertisements and Sale of Tobacco) (Labelling) (Amendment) Regulations 2006, Circular No.12/2008 New Marking Requirement on Cigarette Sticks Thailand : Tobacco Products Control Act B.E. 2535 (1992) and Non-Smokers’ Health Protection Act B.E. 2535 (1992) Kamboja : National Tobacco Control Law Vietnam : Decision No.1315/QD-TTg of the Prime Minister adopted the implementation plan Framework Convention on Tobacco Control for Vietnam and Directive No.12/CT-TTg of Prime Minister on strengthening tobacco control activities, Tobacco Control Law already drafted
  • 4. Indonesia  Under National Health Law Nr. 36/2009 regarding Health [Chapter VI: Health Efforts; part 17: Security Addictive Substance article 114, article 115 paragraph (1), article 115 paragraph (2), article 116].  Satu-satunya negara di ASEAN yang belum menandatangani FCTC.  Permasalahannya?
  • 5. Karakteristik FCTC  Anti-liberal/proteksionis  Demand reduction, tapi banyak mengatur perdagangan, mengabaikan aspek pendidikan  Antisipasi risiko ekonomi: hanya 1 pasal (article 117) dan general  Risiko ekonomi diserahkan pada mekanisme pasar (liberal)
  • 6. Perbedaan Pandangan Pro-FCTC Kontra-FCTC Pengusung Negara berkembang Negara maju Pihak yang berkepentingan WHO, negara berkembang Industri farmasi, industri rokok putih Posisi industri farmasi -Tidak berkepentingan -Diuntungkan jika perokok tetap tinggi -Keraguan: pengandalian tembakau non-NRT tidak dibiayai? -Berkepentingan, persaingan dagang dengan industri rokok -NRT vs rokok
  • 7. Pokok Perdebatan di Bidang Kesehatan Pro-FCTC Kontra-FCTC Korelasi dengan penyakit -Rokok menyebabkan berbagai penyakit berat -Prevalensi perokok meningkat seturut dengan prevalensi NCD -Tidak ada batas aman kandungan dalam rokok -Rokok bisa untuk pengobatan -Racun dalam rokok bisa dinetralisir dan menyehatkan Definisi nikotin -Nikotin merupakan zat adiktif seperti ganja dan heroin -Nikotin tidak memenuhi unsur adiktif (phsycological dependency, phisical dependency, tolerance) Definisi perokok pasif -Hak perokok pasif wajib dilindungi untuk menekan prevalensi NCD -Konsep perokok pasif memberi jalan intervensi negara Tingginya perokok di bawah umur -Akibat iklan rokok, promosi, & sponsor -Akibat informasi yang keliru -Menghapus iklan dll -Tidak hanya karena iklan, promosi, & sponsor tapi juga pergaulan -Iklan dll perlu dibatasi sewajarnya
  • 8. Pokok Persoalan di Bidang Kesehatan  Kualitas kesehatan publik  Prevalensi perokok di bawah umur  Jumlah mulai merokok di bawah umur  Perlindungan terhadap anak dan perokok pasif
  • 9. Analisis Regulasi terkait Tembakau UU 36/3009 tentang Kesehatan  Pasal 113 – 116  Definisi zat adiktif hanya mencakup tembakau  Tujuan pembangunan kesehatan (pasal 3): kualitas kesehatan tertinggi  Hanya mengatur pengamanan zat adiktif (rokok), mengabaikan produk konsumsi lain  NCD?  Disiasati lebih rinci dalam PP 109/2012, mengabaikan aspek ekonomi
  • 10. Skenario Kebijakan  Kebijakan “rokok sebagai barang mewah”  Risiko ekonomi-sosial-budaya  Kebijakan pertembakauan (pertanian, perindustrian, dan ketenagakerjaan)
  • 11. Pertanian Tembakau Titik sentral perdebatan Pro dan Kontra pertanian tembakau adalah pada pertanyaan: 1. BAGAIMANA KONTRIBUSINYA TERHADAP PENYERAPAN TENAGA KERJA? 2. BAGAIMAN KONTRIBUSINYA TERHADAP KEEJAHTERAAN PETANI?
  • 12. PRO PEMBATASAN DATA (UMUMNYA) NASIONAL:  Penyerapaan tenaga kerja kecil (rata-rata hanya 674,262 pertahun dari 1996-2010) dan terpusat di 3 propinsi.  Luas lahan kecil, terhadap tanaman semusim hanya 0,87% dan terhadap total pertanian hanya 0,38%.  Produksi terus menurun  Sangat berisiko (resiko panen/harga, resiko cuaca, hingga resiko curahan waktu bekerja).  Kontribusi perekonomian kecil. Pada level petani keuntungan kecil terutama karena adanya GRADER
  • 13. PRO PEMBATASAN IMPLIKASINYA:  Tidak perlu dipertahankan  Diganti dengan tanaman lain yang LEBIH bernilai ekonomi
  • 14. KONTRA PEMBATASAN DATA NASIONAL DAN LOKAL:  Jumlah tenaga yang terserap besar, lebih dari 2 juta.  Kalaupun menggunakan angka 674,262. Jumlah tersebut bermakna pada level lokal apalagi di level rumah tangga.  Luas lahan konsisten. Penampung tenaga kerja ajeg.  Menjadi sandaran kebutuhan uang tunai yang nilainya besar.
  • 15. Pokok Perdebatan di Bidang Pertanian Pro-FCTC Kontra-FCTC Jumlah petani, luas lahan, jumlah produksi Membaca tren (terjadi penurunan) Membaca angka absolut (ada kontribusi besar) Rata-rata upah Kecil (per tahun dibandingkan antar komoditas) Besar (dalam satu masa tanam) Full time equivalent (FTE) Stabil = buruk, tidak berkembang Stabil = baik, ajeg menampung pekerja Penggunaan data makro Membaca implikasi pada tingkat nasional Membaca implikasi pada tingkat lokal (kabupaten) Studi kasus Subjektif, subjektif terkait tujuan (non-sentra tembakau), 4M Subjektif, terkait tujuan (sentra tembakau)
  • 16. TITIK TEMU PRO DAN KONTRA  Kesimpulan kedua belah pihak tidak bisa dibandingkan secara langsung, meski data yang dipakai sama.  Data yang sama dimaknai secara berbeda.  Kesejahteraan petani tembakau dapat diperbaiki apabila hubungan antara petani tembakau dan pedagang (grader) diperbaiki.  Peran pemerintah diperlukan untuk menjamin keberlangsungan pekerjaan petani.
  • 17. SEKTOR PERINDUSTRIAN DAN PERBURUHAN Pokok Perdebatan  Regulasi Terkait Pengendalian Tembakau  Pertembakauan: Pasar Tembakau, Harga dan Pajak, dan Struktur Industri di Indonesia.  Tenaga Kerja Pertembakauan Pokok Permasalahan  Kepentingan Pelaku Ekonomi dalam Tata Niaga Tembakau  Model Penanganan dan Perkiraan Konsekunsi Dampak Cukai  Kategori Tenaga Kerja di Sektor Industri Tembakau Isu yang Mengemuka  Proteksi terhadap industri lokal dan komoditas produk tembakau kretek;  Representasi kepentingan petani dan tenaga kerja industry produk tembakau.
  • 18. Regulasi Terkait Pengendalian Tembakau  Ratifikasi Saja, Implementasi Nanti (Pandangan Mendukung Pengendalian Tembakau) “Menunjukan negara-negara yang meratifikasi itu tidak [mengalami] [ke-]rugi[-an].”  Kuratif, Bukan Preventif (Pandangan Menolak Pengendalian Tembakau) “tidak dibiarkan di pasar bebas [tembakau] orang kecil berkompetisi,” malah “anehnya untuk investasi asing.” “perekonomian kerakyatan” “massif” dikerjakan berbagai kelompok masyarakat dan dengan “500 meter persegi… sudah bisa ikut bisnis kretek.”
  • 19. Pertembakauan: Pasar Tembakau, Harga dan Pajak, dan Struktur Industri di Indonesia  Pertarungan Pasar: Industri Rokok Besar dengan Rokok Kecil (Pandangan Mendukung Pengendalian Tembakau) “pertarungan pasar… tidak ada kaitannya dengan pertarungan soal kadar dan FCTC WHO, tapi yang terjadi di Indonesia adalah pertarungan industri rokok besar dengan industri kecil”  Pasar Kita, Siapa yang Leading? (Pandangan Menolak Pengendalian Tembakau) “Orang gak sadar bahwa ada infiltrasi perdagangan. Terbukti, 10 tahun kemudian, kita lihat di market sell-nya ini hari 66,20% itu SKM (Sigaret Kretek Mesin), mild [istilah bagi rokok putih].” “Kekurangan dari produsen tembakau untuk memenuhi “demand dari pabrik… Bayangkan, dari zaman Belanda masih menanam [jenis tembakau dan dengan cara] yang sama,”
  • 20. Tenaga Kerja Pertembakauan  Jumlah Pekeja di Tata Niaga Pertembakauan Tidak Signifikan (Pandangan Mendukung Pengendalian Tembakau) “Cara menghitung mereka [kelompok yang menolak pengendalian tembakau] … menghitung tenaga kerja, kemudian menambahnya dengan keluarga mereka atau orang lain yang tidak berhubungan [secara langsung bekerja di sektor industri tembakau].”  Tata Niaga Pertembakauan Menyerap Tenaga Kerja Secara Signifikan (Pandangan Menolak Pengendalian Tembakau) Pertembakauan mampu memberikan pekerjaan bagi banyak orang serta mencerminkan “ekonomi kerakyataan.”
  • 21. Pokok Permasalahan Kepentingan Pelaku Ekonomi dalam Tata Niaga Tembakau Pengindetifikasian dan pemaknaan atas kepentingan dalam “pasar” serta bayangan atas solusi yang mengajukan: intervensi negara, namun belum terjelaskan lebih lanjut. Model Penanganan dan Perkiraan Konsekunsi Dampak Cukai Skema pengalokasian hasil cukai dipandang belum merepresentasikan upaya untuk melindung para pelaku ekonomi tembakau dan keadilan, sehingga model yang menangani atas isu “kematian industrI akibat cukai” serta dampak konsekuensi di masa depan dapat menjadi pertimbangan dalam isu cukai. Kategori Tenaga Kerja di Sektor Industri Tembakau petani, buruh tani, buruh pabrik, pegawai alih kerja di sector industry tembakau tenaga, beragam kategori tersebut, tetaplah hadir sebagai kategori “tenaga kerja,” yang sama saja dengan kategori tenaga kerja di sektor industry lainnya.
  • 22. Isu yang Mengemuka  Proteksi terhadap industri lokal dan komoditas produk tembakau kretek tercermin dari pendefinisian kepentingan yang diuntungkan dalam FCTC, yaitu asing atau nasional, rokok putih vs. rokok kretek. Hakikatnya, perdebatan mengarah pada imajinasi peregulasian karakteristik pasar produk tembakau (di masa mendatang). • Representasi kepentingan petani dan tenaga kerja industry produk tembakau. Penerjemahaan tenaga kerja sebagai faktor produksi dalam konteks perdebatan pengendalian produk tembakau sekiranya akan menambah tingkat kompleksitas.
  • 23. Simpulan  Upaya pengendalian tembakau pasca FCTC  Ada desakan kuat ratifikasi FCTC  Perangkat regulasi bidang pertembakauan (pertanian dan industri) belum memadai antisipasi risiko FCTC  Regulasi pertembakauan saja: masalah tertib hukum  Persoalan pertanian dan ketenagakerjaan juga terjadi pada komoditas dan industri lainnya  Mengakomodasi aspek pengendalian dan pertembakauan?
  • 24. Skema Regulasi yang Dibutuhkan 1. Pengendalian tembakau (kesehatan):  Kebijakan “rokok sebagai barang mewah” - Skenario 1: menaikkan harga tembakau - Skenario 2: cukai  Kebijakan iklan dan KTR  Implikasi: pilihan rasional industri, import, investasi, produktivitas tembakau lokal
  • 25. 2. Pertembakauan (pertanian dan perindustrian):  Alokasi cukai untuk petani (subsidi, bantuan modal/saprodi, dll)  Perlindungan petani dalam tata niaga  Pengembangan riset tembakau  Perlindungan industri menengah-kecil  Subsidi untuk tenaga kerja?