1. FOOTCARE
Perawatan Kaki pada Lansia
Kelompok 6
Melinda Hapsari 1033201001
Novelia Simatupang 1033201002
Aisyah Putri Wahda 1033201004
Raka Nur Alif 1013201006
2. PERUBAHAN KAKI AKIBAT PROSES MENUA
Sirkulasi
• Resistensi pembuluh darah perifer bertambah sebagai respons terhadap
menyempitnya lumen pembuluh darah vaskuler dan arteriosklerosis; maka
metabolisme basal menjadi lebih rendah. Respons terhadap stres
menghilangkan efisiensi, karena cadangan jantung yang berkurang dan
sistem endokrin yang tertekan.
• Osteoporosis menurunkan kalsium darah, yang dapat menyebabkan fraktur
pada kaki.
• Kulit yang menua, cenderung kering, tidak elastis, dan dingin yang dapat
menunjukkan hiperkeratosis.
• Penebalan kulit adalah suatu respons terhadap disfungsi keratin dan tekanan
yang persisten. Lapisan lemak pada plantar pedis menjadi atrofi, menyebabkan
terbentuknya callus yang terasa nyeri di bawah kaput metatarsal dan tumit.
• Gaya otot juga berkurang pada lansia karena hilangnya jumlah dan ukuran
serat otot. Transmisi impuls saraf juga melambat.
Makroskopis
4. KELAINAN KAKI PADA LANSIA
Kelainan Metabolik (diabetik) :
• Penyakit arteri dan neuropati merupakan penyebab utama dari komplikasi kaki diabetik.
• Polineuropati diabetik mengakibatkan hipestesia. Proses ini berlangsung antara 2-7 tahun
tergantung pada tes sensitifitas yang digunakan.
• Tekanan pada kaki menimbulkan inflamasi yang jika berlama-lama akan menyebabkan nekrosis
dan ulserasi.
Kelainan Kulit & KUKU :
kekeringan dan penipisan kulit sesuai dengan pertambahan usia; mengakibatkan cracking, fisura,
inflamasi dan infeksi.
Kelainan kuku lansia yang paling sering adalah batas kuku incurvated, onychauxis (hipertrofi),
onikogrifosis (ram’s horn) dan onikomikosis. Kuku hipertropik dapat menyebabkan ulserasi nail bed
pada lansia. Batas kuku incurvated dapat menyebabkan iritasi, inflamasi dan infeksi.
5. PENILAIAN KAKI KOMPREHENSIF
KOMPONEN KETERANGAN
Gait tidak seimbang atau tidak terkoordinasi, berjalan dengan kaki menyeret (shuffling), langkah pendek menunjukkan
gaya berjalan abnormal yang dapat menyebabkan callus atau pembentukan ulkus.
Struktur Tulang terdapat hammertoe atau overlapping, atau kaku. Periksa juga apakah terdapat bunion yang terdapat area
kemerahan atau tekanan yang menyebabkan jari kaki miring ke lateral. Pes planus (kaki rata) dapat
menyebabkan rasa nyeri dan kaku pada lansia.
Integritas Kulit apakah terdapat kekeringan kulit yang berlebihan, crack atau fisura. Periksa juga kulit di sela jari kaki. Rasa gatal
dan panas di sela jari kaki, merupakan gejala adanya infeksi jamur tinea pedis (athlete’s foot)
Status Pembuluh
Darah
Palpasi arteri dorsalis pedis dan arteri tibialis posterior merupakan bagian yang penting dalam menilai pembuluh
darah. Warna dan suhu kedua kaki harus sama dengan tubuh. Penilaian suhu dengan menggunakan punggung
tangan dapat memberikan perkiraan yang lebih akurat. Capillary refill diperiksa dengan menekan kuku jari atau
kulit di ujung jari sampai berwarna putih. Normal jika kembali dalam waktu 3 detik. Rambut yang berkurang
atau tidak adanya bulu pada kaki menunjukkan adanya penurunan perfusi arteri.
Defisit Neurologik Sensori atau persepsi tekanan diukur dengan menggunakan alat monofilamen Semmes-Weinstein 5.07. Jika
pasien tidak bisa merasakan pada satu tempat pun, dikatakan ia menderita neuropati.
Kondisi Kuku Jari
Kaki
Kuku jari kaki dinilai berdasarkan panjang, ketebalan, adanya jamur dan kebersihannya
6. PERAWATAN KAKI PADA LANSIA NON-DIABETES
Perawatan yang seksama harus diarahkan :
pada saat mencuci sela-sela kaki, terutama jika ada overlap pada jari-jari kaki. Kaki harus dikeringkan dengan
lembut namun teliti. Pedicure adalah masalah bagi lansia yang penglihatannya menurun dan
keterampilannya berkurang. Lansia dengan artritis dan obesitas dapat terhalang dalam menjangkau jari
kaki mereka.
Sirkulasi superfisial dapat ditingkatkan dengan pemijatan, idealnya dengan losion kulit. Ahli terapi dapat
mengajarkan pasien untuk memeriksa kaki, terutama pada sela-sela kaki selama pemijatan dan berhati-
hati pada kulit lepuh dan lecet yang dapat menimbulkan komplikasi yang serius
Para dokter harus mengingatkan lansia agar selalu memakai kaos kaki bila menggunakan sepatu
untuk mencegah iritasi kaki dan selalu menjaga kaki dalam keadaan bersih. Bahan kaos kaki yang stretch
dapat membuat kaki overlap atau flex.
Sepatu merupakan bagian yang sangat penting pada lansia. Kesalahan dalam pemilihan sepatu
dapat mengganggu mobilitas lansia. Sepatu harus nyaman, tidak menyebabkan tanda kemerahan pada
kulit atau tanda-tanda iritasi lainnya.
Sandal atau sepatu slip-on dilarang karena menyebabkan tumit pemakai keluar dari sepatu.
Hak sepatu harus dari karet untuk mencegah pemakai dari terpeleset
7. PERAWATAN KAKI PADA LANSIA DIABETES
Perawatan kaki pada lansia diabetes dan non-diabetes sebenarnya hampir sama.
Dianjurkan juga untuk memperhatikan kaki setiap hari untuk melihat apakah ada perubahan warna kulit
peningkatan pada suhu kulit, pembengkakan kulit, luka atau perubahan pada kuku kaki.
Menghindari kaos kaki dari bahan katun juga dianjurkan, karena dapat menimbulkan kelembaban yang
menyebabkan masalah dalam penyembuhan dan timbulnya infeksi jamur.
Bahan dari poliester dan serat akrilik adalah yang terbaik karena tidak membuat lembab dan terasa lebih
lembut.
Yang terpenting adalah agar selalu menjaga kadar gula darah selalu terkontrol. Tidak merokok
serta berolahraga. Jalan kaki adalah adalah salah satu olahraga yang terbaik.
8. PENGKAJIAN DIAGNOSA
1. Identitas klien
2. Keluhan utama
3. Riwayat kesehatan sekarang
4. Riwayat kesehatan dahulu
5. Riwayat kesehatan keluarga
6. Pemeriksaan Umum
a. Aktivitas atau Istirahat
b. Sirkulasi
c. Eliminasi
d. Integritas atau ego
e. Makanan atau cairan
f. Neurosensory
g. Nyeri atau kenyamanan Keamanan
h. Seksualitas
D.0109 Defisit Perawatan Diri.
• Gejala dan Tanda Mayor
• Subjektif : Menolak melakukan perawatan diri
• Objektif : Tidak mampu mandi/mengenakan
pakaian/makan/ke toilet/berhias secara
mandiri, Minat melakukan perawatan diri
kurang.
• Kondisi Klinis Terkait :
Stroke, Cedera medula spinalis, Depresi, Arthritis
reumatoid, Retardasi mental, Delirium, Demensia
Gangguan amnestik, Skizofrenia dan gangguan
psikotik lain, Fungsi penilaian terganggu.
9. INTERVENSI KEPERAWATAN
SLKI : Perawatan Diri (L. 11103)
Ekspetasi : Meningkat Kriteria Hasil :
1. Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3 X 24 jam masalah defisit perawatan diri teratasi dengan
krirteria hasil :
2. Minat melakukan perawatan diri meningkat dari skala 2 (cukup menurun) menjadi skala 4 (cukup
meningkat)
SIKI: Dukungan Perawatan Diri (I. 11348)
Tindakan :
1. Observasi
• identifikasi kebiasaan aktivitas perawatan diri sesuai usia
• identifikasi kebutuhan alat bantu kebersihan diri, berpakaian, berhias dan makan
2. Terapeutik
• sediakan lingkungan yang terapeutik (mis. Suasana hangat, rileks, privasi)
• siapkan keperluan pribadi (mis. Parfum, sikat gigi, dan sabun mandi)
• dampingi dalam melakukan perawatan diri sampai mandiri
3. Edukasi
• anjurkan melakukan perawatan diri secara konsisten sesuai kemampuan
11. MANFAAT SENAM KAKI
o Memperbaiki sirkulasi darah yang terganggu.
o Memperbaiki kekuatan otot tungkai dan kaki.
o Melatih sendi agar tetap lentur dan tidak kaku.
o Mencegah komplikasi diabetes pada organ mata,
otak, jantung dan ginjal.
senam kaki ini juga sangat mudah dan praktis. Dapat dilakukan di
mana saja, seperti di rumah atau tempat kerja. Untuk melakukan
senam kaki diabetes, dibutuhkan sebuah kursi dan selembar kertas
berukuran cukup besar, misalnya koran bekas.
12. LANGKAH SENAM KAKI
1. Lepaskan sepatu, kaos kaki, atau alas kaki lainnya.
2. Letakkan telapak kaki di lantai. Pertahankan tumit di
lantai, gerakkan jari-jari kaki ke atas dan ke bawah
secara berulang minimal 20 kali.
3. Angkat telapak kaki kiri dengan bertumpu pada tumit
(tumit tetap menyentuh lantai). Lakukan gerakan
memutar dengan telapak kaki ke arah luar minimal 20
kali. Lakukan hal yang sama pada kaki kanan.
4. Angkat kedua kaki sejajar, sehingga tungkai atas dan
bawah membentuk garis horizontal lurus, lalu turunkan
kaki. Ulangi gerakan ini minimal 20 kali.
5. Angkat kedua kaki sejajar, sehingga tungkai atas dan bawah
membentuk garis horizontal lurus. Gerakkan kedua telapak kaki ke
depan seperti menginjak rem mobil. Ulangi gerakan ini minimal 20
kali.
6. Angkat satu kaki sehingga tungkai kaki lurus. Lalu gerakkan kaki
dan pergelangan kaki seperti sedang menulis angka nol hingga 10
bergantian. Lakukan hal yang sama pada kaki satunya.
7. Letakkan kertas di lantai. Bentuk kertas tersebut menjadi bola
menggunakan kedua kaki. Setelah terbentuk bola, rapikan kembali
kertas tersebut seperti semula dengan kedua kakinya juga.
8. Lalu, dengan tetap menggunakan kedua kaki, robeklah kertas
tersebut menjadi dua. Setelah itu, masih menggunakan kedua kaki,
sobek-sobek kertas tersebut menjadi serpihan kecil.
Agar olahraga memberikan manfaat optimal, dianjurkan melakukannya
secara rutin minimal 5 kali dalam sepekan dengan durasi minimal 30
menit tiap kali olahraga. Jenis olahraga yang dianjurkan adalah olahraga
yang bersifat ritmis dan aerobik, seperti jalan cepat, joging, yoga,
bersepeda atau berenang.