SlideShare a Scribd company logo
1 of 27
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Transudat adalah cairan dalam ruang interstitial yang terjadi hanya sebagai
akibat tekanan hidrostatik atau turunnya protein plasma intravascular yang meningkat
(tidak disebabkan proses peradangan/inflamasi). Berat jenis transudat pada umumnya
kurang dari 1.012 yang mencerminkan kandungan protein yang rendah. Contoh
transudat terdapat pada wanita hamil dimana terjadi penekanan dalam cairan tubuh.
Transudat merupakan discharge patologis, merupakan serum darah yang merembes
keluar dari pembuluh-pembuluh kapiler ke dalam sela-sela jaringan atau rongga
badan, tanpa radang.
Eksudat adalah cairan radang ekstravaskular dengan berat jenis tinggi (diatas
1.020) dan seringkali mengandung protein 2-4 mg % serta sel-sel darah putih yang
melakukan emigrasi.Cairan ini tertimbun sebagai akibat permeabilitas vascular (yang
memungkinkan protein plasma dengan molekul besar dapat terlepas), bertambahnya
tekanan hidrostatik intravascular sebagai akibat aliran lokal yang meningkat pula dan
serentetan peristiwa rumit leukosit yang menyebabkan emigrasinya. Eksudat
merupakan substansi yang merembes melalui dinding vasa ke dalam jaringan
sekitarnya pada radang, berupa nanah.
B. Tujuan
1. Mengetahui pengertian, fungsi dan jenis-jenis transudat eksudat.
2. Mengetahui perbedaan transudat eksudat.
3. Mengetahui jenis pemeriksaan transudat dan eksudat.
BAB II
ISI
A. Transudat dan Eksudat
Cairan pleura adalah cairan dalam rongga pleura dalam paru – paru. Fungsiya
sebagai pelumas. Normalnya cairan pleura sangat sedikit jumlahnya hampir tidak bisa
diukur volumenya. Karena kondisi patologis, caiaran jumlahnya meningkat sehingga
dapat dianalisa dan akan berupa transudat atau eksudat (Regina, 2011).
1. TRANSUDAT
a. Pengertian
Transudat adalah penimbunan cairan dalam rongga serosa sebagai akibat
karena gangguan keseimbangan cairan dan bukan merupkan proses radang, misalnya
karena gangguan sirkulasi. Transudat mengandung sedikit protein, berat jenisnya
rendah dan tidak membeku. Transudat misalnya terjadi pada penderita penyakit
jantung, penderita payah jantung, menyebabkan tekanan dalam pembuluh dapat
meninggi sehingga cairan keluar dari pembuluh dan masuk ke dalam jaringan
(Regina, 2011).
b. Jenis-jenis Transudat (Regina, 2011)
1) Hidrotoraks
2) Hidroperikardium
3) Hidroperitoneum
4) Hidroarrosis
c. Kelainan-kelainan yang dapat menimbukan transudat (Regina, 2011) :
1) Penurunan tekanan osmotic plasma karena hipoalbuminemi
2) Sindroma nefrotik
3) Cirrhosis hepatis
4) Peningkatan retensi Natrium dan air
5) Penggunaan natrium dan air yang meningkat
6) Penurunan ekskresi Natrium dan air (contoh : gagal ginjal)
7) Meningkatnya tekanan kapilaer / vena
8) Kegagalan jantung, obstruksi vena porta, perikarditis constrictif, obstruksi
limfe.
d. Ciri-ciri transudat spesifik (Regina, 2011):
1) Warna agak kekuningan
2) Kejernihahan : jernih
3) Berat jenis <1,018 (1,006 ² 1,015)
4) Tak ada bekuan, atau membeku lambat / dalam jangka waktu lama
5) Bau tidak khas
6) Protein < 2,5 gr % (tes rivalta negative)
7) Glukosa = plasma
8) Lemak : negative (kecuali bila chylous +)
9) Jumlah lekosit : <500 mm3
10) Jenis sel : > mononuclear
11) Bakteri negative atau jarang (+)
2. EKSUDAT
a. Pengertian
Eksudat adalah cairan patologis dan sel yang keluar dari kapiler dan masuk ke
dalam jaringan pada waktu radang. Bila radang terjadi pada pleura, maka cairan
radang juga dapat mengisi jaringan sehingga terjadi gelembung, misalnya terjadi pada
kebakaran. Cairan yang terjadi akibat radang mengandung banyak protein sehingga
berat jenisnya lebih tinggi daripada plasma normal. Begitu pula cairan radang ini
dapat membeku karena mengandung fibrinogen (Regina, 2011).
b. Jenis-Jenis Eksudat (Regina, 2011):
1) Eksudat non seluler
a) Eksudat serosa
Pada beberapa keadaan radang, eksudat hampir terdiri dari cairan dan zat-zat
yang terlarut dengan sangat sedikit leukosit. Eksudat serosa pada dasarnya terdiri dari
protein yang bocor dari pembuluh-pembuluh darah yang permiable dalam daerah
radang bersama-sama dengan cairan yang menyertainya. Contoh eksudat serosa yang
paling dikenal adalah cairan luka melepuh.
b) Eksudat fibrinosa
Eksudat fibrinosa terbentuk jika protein yang dikeluarkan dari pembuluh
terkumpul pada daerah peradangan yang mengandung banyak fibrinogen. Contoh
pada penderita pleuritis akan merasa sakit sewaktu bernafas, karena terjadi
pergesekan sewaktu mengambil nafas.
c) Eksudat musinosa (Eksudat kataral)
Jenis eksudat ini hanya dapat terbentuk diatas membran mukosa, dimana
terdapat sel-sel yang dapat mengsekresi musin. Jenis eksudat ini berbeda dengan
eksudat lain karena eksudat ini merupakan sekresi sel bukan dari bahan yang keluar
dari aliran darah. Contoh eksudat musin yang paling dikenal dan sederhana adalah
pilek yang menyertai berbagai infeksi pemafasan bagian atas.
2) Eksudat Seluler ( Eksudat netrofilik)
Eksudat yang mungkin paling sering dijumpai adalah eksudat yang terutama
terdiri dari neutrofil polimorfonuklear dalam jumlah yang begitu banyak. Eksudat
neutrofil semacam ini disebut purulen. Eksudat purulen sangat sering terbentuk akibat
infeksi bakteri.
3) Eksudat Campuran
Sering terjadi campuran eksudat seluler dan nonseluler dan campuran ini
dinamakan sesuai dengan campurannya.Jika terdapat eksudat fibrino-purulen yang
terdiri dari fibrin dan neutrofil polimorfonuklear, eksudat mukopurulen, yang terdiri
dari musin dan neutrofil, eksudat serofibrinosa dan sebagainya.
1. Bentuk-bentuk Eksudat (Regina, 2011):
1) Serous
2) Fibrinous
3) Haemorrhagis
4) Purulent
5) Berbentuk kombinasi
c. Ciri-ciri eksudat spesifik (Regina, 2011):
1) Warna (purulen = putih-kunig, hemoragis = merah, dsb)
2) Kejernihan keruh
3) Berat jenis ˃ 1,018 (1,018 – 1,030)
4) Ada bekuan, atau membeku dalam jangka waktu cepat B
5) Bau tidak khas. Infeksi kuman anaerob / E.coli : bau busuk
6) Protein > 3 gr % (tes rivalta positif)
7) Glukosa << plasma
8) Lemak mungkin positif (infeksi tuberculosis)
9) Jumlah lekosit : 500 – 40.000 / mm3
10) Jenis sel : > polinuklear
11) Bakteri sering (+++)
B. Fungsi Transudat Eksudat
Fungsi dari transudat dan eksudat adalah sebagai respon tubuh terhadap
adanya gangguan sirkulasi dengan kongesti pasif dan oedema (transudat), serta
adanya inflamasi akibat infeksi bakteri (eksudat) (Anggraheni, 2011).
Transudat terjadi sebagai akibat proses bukan radang oleh gangguan
kesetimbangan cairan badan (tekanan osmosis koloid, stasis dalam kapiler atau
tekanan hidrostatik, kerusakan endotel, dsb.), sedangkan eksudat bertalian dengan
salah satu proses peradangan (Anggraheni, 2011).
C. Mekanisme Pembentukan Transudat Eksudat
Di dalam rongga serosa dalam keadaan normal terdapat sedikit cairan yang
berfungsi sebagai pergerakan alat-alat di dalam rongga tersebut. Dalam keadaan
normal, cairan bergerak antara pembuluh darah dan cairan ekstravaskuler, disini
terdapat keseimbangan antara tekanan koloid osmotic plasma dan tekanan hidrostatik
yang mendorong cairan kedalam jaringan yang menyebabkan cairan tetap tinggal
dalam pembuluh darah. Tetapi pada keadaan patologis tertentu, misalnya
(Anggraheni, 2011).:
1. Tekanan hidrostatik meningkat.
2. Tekanan koloid osmotik
3. Kenaikan filtrate kapiler dan protein spesifik
Keadaan-keadaan tersebut menyebabkan naiknya substansi tertentu dan
pengumpulan cairan di ekstravaskuler, molekul-molekul kecil seperti air, elektrolit,
dan kristaloid akan berdifusi secara cepat melewati plasma darah, sehingga terjadi
penumpukan cairan, proses ini disebut dengan istilah ultrafiltrasi (Anggraheni,
2011)..
Eksudat terjadi karena infeksi bakteri yang mengakibatkan peningkatan
permeabilitas dinding kapiler pembuluh darah. Eksudat terbentuk apabila lapisan
kapiler atau membrane rusak oleh proses peradangan atau neoplastik. Akibatnya
protein berukuran besar dan konstituen darah lainnya bocor keluar untuk masuk ke
jaringan dan rongga tubuh. Pada peradangan aktif, kandungan protein pada cairan ini
meningkat. Sedangkan Transudat eksudat dapat terjadi pada (Anggraheni, 2011):
1. Sindroma nefrotik
2. Sirosis hepatic
3. Gagal jantung
D. Perbedaan Transudat Eksudat (Regina, 2011)
Tabel 2.1 Perbedaan Transudat Eksudat
TRANSUDAT EKSUDAT
Bukan proses radang Merupakan proses radang
Bakteri (-) Bakteri (+)
Warna kuning muda Warna sesuai penyebabnya
Jernih dan encer Keruh dan kental
Tidak menyusun bekuan Menyusun bekuan
Fibrinogen (-) Fibrinogen (+)
Jumlah leukosit <500 sel/µl Jumlah leukosit >500 sel/µl
Kadar protein < 2,5g/dl Kadar protein > 2,5g/dl
Kadar glukosa sama dengan plasma
darah
Kadar glukosa lebih kecil dari plasma
darah
Zat lemak (-) Zat lemak (+)
Bj 1006 – 1015 Bj 1018 – 1030
E. Cara Pengambilan Sampel Transudat Eksudat
Bahan (dari rongga perut, pleura, pericardium, sendi, kista, hidrocele,dsb.)
didapat dengan mengadakan pungsi. Karena tidak dapat diketahui terlebih dulu
apakah cairan itu berupa transudat atau eksudat, haruslah pertama-tama syarat bekerja
steril diindahkan dan kedua untuk menyediakan anticoagulant. Sediakanlah pada
waktu melakukan pungsi selain penampung biasa juga penampung steril (untuk
biakan) dan penampung yang berisi larutan natrium citrat 20% atau heparin steril
(Anggraheni, 2011).
Cairan yang diperoleh ditampung dalam 3 botol penampung (Anggraheni, 2011):
1. Botol I : Steril untuk pemeriksaan bakteriologi
2. Botol II : Di tambah anticoagulant untuk pemeriksaan rutin.
3. Botol III : Tanpa anticoagulant untuk pemeriksaan kimia.
Yang harus diperhatikan pada waktu pungsi adalah Pengambilan cairan tidak boleh
seluruhnya karena (Anggraheni, 2011) :
1. Untuk menghindari terjadinya shock.
2. Pada cairan ascites banyak mengandung protein.
Pemeriksaan transudat eksudat berguna untuk menentukan jenis cairan yang diperiksa
dan mengusahakan mencari penyebabnya . Pemeriksaan harus dilakukan dengan
cepat karena mudah terjjadi desintegrasi, oleh karena itu pemeriksaan yang pertama
kali dilakukan adalah pemeriksaan sitologi (Anggraheni, 2011).
BAB III
METODE KERJA
A. Tujuan Pemeriksaan
1. Pemeriksaan Makroskopis
a. Volume : Mengetahui volume sampel
b. Warna : Mengetahui warna sampel
c. Kekeruhan : Mengetahui tingkat kekeruhan sampel
d. Bau : Mengetahui bau khas sampel
e. Berat jenis : Mengetahui berat jenis sampel
f. Bekuan : Mengetahui jenis bekuan pada sampel
2. Pemeriksaan Mikroskopis
a. Hitung Jumlah Sel Leukosit
Menghitung jumlah sel lekosit dalam cairan dan mengetahui bahwa sampel
cairan tubuh tersebut transudat atau eksudat
b. Hitung Jenis Sel Leukosit
Mengetahui jenis sel lekosit dalam cairan/sampel, sehingga dapat
menentukan jenis cairan tersebut (transudat/eksudat).
c. Pemeriksaan Bakteriologi
Mengetahui adanya kuman–kuman dalam sampel sehingga dapat
menentukan jenis cairan tersebut apakah transudat atau eksudat.
d. Pemeriksaan Kimia
e. Protein kualitatif (Rivalta test)
Membedakan transudat dan eksudat
f. Protein kuantitatif (Esbach)
Untuk mengetahui kadar protein dalam cairan
B. Prinsip Pemeriksaan
1. Pemeriksaan Makroskopis
a. Volume
Volume transudat dan eksudat diukur dengan gelas ukur dan hasilnya dibaca
setinggi miniskus bawah.
b. Warna
Warna cairan diamati pada ketebalan cairan 7 – 10 cm secara visual dengan
cahaya terang.
c. Kekeruhan
Kekeruhan cairan diamati pada ketebalan 7 – 10 cm secara visual dengan
cahaya tembus.
d. Bau
Bau dapat dirasakan dengan indera penciuman
e. Berat Jenis
Berat jenis cairan dilihat pada tangkai urinometer setinggi miniskus bawah
f. Bekuan
Sifat-sifat bekuan dapat diamati dengan mata biasa
2. Pemeriksaan Mikroskopis
a. Hitung Jumlah Sel leukosit
Jumlah sel lekosit dihitung berdasarkan pengenceran dalam larutan
pengencer dan jumlah sel dalam cairan dalam kamar hitung.
b. Hitung Jenis sel Leukosit
Endapan cairan dibuat hapusan, kemudian diwarnai dengan pewarnaan
tertentu (Giemsa/Wright) maka sel lekosit akan mengambil
warna zat.Lalu dihitung dibawah mikroskop dengan pembesaran 1000X
dalam 100 % sel lekosit.
3. Pemeriksaan Bakteriologi
Bakteri gram (+) akan mengikat warna ungu dari carbol gentian violet dan
akan diperkuat oleh lugol sehingga pada saat pelunturan dengan alkohol 96 % warna
ungu tidak akan luntur, sedangkan gram (-) akan Luntur oleh alkohol dan mengambil
warna merah dari fuksin.
4. Pemeriksaan Kimia
a. Protein kualitatif (Rivalta test)
Adanya seromucin yang terdapat dalam eksudat akan bereaksi dengan asam
asetat glasial menimbulkan kekeruhan yang dinilai secara kualitatif.
b. Protein kuantitatif (Esbach)
Protein cairan dapat ditetapkan berdasarkan jumlah protein yang ditetapkan
oleh pereaksi tsuchiya dengan menggunakan albunirometer.
C. Alat
1. Pemeriksaan Makroskopis
a. Volume
1) Gelas ukur
2) Beaker glass
3) Corong
b. Warna
1) Tabung reaksi
2) corong
c. Bau
Beaker glass
d. Kekeruhan
1) Tabung reaksi
2) Corong
e. Berat Jenis
1) Beaker glass
2) Gelas ukur
3) Urinometer
f. Bekuan
1) Beaker glass
2) Batang pengaduk
3) Pipet tetes
2. Pemeriksaan Mikroskopis
a. Hitung Jumlah Sel Leukosit
1) Mikroskop
2) Kamar Hitung Improved Neubauer atau fucsh rosental
3) Pipet Lekosit
4) Kaca Penutup
b. Hitung Jenis Sel Leukosit
1) Objek glass
2) Pipet tetes
3) Pipet ukur
4) Gelas ukur
5) Rak pewarnaan
6) Mikroskop
c. Pemeriksaan Bakteriologi
1) Objek Glass
2) Pipet tetes
3) Bak dan rak pewarnaan
4) Mikroskop
5) Pemeriksaan Kimia
d. Protein kualitatif (Rivalta test)
1) Beaker glass
2) Pipet tetes
1. Protein kuantitatif (Esbach)
1) Tabung Esbach
2) Pipet tetes
3) Timer
D. Bahan
1. Pemeriksaan Makroskopis
1. Volume
Cairan transudat eksudat.
1. Warna
Cairan transudat eksudat.
1. Bau
Cairan transudat eksudat.
1. Kekeruhan
Cairan transudat eksudat.
1. Berat Jenis
Cairan transudat eksudat.
1. Bekuan
Cairan transudat eksudat.
1. Pemeriksaan Mikroskopis
1. Hitung Jumlah Sel Leukosit
Cairan transudat eksudat.
1. Hitung Jenis Sel Leukosit
Cairan transudat eksudat.
1. Pemeriksaan Bakteriologi
Cairan transudat eksudat.
1. Pemeriksaan Kimia
1. Protein kualitatif (Rivalta test)
Cairan transudat eksudat.
1. Protein kuantitatif (Esbach)
Cairan transudat eksudat.
1. E. Reagen
2. Pemeriksaan Mikroskopis
1. Hitung Jumlah Sel Leukosit
1) Larutan pengencer NaCl 0,9%
2) Antikoagulan Natrium Citrat atau Heparin steril
1. Hitung Jenis Sel Leukosit
1) Giemsa
Komposisi : 1 gr giemsa
100 ml Metanol absolute
2) Wright
Komposisi : 0,1 gr Wright (digerus)
60 ml Methanol absolute
Buffer phospat pH 7,2
KH2PO4 6,63 gr
Na2HPO4 3,2 gr
Aquades add 1000 ml
1. Pemeriksaan Bakteriologi
Cat Gram
Komposisi : Carbol gentian violet 1 %
Lugol 1 %
Alkohol 96 %
Karbol Fuchsin 1 %
1. Pemeriksaan Kimiawi
2. Protein kualitatif (Rivalta test)
Asam asetat
1. Protein kuantitatif (Esbach)
Reagen Esbach
1. F. Cara Kerja
2. Pemeriksaan Makroskopis
1. Volume
1) Masukkan caian dalam beacker glass.
2) Tuang cairan dari becker glass ke dalam gelas ukur.
3) Lihat volume cairan yang ada pada gelas ukur pada miniskus bawah.
1. Warna
1) Masukkan cairan kedalam tabung reaksi sampai ¾ penuh.
2) Amati warna cairan secara visual dengan sikap serong.
1. Bau
1) Masukkan cairan kedalam beacker glass.
2) Dekatkan kearah hidung dan kibas-kibaskan dengan tangan ke arah hidung.
1. Kekeruhan
1) Masukkan cairan ke dalam tabung reaksi sampai ¾ penuh.
2) Amati kekeruhannya pada sikap serong dengan cahaya terang.
1. Berat Jenis
1) Masukkan cairan ke dalam becker glass.
2) Tuang cairan ke dalam gelas ukur 40-50ml.
3) Masukkan urinometer dalam gelas ukur.
4) Bacalah berat jenis cairan pada skala urinometer setinggi miniskus bawah.
1. Bekuan
1) Masukkan sampel kedalam beaker glass.
2) Pipet caian dengan pipet tetes.
3) Keluarkan cairan dari pipet tetes.
Jika cairan bisa dikeluarkan dari pipet tetes berarti bekuan (-).
Jika cairan sulit dikeluarkan dari pipet tetes berarti bekuan (+).
4) Adanya bekuan dinyatakan dengan : renggang, berkeping, berbutir,sangat halus.
1. Pemeriksaan mikroskopis
1. Hitung Jumlah Sel Leukosit
1) Sampel didapat dengan mengadakan pungsi dan campur dengan antikoagulan.
2) Kocok dahulu sampel yang akan diperiksa supaya homogen.
3) Pipet NaCl 0,9 % dengan pipet lekosit sampai tanda 1 tepat.
4) Pipet sampel sampai tanda 11 tepat.
5) Kocok agar sampel dan larutan tercampur sempurna.
6) Buang beberapa tetes larutan pertama, kemudian tetesan selanjutnya dimasukkan
kedalam kamar hitung. Biarkan mengendap 2-3 menit. Dan hitung didalam kamar
hitung di bawah mikroskop. Dengan pembesaran sedang (10 X 45), sebanyak 4 kotak
besar.
1. Hitung Jenis Sel Leukosit
1) Sediaan apus dibuat dengan cara yang berlain-lainan tergantung sifat cairan itu:
a) Jika cairan jernih, sehingga diperkirakan tidak mengandung banyak sel,
pusinglah 10 Sampai 15 ml sampel 1500 rpm selama 10 menit.
b) Cairan atas dibuang dan sediment dicampur dengan beberapa tetes serum
penderita sendiri. lalu dibuat hapusan.
c) Kalau cairan keruh sekali atau purulent, dibuat sediaan apus langsung memakai
bahan itu. Jika terdapat bekuan dalam cairan, bekuan itulah yang dipakai untuk
membuat sediaan tipis.
2) Difiksasi dengan metanol selama 2 menit, buang, cuci dengan aquadest.
3) Digenangi dengan zat warna Giemsa atau Wright selama 15 menit, buang sisa zat
warna dan cuci dengan aquades, keringkan diudara.
4) Dihitung jenis sel atas 100-300 sel, di bawah mikroskop dengan pembesaran 1000
X.
1. Pemeriksaan Bakteriologi
1. Setetes sampel yang telah disentrifuge dibuat hapusan diatas objek
glass, dan dikeringkan.
2. Diwarnai dengan karbol gentian violet selama 3 menit, dicuci.
3. Ditetesi lugol selama 1 menit, dicuci.
4. Ditetesi alkohol 96 %selama 30 detik, dicuci.
5. Ditetesi fuchsin selama 2 menit, dicuci dan dikeringkan
6. Diperiksa di bawah mikroskop dengan pembesaran objektif 100x.
7. Pemeriksaan Kimiawi
1. Protein kualitatif (Rivalta test)
1) Kedalam beaker glass 100 ml dimasukkan 100 ml aquadest.
2) Tambahkan 1 tetes asam asetat glasial dan campurlah.
3) Jatuhkan 1 tetes cairan yang diperiksa ke dalam campuran ini, dilepaskan kira-kira
1 cm dari atas permukaan.
4) Perhatikan tetesan itu bercampur dan bereaksi dengan cairan yang mengandung
asam asetat. ada tiga kemungkinan:
a) Tetesan itu bercampur dengan larutan asam asetat tanpa
menimbulkan kekeruhan sama sekali. Hasil test adalah negative.
b) Tetesan itu mengadakan kekeruhan yang sangat ringan
serupa kabut halus. Hasil test positif lemah.
c) Tetesan itu membuat kekeruhan yang nyata seperti kabut
tebal atau dalam keadaan ekstrem satu presipitat yang putih.
1. Protein kuantitatif (Esbach)
1) Periksa terlebih dahulu Bj cairan.
2) Apabila Bj <1010 encerkan 2-5x.
3) Apabila Bj >1010 lakukan pengenceran sebanyak 20x.
4) Kemudian lakukan penetapan cara Esbach seperti pada pemeriksaan protein rutin,
sebagai berikut:
a) Masukkan sampel sampai tanda U.
b) Tambahkan reagen sampai tanda R.
c) Bolak-balik secara perlahan sebanyak 12 kali.
d) Letakkan pada keadaan vertical dan diamkan selama 12 jam.
G. Interpretasi Hasil
1. Pemeriksaan Makroskopis
1. Warna
Transudat : kuning muda
Eksudat : bermacam macam tergantung dari penyebabnya
Hijau = bilirubin
Merah = darah
Putih kekuningan = pus
Putih susu = chylus
Biru kehijauan = bakteri pyogenes
1. Bau
Transudat : tidak khas
Eksudat : bau busuk (infeksi bakteri).
1. Kekeruhan
Transudat : jernih
Eksudat : agak keruh
1. Berat Jenis
Transudat : 1006- 1015
Eksudat : 1018 – 1030
1. Bekuan
Transudat : (-) tidak terjadi bekuan
Eksudat : (+) terjadi bekuan
1. Pemeriksaan Mikroskopis
1. Hitung Jumlah Sel Leukosit
Transudat < 500 sel/ul
Eksudat > 500 sel/ul
1. Hitung Jenis Sel Leukosit
Transudat : Hanya sel mononuklear (limposit).
Eksudat : Ditemukan sel mononukleaar dan PMN/segmen
1. Pemeriksaan Bakteriologi
Transudat : Tidak ditemukan bakteri
Eksudat : Ditemukan bakteri
1. Pemeriksaan Kimiawi
1. Protein kualitatif (Rivalta test)
Transudat : (+) lemah
Eksudat : (+) kuat
1. Protein kuantitatif (Esbach)
Transudat : 2,5 g/dl
Eksudat : 4 g/dl
BAB IV
PEMBAHASAN
1. A. Kekeruhan
Transudat murni kelihatan jernih, sedangkan eksudat biasanya ada kekeruhan. Jika
mungkin, kekeruhan yang menunjuk kepada sifat eksudat itu dijelaskan lebih lanjut
sebagai umpamanya serofibrineus, seropurulent, serosanguineus, hemoragik,
fibrineus, dll (Willy, 2012).
Kekeruhan pada transudat eksudat terutama disebabkan oleh (Willy, 2012):
1. Leukosit : Kekeruhan yang sangat ringan sampai dengan seperti bubur.
2. Eritrosit : Kekeruhan berwarna kemerah-merahan
Adanya kekeruhan pada transudat eksudat dinyatakan dengan (Willy, 2012):
1. Serous
2. Seropurulen
3. Serosanguinis
4. Putrid
5. Purulent
6. Serofibrinous
B. Positif
Hasil positif didapatkan pada cairan yang bersifat eksudat, dan transudat biasanya
menjadikan test ini memberikan hasil positif lemah.
C. Positif Palsu
Hasil positif palsu (false positif) dapat terjadi bila sampel sifatnya terlalu basa atau
encer.
D. Negatif
Hasil test negative diperoleh jika pemeriksaan yang dilakukan menggunakan cairan
rongga badan yang normal, yaitu bukan transudat dan eksudat.
BAB V
PENUTUP
1. A. Kesimpulan
2. Transudat adalah penimbunan cairan dalam rongga serosa sebagai akibat
karena gangguan keseimbangan cairan dan bukan merupkan proses radang.
3. Eksudat adalah cairan patologis dan sel yang keluar dari kapiler dan masuk ke
dalam jaringan pada waktu radang.
4. Fungsi dari transudat dan eksudat adalah sebagai respon tubuh terhadap
adanya gangguan sirkulasi dengan kongesti pasif dan oedema (transudat),
serta adanya inflamasi akibat infeksi bakteri (eksudat).
5. Eksudat terjadi karena infeksi bakteri yang mengakibatkan peningkatan
permeabilitas dinding kapiler pembuluh darah. Sedangkan Transudat eksudat
dapat terjadi pada sindroma nefrotik, sirosis hepatic dan gagal jantung.
6. Untuk membantu diagnosa dan membedakan apakah itu transudat atau
eksudat maka dilakukan pemeriksaan diantaranya pemeriksaaan makroskopis,
mikroskopis, bakteriologi dan pemeriksaan kimiawi.
B. Saran
1. Sampel yang digunakan harus segera diperiksa
2. Pemeriksaan mikroskopis (hitung jenis leukosit) harus menggunakan larutan
cat yang baru agar leukosit terlihat jelas, perhatikan juga pembuatan preparat
supaya hasil dapat optimal dan kesalahan dapat dikurangi.
3. Pada pemeriksaan metode rivalta, pengamatan tetesan harus jeli dan teliti agar
tidak terjadi kesalahan.
4. Sebaiknya saat meneteskan sampel menggunakan dropple pipet supaya
banyak tetesannya karena diameter dropple pipet sama satu dengan yang
lainnya

More Related Content

What's hot

Henny analisis cairan pleura
Henny analisis cairan pleuraHenny analisis cairan pleura
Henny analisis cairan pleurapdspatklinsby
 
Modul 3 kb 1 radang dan
Modul 3 kb 1 radang danModul 3 kb 1 radang dan
Modul 3 kb 1 radang danpjj_kemenkes
 
Gingival crevicular fluid (caian Sulkus GIngiva)
Gingival crevicular fluid (caian Sulkus GIngiva)Gingival crevicular fluid (caian Sulkus GIngiva)
Gingival crevicular fluid (caian Sulkus GIngiva)Ferdiana Agustin
 
Hasil Belajar Mandiri Tutorial Skenario A Blok 6 2015 Beta PDU FK Unsri
Hasil Belajar Mandiri Tutorial Skenario A Blok 6 2015 Beta PDU FK UnsriHasil Belajar Mandiri Tutorial Skenario A Blok 6 2015 Beta PDU FK Unsri
Hasil Belajar Mandiri Tutorial Skenario A Blok 6 2015 Beta PDU FK UnsriMuhammad Farhan Habiburrahman
 
JANGKITAN - ABCESS, BOIL, SINUS, FISTULA & FISSURE
JANGKITAN -  ABCESS, BOIL, SINUS, FISTULA & FISSUREJANGKITAN -  ABCESS, BOIL, SINUS, FISTULA & FISSURE
JANGKITAN - ABCESS, BOIL, SINUS, FISTULA & FISSUREMuhammad Nasrullah
 
Cairan Sulcus Gingiva (Gingival Crevicular Fluid)
Cairan Sulcus Gingiva (Gingival Crevicular Fluid)Cairan Sulcus Gingiva (Gingival Crevicular Fluid)
Cairan Sulcus Gingiva (Gingival Crevicular Fluid)Ferdiana Agustin
 
Komplikasi pada luka
Komplikasi pada lukaKomplikasi pada luka
Komplikasi pada lukaAsnani Baru
 
Laporan praktikum ekofisiologi hewan osmoregulasi
Laporan praktikum ekofisiologi hewan osmoregulasiLaporan praktikum ekofisiologi hewan osmoregulasi
Laporan praktikum ekofisiologi hewan osmoregulasiWelly Indriani
 
2. laporan praktikum biologi pengaruh tekanan osmotik terhadap membran eritrosit
2. laporan praktikum biologi pengaruh tekanan osmotik terhadap membran eritrosit2. laporan praktikum biologi pengaruh tekanan osmotik terhadap membran eritrosit
2. laporan praktikum biologi pengaruh tekanan osmotik terhadap membran eritrositSofyan Dwi Nugroho
 
Makalah ginjal
Makalah ginjalMakalah ginjal
Makalah ginjalDek Libra
 
Pengertian organ organ ginjal
Pengertian organ organ ginjalPengertian organ organ ginjal
Pengertian organ organ ginjalaguezt1903
 
Nota transport bm f5
Nota transport bm f5Nota transport bm f5
Nota transport bm f5azilla83
 
Glomerulonephritis pada kucing.
Glomerulonephritis pada kucing. Glomerulonephritis pada kucing.
Glomerulonephritis pada kucing. ArioRG
 

What's hot (18)

Cairan tubuh
Cairan tubuhCairan tubuh
Cairan tubuh
 
Henny analisis cairan pleura
Henny analisis cairan pleuraHenny analisis cairan pleura
Henny analisis cairan pleura
 
Makalah trombosit
Makalah trombositMakalah trombosit
Makalah trombosit
 
Modul 3 kb 1 radang dan
Modul 3 kb 1 radang danModul 3 kb 1 radang dan
Modul 3 kb 1 radang dan
 
Askepefusipleura
AskepefusipleuraAskepefusipleura
Askepefusipleura
 
Gingival crevicular fluid (caian Sulkus GIngiva)
Gingival crevicular fluid (caian Sulkus GIngiva)Gingival crevicular fluid (caian Sulkus GIngiva)
Gingival crevicular fluid (caian Sulkus GIngiva)
 
Hasil Belajar Mandiri Tutorial Skenario A Blok 6 2015 Beta PDU FK Unsri
Hasil Belajar Mandiri Tutorial Skenario A Blok 6 2015 Beta PDU FK UnsriHasil Belajar Mandiri Tutorial Skenario A Blok 6 2015 Beta PDU FK Unsri
Hasil Belajar Mandiri Tutorial Skenario A Blok 6 2015 Beta PDU FK Unsri
 
JANGKITAN - ABCESS, BOIL, SINUS, FISTULA & FISSURE
JANGKITAN -  ABCESS, BOIL, SINUS, FISTULA & FISSUREJANGKITAN -  ABCESS, BOIL, SINUS, FISTULA & FISSURE
JANGKITAN - ABCESS, BOIL, SINUS, FISTULA & FISSURE
 
Cairan Sulcus Gingiva (Gingival Crevicular Fluid)
Cairan Sulcus Gingiva (Gingival Crevicular Fluid)Cairan Sulcus Gingiva (Gingival Crevicular Fluid)
Cairan Sulcus Gingiva (Gingival Crevicular Fluid)
 
Komplikasi pada luka
Komplikasi pada lukaKomplikasi pada luka
Komplikasi pada luka
 
Laporan praktikum ekofisiologi hewan osmoregulasi
Laporan praktikum ekofisiologi hewan osmoregulasiLaporan praktikum ekofisiologi hewan osmoregulasi
Laporan praktikum ekofisiologi hewan osmoregulasi
 
Bab 1
Bab 1Bab 1
Bab 1
 
2. laporan praktikum biologi pengaruh tekanan osmotik terhadap membran eritrosit
2. laporan praktikum biologi pengaruh tekanan osmotik terhadap membran eritrosit2. laporan praktikum biologi pengaruh tekanan osmotik terhadap membran eritrosit
2. laporan praktikum biologi pengaruh tekanan osmotik terhadap membran eritrosit
 
Makalah ginjal
Makalah ginjalMakalah ginjal
Makalah ginjal
 
Pengertian organ organ ginjal
Pengertian organ organ ginjalPengertian organ organ ginjal
Pengertian organ organ ginjal
 
Efusi pleura AKPER PEMKAB MUNA
Efusi pleura AKPER PEMKAB MUNAEfusi pleura AKPER PEMKAB MUNA
Efusi pleura AKPER PEMKAB MUNA
 
Nota transport bm f5
Nota transport bm f5Nota transport bm f5
Nota transport bm f5
 
Glomerulonephritis pada kucing.
Glomerulonephritis pada kucing. Glomerulonephritis pada kucing.
Glomerulonephritis pada kucing.
 

Similar to PENGERTIAN TRANSUDAT DAN EKSUDAT

Similar to PENGERTIAN TRANSUDAT DAN EKSUDAT (20)

HEMODINAMIKA 1.pptx
HEMODINAMIKA 1.pptxHEMODINAMIKA 1.pptx
HEMODINAMIKA 1.pptx
 
Asuhan keperawatan pada klien efusi plura
Asuhan keperawatan pada klien efusi pluraAsuhan keperawatan pada klien efusi plura
Asuhan keperawatan pada klien efusi plura
 
Gangguan sirkulasi dan cairan tubuh i
Gangguan sirkulasi dan cairan tubuh iGangguan sirkulasi dan cairan tubuh i
Gangguan sirkulasi dan cairan tubuh i
 
PPT Efusi Pleura
PPT Efusi Pleura PPT Efusi Pleura
PPT Efusi Pleura
 
Gangguan Sirkulasi.pdf
Gangguan Sirkulasi.pdfGangguan Sirkulasi.pdf
Gangguan Sirkulasi.pdf
 
Efusi pleura makalah
Efusi pleura makalahEfusi pleura makalah
Efusi pleura makalah
 
Efusi pleura AKPER PEMDA MUNA
Efusi pleura AKPER PEMDA MUNA Efusi pleura AKPER PEMDA MUNA
Efusi pleura AKPER PEMDA MUNA
 
Asuhan keperawatan pada klien dengan efusi
Asuhan keperawatan pada klien dengan efusiAsuhan keperawatan pada klien dengan efusi
Asuhan keperawatan pada klien dengan efusi
 
GANGGUAN SIRKULASI.pptx
GANGGUAN SIRKULASI.pptxGANGGUAN SIRKULASI.pptx
GANGGUAN SIRKULASI.pptx
 
Efusi pleura makalah
Efusi pleura makalahEfusi pleura makalah
Efusi pleura makalah
 
Sirkulasi Darah, Cairan dan Asam Basa dalam Tubuh
Sirkulasi Darah, Cairan dan Asam Basa dalam TubuhSirkulasi Darah, Cairan dan Asam Basa dalam Tubuh
Sirkulasi Darah, Cairan dan Asam Basa dalam Tubuh
 
Topik 1 nota pengangkutan
Topik 1  nota pengangkutanTopik 1  nota pengangkutan
Topik 1 nota pengangkutan
 
Infark
InfarkInfark
Infark
 
Efusi pleura makalah
Efusi pleura makalahEfusi pleura makalah
Efusi pleura makalah
 
Efusi pleura makalah (2)
Efusi pleura makalah (2)Efusi pleura makalah (2)
Efusi pleura makalah (2)
 
Efusi pleura makalah
Efusi pleura makalahEfusi pleura makalah
Efusi pleura makalah
 
Bab 2 portal hipertension
Bab 2 portal hipertensionBab 2 portal hipertension
Bab 2 portal hipertension
 
SYOK uss ppt
SYOK uss pptSYOK uss ppt
SYOK uss ppt
 
Biologi f5-c1
Biologi f5-c1Biologi f5-c1
Biologi f5-c1
 
Askep pernapasan efusi pleura
Askep pernapasan efusi pleuraAskep pernapasan efusi pleura
Askep pernapasan efusi pleura
 

Recently uploaded

Materi Bimbingan Manasik Haji Tarwiyah.pptx
Materi Bimbingan Manasik Haji Tarwiyah.pptxMateri Bimbingan Manasik Haji Tarwiyah.pptx
Materi Bimbingan Manasik Haji Tarwiyah.pptxc9fhbm7gzj
 
Jurnal Dwi mingguan modul 1.2-gurupenggerak.pptx
Jurnal Dwi mingguan modul 1.2-gurupenggerak.pptxJurnal Dwi mingguan modul 1.2-gurupenggerak.pptx
Jurnal Dwi mingguan modul 1.2-gurupenggerak.pptxBambang440423
 
Materi Pertemuan 6 Materi Pertemuan 6.pptx
Materi Pertemuan 6 Materi Pertemuan 6.pptxMateri Pertemuan 6 Materi Pertemuan 6.pptx
Materi Pertemuan 6 Materi Pertemuan 6.pptxRezaWahyuni6
 
Kelompok 2 Karakteristik Negara Nigeria.pdf
Kelompok 2 Karakteristik Negara Nigeria.pdfKelompok 2 Karakteristik Negara Nigeria.pdf
Kelompok 2 Karakteristik Negara Nigeria.pdftsaniasalftn18
 
Kesebangunan Segitiga matematika kelas 7 kurikulum merdeka.pptx
Kesebangunan Segitiga matematika kelas 7 kurikulum merdeka.pptxKesebangunan Segitiga matematika kelas 7 kurikulum merdeka.pptx
Kesebangunan Segitiga matematika kelas 7 kurikulum merdeka.pptxDwiYuniarti14
 
PPT Integrasi Islam & Ilmu Pengetahuan.pptx
PPT Integrasi Islam & Ilmu Pengetahuan.pptxPPT Integrasi Islam & Ilmu Pengetahuan.pptx
PPT Integrasi Islam & Ilmu Pengetahuan.pptxnerow98
 
Model Manajemen Strategi Public Relations
Model Manajemen Strategi Public RelationsModel Manajemen Strategi Public Relations
Model Manajemen Strategi Public RelationsAdePutraTunggali
 
Modul Ajar Biologi Kelas 11 Fase F Kurikulum Merdeka [abdiera.com]
Modul Ajar Biologi Kelas 11 Fase F Kurikulum Merdeka [abdiera.com]Modul Ajar Biologi Kelas 11 Fase F Kurikulum Merdeka [abdiera.com]
Modul Ajar Biologi Kelas 11 Fase F Kurikulum Merdeka [abdiera.com]Abdiera
 
TUGAS GURU PENGGERAK Aksi Nyata Modul 1.1.pdf
TUGAS GURU PENGGERAK Aksi Nyata Modul 1.1.pdfTUGAS GURU PENGGERAK Aksi Nyata Modul 1.1.pdf
TUGAS GURU PENGGERAK Aksi Nyata Modul 1.1.pdfElaAditya
 
Materi Pertemuan Materi Pertemuan 7.pptx
Materi Pertemuan Materi Pertemuan 7.pptxMateri Pertemuan Materi Pertemuan 7.pptx
Materi Pertemuan Materi Pertemuan 7.pptxRezaWahyuni6
 
MATERI EKOSISTEM UNTUK SEKOLAH MENENGAH ATAS
MATERI EKOSISTEM UNTUK SEKOLAH MENENGAH ATASMATERI EKOSISTEM UNTUK SEKOLAH MENENGAH ATAS
MATERI EKOSISTEM UNTUK SEKOLAH MENENGAH ATASKurniawan Dirham
 
DESAIN MEDIA PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA BERBASIS DIGITAL.pptx
DESAIN MEDIA PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA BERBASIS DIGITAL.pptxDESAIN MEDIA PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA BERBASIS DIGITAL.pptx
DESAIN MEDIA PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA BERBASIS DIGITAL.pptxFuzaAnggriana
 
PELAKSANAAN + Link2 Materi Pelatihan "Teknik Perhitungan & Verifikasi TKDN & ...
PELAKSANAAN + Link2 Materi Pelatihan "Teknik Perhitungan & Verifikasi TKDN & ...PELAKSANAAN + Link2 Materi Pelatihan "Teknik Perhitungan & Verifikasi TKDN & ...
PELAKSANAAN + Link2 Materi Pelatihan "Teknik Perhitungan & Verifikasi TKDN & ...Kanaidi ken
 
Lembar Observasi Pembelajaran di Kelas.docx
Lembar Observasi Pembelajaran di  Kelas.docxLembar Observasi Pembelajaran di  Kelas.docx
Lembar Observasi Pembelajaran di Kelas.docxbkandrisaputra
 
KONSEP KEBUTUHAN AKTIVITAS DAN LATIHAN.pptx
KONSEP KEBUTUHAN AKTIVITAS DAN LATIHAN.pptxKONSEP KEBUTUHAN AKTIVITAS DAN LATIHAN.pptx
KONSEP KEBUTUHAN AKTIVITAS DAN LATIHAN.pptxawaldarmawan3
 
BAHAN SOSIALISASI PPDB SMA-SMK NEGERI DISDIKSU TP. 2024-2025 REVISI.pptx
BAHAN SOSIALISASI PPDB SMA-SMK NEGERI DISDIKSU TP. 2024-2025 REVISI.pptxBAHAN SOSIALISASI PPDB SMA-SMK NEGERI DISDIKSU TP. 2024-2025 REVISI.pptx
BAHAN SOSIALISASI PPDB SMA-SMK NEGERI DISDIKSU TP. 2024-2025 REVISI.pptxJamhuriIshak
 
MODUL 2 BAHASA INDONESIA-KELOMPOK 1.pptx
MODUL 2 BAHASA INDONESIA-KELOMPOK 1.pptxMODUL 2 BAHASA INDONESIA-KELOMPOK 1.pptx
MODUL 2 BAHASA INDONESIA-KELOMPOK 1.pptxarnisariningsih98
 
DEMONSTRASI KONTEKSTUAL MODUL 1.3 PENDIDIKAN GURU PENGGERAK
DEMONSTRASI KONTEKSTUAL MODUL 1.3 PENDIDIKAN GURU PENGGERAKDEMONSTRASI KONTEKSTUAL MODUL 1.3 PENDIDIKAN GURU PENGGERAK
DEMONSTRASI KONTEKSTUAL MODUL 1.3 PENDIDIKAN GURU PENGGERAKirwan461475
 
Modul Ajar Bahasa Indonesia - Menulis Puisi Spontanitas - Fase D.docx
Modul Ajar Bahasa Indonesia - Menulis Puisi Spontanitas - Fase D.docxModul Ajar Bahasa Indonesia - Menulis Puisi Spontanitas - Fase D.docx
Modul Ajar Bahasa Indonesia - Menulis Puisi Spontanitas - Fase D.docxherisriwahyuni
 
HARMONI DALAM EKOSISTEM KELAS V SEKOLAH DASAR.pdf
HARMONI DALAM EKOSISTEM KELAS V SEKOLAH DASAR.pdfHARMONI DALAM EKOSISTEM KELAS V SEKOLAH DASAR.pdf
HARMONI DALAM EKOSISTEM KELAS V SEKOLAH DASAR.pdfkustiyantidew94
 

Recently uploaded (20)

Materi Bimbingan Manasik Haji Tarwiyah.pptx
Materi Bimbingan Manasik Haji Tarwiyah.pptxMateri Bimbingan Manasik Haji Tarwiyah.pptx
Materi Bimbingan Manasik Haji Tarwiyah.pptx
 
Jurnal Dwi mingguan modul 1.2-gurupenggerak.pptx
Jurnal Dwi mingguan modul 1.2-gurupenggerak.pptxJurnal Dwi mingguan modul 1.2-gurupenggerak.pptx
Jurnal Dwi mingguan modul 1.2-gurupenggerak.pptx
 
Materi Pertemuan 6 Materi Pertemuan 6.pptx
Materi Pertemuan 6 Materi Pertemuan 6.pptxMateri Pertemuan 6 Materi Pertemuan 6.pptx
Materi Pertemuan 6 Materi Pertemuan 6.pptx
 
Kelompok 2 Karakteristik Negara Nigeria.pdf
Kelompok 2 Karakteristik Negara Nigeria.pdfKelompok 2 Karakteristik Negara Nigeria.pdf
Kelompok 2 Karakteristik Negara Nigeria.pdf
 
Kesebangunan Segitiga matematika kelas 7 kurikulum merdeka.pptx
Kesebangunan Segitiga matematika kelas 7 kurikulum merdeka.pptxKesebangunan Segitiga matematika kelas 7 kurikulum merdeka.pptx
Kesebangunan Segitiga matematika kelas 7 kurikulum merdeka.pptx
 
PPT Integrasi Islam & Ilmu Pengetahuan.pptx
PPT Integrasi Islam & Ilmu Pengetahuan.pptxPPT Integrasi Islam & Ilmu Pengetahuan.pptx
PPT Integrasi Islam & Ilmu Pengetahuan.pptx
 
Model Manajemen Strategi Public Relations
Model Manajemen Strategi Public RelationsModel Manajemen Strategi Public Relations
Model Manajemen Strategi Public Relations
 
Modul Ajar Biologi Kelas 11 Fase F Kurikulum Merdeka [abdiera.com]
Modul Ajar Biologi Kelas 11 Fase F Kurikulum Merdeka [abdiera.com]Modul Ajar Biologi Kelas 11 Fase F Kurikulum Merdeka [abdiera.com]
Modul Ajar Biologi Kelas 11 Fase F Kurikulum Merdeka [abdiera.com]
 
TUGAS GURU PENGGERAK Aksi Nyata Modul 1.1.pdf
TUGAS GURU PENGGERAK Aksi Nyata Modul 1.1.pdfTUGAS GURU PENGGERAK Aksi Nyata Modul 1.1.pdf
TUGAS GURU PENGGERAK Aksi Nyata Modul 1.1.pdf
 
Materi Pertemuan Materi Pertemuan 7.pptx
Materi Pertemuan Materi Pertemuan 7.pptxMateri Pertemuan Materi Pertemuan 7.pptx
Materi Pertemuan Materi Pertemuan 7.pptx
 
MATERI EKOSISTEM UNTUK SEKOLAH MENENGAH ATAS
MATERI EKOSISTEM UNTUK SEKOLAH MENENGAH ATASMATERI EKOSISTEM UNTUK SEKOLAH MENENGAH ATAS
MATERI EKOSISTEM UNTUK SEKOLAH MENENGAH ATAS
 
DESAIN MEDIA PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA BERBASIS DIGITAL.pptx
DESAIN MEDIA PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA BERBASIS DIGITAL.pptxDESAIN MEDIA PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA BERBASIS DIGITAL.pptx
DESAIN MEDIA PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA BERBASIS DIGITAL.pptx
 
PELAKSANAAN + Link2 Materi Pelatihan "Teknik Perhitungan & Verifikasi TKDN & ...
PELAKSANAAN + Link2 Materi Pelatihan "Teknik Perhitungan & Verifikasi TKDN & ...PELAKSANAAN + Link2 Materi Pelatihan "Teknik Perhitungan & Verifikasi TKDN & ...
PELAKSANAAN + Link2 Materi Pelatihan "Teknik Perhitungan & Verifikasi TKDN & ...
 
Lembar Observasi Pembelajaran di Kelas.docx
Lembar Observasi Pembelajaran di  Kelas.docxLembar Observasi Pembelajaran di  Kelas.docx
Lembar Observasi Pembelajaran di Kelas.docx
 
KONSEP KEBUTUHAN AKTIVITAS DAN LATIHAN.pptx
KONSEP KEBUTUHAN AKTIVITAS DAN LATIHAN.pptxKONSEP KEBUTUHAN AKTIVITAS DAN LATIHAN.pptx
KONSEP KEBUTUHAN AKTIVITAS DAN LATIHAN.pptx
 
BAHAN SOSIALISASI PPDB SMA-SMK NEGERI DISDIKSU TP. 2024-2025 REVISI.pptx
BAHAN SOSIALISASI PPDB SMA-SMK NEGERI DISDIKSU TP. 2024-2025 REVISI.pptxBAHAN SOSIALISASI PPDB SMA-SMK NEGERI DISDIKSU TP. 2024-2025 REVISI.pptx
BAHAN SOSIALISASI PPDB SMA-SMK NEGERI DISDIKSU TP. 2024-2025 REVISI.pptx
 
MODUL 2 BAHASA INDONESIA-KELOMPOK 1.pptx
MODUL 2 BAHASA INDONESIA-KELOMPOK 1.pptxMODUL 2 BAHASA INDONESIA-KELOMPOK 1.pptx
MODUL 2 BAHASA INDONESIA-KELOMPOK 1.pptx
 
DEMONSTRASI KONTEKSTUAL MODUL 1.3 PENDIDIKAN GURU PENGGERAK
DEMONSTRASI KONTEKSTUAL MODUL 1.3 PENDIDIKAN GURU PENGGERAKDEMONSTRASI KONTEKSTUAL MODUL 1.3 PENDIDIKAN GURU PENGGERAK
DEMONSTRASI KONTEKSTUAL MODUL 1.3 PENDIDIKAN GURU PENGGERAK
 
Modul Ajar Bahasa Indonesia - Menulis Puisi Spontanitas - Fase D.docx
Modul Ajar Bahasa Indonesia - Menulis Puisi Spontanitas - Fase D.docxModul Ajar Bahasa Indonesia - Menulis Puisi Spontanitas - Fase D.docx
Modul Ajar Bahasa Indonesia - Menulis Puisi Spontanitas - Fase D.docx
 
HARMONI DALAM EKOSISTEM KELAS V SEKOLAH DASAR.pdf
HARMONI DALAM EKOSISTEM KELAS V SEKOLAH DASAR.pdfHARMONI DALAM EKOSISTEM KELAS V SEKOLAH DASAR.pdf
HARMONI DALAM EKOSISTEM KELAS V SEKOLAH DASAR.pdf
 

PENGERTIAN TRANSUDAT DAN EKSUDAT

  • 1. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Transudat adalah cairan dalam ruang interstitial yang terjadi hanya sebagai akibat tekanan hidrostatik atau turunnya protein plasma intravascular yang meningkat (tidak disebabkan proses peradangan/inflamasi). Berat jenis transudat pada umumnya kurang dari 1.012 yang mencerminkan kandungan protein yang rendah. Contoh transudat terdapat pada wanita hamil dimana terjadi penekanan dalam cairan tubuh. Transudat merupakan discharge patologis, merupakan serum darah yang merembes keluar dari pembuluh-pembuluh kapiler ke dalam sela-sela jaringan atau rongga badan, tanpa radang. Eksudat adalah cairan radang ekstravaskular dengan berat jenis tinggi (diatas 1.020) dan seringkali mengandung protein 2-4 mg % serta sel-sel darah putih yang melakukan emigrasi.Cairan ini tertimbun sebagai akibat permeabilitas vascular (yang memungkinkan protein plasma dengan molekul besar dapat terlepas), bertambahnya tekanan hidrostatik intravascular sebagai akibat aliran lokal yang meningkat pula dan serentetan peristiwa rumit leukosit yang menyebabkan emigrasinya. Eksudat merupakan substansi yang merembes melalui dinding vasa ke dalam jaringan sekitarnya pada radang, berupa nanah. B. Tujuan 1. Mengetahui pengertian, fungsi dan jenis-jenis transudat eksudat. 2. Mengetahui perbedaan transudat eksudat. 3. Mengetahui jenis pemeriksaan transudat dan eksudat.
  • 2. BAB II ISI A. Transudat dan Eksudat Cairan pleura adalah cairan dalam rongga pleura dalam paru – paru. Fungsiya sebagai pelumas. Normalnya cairan pleura sangat sedikit jumlahnya hampir tidak bisa diukur volumenya. Karena kondisi patologis, caiaran jumlahnya meningkat sehingga dapat dianalisa dan akan berupa transudat atau eksudat (Regina, 2011). 1. TRANSUDAT a. Pengertian Transudat adalah penimbunan cairan dalam rongga serosa sebagai akibat karena gangguan keseimbangan cairan dan bukan merupkan proses radang, misalnya karena gangguan sirkulasi. Transudat mengandung sedikit protein, berat jenisnya rendah dan tidak membeku. Transudat misalnya terjadi pada penderita penyakit jantung, penderita payah jantung, menyebabkan tekanan dalam pembuluh dapat meninggi sehingga cairan keluar dari pembuluh dan masuk ke dalam jaringan (Regina, 2011). b. Jenis-jenis Transudat (Regina, 2011) 1) Hidrotoraks 2) Hidroperikardium 3) Hidroperitoneum 4) Hidroarrosis c. Kelainan-kelainan yang dapat menimbukan transudat (Regina, 2011) : 1) Penurunan tekanan osmotic plasma karena hipoalbuminemi 2) Sindroma nefrotik
  • 3. 3) Cirrhosis hepatis 4) Peningkatan retensi Natrium dan air 5) Penggunaan natrium dan air yang meningkat 6) Penurunan ekskresi Natrium dan air (contoh : gagal ginjal) 7) Meningkatnya tekanan kapilaer / vena 8) Kegagalan jantung, obstruksi vena porta, perikarditis constrictif, obstruksi limfe. d. Ciri-ciri transudat spesifik (Regina, 2011): 1) Warna agak kekuningan 2) Kejernihahan : jernih 3) Berat jenis <1,018 (1,006 ² 1,015) 4) Tak ada bekuan, atau membeku lambat / dalam jangka waktu lama 5) Bau tidak khas 6) Protein < 2,5 gr % (tes rivalta negative) 7) Glukosa = plasma 8) Lemak : negative (kecuali bila chylous +)
  • 4. 9) Jumlah lekosit : <500 mm3 10) Jenis sel : > mononuclear 11) Bakteri negative atau jarang (+) 2. EKSUDAT a. Pengertian Eksudat adalah cairan patologis dan sel yang keluar dari kapiler dan masuk ke dalam jaringan pada waktu radang. Bila radang terjadi pada pleura, maka cairan radang juga dapat mengisi jaringan sehingga terjadi gelembung, misalnya terjadi pada kebakaran. Cairan yang terjadi akibat radang mengandung banyak protein sehingga berat jenisnya lebih tinggi daripada plasma normal. Begitu pula cairan radang ini dapat membeku karena mengandung fibrinogen (Regina, 2011). b. Jenis-Jenis Eksudat (Regina, 2011): 1) Eksudat non seluler a) Eksudat serosa Pada beberapa keadaan radang, eksudat hampir terdiri dari cairan dan zat-zat yang terlarut dengan sangat sedikit leukosit. Eksudat serosa pada dasarnya terdiri dari protein yang bocor dari pembuluh-pembuluh darah yang permiable dalam daerah radang bersama-sama dengan cairan yang menyertainya. Contoh eksudat serosa yang paling dikenal adalah cairan luka melepuh. b) Eksudat fibrinosa Eksudat fibrinosa terbentuk jika protein yang dikeluarkan dari pembuluh terkumpul pada daerah peradangan yang mengandung banyak fibrinogen. Contoh
  • 5. pada penderita pleuritis akan merasa sakit sewaktu bernafas, karena terjadi pergesekan sewaktu mengambil nafas. c) Eksudat musinosa (Eksudat kataral) Jenis eksudat ini hanya dapat terbentuk diatas membran mukosa, dimana terdapat sel-sel yang dapat mengsekresi musin. Jenis eksudat ini berbeda dengan eksudat lain karena eksudat ini merupakan sekresi sel bukan dari bahan yang keluar dari aliran darah. Contoh eksudat musin yang paling dikenal dan sederhana adalah pilek yang menyertai berbagai infeksi pemafasan bagian atas. 2) Eksudat Seluler ( Eksudat netrofilik) Eksudat yang mungkin paling sering dijumpai adalah eksudat yang terutama terdiri dari neutrofil polimorfonuklear dalam jumlah yang begitu banyak. Eksudat neutrofil semacam ini disebut purulen. Eksudat purulen sangat sering terbentuk akibat infeksi bakteri. 3) Eksudat Campuran Sering terjadi campuran eksudat seluler dan nonseluler dan campuran ini dinamakan sesuai dengan campurannya.Jika terdapat eksudat fibrino-purulen yang terdiri dari fibrin dan neutrofil polimorfonuklear, eksudat mukopurulen, yang terdiri dari musin dan neutrofil, eksudat serofibrinosa dan sebagainya. 1. Bentuk-bentuk Eksudat (Regina, 2011): 1) Serous 2) Fibrinous 3) Haemorrhagis
  • 6. 4) Purulent 5) Berbentuk kombinasi c. Ciri-ciri eksudat spesifik (Regina, 2011): 1) Warna (purulen = putih-kunig, hemoragis = merah, dsb) 2) Kejernihan keruh 3) Berat jenis ˃ 1,018 (1,018 – 1,030) 4) Ada bekuan, atau membeku dalam jangka waktu cepat B 5) Bau tidak khas. Infeksi kuman anaerob / E.coli : bau busuk 6) Protein > 3 gr % (tes rivalta positif) 7) Glukosa << plasma 8) Lemak mungkin positif (infeksi tuberculosis) 9) Jumlah lekosit : 500 – 40.000 / mm3 10) Jenis sel : > polinuklear 11) Bakteri sering (+++)
  • 7. B. Fungsi Transudat Eksudat Fungsi dari transudat dan eksudat adalah sebagai respon tubuh terhadap adanya gangguan sirkulasi dengan kongesti pasif dan oedema (transudat), serta adanya inflamasi akibat infeksi bakteri (eksudat) (Anggraheni, 2011). Transudat terjadi sebagai akibat proses bukan radang oleh gangguan kesetimbangan cairan badan (tekanan osmosis koloid, stasis dalam kapiler atau tekanan hidrostatik, kerusakan endotel, dsb.), sedangkan eksudat bertalian dengan salah satu proses peradangan (Anggraheni, 2011). C. Mekanisme Pembentukan Transudat Eksudat Di dalam rongga serosa dalam keadaan normal terdapat sedikit cairan yang berfungsi sebagai pergerakan alat-alat di dalam rongga tersebut. Dalam keadaan normal, cairan bergerak antara pembuluh darah dan cairan ekstravaskuler, disini terdapat keseimbangan antara tekanan koloid osmotic plasma dan tekanan hidrostatik yang mendorong cairan kedalam jaringan yang menyebabkan cairan tetap tinggal dalam pembuluh darah. Tetapi pada keadaan patologis tertentu, misalnya (Anggraheni, 2011).: 1. Tekanan hidrostatik meningkat. 2. Tekanan koloid osmotik 3. Kenaikan filtrate kapiler dan protein spesifik Keadaan-keadaan tersebut menyebabkan naiknya substansi tertentu dan pengumpulan cairan di ekstravaskuler, molekul-molekul kecil seperti air, elektrolit, dan kristaloid akan berdifusi secara cepat melewati plasma darah, sehingga terjadi penumpukan cairan, proses ini disebut dengan istilah ultrafiltrasi (Anggraheni, 2011)..
  • 8. Eksudat terjadi karena infeksi bakteri yang mengakibatkan peningkatan permeabilitas dinding kapiler pembuluh darah. Eksudat terbentuk apabila lapisan kapiler atau membrane rusak oleh proses peradangan atau neoplastik. Akibatnya protein berukuran besar dan konstituen darah lainnya bocor keluar untuk masuk ke jaringan dan rongga tubuh. Pada peradangan aktif, kandungan protein pada cairan ini meningkat. Sedangkan Transudat eksudat dapat terjadi pada (Anggraheni, 2011): 1. Sindroma nefrotik 2. Sirosis hepatic 3. Gagal jantung D. Perbedaan Transudat Eksudat (Regina, 2011) Tabel 2.1 Perbedaan Transudat Eksudat TRANSUDAT EKSUDAT Bukan proses radang Merupakan proses radang Bakteri (-) Bakteri (+) Warna kuning muda Warna sesuai penyebabnya Jernih dan encer Keruh dan kental Tidak menyusun bekuan Menyusun bekuan Fibrinogen (-) Fibrinogen (+) Jumlah leukosit <500 sel/µl Jumlah leukosit >500 sel/µl Kadar protein < 2,5g/dl Kadar protein > 2,5g/dl
  • 9. Kadar glukosa sama dengan plasma darah Kadar glukosa lebih kecil dari plasma darah Zat lemak (-) Zat lemak (+) Bj 1006 – 1015 Bj 1018 – 1030 E. Cara Pengambilan Sampel Transudat Eksudat Bahan (dari rongga perut, pleura, pericardium, sendi, kista, hidrocele,dsb.) didapat dengan mengadakan pungsi. Karena tidak dapat diketahui terlebih dulu apakah cairan itu berupa transudat atau eksudat, haruslah pertama-tama syarat bekerja steril diindahkan dan kedua untuk menyediakan anticoagulant. Sediakanlah pada waktu melakukan pungsi selain penampung biasa juga penampung steril (untuk biakan) dan penampung yang berisi larutan natrium citrat 20% atau heparin steril (Anggraheni, 2011). Cairan yang diperoleh ditampung dalam 3 botol penampung (Anggraheni, 2011): 1. Botol I : Steril untuk pemeriksaan bakteriologi 2. Botol II : Di tambah anticoagulant untuk pemeriksaan rutin. 3. Botol III : Tanpa anticoagulant untuk pemeriksaan kimia. Yang harus diperhatikan pada waktu pungsi adalah Pengambilan cairan tidak boleh seluruhnya karena (Anggraheni, 2011) : 1. Untuk menghindari terjadinya shock. 2. Pada cairan ascites banyak mengandung protein.
  • 10. Pemeriksaan transudat eksudat berguna untuk menentukan jenis cairan yang diperiksa dan mengusahakan mencari penyebabnya . Pemeriksaan harus dilakukan dengan cepat karena mudah terjjadi desintegrasi, oleh karena itu pemeriksaan yang pertama kali dilakukan adalah pemeriksaan sitologi (Anggraheni, 2011).
  • 11. BAB III METODE KERJA A. Tujuan Pemeriksaan 1. Pemeriksaan Makroskopis a. Volume : Mengetahui volume sampel b. Warna : Mengetahui warna sampel c. Kekeruhan : Mengetahui tingkat kekeruhan sampel d. Bau : Mengetahui bau khas sampel e. Berat jenis : Mengetahui berat jenis sampel f. Bekuan : Mengetahui jenis bekuan pada sampel 2. Pemeriksaan Mikroskopis a. Hitung Jumlah Sel Leukosit Menghitung jumlah sel lekosit dalam cairan dan mengetahui bahwa sampel cairan tubuh tersebut transudat atau eksudat b. Hitung Jenis Sel Leukosit Mengetahui jenis sel lekosit dalam cairan/sampel, sehingga dapat menentukan jenis cairan tersebut (transudat/eksudat). c. Pemeriksaan Bakteriologi Mengetahui adanya kuman–kuman dalam sampel sehingga dapat menentukan jenis cairan tersebut apakah transudat atau eksudat. d. Pemeriksaan Kimia e. Protein kualitatif (Rivalta test) Membedakan transudat dan eksudat f. Protein kuantitatif (Esbach) Untuk mengetahui kadar protein dalam cairan
  • 12. B. Prinsip Pemeriksaan 1. Pemeriksaan Makroskopis a. Volume Volume transudat dan eksudat diukur dengan gelas ukur dan hasilnya dibaca setinggi miniskus bawah. b. Warna Warna cairan diamati pada ketebalan cairan 7 – 10 cm secara visual dengan cahaya terang. c. Kekeruhan Kekeruhan cairan diamati pada ketebalan 7 – 10 cm secara visual dengan cahaya tembus. d. Bau Bau dapat dirasakan dengan indera penciuman e. Berat Jenis Berat jenis cairan dilihat pada tangkai urinometer setinggi miniskus bawah f. Bekuan Sifat-sifat bekuan dapat diamati dengan mata biasa 2. Pemeriksaan Mikroskopis a. Hitung Jumlah Sel leukosit Jumlah sel lekosit dihitung berdasarkan pengenceran dalam larutan pengencer dan jumlah sel dalam cairan dalam kamar hitung. b. Hitung Jenis sel Leukosit Endapan cairan dibuat hapusan, kemudian diwarnai dengan pewarnaan tertentu (Giemsa/Wright) maka sel lekosit akan mengambil
  • 13. warna zat.Lalu dihitung dibawah mikroskop dengan pembesaran 1000X dalam 100 % sel lekosit. 3. Pemeriksaan Bakteriologi Bakteri gram (+) akan mengikat warna ungu dari carbol gentian violet dan akan diperkuat oleh lugol sehingga pada saat pelunturan dengan alkohol 96 % warna ungu tidak akan luntur, sedangkan gram (-) akan Luntur oleh alkohol dan mengambil warna merah dari fuksin. 4. Pemeriksaan Kimia a. Protein kualitatif (Rivalta test) Adanya seromucin yang terdapat dalam eksudat akan bereaksi dengan asam asetat glasial menimbulkan kekeruhan yang dinilai secara kualitatif. b. Protein kuantitatif (Esbach) Protein cairan dapat ditetapkan berdasarkan jumlah protein yang ditetapkan oleh pereaksi tsuchiya dengan menggunakan albunirometer. C. Alat 1. Pemeriksaan Makroskopis a. Volume 1) Gelas ukur 2) Beaker glass 3) Corong b. Warna 1) Tabung reaksi 2) corong
  • 14. c. Bau Beaker glass d. Kekeruhan 1) Tabung reaksi 2) Corong e. Berat Jenis 1) Beaker glass 2) Gelas ukur 3) Urinometer f. Bekuan 1) Beaker glass 2) Batang pengaduk 3) Pipet tetes 2. Pemeriksaan Mikroskopis a. Hitung Jumlah Sel Leukosit 1) Mikroskop 2) Kamar Hitung Improved Neubauer atau fucsh rosental 3) Pipet Lekosit 4) Kaca Penutup
  • 15. b. Hitung Jenis Sel Leukosit 1) Objek glass 2) Pipet tetes 3) Pipet ukur 4) Gelas ukur 5) Rak pewarnaan 6) Mikroskop c. Pemeriksaan Bakteriologi 1) Objek Glass 2) Pipet tetes 3) Bak dan rak pewarnaan 4) Mikroskop 5) Pemeriksaan Kimia d. Protein kualitatif (Rivalta test) 1) Beaker glass 2) Pipet tetes 1. Protein kuantitatif (Esbach) 1) Tabung Esbach 2) Pipet tetes 3) Timer
  • 16. D. Bahan 1. Pemeriksaan Makroskopis 1. Volume Cairan transudat eksudat. 1. Warna Cairan transudat eksudat. 1. Bau Cairan transudat eksudat. 1. Kekeruhan Cairan transudat eksudat. 1. Berat Jenis Cairan transudat eksudat. 1. Bekuan Cairan transudat eksudat. 1. Pemeriksaan Mikroskopis 1. Hitung Jumlah Sel Leukosit Cairan transudat eksudat. 1. Hitung Jenis Sel Leukosit Cairan transudat eksudat. 1. Pemeriksaan Bakteriologi Cairan transudat eksudat. 1. Pemeriksaan Kimia
  • 17. 1. Protein kualitatif (Rivalta test) Cairan transudat eksudat. 1. Protein kuantitatif (Esbach) Cairan transudat eksudat. 1. E. Reagen 2. Pemeriksaan Mikroskopis 1. Hitung Jumlah Sel Leukosit 1) Larutan pengencer NaCl 0,9% 2) Antikoagulan Natrium Citrat atau Heparin steril 1. Hitung Jenis Sel Leukosit 1) Giemsa Komposisi : 1 gr giemsa 100 ml Metanol absolute 2) Wright Komposisi : 0,1 gr Wright (digerus) 60 ml Methanol absolute Buffer phospat pH 7,2 KH2PO4 6,63 gr Na2HPO4 3,2 gr
  • 18. Aquades add 1000 ml 1. Pemeriksaan Bakteriologi Cat Gram Komposisi : Carbol gentian violet 1 % Lugol 1 % Alkohol 96 % Karbol Fuchsin 1 % 1. Pemeriksaan Kimiawi 2. Protein kualitatif (Rivalta test) Asam asetat 1. Protein kuantitatif (Esbach) Reagen Esbach 1. F. Cara Kerja 2. Pemeriksaan Makroskopis 1. Volume 1) Masukkan caian dalam beacker glass. 2) Tuang cairan dari becker glass ke dalam gelas ukur. 3) Lihat volume cairan yang ada pada gelas ukur pada miniskus bawah. 1. Warna 1) Masukkan cairan kedalam tabung reaksi sampai ¾ penuh.
  • 19. 2) Amati warna cairan secara visual dengan sikap serong. 1. Bau 1) Masukkan cairan kedalam beacker glass. 2) Dekatkan kearah hidung dan kibas-kibaskan dengan tangan ke arah hidung. 1. Kekeruhan 1) Masukkan cairan ke dalam tabung reaksi sampai ¾ penuh. 2) Amati kekeruhannya pada sikap serong dengan cahaya terang. 1. Berat Jenis 1) Masukkan cairan ke dalam becker glass. 2) Tuang cairan ke dalam gelas ukur 40-50ml. 3) Masukkan urinometer dalam gelas ukur. 4) Bacalah berat jenis cairan pada skala urinometer setinggi miniskus bawah. 1. Bekuan 1) Masukkan sampel kedalam beaker glass. 2) Pipet caian dengan pipet tetes. 3) Keluarkan cairan dari pipet tetes. Jika cairan bisa dikeluarkan dari pipet tetes berarti bekuan (-). Jika cairan sulit dikeluarkan dari pipet tetes berarti bekuan (+).
  • 20. 4) Adanya bekuan dinyatakan dengan : renggang, berkeping, berbutir,sangat halus. 1. Pemeriksaan mikroskopis 1. Hitung Jumlah Sel Leukosit 1) Sampel didapat dengan mengadakan pungsi dan campur dengan antikoagulan. 2) Kocok dahulu sampel yang akan diperiksa supaya homogen. 3) Pipet NaCl 0,9 % dengan pipet lekosit sampai tanda 1 tepat. 4) Pipet sampel sampai tanda 11 tepat. 5) Kocok agar sampel dan larutan tercampur sempurna. 6) Buang beberapa tetes larutan pertama, kemudian tetesan selanjutnya dimasukkan kedalam kamar hitung. Biarkan mengendap 2-3 menit. Dan hitung didalam kamar hitung di bawah mikroskop. Dengan pembesaran sedang (10 X 45), sebanyak 4 kotak besar. 1. Hitung Jenis Sel Leukosit 1) Sediaan apus dibuat dengan cara yang berlain-lainan tergantung sifat cairan itu: a) Jika cairan jernih, sehingga diperkirakan tidak mengandung banyak sel, pusinglah 10 Sampai 15 ml sampel 1500 rpm selama 10 menit. b) Cairan atas dibuang dan sediment dicampur dengan beberapa tetes serum penderita sendiri. lalu dibuat hapusan. c) Kalau cairan keruh sekali atau purulent, dibuat sediaan apus langsung memakai bahan itu. Jika terdapat bekuan dalam cairan, bekuan itulah yang dipakai untuk membuat sediaan tipis.
  • 21. 2) Difiksasi dengan metanol selama 2 menit, buang, cuci dengan aquadest. 3) Digenangi dengan zat warna Giemsa atau Wright selama 15 menit, buang sisa zat warna dan cuci dengan aquades, keringkan diudara. 4) Dihitung jenis sel atas 100-300 sel, di bawah mikroskop dengan pembesaran 1000 X. 1. Pemeriksaan Bakteriologi 1. Setetes sampel yang telah disentrifuge dibuat hapusan diatas objek glass, dan dikeringkan. 2. Diwarnai dengan karbol gentian violet selama 3 menit, dicuci. 3. Ditetesi lugol selama 1 menit, dicuci. 4. Ditetesi alkohol 96 %selama 30 detik, dicuci. 5. Ditetesi fuchsin selama 2 menit, dicuci dan dikeringkan 6. Diperiksa di bawah mikroskop dengan pembesaran objektif 100x. 7. Pemeriksaan Kimiawi 1. Protein kualitatif (Rivalta test) 1) Kedalam beaker glass 100 ml dimasukkan 100 ml aquadest. 2) Tambahkan 1 tetes asam asetat glasial dan campurlah. 3) Jatuhkan 1 tetes cairan yang diperiksa ke dalam campuran ini, dilepaskan kira-kira 1 cm dari atas permukaan. 4) Perhatikan tetesan itu bercampur dan bereaksi dengan cairan yang mengandung asam asetat. ada tiga kemungkinan: a) Tetesan itu bercampur dengan larutan asam asetat tanpa menimbulkan kekeruhan sama sekali. Hasil test adalah negative.
  • 22. b) Tetesan itu mengadakan kekeruhan yang sangat ringan serupa kabut halus. Hasil test positif lemah. c) Tetesan itu membuat kekeruhan yang nyata seperti kabut tebal atau dalam keadaan ekstrem satu presipitat yang putih. 1. Protein kuantitatif (Esbach) 1) Periksa terlebih dahulu Bj cairan. 2) Apabila Bj <1010 encerkan 2-5x. 3) Apabila Bj >1010 lakukan pengenceran sebanyak 20x. 4) Kemudian lakukan penetapan cara Esbach seperti pada pemeriksaan protein rutin, sebagai berikut: a) Masukkan sampel sampai tanda U. b) Tambahkan reagen sampai tanda R. c) Bolak-balik secara perlahan sebanyak 12 kali. d) Letakkan pada keadaan vertical dan diamkan selama 12 jam. G. Interpretasi Hasil 1. Pemeriksaan Makroskopis 1. Warna Transudat : kuning muda Eksudat : bermacam macam tergantung dari penyebabnya
  • 23. Hijau = bilirubin Merah = darah Putih kekuningan = pus Putih susu = chylus Biru kehijauan = bakteri pyogenes 1. Bau Transudat : tidak khas Eksudat : bau busuk (infeksi bakteri). 1. Kekeruhan Transudat : jernih Eksudat : agak keruh 1. Berat Jenis Transudat : 1006- 1015 Eksudat : 1018 – 1030 1. Bekuan Transudat : (-) tidak terjadi bekuan Eksudat : (+) terjadi bekuan 1. Pemeriksaan Mikroskopis 1. Hitung Jumlah Sel Leukosit
  • 24. Transudat < 500 sel/ul Eksudat > 500 sel/ul 1. Hitung Jenis Sel Leukosit Transudat : Hanya sel mononuklear (limposit). Eksudat : Ditemukan sel mononukleaar dan PMN/segmen 1. Pemeriksaan Bakteriologi Transudat : Tidak ditemukan bakteri Eksudat : Ditemukan bakteri 1. Pemeriksaan Kimiawi 1. Protein kualitatif (Rivalta test) Transudat : (+) lemah Eksudat : (+) kuat 1. Protein kuantitatif (Esbach) Transudat : 2,5 g/dl Eksudat : 4 g/dl
  • 25. BAB IV PEMBAHASAN 1. A. Kekeruhan Transudat murni kelihatan jernih, sedangkan eksudat biasanya ada kekeruhan. Jika mungkin, kekeruhan yang menunjuk kepada sifat eksudat itu dijelaskan lebih lanjut sebagai umpamanya serofibrineus, seropurulent, serosanguineus, hemoragik, fibrineus, dll (Willy, 2012). Kekeruhan pada transudat eksudat terutama disebabkan oleh (Willy, 2012): 1. Leukosit : Kekeruhan yang sangat ringan sampai dengan seperti bubur. 2. Eritrosit : Kekeruhan berwarna kemerah-merahan Adanya kekeruhan pada transudat eksudat dinyatakan dengan (Willy, 2012): 1. Serous 2. Seropurulen 3. Serosanguinis
  • 26. 4. Putrid 5. Purulent 6. Serofibrinous B. Positif Hasil positif didapatkan pada cairan yang bersifat eksudat, dan transudat biasanya menjadikan test ini memberikan hasil positif lemah. C. Positif Palsu Hasil positif palsu (false positif) dapat terjadi bila sampel sifatnya terlalu basa atau encer. D. Negatif Hasil test negative diperoleh jika pemeriksaan yang dilakukan menggunakan cairan rongga badan yang normal, yaitu bukan transudat dan eksudat. BAB V PENUTUP 1. A. Kesimpulan 2. Transudat adalah penimbunan cairan dalam rongga serosa sebagai akibat karena gangguan keseimbangan cairan dan bukan merupkan proses radang. 3. Eksudat adalah cairan patologis dan sel yang keluar dari kapiler dan masuk ke dalam jaringan pada waktu radang. 4. Fungsi dari transudat dan eksudat adalah sebagai respon tubuh terhadap adanya gangguan sirkulasi dengan kongesti pasif dan oedema (transudat), serta adanya inflamasi akibat infeksi bakteri (eksudat). 5. Eksudat terjadi karena infeksi bakteri yang mengakibatkan peningkatan permeabilitas dinding kapiler pembuluh darah. Sedangkan Transudat eksudat dapat terjadi pada sindroma nefrotik, sirosis hepatic dan gagal jantung.
  • 27. 6. Untuk membantu diagnosa dan membedakan apakah itu transudat atau eksudat maka dilakukan pemeriksaan diantaranya pemeriksaaan makroskopis, mikroskopis, bakteriologi dan pemeriksaan kimiawi. B. Saran 1. Sampel yang digunakan harus segera diperiksa 2. Pemeriksaan mikroskopis (hitung jenis leukosit) harus menggunakan larutan cat yang baru agar leukosit terlihat jelas, perhatikan juga pembuatan preparat supaya hasil dapat optimal dan kesalahan dapat dikurangi. 3. Pada pemeriksaan metode rivalta, pengamatan tetesan harus jeli dan teliti agar tidak terjadi kesalahan. 4. Sebaiknya saat meneteskan sampel menggunakan dropple pipet supaya banyak tetesannya karena diameter dropple pipet sama satu dengan yang lainnya