SlideShare a Scribd company logo
1 of 24
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Efusi pleura adalah akumulasi cairan yang berlebihan pada rongga pleura, cairan
tersebut mengisi ruangan yang mengelilingi paru. Cairan dalam jumlah yang berlebihan
dapat mengganggu pernapasan dengan membatasi peregangan paru selama inhalasi.
Efusi pleura adalah suatu keadaan dimana terdapatnya cairan pleura dalam jumlah
yang berlebihan di dalam rongga pleura, yang disebabkan oleh ketidakseimbangan antara
pembentukan dan pengeluaran cairan pleura. Dalam keadaan normal, jumlah cairan
dalam rongga pleura sekitar 10-200 ml. Cairan pleura komposisinya sama dengan
cairan plasma, kecuali pada cairan pleura mempunyai kadar protein lebih rendah yaitu
<1,5 gr/dl. Pleura adalah membra tipis terdiri dari 2 lapisan yaitu pleura visceralis dan
parietalis. Secara histologis kedua lapisan ini terdiri dari sel mesothelial, jaringaan ikat,
dan dalam keadaan normal, berisikan lapisan cairan yang sangat tipis. Membran serosa
yang membungkus parekim paru disebut pleura viseralis, sedangkan membran serosa
yang melapisi dinding thorak, diafragma, dan mediastinum disebut pleura parietalis.
Rongga pleura terletak antara paru dan dinding thoraks. Rongga pleura dengan lapisan
cairan yang tipis ini berfungsi sebagai pelumas antara kedua pleura. Kedua lapisan pleura
ini bersatu pada hillus paru. Dalam hal ini, terdapat perbedaan antara pleura viseralis dan
parientalis diantaranya:
• Pleura visceralis :
 Permukaan luarnya terdiri dari selapis sel mesothelial yang tipis < 30mm.
 Diantara celah-celah sel ini terdapat sel limfosit
 Di bawah sel-sel mesothelial ini terdapat endopleura yang berisi fibrosit dan
histiosit
 Di bawahnya terdapat lapisan tengah berupa jaringan kolagen dan serat-serat
elastik
1
 Lapisan terbawah terdapat jaringan interstitial subpleura yang banyak
mengandung pembuluh darah kapiler dari a. Pulmonalis dan a. Brakhialis serta
pembuluh limfe
 Menempel kuat pada jaringanparu
 Fungsinya. untuk mengabsorbsi cairan. Pleura
• Pleura parietalis
 Jaringan lebih tebal terdiri dari sel-sel mesothelial dan jaringan ikat
(kolagen dan elastis)
 Dalam jaringan ikat tersebut banyak mengandung kapiler dari a.
Intercostalis dan a. Mamaria interna, pembuluh limfe, dan banyak reseptor saraf
sensoris yang peka terhadap rasa sakit dan perbedaan temperatur. Keseluruhan
berasal n. Intercostalis dinding dada dan alirannya sesuai dengan dermatom
dada
 Mudah menempel dan lepas dari dinding dada di atasnya
 Fungsinya untuk memproduksi cairan pleura
B. Tujuan Penulisan
Tujuan dari penulisan makalah ini mengenai gangguan pernapasan yang berjudul`
EFUSI PLEURA`.adalah mengetahui patofisiologi dari penyakit pernapasan tersebut.
C. Rumusan Permasalahan
• Untuk mengetahui pengertian efusi pleura
• Untuk mengetahui etiologi efusi pleura
• Untuk mengetahui manifestasi efusi pleura
• Untuk mengetahui patofisiologi efusi pleura
• Untuk mengetahui diagnosis efusi pleura
• Untuk mengetahui pengobatan(penatalaksaan) efusi pleura
• Untuk mengetahui pencegahan efusi pleura.
2
BAB II
PEMBAHASAN
A. Etiologi efusi pleura
Penyebab paling sering efusi pleura transudatif di USA adalah oleh karena penyakit
gagal jantung kiri, emboli paru, dan sirosis hepatis, sedangkan penyebab efusi pleura
eksudatif disebabkan oleh pneumonia bakteri, keganasan (ca paru, ca mammae, dan
lymphoma merupakan 75 % penyebab efusi pleura oleh karena kanker), infeksi virus.
Tuberkulosis paru merupakan penyebab paling sering dari efusi pleura di Negara
berkembang termasuk Indonesia. Selain TBC, keadaan lain juga menyebabkan efusi
pleura seperti pada penyakit autoimun systemic lupus erythematosus (SLE), perdarahan
(sering akibat trauma). Efusi pleura jarang pada keadaan rupture esophagus, penyakit
pancreas, abses intraabdomen, rheumatoid arthritis, sindroma Meig (asites, dan efusi
karena adanya tumor ovarium).
@ Berdasarkan Jenis Cairan
Kalau seorang pasien ditemukan menderita efusi pleura, kita harus berupaya untuk
menemukan penyebabnya. Ada banyak macam penyebab terjadinya pengumpulan cairan
pleura. Tahap yang pertama adalah menentukan apakah pasien menderita efusi pleura
jenis transudat atau eksudat. Efusi pleura transudatif terjadi kalau faktor sistemik yang
mempengaruhi pembentukan dan penyerapan cairan pleura mengalami perubahan.
Efusi pleura eksudatif terjadi jika faktor lokal yang mempengaruhi pembentukan dan
penyerapan cairan pleura mengalami perubahan. Efusi pleura tipe transudatif dibedakan
dengan eksudatif melalui pengukuran kadar Laktat Dehidrogenase (LDH) dan protein di
dalam cairan, pleura. Efusi pleura eksudatif memenuhi paling tidak salah satu dari tiga
3
kriteria berikut ini, sementara efusi pleura transudatif tidak memenuhi satu pun dari tiga
kriteria ini :
1. Protein cairan pleura / protein serum > 0,5
2. LDH cairan pleura / cairan serum > 0,6
3. LDH cairan pleura melebihi dua per tiga dari batas atas nilai LDH yang normal di
dalam serum
PARAMETER TRANSUDAT EKSUDAT
warna
BJ
Jumlah set
Jenis set
Rivalta
Glukosa
Protein
Rasio protein T-
E/plasma
LDH
Rasio LDH T-
E/plasma
Jernih
< 1,016
Sedikit
PMN < 50%
Negatif
60 mg/dl (= GD
plasma)
< 2,5 g/dl
< 0,5
< 200 IU/dl
< 0,6
Jernih, keruh,
berdarah
< 1,016
Banyak (> 500
sel/mm2
)
PMN < 50%
Negatif
60 mg/dl
(bervariasi)
< 2,5 g/dl
< 0,5
< 200 IU/dl
< 0,6
4
Efusi pleura berupa:
a. Eksudat, disebabkan oleh :
1. Pleuritis karena virus dan mikoplasma : virus coxsackie, Rickettsia, Chlamydia.
Cairan efusi biasanya eksudat dan berisi leukosit antara 100-6000/cc. Gejala
penyakit dapat dengan keluhan sakit kepala, demam, malaise, mialgia, sakit dada,
sakit perut, gejala perikarditis. Diagnosa dapat dilakukan dengan cara mendeteksi
antibodi terhadap virus dalam cairan efusi.
2. Pleuritis karena bakteri piogenik: permukaan pleura dapat ditempeli oleh bakteri
yang berasal dari jaringan parenkim paru dan menjalar secara hematogen. Bakteri
penyebab dapat merupakan bakteri aerob maupun anaerob (Streptococcus
paeumonie, Staphylococcus aureus, Pseudomonas, Hemophillus, E. Coli,
Pseudomonas, Bakteriodes, Fusobakterium, dan lain-lain). Penatalaksanaan
dilakukan dengan pemberian antibotika ampicillin dan metronidazol serta
mengalirkan cairan infus yang terinfeksi keluar dari rongga pleura.
3. Pleuritis karena fungi penyebabnya: Aktinomikosis, Aspergillus, Kriptococcus,
dll. Efusi timbul karena reaksi hipersensitivitas lambat terhadap organisme fungi.
4. Pleuritis tuberkulosa merupakan komplikasi yang paling banyak terjadi melalui
focus subpleural yang robek atau melalui aliran getah bening, dapat juga secara
hemaogen dan menimbulkan efusi pleura bilateral. Timbulnya cairan efusi
disebabkan oleh rupturnya focus subpleural dari jaringan nekrosis perkijuan,
sehingga tuberkuloprotein yang ada didalamnya masuk ke rongga pleura,
menimbukan reaksi hipersensitivitas tipe lambat. Efusi yang disebabkan oleh
TBC biasanya unilateral pada hemithoraks kiri dan jarang yang masif. Pada
pasien pleuritis tuberculosis ditemukan gejala febris, penurunan berat badan,
dyspneu, dan nyeri dada pleuritik.
5
5. Efusi pleura karena neoplasma misalnya pada tumor primer pada paru-paru,
mammae, kelenjar linife, gaster, ovarium. Efusi pleura terjadi bilateral dengan
ukuran jantung yang tidak membesar. Patofisiologi terjadinya efusi ini diduga
karena :
 Infasi tumor ke pleura, yang merangsang reaksi inflamasi dan terjadi
kebocoran kapiler.
 Invasi tumor ke kelenjar limfe paru-paru dan jaringan limfe pleura,
bronkhopulmonary, hillus atau mediastinum, menyebabkan gangguan aliran
balik sirkulasi.
 Obstruksi bronkus, menyebabkan peningkatan tekanan-tekanan negatif intra
pleural, sehingga menyebabkan transudasi. Cairan pleura yang ditemukan
berupa eksudat dan kadar glukosa dalam cairan pleura tersebut mungkin
menurun jika beban tumor dalam cairan pleura cukup tinggi. Diagnosis dibuat
melalui pemeriksaan sitologik cairan pleura dan tindakan blopsi pleura yang
menggunakan jarum (needle biopsy).
6. Efusi parapneumoni adalah efusi pleura yang menyertai pneumonia bakteri, abses
paru atau bronkiektasis. Khas dari penyakit ini adalah dijumpai predominan sel-
sel PMN dan pada beberapa penderita cairannya berwarna purulen (empiema).
Meskipun pada beberapa kasus efusi parapneumonik ini dapat diresorpsis oleh
antibiotik, namun drainage kadang diperlukan pada empiema dan efusi pleura
yang terlokalisir. Menurut Light, terdapat 4 indikasi untuk dilakukannya tube
thoracostomy pada pasien dengan efusi parapneumonik:
 Adanya pus yang terlihat secara makroskopik di dalam kavum pleura
 Mikroorganisme terlihat dengan pewarnaan gram pada cairan pleura
 Kadar glukosa cairan pleura kurang dari 50 mg/dl
 Nilai pH cairan pleura dibawah 7,00 dan 0,15 unit lebih rendah daripada nilai
pH bakteri
 Penanganan keadaan ini tidak boleh terlambat karena efusi parapneumonik
yang mengalir bebas dapat berkumpul hanya dalam waktu beberapa jam saja.
6
7. Efusi pleura karena penyakit kolagen: SLE, Pleuritis Rheumatoid, Skleroderma.
8. Penyakit AIDS, pada sarkoma kapoksi yang diikuti oleh efusi parapneumonik.
b. Transudat, disebabkan oleh :
1. Gangguan kardiovaskular
Penyebab terbanyak adalah decompensatio cordis. Sedangkan penyebab lainnya
adalah perikarditis konstriktiva, dan sindroma vena kava superior. Patogenesisnya adalah
akibat terjadinya peningkatan tekanan vena sistemik dan tekanan kapiler dinding dada
sehingga terjadi peningkatan filtrasi pada pleura parietalis. Di samping itu peningkatan
tekanan kapiler pulmonal akan menurunkan kapasitas reabsorpsi pembuluh darah
subpleura dan aliran getah bening juga akan menurun (terhalang) sehingga filtrasi cairan
ke rongg pleura dan paru-paru meningkat.
Tekanan hidrostatik yang meningkat pada seluruh rongga dada dapat juga
menyebabkan efusi pleura yang bilateral. Tapi yang agak sulit menerangkan adalah
kenapa efusi pleuranya lebih sering terjadi pada sisi kanan.
Terapi ditujukan pada payah jantungnya. Bila kelainan jantungnya teratasi dengan
istirahat, digitalis, diuretik dll, efusi pleura juga segera menghilang. Kadang-kadang
torakosentesis diperlukan juga bila penderita amat sesak.
2. Hipoalbuminemia
Efusi terjadi karena rendahnya tekanan osmotik protein cairan pleura dibandingkan
dengan tekanan osmotik darah. Efusi yang terjadi kebanyakan bilateral dan cairan bersifat
transudat. Pengobatan adalah dengan memberikan diuretik dan restriksi pemberian
garam. Tapi pengobatan yang terbaik adalah dengan memberikan infus albumin.
3. Hidrothoraks hepatik
7
Mekanisme yang utama adalah gerakan langsung cairan pleura melalui lubang kecil
yang ada pada diafragma ke dalam rongga pleura. Efusi biasanya di sisi kanan dan
biasanya cukup besar untuk menimbulkan dyspneu berat. Apabila penatalaksanaan medis
tidak dapat mengontrol asites dan efusi, tidak ada alternatif yang baik. Pertimbangan
tindakan yang dapat dilakukan adalah pemasangan pintas peritoneum-venosa (peritoneal
venous shunt, torakotomi) dengan perbaikan terhadap kebocoran melalui bedah, atau
torakotomi pipa dengan suntikan agen yang menyebakan skelorasis.
4. Meig’s Syndrom
Sindrom ini ditandai oleh ascites dan efusi pleura pada penderita-penderita dengan
tumor ovarium jinak dan solid. Tumor lain yang dapat menimbulkan sindrom serupa :
tumor ovarium kistik, fibromyomatoma dari uterus, tumor ovarium ganas yang berderajat
rendah tanpa adanya metastasis. Asites timbul karena sekresi cairan yang banyak oleh
tumornya dimana efusi pleuranya terjadi karena cairan asites yang masuk ke pleura
melalui porus di diafragma. Klinisnya merupakan penyakit kronis.
5. Dialisis Peritoneal
Efusi dapat terjadi selama dan sesudah dialisis peritoneal. Efusi terjadi unilateral
ataupun bilateral. Perpindahan cairan dialisat dari rongga peritoneal ke rongga pleura
terjadi melalui celah diafragma. Hal ini terbukti dengan samanya komposisi antara cairan
pleura dengan cairan dialisat.
6. Darah
Adanya darah dalam cairan rongga pleura disebut hemothoraks. Kadar Hb pada
hemothoraks selalu lebih besar 25% kadar Hb dalam darah. Darah hemothorak yang baru
diaspirasi tidak membeku beberapa menit. Hal ini mungkin karena faktor koagulasi sudah
terpakai sedangkan fibrinnya diambil oleh permukaan pleura. Bila darah aspirasi segera
membeku, maka biasanya darah tersebut berasal dari trauma dinding dada.
8
@. Berdasarkan Kuman Penyebab
1. Mycobacterium Tuberculosis
a.Bakteriologi
Penyebabnya adalah Mycobacterium tuberculosis. Bakteri ini adalah sejenis kuman
berbentuk batang dengan ukuran panjang 1-4 mm dan tebal 03-0,6 mm. Kuman ini tahan
terhadap asam dikarenakan kandungan asam lemak (lipid) di dindingnya. Kuman ini
dapat hidup pada udara kering maupun dingin. Hal ini karena kuman berada dalam sifat
dormant yang suatu saat kuman dapat bangkit kembali dan aktif kembali.
Kuman ini hidup sebagai parasit intraseluter didalam sitoplasma makrofag. Makrofag
yang semula memfagositasi malah kemudian disenanginya karena banyak mengandung
lipid. Sifat lain kuman ini adalah aerob. Sifat ini menunjukan bahwa kuman lebih
menyenangi jaringan yang tinggi kandungan oksigennya. Dalam hal ini tekanan oksigen
pada bagian apikal paru-paru lebih tinggi daripada bagian lain, sehingga bagian apikal ini
merupakan predileksi penyakit tuberkulosis.
b. Patogenesis
• Tuberkulosis Primer
Penularan terjadi karena kuman dibatukkan atau dibersihkan keluar menjadi
droplet nudei dalam udara bebas selama 1-2 jam, tergantung dari ada tidaknya sinar
ultraviolet, ventilasi yang baik dan kelembaban. Dalam suasana lembab dan gelap, kuman
dapat tahan berhari-hari sampai berbulan-bulan. Bila partikel infeksi terhisap oleh oang
sehat, ia akan menempel pada jalan napas atau paru-paru. Kuman dapat masuk lewat luka
pada kulit atau mukosa tapi hal ini sangat jarang terjadi.
9
Kuman yang menetap di jaringan paru, ia tumbuh dan berkembang biak dalam
sitoplasma makrofag. Di sini ia dapat terbawa ke organ tubuh lain. Kuman yang
bersarang tadi akan membentuk sarang tuberkulosis pneumonia kecil dan disebut sarang
primer atau afek primer. Dari sarang primer akan timbul peradangan saluran getah bening
menuju illus (limfangitis lokal), dan juga diikuti pembesaran kelenjar getah bening hillus
(limfadenitis regional). Sarang primer + limfangitis lokal + limfadenitis regional =
kompleks primer. Kompleks primer ini selanjutnya dapat menjadi :
1) Sembuh sama sekali tanpa meninggalkan cacat
2) Sembuh dengan meninggalkan sedikit bekas, berupa garis-garis fibrotik,
kalsifikasi di hillus atau kompleks (sarang) Ghon
3) Berkomplikasi dan menyebar secara:
 Per kontinuitatum, yakni menyebar ke sekitarnya
 Secara bronkogen pada paru ysng bersangkutan maupun paru yang di
sebelahnya. Dapat juga kuman tertelan bersama tertelan besama sputum dan
ludah sehingga menyebar ke usus
 Secara limfogen, ke organ tubuh lainnya
 Secara hematogen, ke organ tubuh lainnya
Semua kejadian diatas tergolong ke dalam perjalanan tuberklosis primer.
• Tuberkulosis Post-Primer
Kuman yang dormant pada tuberkulosis primer akan muncul bertahun-tahun
kemudian sebagai infeksi endogen menjadi tuberkulosis dewasa (Post-Primer).
Tuberkulosis Post-Primer ini dimulai dengan sarang dini yang berlokasi di regio atas
paru-paru (bagian apikal posterior lobus superior atau inferior). Invasinya adalah ke
daerah parenkim paru-paru dan tidak ke nodus hiller paru. Sarang dini ini mula-mula juga
berbentuk sarang pneumonia kecil. Dalam 3-10 minggu sarang ini menjadi tuberkel yakni
suatu granuloma yang terdiri dari sel-sel histiosit dan sel Datia-Langhans (sel besar
dengan banyak inti) yang dikelilingi oleh sel-sel limfosit dan bermacam-macam jaringan
ikat.
10
Bergantung dari imunitas penderita, virulensi, jumlah kuman, sarang dapat
menjadi :
1) Diresorpsi kembali dan sembuh tanpa meninggalkan jaringan parut
2) Sarang yang mula-mula meluas, tapi segera menyembuh dan menimbulkan
jaringan fibrosis. Ada yang membungkus diri menjadi lebih keras,
menimbulkan perkapuran dan akan sembuh delam bentuk perkapuran.
3) Sarang dini yang meluas dimana granuloma berkembang menghancurkan
jaringan sekitarnya dan bagian tengahnya mengalami nekrosis, dan menjadi
lembek membentuk jaringan keju. Bila jaringan keju dibatukkan keluar akan
terjadilah kavitas. Kavitas ini mula-mula berdinding tipis, lama-lama
dindingnya menebal karena infiltrasi jaringan fibroblas dalam jumlah besar,
sehingga menjadi kavitas sklerotik.
Kavitas dapat :
• Melus kembali dan menimbulkan sarang pneumonia baru. Sarang ini selanjutnya
mengikuti perjalanan seperti yang disebutkan terdahulu.
• Memadat dan membungkus diri sehingga menjadi tuberkuloma. Tuberkuloma ini
dapat mengapur dan menyembuh atau dapat aktif kembali menjadi cair dan jadi
kavitas lagi.
• Bersih dan menyembuh, disebut open heated cavity. Dapat juga menyembuh
dengan membungkus diri dan menjadi kecil. Kadang-kadang berakhir sebagai
kavitas yang terbungkus, menciut dan berbentuk seperti bintang disebut stellate
shaped.
Pada penvakit TBC paru, efusi pleura diduga disebabkan oleh rupturnya fokus
subpleural dari jarngan nerotik perkijuan sehingga tuberkuloprotein yang ada didalamnya
masuk ke rongga pleura, menimbulkan reaksi hipersensitif tipe lambat. Hal ini didukung
11
dengan ditemukannya limfossit T, Interleukin-2 dan Interleukin reseptor pada cairan
pleura.
Cara penyebaran lainnya diduga secara hematogen dan secara perkontinuitatum dari
kelenjar-kelenjar getah bening servikal, rnediastinal, dan dari abses di vertebrae.
Efusi pleura yang disebabkan oleh TBC dapat juga berupa empyema, yaitu buila terjadi
infeksi sekunder karena adanya fitula bronchopulmonal, atau berupa chylothoraxs yaitu
bila terdapat penekanan kelenjar atau tarikan fibrin pada duktus thoracicus. Efusi yang
disebabkan oleh TBC biasanya unilateral pada hemithoraxs kiri, jarang yang masif. Pada
thoraxosentesis ditemukan cairan berwarna kuning jernih, mengandung > 3 gr protein/
100 ml, bila cairan berupa darah, serosanguineous atau merah muda diagnosis TBC harus
diragukan.
Dalam keadaan normal, cairan pleura dibentuk dalam jumlah kecil untuk melumasi
permukaan pleura (pleura adalah selaput tipis yang melapisi rongga dada dan
membungkus paru-paru).
Bisa terjadi 2 jenis efusi yang berbeda:
1. Efusi pleura transudativa, biasanya disebabkan oleh suatu kelainan pada tekanan
normal di dalam paru-paru. Jenis efusi transudativa yang paling sering ditemukan
adalah gagal jantung kongestif.
2. Efusi pleura eksudativa terjadi akibat peradangan pada pleura, yang seringkali
disebabkan oleh penyakit paru-paru. Kanker, tuberkulosis dan infeksi paru
lainnya, reaksi obat, asbetosis dan sarkoidosis merupakan beberapa contoh
penyakit yang bisa menyebabkan efusi pleura eksudativa.
12
Penyebab lain dari efusi pleura adalah:
 Gagal jantung
 Kadar protein darah yang rendah
 Sirosis
 Pneumonia
 Blastomikosis
 Koksidioidomikosis
 Tuberkulosis
 Histoplasmosis
 Kriptokokosis
 Abses dibawah diafragma
 Artritis rematoid
 Pankreatitis
 Emboli paru
 Tumor
 Lupus eritematosus sistemik
 Pembedahan jantung
 Cedera di dada
 Obat-obatan (hidralazin,
prokainamid, isoniazid,
fenitoin,klorpromazin,
nitrofurantoin, bromokriptin,
dantrolen, prokarbazin)
 Pemasanan selang untuk
makanan atau selang intravena
yang kurang baik.
Dalam keadaan normal, hanya ditemukan selapis cairan tipis yang memisahkan kedua
lapisan pleura. Jenis cairan lainnya yang bisa terkumpul di dalam rongga pleura adalah
darah, nanah, cairan seperti susu dan cairan yang mengandung kolesterol tinggi.
a) Hemotoraks (darah di dalam rongga pleura) biasanya terjadi karena cedera di
dada. Penyebab lainnya adalah:
1. pecahnya sebuah pembuluh darah yang kemudian mengalirkan darahnya ke
dalam rongga pleura
2. kebocoran aneurisma aorta (daerah yang menonjol di dalam aorta) yang
kemudian mengalirkan darahnya ke dalam rongga pleura
13
3. gangguan pembekuan darah. Darah di dalam rongga pleura tidak membeku
secara sempurna, sehingga biasanya mudah dikeluarkan melelui sebuah jarum
atau selang.
b) Empiema (nanah di dalam rongga pleura) bisa terjadi jika pneumonia atau abses
paru menyebar ke dalam rongga pleura. Empiema bisa merupakan komplikasi
dari:
1. Pneumonia
2. Infeksi pada cedera di dada
3. Pembedahan dada
4. Pecahnya kerongkongan
5. Abses di perut.
c) Kilotoraks (cairan seperti susu di dalam rongga dada) disebabkan oleh suatu
cedera pada saluran getah bening utama di dada (duktus torakikus) atau oleh
penyumbatan saluran karena adanya tumor.
d) Rongga pleura yang terisi cairan dengan kadar kolesterol yang tinggi terjadi
karena efusi pleura menahun yang disebabkan oleh tuberkulosis atau artritis
rematoid.
D. Manifestasi Klinik Efusi Pleura
Pada kebanyakan penderita umumnya asimptomatis atau memberikan gejala demam,
ringan dan berat badan yang me- nurun seperti pada efusi yang lain. Nyeri dada : dapat
menjalar ke daerah permukaan karena inervasi syaraf interkostalis dan segmen torakalis
atau dapat menyebar ke lengan. Nyerinya terutama pada waktu bernafas dalam, sehingga
pernafasan penderita menjadi dangkal dan cepat dan pergerakan pernapasan pada
hemithorak yang sakit menjadi tertinggal. Sesak napas : terjadi pada waktu permulaan
pleuritis disebabkan karena nyeri dadanya dan apabila jumlah cairan efusinya meningkat,
terutama kalau cairannya penuh. Batuk : pada umumnya non produktif dan
ringan,terutama apabila disertai dengan proses tuberkulosis di parunya.
14
Gejala yang paling sering ditemukan (tanpa menghiraukan jenis cairan yang terkumpul
ataupun penyebabnya) adalah sesak nafas dan nyeri dada (biasanya bersifat tajam dan
semakin memburuk jika penderita batuk atau bernafas dalam). Kadang beberapa
penderita tidak menunjukkan gejala sama sekali.
 Gejala lainnya yang mungkin ditemukan:
• Batuk
• Cegukan
• pernafasan yang cepat
• nyeri perut.
 Dan anamnesa didapatkan :
 Sesak nafas
 Rasa berat pada dada
 Berat badan menurun pada neoplasma
 Batuk berdarah pada karsinoma bronchus atau metastasis
 Demam subfebris pada TBC, dernarn menggigil pada
empilema
 Ascites pada sirosis hepatis
 Dari pemeriksaan fisik didapatkan (pada sisi yang
sakit)
 Dinding dada lebih cembung dan gerakan
tertinggal
 Vokal fremitus menurun
 Perkusi dull sampal flat
 Bunyi pernafasan menruun sampai
menghilang
15
 Pendorongan mediastinum ke sisi yang sehat
dapat dilihat atau diraba pada treakhea
 Nyeri dada pada pleuritis :
Simptom yang dominan adalah sakit yang tiba-tiba seperti ditikam dan diperberat
oleh bernafas dalam atau batuk. Pleura visceralis tidak sensitif, nyeri dihasilkan dari
pleura parietalis yang inflamasi dan mendapat persarafan dari nervus intercostal. Nyeri
biasanya dirasakan pada tempat-tempat terjadinya pleuritis, tapi bisa menjalar ke daerah
lain :
1) Iritasi dari diafragma pleura
posterior dan perifer yang dipersarafi oleh G. Nervuis intercostal terbawah
bisa menyebabkan nyeri pada dada dan abdomen.
2) Iritasi bagian central
diafragma pleura yang dipersarafi nervus phrenicus menyebabkan nyeri
menjalar ke daerah leher dan bahu.
E. Patofisiologi Efusi Pleura
Efusi pleura terjadi karena tertimbunnya cairan pleura secara berlebihan sebagai akibat
transudasi (perubahan tekanan hidro statik dan onkotik) dan eksudasi (perubahan
permeabilitas mem-bran) pada permukaan pleura seperti terjadi pada proses infeksi
dan neoplasma. Pada keadaan normal ruangan interpleura terisi sedikit cairan untuk
sekedar melicinkan permukaan kedua pleura parietalis dan viseralis yang saling bergerak
karena pernapasan. Cairan disaring keluar pleura parietalis yang bertekanan tinggi dan di-
serap oleh sirkulasi di pleura viseralis yang bertekanan rendah. Di samping sirkulasi
dalam pembuluh darah, pembuluh limfe pada lapisan sub epitelial pleura parietalis dan
viseralis mem-punyai peranan dalam proses penyerapan cairan pleura tersebut.
Jadi mekanisme yang berhubungan dengan terjadinya efusi pleura pada umumnya ialah
kenaikan tekanan hidrostatik dan penurunan tekanan onkotik pada sirkulasi kapiler,
penurunan tekanan kavum pleura, kenaikan permeabilitas kapiler dan penurunan aliran
limfe dari rongga pleura. Sedangkan pada efusi pleura tuberkulosis terjadinya disertai
pecahnya granuloma di subpleura yang diteruskan ke rongga pleura.
16
F. Pengobatan Efusi Pleura
1. Pengobatan Kausal
• Pleuritis TB diberi pengobatan anti TB. Dengan pengobatan ini cairan
efusi dapat diserap kembali untuk menghilangkan dengan cepat dilakukan
thoraxosentesis.
• Pleuritis karena bakteri piogenik diberi kemoterapi sebelum kultur dan
sensitivitas bakteri didapat, ampisilin 4 x 1 gram dan metronidazol 3 x 500
mg. Terapi lain yang lebih penting adalah mengeluarkan cairan efusi yang
terinfeksi keluar dari rongga pleura dengan efektif.
2. Thoraxosentesis, indikasinya :
• Menghilangkan sesak yang ditimbulkan cairan
• Bila terapi spesifik pada penyakit primer tidak efektif atau gagal
• Bila terjadi reakumulasi cairan
• Kerugiannya: hilangnya protein, infeksi, pneumothoraxs.
3. Water Sealed Drainage
Penatalaksanaan dengan menggunakan WSD sering pada empyema dan efusi
maligna.
Indikasi WSD pada empyema :
• Nanah sangat kental dan sukar diaspirasi
• Nanah terus terbentuk setelah 2 minggu
• Terjadinva piopneumothoraxs
4. Pleurodesis
Tindakan melengketkan pleura visceralis dengan pleura parietalis dengan
menggunakan zat kimia (tetrasiklin, bleomisin, thiotepa, corynebacterium, parfum, talk)
17
atau tindakan pembedahan. Tindakan dilakukan bila cairan amat banyak dan selalu
terakumulasi kembali.
Pada dasarnya pengobatan efusi pleura tuberkulosis sama dengan efusi pleura pada
umumnya, yaitu dengan melakukan torakosentesis (mengeluarkan cairan pleura) agar
keluhan sesak penderita menjadi berkurang, terutama untuk efusi pleura yang berisi
penuh. Beberapa peneliti tidak melakukan torakosentesis bila jumlah efusi sedikit,
asalkan terapi obat anti tuberkulosis diberikan secara adekuat
Jika jumlah cairannya sedikit, mungkin hanya perlu dilakukan pengobatan terhadap
penyebabnya.Jika jumlah cairannnya banyak, sehingga menyebabkan penekanan maupun
sesak nafas, maka perlu dilakukan tindakan drainase (pengeluaran cairan yang
terkumpul).
Cairan bisa dialirkan melalui prosedur torakosentesis, dimana sebuah jarum (atau
selang) dimasukkan ke dalam rongga pleura. Torakosentesis biasanya dilakukan untuk
menegakkan diagnosis, tetapi pada prosedur ini juga bisa dikeluarkan cairan sebanyak 1,5
liter.
Jika jumlah cairan yang harus dikeluarkan lebih banyak, maka dimasukkan sebuah
selang melalui dinding dada.
Pada empiema diberikan antibiotik dan dilakukan pengeluaran nanah.Jika nanahnya
sangat kental atau telah terkumpul di dalam bagian fibrosa, maka pengaliran nanah lebih
sulit dilakukan dan sebagian dari tulang rusuk harus diangkat sehingga bisa dipasang
selang yang lebih besar. Kadang perlu dilakukan pembedahan untuk memotong lapisan
terluar dari pleura (dekortikasi).
Pada tuberkulosis atau koksidioidomikosis diberikan terapi antibiotik jangka
panjang.
Pengumpulan cairan karena tumor pada pleura sulit untuk diobati karena cairan
cenderung untuk terbentuk kembali dengan cepat. Pengaliran cairan dan pemberian obat
antitumor kadang mencegah terjadinya pengumpulan cairan lebih lanjut. Jika
pengumpulan cairan terus berlanjut, bisa dilakukan penutupan rongga pleura. Seluruh
cairan dibuang melalui sebuah selang, lalu dimasukkan bahan iritan (misalnya larutan
atau serbuk doxicycline) ke dalam rongga pleura. Bahan iritan ini akan menyatukan
18
kedua lapisan pleura sehingga tidak lagi terdapat ruang tempat pengumpulan cairan
tambahan.
Jika darah memasuki rongga pleura biasanya dikeluarkan melalui sebuah selang.
Melalui selang tersebut bisa juga dimasukkan obat untuk membantu memecahkan bekuan
darah (misalnya streptokinase dan streptodornase).
Jika perdarahan terus berlanjut atau jika darah tidak dapat dikeluarkan melalui
selang, maka perlu dilakukan tindakan pembedahan.Pengobatan untuk kilotoraks
dilakukan untuk memperbaiki kerusakan saluran getah bening. Bisa dilakukan
pembedahan atau pemberian obat antikanker untuk tumor yang menyumbat aliran getah
bening.
G. Pencegahan Efusi Pleura
Lakukan pengobatan yang adekuat pada penyakit-penyakit dasarnya yang dapat
menimbulkan efusi pleura. Merujuk penderita ke rumah sakit yang lebih lengkap bila
diagnosa kausal belum dapat ditegakkan.
H. Diagnosis
Pada pemeriksaan fisik, dengan bantuan stetoskop akan terdengar adanya penurunan
suara pernafasan. Apabila cairan yang terakumulasi lebih dari 500 ml, biasanya akan
menunjukkan gejala klinis seperti penurunan pergerakan dada yang terkena efusi pada
saat inspirasi, pada pemeriksaan perkusi didapatkan dullness/pekak, auskultasi
didapatkan suara pernapasan menurun, dan vocal fremitus yang menurun.
Untuk membantu memperkuat diagnosis, dilakukan pemeriksaan berikut:
 Rontgen dada
Rontgen dada biasanya merupakan langkah pertama yang dilakukan untuk
mendiagnosis efusi pleura, yang hasilnya menunjukkan adanya cairan.
 CT scan dada
19
CT scan dengan jelas menggambarkan paru-paru dan cairan dan bisa menunjukkan
adanya pneumonia, abses paru atau tumor
 USG dada
USG bisa membantu menentukan lokasi dari pengumpulan cairan yang jumlahnya
sedikit, sehingga bisa dilakukan pengeluaran cairan.
 Torakosentesis
Penyebab dan jenis dari efusi pleura biasanya dapat diketahui dengan melakukan
pemeriksaan terhadap contoh cairan yang diperoleh melalui torakosentesis (pengambilan
cairan melalui sebuah jarum yang dimasukkan diantara sela iga ke dalam rongga dada
dibawah pengaruh pembiusan lokal).
 Biopsi
Jika dengan torakosentesis tidak dapat ditentukan penyebabnya, maka dilakukan
biopsi, dimana contoh lapisan pleura sebelah luar diambil untuk dianalisa. Pada sekitar
20% penderita, meskipun telah dilakukan pemeriksaan menyeluruh, penyebab dari efusi
pleura tetap tidak dapat ditentukan.
 Analisa cairan pleura
Efusi pleura didiagnosis berdasarkan anamnesis dan pemeriksaan fisik, dan di
konfirmasi dengan foto thoraks. Dengan foto thoraks posisi lateral decubitus dapat
diketahui adanya cairan dalam rongga pleura sebanyak paling sedikit 50 ml, sedangkan
dengan posisi AP atau PA paling tidak cairan dalam rongga pleura sebanyak 300 ml.
Pada foto thoraks posisi AP atau PA ditemukan adanya sudut costophreicus yang tidak
tajam.
 Bronkoskopi
20
Bronkoskopi kadang dilakukan untuk membantu menemukan sumber cairan yang
terkumpul.
Bila efusi pleura telah didiagnosis, penyebabnya harus diketahui, kemudian cairan
pleura diambil dengan jarum, tindakan ini disebut thorakosentesis. Setelah didapatkan
cairan efusi dilakukan pemeriksaan seperti:
1. Komposisi kimia seperti protein, laktat dehidrogenase (LDH), albumin, amylase,
pH, dan glucose
2. Dilakukan pemeriksaan gram, kultur, sensitifitas untuk mengetahui kemungkinan
terjadi infeksi bakteri
3. Pemeriksaan hitung sel
4. Sitologi untuk mengidentifikasi adanya keganasan
Langkah selanjutnya dalam evaluasi cairan pleura adalah untuk membedakan apakan
cairan tersebut merupakan cairan transudat atau eksudat. Efusi pleura transudatif
disebabkan oleh faktor sistemik yang mengubah keseimbangan antara pembentukan dan
penyerapan cairan pleura. Misalnya pada keadaan gagal jantung kiri, emboli paru, sirosis
hepatis. Sedangkan efusi pleura eksudatif disebabkan oleh faktor local yang
mempengaruhi pembentukan dan penyerapan cairan pleura. Efusi pleura eksudatif
biasanya ditemukan pada Tuberkulosis paru, pneumonia bakteri, infeksi virus, dan
keganasan.
Menurut penelitian Samsul Harun, dari efusi pleura yang dibiak dengan media L Sula
didapat 22,4% efusi pleura tuber-kulosis; 30% efusi pleura tuberkulosis disertai
tuberkulosis paru (bakteri tahan asam pada sputum positip); 15,8% efusi pleura
tuberkulosis tanpa disertai tuberkulosis paru (klinik, radiologik dan laboratorik negatip).
Pada penderita diduga tuberkulosis paru (klinik dan radiologik positif tuberkulosis sedang
labora-torium bakteri tahan asam di sputum negatif) disertai efusi pleura ternyata 23,7%
efusi tuberkulosis paru. Sedangkan menurut peneliti lain sekitar 20 - 25% efusi pleura
disebabkan karena tuberkulosis.
1. Biopsi pleura buta
21
Dengan pemeriksaan histopatologik dan biakan, hasil biopsi positip yangpada didapat
efusi pleura tuberkulosis sekitar 50 - 60%, dengan syarat biopsi pleura buta dilakukan di
3 - 4 tempat.
2. Biopsi pleura dengan torakoskopi
Torakoskopi dengan tuntunan Fiber Optic Bronchoscopy (FOB) dapat melihat secara
langsung granuloma yang hendak dibiopsi, sehingga kepositipan adanya efusi pleura
tuberkulosis mencapai ± 90%. Kekurangan torakoskopi adalah karena harus dilakukan
oleh tenaga ahli dan alat serta perawatannya mahal.
3. Pemeriksaan sputum
Dapat diperiksa langsung dengan pengecatan Ziehl Neelsen atau Tan Thiam Hok
melalui mikroskop biasa dan pengecatan Auramin Rhodamin melalui mikroskop
fluoresensi; pemeriksaan dengan mikroskop fluoresensi 11,6% lebih positip daripada
dengan pemeriksaan mikroskop biasa' di samping waktu yang diperlukan untuk
pemeriksaan lebih singkat, hanya saja alat ini harganya mahal dan memerlukan
perawatan khusus.
4. Pemeriksaan tuberkulin
Seperti diketahui efusi pleura tuberkulosis adalah proses post primer tuberkulosis
yang sering terdapat pada penderita dewasa; jarang pada anak dan orang tua. Karena
menegakkan diagnosa efusi pleuratuberkulosis sangat sulit, terutama tanpa adanya
tuberkulosis paru, maka apabila ada penderita efusi pleura muda umur < 35 tahun disertai
dengan pemeriksaan tuberkulin positip, dapat diterapi dengan obat anti tuberkulosis.
22
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
• Efusi pleura adalah akumulasi cairan yang berlebihan pada rongga pleura,
cairan tersebut mengisi ruangan yang mengelilingi paru
• Cairan dalam jumlah yang berlebihan dapat mengganggu pernapasan dengan
membatasi peregangan paru selama inhalasi.
• Penyebab paling sering efusi pleura transudatif di USA adalah oleh karena
penyakit gagal jantung kiri, emboli paru, dan sirosis hepatis, sedangkan
penyebab efusi pleura eksudatif disebabkan oleh pneumonia bakteri,
keganasan (ca paru, ca mammae, dan lymphoma merupakan 75 % penyebab
efusi pleura oleh karena kanker), infeksi virus.
• Dalam keadaan normal, hanya ditemukan selapis cairan tipis yang
memisahkan kedua lapisan pleura.
• Efusi pleura terjadi karena tertimbunnya cairan pleura secara berlebihan
sebagai akibat transudasi (perubahan tekanan hidro-statik dan onkotik) dan
23
eksudasi (perubahan permeabilitas mem-bran) pada permukaan pleura seperti
terjadi pada proses infeksi dan neoplasma.
• Diagnosis di antaranya: roentgen dada, ST SCAN dada, USG dada,
torakonsentesis dan biopsy.
B. Saran
Untuk mencegah penumpukan cairan pada rongga pleura saran kami dari
kelompok IV adalah menghindari penyebab terjadinya EFUSI pada rongga PLEURA.
DAFTAR PUSTAKA
 http://drlizakedokteran.blogspot.com/2008/01/cairan-di-paru-efusi-pleura.html
 http://3rr0rists.com/medical/efusi-pleura.htm
 http://www.indonesiaindonesia.com/f/9917-efusi-pleura/html
 http://yenibeth.wordpress.com/2008/07/24/askep-efusi-pleura/html
24

More Related Content

What's hot

Penerapan Komunikasi Terapeutik pada Dewasa dan Lanjut Usia
Penerapan Komunikasi Terapeutik pada Dewasa dan Lanjut UsiaPenerapan Komunikasi Terapeutik pada Dewasa dan Lanjut Usia
Penerapan Komunikasi Terapeutik pada Dewasa dan Lanjut Usiapjj_kemenkes
 
Deni lp eliminasi
Deni lp eliminasiDeni lp eliminasi
Deni lp eliminasinissaicha2
 
Manajemen dan Kepemimpinan Dalam Keperawatan
 Manajemen dan Kepemimpinan Dalam Keperawatan Manajemen dan Kepemimpinan Dalam Keperawatan
Manajemen dan Kepemimpinan Dalam Keperawatanpjj_kemenkes
 
Aspek legal pendokumentasian Keperawatan
Aspek legal pendokumentasian KeperawatanAspek legal pendokumentasian Keperawatan
Aspek legal pendokumentasian KeperawatanAmalia Senja
 
Efusi pleura makalah
Efusi pleura makalahEfusi pleura makalah
Efusi pleura makalahWarnet Raha
 
Panduan transfer pasien
Panduan transfer pasienPanduan transfer pasien
Panduan transfer pasienFauzan Azima
 
SOAL OKSIGENASI
SOAL OKSIGENASISOAL OKSIGENASI
SOAL OKSIGENASISyifaARN
 
Ppt 2 komunikasi keperawatan
Ppt 2 komunikasi keperawatanPpt 2 komunikasi keperawatan
Ppt 2 komunikasi keperawatanmateripptgc
 
134454836 lp-oksigenasi
134454836 lp-oksigenasi134454836 lp-oksigenasi
134454836 lp-oksigenasinanang aw aw
 
Peran Fungsi dan tugas Perawat
Peran Fungsi dan tugas PerawatPeran Fungsi dan tugas Perawat
Peran Fungsi dan tugas PerawatUwes Chaeruman
 
Woc stroke hemoragik
Woc stroke hemoragikWoc stroke hemoragik
Woc stroke hemoragikSihite Hasnul
 
Askep gagal nafas terbaru
Askep gagal nafas terbaruAskep gagal nafas terbaru
Askep gagal nafas terbarustikes kesosi
 
transfusi darah
transfusi darahtransfusi darah
transfusi darahDina Awwe
 
Pemeriksaan fisik pada sistem muskuloskeletal
Pemeriksaan fisik pada sistem muskuloskeletalPemeriksaan fisik pada sistem muskuloskeletal
Pemeriksaan fisik pada sistem muskuloskeletalOkta-Shi Sama
 

What's hot (20)

Penerapan Komunikasi Terapeutik pada Dewasa dan Lanjut Usia
Penerapan Komunikasi Terapeutik pada Dewasa dan Lanjut UsiaPenerapan Komunikasi Terapeutik pada Dewasa dan Lanjut Usia
Penerapan Komunikasi Terapeutik pada Dewasa dan Lanjut Usia
 
Deni lp eliminasi
Deni lp eliminasiDeni lp eliminasi
Deni lp eliminasi
 
Manajemen dan Kepemimpinan Dalam Keperawatan
 Manajemen dan Kepemimpinan Dalam Keperawatan Manajemen dan Kepemimpinan Dalam Keperawatan
Manajemen dan Kepemimpinan Dalam Keperawatan
 
Aspek legal pendokumentasian Keperawatan
Aspek legal pendokumentasian KeperawatanAspek legal pendokumentasian Keperawatan
Aspek legal pendokumentasian Keperawatan
 
Efusi pleura makalah
Efusi pleura makalahEfusi pleura makalah
Efusi pleura makalah
 
Panduan transfer pasien
Panduan transfer pasienPanduan transfer pasien
Panduan transfer pasien
 
Makalah Biolistrik
Makalah BiolistrikMakalah Biolistrik
Makalah Biolistrik
 
Askep ispa AKPER PEMKAB MUNA
Askep ispa AKPER PEMKAB MUNAAskep ispa AKPER PEMKAB MUNA
Askep ispa AKPER PEMKAB MUNA
 
SOAL OKSIGENASI
SOAL OKSIGENASISOAL OKSIGENASI
SOAL OKSIGENASI
 
Ppt 2 komunikasi keperawatan
Ppt 2 komunikasi keperawatanPpt 2 komunikasi keperawatan
Ppt 2 komunikasi keperawatan
 
134454836 lp-oksigenasi
134454836 lp-oksigenasi134454836 lp-oksigenasi
134454836 lp-oksigenasi
 
Peran Fungsi dan tugas Perawat
Peran Fungsi dan tugas PerawatPeran Fungsi dan tugas Perawat
Peran Fungsi dan tugas Perawat
 
Pengukuran CVP
Pengukuran CVPPengukuran CVP
Pengukuran CVP
 
Manajemen Nyeri
Manajemen NyeriManajemen Nyeri
Manajemen Nyeri
 
Woc stroke hemoragik
Woc stroke hemoragikWoc stroke hemoragik
Woc stroke hemoragik
 
Materi buku panduan komunikasi terapeutik
Materi buku panduan komunikasi terapeutikMateri buku panduan komunikasi terapeutik
Materi buku panduan komunikasi terapeutik
 
Askep gagal nafas terbaru
Askep gagal nafas terbaruAskep gagal nafas terbaru
Askep gagal nafas terbaru
 
transfusi darah
transfusi darahtransfusi darah
transfusi darah
 
Pemeriksaan fisik pada sistem muskuloskeletal
Pemeriksaan fisik pada sistem muskuloskeletalPemeriksaan fisik pada sistem muskuloskeletal
Pemeriksaan fisik pada sistem muskuloskeletal
 
Intervensi dan implementasi
Intervensi dan implementasiIntervensi dan implementasi
Intervensi dan implementasi
 

Viewers also liked

Pemasangan water seal drainag pada kasus efusi pleura
Pemasangan water seal drainag pada kasus efusi pleuraPemasangan water seal drainag pada kasus efusi pleura
Pemasangan water seal drainag pada kasus efusi pleuraLailia Hameeda
 
2014 perbaikan dna khusus affina, ryan, sekar
2014 perbaikan dna khusus affina, ryan, sekar2014 perbaikan dna khusus affina, ryan, sekar
2014 perbaikan dna khusus affina, ryan, sekarSuryanata Kesuma
 
Pbl 7 a modul sesak batuk
Pbl 7 a modul sesak batukPbl 7 a modul sesak batuk
Pbl 7 a modul sesak batukAi Coryde
 
Pleural effusion.pptx cme march
Pleural effusion.pptx cme marchPleural effusion.pptx cme march
Pleural effusion.pptx cme marchRISHIKESAN K V
 
Resuscitation and thoracic trauma
Resuscitation and thoracic traumaResuscitation and thoracic trauma
Resuscitation and thoracic traumaHidayat Shariff
 

Viewers also liked (6)

Pemasangan water seal drainag pada kasus efusi pleura
Pemasangan water seal drainag pada kasus efusi pleuraPemasangan water seal drainag pada kasus efusi pleura
Pemasangan water seal drainag pada kasus efusi pleura
 
2014 perbaikan dna khusus affina, ryan, sekar
2014 perbaikan dna khusus affina, ryan, sekar2014 perbaikan dna khusus affina, ryan, sekar
2014 perbaikan dna khusus affina, ryan, sekar
 
PLF pada Efusi Pleura
PLF pada Efusi PleuraPLF pada Efusi Pleura
PLF pada Efusi Pleura
 
Pbl 7 a modul sesak batuk
Pbl 7 a modul sesak batukPbl 7 a modul sesak batuk
Pbl 7 a modul sesak batuk
 
Pleural effusion.pptx cme march
Pleural effusion.pptx cme marchPleural effusion.pptx cme march
Pleural effusion.pptx cme march
 
Resuscitation and thoracic trauma
Resuscitation and thoracic traumaResuscitation and thoracic trauma
Resuscitation and thoracic trauma
 

Similar to Efusi Pleura

SLIDE lapkas Sindrom Down.ppt
SLIDE lapkas Sindrom Down.pptSLIDE lapkas Sindrom Down.ppt
SLIDE lapkas Sindrom Down.pptDedeMaulana23
 
All moduls Pneumothoraks Empyema.pptx
All moduls Pneumothoraks Empyema.pptxAll moduls Pneumothoraks Empyema.pptx
All moduls Pneumothoraks Empyema.pptxAulyaArchuleta
 
EMPIEMA yang disebabkan oleh TBC. .pptx
EMPIEMA  yang disebabkan oleh TBC. .pptxEMPIEMA  yang disebabkan oleh TBC. .pptx
EMPIEMA yang disebabkan oleh TBC. .pptxsisiliafitriapurnani
 
Abses paru - Diagnosis, tatalaksana, prognosis
Abses paru - Diagnosis, tatalaksana, prognosisAbses paru - Diagnosis, tatalaksana, prognosis
Abses paru - Diagnosis, tatalaksana, prognosisRachmandiarRaras
 
ASUHAN KEPERAWATAN EFUSI PLEURA.pptx
ASUHAN KEPERAWATAN EFUSI PLEURA.pptxASUHAN KEPERAWATAN EFUSI PLEURA.pptx
ASUHAN KEPERAWATAN EFUSI PLEURA.pptxIcuCovid1
 
Komplikasi efusi pleura
Komplikasi efusi pleuraKomplikasi efusi pleura
Komplikasi efusi pleuraFian Nisa
 

Similar to Efusi Pleura (20)

Efusi pleura makalah
Efusi pleura makalahEfusi pleura makalah
Efusi pleura makalah
 
Efusi pleura makalah
Efusi pleura makalahEfusi pleura makalah
Efusi pleura makalah
 
Askepefusipleura
AskepefusipleuraAskepefusipleura
Askepefusipleura
 
PPT Efusi Pleura
PPT Efusi Pleura PPT Efusi Pleura
PPT Efusi Pleura
 
EFUSI PLEURA GE.docx
EFUSI PLEURA GE.docxEFUSI PLEURA GE.docx
EFUSI PLEURA GE.docx
 
efusi pleura.pptx
efusi pleura.pptxefusi pleura.pptx
efusi pleura.pptx
 
Lp efusi pleura
Lp efusi pleura Lp efusi pleura
Lp efusi pleura
 
Bab 1
Bab 1Bab 1
Bab 1
 
Asuhan keperawatan pada klien efusi plura
Asuhan keperawatan pada klien efusi pluraAsuhan keperawatan pada klien efusi plura
Asuhan keperawatan pada klien efusi plura
 
Askep pernapasan efusi pleura
Askep pernapasan efusi pleuraAskep pernapasan efusi pleura
Askep pernapasan efusi pleura
 
Efusi pleura AKPER PEMDA MUNA
Efusi pleura AKPER PEMDA MUNA Efusi pleura AKPER PEMDA MUNA
Efusi pleura AKPER PEMDA MUNA
 
Efusi pleura AKPER PEMKAB MUNA
Efusi pleura AKPER PEMKAB MUNAEfusi pleura AKPER PEMKAB MUNA
Efusi pleura AKPER PEMKAB MUNA
 
SLIDE lapkas Sindrom Down.ppt
SLIDE lapkas Sindrom Down.pptSLIDE lapkas Sindrom Down.ppt
SLIDE lapkas Sindrom Down.ppt
 
All moduls Pneumothoraks Empyema.pptx
All moduls Pneumothoraks Empyema.pptxAll moduls Pneumothoraks Empyema.pptx
All moduls Pneumothoraks Empyema.pptx
 
EMPIEMA yang disebabkan oleh TBC. .pptx
EMPIEMA  yang disebabkan oleh TBC. .pptxEMPIEMA  yang disebabkan oleh TBC. .pptx
EMPIEMA yang disebabkan oleh TBC. .pptx
 
Asuhan keperawatan pada klien dengan efusi
Asuhan keperawatan pada klien dengan efusiAsuhan keperawatan pada klien dengan efusi
Asuhan keperawatan pada klien dengan efusi
 
Abses paru - Diagnosis, tatalaksana, prognosis
Abses paru - Diagnosis, tatalaksana, prognosisAbses paru - Diagnosis, tatalaksana, prognosis
Abses paru - Diagnosis, tatalaksana, prognosis
 
ASUHAN KEPERAWATAN EFUSI PLEURA.pptx
ASUHAN KEPERAWATAN EFUSI PLEURA.pptxASUHAN KEPERAWATAN EFUSI PLEURA.pptx
ASUHAN KEPERAWATAN EFUSI PLEURA.pptx
 
jurnal efusu flaura
jurnal efusu flaurajurnal efusu flaura
jurnal efusu flaura
 
Komplikasi efusi pleura
Komplikasi efusi pleuraKomplikasi efusi pleura
Komplikasi efusi pleura
 

More from Septian Muna Barakati (20)

Kti eni safitri AKBID YKN RAHA
Kti eni safitri AKBID YKN RAHA Kti eni safitri AKBID YKN RAHA
Kti eni safitri AKBID YKN RAHA
 
Kti hikmat AKBID YKN RAHA
Kti hikmat AKBID YKN RAHA Kti hikmat AKBID YKN RAHA
Kti hikmat AKBID YKN RAHA
 
Kti niski astria AKBID YKN RAHA
Kti niski astria AKBID YKN RAHA Kti niski astria AKBID YKN RAHA
Kti niski astria AKBID YKN RAHA
 
Kti ikra AKBID YKN RAHA
Kti ikra AKBID YKN RAHA Kti ikra AKBID YKN RAHA
Kti ikra AKBID YKN RAHA
 
Kti sartiawati AKBID YKN RAHA
Kti sartiawati AKBID YKN RAHA Kti sartiawati AKBID YKN RAHA
Kti sartiawati AKBID YKN RAHA
 
Kti jayanti sakti AKBID YKN RAHA
Kti jayanti sakti AKBID YKN RAHA Kti jayanti sakti AKBID YKN RAHA
Kti jayanti sakti AKBID YKN RAHA
 
Dokomen polisi
Dokomen polisiDokomen polisi
Dokomen polisi
 
Dokumen perusahaan
Dokumen perusahaanDokumen perusahaan
Dokumen perusahaan
 
Dokumen polisi 3
Dokumen polisi 3Dokumen polisi 3
Dokumen polisi 3
 
Dosa besar
Dosa besarDosa besar
Dosa besar
 
Ekosistem padang lamun
Ekosistem padang lamunEkosistem padang lamun
Ekosistem padang lamun
 
Faktor faktor yang mempengaruhi penduduk
Faktor faktor yang mempengaruhi pendudukFaktor faktor yang mempengaruhi penduduk
Faktor faktor yang mempengaruhi penduduk
 
E
EE
E
 
Faktor
FaktorFaktor
Faktor
 
Fho...................
Fho...................Fho...................
Fho...................
 
555555555555555 (2)
555555555555555 (2)555555555555555 (2)
555555555555555 (2)
 
99 nama allah swt beserta artinya
99 nama allah swt beserta artinya99 nama allah swt beserta artinya
99 nama allah swt beserta artinya
 
10 impact of global warming
10 impact of global warming10 impact of global warming
10 impact of global warming
 
10 dampak pemanasan global
10 dampak pemanasan global10 dampak pemanasan global
10 dampak pemanasan global
 
5 w 1h penyakit hiv
5 w 1h  penyakit hiv5 w 1h  penyakit hiv
5 w 1h penyakit hiv
 

Efusi Pleura

  • 1. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Efusi pleura adalah akumulasi cairan yang berlebihan pada rongga pleura, cairan tersebut mengisi ruangan yang mengelilingi paru. Cairan dalam jumlah yang berlebihan dapat mengganggu pernapasan dengan membatasi peregangan paru selama inhalasi. Efusi pleura adalah suatu keadaan dimana terdapatnya cairan pleura dalam jumlah yang berlebihan di dalam rongga pleura, yang disebabkan oleh ketidakseimbangan antara pembentukan dan pengeluaran cairan pleura. Dalam keadaan normal, jumlah cairan dalam rongga pleura sekitar 10-200 ml. Cairan pleura komposisinya sama dengan cairan plasma, kecuali pada cairan pleura mempunyai kadar protein lebih rendah yaitu <1,5 gr/dl. Pleura adalah membra tipis terdiri dari 2 lapisan yaitu pleura visceralis dan parietalis. Secara histologis kedua lapisan ini terdiri dari sel mesothelial, jaringaan ikat, dan dalam keadaan normal, berisikan lapisan cairan yang sangat tipis. Membran serosa yang membungkus parekim paru disebut pleura viseralis, sedangkan membran serosa yang melapisi dinding thorak, diafragma, dan mediastinum disebut pleura parietalis. Rongga pleura terletak antara paru dan dinding thoraks. Rongga pleura dengan lapisan cairan yang tipis ini berfungsi sebagai pelumas antara kedua pleura. Kedua lapisan pleura ini bersatu pada hillus paru. Dalam hal ini, terdapat perbedaan antara pleura viseralis dan parientalis diantaranya: • Pleura visceralis :  Permukaan luarnya terdiri dari selapis sel mesothelial yang tipis < 30mm.  Diantara celah-celah sel ini terdapat sel limfosit  Di bawah sel-sel mesothelial ini terdapat endopleura yang berisi fibrosit dan histiosit  Di bawahnya terdapat lapisan tengah berupa jaringan kolagen dan serat-serat elastik 1
  • 2.  Lapisan terbawah terdapat jaringan interstitial subpleura yang banyak mengandung pembuluh darah kapiler dari a. Pulmonalis dan a. Brakhialis serta pembuluh limfe  Menempel kuat pada jaringanparu  Fungsinya. untuk mengabsorbsi cairan. Pleura • Pleura parietalis  Jaringan lebih tebal terdiri dari sel-sel mesothelial dan jaringan ikat (kolagen dan elastis)  Dalam jaringan ikat tersebut banyak mengandung kapiler dari a. Intercostalis dan a. Mamaria interna, pembuluh limfe, dan banyak reseptor saraf sensoris yang peka terhadap rasa sakit dan perbedaan temperatur. Keseluruhan berasal n. Intercostalis dinding dada dan alirannya sesuai dengan dermatom dada  Mudah menempel dan lepas dari dinding dada di atasnya  Fungsinya untuk memproduksi cairan pleura B. Tujuan Penulisan Tujuan dari penulisan makalah ini mengenai gangguan pernapasan yang berjudul` EFUSI PLEURA`.adalah mengetahui patofisiologi dari penyakit pernapasan tersebut. C. Rumusan Permasalahan • Untuk mengetahui pengertian efusi pleura • Untuk mengetahui etiologi efusi pleura • Untuk mengetahui manifestasi efusi pleura • Untuk mengetahui patofisiologi efusi pleura • Untuk mengetahui diagnosis efusi pleura • Untuk mengetahui pengobatan(penatalaksaan) efusi pleura • Untuk mengetahui pencegahan efusi pleura. 2
  • 3. BAB II PEMBAHASAN A. Etiologi efusi pleura Penyebab paling sering efusi pleura transudatif di USA adalah oleh karena penyakit gagal jantung kiri, emboli paru, dan sirosis hepatis, sedangkan penyebab efusi pleura eksudatif disebabkan oleh pneumonia bakteri, keganasan (ca paru, ca mammae, dan lymphoma merupakan 75 % penyebab efusi pleura oleh karena kanker), infeksi virus. Tuberkulosis paru merupakan penyebab paling sering dari efusi pleura di Negara berkembang termasuk Indonesia. Selain TBC, keadaan lain juga menyebabkan efusi pleura seperti pada penyakit autoimun systemic lupus erythematosus (SLE), perdarahan (sering akibat trauma). Efusi pleura jarang pada keadaan rupture esophagus, penyakit pancreas, abses intraabdomen, rheumatoid arthritis, sindroma Meig (asites, dan efusi karena adanya tumor ovarium). @ Berdasarkan Jenis Cairan Kalau seorang pasien ditemukan menderita efusi pleura, kita harus berupaya untuk menemukan penyebabnya. Ada banyak macam penyebab terjadinya pengumpulan cairan pleura. Tahap yang pertama adalah menentukan apakah pasien menderita efusi pleura jenis transudat atau eksudat. Efusi pleura transudatif terjadi kalau faktor sistemik yang mempengaruhi pembentukan dan penyerapan cairan pleura mengalami perubahan. Efusi pleura eksudatif terjadi jika faktor lokal yang mempengaruhi pembentukan dan penyerapan cairan pleura mengalami perubahan. Efusi pleura tipe transudatif dibedakan dengan eksudatif melalui pengukuran kadar Laktat Dehidrogenase (LDH) dan protein di dalam cairan, pleura. Efusi pleura eksudatif memenuhi paling tidak salah satu dari tiga 3
  • 4. kriteria berikut ini, sementara efusi pleura transudatif tidak memenuhi satu pun dari tiga kriteria ini : 1. Protein cairan pleura / protein serum > 0,5 2. LDH cairan pleura / cairan serum > 0,6 3. LDH cairan pleura melebihi dua per tiga dari batas atas nilai LDH yang normal di dalam serum PARAMETER TRANSUDAT EKSUDAT warna BJ Jumlah set Jenis set Rivalta Glukosa Protein Rasio protein T- E/plasma LDH Rasio LDH T- E/plasma Jernih < 1,016 Sedikit PMN < 50% Negatif 60 mg/dl (= GD plasma) < 2,5 g/dl < 0,5 < 200 IU/dl < 0,6 Jernih, keruh, berdarah < 1,016 Banyak (> 500 sel/mm2 ) PMN < 50% Negatif 60 mg/dl (bervariasi) < 2,5 g/dl < 0,5 < 200 IU/dl < 0,6 4
  • 5. Efusi pleura berupa: a. Eksudat, disebabkan oleh : 1. Pleuritis karena virus dan mikoplasma : virus coxsackie, Rickettsia, Chlamydia. Cairan efusi biasanya eksudat dan berisi leukosit antara 100-6000/cc. Gejala penyakit dapat dengan keluhan sakit kepala, demam, malaise, mialgia, sakit dada, sakit perut, gejala perikarditis. Diagnosa dapat dilakukan dengan cara mendeteksi antibodi terhadap virus dalam cairan efusi. 2. Pleuritis karena bakteri piogenik: permukaan pleura dapat ditempeli oleh bakteri yang berasal dari jaringan parenkim paru dan menjalar secara hematogen. Bakteri penyebab dapat merupakan bakteri aerob maupun anaerob (Streptococcus paeumonie, Staphylococcus aureus, Pseudomonas, Hemophillus, E. Coli, Pseudomonas, Bakteriodes, Fusobakterium, dan lain-lain). Penatalaksanaan dilakukan dengan pemberian antibotika ampicillin dan metronidazol serta mengalirkan cairan infus yang terinfeksi keluar dari rongga pleura. 3. Pleuritis karena fungi penyebabnya: Aktinomikosis, Aspergillus, Kriptococcus, dll. Efusi timbul karena reaksi hipersensitivitas lambat terhadap organisme fungi. 4. Pleuritis tuberkulosa merupakan komplikasi yang paling banyak terjadi melalui focus subpleural yang robek atau melalui aliran getah bening, dapat juga secara hemaogen dan menimbulkan efusi pleura bilateral. Timbulnya cairan efusi disebabkan oleh rupturnya focus subpleural dari jaringan nekrosis perkijuan, sehingga tuberkuloprotein yang ada didalamnya masuk ke rongga pleura, menimbukan reaksi hipersensitivitas tipe lambat. Efusi yang disebabkan oleh TBC biasanya unilateral pada hemithoraks kiri dan jarang yang masif. Pada pasien pleuritis tuberculosis ditemukan gejala febris, penurunan berat badan, dyspneu, dan nyeri dada pleuritik. 5
  • 6. 5. Efusi pleura karena neoplasma misalnya pada tumor primer pada paru-paru, mammae, kelenjar linife, gaster, ovarium. Efusi pleura terjadi bilateral dengan ukuran jantung yang tidak membesar. Patofisiologi terjadinya efusi ini diduga karena :  Infasi tumor ke pleura, yang merangsang reaksi inflamasi dan terjadi kebocoran kapiler.  Invasi tumor ke kelenjar limfe paru-paru dan jaringan limfe pleura, bronkhopulmonary, hillus atau mediastinum, menyebabkan gangguan aliran balik sirkulasi.  Obstruksi bronkus, menyebabkan peningkatan tekanan-tekanan negatif intra pleural, sehingga menyebabkan transudasi. Cairan pleura yang ditemukan berupa eksudat dan kadar glukosa dalam cairan pleura tersebut mungkin menurun jika beban tumor dalam cairan pleura cukup tinggi. Diagnosis dibuat melalui pemeriksaan sitologik cairan pleura dan tindakan blopsi pleura yang menggunakan jarum (needle biopsy). 6. Efusi parapneumoni adalah efusi pleura yang menyertai pneumonia bakteri, abses paru atau bronkiektasis. Khas dari penyakit ini adalah dijumpai predominan sel- sel PMN dan pada beberapa penderita cairannya berwarna purulen (empiema). Meskipun pada beberapa kasus efusi parapneumonik ini dapat diresorpsis oleh antibiotik, namun drainage kadang diperlukan pada empiema dan efusi pleura yang terlokalisir. Menurut Light, terdapat 4 indikasi untuk dilakukannya tube thoracostomy pada pasien dengan efusi parapneumonik:  Adanya pus yang terlihat secara makroskopik di dalam kavum pleura  Mikroorganisme terlihat dengan pewarnaan gram pada cairan pleura  Kadar glukosa cairan pleura kurang dari 50 mg/dl  Nilai pH cairan pleura dibawah 7,00 dan 0,15 unit lebih rendah daripada nilai pH bakteri  Penanganan keadaan ini tidak boleh terlambat karena efusi parapneumonik yang mengalir bebas dapat berkumpul hanya dalam waktu beberapa jam saja. 6
  • 7. 7. Efusi pleura karena penyakit kolagen: SLE, Pleuritis Rheumatoid, Skleroderma. 8. Penyakit AIDS, pada sarkoma kapoksi yang diikuti oleh efusi parapneumonik. b. Transudat, disebabkan oleh : 1. Gangguan kardiovaskular Penyebab terbanyak adalah decompensatio cordis. Sedangkan penyebab lainnya adalah perikarditis konstriktiva, dan sindroma vena kava superior. Patogenesisnya adalah akibat terjadinya peningkatan tekanan vena sistemik dan tekanan kapiler dinding dada sehingga terjadi peningkatan filtrasi pada pleura parietalis. Di samping itu peningkatan tekanan kapiler pulmonal akan menurunkan kapasitas reabsorpsi pembuluh darah subpleura dan aliran getah bening juga akan menurun (terhalang) sehingga filtrasi cairan ke rongg pleura dan paru-paru meningkat. Tekanan hidrostatik yang meningkat pada seluruh rongga dada dapat juga menyebabkan efusi pleura yang bilateral. Tapi yang agak sulit menerangkan adalah kenapa efusi pleuranya lebih sering terjadi pada sisi kanan. Terapi ditujukan pada payah jantungnya. Bila kelainan jantungnya teratasi dengan istirahat, digitalis, diuretik dll, efusi pleura juga segera menghilang. Kadang-kadang torakosentesis diperlukan juga bila penderita amat sesak. 2. Hipoalbuminemia Efusi terjadi karena rendahnya tekanan osmotik protein cairan pleura dibandingkan dengan tekanan osmotik darah. Efusi yang terjadi kebanyakan bilateral dan cairan bersifat transudat. Pengobatan adalah dengan memberikan diuretik dan restriksi pemberian garam. Tapi pengobatan yang terbaik adalah dengan memberikan infus albumin. 3. Hidrothoraks hepatik 7
  • 8. Mekanisme yang utama adalah gerakan langsung cairan pleura melalui lubang kecil yang ada pada diafragma ke dalam rongga pleura. Efusi biasanya di sisi kanan dan biasanya cukup besar untuk menimbulkan dyspneu berat. Apabila penatalaksanaan medis tidak dapat mengontrol asites dan efusi, tidak ada alternatif yang baik. Pertimbangan tindakan yang dapat dilakukan adalah pemasangan pintas peritoneum-venosa (peritoneal venous shunt, torakotomi) dengan perbaikan terhadap kebocoran melalui bedah, atau torakotomi pipa dengan suntikan agen yang menyebakan skelorasis. 4. Meig’s Syndrom Sindrom ini ditandai oleh ascites dan efusi pleura pada penderita-penderita dengan tumor ovarium jinak dan solid. Tumor lain yang dapat menimbulkan sindrom serupa : tumor ovarium kistik, fibromyomatoma dari uterus, tumor ovarium ganas yang berderajat rendah tanpa adanya metastasis. Asites timbul karena sekresi cairan yang banyak oleh tumornya dimana efusi pleuranya terjadi karena cairan asites yang masuk ke pleura melalui porus di diafragma. Klinisnya merupakan penyakit kronis. 5. Dialisis Peritoneal Efusi dapat terjadi selama dan sesudah dialisis peritoneal. Efusi terjadi unilateral ataupun bilateral. Perpindahan cairan dialisat dari rongga peritoneal ke rongga pleura terjadi melalui celah diafragma. Hal ini terbukti dengan samanya komposisi antara cairan pleura dengan cairan dialisat. 6. Darah Adanya darah dalam cairan rongga pleura disebut hemothoraks. Kadar Hb pada hemothoraks selalu lebih besar 25% kadar Hb dalam darah. Darah hemothorak yang baru diaspirasi tidak membeku beberapa menit. Hal ini mungkin karena faktor koagulasi sudah terpakai sedangkan fibrinnya diambil oleh permukaan pleura. Bila darah aspirasi segera membeku, maka biasanya darah tersebut berasal dari trauma dinding dada. 8
  • 9. @. Berdasarkan Kuman Penyebab 1. Mycobacterium Tuberculosis a.Bakteriologi Penyebabnya adalah Mycobacterium tuberculosis. Bakteri ini adalah sejenis kuman berbentuk batang dengan ukuran panjang 1-4 mm dan tebal 03-0,6 mm. Kuman ini tahan terhadap asam dikarenakan kandungan asam lemak (lipid) di dindingnya. Kuman ini dapat hidup pada udara kering maupun dingin. Hal ini karena kuman berada dalam sifat dormant yang suatu saat kuman dapat bangkit kembali dan aktif kembali. Kuman ini hidup sebagai parasit intraseluter didalam sitoplasma makrofag. Makrofag yang semula memfagositasi malah kemudian disenanginya karena banyak mengandung lipid. Sifat lain kuman ini adalah aerob. Sifat ini menunjukan bahwa kuman lebih menyenangi jaringan yang tinggi kandungan oksigennya. Dalam hal ini tekanan oksigen pada bagian apikal paru-paru lebih tinggi daripada bagian lain, sehingga bagian apikal ini merupakan predileksi penyakit tuberkulosis. b. Patogenesis • Tuberkulosis Primer Penularan terjadi karena kuman dibatukkan atau dibersihkan keluar menjadi droplet nudei dalam udara bebas selama 1-2 jam, tergantung dari ada tidaknya sinar ultraviolet, ventilasi yang baik dan kelembaban. Dalam suasana lembab dan gelap, kuman dapat tahan berhari-hari sampai berbulan-bulan. Bila partikel infeksi terhisap oleh oang sehat, ia akan menempel pada jalan napas atau paru-paru. Kuman dapat masuk lewat luka pada kulit atau mukosa tapi hal ini sangat jarang terjadi. 9
  • 10. Kuman yang menetap di jaringan paru, ia tumbuh dan berkembang biak dalam sitoplasma makrofag. Di sini ia dapat terbawa ke organ tubuh lain. Kuman yang bersarang tadi akan membentuk sarang tuberkulosis pneumonia kecil dan disebut sarang primer atau afek primer. Dari sarang primer akan timbul peradangan saluran getah bening menuju illus (limfangitis lokal), dan juga diikuti pembesaran kelenjar getah bening hillus (limfadenitis regional). Sarang primer + limfangitis lokal + limfadenitis regional = kompleks primer. Kompleks primer ini selanjutnya dapat menjadi : 1) Sembuh sama sekali tanpa meninggalkan cacat 2) Sembuh dengan meninggalkan sedikit bekas, berupa garis-garis fibrotik, kalsifikasi di hillus atau kompleks (sarang) Ghon 3) Berkomplikasi dan menyebar secara:  Per kontinuitatum, yakni menyebar ke sekitarnya  Secara bronkogen pada paru ysng bersangkutan maupun paru yang di sebelahnya. Dapat juga kuman tertelan bersama tertelan besama sputum dan ludah sehingga menyebar ke usus  Secara limfogen, ke organ tubuh lainnya  Secara hematogen, ke organ tubuh lainnya Semua kejadian diatas tergolong ke dalam perjalanan tuberklosis primer. • Tuberkulosis Post-Primer Kuman yang dormant pada tuberkulosis primer akan muncul bertahun-tahun kemudian sebagai infeksi endogen menjadi tuberkulosis dewasa (Post-Primer). Tuberkulosis Post-Primer ini dimulai dengan sarang dini yang berlokasi di regio atas paru-paru (bagian apikal posterior lobus superior atau inferior). Invasinya adalah ke daerah parenkim paru-paru dan tidak ke nodus hiller paru. Sarang dini ini mula-mula juga berbentuk sarang pneumonia kecil. Dalam 3-10 minggu sarang ini menjadi tuberkel yakni suatu granuloma yang terdiri dari sel-sel histiosit dan sel Datia-Langhans (sel besar dengan banyak inti) yang dikelilingi oleh sel-sel limfosit dan bermacam-macam jaringan ikat. 10
  • 11. Bergantung dari imunitas penderita, virulensi, jumlah kuman, sarang dapat menjadi : 1) Diresorpsi kembali dan sembuh tanpa meninggalkan jaringan parut 2) Sarang yang mula-mula meluas, tapi segera menyembuh dan menimbulkan jaringan fibrosis. Ada yang membungkus diri menjadi lebih keras, menimbulkan perkapuran dan akan sembuh delam bentuk perkapuran. 3) Sarang dini yang meluas dimana granuloma berkembang menghancurkan jaringan sekitarnya dan bagian tengahnya mengalami nekrosis, dan menjadi lembek membentuk jaringan keju. Bila jaringan keju dibatukkan keluar akan terjadilah kavitas. Kavitas ini mula-mula berdinding tipis, lama-lama dindingnya menebal karena infiltrasi jaringan fibroblas dalam jumlah besar, sehingga menjadi kavitas sklerotik. Kavitas dapat : • Melus kembali dan menimbulkan sarang pneumonia baru. Sarang ini selanjutnya mengikuti perjalanan seperti yang disebutkan terdahulu. • Memadat dan membungkus diri sehingga menjadi tuberkuloma. Tuberkuloma ini dapat mengapur dan menyembuh atau dapat aktif kembali menjadi cair dan jadi kavitas lagi. • Bersih dan menyembuh, disebut open heated cavity. Dapat juga menyembuh dengan membungkus diri dan menjadi kecil. Kadang-kadang berakhir sebagai kavitas yang terbungkus, menciut dan berbentuk seperti bintang disebut stellate shaped. Pada penvakit TBC paru, efusi pleura diduga disebabkan oleh rupturnya fokus subpleural dari jarngan nerotik perkijuan sehingga tuberkuloprotein yang ada didalamnya masuk ke rongga pleura, menimbulkan reaksi hipersensitif tipe lambat. Hal ini didukung 11
  • 12. dengan ditemukannya limfossit T, Interleukin-2 dan Interleukin reseptor pada cairan pleura. Cara penyebaran lainnya diduga secara hematogen dan secara perkontinuitatum dari kelenjar-kelenjar getah bening servikal, rnediastinal, dan dari abses di vertebrae. Efusi pleura yang disebabkan oleh TBC dapat juga berupa empyema, yaitu buila terjadi infeksi sekunder karena adanya fitula bronchopulmonal, atau berupa chylothoraxs yaitu bila terdapat penekanan kelenjar atau tarikan fibrin pada duktus thoracicus. Efusi yang disebabkan oleh TBC biasanya unilateral pada hemithoraxs kiri, jarang yang masif. Pada thoraxosentesis ditemukan cairan berwarna kuning jernih, mengandung > 3 gr protein/ 100 ml, bila cairan berupa darah, serosanguineous atau merah muda diagnosis TBC harus diragukan. Dalam keadaan normal, cairan pleura dibentuk dalam jumlah kecil untuk melumasi permukaan pleura (pleura adalah selaput tipis yang melapisi rongga dada dan membungkus paru-paru). Bisa terjadi 2 jenis efusi yang berbeda: 1. Efusi pleura transudativa, biasanya disebabkan oleh suatu kelainan pada tekanan normal di dalam paru-paru. Jenis efusi transudativa yang paling sering ditemukan adalah gagal jantung kongestif. 2. Efusi pleura eksudativa terjadi akibat peradangan pada pleura, yang seringkali disebabkan oleh penyakit paru-paru. Kanker, tuberkulosis dan infeksi paru lainnya, reaksi obat, asbetosis dan sarkoidosis merupakan beberapa contoh penyakit yang bisa menyebabkan efusi pleura eksudativa. 12
  • 13. Penyebab lain dari efusi pleura adalah:  Gagal jantung  Kadar protein darah yang rendah  Sirosis  Pneumonia  Blastomikosis  Koksidioidomikosis  Tuberkulosis  Histoplasmosis  Kriptokokosis  Abses dibawah diafragma  Artritis rematoid  Pankreatitis  Emboli paru  Tumor  Lupus eritematosus sistemik  Pembedahan jantung  Cedera di dada  Obat-obatan (hidralazin, prokainamid, isoniazid, fenitoin,klorpromazin, nitrofurantoin, bromokriptin, dantrolen, prokarbazin)  Pemasanan selang untuk makanan atau selang intravena yang kurang baik. Dalam keadaan normal, hanya ditemukan selapis cairan tipis yang memisahkan kedua lapisan pleura. Jenis cairan lainnya yang bisa terkumpul di dalam rongga pleura adalah darah, nanah, cairan seperti susu dan cairan yang mengandung kolesterol tinggi. a) Hemotoraks (darah di dalam rongga pleura) biasanya terjadi karena cedera di dada. Penyebab lainnya adalah: 1. pecahnya sebuah pembuluh darah yang kemudian mengalirkan darahnya ke dalam rongga pleura 2. kebocoran aneurisma aorta (daerah yang menonjol di dalam aorta) yang kemudian mengalirkan darahnya ke dalam rongga pleura 13
  • 14. 3. gangguan pembekuan darah. Darah di dalam rongga pleura tidak membeku secara sempurna, sehingga biasanya mudah dikeluarkan melelui sebuah jarum atau selang. b) Empiema (nanah di dalam rongga pleura) bisa terjadi jika pneumonia atau abses paru menyebar ke dalam rongga pleura. Empiema bisa merupakan komplikasi dari: 1. Pneumonia 2. Infeksi pada cedera di dada 3. Pembedahan dada 4. Pecahnya kerongkongan 5. Abses di perut. c) Kilotoraks (cairan seperti susu di dalam rongga dada) disebabkan oleh suatu cedera pada saluran getah bening utama di dada (duktus torakikus) atau oleh penyumbatan saluran karena adanya tumor. d) Rongga pleura yang terisi cairan dengan kadar kolesterol yang tinggi terjadi karena efusi pleura menahun yang disebabkan oleh tuberkulosis atau artritis rematoid. D. Manifestasi Klinik Efusi Pleura Pada kebanyakan penderita umumnya asimptomatis atau memberikan gejala demam, ringan dan berat badan yang me- nurun seperti pada efusi yang lain. Nyeri dada : dapat menjalar ke daerah permukaan karena inervasi syaraf interkostalis dan segmen torakalis atau dapat menyebar ke lengan. Nyerinya terutama pada waktu bernafas dalam, sehingga pernafasan penderita menjadi dangkal dan cepat dan pergerakan pernapasan pada hemithorak yang sakit menjadi tertinggal. Sesak napas : terjadi pada waktu permulaan pleuritis disebabkan karena nyeri dadanya dan apabila jumlah cairan efusinya meningkat, terutama kalau cairannya penuh. Batuk : pada umumnya non produktif dan ringan,terutama apabila disertai dengan proses tuberkulosis di parunya. 14
  • 15. Gejala yang paling sering ditemukan (tanpa menghiraukan jenis cairan yang terkumpul ataupun penyebabnya) adalah sesak nafas dan nyeri dada (biasanya bersifat tajam dan semakin memburuk jika penderita batuk atau bernafas dalam). Kadang beberapa penderita tidak menunjukkan gejala sama sekali.  Gejala lainnya yang mungkin ditemukan: • Batuk • Cegukan • pernafasan yang cepat • nyeri perut.  Dan anamnesa didapatkan :  Sesak nafas  Rasa berat pada dada  Berat badan menurun pada neoplasma  Batuk berdarah pada karsinoma bronchus atau metastasis  Demam subfebris pada TBC, dernarn menggigil pada empilema  Ascites pada sirosis hepatis  Dari pemeriksaan fisik didapatkan (pada sisi yang sakit)  Dinding dada lebih cembung dan gerakan tertinggal  Vokal fremitus menurun  Perkusi dull sampal flat  Bunyi pernafasan menruun sampai menghilang 15
  • 16.  Pendorongan mediastinum ke sisi yang sehat dapat dilihat atau diraba pada treakhea  Nyeri dada pada pleuritis : Simptom yang dominan adalah sakit yang tiba-tiba seperti ditikam dan diperberat oleh bernafas dalam atau batuk. Pleura visceralis tidak sensitif, nyeri dihasilkan dari pleura parietalis yang inflamasi dan mendapat persarafan dari nervus intercostal. Nyeri biasanya dirasakan pada tempat-tempat terjadinya pleuritis, tapi bisa menjalar ke daerah lain : 1) Iritasi dari diafragma pleura posterior dan perifer yang dipersarafi oleh G. Nervuis intercostal terbawah bisa menyebabkan nyeri pada dada dan abdomen. 2) Iritasi bagian central diafragma pleura yang dipersarafi nervus phrenicus menyebabkan nyeri menjalar ke daerah leher dan bahu. E. Patofisiologi Efusi Pleura Efusi pleura terjadi karena tertimbunnya cairan pleura secara berlebihan sebagai akibat transudasi (perubahan tekanan hidro statik dan onkotik) dan eksudasi (perubahan permeabilitas mem-bran) pada permukaan pleura seperti terjadi pada proses infeksi dan neoplasma. Pada keadaan normal ruangan interpleura terisi sedikit cairan untuk sekedar melicinkan permukaan kedua pleura parietalis dan viseralis yang saling bergerak karena pernapasan. Cairan disaring keluar pleura parietalis yang bertekanan tinggi dan di- serap oleh sirkulasi di pleura viseralis yang bertekanan rendah. Di samping sirkulasi dalam pembuluh darah, pembuluh limfe pada lapisan sub epitelial pleura parietalis dan viseralis mem-punyai peranan dalam proses penyerapan cairan pleura tersebut. Jadi mekanisme yang berhubungan dengan terjadinya efusi pleura pada umumnya ialah kenaikan tekanan hidrostatik dan penurunan tekanan onkotik pada sirkulasi kapiler, penurunan tekanan kavum pleura, kenaikan permeabilitas kapiler dan penurunan aliran limfe dari rongga pleura. Sedangkan pada efusi pleura tuberkulosis terjadinya disertai pecahnya granuloma di subpleura yang diteruskan ke rongga pleura. 16
  • 17. F. Pengobatan Efusi Pleura 1. Pengobatan Kausal • Pleuritis TB diberi pengobatan anti TB. Dengan pengobatan ini cairan efusi dapat diserap kembali untuk menghilangkan dengan cepat dilakukan thoraxosentesis. • Pleuritis karena bakteri piogenik diberi kemoterapi sebelum kultur dan sensitivitas bakteri didapat, ampisilin 4 x 1 gram dan metronidazol 3 x 500 mg. Terapi lain yang lebih penting adalah mengeluarkan cairan efusi yang terinfeksi keluar dari rongga pleura dengan efektif. 2. Thoraxosentesis, indikasinya : • Menghilangkan sesak yang ditimbulkan cairan • Bila terapi spesifik pada penyakit primer tidak efektif atau gagal • Bila terjadi reakumulasi cairan • Kerugiannya: hilangnya protein, infeksi, pneumothoraxs. 3. Water Sealed Drainage Penatalaksanaan dengan menggunakan WSD sering pada empyema dan efusi maligna. Indikasi WSD pada empyema : • Nanah sangat kental dan sukar diaspirasi • Nanah terus terbentuk setelah 2 minggu • Terjadinva piopneumothoraxs 4. Pleurodesis Tindakan melengketkan pleura visceralis dengan pleura parietalis dengan menggunakan zat kimia (tetrasiklin, bleomisin, thiotepa, corynebacterium, parfum, talk) 17
  • 18. atau tindakan pembedahan. Tindakan dilakukan bila cairan amat banyak dan selalu terakumulasi kembali. Pada dasarnya pengobatan efusi pleura tuberkulosis sama dengan efusi pleura pada umumnya, yaitu dengan melakukan torakosentesis (mengeluarkan cairan pleura) agar keluhan sesak penderita menjadi berkurang, terutama untuk efusi pleura yang berisi penuh. Beberapa peneliti tidak melakukan torakosentesis bila jumlah efusi sedikit, asalkan terapi obat anti tuberkulosis diberikan secara adekuat Jika jumlah cairannya sedikit, mungkin hanya perlu dilakukan pengobatan terhadap penyebabnya.Jika jumlah cairannnya banyak, sehingga menyebabkan penekanan maupun sesak nafas, maka perlu dilakukan tindakan drainase (pengeluaran cairan yang terkumpul). Cairan bisa dialirkan melalui prosedur torakosentesis, dimana sebuah jarum (atau selang) dimasukkan ke dalam rongga pleura. Torakosentesis biasanya dilakukan untuk menegakkan diagnosis, tetapi pada prosedur ini juga bisa dikeluarkan cairan sebanyak 1,5 liter. Jika jumlah cairan yang harus dikeluarkan lebih banyak, maka dimasukkan sebuah selang melalui dinding dada. Pada empiema diberikan antibiotik dan dilakukan pengeluaran nanah.Jika nanahnya sangat kental atau telah terkumpul di dalam bagian fibrosa, maka pengaliran nanah lebih sulit dilakukan dan sebagian dari tulang rusuk harus diangkat sehingga bisa dipasang selang yang lebih besar. Kadang perlu dilakukan pembedahan untuk memotong lapisan terluar dari pleura (dekortikasi). Pada tuberkulosis atau koksidioidomikosis diberikan terapi antibiotik jangka panjang. Pengumpulan cairan karena tumor pada pleura sulit untuk diobati karena cairan cenderung untuk terbentuk kembali dengan cepat. Pengaliran cairan dan pemberian obat antitumor kadang mencegah terjadinya pengumpulan cairan lebih lanjut. Jika pengumpulan cairan terus berlanjut, bisa dilakukan penutupan rongga pleura. Seluruh cairan dibuang melalui sebuah selang, lalu dimasukkan bahan iritan (misalnya larutan atau serbuk doxicycline) ke dalam rongga pleura. Bahan iritan ini akan menyatukan 18
  • 19. kedua lapisan pleura sehingga tidak lagi terdapat ruang tempat pengumpulan cairan tambahan. Jika darah memasuki rongga pleura biasanya dikeluarkan melalui sebuah selang. Melalui selang tersebut bisa juga dimasukkan obat untuk membantu memecahkan bekuan darah (misalnya streptokinase dan streptodornase). Jika perdarahan terus berlanjut atau jika darah tidak dapat dikeluarkan melalui selang, maka perlu dilakukan tindakan pembedahan.Pengobatan untuk kilotoraks dilakukan untuk memperbaiki kerusakan saluran getah bening. Bisa dilakukan pembedahan atau pemberian obat antikanker untuk tumor yang menyumbat aliran getah bening. G. Pencegahan Efusi Pleura Lakukan pengobatan yang adekuat pada penyakit-penyakit dasarnya yang dapat menimbulkan efusi pleura. Merujuk penderita ke rumah sakit yang lebih lengkap bila diagnosa kausal belum dapat ditegakkan. H. Diagnosis Pada pemeriksaan fisik, dengan bantuan stetoskop akan terdengar adanya penurunan suara pernafasan. Apabila cairan yang terakumulasi lebih dari 500 ml, biasanya akan menunjukkan gejala klinis seperti penurunan pergerakan dada yang terkena efusi pada saat inspirasi, pada pemeriksaan perkusi didapatkan dullness/pekak, auskultasi didapatkan suara pernapasan menurun, dan vocal fremitus yang menurun. Untuk membantu memperkuat diagnosis, dilakukan pemeriksaan berikut:  Rontgen dada Rontgen dada biasanya merupakan langkah pertama yang dilakukan untuk mendiagnosis efusi pleura, yang hasilnya menunjukkan adanya cairan.  CT scan dada 19
  • 20. CT scan dengan jelas menggambarkan paru-paru dan cairan dan bisa menunjukkan adanya pneumonia, abses paru atau tumor  USG dada USG bisa membantu menentukan lokasi dari pengumpulan cairan yang jumlahnya sedikit, sehingga bisa dilakukan pengeluaran cairan.  Torakosentesis Penyebab dan jenis dari efusi pleura biasanya dapat diketahui dengan melakukan pemeriksaan terhadap contoh cairan yang diperoleh melalui torakosentesis (pengambilan cairan melalui sebuah jarum yang dimasukkan diantara sela iga ke dalam rongga dada dibawah pengaruh pembiusan lokal).  Biopsi Jika dengan torakosentesis tidak dapat ditentukan penyebabnya, maka dilakukan biopsi, dimana contoh lapisan pleura sebelah luar diambil untuk dianalisa. Pada sekitar 20% penderita, meskipun telah dilakukan pemeriksaan menyeluruh, penyebab dari efusi pleura tetap tidak dapat ditentukan.  Analisa cairan pleura Efusi pleura didiagnosis berdasarkan anamnesis dan pemeriksaan fisik, dan di konfirmasi dengan foto thoraks. Dengan foto thoraks posisi lateral decubitus dapat diketahui adanya cairan dalam rongga pleura sebanyak paling sedikit 50 ml, sedangkan dengan posisi AP atau PA paling tidak cairan dalam rongga pleura sebanyak 300 ml. Pada foto thoraks posisi AP atau PA ditemukan adanya sudut costophreicus yang tidak tajam.  Bronkoskopi 20
  • 21. Bronkoskopi kadang dilakukan untuk membantu menemukan sumber cairan yang terkumpul. Bila efusi pleura telah didiagnosis, penyebabnya harus diketahui, kemudian cairan pleura diambil dengan jarum, tindakan ini disebut thorakosentesis. Setelah didapatkan cairan efusi dilakukan pemeriksaan seperti: 1. Komposisi kimia seperti protein, laktat dehidrogenase (LDH), albumin, amylase, pH, dan glucose 2. Dilakukan pemeriksaan gram, kultur, sensitifitas untuk mengetahui kemungkinan terjadi infeksi bakteri 3. Pemeriksaan hitung sel 4. Sitologi untuk mengidentifikasi adanya keganasan Langkah selanjutnya dalam evaluasi cairan pleura adalah untuk membedakan apakan cairan tersebut merupakan cairan transudat atau eksudat. Efusi pleura transudatif disebabkan oleh faktor sistemik yang mengubah keseimbangan antara pembentukan dan penyerapan cairan pleura. Misalnya pada keadaan gagal jantung kiri, emboli paru, sirosis hepatis. Sedangkan efusi pleura eksudatif disebabkan oleh faktor local yang mempengaruhi pembentukan dan penyerapan cairan pleura. Efusi pleura eksudatif biasanya ditemukan pada Tuberkulosis paru, pneumonia bakteri, infeksi virus, dan keganasan. Menurut penelitian Samsul Harun, dari efusi pleura yang dibiak dengan media L Sula didapat 22,4% efusi pleura tuber-kulosis; 30% efusi pleura tuberkulosis disertai tuberkulosis paru (bakteri tahan asam pada sputum positip); 15,8% efusi pleura tuberkulosis tanpa disertai tuberkulosis paru (klinik, radiologik dan laboratorik negatip). Pada penderita diduga tuberkulosis paru (klinik dan radiologik positif tuberkulosis sedang labora-torium bakteri tahan asam di sputum negatif) disertai efusi pleura ternyata 23,7% efusi tuberkulosis paru. Sedangkan menurut peneliti lain sekitar 20 - 25% efusi pleura disebabkan karena tuberkulosis. 1. Biopsi pleura buta 21
  • 22. Dengan pemeriksaan histopatologik dan biakan, hasil biopsi positip yangpada didapat efusi pleura tuberkulosis sekitar 50 - 60%, dengan syarat biopsi pleura buta dilakukan di 3 - 4 tempat. 2. Biopsi pleura dengan torakoskopi Torakoskopi dengan tuntunan Fiber Optic Bronchoscopy (FOB) dapat melihat secara langsung granuloma yang hendak dibiopsi, sehingga kepositipan adanya efusi pleura tuberkulosis mencapai ± 90%. Kekurangan torakoskopi adalah karena harus dilakukan oleh tenaga ahli dan alat serta perawatannya mahal. 3. Pemeriksaan sputum Dapat diperiksa langsung dengan pengecatan Ziehl Neelsen atau Tan Thiam Hok melalui mikroskop biasa dan pengecatan Auramin Rhodamin melalui mikroskop fluoresensi; pemeriksaan dengan mikroskop fluoresensi 11,6% lebih positip daripada dengan pemeriksaan mikroskop biasa' di samping waktu yang diperlukan untuk pemeriksaan lebih singkat, hanya saja alat ini harganya mahal dan memerlukan perawatan khusus. 4. Pemeriksaan tuberkulin Seperti diketahui efusi pleura tuberkulosis adalah proses post primer tuberkulosis yang sering terdapat pada penderita dewasa; jarang pada anak dan orang tua. Karena menegakkan diagnosa efusi pleuratuberkulosis sangat sulit, terutama tanpa adanya tuberkulosis paru, maka apabila ada penderita efusi pleura muda umur < 35 tahun disertai dengan pemeriksaan tuberkulin positip, dapat diterapi dengan obat anti tuberkulosis. 22
  • 23. BAB III PENUTUP A. Kesimpulan • Efusi pleura adalah akumulasi cairan yang berlebihan pada rongga pleura, cairan tersebut mengisi ruangan yang mengelilingi paru • Cairan dalam jumlah yang berlebihan dapat mengganggu pernapasan dengan membatasi peregangan paru selama inhalasi. • Penyebab paling sering efusi pleura transudatif di USA adalah oleh karena penyakit gagal jantung kiri, emboli paru, dan sirosis hepatis, sedangkan penyebab efusi pleura eksudatif disebabkan oleh pneumonia bakteri, keganasan (ca paru, ca mammae, dan lymphoma merupakan 75 % penyebab efusi pleura oleh karena kanker), infeksi virus. • Dalam keadaan normal, hanya ditemukan selapis cairan tipis yang memisahkan kedua lapisan pleura. • Efusi pleura terjadi karena tertimbunnya cairan pleura secara berlebihan sebagai akibat transudasi (perubahan tekanan hidro-statik dan onkotik) dan 23
  • 24. eksudasi (perubahan permeabilitas mem-bran) pada permukaan pleura seperti terjadi pada proses infeksi dan neoplasma. • Diagnosis di antaranya: roentgen dada, ST SCAN dada, USG dada, torakonsentesis dan biopsy. B. Saran Untuk mencegah penumpukan cairan pada rongga pleura saran kami dari kelompok IV adalah menghindari penyebab terjadinya EFUSI pada rongga PLEURA. DAFTAR PUSTAKA  http://drlizakedokteran.blogspot.com/2008/01/cairan-di-paru-efusi-pleura.html  http://3rr0rists.com/medical/efusi-pleura.htm  http://www.indonesiaindonesia.com/f/9917-efusi-pleura/html  http://yenibeth.wordpress.com/2008/07/24/askep-efusi-pleura/html 24