SlideShare a Scribd company logo
1 of 17
Download to read offline
Ikatan Apoteker Indonesia (IAI) :
Single Bar system is a must
Sabtu, 13 Mei 2023
Jakarta
Masbuhin
Advocate & Co. Lawyer
PABOI JATIM
JARINGAN RSM Se-Jatim
RUU Kesehatan yang disusun dengan Metode Omnibus law, terdiri
dari 20 Bab dan 478 Pasal, dengan meng-Omnibus-law-kan 9 UU
yang lebih dulu ada. Memunculkan Problematika hukum.
Dua Klaster besar Problematika hukum-nya yaitu :
ØKlaster Proses lahirnya RUU s/d Pembahasannya.
ØKlaster Isi RUU Kesehatan
Pendahuluan
Masyarakat kontra RUU Kesehatan.
Mendalilkan kalau RUU Kesehatan tersebut hanya mengejar
formalitas dalam proses penyusunan RUU, dimana tidak dipenuhinya
asas partisipatif, aspiratif, transparansi dan akuntabel. Semuanya
seolah-alah dibuat secara cepat dan terburu-buru (efektif dan
efisien).
Masyarakat Pro RUU Kesehatan.
Mendalilkan sebaliknya, kalau RUU Kesehatan, masuk prolegnas
prioritas 2023, dan harus dilakukan pembahasan secara efektif dan
efisien dan telah melakukan sosialisasi melalui berbagai FGD.
Klaster I : Proses RUU
Masyarakat yang kontra RUU, mendalilkan banyak
masalah-masalah isi pasal yang harus dikaji lebih
mendalam lagi, karena terjadinya inkonsistensi
pasal, isu kriminalisasi, diskriminatif,
penghilangan kewenangan pokok dan strategis
Organisasi profesi kesehatan dari hulu pasal s.d hilir
Pasal.yang Organisasi Profesi Kesehatan tersebut,
lebih dulu ada dan eksis, baik secara de facto
maupun secara de jure.
Klaster II : Isi RUU
Dalam klaster besar Tentang ISI RUU, kita klaster kembali
dalam klaster lebih kecil yaitu :
1. Organisasi Profesi Dan Kewenangannya.
2. Perlindungan dan Jaminan Kepastian Hukum.
Penyusunan RUU Kesehatan, tidak boleh keluar dari rumah
hukum bernama keadilan, kemanfaatan dan kepastian
hukum.
Rumah hukum itu pasti akan muncul dalam setiap konsideran
sebuah RUU, tidak terkecuali dalam RUU Kesehatan dengan metode
Omnibus law, yang meng-omnibus law-kan 9 UU menjadi satu UU
bernama UU Kesehatan (Omnibus Law).
Fakta hukumnya bunyi konsideran dalam RUU Kesehatan tidak
ditemukan prinsip prinsip dasar keadilan, kemanfaatan dan kepastian
hukum.
RUU Kesehatan kehilangan ruh spirit hukumnya (Keadilan,
kemanfaatan dan kepastian hukum), sehingga substansi dan moral
legislation-nya pun akan hilang.
Terjadilah cacat materiil-substantif dan moral legislation.
Pasal 274 :
Dalam menjalankan tugas sebagaimana dimaksud pada ayat (1), konsil
setiap kelompok Tenaga Kesehatan mempunyai fungsi:
e.melakukan pembinaan di bidang teknis keprofesian;
Bedakan dengan bunyi Pasal 8 huruf (f) UU No.29/2004:
“…………melakukan pembinaan bersama Organisasi Profesi terhadap
Tenaga Kesehatan mengenai pelaksanaan etika profesi yang
dtetapkan oleh Organisasi Profesi”.
Yang dihilangkan adalah kewenangan dan Peran Organisasi Profesi
untuk : Melakukan pembinaan anggota, pelaksanaan etika profesi dan
penetapan etika profesi oleh Organisasi profesi.
Kewenangan Strategis Organisasi Profesi Hilang :
Pasal 318 :
Keanggotaan majelis sebagaimana dimaksud dalam Pasal 316 ayat (1) berasal
dari kalangan profesi Tenaga Medis dan/atau Tenaga Kesehatan atas usulan
Konsil Kedokteran Indonesia dan konsil setiap kelompok Tenaga Kesehatan
sesuai dengan kewenangannya.
Bedakan dengan bunyi Pasal 60 UU No.29/2004
Anggota Majelis Kehormatan Disiplin Kedokteran Indonesia ditetapkan oleh
Menteri atas Usul Organisasi Profesi.
Yang dihilangkan adalah kewenangan dan Peran Organisasi Profesi untuk :
Mengusulkan Keanggotaan Majelis, karena semuanya given dari Pemerintah
melalui Konsil
Pasal 321 :
1. Majelis untuk penegakan disiplin Tenaga Medis atau Tenaga
Kesehatan memeriksa dan memberikan keputusan
terhadap pengaduan yang berkaitan dengan disiplin Tenaga
Medis atau Tenaga Kesehatan.
2. Pemeriksaan majelis terhadap pengaduan dapat memanfaatkan
teknologi informasi dan komunikasi.
Bandingkan dengan Pasal 67 dan 68 UU No.29 tahun 2004
berikut :
Pasal 67 UU No. 29 Tahun 2009 :
Majelis untuk penegakan disiplin Tenaga Medis atau Tenaga
Kesehatan memeriksa dan memberikan keputusan terhadap
pengaduan yang berkaitan dengan disiplin Tenaga Medis atau
Tenaga Kesehatan.
Pasal 68 UU No. 29 Tahun 2009 :
Apabila dalam pemeriksaan ditemukan pelanggaran etika,
majelis meneruskan pengaduan kepada organisasi profesi.
Yang dihilangkan adalah kewenangan dan Peran Organisasi Profesi
untuk : menjaga anggotanya dari adanya dugaan pelanggaran
etika profesinya.
Pasal 314 :
1. Tenaga Medis dan Tenaga Kesehatan harus membentuk Organisasi Profesi
sebagai wadah untuk meningkatkan dan/atau mengembangkan pengetahuan
serta keterampilan, martabat, dan etika profesi Tenaga Medis dan Tenaga
Kesehatan.
2. Setiap kelompok Tenaga Medis dan Tenaga Kesehatan hanya dapat
membentuk 1 (satu) Organisasi Profesi.
3. Organisasi Profesi sebagaimana dimaksud pada ayat (2) membentuk
perhimpunan ilmu.
4. Pembentukan Organisasi Profesi sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
dilaksanakan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.
Pasal 475 :
Pada saat Undang-Undang ini mulai berlaku, Organisasi Profesi yang
telah berbadan hukum sebelum berlakunya Undang-Undang ini tetap
diakui keberadaannya sesuai dengan ketentuan Undang-Undang ini
dan harus menyesuaikan dengan ketentuan Undang-Undang ini
dalam jangka waktu paling lama 1 (satu) tahun terhitung sejak
Undang-Undang ini diundangkan.
Penjelasan Pasal 475 :
Yang dimaksud dengan organisasi profesi antara lain Ikatan Dokter
Indonesia untuk Dokter, Persatuan Dokter Gigi Indonesia untuk dokter
gigi, Ikatan Bidan Indonesia untuk Bidan, Persatuan Perawat Nasional
Indonesia untuk perawat, Ikatan Apoteker Indonesia untuk Apoteker.
Perhatikan Daftar Inventarisasi Masalah (DIM) Pemerintah No.
1484 dalam kolom ke 4 DIHAPUS. OP Kesehatan - berubah dari
Single Bar System menjadi Multi Bar System.
1) Pilihan Single bar system atau multi bar system, pada prinsipnya merupakan bagian
dari kebijakan hukum yang menjadi kewenangan pembentuk uu atau open legal
policy, untuk menentukan sesuai dengan kebutuhan Organisasi profesi kesehatan
di Indonesia. Siapa pembentuk RUU Kesehatan (Omnibus Law), dia-lah penentu
kebijakan hukum ini. Maka kalau sudah ditentukan sebagai UU, siapapun wajib
patuh.
2) Awalnya semangat Pasal 314 dan 475 RUU Kesehatan ini adalah single bar system
apabila memperhatikan, pasal 314 ayat (2) diatas, jo Pasal 475 dan penjelasan Pasal
475. Namun yang terjadi kemudian adalah Metamorfosis dari single bar system
menjadi Multi bar system.
3) Dari sinilah nanti Organisasi Profesi Kesehatan yang selama ini eksis akan memasuki
sejarah baru dalam sebuah ketidakpastian kedudukan hukum dan kewenangan
yang dimiliki, lalu terkotak dalam kelompok-kelompok dan paguyuban-
paguyuban dan lain-lain lalu ditundukkan dalam UU No. 17 Tahun 2013 Tentang
Ormas. Implikasi hukumnya adalah : Organisasi Profesi Kesehatan, adanya seperti
tidak adanya.
Kesimpulan
4. IDI yang merupakan singkatan (akronim) dari Ikatan Dokter Indonesia, PDGI
akronim dari Persatuan Dokter Gigi Indonesia IBI singkatan dari Ikatan Bidan
Indonesia, PPNI singkatan dari Persatuan Perawat Nasional Indonesia dan IAI
singkatan dari Ikatan Apoteker Indonesia adalah Organisasi yang merupakan
satu-satunya wadah profesi dokter menurut Penjelasan atas Pasal 475 RUU
Kesehatan, tetapi ingat lho ya dalam Daftar Inventarisasi Masalah (DIM)
Pemerintah bernomor 1484 kolom 4 itu dihapus. Kenapa dihapus tanyakan
saja kepada Pemerintah.
5. Kemudian Kewenangan pokok dan sentral Organisasi Profesi dalam Undang-
Undang lama yang di-Omnibuslaw-kan, seperti kewenangan untuk
menetapkan etika profesi, membina anggota dalam pelaksanaan etika
profesi, mengusulkan siapa-siapa yang duduk dalam Majelis Kehormatan
Disiplin s/d perlindungan kepada anggota. Juga dihilangkan.
KESIMPULAN
6. Maka Organisasi Profesi lain yang secara def facto saat ini ada, dan yang akan
ada dikemudian hari, dengan menunjuk pasal 475 tidak dapat dilarang
keberadaannya karena Konstitusi menjamin kebebasan berserikat dan
berkumpul sebagaimana dimaksud dalam Pasl 28 dan pasal 28 E ayat (3)
UUD 1945.
7. Berubahlah Organisasi Profesi yang single bar system menjadi multi bar
system. Maka semua organisasi lain kedepan memiliki kedudukan dan
kewenangan sama. Bahasa Cak Buhin : “Adanya seperti tidak adanya”,
menjadi perkumpulan biasa, paguyaban biasa, sehingga tidak salah kedepan
akan di kotak dalam UU Ormas. Lalu dimana letak dan kedudukan hukum
profesi dokter dan nakes yang spesial dan professional, baik dalam
pendidikan dan pekerjaannya, apabila dianggap masuk sebagai Ormas.
Logika hukumnya adalah : semua organisasi profesi yang professional itu
akan menjadi ormas. Kesalahan ini harus diluruskan.
8. Dengan demikian, maka :
IAI : Single bar is a must. Adalah
sebuah keniscayaan yang tidak
dapat ditawar-tawar lagi.
KESIMPULAN
Terima Kasih
Semoga Bermanfaat J

More Related Content

What's hot

Analisis swot renstra
Analisis swot renstraAnalisis swot renstra
Analisis swot renstraDwiHandoyo7
 
Rekam Medik & Sistem Pelaporan Rumah Sakit
Rekam Medik & Sistem Pelaporan Rumah SakitRekam Medik & Sistem Pelaporan Rumah Sakit
Rekam Medik & Sistem Pelaporan Rumah SakitEndah Widya Purnamasari
 
Ppt sistem informasi manajemen rumah sakit
Ppt sistem informasi manajemen rumah sakitPpt sistem informasi manajemen rumah sakit
Ppt sistem informasi manajemen rumah sakitprayoga945
 
Analisa kasus berdasarkan UU Keperawatan No. 38 Tahun 2014
Analisa kasus berdasarkan UU Keperawatan No. 38 Tahun 2014Analisa kasus berdasarkan UU Keperawatan No. 38 Tahun 2014
Analisa kasus berdasarkan UU Keperawatan No. 38 Tahun 2014Winda Darpianur
 
Modul farmakologi 2 kb 3.-
Modul farmakologi 2 kb 3.-Modul farmakologi 2 kb 3.-
Modul farmakologi 2 kb 3.-pjj_kemenkes
 
Contoh SOP Apotek
Contoh SOP Apotek Contoh SOP Apotek
Contoh SOP Apotek Lalla Haflah
 
Manajemen Informasi Kesehatan (MIK)
Manajemen Informasi Kesehatan (MIK)Manajemen Informasi Kesehatan (MIK)
Manajemen Informasi Kesehatan (MIK)Fahmi Hakam
 
Permenkes No. 74 Tahun 2016 Tentang Standar Pelayanan Kefarmasian di puskesmas
Permenkes No. 74 Tahun 2016 Tentang Standar Pelayanan Kefarmasian di puskesmas Permenkes No. 74 Tahun 2016 Tentang Standar Pelayanan Kefarmasian di puskesmas
Permenkes No. 74 Tahun 2016 Tentang Standar Pelayanan Kefarmasian di puskesmas Ulfah Hanum
 
Icd 10 cm untuk fisioterapi, ICD 10 Fisioterapi bahasa Indonesia, JKN, BPJS, ...
Icd 10 cm untuk fisioterapi, ICD 10 Fisioterapi bahasa Indonesia, JKN, BPJS, ...Icd 10 cm untuk fisioterapi, ICD 10 Fisioterapi bahasa Indonesia, JKN, BPJS, ...
Icd 10 cm untuk fisioterapi, ICD 10 Fisioterapi bahasa Indonesia, JKN, BPJS, ...Ishak Majid
 
32. Permenkes No 24 Tahun 2022 tentang Rekam Medis.pdf
32. Permenkes No 24 Tahun 2022 tentang Rekam Medis.pdf32. Permenkes No 24 Tahun 2022 tentang Rekam Medis.pdf
32. Permenkes No 24 Tahun 2022 tentang Rekam Medis.pdfdewi nashrulloh
 
Etika, disiplin & hukum kesehatan dr. adji
Etika, disiplin & hukum kesehatan   dr. adjiEtika, disiplin & hukum kesehatan   dr. adji
Etika, disiplin & hukum kesehatan dr. adjiAnjang Kusuma Netra
 
Metode dan teknik promosi kesehatan
Metode dan teknik promosi kesehatanMetode dan teknik promosi kesehatan
Metode dan teknik promosi kesehatanAya Wie Saya
 
Teknis Koding ICD 9-CM (Prosedur/Tindakan)_ Training/BimTek "SISTEM CASEMIX"
Teknis Koding ICD 9-CM (Prosedur/Tindakan)_ Training/BimTek "SISTEM CASEMIX"Teknis Koding ICD 9-CM (Prosedur/Tindakan)_ Training/BimTek "SISTEM CASEMIX"
Teknis Koding ICD 9-CM (Prosedur/Tindakan)_ Training/BimTek "SISTEM CASEMIX"Kanaidi ken
 
Contoh program kerja pkrs
Contoh program kerja pkrsContoh program kerja pkrs
Contoh program kerja pkrskhusnuleza
 
Konsep dasar etika farmasi umum
Konsep dasar etika farmasi umumKonsep dasar etika farmasi umum
Konsep dasar etika farmasi umumMaswanDaulay
 
Pp nomor 46 tahun 2014 tentang sistem informasi kesehatan
Pp nomor 46 tahun 2014 tentang sistem informasi kesehatanPp nomor 46 tahun 2014 tentang sistem informasi kesehatan
Pp nomor 46 tahun 2014 tentang sistem informasi kesehatanUlfah Hanum
 
Makalah patient safety
Makalah patient safetyMakalah patient safety
Makalah patient safetyVicky Thio
 

What's hot (20)

Analisis swot renstra
Analisis swot renstraAnalisis swot renstra
Analisis swot renstra
 
Rekam Medik & Sistem Pelaporan Rumah Sakit
Rekam Medik & Sistem Pelaporan Rumah SakitRekam Medik & Sistem Pelaporan Rumah Sakit
Rekam Medik & Sistem Pelaporan Rumah Sakit
 
Ppt sistem informasi manajemen rumah sakit
Ppt sistem informasi manajemen rumah sakitPpt sistem informasi manajemen rumah sakit
Ppt sistem informasi manajemen rumah sakit
 
Analisa kasus berdasarkan UU Keperawatan No. 38 Tahun 2014
Analisa kasus berdasarkan UU Keperawatan No. 38 Tahun 2014Analisa kasus berdasarkan UU Keperawatan No. 38 Tahun 2014
Analisa kasus berdasarkan UU Keperawatan No. 38 Tahun 2014
 
Modul farmakologi 2 kb 3.-
Modul farmakologi 2 kb 3.-Modul farmakologi 2 kb 3.-
Modul farmakologi 2 kb 3.-
 
Contoh SOP Apotek
Contoh SOP Apotek Contoh SOP Apotek
Contoh SOP Apotek
 
Harga Eceren Tertinggi Obat generik
Harga Eceren Tertinggi Obat generikHarga Eceren Tertinggi Obat generik
Harga Eceren Tertinggi Obat generik
 
Penyelenggaraan Komite Medis
Penyelenggaraan Komite MedisPenyelenggaraan Komite Medis
Penyelenggaraan Komite Medis
 
Manajemen Informasi Kesehatan (MIK)
Manajemen Informasi Kesehatan (MIK)Manajemen Informasi Kesehatan (MIK)
Manajemen Informasi Kesehatan (MIK)
 
alkes pkrt.ppt
alkes pkrt.pptalkes pkrt.ppt
alkes pkrt.ppt
 
Permenkes No. 74 Tahun 2016 Tentang Standar Pelayanan Kefarmasian di puskesmas
Permenkes No. 74 Tahun 2016 Tentang Standar Pelayanan Kefarmasian di puskesmas Permenkes No. 74 Tahun 2016 Tentang Standar Pelayanan Kefarmasian di puskesmas
Permenkes No. 74 Tahun 2016 Tentang Standar Pelayanan Kefarmasian di puskesmas
 
Icd 10 cm untuk fisioterapi, ICD 10 Fisioterapi bahasa Indonesia, JKN, BPJS, ...
Icd 10 cm untuk fisioterapi, ICD 10 Fisioterapi bahasa Indonesia, JKN, BPJS, ...Icd 10 cm untuk fisioterapi, ICD 10 Fisioterapi bahasa Indonesia, JKN, BPJS, ...
Icd 10 cm untuk fisioterapi, ICD 10 Fisioterapi bahasa Indonesia, JKN, BPJS, ...
 
32. Permenkes No 24 Tahun 2022 tentang Rekam Medis.pdf
32. Permenkes No 24 Tahun 2022 tentang Rekam Medis.pdf32. Permenkes No 24 Tahun 2022 tentang Rekam Medis.pdf
32. Permenkes No 24 Tahun 2022 tentang Rekam Medis.pdf
 
Etika, disiplin & hukum kesehatan dr. adji
Etika, disiplin & hukum kesehatan   dr. adjiEtika, disiplin & hukum kesehatan   dr. adji
Etika, disiplin & hukum kesehatan dr. adji
 
Metode dan teknik promosi kesehatan
Metode dan teknik promosi kesehatanMetode dan teknik promosi kesehatan
Metode dan teknik promosi kesehatan
 
Teknis Koding ICD 9-CM (Prosedur/Tindakan)_ Training/BimTek "SISTEM CASEMIX"
Teknis Koding ICD 9-CM (Prosedur/Tindakan)_ Training/BimTek "SISTEM CASEMIX"Teknis Koding ICD 9-CM (Prosedur/Tindakan)_ Training/BimTek "SISTEM CASEMIX"
Teknis Koding ICD 9-CM (Prosedur/Tindakan)_ Training/BimTek "SISTEM CASEMIX"
 
Contoh program kerja pkrs
Contoh program kerja pkrsContoh program kerja pkrs
Contoh program kerja pkrs
 
Konsep dasar etika farmasi umum
Konsep dasar etika farmasi umumKonsep dasar etika farmasi umum
Konsep dasar etika farmasi umum
 
Pp nomor 46 tahun 2014 tentang sistem informasi kesehatan
Pp nomor 46 tahun 2014 tentang sistem informasi kesehatanPp nomor 46 tahun 2014 tentang sistem informasi kesehatan
Pp nomor 46 tahun 2014 tentang sistem informasi kesehatan
 
Makalah patient safety
Makalah patient safetyMakalah patient safety
Makalah patient safety
 

Similar to PPT Apoteker Indonesia.pdf

Pandangan Tentang RUU Kesehatan.pptx
Pandangan Tentang RUU Kesehatan.pptxPandangan Tentang RUU Kesehatan.pptx
Pandangan Tentang RUU Kesehatan.pptxssuser242fbf1
 
SLIDE DR Dr HALIM PERLINDUNGAN HUKUM_IDI WILAYAH KALSEL.pptx
SLIDE DR Dr HALIM PERLINDUNGAN HUKUM_IDI WILAYAH KALSEL.pptxSLIDE DR Dr HALIM PERLINDUNGAN HUKUM_IDI WILAYAH KALSEL.pptx
SLIDE DR Dr HALIM PERLINDUNGAN HUKUM_IDI WILAYAH KALSEL.pptxHalimFINASIM
 
Siaran Pers Organisasi dan Asosiasi Profesi Kedokteran
Siaran Pers Organisasi dan Asosiasi Profesi KedokteranSiaran Pers Organisasi dan Asosiasi Profesi Kedokteran
Siaran Pers Organisasi dan Asosiasi Profesi KedokteranCIkumparan
 
Materi Perlindungan Hukum SDM Kesehatan.pdf
Materi Perlindungan Hukum SDM Kesehatan.pdfMateri Perlindungan Hukum SDM Kesehatan.pdf
Materi Perlindungan Hukum SDM Kesehatan.pdfAndriTriyadi
 
SLIDES Pengawalan RUU-Tim Adhoc RUU OBL Kesehatan IDI.pdf
SLIDES Pengawalan RUU-Tim Adhoc RUU OBL Kesehatan IDI.pdfSLIDES Pengawalan RUU-Tim Adhoc RUU OBL Kesehatan IDI.pdf
SLIDES Pengawalan RUU-Tim Adhoc RUU OBL Kesehatan IDI.pdftoryilonda07
 
Pedoman p2 kb re sertifikasi ortotis prostetis rev2016-1
Pedoman p2 kb re sertifikasi  ortotis prostetis rev2016-1Pedoman p2 kb re sertifikasi  ortotis prostetis rev2016-1
Pedoman p2 kb re sertifikasi ortotis prostetis rev2016-1sisy bania
 
LANDASAN HUKUM PRAKTEK KEPERAWATAN FIX.pdf
LANDASAN HUKUM PRAKTEK KEPERAWATAN FIX.pdfLANDASAN HUKUM PRAKTEK KEPERAWATAN FIX.pdf
LANDASAN HUKUM PRAKTEK KEPERAWATAN FIX.pdfchantieq
 
Peran komite medik dan hukum
Peran komite medik dan hukumPeran komite medik dan hukum
Peran komite medik dan hukumbudi1
 

Similar to PPT Apoteker Indonesia.pdf (20)

Pandangan Tentang RUU Kesehatan.pptx
Pandangan Tentang RUU Kesehatan.pptxPandangan Tentang RUU Kesehatan.pptx
Pandangan Tentang RUU Kesehatan.pptx
 
SLIDE DR Dr HALIM PERLINDUNGAN HUKUM_IDI WILAYAH KALSEL.pptx
SLIDE DR Dr HALIM PERLINDUNGAN HUKUM_IDI WILAYAH KALSEL.pptxSLIDE DR Dr HALIM PERLINDUNGAN HUKUM_IDI WILAYAH KALSEL.pptx
SLIDE DR Dr HALIM PERLINDUNGAN HUKUM_IDI WILAYAH KALSEL.pptx
 
Siaran Pers Organisasi dan Asosiasi Profesi Kedokteran
Siaran Pers Organisasi dan Asosiasi Profesi KedokteranSiaran Pers Organisasi dan Asosiasi Profesi Kedokteran
Siaran Pers Organisasi dan Asosiasi Profesi Kedokteran
 
AD ART PDUI
AD ART PDUIAD ART PDUI
AD ART PDUI
 
Materi Perlindungan Hukum SDM Kesehatan.pdf
Materi Perlindungan Hukum SDM Kesehatan.pdfMateri Perlindungan Hukum SDM Kesehatan.pdf
Materi Perlindungan Hukum SDM Kesehatan.pdf
 
Hukum kesehatan
Hukum kesehatanHukum kesehatan
Hukum kesehatan
 
SLIDES Pengawalan RUU-Tim Adhoc RUU OBL Kesehatan IDI.pdf
SLIDES Pengawalan RUU-Tim Adhoc RUU OBL Kesehatan IDI.pdfSLIDES Pengawalan RUU-Tim Adhoc RUU OBL Kesehatan IDI.pdf
SLIDES Pengawalan RUU-Tim Adhoc RUU OBL Kesehatan IDI.pdf
 
Pedoman p2 kb re sertifikasi ortotis prostetis rev2016-1
Pedoman p2 kb re sertifikasi  ortotis prostetis rev2016-1Pedoman p2 kb re sertifikasi  ortotis prostetis rev2016-1
Pedoman p2 kb re sertifikasi ortotis prostetis rev2016-1
 
aspek legal
aspek legalaspek legal
aspek legal
 
Uu 29 2004
Uu 29 2004Uu 29 2004
Uu 29 2004
 
Uu 29 2004
Uu 29 2004Uu 29 2004
Uu 29 2004
 
MI1
MI1MI1
MI1
 
LANDASAN HUKUM PRAKTEK KEPERAWATAN FIX.pdf
LANDASAN HUKUM PRAKTEK KEPERAWATAN FIX.pdfLANDASAN HUKUM PRAKTEK KEPERAWATAN FIX.pdf
LANDASAN HUKUM PRAKTEK KEPERAWATAN FIX.pdf
 
Kelompok 1 komite etik
Kelompok 1 komite etikKelompok 1 komite etik
Kelompok 1 komite etik
 
Om swastyastu
Om swastyastuOm swastyastu
Om swastyastu
 
REGULASI TENAGA KESEHATAN
REGULASI TENAGA KESEHATANREGULASI TENAGA KESEHATAN
REGULASI TENAGA KESEHATAN
 
Hbl&msbl rsu kartini mojosari
Hbl&msbl rsu kartini mojosariHbl&msbl rsu kartini mojosari
Hbl&msbl rsu kartini mojosari
 
HBL & MSBL RSU Kartini Mojosari
HBL & MSBL  RSU Kartini MojosariHBL & MSBL  RSU Kartini Mojosari
HBL & MSBL RSU Kartini Mojosari
 
Uu 29 2004
Uu 29 2004Uu 29 2004
Uu 29 2004
 
Peran komite medik dan hukum
Peran komite medik dan hukumPeran komite medik dan hukum
Peran komite medik dan hukum
 

Recently uploaded

SISTEM KONDUKSI / KELISTRIKAN JANTUNG.ppt
SISTEM KONDUKSI / KELISTRIKAN JANTUNG.pptSISTEM KONDUKSI / KELISTRIKAN JANTUNG.ppt
SISTEM KONDUKSI / KELISTRIKAN JANTUNG.pptAcephasan2
 
materi tentang airway management terbaru
materi tentang airway management terbarumateri tentang airway management terbaru
materi tentang airway management terbaruPrajaPratama4
 
Chapter 1 Introduction to veterinary pharmacy
Chapter 1 Introduction to veterinary pharmacyChapter 1 Introduction to veterinary pharmacy
Chapter 1 Introduction to veterinary pharmacyIkanurzijah2
 
Movi Tri Wulandari - Portofolio Perawat
Movi Tri Wulandari -  Portofolio PerawatMovi Tri Wulandari -  Portofolio Perawat
Movi Tri Wulandari - Portofolio PerawatMovieWulandari
 
Low Back Pain untuk Awam dan pekerja tahun 2024
Low Back Pain untuk Awam dan pekerja tahun 2024Low Back Pain untuk Awam dan pekerja tahun 2024
Low Back Pain untuk Awam dan pekerja tahun 2024PyrecticWilliams1
 
Pengantar kepemimpinan dalam kebidanan.pptx
Pengantar kepemimpinan dalam kebidanan.pptxPengantar kepemimpinan dalam kebidanan.pptx
Pengantar kepemimpinan dalam kebidanan.pptxcholiftiara1
 
HEMOSTASIs darah HEMOSTASIs darah HEMOST
HEMOSTASIs darah HEMOSTASIs darah HEMOSTHEMOSTASIs darah HEMOSTASIs darah HEMOST
HEMOSTASIs darah HEMOSTASIs darah HEMOSTRiskaViandini1
 
distribusi obat farmasi manfar rumah sakit
distribusi obat farmasi manfar rumah sakitdistribusi obat farmasi manfar rumah sakit
distribusi obat farmasi manfar rumah sakitPutriKemala3
 
asuhan keperawatan jiwa dengan diagnosa keperawatan resiko perilaku kekerasan
asuhan keperawatan jiwa dengan diagnosa keperawatan resiko perilaku kekerasanasuhan keperawatan jiwa dengan diagnosa keperawatan resiko perilaku kekerasan
asuhan keperawatan jiwa dengan diagnosa keperawatan resiko perilaku kekerasanFeraAyuFitriyani
 
High Risk Infant modul perkembangan bayi risiko tinggi
High Risk Infant modul perkembangan bayi risiko tinggiHigh Risk Infant modul perkembangan bayi risiko tinggi
High Risk Infant modul perkembangan bayi risiko tinggiAikawaMita
 
Materi E- Kohort Dinkes Prop untuk nakes .pptx
Materi E- Kohort Dinkes Prop untuk nakes .pptxMateri E- Kohort Dinkes Prop untuk nakes .pptx
Materi E- Kohort Dinkes Prop untuk nakes .pptxssuser981dcb
 
EPIDEMIOLOGI PENYAKIT MENULAR dalam bidang kesehatan masyarakat
EPIDEMIOLOGI PENYAKIT MENULAR dalam bidang kesehatan masyarakatEPIDEMIOLOGI PENYAKIT MENULAR dalam bidang kesehatan masyarakat
EPIDEMIOLOGI PENYAKIT MENULAR dalam bidang kesehatan masyarakatssuser7c01e3
 
sosialisasi lomba inovasi daerah tahun 2024 kementrian kesehatan republik ind...
sosialisasi lomba inovasi daerah tahun 2024 kementrian kesehatan republik ind...sosialisasi lomba inovasi daerah tahun 2024 kementrian kesehatan republik ind...
sosialisasi lomba inovasi daerah tahun 2024 kementrian kesehatan republik ind...NenkRiniRosmHz
 
Penyuluhan kesehatan Diabetes melitus .pptx
Penyuluhan kesehatan Diabetes melitus .pptxPenyuluhan kesehatan Diabetes melitus .pptx
Penyuluhan kesehatan Diabetes melitus .pptxTULUSHADI
 
pemeriksaan fisik Telinga hidung tenggorok bedah kepala leher.pptx
pemeriksaan fisik Telinga hidung tenggorok bedah kepala leher.pptxpemeriksaan fisik Telinga hidung tenggorok bedah kepala leher.pptx
pemeriksaan fisik Telinga hidung tenggorok bedah kepala leher.pptxFerawatiPhea1
 
MEMBERIKAN OBAT INJEKSI (KEPERAWATAN DASAR).ppt
MEMBERIKAN OBAT INJEKSI (KEPERAWATAN DASAR).pptMEMBERIKAN OBAT INJEKSI (KEPERAWATAN DASAR).ppt
MEMBERIKAN OBAT INJEKSI (KEPERAWATAN DASAR).pptssuserbb0b09
 
LOKAKARYA MINI tingkat puskesmas bulanan ppt
LOKAKARYA MINI tingkat puskesmas bulanan pptLOKAKARYA MINI tingkat puskesmas bulanan ppt
LOKAKARYA MINI tingkat puskesmas bulanan pptUserTank2
 
Mengenal Nyeri Perut tentang jenis dan karakteristik.pptx
Mengenal Nyeri Perut tentang jenis dan karakteristik.pptxMengenal Nyeri Perut tentang jenis dan karakteristik.pptx
Mengenal Nyeri Perut tentang jenis dan karakteristik.pptxLintangDwiCandra1
 

Recently uploaded (20)

SISTEM KONDUKSI / KELISTRIKAN JANTUNG.ppt
SISTEM KONDUKSI / KELISTRIKAN JANTUNG.pptSISTEM KONDUKSI / KELISTRIKAN JANTUNG.ppt
SISTEM KONDUKSI / KELISTRIKAN JANTUNG.ppt
 
materi tentang airway management terbaru
materi tentang airway management terbarumateri tentang airway management terbaru
materi tentang airway management terbaru
 
Chapter 1 Introduction to veterinary pharmacy
Chapter 1 Introduction to veterinary pharmacyChapter 1 Introduction to veterinary pharmacy
Chapter 1 Introduction to veterinary pharmacy
 
Movi Tri Wulandari - Portofolio Perawat
Movi Tri Wulandari -  Portofolio PerawatMovi Tri Wulandari -  Portofolio Perawat
Movi Tri Wulandari - Portofolio Perawat
 
Low Back Pain untuk Awam dan pekerja tahun 2024
Low Back Pain untuk Awam dan pekerja tahun 2024Low Back Pain untuk Awam dan pekerja tahun 2024
Low Back Pain untuk Awam dan pekerja tahun 2024
 
Pengantar kepemimpinan dalam kebidanan.pptx
Pengantar kepemimpinan dalam kebidanan.pptxPengantar kepemimpinan dalam kebidanan.pptx
Pengantar kepemimpinan dalam kebidanan.pptx
 
HEMOSTASIs darah HEMOSTASIs darah HEMOST
HEMOSTASIs darah HEMOSTASIs darah HEMOSTHEMOSTASIs darah HEMOSTASIs darah HEMOST
HEMOSTASIs darah HEMOSTASIs darah HEMOST
 
distribusi obat farmasi manfar rumah sakit
distribusi obat farmasi manfar rumah sakitdistribusi obat farmasi manfar rumah sakit
distribusi obat farmasi manfar rumah sakit
 
asuhan keperawatan jiwa dengan diagnosa keperawatan resiko perilaku kekerasan
asuhan keperawatan jiwa dengan diagnosa keperawatan resiko perilaku kekerasanasuhan keperawatan jiwa dengan diagnosa keperawatan resiko perilaku kekerasan
asuhan keperawatan jiwa dengan diagnosa keperawatan resiko perilaku kekerasan
 
High Risk Infant modul perkembangan bayi risiko tinggi
High Risk Infant modul perkembangan bayi risiko tinggiHigh Risk Infant modul perkembangan bayi risiko tinggi
High Risk Infant modul perkembangan bayi risiko tinggi
 
Materi E- Kohort Dinkes Prop untuk nakes .pptx
Materi E- Kohort Dinkes Prop untuk nakes .pptxMateri E- Kohort Dinkes Prop untuk nakes .pptx
Materi E- Kohort Dinkes Prop untuk nakes .pptx
 
EPIDEMIOLOGI PENYAKIT MENULAR dalam bidang kesehatan masyarakat
EPIDEMIOLOGI PENYAKIT MENULAR dalam bidang kesehatan masyarakatEPIDEMIOLOGI PENYAKIT MENULAR dalam bidang kesehatan masyarakat
EPIDEMIOLOGI PENYAKIT MENULAR dalam bidang kesehatan masyarakat
 
sosialisasi lomba inovasi daerah tahun 2024 kementrian kesehatan republik ind...
sosialisasi lomba inovasi daerah tahun 2024 kementrian kesehatan republik ind...sosialisasi lomba inovasi daerah tahun 2024 kementrian kesehatan republik ind...
sosialisasi lomba inovasi daerah tahun 2024 kementrian kesehatan republik ind...
 
Jenis-Jenis-Karakter-Pasien-Rumah-Sakit.pdf
Jenis-Jenis-Karakter-Pasien-Rumah-Sakit.pdfJenis-Jenis-Karakter-Pasien-Rumah-Sakit.pdf
Jenis-Jenis-Karakter-Pasien-Rumah-Sakit.pdf
 
Penyuluhan kesehatan Diabetes melitus .pptx
Penyuluhan kesehatan Diabetes melitus .pptxPenyuluhan kesehatan Diabetes melitus .pptx
Penyuluhan kesehatan Diabetes melitus .pptx
 
pemeriksaan fisik Telinga hidung tenggorok bedah kepala leher.pptx
pemeriksaan fisik Telinga hidung tenggorok bedah kepala leher.pptxpemeriksaan fisik Telinga hidung tenggorok bedah kepala leher.pptx
pemeriksaan fisik Telinga hidung tenggorok bedah kepala leher.pptx
 
MEMBERIKAN OBAT INJEKSI (KEPERAWATAN DASAR).ppt
MEMBERIKAN OBAT INJEKSI (KEPERAWATAN DASAR).pptMEMBERIKAN OBAT INJEKSI (KEPERAWATAN DASAR).ppt
MEMBERIKAN OBAT INJEKSI (KEPERAWATAN DASAR).ppt
 
LOKAKARYA MINI tingkat puskesmas bulanan ppt
LOKAKARYA MINI tingkat puskesmas bulanan pptLOKAKARYA MINI tingkat puskesmas bulanan ppt
LOKAKARYA MINI tingkat puskesmas bulanan ppt
 
Mengenal Nyeri Perut tentang jenis dan karakteristik.pptx
Mengenal Nyeri Perut tentang jenis dan karakteristik.pptxMengenal Nyeri Perut tentang jenis dan karakteristik.pptx
Mengenal Nyeri Perut tentang jenis dan karakteristik.pptx
 
KUNCI CARA MENGGUGURKAN KANDUNGAN ABORSI JANIN 087776558899
KUNCI CARA MENGGUGURKAN KANDUNGAN ABORSI JANIN 087776558899KUNCI CARA MENGGUGURKAN KANDUNGAN ABORSI JANIN 087776558899
KUNCI CARA MENGGUGURKAN KANDUNGAN ABORSI JANIN 087776558899
 

PPT Apoteker Indonesia.pdf

  • 1. Ikatan Apoteker Indonesia (IAI) : Single Bar system is a must Sabtu, 13 Mei 2023 Jakarta Masbuhin Advocate & Co. Lawyer PABOI JATIM JARINGAN RSM Se-Jatim
  • 2. RUU Kesehatan yang disusun dengan Metode Omnibus law, terdiri dari 20 Bab dan 478 Pasal, dengan meng-Omnibus-law-kan 9 UU yang lebih dulu ada. Memunculkan Problematika hukum. Dua Klaster besar Problematika hukum-nya yaitu : ØKlaster Proses lahirnya RUU s/d Pembahasannya. ØKlaster Isi RUU Kesehatan Pendahuluan
  • 3. Masyarakat kontra RUU Kesehatan. Mendalilkan kalau RUU Kesehatan tersebut hanya mengejar formalitas dalam proses penyusunan RUU, dimana tidak dipenuhinya asas partisipatif, aspiratif, transparansi dan akuntabel. Semuanya seolah-alah dibuat secara cepat dan terburu-buru (efektif dan efisien). Masyarakat Pro RUU Kesehatan. Mendalilkan sebaliknya, kalau RUU Kesehatan, masuk prolegnas prioritas 2023, dan harus dilakukan pembahasan secara efektif dan efisien dan telah melakukan sosialisasi melalui berbagai FGD. Klaster I : Proses RUU
  • 4. Masyarakat yang kontra RUU, mendalilkan banyak masalah-masalah isi pasal yang harus dikaji lebih mendalam lagi, karena terjadinya inkonsistensi pasal, isu kriminalisasi, diskriminatif, penghilangan kewenangan pokok dan strategis Organisasi profesi kesehatan dari hulu pasal s.d hilir Pasal.yang Organisasi Profesi Kesehatan tersebut, lebih dulu ada dan eksis, baik secara de facto maupun secara de jure. Klaster II : Isi RUU
  • 5. Dalam klaster besar Tentang ISI RUU, kita klaster kembali dalam klaster lebih kecil yaitu : 1. Organisasi Profesi Dan Kewenangannya. 2. Perlindungan dan Jaminan Kepastian Hukum. Penyusunan RUU Kesehatan, tidak boleh keluar dari rumah hukum bernama keadilan, kemanfaatan dan kepastian hukum.
  • 6. Rumah hukum itu pasti akan muncul dalam setiap konsideran sebuah RUU, tidak terkecuali dalam RUU Kesehatan dengan metode Omnibus law, yang meng-omnibus law-kan 9 UU menjadi satu UU bernama UU Kesehatan (Omnibus Law). Fakta hukumnya bunyi konsideran dalam RUU Kesehatan tidak ditemukan prinsip prinsip dasar keadilan, kemanfaatan dan kepastian hukum. RUU Kesehatan kehilangan ruh spirit hukumnya (Keadilan, kemanfaatan dan kepastian hukum), sehingga substansi dan moral legislation-nya pun akan hilang. Terjadilah cacat materiil-substantif dan moral legislation.
  • 7. Pasal 274 : Dalam menjalankan tugas sebagaimana dimaksud pada ayat (1), konsil setiap kelompok Tenaga Kesehatan mempunyai fungsi: e.melakukan pembinaan di bidang teknis keprofesian; Bedakan dengan bunyi Pasal 8 huruf (f) UU No.29/2004: “…………melakukan pembinaan bersama Organisasi Profesi terhadap Tenaga Kesehatan mengenai pelaksanaan etika profesi yang dtetapkan oleh Organisasi Profesi”. Yang dihilangkan adalah kewenangan dan Peran Organisasi Profesi untuk : Melakukan pembinaan anggota, pelaksanaan etika profesi dan penetapan etika profesi oleh Organisasi profesi. Kewenangan Strategis Organisasi Profesi Hilang :
  • 8. Pasal 318 : Keanggotaan majelis sebagaimana dimaksud dalam Pasal 316 ayat (1) berasal dari kalangan profesi Tenaga Medis dan/atau Tenaga Kesehatan atas usulan Konsil Kedokteran Indonesia dan konsil setiap kelompok Tenaga Kesehatan sesuai dengan kewenangannya. Bedakan dengan bunyi Pasal 60 UU No.29/2004 Anggota Majelis Kehormatan Disiplin Kedokteran Indonesia ditetapkan oleh Menteri atas Usul Organisasi Profesi. Yang dihilangkan adalah kewenangan dan Peran Organisasi Profesi untuk : Mengusulkan Keanggotaan Majelis, karena semuanya given dari Pemerintah melalui Konsil
  • 9. Pasal 321 : 1. Majelis untuk penegakan disiplin Tenaga Medis atau Tenaga Kesehatan memeriksa dan memberikan keputusan terhadap pengaduan yang berkaitan dengan disiplin Tenaga Medis atau Tenaga Kesehatan. 2. Pemeriksaan majelis terhadap pengaduan dapat memanfaatkan teknologi informasi dan komunikasi. Bandingkan dengan Pasal 67 dan 68 UU No.29 tahun 2004 berikut :
  • 10. Pasal 67 UU No. 29 Tahun 2009 : Majelis untuk penegakan disiplin Tenaga Medis atau Tenaga Kesehatan memeriksa dan memberikan keputusan terhadap pengaduan yang berkaitan dengan disiplin Tenaga Medis atau Tenaga Kesehatan. Pasal 68 UU No. 29 Tahun 2009 : Apabila dalam pemeriksaan ditemukan pelanggaran etika, majelis meneruskan pengaduan kepada organisasi profesi. Yang dihilangkan adalah kewenangan dan Peran Organisasi Profesi untuk : menjaga anggotanya dari adanya dugaan pelanggaran etika profesinya.
  • 11. Pasal 314 : 1. Tenaga Medis dan Tenaga Kesehatan harus membentuk Organisasi Profesi sebagai wadah untuk meningkatkan dan/atau mengembangkan pengetahuan serta keterampilan, martabat, dan etika profesi Tenaga Medis dan Tenaga Kesehatan. 2. Setiap kelompok Tenaga Medis dan Tenaga Kesehatan hanya dapat membentuk 1 (satu) Organisasi Profesi. 3. Organisasi Profesi sebagaimana dimaksud pada ayat (2) membentuk perhimpunan ilmu. 4. Pembentukan Organisasi Profesi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilaksanakan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.
  • 12. Pasal 475 : Pada saat Undang-Undang ini mulai berlaku, Organisasi Profesi yang telah berbadan hukum sebelum berlakunya Undang-Undang ini tetap diakui keberadaannya sesuai dengan ketentuan Undang-Undang ini dan harus menyesuaikan dengan ketentuan Undang-Undang ini dalam jangka waktu paling lama 1 (satu) tahun terhitung sejak Undang-Undang ini diundangkan. Penjelasan Pasal 475 : Yang dimaksud dengan organisasi profesi antara lain Ikatan Dokter Indonesia untuk Dokter, Persatuan Dokter Gigi Indonesia untuk dokter gigi, Ikatan Bidan Indonesia untuk Bidan, Persatuan Perawat Nasional Indonesia untuk perawat, Ikatan Apoteker Indonesia untuk Apoteker. Perhatikan Daftar Inventarisasi Masalah (DIM) Pemerintah No. 1484 dalam kolom ke 4 DIHAPUS. OP Kesehatan - berubah dari Single Bar System menjadi Multi Bar System.
  • 13. 1) Pilihan Single bar system atau multi bar system, pada prinsipnya merupakan bagian dari kebijakan hukum yang menjadi kewenangan pembentuk uu atau open legal policy, untuk menentukan sesuai dengan kebutuhan Organisasi profesi kesehatan di Indonesia. Siapa pembentuk RUU Kesehatan (Omnibus Law), dia-lah penentu kebijakan hukum ini. Maka kalau sudah ditentukan sebagai UU, siapapun wajib patuh. 2) Awalnya semangat Pasal 314 dan 475 RUU Kesehatan ini adalah single bar system apabila memperhatikan, pasal 314 ayat (2) diatas, jo Pasal 475 dan penjelasan Pasal 475. Namun yang terjadi kemudian adalah Metamorfosis dari single bar system menjadi Multi bar system. 3) Dari sinilah nanti Organisasi Profesi Kesehatan yang selama ini eksis akan memasuki sejarah baru dalam sebuah ketidakpastian kedudukan hukum dan kewenangan yang dimiliki, lalu terkotak dalam kelompok-kelompok dan paguyuban- paguyuban dan lain-lain lalu ditundukkan dalam UU No. 17 Tahun 2013 Tentang Ormas. Implikasi hukumnya adalah : Organisasi Profesi Kesehatan, adanya seperti tidak adanya. Kesimpulan
  • 14. 4. IDI yang merupakan singkatan (akronim) dari Ikatan Dokter Indonesia, PDGI akronim dari Persatuan Dokter Gigi Indonesia IBI singkatan dari Ikatan Bidan Indonesia, PPNI singkatan dari Persatuan Perawat Nasional Indonesia dan IAI singkatan dari Ikatan Apoteker Indonesia adalah Organisasi yang merupakan satu-satunya wadah profesi dokter menurut Penjelasan atas Pasal 475 RUU Kesehatan, tetapi ingat lho ya dalam Daftar Inventarisasi Masalah (DIM) Pemerintah bernomor 1484 kolom 4 itu dihapus. Kenapa dihapus tanyakan saja kepada Pemerintah. 5. Kemudian Kewenangan pokok dan sentral Organisasi Profesi dalam Undang- Undang lama yang di-Omnibuslaw-kan, seperti kewenangan untuk menetapkan etika profesi, membina anggota dalam pelaksanaan etika profesi, mengusulkan siapa-siapa yang duduk dalam Majelis Kehormatan Disiplin s/d perlindungan kepada anggota. Juga dihilangkan. KESIMPULAN
  • 15. 6. Maka Organisasi Profesi lain yang secara def facto saat ini ada, dan yang akan ada dikemudian hari, dengan menunjuk pasal 475 tidak dapat dilarang keberadaannya karena Konstitusi menjamin kebebasan berserikat dan berkumpul sebagaimana dimaksud dalam Pasl 28 dan pasal 28 E ayat (3) UUD 1945. 7. Berubahlah Organisasi Profesi yang single bar system menjadi multi bar system. Maka semua organisasi lain kedepan memiliki kedudukan dan kewenangan sama. Bahasa Cak Buhin : “Adanya seperti tidak adanya”, menjadi perkumpulan biasa, paguyaban biasa, sehingga tidak salah kedepan akan di kotak dalam UU Ormas. Lalu dimana letak dan kedudukan hukum profesi dokter dan nakes yang spesial dan professional, baik dalam pendidikan dan pekerjaannya, apabila dianggap masuk sebagai Ormas. Logika hukumnya adalah : semua organisasi profesi yang professional itu akan menjadi ormas. Kesalahan ini harus diluruskan.
  • 16. 8. Dengan demikian, maka : IAI : Single bar is a must. Adalah sebuah keniscayaan yang tidak dapat ditawar-tawar lagi. KESIMPULAN