Ringkasan dokumen tersebut adalah:
1. Dokumen tersebut membahas metodologi penelitian yang digunakan untuk menguji model pembelajaran Creative Problem Solving (CPS) dan pembelajaran konvensional.
2. Penelitian ini menggunakan desain kuasi eksperimental dengan kelas eksperimen yang menerapkan model CPS dan kelas kontrol yang menerapkan pembelajaran konvensional.
3. Instrumen penelitian berupa tes awal dan akhir untuk men
1. 30
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
A. Definisi Operasional
Agar tidak terjadi perbedaan penafsiran, penulis memandang perlu
menjelaskan secara singkat beberapa istilah yang digunakan dalam penelitian ini.
Adapun istilah-istilah tersebut adalah:
1. Kemampuan pemecahan masalah matematika adalah kemampuan yang dimiliki
siswa untuk dapat memahami masalah, merencanakan penyelesaian masalah,
melaksanakan rencana serta memeriksa proses dan hasil dari suatu masalah atau
persoalan matematika yang diberikan.
2. Model pembelajaran CPS adalah model pembelajaran yang dipusatkan pada
keterampilan siswa dalam memecahkan suatu permasalahan sesuai dengan
kreativitas masing-masing siswa. Dalam pembelajaran model Creative Problem
Solving (CPS) ini siswa dituntut aktif agar dalam pembelajaran siswa mampu
mengeluarkan kemampuan-kemampuan yang dimiliki untuk memecahakan
masalah yang belum mereka temui. Dalam pembelajaran model Creative
Problem Solving (CPS) ada beberapa tahapan yang harus dilalui siswa selama
dalam proses pembelajaran yang meliputi klarifikasi masalah, pengungkapan
pendapat, evaluasi dan pemilihan serta implementasi.
3. Pembelajaran konvensional adalah proses pembelajaran matematika secara
klasikal dimana aktivitas guru mendominasi kelas dengan metode ceramah
sebagai komunikasi satu arah sehingga aktivitas siswa dalam menyampaikan
2. 31
pendapat sangat kurang. Dalam penelitian ini penulis membatasi bahwa
pembelajaran konvensional adalah pembelajaran dengan metode ceramah dengan
kombinasi metode lainya seperti ekspositori dan Tanya jawab. Hal ini
dikarenakan metode-metode tersebut lebih banyak digunakan dalam proses
pembelajaran.
B. Metodologi Penelitian
Metode yang digunakan penulis dalam penelitian ini adalah metode kuasi
eksperimental, yaitu dengan cara memberikan perlakuan pada dua kelas yang
berbeda. Dari kedua kelas tersebut ditentukan kelas eksperimen (E) mendapatkan
pembelajaran dengan model Creative Problem Solving (CPS). Sedangkan kelas
kontrol (K) mendapatkan model pembelajaran Konvensional.
Dengan desain penelitian berbentuk Nonequivalent group Pre-test Post-test
design dapat diformulasikan sebagai berikut :
E : O X O
K : O O
Keterangan :
E : Kelas Eksperimen
K : Kelas Kontrol
O : tes awal dan tes akhir
3. 32
X : Pembelajaran matematika dengan menggunakan model Creative Problem
Solving (CPS)
Kegiatan pertama pada tindak penelitian ini adalah dengan cara memberikan
tes awal pada kedua kelas tersebut. Adapun tujuan diberikannya tes awal adalah
untuk mengetahui kemampuan awal siswa baik pada kelas eksperimen maupun pada
kelas kontrol. Setelah proses pembelajaran selesai, maka penulis memberikan tes
akhir untuk membandingkan kemampuan pemecahan masalah dari kedua kelas
tersebut.
C. Populasi dan Sampel Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan di kelas XI SMA Negeri 19 Garut. Berdasarkan informasi
diperoleh bahwa kelas XI SMA Negeri 19 Garut terdiri dari kelas IPA dan kelas IPS.
Sementara itu penelitian hanya dilakukan terhadap siswa kelas XI IPA. Dari beberapa kelas
IPA pada kelas XI yang ada di SMA Negeri 19 Garut, diambil dua kelas untuk dijadikan
sampel. Kedua kelas itu yaitu kelas XI IPA 3 yang dijadikan kelas eksperimen dan kelas XI
IPA 4 dijadikan kelas kontrol. Kelas eksperimen adalah kelas yang mendapatkan
pembelajaran matematika dengan menggunakan model pembelajaran CPS. Sedangkan kelas
kontrol adalah kelas yang mendapatkan pembelajaran konvensional.
D. Waktu dan Tempat Penelitian
Penelitian ini dilakukan di SMA Negeri 19 Garut dengan pertimbangan bahwa
kemampuan akademis sekolah ini cenderung bervariasi sehingga memungkinkan
untuk memperoleh informasi yang baik. Kelas yang dijadikan subjek penelitian
4. 33
adalah kelas XI IPA 3 dan XI IPA 4 dengan pertimbangan penelitian tidak
mengganggu program- program sekolah. Penelitian ini dimulai pada tanggal 11 april
sampai dengan 11 mei 2013.
E. Instrumen Penelitian
Dalam penelitian ini instrumen yang digunakan adalah instrumen tes (tes
pemecahan masalah). Adapun instrumen pengumpulan data pada penelitian ini adalah
sebagai berikut :
1. Instrumen Tes
Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah tes kemampuan
pemecahan masalah yang terdiri dari tes awal (pre-test) dan tes akhir (post-test). Tes
awal digunakan mengukur kemampuan awal siswa kedua kelas dan dijadikan sebagai
tolak ukur peningkatan kemampuan pemecahan masalah sebelum mendapatkan
pengajaran dengan model yang akan diterapkan. Sedangkan tes akhir dilaksanakan
setelah diberi perlakuan, dan digunakan untuk mengatahui peningkatan kemampuan
pemecahan masalah yang telah dilakukan siswa selama penelitian.
Tipe tes yang digunakan dalam penelitian ini adalah tipe uraian sebanyak 8
butir soal, alasan dipilihnya tes uraian supaya diperoleh informasi mengenai proses
berpikir kreatif serta kemampuan pemecahan masalah pada siswa secara optimal serta
jawaban siswa yang terperinci dan sistematis. Untuk memudahkan pemeriksaan dan
penelitian hasil tes, dibuat kunci jawaban yang dilengkapi dengan skor tes
5. 34
berdasarkan indikator pemecahan masalah. Hal tersebut dimaksudkan agar tes yang
digunakan benar-benar mengukur kemampuan pemecahan masalah matematis siswa.
Sebelum tes diberikan kepada siswa kelas eksperimen dan kelas kontrol,
terlebih dahulu diujicobakan kepada siswa di luar sampel. Instrumen evaluasi berupa
tes diujicobakan kepada siswa yang telah mempelajari materi Turunan Fungsi. Uji
coba instrumen dilakukan pada kelas XII IPA. Setelah data hasil uji coba diperoleh,
kemudian dianalisis untuk mengetahui validitas dan reliabilitasnya. Setelah itu setiap
butir soal dianalisis untuk mengetahui validitas, tingkat kesukaran dan daya
pembedanya.
a. Validitas
Validitas adalah suatu ukuran yang menunjukkan tingkat kevalidan atau
kesahihan suatu instrument. Suatu instrument dikatakan valid apabila mampu
mengukur apa yang diinginkan. Sebuah instrument dikatakan valid apabila dapat
mengungkap data dari variabel yang diteliti secara tepat (Sundayana, 2012: 1).
Tinggi rendahnya validitas instrument menunjukkan sejauh mana data yang
terkumpul tidak menyimpang dari gambaran tentang variabel yang dimaksud.
(Arikunto dalam Sundayana, 2012: 1). Pada perhitungan validitas ini penulis
menggunakan rumus dari Sundayana.
1) Validitas Soal (Keseluruhan)
Rumus yang digunakan untuk mencari validitas soal adalah rumus korelasi
Product Moment dengan angka kasar (raw score), rumusnya ialah :
6. 35
ππ₯π¦ =
π β ππ β (β π)(β π)
β( πβ π2 β (β π)2)( πβ π2 β (β π)2)
Keterangan :
xyr = Koefisien korelasi antara varibel x dan y
π = Nilai hasil tes
π = Nilai pembanding
π = Jumlah siswa peserta tes
Adapun kriteria validitas soal menurut Suherman dan Sukjaya (Matin, 2011:
40) adalah sebagai berikut :
Tabel 3.1
Klasifikasi Validitas Instrumen Tes
Koefisien Validitas Interpretasi
0,80 < rxy β€ 1,00 validitas sangat tinggi
0,60 < rxy β€ 0,80 validitas tinggi
0,40 < rxy β€ 0,60 validitas sedang
0,20 < rxy β€ 0,40 validitas rendah
0,00 < rxy β€ 0,20 validitas sangat rendah
rxy β€ 0,00 tidak valid
Untuk mengetahui apakah soal tersebut valid atau tidak, maka dilanjutkan
dengan uji signifikansi dengan rumus :
2
1
2
r
Nr
thitung
ο
ο
ο½
7. 36
Keterangan :
r = Koefisien korelasi hasil r hitung
N = Jumlah siswa
Selanjutnya nilai π‘βππ‘π’ππ tersebut dibandingkan dengan nilai π‘π‘ππππ. Untuk
mencari ttabel adalah sebagai berikut :
π‘π‘ππππ = π‘ πΌ( ππ=πβ2)
Jika nilai thitung > ttabel maka soal tersebut valid
Dari hasil perhitungan, nilai rxy = 0,614 dan untuk πΌ = 0,05 diperoleh nilai
thitung = 4,255 > ttabel =2,0423, dengan demikian maka soal yang diujicobakan tersebut
valid dengan kriteria validitas tinggi. Data perhitungan selengkapnya dapat dilihat di
lampiran B.1.
2) Validitas butir soal
Rumus dan cara perhitungan yang digunakan untuk mencari validitas butir soal
sama seperti mencari validitas soal keseluruhan sebagaimana yang telah diuraikan
diatas. Perbedaannya ialah dalam menghitung validitas setiap butir soal, skor masing-
masing butir soal akan disebut sebagai variabel x dan skor total sebagai variabel y.
Hasil perhitungan validitas setiap butir soal beserta interpretasinya disajikan
dalam tabel 3.2 Adapun data perhitungan selengkapnya dapat dilihat di lampiran B.2.
8. 37
Tabel 3.2
Hasil Perhitungan Validitas Butir Soal
No. Soal rxy t hitung t tabel Keterangan
1 0.480 2.998 2.0423 Valid
2 0.644 4.615 2.0423 Valid
3 0.697 5.325 2.0423 Valid
4 0.685 5.148 2.0423 Valid
5 0.758 6.359 2.0423 Valid
6 0.662 4.840 2.0423 Valid
7 0.593 4.032 2.0423 Valid
8 0.706 5.462 2.0423 Valid
b. Reliabilitas
βReliabilitas instrumen penelitian adalah suatu alat yang memberikn hasil yang
tetap sama (konsisten, ajeg). Hasil pengukuran itu harus tetap sama (relatif sama) jika
pengukurannya diberikan pada subyek yang sama meskipun dilakukan oleh orang
yang berbeda, waktu yang berlainan, dan tempat yang berbeda pula. Tidak
terpengaruh oleh pelaku, situasi dan kondisi. Alat ukur yang reliabilitasnya tinggi
disebut alat ukur yang reliabelβ (Sundayana, 2012: 7).
Untuk menghitung koefisien reliabilitas soal digunakan rumus Cronbachβs
Alpha (πΌ) sebagai berikut (Sundayana, 2012: 7):
10. 39
Tabel 3.3
Klasifikasi Reliabilitas Instrumen Tes
Koefisien Reliabilitas Interpretasi
0,80 < r11 β€1,00 reliabilitas sangat tinggi
0,60 < r11 β€ 0,80 reliabilitas tinggi
0,40 < r11 β€ 0,60 reliabilitas sedang
0,20 < r11 β€ 0,40 reliabilitas rendah
r11 β€ 0,20 reliabilitas sangat rendah
Dari hasil perhitungan, diperoleh π11 = 0,840. Berdasarkan kriteria penafsiran
reliabilitas di atas, maka perangkat soal tersebut reliabilitasnya sangat tinggi. Data
perhitungan selengkapnya dapat dilihat pada lampiran B.3.
c. Tingkat Kesukaran
Menurut Sundayana (2012 : 11) βtingkat kesukaran adalah keberadaan suatu
butir soal apakah dipandang sukar, sedang atau mudah dalam mengerjakannyaβ.
Adapun untuk mengukur Tingkat Kesukaran (Rahadi dalam Matin, 2011 : 43)
digunakan rumus:
ππΎ =
β ππ΄ + β π π΅ β ( π Γ π πππ)
π(π ππππ β π πππ)
Keterangan:
TK = Tingkat kesukaran
ο₯ SA = Jumlah skor kelompok atas
ο₯ SB = Jumlah skor kelompok bawah
11. 40
T = Jumlah siswa kelompok atas dan kelompok bawah
Smaks = Skor tertinggi dari butir soal tersebut
Smin = Skor terendah dari butir soal tersebut
Dengan kriteria:
Tabel 3.4
Klasifikasi Tingkat Kesukaran
Nilai TK Interpretasi
TK = 0,00 Soal Terlalu Sukar
0,00 < TK < 0,30 Soal Sukar
0,30 < TK < 0,70 Soal Sedang
0,70 < TK < 1,00 Soal Mudah
TK = 1,00 Soal Terlalu Mudah
Hasil perhitungan tingkat kesukaran soal disajikan dalam tabel 3.5 berikut.
Adapun data perhitungan selengkapnya dapat dilihat pada lampiran B.4.
Tabel 3.5
Hasil Perhitungan Tingkat Kesukaran Soal
No ο₯ SA+ ο₯ SB Smaks Smin T(Smaks - Smin) TΓSmin TK Kriteria
1 82 4 0 128 0 0.641 Sedang
2 140 6 1 160 32 0.675 Sedang
3 91 7 0 224 0 0.406 Sedang
4 145 7 0 224 0 0.647 Sedang
5 229 10 2 256 64 0.645 Sedang
6 47 5 0 160 0 0.294 Sukar
7 36 4 0 128 0 0.281 Sukar
8 36 4 0 128 0 0.281 Sukar
12. 41
d. Daya Pembeda
Daya Pembeda (DP) soal adalah βKemampuan suatu soal untuk dapat
membedakan antara siswa yang pandai (berkemampuan tinggi) dan siswa yang
kurang (berkemampuan rendah)β (Sundayana, 2012: 11).
Adapun untuk menghitung daya pembeda masing- masing butir soal (Rahadi
dalam Matin, 2009 : 21) Rumus yang digunakan adalah :
π·π =
β ππ΄ β β π π΅
1
2
π ( π ππππ β πmin)
Keterangan:
DP = Daya Pembeda
ο₯ SA = Jumlah skor kelompok atas
ο₯ SB = Jumlah skor kelompok bawah
T = Jumlah siswa kelompok atas dan kelompok bawah
Smaks = Skor tertinggi dari butir soal tersebut
Smin = Skor terendah dari butir soal tersebut
Dengan kriteria:
13. 42
Tabel 3.6
Klasifikasi Daya Pembeda
Nilai DP Interpretasi
DP < 0,00 Soal Sangat Jelek
0,00 < DP < 0,20 Soal Jelek
0,20 < DP < 0,40 Soal Cukup
0,40 < DP < 0,70 Soal Baik
0,70 < DP < 1,00 Soal Sangat Baik
Hasil perhitungan daya pembeda soal disajikan dalam tabel 3.7 berikut. Adapun
data perhitungan selengkapnya dapat dilihat pada lampiran B.4.
Tabel 3.7
Hasil Perhitungan Daya Pembeda
No Soal ο₯ SA-ο₯ SB Smaks Smin
2
1
T(Smaks - Smin) DP Kriteria
1 24 4 0 64 0.375 Cukup
2 28 6 1 80 0.350 Cukup
3 37 7 0 112 0.330 Cukup
4 37 7 0 112 0.330 Cukup
5 41 10 2 128 0.320 Cukup
6 31 5 0 80 0.388 Cukup
7 24 4 0 64 0.375 Cukup
8 20 4 0 64 0.313 Cukup
14. 43
F. Teknik Analisis Data
Data hasil tes yang akan dianalisis adalah data pretes dan posttes kreativitas dan
pemecahan masalah. Langkah-langkah pengujian yang ditempuh untuk data tersebut
adalah sebagai berikut (Sundayana, 2012).
1. Menguji normalitas dari distribusi masing-masing kelompok
a. Mencari rata-rata ( X )
b. Mencari deviasi standar (ο€n-1)
c. Membuat daftar frekuensi observasi dan frekuensi ekspektasi
1) Menentukan rentang, R= xmax - xmin
2) Menentukan banyak kelas (k)
K = 1 + 3,3 log n, n=banyak data
3) Menentukan panjang kelas
P =
K
r
dengan r = rentang
K = banyak kelas
d. Pengujian normalitas kelompok eksperimen dan kelompok kontrol dengan
menghitung Chi-kuadrat ( hitung
2
ο£ )
ο₯
ο
ο½
Ei
Eifi 2
2 )(
ο£
15. 44
Keterangan :
fi = frekuensi observasi
Ei = frekuensi ekspektasi
e. Menentukan derajat kebebasan (db)
db = k β 3 , k = banyaknya kelas
f. Menentukan 2
ο£ tabel )(
2
dbο‘ο£ο½
g. Penentuan normalitas
Jika
2
ο£ hitung <
2
ο£ tabel, maka data berdistribusi normal.
2. Jika salah satu atau kedua datanya tidak berdistribusi normal maka langkah
selanjutnya menggunakan statistik non parametrik dengan menggunakan uji
Mann Whitney. Langkah-langkahnya adalah sebagai berikut:
a. Merumuskan hipotesis nol dan hipotesis alternatif
b. Gabungkan data kedua kelompok sampel dan urutkan datanya
c. Membuat daftar rank
d. Menentukan nilai U
U1 = n1n2 +
2
)1( 22 ο«nn
β R2
U2 = n1n2 +
2
)1( 11 ο«nn
β R1
Catatan: nilai U yang diambil adalah U yang terkecil
e. Menentukan nilai tengah kedua kelompok
16. 45
οu =
2
1
n1.n2
f. Menentukan deviasi standar gabungan
Uο€ =
12
)1( 2121 ο«ο« nnnn
g. Menentukan Transformasi
Z =
U
UU
ο€
οο
h. Pengujian hipotesis
- ztabel < zhitung < ztabel , maka Ho diterima.
3. Data Skor Peningkatan Kemampuan Pemecahan Masalah
Untuk melihat kualitas peningkatan kemampuan pemecahan masalah siswa dari
kedua kelas (kelas eksperimen dan kelas kontrol) dapat dilihat dari gain. Gain ini
dihitung dengan rumus indeks gain dari Meltzer (Barka dalam Wulandari, 2008),
yaitu:
πΌπππππ πΊπππ =
ππππ πππ π‘ππ βππππ ππππ‘ππ
πππΌβππππ ππππ‘ππ
Keterangan : SMI = Skor Maksimum Ideal
Adapun untuk kriteria rendah, sedang dan tinggi mengacu pada kriteria Hake
(Barka dalam Wulandari, 2008), yaitu sebagai berikut:
17. 46
Tabel 3.8
Kriteria Indeks Gain
Indeks Gain Keterangan
Indeks Gain < 0,30 Rendah
0,30 < Indeks Gain < 0,70 Sedang
Indeks Gain > 0,70 Tinggi
Untuk mengetahui kelas mana yang mengalami peningkatan kreativitas yang
lebih baik, dilakukan uji perbedaan rata-rata satu pihak terhadap data indeks gain.
Langkah-langkah pengujian statistiknya sama seperti halnya pada pengujian statistik
terhadap data pretes dan postes.
G. Alur Penelitian
1. Tahap Persiapan
Untuk melaksanakan penelitian, maka perlu dilakukan berbagai persiapan.
Adapun langkah-langkah penelitian adalah sebagai berikut:
a. Identifikasi permasalahan dengan melakukan observasi ke sekolah yang akan
dijadikan tempat penelitian.
b. Menetapkan pokok bahasan atau materi yang akan digunakan untuk penelitian.
c. Berdasarkan identifikasi tersebut, kemudian disusun komponen-komponen
pembelajaran yang meliputi bahan ajar, media pembelajaran, alat pembelajaran,
evaluasi dan strategi pembelajaran.
d. Mengujicoba instrument penelitian yang telah dibuat.
18. 47
e. Menganalisis hasil uji coba dan menarik kesimpulannya.
f. Mengurus perizinan.
g. Pemilihan sampel penelitian.
2. Tahap Pelaksanaan
Tahap pelaksanaan ini merupakan suatu proses pengambilan data hasil belajar
siswa dalam pembelajaran matematika yang mendapatkan Creative Problem Solving
(CPS) dengan siswa yang mendapatkan pembelajaran Konvensional. Adapun
langkah-langkahnya ialah sebagai berikut:
a. Memberikan pretes kepada kelas kontrol dan juga kepada kelas eksperimen.
b. Melaksanakan pembelajaran di dua kelas tersebut. Untuk kelas kontrol dilakukan
pembelajaran biasa yaitu pembelajaran yang rutin dilakukan di sekolah.
Sedangkan untuk kelas eksperimen diterapkan pembelajaran dengan model
pembelajaran CPS.
c. Memberikan postes kepada kedua kelas, baik kelas kontrol maupun kelas
eksperimen.
3. Tahap Analisis Data
Setelah melakukan penelitian dan mengumpulkan data, maka langkah
selanjutnya melakukan analisis data untuk mengetahui perbandingan kemampuan
pemecahan masalah siswa dalam pembelajaran matematika antara yang mendapatkan
Creative Problem Solving (CPS) dengan siswa yang mendapatkan pembelajaran
Konvensional. Adapun langkah-langkahnya sebagai berikut :
a. Mengumpulkan hasil data dari kelas eksperimen dan kelas kontrol.
19. 48
b. Mengolah dan menganalisis hasil data berupa pretes dan posttes dari kedua kelas
4. Tahap Pembuatan Kesimpulan
Kegiatan yang dilakukan pada tahapan ini adalah membuat kesimpulan hasil
penelitian berdasarkan hipotesis yang telah dirumuskan
Untuk lebih jelasnya, alur penelitian yang penulis lakukan dapat dilihat pada
gambar dibawah ini.
20. 49
Bagan 3.1
Diagram Tahapan Prosedur Penelitian
Mengidentifikasi Masalah
Membuat program pengajaran dan
instrumen penelitian
Menguji coba program pengajaran dan instrumen penelitian
Merevisi program pengajaran dan instrumen penelitian
Pre-test
Kelas Eksperimen Kelas Kontrol
Kegiatan Pembelajaran dengan
Creative Problem Solving (CPS)
Kegiatan Pembelajaran dengan
pembelajaran Konvensional
Pos-test
Menganalisis Data
Menentukan populasi dan sampel
Menarik Kesimpulan