SlideShare a Scribd company logo
1 of 10
Oropharyngeal
Airway
Anatomy
Introduction
• Tujuan dari jalan nafas adalah untuk mencegah lidah terjatuh.
• Ini adalah alat berbentuk J.
• Yang paling umum digunakan adalah saluran napas Guedel.
• Ujungnya, disisipkan di antara lidah dan dinding faring posterior, mencegah lidah jatuh
kembali ke dinding faring posterior, dan dengan demikian menjaga patensi jalan napas.
• Maskapai penerbangan hadir dalam berbagai ukuran.
• Panjang yang sesuai adalah jarak antara ujung hidung dan tragus ditambah 1 cm.
• Ada juga tabung pernapasan hidung yang dimasukkan melalui lubang hidung.
65% 45% 80% 50% 90%
IndiKasi
• Jalan napas orofaringeal (oral airway, OPA) adalah saluran napas
tambahan yang digunakan untuk mempertahankan atau membuka jalan
napas dengan menghentikan lidah menutupi epiglotis.
• Dalam posisi ini, lidah dapat menghalangi seseorang untuk bernapas.
• Hal ini terkadang terjadi ketika seseorang tidak sadarkan diri karena
otot-otot rahang mengendur sehingga menyebabkan lidah menghalangi
jalan napas.
• Selama ventilasi bag-mask dengan dukungan OPA, kami dapat
memberikan ventilasi yang baik.
• Pasien intubasi untuk mencegah tergigitnya selang ET.
65% 45% 80% 50% 90%
Contraindikasi
• Hindari penggunaan saluran napas orofaringeal pada pasien sadar dengan refleks muntah yang utuh.
• Jika pasien dapat batuk, mereka masih mempunyai refleks muntah, dan saluran napas oral merupakan
kontraindikasi.
• Jika ada benda asing yang menyumbat jalan napas pasien, saluran napas orofaringeal tidak boleh digunakan.
• Saluran napas orofaringeal tidak boleh digunakan pada pasien yang mengalami patah tulang hidung atau
hidung berdarah aktif.
Jenis opa
65% 45% 80% 50%
Cara pemasangan
Persiapan
• Saluran napas orofaringeal memiliki empat bagian: flensa, badan, ujung, dan saluran untuk memungkinkan lewatnya udara dan
pengisapan.
• Saluran udara orofaringeal tersedia dalam berbagai ukuran.
• Pemilihan ukuran orofaring yang sesuai ditentukan secara individual melalui penggunaan penanda anatomi.
• Saat menentukan ukuran orofaring yang sesuai untuk pasien, seseorang harus menilai letak bagian saluran napas orofaring dalam
kaitannya dengan penanda anatomi pasien.
• Flensa harus didekatkan secara eksternal ke tempat ia berbatasan dengan bibir, dan ujungnya harus dapat mencapai sudut
rahang bawah.
• Pemasangan saluran napas orofaringeal tidak rumit namun harus dilakukan dengan hati-hati untuk menghindari semakin
parahnya obstruksi saluran napas, serta cedera pada saluran napas.
65% 45% 80% 50% 90%
Teknik
• Ada beberapa teknik, dan berikut adalah beberapa contohnya:
• Teknik 1: Pertama, buka mulut. Kemudian, dengan menggunakan penekan lidah, tekan lidah ke bawah dan, dengan ujung mengarah
ke ekor, masukkan saluran napas orofaringeal langsung ke dalam mulut di atas lidah.
• Teknik 2: Pertama, buka mulut. Kemudian, dengan ujung meruncing ke cephalad, masukkan saluran napas orofaring ke dalam
mulut lalu putar 180 derajat sambil maju ke bagian belakang orofaring. Teknik ini berpotensi melukai langit-langit keras dan lunak
rongga mulut.
• Teknik 3: Pertama, buka mulut. Kemudian, dengan ujungnya mengarah ke sudut mulut, masukkan saluran napas orofaring ke dalam
mulut lalu putar 90 derajat sambil maju ke bagian belakang orofaring.
65% 45% 80% 50% 90%
Complications
• Komplikasi yang berpotensi ditimbulkan oleh penggunaan saluran napas orofaringeal adalah dapat
menyebabkan muntah yang dapat menyebabkan aspirasi.
• Selain itu, hal ini dapat menyebabkan atau memperburuk obstruksi jalan napas jika ukuran saluran napas
yang digunakan tidak tepat (yaitu terlalu kecil).
• Ukuran saluran napas yang tidak tepat juga dapat menyebabkan laringospasme (yaitu terlalu besar).
• Terakhir, kerusakan pada struktur mulut atau gigi juga dapat terjadi akibat pemasangan saluran napas
orofaringeal.
TERIMA KASIH

More Related Content

Similar to oropharyngealairway.pptx

Difficult Airway Management.pptx
Difficult Airway Management.pptxDifficult Airway Management.pptx
Difficult Airway Management.pptxChalisNovriza1
 
Cleft lip and palate
Cleft lip and palateCleft lip and palate
Cleft lip and palateDVP Nugroho
 
TGC_2_MAROGI_RESUME_SKILL_TGC.pdf
TGC_2_MAROGI_RESUME_SKILL_TGC.pdfTGC_2_MAROGI_RESUME_SKILL_TGC.pdf
TGC_2_MAROGI_RESUME_SKILL_TGC.pdfMarogiAlAnsoriani1
 
Breathing Management Kegawatdaruratan.pptx
Breathing Management Kegawatdaruratan.pptxBreathing Management Kegawatdaruratan.pptx
Breathing Management Kegawatdaruratan.pptxNurulLaili35
 
Tatalaksana Eksisi dan Marsupialisasi Ranula.pptx
Tatalaksana Eksisi dan Marsupialisasi Ranula.pptxTatalaksana Eksisi dan Marsupialisasi Ranula.pptx
Tatalaksana Eksisi dan Marsupialisasi Ranula.pptxbedumcokrem
 
Kegawatdaruratan 2013 (1)
Kegawatdaruratan 2013 (1)Kegawatdaruratan 2013 (1)
Kegawatdaruratan 2013 (1)JaniWidodo
 
Cleft Lip & Palate.pptx
Cleft Lip & Palate.pptxCleft Lip & Palate.pptx
Cleft Lip & Palate.pptxfandysetiawan7
 
Pemasangan ngt
Pemasangan ngtPemasangan ngt
Pemasangan ngtChiyapuri
 
Intubasi endotrakeal memasukan pipa trakea ke dalam trakea melalui rima gloti...
Intubasi endotrakeal memasukan pipa trakea ke dalam trakea melalui rima gloti...Intubasi endotrakeal memasukan pipa trakea ke dalam trakea melalui rima gloti...
Intubasi endotrakeal memasukan pipa trakea ke dalam trakea melalui rima gloti...RTISanglah
 
Pemeriksaan Telinga, Hidung dan Tenggorokan
Pemeriksaan Telinga, Hidung dan TenggorokanPemeriksaan Telinga, Hidung dan Tenggorokan
Pemeriksaan Telinga, Hidung dan Tenggorokanpjj_kemenkes
 
Pemeriksaan Telinga, Hidung dan Tenggorokan
Pemeriksaan Telinga, Hidung dan TenggorokanPemeriksaan Telinga, Hidung dan Tenggorokan
Pemeriksaan Telinga, Hidung dan Tenggorokanpjj_kemenkes
 
dokumen.tips_intubasi-endotracheal-ppt.ppt
dokumen.tips_intubasi-endotracheal-ppt.pptdokumen.tips_intubasi-endotracheal-ppt.ppt
dokumen.tips_intubasi-endotracheal-ppt.pptAmaliaAdeDiamita
 

Similar to oropharyngealairway.pptx (20)

Memasukkan Tiub Ryle dan NGT
Memasukkan Tiub Ryle dan NGTMemasukkan Tiub Ryle dan NGT
Memasukkan Tiub Ryle dan NGT
 
NARASI Video Intubasi.docx
NARASI Video Intubasi.docxNARASI Video Intubasi.docx
NARASI Video Intubasi.docx
 
Difficult Airway Management.pptx
Difficult Airway Management.pptxDifficult Airway Management.pptx
Difficult Airway Management.pptx
 
Cleft lip and palate
Cleft lip and palateCleft lip and palate
Cleft lip and palate
 
TGC_2_MAROGI_RESUME_SKILL_TGC.pdf
TGC_2_MAROGI_RESUME_SKILL_TGC.pdfTGC_2_MAROGI_RESUME_SKILL_TGC.pdf
TGC_2_MAROGI_RESUME_SKILL_TGC.pdf
 
Breathing Management Kegawatdaruratan.pptx
Breathing Management Kegawatdaruratan.pptxBreathing Management Kegawatdaruratan.pptx
Breathing Management Kegawatdaruratan.pptx
 
Tatalaksana Eksisi dan Marsupialisasi Ranula.pptx
Tatalaksana Eksisi dan Marsupialisasi Ranula.pptxTatalaksana Eksisi dan Marsupialisasi Ranula.pptx
Tatalaksana Eksisi dan Marsupialisasi Ranula.pptx
 
Kegawatdaruratan 2013 (1)
Kegawatdaruratan 2013 (1)Kegawatdaruratan 2013 (1)
Kegawatdaruratan 2013 (1)
 
Pemasangan ngt
Pemasangan ngtPemasangan ngt
Pemasangan ngt
 
Terapi oksigen 2 AKPER PEMKAB MUNA
Terapi oksigen 2 AKPER PEMKAB MUNA Terapi oksigen 2 AKPER PEMKAB MUNA
Terapi oksigen 2 AKPER PEMKAB MUNA
 
Cleft Lip & Palate.pptx
Cleft Lip & Palate.pptxCleft Lip & Palate.pptx
Cleft Lip & Palate.pptx
 
pemberian-oksigen
pemberian-oksigenpemberian-oksigen
pemberian-oksigen
 
Pemasangan ngt
Pemasangan ngtPemasangan ngt
Pemasangan ngt
 
SPO pemasangan NGT
SPO pemasangan NGTSPO pemasangan NGT
SPO pemasangan NGT
 
Intubasi endotrakeal memasukan pipa trakea ke dalam trakea melalui rima gloti...
Intubasi endotrakeal memasukan pipa trakea ke dalam trakea melalui rima gloti...Intubasi endotrakeal memasukan pipa trakea ke dalam trakea melalui rima gloti...
Intubasi endotrakeal memasukan pipa trakea ke dalam trakea melalui rima gloti...
 
Pemeriksaan Telinga, Hidung dan Tenggorokan
Pemeriksaan Telinga, Hidung dan TenggorokanPemeriksaan Telinga, Hidung dan Tenggorokan
Pemeriksaan Telinga, Hidung dan Tenggorokan
 
Pemeriksaan Telinga, Hidung dan Tenggorokan
Pemeriksaan Telinga, Hidung dan TenggorokanPemeriksaan Telinga, Hidung dan Tenggorokan
Pemeriksaan Telinga, Hidung dan Tenggorokan
 
Safe intubation
Safe intubationSafe intubation
Safe intubation
 
dokumen.tips_intubasi-endotracheal-ppt.ppt
dokumen.tips_intubasi-endotracheal-ppt.pptdokumen.tips_intubasi-endotracheal-ppt.ppt
dokumen.tips_intubasi-endotracheal-ppt.ppt
 
Kelompok 4
Kelompok 4Kelompok 4
Kelompok 4
 

Recently uploaded

3. HEACTING LASERASI.ppt pada persalinan
3. HEACTING LASERASI.ppt pada persalinan3. HEACTING LASERASI.ppt pada persalinan
3. HEACTING LASERASI.ppt pada persalinanDwiNormaR
 
LAPORAN KASUS HB demam tifoid dr syarifuddin rauf
LAPORAN KASUS HB demam tifoid dr syarifuddin raufLAPORAN KASUS HB demam tifoid dr syarifuddin rauf
LAPORAN KASUS HB demam tifoid dr syarifuddin raufalmahdaly02
 
serbuk terbagi dan serbuk tabur yang gunakan untuk farmas
serbuk terbagi dan serbuk tabur yang gunakan untuk farmasserbuk terbagi dan serbuk tabur yang gunakan untuk farmas
serbuk terbagi dan serbuk tabur yang gunakan untuk farmasmufida16
 
2. Kebijakan ILP di Posyandu-1234567.pdf
2. Kebijakan ILP di Posyandu-1234567.pdf2. Kebijakan ILP di Posyandu-1234567.pdf
2. Kebijakan ILP di Posyandu-1234567.pdfMeboix
 
1 Konsep Patologi dan Patofisologi.pptx Ilmu Dasar Keperawatan
1 Konsep Patologi dan Patofisologi.pptx Ilmu Dasar Keperawatan1 Konsep Patologi dan Patofisologi.pptx Ilmu Dasar Keperawatan
1 Konsep Patologi dan Patofisologi.pptx Ilmu Dasar KeperawatanHaslianiBaharuddin
 
TUMBUH KEMBANG KELUARGAaaaaaaaaaaaa.pptx
TUMBUH KEMBANG KELUARGAaaaaaaaaaaaa.pptxTUMBUH KEMBANG KELUARGAaaaaaaaaaaaa.pptx
TUMBUH KEMBANG KELUARGAaaaaaaaaaaaa.pptxTriNurmiyati
 
anatomi fisiologi sistem penginderaan.ppt
anatomi fisiologi sistem penginderaan.pptanatomi fisiologi sistem penginderaan.ppt
anatomi fisiologi sistem penginderaan.pptRoniAlfaqih2
 
ANESTESI LOKAL YARSI fixbgt dehhhhh.pptx
ANESTESI LOKAL YARSI fixbgt dehhhhh.pptxANESTESI LOKAL YARSI fixbgt dehhhhh.pptx
ANESTESI LOKAL YARSI fixbgt dehhhhh.pptxCahyaRizal1
 
Toksikologi obat dan macam-macam obat yang toksik dan berbahaya.ppt
Toksikologi obat dan macam-macam obat yang toksik dan berbahaya.pptToksikologi obat dan macam-macam obat yang toksik dan berbahaya.ppt
Toksikologi obat dan macam-macam obat yang toksik dan berbahaya.pptRoniAlfaqih2
 
Presentasi Pelaporan-Insiden KTD di Rumah Sakit
Presentasi Pelaporan-Insiden KTD di Rumah SakitPresentasi Pelaporan-Insiden KTD di Rumah Sakit
Presentasi Pelaporan-Insiden KTD di Rumah SakitIrfanNersMaulana
 
SOSIALISASI MATERI DEMAM BERDARAH DENGUE.ppt
SOSIALISASI MATERI DEMAM BERDARAH DENGUE.pptSOSIALISASI MATERI DEMAM BERDARAH DENGUE.ppt
SOSIALISASI MATERI DEMAM BERDARAH DENGUE.pptDwiBhaktiPertiwi1
 
Presentasi farmakologi materi hipertensi
Presentasi farmakologi materi hipertensiPresentasi farmakologi materi hipertensi
Presentasi farmakologi materi hipertensissuser1cc42a
 
414325562-Ppt- Keperawatan GawatDarurat Trauma-Abdomen.pptx
414325562-Ppt- Keperawatan GawatDarurat Trauma-Abdomen.pptx414325562-Ppt- Keperawatan GawatDarurat Trauma-Abdomen.pptx
414325562-Ppt- Keperawatan GawatDarurat Trauma-Abdomen.pptxrachmatpawelloi
 
ILMU PENYAKIT GIGI DAN MULUT PEMERIKSAAN SUBJEKTIF.pptx
ILMU PENYAKIT GIGI DAN MULUT PEMERIKSAAN SUBJEKTIF.pptxILMU PENYAKIT GIGI DAN MULUT PEMERIKSAAN SUBJEKTIF.pptx
ILMU PENYAKIT GIGI DAN MULUT PEMERIKSAAN SUBJEKTIF.pptxfania35
 
PERAN PERAWAT DALAM MEMBERIKAN PELAYANAN KELOMPOK 4.ppt
PERAN PERAWAT DALAM MEMBERIKAN PELAYANAN KELOMPOK 4.pptPERAN PERAWAT DALAM MEMBERIKAN PELAYANAN KELOMPOK 4.ppt
PERAN PERAWAT DALAM MEMBERIKAN PELAYANAN KELOMPOK 4.pptbekamalayniasinta
 
Laporan kasus restorasi kelas 2 komposit.pdf
Laporan kasus restorasi kelas 2 komposit.pdfLaporan kasus restorasi kelas 2 komposit.pdf
Laporan kasus restorasi kelas 2 komposit.pdfHilalSunu
 
Asuhan Keperawatan Jiwa Resiko Bunuh Diri
Asuhan Keperawatan Jiwa Resiko Bunuh DiriAsuhan Keperawatan Jiwa Resiko Bunuh Diri
Asuhan Keperawatan Jiwa Resiko Bunuh Diriandi861789
 
ETIKA DAN HUKUM KESEHATAN SERTA KEBIDANAN
ETIKA DAN HUKUM KESEHATAN SERTA KEBIDANANETIKA DAN HUKUM KESEHATAN SERTA KEBIDANAN
ETIKA DAN HUKUM KESEHATAN SERTA KEBIDANANDianFitriyani15
 
PEDOMAN PROTOTYPE PUSKESMAS_KEMENKES ALL by zb NERMI.pdf
PEDOMAN PROTOTYPE PUSKESMAS_KEMENKES ALL by zb NERMI.pdfPEDOMAN PROTOTYPE PUSKESMAS_KEMENKES ALL by zb NERMI.pdf
PEDOMAN PROTOTYPE PUSKESMAS_KEMENKES ALL by zb NERMI.pdfMeboix
 
PEMBUATAN STR BAGI APOTEKER PASCA UU 17-2023.pptx
PEMBUATAN STR  BAGI APOTEKER PASCA UU 17-2023.pptxPEMBUATAN STR  BAGI APOTEKER PASCA UU 17-2023.pptx
PEMBUATAN STR BAGI APOTEKER PASCA UU 17-2023.pptxpuspapameswari
 

Recently uploaded (20)

3. HEACTING LASERASI.ppt pada persalinan
3. HEACTING LASERASI.ppt pada persalinan3. HEACTING LASERASI.ppt pada persalinan
3. HEACTING LASERASI.ppt pada persalinan
 
LAPORAN KASUS HB demam tifoid dr syarifuddin rauf
LAPORAN KASUS HB demam tifoid dr syarifuddin raufLAPORAN KASUS HB demam tifoid dr syarifuddin rauf
LAPORAN KASUS HB demam tifoid dr syarifuddin rauf
 
serbuk terbagi dan serbuk tabur yang gunakan untuk farmas
serbuk terbagi dan serbuk tabur yang gunakan untuk farmasserbuk terbagi dan serbuk tabur yang gunakan untuk farmas
serbuk terbagi dan serbuk tabur yang gunakan untuk farmas
 
2. Kebijakan ILP di Posyandu-1234567.pdf
2. Kebijakan ILP di Posyandu-1234567.pdf2. Kebijakan ILP di Posyandu-1234567.pdf
2. Kebijakan ILP di Posyandu-1234567.pdf
 
1 Konsep Patologi dan Patofisologi.pptx Ilmu Dasar Keperawatan
1 Konsep Patologi dan Patofisologi.pptx Ilmu Dasar Keperawatan1 Konsep Patologi dan Patofisologi.pptx Ilmu Dasar Keperawatan
1 Konsep Patologi dan Patofisologi.pptx Ilmu Dasar Keperawatan
 
TUMBUH KEMBANG KELUARGAaaaaaaaaaaaa.pptx
TUMBUH KEMBANG KELUARGAaaaaaaaaaaaa.pptxTUMBUH KEMBANG KELUARGAaaaaaaaaaaaa.pptx
TUMBUH KEMBANG KELUARGAaaaaaaaaaaaa.pptx
 
anatomi fisiologi sistem penginderaan.ppt
anatomi fisiologi sistem penginderaan.pptanatomi fisiologi sistem penginderaan.ppt
anatomi fisiologi sistem penginderaan.ppt
 
ANESTESI LOKAL YARSI fixbgt dehhhhh.pptx
ANESTESI LOKAL YARSI fixbgt dehhhhh.pptxANESTESI LOKAL YARSI fixbgt dehhhhh.pptx
ANESTESI LOKAL YARSI fixbgt dehhhhh.pptx
 
Toksikologi obat dan macam-macam obat yang toksik dan berbahaya.ppt
Toksikologi obat dan macam-macam obat yang toksik dan berbahaya.pptToksikologi obat dan macam-macam obat yang toksik dan berbahaya.ppt
Toksikologi obat dan macam-macam obat yang toksik dan berbahaya.ppt
 
Presentasi Pelaporan-Insiden KTD di Rumah Sakit
Presentasi Pelaporan-Insiden KTD di Rumah SakitPresentasi Pelaporan-Insiden KTD di Rumah Sakit
Presentasi Pelaporan-Insiden KTD di Rumah Sakit
 
SOSIALISASI MATERI DEMAM BERDARAH DENGUE.ppt
SOSIALISASI MATERI DEMAM BERDARAH DENGUE.pptSOSIALISASI MATERI DEMAM BERDARAH DENGUE.ppt
SOSIALISASI MATERI DEMAM BERDARAH DENGUE.ppt
 
Presentasi farmakologi materi hipertensi
Presentasi farmakologi materi hipertensiPresentasi farmakologi materi hipertensi
Presentasi farmakologi materi hipertensi
 
414325562-Ppt- Keperawatan GawatDarurat Trauma-Abdomen.pptx
414325562-Ppt- Keperawatan GawatDarurat Trauma-Abdomen.pptx414325562-Ppt- Keperawatan GawatDarurat Trauma-Abdomen.pptx
414325562-Ppt- Keperawatan GawatDarurat Trauma-Abdomen.pptx
 
ILMU PENYAKIT GIGI DAN MULUT PEMERIKSAAN SUBJEKTIF.pptx
ILMU PENYAKIT GIGI DAN MULUT PEMERIKSAAN SUBJEKTIF.pptxILMU PENYAKIT GIGI DAN MULUT PEMERIKSAAN SUBJEKTIF.pptx
ILMU PENYAKIT GIGI DAN MULUT PEMERIKSAAN SUBJEKTIF.pptx
 
PERAN PERAWAT DALAM MEMBERIKAN PELAYANAN KELOMPOK 4.ppt
PERAN PERAWAT DALAM MEMBERIKAN PELAYANAN KELOMPOK 4.pptPERAN PERAWAT DALAM MEMBERIKAN PELAYANAN KELOMPOK 4.ppt
PERAN PERAWAT DALAM MEMBERIKAN PELAYANAN KELOMPOK 4.ppt
 
Laporan kasus restorasi kelas 2 komposit.pdf
Laporan kasus restorasi kelas 2 komposit.pdfLaporan kasus restorasi kelas 2 komposit.pdf
Laporan kasus restorasi kelas 2 komposit.pdf
 
Asuhan Keperawatan Jiwa Resiko Bunuh Diri
Asuhan Keperawatan Jiwa Resiko Bunuh DiriAsuhan Keperawatan Jiwa Resiko Bunuh Diri
Asuhan Keperawatan Jiwa Resiko Bunuh Diri
 
ETIKA DAN HUKUM KESEHATAN SERTA KEBIDANAN
ETIKA DAN HUKUM KESEHATAN SERTA KEBIDANANETIKA DAN HUKUM KESEHATAN SERTA KEBIDANAN
ETIKA DAN HUKUM KESEHATAN SERTA KEBIDANAN
 
PEDOMAN PROTOTYPE PUSKESMAS_KEMENKES ALL by zb NERMI.pdf
PEDOMAN PROTOTYPE PUSKESMAS_KEMENKES ALL by zb NERMI.pdfPEDOMAN PROTOTYPE PUSKESMAS_KEMENKES ALL by zb NERMI.pdf
PEDOMAN PROTOTYPE PUSKESMAS_KEMENKES ALL by zb NERMI.pdf
 
PEMBUATAN STR BAGI APOTEKER PASCA UU 17-2023.pptx
PEMBUATAN STR  BAGI APOTEKER PASCA UU 17-2023.pptxPEMBUATAN STR  BAGI APOTEKER PASCA UU 17-2023.pptx
PEMBUATAN STR BAGI APOTEKER PASCA UU 17-2023.pptx
 

oropharyngealairway.pptx

  • 3. Introduction • Tujuan dari jalan nafas adalah untuk mencegah lidah terjatuh. • Ini adalah alat berbentuk J. • Yang paling umum digunakan adalah saluran napas Guedel. • Ujungnya, disisipkan di antara lidah dan dinding faring posterior, mencegah lidah jatuh kembali ke dinding faring posterior, dan dengan demikian menjaga patensi jalan napas. • Maskapai penerbangan hadir dalam berbagai ukuran. • Panjang yang sesuai adalah jarak antara ujung hidung dan tragus ditambah 1 cm. • Ada juga tabung pernapasan hidung yang dimasukkan melalui lubang hidung.
  • 4. 65% 45% 80% 50% 90% IndiKasi • Jalan napas orofaringeal (oral airway, OPA) adalah saluran napas tambahan yang digunakan untuk mempertahankan atau membuka jalan napas dengan menghentikan lidah menutupi epiglotis. • Dalam posisi ini, lidah dapat menghalangi seseorang untuk bernapas. • Hal ini terkadang terjadi ketika seseorang tidak sadarkan diri karena otot-otot rahang mengendur sehingga menyebabkan lidah menghalangi jalan napas. • Selama ventilasi bag-mask dengan dukungan OPA, kami dapat memberikan ventilasi yang baik. • Pasien intubasi untuk mencegah tergigitnya selang ET.
  • 5. 65% 45% 80% 50% 90% Contraindikasi • Hindari penggunaan saluran napas orofaringeal pada pasien sadar dengan refleks muntah yang utuh. • Jika pasien dapat batuk, mereka masih mempunyai refleks muntah, dan saluran napas oral merupakan kontraindikasi. • Jika ada benda asing yang menyumbat jalan napas pasien, saluran napas orofaringeal tidak boleh digunakan. • Saluran napas orofaringeal tidak boleh digunakan pada pasien yang mengalami patah tulang hidung atau hidung berdarah aktif.
  • 7. 65% 45% 80% 50% Cara pemasangan Persiapan • Saluran napas orofaringeal memiliki empat bagian: flensa, badan, ujung, dan saluran untuk memungkinkan lewatnya udara dan pengisapan. • Saluran udara orofaringeal tersedia dalam berbagai ukuran. • Pemilihan ukuran orofaring yang sesuai ditentukan secara individual melalui penggunaan penanda anatomi. • Saat menentukan ukuran orofaring yang sesuai untuk pasien, seseorang harus menilai letak bagian saluran napas orofaring dalam kaitannya dengan penanda anatomi pasien. • Flensa harus didekatkan secara eksternal ke tempat ia berbatasan dengan bibir, dan ujungnya harus dapat mencapai sudut rahang bawah. • Pemasangan saluran napas orofaringeal tidak rumit namun harus dilakukan dengan hati-hati untuk menghindari semakin parahnya obstruksi saluran napas, serta cedera pada saluran napas.
  • 8. 65% 45% 80% 50% 90% Teknik • Ada beberapa teknik, dan berikut adalah beberapa contohnya: • Teknik 1: Pertama, buka mulut. Kemudian, dengan menggunakan penekan lidah, tekan lidah ke bawah dan, dengan ujung mengarah ke ekor, masukkan saluran napas orofaringeal langsung ke dalam mulut di atas lidah. • Teknik 2: Pertama, buka mulut. Kemudian, dengan ujung meruncing ke cephalad, masukkan saluran napas orofaring ke dalam mulut lalu putar 180 derajat sambil maju ke bagian belakang orofaring. Teknik ini berpotensi melukai langit-langit keras dan lunak rongga mulut. • Teknik 3: Pertama, buka mulut. Kemudian, dengan ujungnya mengarah ke sudut mulut, masukkan saluran napas orofaring ke dalam mulut lalu putar 90 derajat sambil maju ke bagian belakang orofaring.
  • 9. 65% 45% 80% 50% 90% Complications • Komplikasi yang berpotensi ditimbulkan oleh penggunaan saluran napas orofaringeal adalah dapat menyebabkan muntah yang dapat menyebabkan aspirasi. • Selain itu, hal ini dapat menyebabkan atau memperburuk obstruksi jalan napas jika ukuran saluran napas yang digunakan tidak tepat (yaitu terlalu kecil). • Ukuran saluran napas yang tidak tepat juga dapat menyebabkan laringospasme (yaitu terlalu besar). • Terakhir, kerusakan pada struktur mulut atau gigi juga dapat terjadi akibat pemasangan saluran napas orofaringeal.