SlideShare a Scribd company logo
1 of 20
BAGIAN ILMU ANESTESI DAN TERAPI INTENSIF
FAKULTAS KEDOKTERAN USK
Manajemen Difficult Airway menurut ASA
dr.Chalis Novriza
2007601080009
Defenisi
 Difficult airway (Kesulitan Jalan Napas): Menurut ASA adalah adanya
faktor-faktor klinis yang menyulitkan baik ventilasi dengan masker atau
intubasi yang dilakukan oleh dokter yang berpengalaman dan terampil.
 Difficult Ventilation (Kesulitan Ventilasi): Menurut ASA adalah
ketidakmampuan dari ahli anestesi yang berpengalaman untuk menjaga
SO2 > 90 % saat ventilasi dengan menggunakan masker wajah dan O2
inspirasi 100%, dengan ketentuan bahwa tingkat saturasi oksigen pra
ventilasi masih dalam batas normal.
Penilaian Kesulitan Ventilasi: (OBESE)
 Over weight (body mass index > 26 kg/m2)
 Beard
 Elderly (> 55 tahun)
 Snoring
 Edentulous
Difficult intubation (Kesulitan Intubasi): Menurut ASA adalah dibutukkannya
> 3 kali usaha intubasi atau usaha intubasi yang terakhir > 10 menit.
Penilaian Kesulitan Intubasi
 Mallampati
 Measurement 3-3-2-1 OR 1-2-3-3 Fingers
 Movement of the neck
 Malformation of the Skull (S), Teeth (T), Obstruction (O), Pathology (P)
STOP
M = Mallampati
• Class I = Visualisasi soft palate, fauces, uvula, pilar
anterior dan posterior.
• Class II = Visualisasi soft palate, fauces and uvula
• Class III = Visualisasi soft palate dan base of the uvula
• Class IV = Semua soft palate tidak terlihat
 M = Measurements 3-3-2-1 or 1-2-3-3 Fingers
 3 - Fingers Mouth Opening
 3 - Fingers Hypomental Distance. 3 Fingers between the tip of the jaw and the beginning
of the neck (under the chin)
 2 - Fingers between the thyroid notch and the floor of the mandible (top of the neck)
 1 - Finger Lower Jaw Anterior subluxation
 M = Movement of the Neck
Ektensi leher "normal" adalah 35 o (The atlanto-oksipital/ A-O joint). Keterbatasan
ektensi sendi terdapat pada spondylosis, rheumatoid arthritis, halo-jaket fiksasi, pasien
dengan gejala yang menunjukkan kompresi saraf dengan ekstensi servikal.
 Ms =Malformation of the skull, teeth, obstruction, pathology (STOP)
 S = Skull (Hydro and Mikrocephalus)
 T = Teeth (Buck, protruded, & gigi ompong, makro dan mikro mandibula)
 O = Obstruction (obesitas, leher pendek dan bengkak disekitar kepala and leher)
 P = Pathologi (kraniofacial abnormal & Syndromes: Treacher Collins, Goldenhar’s, Pierre
Robin, Waardenburg syndromes)
Jenis kesulitan Jalan Napas
 Kesulitan ventilasi dengan sungkup atau supraglottic
airway (SGA)
 Kesulitan pemasangan SGA
 Kesulitan dilakukan laringoskopi
 Kesulitan intubasi trakea
 Kegagalan intubasi
Evaluasi Jalan Napas
 Memperoleh riwayat kesulitan jalan napas
 Riwayat penyakit (riwayat kesulitan jalan napas) dapat
membantu dalam cara menghadapi kesulitan jalan nafas.
 Pemeriksaan fisik
 Ciri-ciri anatomi tertentu (ciri-ciri fisik dari kepala dan
leher) dan kemungkinan dari kesulitan jalan nafas
 Evaluasi tambahan
 Tes diagnostik tertentu (Radiografi , CT-scan , fluoroskopi
) dapat mengidentifikasi berbagai keadaan yang didapat
atau bawaan pada pasien dengan kesulitan jalan napas
Persiapan Standar pada
Managemen Kesulitan Jalan
Napas
(1) Tersedianya peralatan untuk pengelolaan kesulitan jalan
napas
(2) Menginformasikan kepada pasien atau keluarga tentang
adanya atau dugaan kesulitan jalan nafas, prosedur yang
berkaitan dengan pengelolaan kesulitan jalan nafas, dan
risiko khusus yang kemungkinan dapat terjadi
(3) Memastikan bahwa setidaknya ada satu orang tambahan
sebagai asisten dalam manajemen kesulitan jalan nafas,
(4) Melakukan preoksigenasi dengan sungkup wajah sebelum
memulai manajemen kesulitan jalan nafas,
(5) Secara aktif memberikan oksigen tambahan di seluruh
proses manajemen kesulitan jalan nafas.
Strategi Intubasi pada
Kesulitan Jalan Napas
1. Intubasi sadar,
2. Laringoskopi dengan bantuan video,
3. Intubasi stylets atau tube-changer,
4. SGA untuk ventilasi (LMA, laringeal tube)
5. SGA untuk intubasi (ILMA),
6. Laryngoscopic bilah rigid dari berbagai desain dan
ukuran,
7. Intubasi dengan bantuan fiberoptik, dan
8. Stylets menyala atau Ligth Wand.
ALGORITMA KESULITAN JALAN NAPAS
 Menilai kemungkinan dan dampak klinis dari masalah manajemen dasar:
• Kesulitan dengan kerjasama atau persetujuan pasien
• Kesulitan ventilasi sungkup
• Kesulitan penempatan Supraglottic Airway
• Kesulitan laringoskopi
• Kesulitan intubasi
• Kesulitan akses bedah jalan napas
 Secara aktif mengejar peluang untuk memberikan oksigen tambahan selama
proses manajemen kesulitan jalan napas
 Mempertimbangkan manfaat relatif dan kelayakan pilihan manajemen dasar:
• Awake intubation vs intubasi setelah induksi anestesi umum
• Teknik non-invasif vs teknik invasif untuk pendekatan awal untuk intubasi
• Video laringoskopi sebagai pendekatan awal untuk intubasi
• Menjaga Ventilasi spontan vs ablasi ventilasi spontan
 Mengembangkan strategi primer dan alternatif
a) Pilihan lain termasuk: operasi menggunakan masker wajah atau
supraglottic airway (SGA) (Misalnya, LMA, ILMA, laringeal tube), infiltrasi
anestesi lokal atau blokade saraf regional.
b) Akses jalan napas invasif meliputi bedah atau jalan napas percutaneous,
jet ventilation, dan intubasi retrograde.
c) Pendekatan alternatif : laringoskopi dengan video, bilah laringoskop
alternatif, SGA (LMA atau ILMA) sebagai saluran intubasi (dengan atau
tanpa bimbingan serat optik), intubasi dengan serat optik , intubasi
dengan stylet atau tabung changer, light wand, dan blind oral or nasal
intubation.
d) Pertimbangkan kembali persiapan pasien untuk intubasi sadar atau
membatalkan operasi.
e) Ventilasi jalan nafas non-invasif darurat terdiri dari SGA.
SGA (supraglottic airway)
Akses Jalan Napas Invasif
Ekstubasi
 Manfaat relatif dari ekstubasi sadar dibandingkan ekstubasi
sebelum kembalinya kesadaran.
 Dampak klinis yang merugikan pada jalan napas setelah
pasien diekstubasi.
 Sebuah rencana pengelolaan jalan nafas yang dapat
diimplementasikan jika pasien tidak mampu
mempertahankan ventilasi yang memadai setelah
ekstubasi.
 Perangkat yang dapat berfungsi sebagai panduan untuk
mempercepat reintubasi. Jenis perangkat dapat berupa
stylet (Intubasi bougie). Stylets atau intubasi bougies dapat
memiliki lubang yang dapat digunakan untuk menyediakan
oksigenasi dan ventilasi sementara . Tabung biasanya
dimasukkan melalui mulut dan dapat digunakan untuk
ventilasi supraglottic dan intubasi.
Ekstubasi Setengah Sadar
 Ekstubasi pada pasien sadar, biasanya disertai batuk. Reaksi ini
meningkatkan denyut jantung, tekanan intrakranial, tekanan intraokuli,
tekanan vena central, tekanan arteri. Ini dapat juga menyebabkan luka
operasi terbuka dan berdarah kembali. Pada pasien asmatik, dapat
mencetuskan terjadinya broncho-spasme.
 Ekstubasi mungkin kontra indikasi pada pasien dengan resiko untuk
aspirasi atau pada orang yang jalan nafasnya sulit untuk dikontrol setelah
ekstubasi.
Ekstubasi Masih Teranestesi Dalam
Beresiko tidak terjaganya (tidak adekuat) jalan napas atau ventilasi dalam
kurun waktu antara tidak sadar sampai sadar.
Perawatan Lanjut
 Mendokumentasikan adanya dan sifat dari kesulitan
jalan napas dalam rekam medis,
 Menginformasikan pasien atau orang yang bertanggung
jawab dari kesulitan jalan napas yang dihadapi,
 Mengevaluasi dan mengawasi pasien tentang
kemungkinan komplikasi yang terjadi pada manajemen
kesulitan jalan nafas
Difficult Airway Management.pptx

More Related Content

Similar to Difficult Airway Management.pptx

Intubasi endotrakeal memasukan pipa trakea ke dalam trakea melalui rima gloti...
Intubasi endotrakeal memasukan pipa trakea ke dalam trakea melalui rima gloti...Intubasi endotrakeal memasukan pipa trakea ke dalam trakea melalui rima gloti...
Intubasi endotrakeal memasukan pipa trakea ke dalam trakea melalui rima gloti...RTISanglah
 
Management Airway PPT.pptx
Management Airway PPT.pptxManagement Airway PPT.pptx
Management Airway PPT.pptxtheoronaldo1
 
504558866-MATERI-AB-Manajement-Ppt-Pelath-Vm-2021-1.pdf
504558866-MATERI-AB-Manajement-Ppt-Pelath-Vm-2021-1.pdf504558866-MATERI-AB-Manajement-Ppt-Pelath-Vm-2021-1.pdf
504558866-MATERI-AB-Manajement-Ppt-Pelath-Vm-2021-1.pdfRukiHartawan2
 
Atelektasis perioperatif.pptx
Atelektasis perioperatif.pptxAtelektasis perioperatif.pptx
Atelektasis perioperatif.pptxStefanusKiky
 
perioperatif anes aul.pptx
perioperatif anes aul.pptxperioperatif anes aul.pptx
perioperatif anes aul.pptxAuliaDwiJuanita
 
Tindakan Suctioning.pptx
Tindakan Suctioning.pptxTindakan Suctioning.pptx
Tindakan Suctioning.pptxRianGibran
 
Pengelolaan_Jalan_Napas_Airway_Managemen.pptx
Pengelolaan_Jalan_Napas_Airway_Managemen.pptxPengelolaan_Jalan_Napas_Airway_Managemen.pptx
Pengelolaan_Jalan_Napas_Airway_Managemen.pptxDeniSuryadiPratama
 
Penanganan trauma 24 jam pertama fokus Pada AIR WAY CONTROL
Penanganan trauma 24 jam pertama fokus Pada AIR WAY CONTROLPenanganan trauma 24 jam pertama fokus Pada AIR WAY CONTROL
Penanganan trauma 24 jam pertama fokus Pada AIR WAY CONTROLKindal
 
atresiaduodeni dan atresia esofagus/NRB/bu henik poltekkes surakarta
atresiaduodeni dan atresia esofagus/NRB/bu henik poltekkes surakartaatresiaduodeni dan atresia esofagus/NRB/bu henik poltekkes surakarta
atresiaduodeni dan atresia esofagus/NRB/bu henik poltekkes surakartaRejeki Lestari
 
Nasopharyngeal Airway (NPA): Banyak Manfaat namun Kurang Dikenal
Nasopharyngeal Airway (NPA): Banyak Manfaat namun Kurang DikenalNasopharyngeal Airway (NPA): Banyak Manfaat namun Kurang Dikenal
Nasopharyngeal Airway (NPA): Banyak Manfaat namun Kurang DikenalRobertus Arian Datusanantyo
 
ASUHAN PRE DAN PASCA BEDAH KEBIDANAN.pptx
ASUHAN PRE DAN PASCA BEDAH KEBIDANAN.pptxASUHAN PRE DAN PASCA BEDAH KEBIDANAN.pptx
ASUHAN PRE DAN PASCA BEDAH KEBIDANAN.pptxawaldarmawan3
 

Similar to Difficult Airway Management.pptx (20)

Intubasi endotrakeal memasukan pipa trakea ke dalam trakea melalui rima gloti...
Intubasi endotrakeal memasukan pipa trakea ke dalam trakea melalui rima gloti...Intubasi endotrakeal memasukan pipa trakea ke dalam trakea melalui rima gloti...
Intubasi endotrakeal memasukan pipa trakea ke dalam trakea melalui rima gloti...
 
Management Airway PPT.pptx
Management Airway PPT.pptxManagement Airway PPT.pptx
Management Airway PPT.pptx
 
Algoritma acls
Algoritma aclsAlgoritma acls
Algoritma acls
 
504558866-MATERI-AB-Manajement-Ppt-Pelath-Vm-2021-1.pdf
504558866-MATERI-AB-Manajement-Ppt-Pelath-Vm-2021-1.pdf504558866-MATERI-AB-Manajement-Ppt-Pelath-Vm-2021-1.pdf
504558866-MATERI-AB-Manajement-Ppt-Pelath-Vm-2021-1.pdf
 
Atelektasis perioperatif.pptx
Atelektasis perioperatif.pptxAtelektasis perioperatif.pptx
Atelektasis perioperatif.pptx
 
Safe intubation
Safe intubationSafe intubation
Safe intubation
 
perioperatif anes aul.pptx
perioperatif anes aul.pptxperioperatif anes aul.pptx
perioperatif anes aul.pptx
 
Bab i
Bab iBab i
Bab i
 
Tindakan Suctioning.pptx
Tindakan Suctioning.pptxTindakan Suctioning.pptx
Tindakan Suctioning.pptx
 
Airway Management.pdf
Airway Management.pdfAirway Management.pdf
Airway Management.pdf
 
Pengelolaan_Jalan_Napas_Airway_Managemen.pptx
Pengelolaan_Jalan_Napas_Airway_Managemen.pptxPengelolaan_Jalan_Napas_Airway_Managemen.pptx
Pengelolaan_Jalan_Napas_Airway_Managemen.pptx
 
INTUBASI ENDOTRAKEAL
INTUBASI ENDOTRAKEALINTUBASI ENDOTRAKEAL
INTUBASI ENDOTRAKEAL
 
Initial assesment
Initial assesmentInitial assesment
Initial assesment
 
Jurnal 2
Jurnal 2Jurnal 2
Jurnal 2
 
Penanganan trauma 24 jam pertama fokus Pada AIR WAY CONTROL
Penanganan trauma 24 jam pertama fokus Pada AIR WAY CONTROLPenanganan trauma 24 jam pertama fokus Pada AIR WAY CONTROL
Penanganan trauma 24 jam pertama fokus Pada AIR WAY CONTROL
 
atresiaduodeni dan atresia esofagus/NRB/bu henik poltekkes surakarta
atresiaduodeni dan atresia esofagus/NRB/bu henik poltekkes surakartaatresiaduodeni dan atresia esofagus/NRB/bu henik poltekkes surakarta
atresiaduodeni dan atresia esofagus/NRB/bu henik poltekkes surakarta
 
La rangki fisioterapi dada
La rangki fisioterapi dadaLa rangki fisioterapi dada
La rangki fisioterapi dada
 
Nasopharyngeal Airway (NPA): Banyak Manfaat namun Kurang Dikenal
Nasopharyngeal Airway (NPA): Banyak Manfaat namun Kurang DikenalNasopharyngeal Airway (NPA): Banyak Manfaat namun Kurang Dikenal
Nasopharyngeal Airway (NPA): Banyak Manfaat namun Kurang Dikenal
 
ASUHAN PRE DAN PASCA BEDAH KEBIDANAN.pptx
ASUHAN PRE DAN PASCA BEDAH KEBIDANAN.pptxASUHAN PRE DAN PASCA BEDAH KEBIDANAN.pptx
ASUHAN PRE DAN PASCA BEDAH KEBIDANAN.pptx
 
ATLS.pptx
ATLS.pptxATLS.pptx
ATLS.pptx
 

Recently uploaded

TEMA 9 SUBTEMA 1 PEMBELAJARAN 1 KELAS 6.pptx
TEMA 9 SUBTEMA 1 PEMBELAJARAN 1 KELAS 6.pptxTEMA 9 SUBTEMA 1 PEMBELAJARAN 1 KELAS 6.pptx
TEMA 9 SUBTEMA 1 PEMBELAJARAN 1 KELAS 6.pptxSyabilAfandi
 
materi+kuliah-ko2-senyawa+aldehid+dan+keton.pdf
materi+kuliah-ko2-senyawa+aldehid+dan+keton.pdfmateri+kuliah-ko2-senyawa+aldehid+dan+keton.pdf
materi+kuliah-ko2-senyawa+aldehid+dan+keton.pdfkaramitha
 
Dampak Bioteknologi di Bidang Pertanian.pdf
Dampak Bioteknologi di Bidang Pertanian.pdfDampak Bioteknologi di Bidang Pertanian.pdf
Dampak Bioteknologi di Bidang Pertanian.pdfssuser4743df
 
LKPD SUHU dan KALOR KEL4.pdf strategi pembelajaran ipa
LKPD SUHU dan KALOR KEL4.pdf strategi pembelajaran ipaLKPD SUHU dan KALOR KEL4.pdf strategi pembelajaran ipa
LKPD SUHU dan KALOR KEL4.pdf strategi pembelajaran ipaBtsDaily
 
sistem ekskresi ginjal pada manusia dan kelainannya
sistem ekskresi ginjal pada manusia dan kelainannyasistem ekskresi ginjal pada manusia dan kelainannya
sistem ekskresi ginjal pada manusia dan kelainannyaANTARASATU
 
Konsep Agribisnis adalah suatu kesatuan kegiatan meliputi salah satu atau ...
Konsep	Agribisnis	adalah	suatu	kesatuan	kegiatan  meliputi		salah	satu	atau		...Konsep	Agribisnis	adalah	suatu	kesatuan	kegiatan  meliputi		salah	satu	atau		...
Konsep Agribisnis adalah suatu kesatuan kegiatan meliputi salah satu atau ...laila16682
 
R6C-Kelompok 2-Sistem Rangka Pada Amphibi dan Aves.pptx
R6C-Kelompok 2-Sistem Rangka Pada Amphibi dan Aves.pptxR6C-Kelompok 2-Sistem Rangka Pada Amphibi dan Aves.pptx
R6C-Kelompok 2-Sistem Rangka Pada Amphibi dan Aves.pptxmagfira271100
 
Materi Inisiasi 4 Metode Penelitian Komunikasi Universitas Terbuka
Materi Inisiasi 4 Metode Penelitian Komunikasi Universitas TerbukaMateri Inisiasi 4 Metode Penelitian Komunikasi Universitas Terbuka
Materi Inisiasi 4 Metode Penelitian Komunikasi Universitas TerbukaNikmah Suryandari
 
e-Book Persepsi dan Adopsi-Rachmat Hendayana.pdf
e-Book Persepsi dan Adopsi-Rachmat Hendayana.pdfe-Book Persepsi dan Adopsi-Rachmat Hendayana.pdf
e-Book Persepsi dan Adopsi-Rachmat Hendayana.pdfIAARD/Bogor, Indonesia
 

Recently uploaded (9)

TEMA 9 SUBTEMA 1 PEMBELAJARAN 1 KELAS 6.pptx
TEMA 9 SUBTEMA 1 PEMBELAJARAN 1 KELAS 6.pptxTEMA 9 SUBTEMA 1 PEMBELAJARAN 1 KELAS 6.pptx
TEMA 9 SUBTEMA 1 PEMBELAJARAN 1 KELAS 6.pptx
 
materi+kuliah-ko2-senyawa+aldehid+dan+keton.pdf
materi+kuliah-ko2-senyawa+aldehid+dan+keton.pdfmateri+kuliah-ko2-senyawa+aldehid+dan+keton.pdf
materi+kuliah-ko2-senyawa+aldehid+dan+keton.pdf
 
Dampak Bioteknologi di Bidang Pertanian.pdf
Dampak Bioteknologi di Bidang Pertanian.pdfDampak Bioteknologi di Bidang Pertanian.pdf
Dampak Bioteknologi di Bidang Pertanian.pdf
 
LKPD SUHU dan KALOR KEL4.pdf strategi pembelajaran ipa
LKPD SUHU dan KALOR KEL4.pdf strategi pembelajaran ipaLKPD SUHU dan KALOR KEL4.pdf strategi pembelajaran ipa
LKPD SUHU dan KALOR KEL4.pdf strategi pembelajaran ipa
 
sistem ekskresi ginjal pada manusia dan kelainannya
sistem ekskresi ginjal pada manusia dan kelainannyasistem ekskresi ginjal pada manusia dan kelainannya
sistem ekskresi ginjal pada manusia dan kelainannya
 
Konsep Agribisnis adalah suatu kesatuan kegiatan meliputi salah satu atau ...
Konsep	Agribisnis	adalah	suatu	kesatuan	kegiatan  meliputi		salah	satu	atau		...Konsep	Agribisnis	adalah	suatu	kesatuan	kegiatan  meliputi		salah	satu	atau		...
Konsep Agribisnis adalah suatu kesatuan kegiatan meliputi salah satu atau ...
 
R6C-Kelompok 2-Sistem Rangka Pada Amphibi dan Aves.pptx
R6C-Kelompok 2-Sistem Rangka Pada Amphibi dan Aves.pptxR6C-Kelompok 2-Sistem Rangka Pada Amphibi dan Aves.pptx
R6C-Kelompok 2-Sistem Rangka Pada Amphibi dan Aves.pptx
 
Materi Inisiasi 4 Metode Penelitian Komunikasi Universitas Terbuka
Materi Inisiasi 4 Metode Penelitian Komunikasi Universitas TerbukaMateri Inisiasi 4 Metode Penelitian Komunikasi Universitas Terbuka
Materi Inisiasi 4 Metode Penelitian Komunikasi Universitas Terbuka
 
e-Book Persepsi dan Adopsi-Rachmat Hendayana.pdf
e-Book Persepsi dan Adopsi-Rachmat Hendayana.pdfe-Book Persepsi dan Adopsi-Rachmat Hendayana.pdf
e-Book Persepsi dan Adopsi-Rachmat Hendayana.pdf
 

Difficult Airway Management.pptx

  • 1. BAGIAN ILMU ANESTESI DAN TERAPI INTENSIF FAKULTAS KEDOKTERAN USK Manajemen Difficult Airway menurut ASA dr.Chalis Novriza 2007601080009
  • 2. Defenisi  Difficult airway (Kesulitan Jalan Napas): Menurut ASA adalah adanya faktor-faktor klinis yang menyulitkan baik ventilasi dengan masker atau intubasi yang dilakukan oleh dokter yang berpengalaman dan terampil.  Difficult Ventilation (Kesulitan Ventilasi): Menurut ASA adalah ketidakmampuan dari ahli anestesi yang berpengalaman untuk menjaga SO2 > 90 % saat ventilasi dengan menggunakan masker wajah dan O2 inspirasi 100%, dengan ketentuan bahwa tingkat saturasi oksigen pra ventilasi masih dalam batas normal.
  • 3. Penilaian Kesulitan Ventilasi: (OBESE)  Over weight (body mass index > 26 kg/m2)  Beard  Elderly (> 55 tahun)  Snoring  Edentulous
  • 4. Difficult intubation (Kesulitan Intubasi): Menurut ASA adalah dibutukkannya > 3 kali usaha intubasi atau usaha intubasi yang terakhir > 10 menit. Penilaian Kesulitan Intubasi  Mallampati  Measurement 3-3-2-1 OR 1-2-3-3 Fingers  Movement of the neck  Malformation of the Skull (S), Teeth (T), Obstruction (O), Pathology (P) STOP
  • 5. M = Mallampati • Class I = Visualisasi soft palate, fauces, uvula, pilar anterior dan posterior. • Class II = Visualisasi soft palate, fauces and uvula • Class III = Visualisasi soft palate dan base of the uvula • Class IV = Semua soft palate tidak terlihat
  • 6.  M = Measurements 3-3-2-1 or 1-2-3-3 Fingers  3 - Fingers Mouth Opening  3 - Fingers Hypomental Distance. 3 Fingers between the tip of the jaw and the beginning of the neck (under the chin)  2 - Fingers between the thyroid notch and the floor of the mandible (top of the neck)  1 - Finger Lower Jaw Anterior subluxation  M = Movement of the Neck Ektensi leher "normal" adalah 35 o (The atlanto-oksipital/ A-O joint). Keterbatasan ektensi sendi terdapat pada spondylosis, rheumatoid arthritis, halo-jaket fiksasi, pasien dengan gejala yang menunjukkan kompresi saraf dengan ekstensi servikal.  Ms =Malformation of the skull, teeth, obstruction, pathology (STOP)  S = Skull (Hydro and Mikrocephalus)  T = Teeth (Buck, protruded, & gigi ompong, makro dan mikro mandibula)  O = Obstruction (obesitas, leher pendek dan bengkak disekitar kepala and leher)  P = Pathologi (kraniofacial abnormal & Syndromes: Treacher Collins, Goldenhar’s, Pierre Robin, Waardenburg syndromes)
  • 7. Jenis kesulitan Jalan Napas  Kesulitan ventilasi dengan sungkup atau supraglottic airway (SGA)  Kesulitan pemasangan SGA  Kesulitan dilakukan laringoskopi  Kesulitan intubasi trakea  Kegagalan intubasi
  • 8. Evaluasi Jalan Napas  Memperoleh riwayat kesulitan jalan napas  Riwayat penyakit (riwayat kesulitan jalan napas) dapat membantu dalam cara menghadapi kesulitan jalan nafas.  Pemeriksaan fisik  Ciri-ciri anatomi tertentu (ciri-ciri fisik dari kepala dan leher) dan kemungkinan dari kesulitan jalan nafas  Evaluasi tambahan  Tes diagnostik tertentu (Radiografi , CT-scan , fluoroskopi ) dapat mengidentifikasi berbagai keadaan yang didapat atau bawaan pada pasien dengan kesulitan jalan napas
  • 9. Persiapan Standar pada Managemen Kesulitan Jalan Napas (1) Tersedianya peralatan untuk pengelolaan kesulitan jalan napas (2) Menginformasikan kepada pasien atau keluarga tentang adanya atau dugaan kesulitan jalan nafas, prosedur yang berkaitan dengan pengelolaan kesulitan jalan nafas, dan risiko khusus yang kemungkinan dapat terjadi (3) Memastikan bahwa setidaknya ada satu orang tambahan sebagai asisten dalam manajemen kesulitan jalan nafas, (4) Melakukan preoksigenasi dengan sungkup wajah sebelum memulai manajemen kesulitan jalan nafas, (5) Secara aktif memberikan oksigen tambahan di seluruh proses manajemen kesulitan jalan nafas.
  • 10. Strategi Intubasi pada Kesulitan Jalan Napas 1. Intubasi sadar, 2. Laringoskopi dengan bantuan video, 3. Intubasi stylets atau tube-changer, 4. SGA untuk ventilasi (LMA, laringeal tube) 5. SGA untuk intubasi (ILMA), 6. Laryngoscopic bilah rigid dari berbagai desain dan ukuran, 7. Intubasi dengan bantuan fiberoptik, dan 8. Stylets menyala atau Ligth Wand.
  • 11. ALGORITMA KESULITAN JALAN NAPAS  Menilai kemungkinan dan dampak klinis dari masalah manajemen dasar: • Kesulitan dengan kerjasama atau persetujuan pasien • Kesulitan ventilasi sungkup • Kesulitan penempatan Supraglottic Airway • Kesulitan laringoskopi • Kesulitan intubasi • Kesulitan akses bedah jalan napas  Secara aktif mengejar peluang untuk memberikan oksigen tambahan selama proses manajemen kesulitan jalan napas  Mempertimbangkan manfaat relatif dan kelayakan pilihan manajemen dasar: • Awake intubation vs intubasi setelah induksi anestesi umum • Teknik non-invasif vs teknik invasif untuk pendekatan awal untuk intubasi • Video laringoskopi sebagai pendekatan awal untuk intubasi • Menjaga Ventilasi spontan vs ablasi ventilasi spontan  Mengembangkan strategi primer dan alternatif
  • 12.
  • 13. a) Pilihan lain termasuk: operasi menggunakan masker wajah atau supraglottic airway (SGA) (Misalnya, LMA, ILMA, laringeal tube), infiltrasi anestesi lokal atau blokade saraf regional. b) Akses jalan napas invasif meliputi bedah atau jalan napas percutaneous, jet ventilation, dan intubasi retrograde. c) Pendekatan alternatif : laringoskopi dengan video, bilah laringoskop alternatif, SGA (LMA atau ILMA) sebagai saluran intubasi (dengan atau tanpa bimbingan serat optik), intubasi dengan serat optik , intubasi dengan stylet atau tabung changer, light wand, dan blind oral or nasal intubation. d) Pertimbangkan kembali persiapan pasien untuk intubasi sadar atau membatalkan operasi. e) Ventilasi jalan nafas non-invasif darurat terdiri dari SGA.
  • 15. Akses Jalan Napas Invasif
  • 16. Ekstubasi  Manfaat relatif dari ekstubasi sadar dibandingkan ekstubasi sebelum kembalinya kesadaran.  Dampak klinis yang merugikan pada jalan napas setelah pasien diekstubasi.  Sebuah rencana pengelolaan jalan nafas yang dapat diimplementasikan jika pasien tidak mampu mempertahankan ventilasi yang memadai setelah ekstubasi.  Perangkat yang dapat berfungsi sebagai panduan untuk mempercepat reintubasi. Jenis perangkat dapat berupa stylet (Intubasi bougie). Stylets atau intubasi bougies dapat memiliki lubang yang dapat digunakan untuk menyediakan oksigenasi dan ventilasi sementara . Tabung biasanya dimasukkan melalui mulut dan dapat digunakan untuk ventilasi supraglottic dan intubasi.
  • 17. Ekstubasi Setengah Sadar  Ekstubasi pada pasien sadar, biasanya disertai batuk. Reaksi ini meningkatkan denyut jantung, tekanan intrakranial, tekanan intraokuli, tekanan vena central, tekanan arteri. Ini dapat juga menyebabkan luka operasi terbuka dan berdarah kembali. Pada pasien asmatik, dapat mencetuskan terjadinya broncho-spasme.  Ekstubasi mungkin kontra indikasi pada pasien dengan resiko untuk aspirasi atau pada orang yang jalan nafasnya sulit untuk dikontrol setelah ekstubasi.
  • 18. Ekstubasi Masih Teranestesi Dalam Beresiko tidak terjaganya (tidak adekuat) jalan napas atau ventilasi dalam kurun waktu antara tidak sadar sampai sadar.
  • 19. Perawatan Lanjut  Mendokumentasikan adanya dan sifat dari kesulitan jalan napas dalam rekam medis,  Menginformasikan pasien atau orang yang bertanggung jawab dari kesulitan jalan napas yang dihadapi,  Mengevaluasi dan mengawasi pasien tentang kemungkinan komplikasi yang terjadi pada manajemen kesulitan jalan nafas