SlideShare a Scribd company logo
1 of 12
Download to read offline
SOSIAL DAN BUDAYA JORONG SUNGAI GUNTUNG NAGARI
PASIA LAWEH KECAMATAN PALUPUH
Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu
Tugas Terstruktur Dalam Mata Kuliah Ilmu Sosial Budaya Dasar
Endang Lastri
IC
Dosen Pembimbing
Dr. Silfia Hanani, M. Si
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN MATEMATIKA JURUSAN TARBIYAH
SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM NEGERI (STAIN)
SJECH M. DJAMIL DJAMBEK
BUKITTINGGI
SOSIAL DAN BUDAYA JORONG SUNGAI GUNTUNG NAGARI
PASIA LAWEH KECAMATAN PALUPUH
A. Sejarah Jorong Sungai Guntung
Menurut rangkaian sejarah yang bersumber dari cerita orang yang tertua Nagari
dan buku-buku yang berisikan Tambo asal usul Nagari dalam wilayah Minangkabau,
dimana Nenek Moyang Nagari Pasia Laweh berasal dari Kenagarian Kamang Mudiak
Agam. Yang pertama kali turun adalah Awa gelar Dt, Rajo Nagari seorang Penghulu
Pucuak basuku koto, disertai sejumlah karib kirabat beliau yang diperkirakan datang
sekitar tahun 1842, persisnya 5 tahun sejak berakhirnya perang Paderi di sebuah
perbukitan Limau Abung Sungai Guntung.
Karena kekurangan sumber Air, maka beliau meneruskan perjalanan melalui
Rimbo Pakan Selasa dan Bateh Kambuih yang akhirnya menetap disebuah pemukiman
baru bernama Koto Banau, artinya penghuni kampung tersebut kebanyakan basuku Koto
dan hutannya banyak ditumbuhi pohon enau. Berawal dari perkembangan inilah Sang
Datuk mulai menata kehidupan bakorong – bakampuang. Baadat – Bagaamo dan
bermusyawarah mencari kata mufakat di lingkungan kaum dan kirabatnya.
Seiringan berjalannya kehidupan dari masa kemasa, sesuai dengan kewenangan
Belanda selaku penguasa tunggal waktu itu yang memperlakukan sistem pemerintahan
Nagari yang dikenal dengan Priode PASCA PLAKAT PANJANG KOLONIAL, dimana
Belanda saat itu berhak menetapkan dan menunjuk seseorang untuk diangkat sebagai
penghulu kepala atau kepala Laras yang pada prinsipnya bertugas sebagai penghubung
nagari-nagari yang telah terbentuk untuk kepentingan Belanda semata. Dan waktu itu
ditetapkanlah Dt. Rajo Nagari sebagai Angku Lareh pertama yang pemerintahannya
berpusat disebuah Pasia nan laweh tempat berdirinya bangunan Mesjid Nurul Falah
Jorong Pasia Laweh sekarang yang akhirnya nama Pasia Laweh tersebut dikukuhkan
sebagai nama sebuah Nagari yang sampai sekarang tetap utuh adanya di Kabupaten Agam
Propinsi Sumatera Barat.
Sesuai dengan kondisi Datuak Rajo Nagari pertama di Nagari yang semakin tua.
Maka jabatan beliau digatikan oleh anak pertama dari pasangannya dengan SITI
FATIMAH suku Tanjuang kampuang tangah Pasia Laweh yang bernama KILEK gelar
DT. BAGINDO sekitar tahun 1869, mengingat waktu itu belum ada satupun kemenakan
beliau yang memenuhi syarat sebagai Angku Lareh. Sedangkan untuk jabatan Kapalo
Nagari pertama di Pasia Laweh adalah GANJIA DT. BAGINDO kemenakan Kilek Angku
Bagindo anak dari GUNUN yang menjabat sekitar tahun 1876 sampai dengan tahun 1891
( 15 ) tahun begitulah seterus nya sampai sekarang. Dimana Nagari Pasia Laweh tetap
berdiri kokoh yang meliputi 7 jorong yakni Jorong Pasia Laweh, Palupuh, Angge,
Palimbatan, Sungai Guntung, Aur Kuniang, Lurah Dalam. Yang terdiri dari 7 pasukuan
yaitu: Koto, Jambak, Caniago, Tanjuang, Pili, Malayu dan Sikumbang. Dengan jumlah
niniak mamak yang dikenal dengan sebutan Niniak Mamak Nan 100 Dikato yang pada
saat sekarang ini jumlah niniak mamak sudah mencapai sebanyak 113 orang Niniak
Mamak.
B. Morfoligi
Jorong Sungai Guntung terletak 7 Km dari pusat kenagarian Pasia Laweh.
Persisnya ditengah deretan Bukit Barisan, yang mendaki dan menurun diantara lembah
hijau ditengah punggung Sumatera. Jalan ke Sarasah Guntuang cukup bagus dan mulus,
tapi memiliki beberapa tanjakan dan turunan tajam yang cukup menggigilkan telapak
kaki. Jorong Sungai Guntung merupakan dataran tinggi dan sedang dengan
ketinggian dari permukaan laut antara 500 – 850 m, yang berbatasan dengan:
Sebelah utara berbatasan dengan Jorong Pauah, Nagari Kamang Mudiak
Sebelah selatan berbatasan dengan kenagarin Pagadih
Sebelah timur berbatasan dengan bukit Barisan
Sebelah barat berbatasan dengan Jorong Pagadih Mudiak, Nagari Pagadih
Topografi Sungai Guntung berbukit dan bergelombang menghiasi lembah dengan
kemiringan hampir terjal dan terjal (15 – ), yang ditutupi oleh kawasan hutan berupa
kayuan dan tanaman perkebunan yang cukup subur. Sedangkan areal pemukiman lebih
cendrung berada didekat persawahan yang dikelilingi oleh tebing perbukitan.
C. Jumlah Penduduk
Menurut data yang dipeloreh dari kantor jorong Sungai Guntung terdapat 38 KK
dengan jumlah penduduk lebih kurang 821 orang,
D. Mata Pencarian Penduduk
Masyarakat Jorong Sungai Guntung bermata pencarian sebagai petani. Salah satu
hasil pertaniannya adalah ambiar yang berkomoditi ekspor.
Sekitar 145 ha kebun gambir masyarakat di Jorong Sungai Guntung Kenagarian
Pasia Laweh Kecamatan Kecamatan Palupuh sedah mulai panen. Dengan panennya
gambir bukan masyarakat saja yang merasa gembira tetapi koperindag Provinsi yang rajin
membina petani gambir itu juga merasa bangga. Potensi gambir di Kenagarian itu
membuat salah seorang Kabid Koperindag Propinsi, Drs. Gustaf sering melakukan
pembinaan. Bahkan setiap tahun memberikan bantuan berupa sarana untuk pengolahan
gambir tersebut. Gustaf mantan Koperindag Bukittinggi tidak asing bagi masyarakat
Palupuh.
Hamparan kebun gambir masyarakat Jorong Sungai Guntung terlihat semakin luas
karena Jorong Sungai Guntung yang selama ini merupakan daerah terisolasi mempunyai
potensi yang luar biasa untuk gambir. Dan sekarang Kenagarian tersebut menjadi
Kenagarian Primadona di Kabupaten Agam.
Sampai saat ini berpedoman kepada data luas tanaman jeruk telah mencapai 67 Ha,
yang dimulai semenjak tahun 2006 sampai tahun 2010, dengan jenis jeruk madu dan
dipopulerkan dengan nama jeruk Sungai Guntung. Kelompok Tani yang terlibat yaitu 5
kelompok tani Sungai Guntung yakni ; Kelompok Tani Karya Lestari, Kelompok Tani
Koto Rantang Jaya, Kelompok Tani Muaro Baru, Kelompok Tani Tunas Harapan dan
Kelompok Tani Tunas Baru.
Tanaman jeruk tersebut telah mulai berbuah dan menghasilkan atau telah panen,
berdasarkan pendataan petani yang telah menikmati manis jeruk madu koto rantang
berkisar 10 – 12 orang dengan luas panen diperkirakan 15 Ha dan sampai akhir Desember
2011 ini total produksi bisa mencapai 30 ton. Dengan klasifikasi berdasarkan pandangan
visual grad A sekitar 25 % (4 – 5 ) buah/Kg, grad B sekitar 55 % ( 6 – 8 ) buah/Kg dan
grad C sekitar 20 % (8 – 11) buah /Kg.
Untuk mendukung program pengembangan tanaman Jeruk Madu di Sungai
Guntung beberapa kegiatan telah dilaksanakan oleh anggota Kelompok Tani, baik dalam
hal budidaya, dengan kegiatan budidaya tanaman yang sehat, dengan berpedoman kepada
penerapan SL PHT yakni bagaimana cara bertanam, pengendalian hama dan penyakit
dengan konsep ramah lingkungan.
Pelatihan untuk menambah wawasan dan pengetahuan petani dilaksanakan
berawal dari lahan kebun jeruk dengan sistim SL dan sampai pada pertemuan yang
bertemakan komoditi jeruk yang diadakan oleh Dinas Pertanian baik Kabupaten Maupun
Provinsi Sumatera Barat, Nara sumber juga ada dari Balai Penelitian Buah Tropika
(Balitbu tropika) Aripan Solok. Untuk sebagai bertukar pikiran petani Jeruk di Koto
Rantang diajak study banding yang didampingi oleh petugas BP4K2P Kecamatan
Palupuh keluar daerah seperti yang terkenal saat ini Jeruk Gunuang Omeh di
Kecamatan Gunung oMas Kabupaten 50 Kota.
Bila melirik lahan kebun jeruk di daerah lain yang pernah dikunjungi potensi lahan
yang ada di Sungai Gungtung tidaklah mengecewakan bahkan bisa dikatakan
kesuburannya cukup bagus. Namun kemauan dan tekad bulat untuk sebuah keberhasilan
perlu dibangkitkan dan dukungan, sehingga petani bisa mewujudkan kesejahteraannya
E. Pariwasata
Salah objek wisata yang terkenal di Jorong Sungai Guntung adalah Sarasah Indah
Sungai Guntung. Objek Wisata ini berupa air terjun yang berada di Jorong Sungai
Guntung, Nagari Pasia Laweh, lebih kurang 40 KM dari kota Bukittinggi. Air terjun ini
amat unik karena terdiri dari 3 tingkat. keunikan ini menjadi nilai tambah tersendiri yang
tidak banyak dimiliki air terjun lainya. Tak kalah menariknya adalah bahwa objek wisata
ini juga dikelilingi oleh pemandangan yang indah dan asri. Setiap hari libur air terjun ini
banyak dikunjungi oleh para wisatawan.
Air Terjun Sarasah Gantuang atau dikenal dengan nama Air Terjun Tiga Tingkat
terletak antara dua lembah raksasa, yang airnya terus mengalir ke tengah nagari Palupuah.
Air terjun ini terdiri dari tiga tingkatan dimana tingkat pertama paling atas sarasah ini
memiliki ketinggian terjunan air sekitar 10 m dengan sebuah telaga batu yang kerap
memancarkan kilauan pelangi jika terkena sinar matahari.
Untuk tingkat kedua dan ketiga diperkirakan masing-masing memiliki ketinggian
antara 12 hingga 14 meter, juga dengan telaga seukuran diameter lima meter. Dari kedua
air terjun itulah tersembul uap air dan embun yang mengepul seperti cendawan raksasa.
Bahkan dari tingkat itu pula selalu terdengar gemuruh hempasan air.
Untuk menuju ketingkat dua, masih mudah untuk ditempuh dengan jalan kaki.
Tapi untuk ketingkat terakhir, terpaksa harus merangkak dikarenakan medan terjal dan
licin.
Penduduk di sekitar kawasan air terjun mengkeramatkan sarasah ini. Mereka
percaya setiap ada musibah yang akan menimpa, air sarasah akan bergemuruh atau akan
keluar ikan bersirip emas dari dasar telaga. Karena kepercayaan itu pula penduduk tidak
berani menebang pohon dekat sarasah.
Terletak di Jorong Sungai Guntuang, Kanagarian Pasia Laweh, Kecamatan
Palupuh, Kabupaten Agam, Propinsi Sumatera Barat. Berjarak sekitar 7 km dari pusat
Nagari Pasia Laweh, menuju Nagari Pagadih, Palupuh. Persisnya ditengah deretan Bukit
Barisan, yang mendaki dan menurun diantara lembah hijau ditengah punggung Sumatera.
Jalan ke Sarasah Guntuang cukup bagus dan mulus, tapi memiliki beberapa tanjakan dan
turunan tajam yang cukup menggigilkan telapak kaki
F. RUMAH GADANG
Rumah Gadang Minangkabau merupakan rumah tradisional hasil kebudayaan suatu
suku bangsa yang hidup di daerah Bukit Barisan di sepanjang pantai barat Pulau Sumatera
bagian tengah. Sebagaimana halnya rumah di daerah katulistiwa, rumah gadang dibangun di
atas tiang (panggung), mempunyai kolong yang tinggi. Atapnya yang lancip merupakan
arsitektur yang khas yang membedakannya dengan bangunan suku bangsa lain di daerah garis
katulistiwa itu.
Sebagai suatu kreatifitas kebudayaan suku bangsa, ia dinyatakan dengan rasa bangga,
dengan bahasa yang liris, serta metafora yang indah dan kaya. Juga ia diucapkan dengan gaya
yang beralun pada pidato dalam situasi yang tepat. Bunyinya ialah sebagai berikut :
Rumah gadang sambilan ruang, salanja kudo balari, sapakiak budak
maimbau, sajariah kubin malayang.
Gonjongnyo rabuang mambasuik, antiang-antiangnyo disemba alang.
Parabuangnyo si ula gerang, batatah timah putiah, barasuak tareh limpato,
Cucurannyo alang babega, saga tasusun bak bada mudiak.
Parannyo si ula gerang batata aia ameh, salo-manyalo aia perak. Jariaunyo
puyuah balari, indah sungguah dipandang mato, tagamba dalam sanubari. Dindiang
ari dilanja paneh.
Tiang panjang si maharajo lelo, tiang pangiriang mantari dalapan, tiang
dalapan, tiang tapi panagua jamu, tiang dalam puti bakabuang. Ukiran tonggak jadi
ukuran, batatah aia ameh, disapuah jo tanah kawi, kamilau mato mamandang. Dama
tirih bintang kemarau.
Batu tala pakan camin talayang. Cibuak mariau baru sudah. Pananjua parian
bapantua. Halaman kasiak tabantang, pasia lumek bagai ditintiang. Pakarangan
bapaga hiduik, pudiang ameh paga lua, pudiang perak paga dalam, batang
kamuniang pautan kudo, Lasuangnyo batu balariak, alunyo linpato bulek, limau
manih sandarannyo.
Gadih manumbuak jolong gadang, ayam mancangkua jolong turun, lah
kanyang baru disiuahkan, Jo panggalan sirantiah dolai, ujuangnyo dibari bajambua
suto. Ado pulo bakolam ikan, aianyo bagai mato kuciang, lumpua tido lumuikpun tido,
ikan sapek babayangan, ikan gariang jinak-jinak, ikan puyu barandai ameh.
Rangkiangnyo tujuah sajaja, di tangah si tinjau lauik, panjapuik dagang lalu,
paninjau pancalang masuak, di kanan si bayau bayau, lumbuang makan patang pagi,
di kiri si tangguang lapa, tampek si miskin salang tenggang, panolong urang
kampuang di musim lapa gantuang tungku, lumbuang kaciak salo nanyalo, tampek
manyimpan padi abuan.
Arsitektur
Masyarakat Minangkabau sebagai suku bangsa yang nenganut falsafah “alam
takambang jadi guru”, mereka menyelaraskan kehidupan pada susunan alam yang harmonis
tetapi juga dinamis, sehingga kehidupannya menganut teori dialektis, yang mereka sebut
“bakarano bakajadian” (bersebab dan berakibat) yang menimbulkan berbagai pertentangan
dan keseimbangan. Buah karyanya yang menumental seperti rumah gadang itu pun
mengandung rumusan falsafah itu.
Bentuk dasarnya, rumah gadang itu persegi empat yang tidak simetris yang
mengembang ke atas. Atapnya melengkung tajam seperti bentuk tanduk kerbau, sedangkan
lengkung badan rumah Iandai seperti badan kapal.
Bentuk badan rumah gadang yang segi empat yang membesar ke atas (trapesium
terbalik) sisinya melengkung kedalam atau rendah di bagian tengah, secara estetika
merupakan komposisi yang dinamis. Jika dilihat pula dari sebelah sisi bangunan
(penampang), maka segi empat yang membesar ke atas ditutup oleh bentuk segi tiga yang
juga sisi segi tiga itu melengkung ke arah dalam, semuanya membentuk suatu keseimbangan
estetika yang sesuai dengan ajaran hidup mereka.
Sebagai suku bangsa yang menganut falsafah alam, garis dan bentuk rumah
gadangnya kelihatan serasi dengan bentuk alam Bukit Barisan yang bagian puncaknya
bergaris lengkung yang meninggi pada bagian tengahnya serta garis lerengnya melengkung
dan mengembang ke bawah dengan bentuk bersegi tiga pula. Jadi, garis alam Bukit Barisan
dan garis rumah gadang merupakan garis-garis yang berlawanan, tetapi merupakan komposisi
yang harmonis jika dilihat secara estetika. Jika dilihat dan segi fungsinya, garis-garis rumah
gadang menunjukkan penyesuaian dengan alam tropis.
Atapnya yang lancip berguna untuk membebaskan endapan air pada ijuk yang
berlapis-lapis itu, sehingga air hujan yang betapa pun sifat curahannya akan meluncur cepat
pada atapnya. Bangun rumah yang membesar ke atas, yang mereka sebut silek,
membebaskannya dan terpaan tampias. Kolongnya yang tinggi memberikan hawa yang segar,
terutama pada musim panas. Di samping itu rumah gadang dibangun berjajaran menurut arah
mata angin dari utara ke selatan guna membebaskannya dari panas matahari serta terpaan
angin.
Jika dilihat secara keseluruhan, arsitektur rumah gadang itu dibangun menurut syarat-
syarat estetika dan fungsi yang sesuai dengan kodrat atau yang mengandung nilai-nilai
kesatuan, kelarasan, keseimbangan, dan kesetangkupan dalam keutuhannya yang padu.
Ragam Rumah Gadang
Rumah gadang mempunyai nama yang beraneka ragam menurut bentuk, ukuran, serta
gaya kelarasan dan gaya luhak. Menurut bentuknya, ia lazim pula disebut rumah adat, rumah
gonjong atau rumah bagonjong (rumah bergonjong), karena bentuk atapnya yang bergonjong
runcing menjulang.
Jika menurut ukurannya, ia tergantung pada jumlah lanjarnya. Lanjar ialah ruas dari
depan ke belakang. Sedangkan ruangan yang berjajar dari kiri ke kanan disebut ruang. Rumah
yang berlanjar dua dinamakan lipek pandan (lipat pandan). Umumnya lipek pandan memakai
dua gonjong. Rumah yang berlanjar tiga disebut balah bubuang (belah bubung). Atapnya
bergonjong empat. Sedangkan yang berlanjar empat disebut gajah maharam (gajah terbenam).
Lazimnya gajah maharam memakai gonjong enam atau lebih.
Menurut gaya kelarasan, rumah gadang aliran Koto Piliang disebut sitinjau lauik.
Kedua ujung rumah diberi beranjung, yakni sebuah ruangan kecil yang lantainya lebih tinggi.
Karena beranjung itu, ia disebut juga rumah baanjuang (rumah barpanggung). Sedangkan
rumah dan aliran Bodi Caniago lazimnya disebut rumah gadang. Bangunannya tidak
beranjung atau berserambi sebagai mana rumah dan aliran Koto Piliang, seperti halnya yang
terdapat di Luhak Agam dan Luhak Lima Puluh Koto.
BODI CANIAGO SURAMBI PAPEK (RAGAM LUHAK AGAM)
Pada umumnya rumah gadang itu mempunyai satu tangga, yang terletak di bagian
depan. Letak tangga rumah gadang rajo babandiang dari Luhak Lima Puluah Koto di
belakang. Letak tangga rumah gadang surambi papek dari Luhak Agam di depan sebelah kiri
antara dapur dan rumah. Rumah gadang si tinjau lauik atau rumah baanjuang dan tipe Koto
Piiang mempunyai tangga di depan dan di belakang yang letaknya di tengah. Rumah gadang
yang dibangun baru melazimkan letak tangganya di depan dan di bagian tengah.
Dapur dibangun terpisah pada bagian belakang rumah yang didempet pada dinding.
Tangga rumah gadang rajo babandiang terletak antara bagian dapur dan rumah. Dapur rumah
gadang surambi papek, dibangun terpisah oleh suatu jalan untuk keluar masuk melalui tangga
rumah.
Fungsi Rumah Gadang
Rumah gadang dikatakan gadang (besar) bukan karena fisiknya yang besar, melainkan
karena fungsinya. Dalam nyanyian atau pidato dilukiskan juga fungsi rumah gadang yang
antara lain sebagai berikut:
Rumah gadang basa batuah,
Tiang banamo kato hakikaik,
Pintunyo basamo dalia kiasannya,
Banduanyo sambah-manyambah
Bajanjang naiak batanggo turun,
Dindiangnyo panutuik malu,
Biliaknyo aluang bunian.
Selain sebagai tempat kediaman keluarga, fungsi rumah gadang juga sebagai lambang
kehadiran suatu kaum serta sebagai pusat kehidupan dan kerukunan, seperti tempat
bermufakat dan melaksanakan berbagai upacara. Bahkan juga sebagai tempat merawat
anggota keluarga yang sakit.
Sebagai tempat tinggal bersama, rumah gadang mempunyai ketentuan-ketentuan
tersendiri. Setiap perempuan yang bersuami memperoleh sebuah kamar. Perempuan yang
termuda memperoleh kamar yang terujung. Pada gilirannya ia akan berpindah ke tengah jika
seorang gadis memperoleh suami pula. Perempuan tua dan anak-anak memperoleh tempat di
kamar dekat dapur. Sedangkan gadis remaja memperoleh kamar bersama pada ujung yang
lain. Sedangkan laki-laki tua, duda, dan bujangan tidur di surau milik kaumnya masing-
masing. Penempatan pasangan suami istri baru di kamar yang terujung, ialah agar suasana
mereka tidak terganggu kesibukan dalam rumah. Demikian pula menempatkan perempuan tua
dan anak-anak pada suatu kamar dekat dapur ialah karena keadaan fisiknya yang memerlukan
untuk turun naik rumah pada malam hari.
Sebagai tempat bermufakatan, rumah gadang merupakan bangunan pusat dari seluruh
anggota kaum dalam membicarakan masalah mereka bersama.
Sebagai tempat melaksanakan upacara, rumah gadang menjadi penting dalam
meletakkan tingkat martabat mereka pada tempat yang semestinya. Di sanalah dilakukan
penobatan penghulu. Di sanalah tempat pusat perjamuan penting untuk berbagai keperluan
dalam menghadapi orang lain dan tempat penghulu menanti tamu-tamu yang mereka hormati.
Sebagai tempat merawat keluarga, rumah gadang berperan pula sebagai rumah sakit
setiap laki-laki yang menjadi keluarga mereka. Seorang laki-laki yang diperkirakan ajalnya
akan sampai akan dibawa ke rumah gadang atau ke rumah tempat ia dilahirkan. Dan rumah
itulah ia akan dilepas ke pandam pekuburan bila ia meninggal. Hal ini akan menjadi sangat
berfaedah, apabila laki-laki itu mempunyai istri lebih dari seorang, sehingga terhindarlah
perseng ketaan antara istri-istrinya.
Umumnya rumah gadang didiami nenek, ibu, dan anak-anak perempuan. Bila rumah
itu telah sempit, rumah lain akan dibangun di sebelahnya. Andai kata rumah yang akan
dibangun itu bukan rumah gadang, maka lokasinya di tempat yang lain yang tidak sederetan
dengan rumah gadang.

More Related Content

Similar to SOBUD JORONG SG

Dami buku Hutan Desa Muara Merang sains wbh-bahasa
Dami buku Hutan Desa Muara Merang sains wbh-bahasaDami buku Hutan Desa Muara Merang sains wbh-bahasa
Dami buku Hutan Desa Muara Merang sains wbh-bahasaYoel Hendrawan
 
BOOKLET PARIWISATA KABUPATEN MURUNG RAYA PROVINSI KALIMANTAN TENGAH
BOOKLET PARIWISATA KABUPATEN MURUNG RAYA PROVINSI KALIMANTAN TENGAHBOOKLET PARIWISATA KABUPATEN MURUNG RAYA PROVINSI KALIMANTAN TENGAH
BOOKLET PARIWISATA KABUPATEN MURUNG RAYA PROVINSI KALIMANTAN TENGAHdkopmurungraya
 
Profil Kewilayahan Waduk Batu Tegi
Profil Kewilayahan Waduk Batu TegiProfil Kewilayahan Waduk Batu Tegi
Profil Kewilayahan Waduk Batu TegiFitri Indra Wardhono
 
Persentasi etika
Persentasi etikaPersentasi etika
Persentasi etikalinasaputri
 
Malasari Field Guide Book
Malasari Field Guide BookMalasari Field Guide Book
Malasari Field Guide BookGeoparkPongkor
 
Persentasi etika
Persentasi etikaPersentasi etika
Persentasi etikalinasaputri
 
Persentasi etika
Persentasi etikaPersentasi etika
Persentasi etikalinasaputri
 
Propinsi yang mempunyai sungai dan danau yang bisa dilayar
Propinsi yang mempunyai sungai dan danau yang bisa dilayarPropinsi yang mempunyai sungai dan danau yang bisa dilayar
Propinsi yang mempunyai sungai dan danau yang bisa dilayarFarkhan Boedak Bhikien Onar
 
Bab ii kondisi geografis desa penujak
Bab ii kondisi geografis desa penujakBab ii kondisi geografis desa penujak
Bab ii kondisi geografis desa penujakSopia Kartika
 
Slide Presentasi Peserta BPAD Riau 2012 penempatan Rokan Hulu
Slide Presentasi Peserta BPAD Riau 2012 penempatan Rokan HuluSlide Presentasi Peserta BPAD Riau 2012 penempatan Rokan Hulu
Slide Presentasi Peserta BPAD Riau 2012 penempatan Rokan HuluNasruddin Asnah
 
Tugas Artikel SPI 23 November 2021
Tugas Artikel SPI 23 November 2021Tugas Artikel SPI 23 November 2021
Tugas Artikel SPI 23 November 2021Rizal203749
 
Makalah Gunung Galunggung dan Kampung Naga
Makalah Gunung Galunggung dan Kampung NagaMakalah Gunung Galunggung dan Kampung Naga
Makalah Gunung Galunggung dan Kampung Nagarobygeographer
 
Profil sumatera barat ditinjau dari astagatra
Profil sumatera barat ditinjau dari astagatraProfil sumatera barat ditinjau dari astagatra
Profil sumatera barat ditinjau dari astagatraRossiana Fazri
 

Similar to SOBUD JORONG SG (20)

Dami buku Hutan Desa Muara Merang sains wbh-bahasa
Dami buku Hutan Desa Muara Merang sains wbh-bahasaDami buku Hutan Desa Muara Merang sains wbh-bahasa
Dami buku Hutan Desa Muara Merang sains wbh-bahasa
 
SWOT Sawahlunto
SWOT SawahluntoSWOT Sawahlunto
SWOT Sawahlunto
 
SWOT sawahlunto
SWOT sawahluntoSWOT sawahlunto
SWOT sawahlunto
 
BOOKLET PARIWISATA KABUPATEN MURUNG RAYA PROVINSI KALIMANTAN TENGAH
BOOKLET PARIWISATA KABUPATEN MURUNG RAYA PROVINSI KALIMANTAN TENGAHBOOKLET PARIWISATA KABUPATEN MURUNG RAYA PROVINSI KALIMANTAN TENGAH
BOOKLET PARIWISATA KABUPATEN MURUNG RAYA PROVINSI KALIMANTAN TENGAH
 
Profil Kewilayahan Waduk Batu Tegi
Profil Kewilayahan Waduk Batu TegiProfil Kewilayahan Waduk Batu Tegi
Profil Kewilayahan Waduk Batu Tegi
 
Persentasi etika
Persentasi etikaPersentasi etika
Persentasi etika
 
Malasari Field Guide Book
Malasari Field Guide BookMalasari Field Guide Book
Malasari Field Guide Book
 
Persentasi etika
Persentasi etikaPersentasi etika
Persentasi etika
 
Persentasi etika
Persentasi etikaPersentasi etika
Persentasi etika
 
Propinsi yang mempunyai sungai dan danau yang bisa dilayar
Propinsi yang mempunyai sungai dan danau yang bisa dilayarPropinsi yang mempunyai sungai dan danau yang bisa dilayar
Propinsi yang mempunyai sungai dan danau yang bisa dilayar
 
Pesisir Selatan
Pesisir SelatanPesisir Selatan
Pesisir Selatan
 
Bab ii kondisi geografis desa penujak
Bab ii kondisi geografis desa penujakBab ii kondisi geografis desa penujak
Bab ii kondisi geografis desa penujak
 
Laporan kkn 2019
Laporan kkn 2019Laporan kkn 2019
Laporan kkn 2019
 
Slide Presentasi Peserta BPAD Riau 2012 penempatan Rokan Hulu
Slide Presentasi Peserta BPAD Riau 2012 penempatan Rokan HuluSlide Presentasi Peserta BPAD Riau 2012 penempatan Rokan Hulu
Slide Presentasi Peserta BPAD Riau 2012 penempatan Rokan Hulu
 
RSDA PURWOKERTO
RSDA PURWOKERTORSDA PURWOKERTO
RSDA PURWOKERTO
 
Tugas Artikel SPI 23 November 2021
Tugas Artikel SPI 23 November 2021Tugas Artikel SPI 23 November 2021
Tugas Artikel SPI 23 November 2021
 
Lokasi pariwisata dan tradisi budaya
Lokasi pariwisata dan tradisi budayaLokasi pariwisata dan tradisi budaya
Lokasi pariwisata dan tradisi budaya
 
Martani edisi 1
Martani edisi 1Martani edisi 1
Martani edisi 1
 
Makalah Gunung Galunggung dan Kampung Naga
Makalah Gunung Galunggung dan Kampung NagaMakalah Gunung Galunggung dan Kampung Naga
Makalah Gunung Galunggung dan Kampung Naga
 
Profil sumatera barat ditinjau dari astagatra
Profil sumatera barat ditinjau dari astagatraProfil sumatera barat ditinjau dari astagatra
Profil sumatera barat ditinjau dari astagatra
 

More from 33335

Evaluasi pendidikan islam
Evaluasi pendidikan islamEvaluasi pendidikan islam
Evaluasi pendidikan islam33335
 
Tugas talabek
Tugas talabekTugas talabek
Tugas talabek33335
 
Tgas kel..
Tgas kel..Tgas kel..
Tgas kel..33335
 
Soal
SoalSoal
Soal33335
 
Sejarah mtk
Sejarah mtkSejarah mtk
Sejarah mtk33335
 
Psikologi
PsikologiPsikologi
Psikologi33335
 
Pertemuan12
Pertemuan12Pertemuan12
Pertemuan1233335
 
Pengajaran teman sebaya sebagai sumber belajar
Pengajaran teman sebaya sebagai sumber belajarPengajaran teman sebaya sebagai sumber belajar
Pengajaran teman sebaya sebagai sumber belajar33335
 
Pemodelan endang n dermi
Pemodelan endang n dermiPemodelan endang n dermi
Pemodelan endang n dermi33335
 
Numpang ta
Numpang taNumpang ta
Numpang ta33335
 
konjungsi
konjungsikonjungsi
konjungsi33335
 
Lat if string dan absolut
Lat if string dan absolutLat if string dan absolut
Lat if string dan absolut33335
 
Ktsp terdiri atas dua dokumen
Ktsp terdiri atas dua dokumenKtsp terdiri atas dua dokumen
Ktsp terdiri atas dua dokumen33335
 
Himpunan metstat
Himpunan metstatHimpunan metstat
Himpunan metstat33335
 
Evaluasi pendidikan
Evaluasi pendidikanEvaluasi pendidikan
Evaluasi pendidikan33335
 
Evaluasi pendidikan islam
Evaluasi pendidikan islamEvaluasi pendidikan islam
Evaluasi pendidikan islam33335
 
Bab ii
Bab iiBab ii
Bab ii33335
 

More from 33335 (20)

Evaluasi pendidikan islam
Evaluasi pendidikan islamEvaluasi pendidikan islam
Evaluasi pendidikan islam
 
Tugas talabek
Tugas talabekTugas talabek
Tugas talabek
 
Tgas kel..
Tgas kel..Tgas kel..
Tgas kel..
 
Ss
SsSs
Ss
 
Soal
SoalSoal
Soal
 
Sejarah mtk
Sejarah mtkSejarah mtk
Sejarah mtk
 
Psikologi
PsikologiPsikologi
Psikologi
 
Por
PorPor
Por
 
Pertemuan12
Pertemuan12Pertemuan12
Pertemuan12
 
Pengajaran teman sebaya sebagai sumber belajar
Pengajaran teman sebaya sebagai sumber belajarPengajaran teman sebaya sebagai sumber belajar
Pengajaran teman sebaya sebagai sumber belajar
 
Pemodelan endang n dermi
Pemodelan endang n dermiPemodelan endang n dermi
Pemodelan endang n dermi
 
Pai
PaiPai
Pai
 
Numpang ta
Numpang taNumpang ta
Numpang ta
 
konjungsi
konjungsikonjungsi
konjungsi
 
Lat if string dan absolut
Lat if string dan absolutLat if string dan absolut
Lat if string dan absolut
 
Ktsp terdiri atas dua dokumen
Ktsp terdiri atas dua dokumenKtsp terdiri atas dua dokumen
Ktsp terdiri atas dua dokumen
 
Himpunan metstat
Himpunan metstatHimpunan metstat
Himpunan metstat
 
Evaluasi pendidikan
Evaluasi pendidikanEvaluasi pendidikan
Evaluasi pendidikan
 
Evaluasi pendidikan islam
Evaluasi pendidikan islamEvaluasi pendidikan islam
Evaluasi pendidikan islam
 
Bab ii
Bab iiBab ii
Bab ii
 

SOBUD JORONG SG

  • 1. SOSIAL DAN BUDAYA JORONG SUNGAI GUNTUNG NAGARI PASIA LAWEH KECAMATAN PALUPUH Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Tugas Terstruktur Dalam Mata Kuliah Ilmu Sosial Budaya Dasar Endang Lastri IC Dosen Pembimbing Dr. Silfia Hanani, M. Si PROGRAM STUDI PENDIDIKAN MATEMATIKA JURUSAN TARBIYAH SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM NEGERI (STAIN) SJECH M. DJAMIL DJAMBEK BUKITTINGGI
  • 2. SOSIAL DAN BUDAYA JORONG SUNGAI GUNTUNG NAGARI PASIA LAWEH KECAMATAN PALUPUH A. Sejarah Jorong Sungai Guntung Menurut rangkaian sejarah yang bersumber dari cerita orang yang tertua Nagari dan buku-buku yang berisikan Tambo asal usul Nagari dalam wilayah Minangkabau, dimana Nenek Moyang Nagari Pasia Laweh berasal dari Kenagarian Kamang Mudiak Agam. Yang pertama kali turun adalah Awa gelar Dt, Rajo Nagari seorang Penghulu Pucuak basuku koto, disertai sejumlah karib kirabat beliau yang diperkirakan datang sekitar tahun 1842, persisnya 5 tahun sejak berakhirnya perang Paderi di sebuah perbukitan Limau Abung Sungai Guntung. Karena kekurangan sumber Air, maka beliau meneruskan perjalanan melalui Rimbo Pakan Selasa dan Bateh Kambuih yang akhirnya menetap disebuah pemukiman baru bernama Koto Banau, artinya penghuni kampung tersebut kebanyakan basuku Koto dan hutannya banyak ditumbuhi pohon enau. Berawal dari perkembangan inilah Sang Datuk mulai menata kehidupan bakorong – bakampuang. Baadat – Bagaamo dan bermusyawarah mencari kata mufakat di lingkungan kaum dan kirabatnya. Seiringan berjalannya kehidupan dari masa kemasa, sesuai dengan kewenangan Belanda selaku penguasa tunggal waktu itu yang memperlakukan sistem pemerintahan Nagari yang dikenal dengan Priode PASCA PLAKAT PANJANG KOLONIAL, dimana Belanda saat itu berhak menetapkan dan menunjuk seseorang untuk diangkat sebagai penghulu kepala atau kepala Laras yang pada prinsipnya bertugas sebagai penghubung nagari-nagari yang telah terbentuk untuk kepentingan Belanda semata. Dan waktu itu ditetapkanlah Dt. Rajo Nagari sebagai Angku Lareh pertama yang pemerintahannya berpusat disebuah Pasia nan laweh tempat berdirinya bangunan Mesjid Nurul Falah Jorong Pasia Laweh sekarang yang akhirnya nama Pasia Laweh tersebut dikukuhkan sebagai nama sebuah Nagari yang sampai sekarang tetap utuh adanya di Kabupaten Agam Propinsi Sumatera Barat.
  • 3. Sesuai dengan kondisi Datuak Rajo Nagari pertama di Nagari yang semakin tua. Maka jabatan beliau digatikan oleh anak pertama dari pasangannya dengan SITI FATIMAH suku Tanjuang kampuang tangah Pasia Laweh yang bernama KILEK gelar DT. BAGINDO sekitar tahun 1869, mengingat waktu itu belum ada satupun kemenakan beliau yang memenuhi syarat sebagai Angku Lareh. Sedangkan untuk jabatan Kapalo Nagari pertama di Pasia Laweh adalah GANJIA DT. BAGINDO kemenakan Kilek Angku Bagindo anak dari GUNUN yang menjabat sekitar tahun 1876 sampai dengan tahun 1891 ( 15 ) tahun begitulah seterus nya sampai sekarang. Dimana Nagari Pasia Laweh tetap berdiri kokoh yang meliputi 7 jorong yakni Jorong Pasia Laweh, Palupuh, Angge, Palimbatan, Sungai Guntung, Aur Kuniang, Lurah Dalam. Yang terdiri dari 7 pasukuan yaitu: Koto, Jambak, Caniago, Tanjuang, Pili, Malayu dan Sikumbang. Dengan jumlah niniak mamak yang dikenal dengan sebutan Niniak Mamak Nan 100 Dikato yang pada saat sekarang ini jumlah niniak mamak sudah mencapai sebanyak 113 orang Niniak Mamak. B. Morfoligi Jorong Sungai Guntung terletak 7 Km dari pusat kenagarian Pasia Laweh. Persisnya ditengah deretan Bukit Barisan, yang mendaki dan menurun diantara lembah hijau ditengah punggung Sumatera. Jalan ke Sarasah Guntuang cukup bagus dan mulus, tapi memiliki beberapa tanjakan dan turunan tajam yang cukup menggigilkan telapak kaki. Jorong Sungai Guntung merupakan dataran tinggi dan sedang dengan ketinggian dari permukaan laut antara 500 – 850 m, yang berbatasan dengan: Sebelah utara berbatasan dengan Jorong Pauah, Nagari Kamang Mudiak Sebelah selatan berbatasan dengan kenagarin Pagadih Sebelah timur berbatasan dengan bukit Barisan Sebelah barat berbatasan dengan Jorong Pagadih Mudiak, Nagari Pagadih Topografi Sungai Guntung berbukit dan bergelombang menghiasi lembah dengan kemiringan hampir terjal dan terjal (15 – ), yang ditutupi oleh kawasan hutan berupa
  • 4. kayuan dan tanaman perkebunan yang cukup subur. Sedangkan areal pemukiman lebih cendrung berada didekat persawahan yang dikelilingi oleh tebing perbukitan. C. Jumlah Penduduk Menurut data yang dipeloreh dari kantor jorong Sungai Guntung terdapat 38 KK dengan jumlah penduduk lebih kurang 821 orang, D. Mata Pencarian Penduduk Masyarakat Jorong Sungai Guntung bermata pencarian sebagai petani. Salah satu hasil pertaniannya adalah ambiar yang berkomoditi ekspor. Sekitar 145 ha kebun gambir masyarakat di Jorong Sungai Guntung Kenagarian Pasia Laweh Kecamatan Kecamatan Palupuh sedah mulai panen. Dengan panennya gambir bukan masyarakat saja yang merasa gembira tetapi koperindag Provinsi yang rajin membina petani gambir itu juga merasa bangga. Potensi gambir di Kenagarian itu membuat salah seorang Kabid Koperindag Propinsi, Drs. Gustaf sering melakukan pembinaan. Bahkan setiap tahun memberikan bantuan berupa sarana untuk pengolahan gambir tersebut. Gustaf mantan Koperindag Bukittinggi tidak asing bagi masyarakat Palupuh. Hamparan kebun gambir masyarakat Jorong Sungai Guntung terlihat semakin luas karena Jorong Sungai Guntung yang selama ini merupakan daerah terisolasi mempunyai potensi yang luar biasa untuk gambir. Dan sekarang Kenagarian tersebut menjadi Kenagarian Primadona di Kabupaten Agam. Sampai saat ini berpedoman kepada data luas tanaman jeruk telah mencapai 67 Ha, yang dimulai semenjak tahun 2006 sampai tahun 2010, dengan jenis jeruk madu dan dipopulerkan dengan nama jeruk Sungai Guntung. Kelompok Tani yang terlibat yaitu 5 kelompok tani Sungai Guntung yakni ; Kelompok Tani Karya Lestari, Kelompok Tani Koto Rantang Jaya, Kelompok Tani Muaro Baru, Kelompok Tani Tunas Harapan dan Kelompok Tani Tunas Baru. Tanaman jeruk tersebut telah mulai berbuah dan menghasilkan atau telah panen, berdasarkan pendataan petani yang telah menikmati manis jeruk madu koto rantang
  • 5. berkisar 10 – 12 orang dengan luas panen diperkirakan 15 Ha dan sampai akhir Desember 2011 ini total produksi bisa mencapai 30 ton. Dengan klasifikasi berdasarkan pandangan visual grad A sekitar 25 % (4 – 5 ) buah/Kg, grad B sekitar 55 % ( 6 – 8 ) buah/Kg dan grad C sekitar 20 % (8 – 11) buah /Kg. Untuk mendukung program pengembangan tanaman Jeruk Madu di Sungai Guntung beberapa kegiatan telah dilaksanakan oleh anggota Kelompok Tani, baik dalam hal budidaya, dengan kegiatan budidaya tanaman yang sehat, dengan berpedoman kepada penerapan SL PHT yakni bagaimana cara bertanam, pengendalian hama dan penyakit dengan konsep ramah lingkungan. Pelatihan untuk menambah wawasan dan pengetahuan petani dilaksanakan berawal dari lahan kebun jeruk dengan sistim SL dan sampai pada pertemuan yang bertemakan komoditi jeruk yang diadakan oleh Dinas Pertanian baik Kabupaten Maupun Provinsi Sumatera Barat, Nara sumber juga ada dari Balai Penelitian Buah Tropika (Balitbu tropika) Aripan Solok. Untuk sebagai bertukar pikiran petani Jeruk di Koto Rantang diajak study banding yang didampingi oleh petugas BP4K2P Kecamatan Palupuh keluar daerah seperti yang terkenal saat ini Jeruk Gunuang Omeh di Kecamatan Gunung oMas Kabupaten 50 Kota. Bila melirik lahan kebun jeruk di daerah lain yang pernah dikunjungi potensi lahan yang ada di Sungai Gungtung tidaklah mengecewakan bahkan bisa dikatakan kesuburannya cukup bagus. Namun kemauan dan tekad bulat untuk sebuah keberhasilan perlu dibangkitkan dan dukungan, sehingga petani bisa mewujudkan kesejahteraannya
  • 6. E. Pariwasata Salah objek wisata yang terkenal di Jorong Sungai Guntung adalah Sarasah Indah Sungai Guntung. Objek Wisata ini berupa air terjun yang berada di Jorong Sungai Guntung, Nagari Pasia Laweh, lebih kurang 40 KM dari kota Bukittinggi. Air terjun ini amat unik karena terdiri dari 3 tingkat. keunikan ini menjadi nilai tambah tersendiri yang tidak banyak dimiliki air terjun lainya. Tak kalah menariknya adalah bahwa objek wisata ini juga dikelilingi oleh pemandangan yang indah dan asri. Setiap hari libur air terjun ini banyak dikunjungi oleh para wisatawan. Air Terjun Sarasah Gantuang atau dikenal dengan nama Air Terjun Tiga Tingkat terletak antara dua lembah raksasa, yang airnya terus mengalir ke tengah nagari Palupuah. Air terjun ini terdiri dari tiga tingkatan dimana tingkat pertama paling atas sarasah ini memiliki ketinggian terjunan air sekitar 10 m dengan sebuah telaga batu yang kerap memancarkan kilauan pelangi jika terkena sinar matahari. Untuk tingkat kedua dan ketiga diperkirakan masing-masing memiliki ketinggian antara 12 hingga 14 meter, juga dengan telaga seukuran diameter lima meter. Dari kedua air terjun itulah tersembul uap air dan embun yang mengepul seperti cendawan raksasa. Bahkan dari tingkat itu pula selalu terdengar gemuruh hempasan air.
  • 7. Untuk menuju ketingkat dua, masih mudah untuk ditempuh dengan jalan kaki. Tapi untuk ketingkat terakhir, terpaksa harus merangkak dikarenakan medan terjal dan licin. Penduduk di sekitar kawasan air terjun mengkeramatkan sarasah ini. Mereka percaya setiap ada musibah yang akan menimpa, air sarasah akan bergemuruh atau akan keluar ikan bersirip emas dari dasar telaga. Karena kepercayaan itu pula penduduk tidak berani menebang pohon dekat sarasah. Terletak di Jorong Sungai Guntuang, Kanagarian Pasia Laweh, Kecamatan Palupuh, Kabupaten Agam, Propinsi Sumatera Barat. Berjarak sekitar 7 km dari pusat Nagari Pasia Laweh, menuju Nagari Pagadih, Palupuh. Persisnya ditengah deretan Bukit Barisan, yang mendaki dan menurun diantara lembah hijau ditengah punggung Sumatera. Jalan ke Sarasah Guntuang cukup bagus dan mulus, tapi memiliki beberapa tanjakan dan turunan tajam yang cukup menggigilkan telapak kaki F. RUMAH GADANG Rumah Gadang Minangkabau merupakan rumah tradisional hasil kebudayaan suatu suku bangsa yang hidup di daerah Bukit Barisan di sepanjang pantai barat Pulau Sumatera bagian tengah. Sebagaimana halnya rumah di daerah katulistiwa, rumah gadang dibangun di atas tiang (panggung), mempunyai kolong yang tinggi. Atapnya yang lancip merupakan arsitektur yang khas yang membedakannya dengan bangunan suku bangsa lain di daerah garis katulistiwa itu. Sebagai suatu kreatifitas kebudayaan suku bangsa, ia dinyatakan dengan rasa bangga, dengan bahasa yang liris, serta metafora yang indah dan kaya. Juga ia diucapkan dengan gaya yang beralun pada pidato dalam situasi yang tepat. Bunyinya ialah sebagai berikut : Rumah gadang sambilan ruang, salanja kudo balari, sapakiak budak maimbau, sajariah kubin malayang. Gonjongnyo rabuang mambasuik, antiang-antiangnyo disemba alang. Parabuangnyo si ula gerang, batatah timah putiah, barasuak tareh limpato, Cucurannyo alang babega, saga tasusun bak bada mudiak.
  • 8. Parannyo si ula gerang batata aia ameh, salo-manyalo aia perak. Jariaunyo puyuah balari, indah sungguah dipandang mato, tagamba dalam sanubari. Dindiang ari dilanja paneh. Tiang panjang si maharajo lelo, tiang pangiriang mantari dalapan, tiang dalapan, tiang tapi panagua jamu, tiang dalam puti bakabuang. Ukiran tonggak jadi ukuran, batatah aia ameh, disapuah jo tanah kawi, kamilau mato mamandang. Dama tirih bintang kemarau. Batu tala pakan camin talayang. Cibuak mariau baru sudah. Pananjua parian bapantua. Halaman kasiak tabantang, pasia lumek bagai ditintiang. Pakarangan bapaga hiduik, pudiang ameh paga lua, pudiang perak paga dalam, batang kamuniang pautan kudo, Lasuangnyo batu balariak, alunyo linpato bulek, limau manih sandarannyo. Gadih manumbuak jolong gadang, ayam mancangkua jolong turun, lah kanyang baru disiuahkan, Jo panggalan sirantiah dolai, ujuangnyo dibari bajambua suto. Ado pulo bakolam ikan, aianyo bagai mato kuciang, lumpua tido lumuikpun tido, ikan sapek babayangan, ikan gariang jinak-jinak, ikan puyu barandai ameh. Rangkiangnyo tujuah sajaja, di tangah si tinjau lauik, panjapuik dagang lalu, paninjau pancalang masuak, di kanan si bayau bayau, lumbuang makan patang pagi, di kiri si tangguang lapa, tampek si miskin salang tenggang, panolong urang kampuang di musim lapa gantuang tungku, lumbuang kaciak salo nanyalo, tampek manyimpan padi abuan. Arsitektur Masyarakat Minangkabau sebagai suku bangsa yang nenganut falsafah “alam takambang jadi guru”, mereka menyelaraskan kehidupan pada susunan alam yang harmonis tetapi juga dinamis, sehingga kehidupannya menganut teori dialektis, yang mereka sebut “bakarano bakajadian” (bersebab dan berakibat) yang menimbulkan berbagai pertentangan dan keseimbangan. Buah karyanya yang menumental seperti rumah gadang itu pun mengandung rumusan falsafah itu.
  • 9. Bentuk dasarnya, rumah gadang itu persegi empat yang tidak simetris yang mengembang ke atas. Atapnya melengkung tajam seperti bentuk tanduk kerbau, sedangkan lengkung badan rumah Iandai seperti badan kapal. Bentuk badan rumah gadang yang segi empat yang membesar ke atas (trapesium terbalik) sisinya melengkung kedalam atau rendah di bagian tengah, secara estetika merupakan komposisi yang dinamis. Jika dilihat pula dari sebelah sisi bangunan (penampang), maka segi empat yang membesar ke atas ditutup oleh bentuk segi tiga yang juga sisi segi tiga itu melengkung ke arah dalam, semuanya membentuk suatu keseimbangan estetika yang sesuai dengan ajaran hidup mereka. Sebagai suku bangsa yang menganut falsafah alam, garis dan bentuk rumah gadangnya kelihatan serasi dengan bentuk alam Bukit Barisan yang bagian puncaknya bergaris lengkung yang meninggi pada bagian tengahnya serta garis lerengnya melengkung dan mengembang ke bawah dengan bentuk bersegi tiga pula. Jadi, garis alam Bukit Barisan dan garis rumah gadang merupakan garis-garis yang berlawanan, tetapi merupakan komposisi yang harmonis jika dilihat secara estetika. Jika dilihat dan segi fungsinya, garis-garis rumah gadang menunjukkan penyesuaian dengan alam tropis. Atapnya yang lancip berguna untuk membebaskan endapan air pada ijuk yang berlapis-lapis itu, sehingga air hujan yang betapa pun sifat curahannya akan meluncur cepat pada atapnya. Bangun rumah yang membesar ke atas, yang mereka sebut silek, membebaskannya dan terpaan tampias. Kolongnya yang tinggi memberikan hawa yang segar, terutama pada musim panas. Di samping itu rumah gadang dibangun berjajaran menurut arah mata angin dari utara ke selatan guna membebaskannya dari panas matahari serta terpaan angin. Jika dilihat secara keseluruhan, arsitektur rumah gadang itu dibangun menurut syarat- syarat estetika dan fungsi yang sesuai dengan kodrat atau yang mengandung nilai-nilai kesatuan, kelarasan, keseimbangan, dan kesetangkupan dalam keutuhannya yang padu.
  • 10. Ragam Rumah Gadang Rumah gadang mempunyai nama yang beraneka ragam menurut bentuk, ukuran, serta gaya kelarasan dan gaya luhak. Menurut bentuknya, ia lazim pula disebut rumah adat, rumah gonjong atau rumah bagonjong (rumah bergonjong), karena bentuk atapnya yang bergonjong runcing menjulang. Jika menurut ukurannya, ia tergantung pada jumlah lanjarnya. Lanjar ialah ruas dari depan ke belakang. Sedangkan ruangan yang berjajar dari kiri ke kanan disebut ruang. Rumah yang berlanjar dua dinamakan lipek pandan (lipat pandan). Umumnya lipek pandan memakai dua gonjong. Rumah yang berlanjar tiga disebut balah bubuang (belah bubung). Atapnya bergonjong empat. Sedangkan yang berlanjar empat disebut gajah maharam (gajah terbenam). Lazimnya gajah maharam memakai gonjong enam atau lebih. Menurut gaya kelarasan, rumah gadang aliran Koto Piliang disebut sitinjau lauik. Kedua ujung rumah diberi beranjung, yakni sebuah ruangan kecil yang lantainya lebih tinggi. Karena beranjung itu, ia disebut juga rumah baanjuang (rumah barpanggung). Sedangkan rumah dan aliran Bodi Caniago lazimnya disebut rumah gadang. Bangunannya tidak beranjung atau berserambi sebagai mana rumah dan aliran Koto Piliang, seperti halnya yang terdapat di Luhak Agam dan Luhak Lima Puluh Koto. BODI CANIAGO SURAMBI PAPEK (RAGAM LUHAK AGAM)
  • 11. Pada umumnya rumah gadang itu mempunyai satu tangga, yang terletak di bagian depan. Letak tangga rumah gadang rajo babandiang dari Luhak Lima Puluah Koto di belakang. Letak tangga rumah gadang surambi papek dari Luhak Agam di depan sebelah kiri antara dapur dan rumah. Rumah gadang si tinjau lauik atau rumah baanjuang dan tipe Koto Piiang mempunyai tangga di depan dan di belakang yang letaknya di tengah. Rumah gadang yang dibangun baru melazimkan letak tangganya di depan dan di bagian tengah. Dapur dibangun terpisah pada bagian belakang rumah yang didempet pada dinding. Tangga rumah gadang rajo babandiang terletak antara bagian dapur dan rumah. Dapur rumah gadang surambi papek, dibangun terpisah oleh suatu jalan untuk keluar masuk melalui tangga rumah. Fungsi Rumah Gadang Rumah gadang dikatakan gadang (besar) bukan karena fisiknya yang besar, melainkan karena fungsinya. Dalam nyanyian atau pidato dilukiskan juga fungsi rumah gadang yang antara lain sebagai berikut: Rumah gadang basa batuah, Tiang banamo kato hakikaik, Pintunyo basamo dalia kiasannya, Banduanyo sambah-manyambah Bajanjang naiak batanggo turun, Dindiangnyo panutuik malu, Biliaknyo aluang bunian. Selain sebagai tempat kediaman keluarga, fungsi rumah gadang juga sebagai lambang kehadiran suatu kaum serta sebagai pusat kehidupan dan kerukunan, seperti tempat bermufakat dan melaksanakan berbagai upacara. Bahkan juga sebagai tempat merawat anggota keluarga yang sakit. Sebagai tempat tinggal bersama, rumah gadang mempunyai ketentuan-ketentuan tersendiri. Setiap perempuan yang bersuami memperoleh sebuah kamar. Perempuan yang
  • 12. termuda memperoleh kamar yang terujung. Pada gilirannya ia akan berpindah ke tengah jika seorang gadis memperoleh suami pula. Perempuan tua dan anak-anak memperoleh tempat di kamar dekat dapur. Sedangkan gadis remaja memperoleh kamar bersama pada ujung yang lain. Sedangkan laki-laki tua, duda, dan bujangan tidur di surau milik kaumnya masing- masing. Penempatan pasangan suami istri baru di kamar yang terujung, ialah agar suasana mereka tidak terganggu kesibukan dalam rumah. Demikian pula menempatkan perempuan tua dan anak-anak pada suatu kamar dekat dapur ialah karena keadaan fisiknya yang memerlukan untuk turun naik rumah pada malam hari. Sebagai tempat bermufakatan, rumah gadang merupakan bangunan pusat dari seluruh anggota kaum dalam membicarakan masalah mereka bersama. Sebagai tempat melaksanakan upacara, rumah gadang menjadi penting dalam meletakkan tingkat martabat mereka pada tempat yang semestinya. Di sanalah dilakukan penobatan penghulu. Di sanalah tempat pusat perjamuan penting untuk berbagai keperluan dalam menghadapi orang lain dan tempat penghulu menanti tamu-tamu yang mereka hormati. Sebagai tempat merawat keluarga, rumah gadang berperan pula sebagai rumah sakit setiap laki-laki yang menjadi keluarga mereka. Seorang laki-laki yang diperkirakan ajalnya akan sampai akan dibawa ke rumah gadang atau ke rumah tempat ia dilahirkan. Dan rumah itulah ia akan dilepas ke pandam pekuburan bila ia meninggal. Hal ini akan menjadi sangat berfaedah, apabila laki-laki itu mempunyai istri lebih dari seorang, sehingga terhindarlah perseng ketaan antara istri-istrinya. Umumnya rumah gadang didiami nenek, ibu, dan anak-anak perempuan. Bila rumah itu telah sempit, rumah lain akan dibangun di sebelahnya. Andai kata rumah yang akan dibangun itu bukan rumah gadang, maka lokasinya di tempat yang lain yang tidak sederetan dengan rumah gadang.