1. 53
B.
Kondisi Geografis dan Demografis Desa Penujak, Kecamatan
Praya Barat, Lombok Tengah
1.
Kondisi Geografis dan Demografis
Penujak merupakan sebuah desa yang berada di Kecamatan
Praya Barat, Kabupaten Lombok Tengah. Desa ini memiliki luas
wilayah 15,32 Km² dengan luas tanah menurut penggunaan tanah
yang meliputi: tanah sawah seluas 1.296, dan tanah kering seluas
236 Ha. Jarak tempuh desa ini dari ibukota kecamatan 0 Km, dan
jarak tempuh menuju Kota Praya Ibukota Kabupaten Lombok
Tengah 6 Km.1
Desa Penujak merupakan salah satu dari 9 desa yang ada di
wilayah Kecamatan Praya Barat. Wilayah desa Penujak terbagi
dalam 17 dusun, yaitu Dusun Karang Dalam, Karang Daye,
Karang Puntik, Dayen Peken, Montor, Belemong, Adong, Kangi,
Tongkek, Toro, Tenandon, Karang Baru, Mentokok, Pedek Benjor,
Ketapang dan dusun Selanglet. Batas wilayah desa Penujak dapat
dirinci sebagai berikut. Sebelah utara: Desa Batujai, Sebelah
timur: Desa Tanak Awu, Kecamatan Pujut, Sebelah selatan : Desa
Bonder, Sebelah barat : Desa Setanggor. 2
Jumlah penduduk yang tercatat di Desa Penujak adalah 10.888
jiwa yang terdiri dari 5.273 laki-laki dan 5.615 perempuan, dan
Kecamatan Praya Barat dalam Angka 2011, (Praya: Badan Pusat
Statisik Kabupaten Lombok Tengah, 2011), 5-9.
2
Data Umum Monografi Desa Penujak, tahun 2007.
1
2. 54
banyaknya
rumah
penduduknya
15,76%.3
tangga
711
jiwa/km²,
Dengan
rincian
sebanyak
dengan
jumlah
2.981.
Kepadatan
persentase
penduduk
penduduk
menurut
mata
pencaharian terbanyak di industri kerajinan gerabah 1.670 jiwa,
kemudian sebagai petani 1.632, buruh tani 1.158, pedagang atau
wiraswasta 310 jiwa, dan sisanya sebagai pertukangan, PNS,
TNI/Polri, swasta, dan lain-lainnya dalam jumlah yang kecil. 4
Jumlah penduduk dilihat dari mata pencaharian sebagai
perajin
industri
gerabah
dan
petani
jelas
menjadi
mata
pencaharian yang dominan dari mata pencaharian lainnya. Selain
itu data yang tertulis tidak selamanya tercatat dengan benar
karena bagaimanapun juga, mata pencaharian sebagai perajin
industri kerajinan gerabah merupakan pekerjaan sampingan
selain bertani. Perlu diketahu pula bahwa, masyarakat Penujak
yang tidak mempunyai lahan pertanian kadang menggeluti
pekerjaan sebagai buruh tani dan bisa juga menjadi buruh dalam
pekerjaan lainnya seperti pada buruk industri, pertukangan, dan
lain-lainnya.
Perajin
seni
kerajinan
gerabah
pada
awalnya
merupakan petani yang kemudian usaha seni kerajinan gerabah
berkembang, menjadikan semakin berkurangnya lahan pertanian.
Kecamatan Praya Barat dalam Angka 2011, 46.
Data Monografi Desa Penujak. Jumlah Penduduk Menurut Mata
Pencaharian pada Tahun 2009. (data yang didapat adalah data yang
masih tertera dalam masa jabatan Kepala Desa sebelumnya. Tercatat
bahwa pergantian Kepala Desa Baru pada bulan Februari 2013).
3
4
3. 55
Desa Penujak yang masuk dalam lingkar Lombok Selatan,
beberapa tahun yang lalu dikenal sebagai daerah yang identik
dengan kemiskinan, kelaparan, dan keterbelakangan. Namun
seiring
perjalanan
waktu,
adanya
pembangunan
dam
dan
bendungan setidaknya dapat mengurangi permasalahan tersebut,
meskipun
sektor
pertanian
sebagai
salah
satu
sumber
pencaharian sebagian besar penduduk belum mampu terangkat
secara optimal.5
Melihat hal itu, mata pencaharian masyarakat mulai bergeser
yaitu dari bertani beralih menjadi perajin gerabah. Faktor lain
yang menyebabkan beralihnya mata pencaharian penduduk ke
usaha kerajinan gerabah adalah relatif besarnya penghasilan ratarata perbulan dari usaha seni kerajinan gerabah. Namun demikian
kehidupan agraris tetap memegang peranan yang penting dalam
masyarakat di 17 dusun yang ada di desa Penujak.
Lokasi desa Penujak memiliki posisi yang sangat strategis
dengan kawasan Bandara Internasional Lombok di perbatasan
wilayah bagian timur, yang telah beroperasi mulai akhir tahun
2012. Sehingga desa Penujak dapat dengan mudah dijangkau
dengan berbagai jenis kendaraan umum dan angkutan. Selain itu
desa Penujak menjadi jalur wisata untuk melalui wisata Pantai
Kute, Pantai Tanjung Aan, Pantai Mawun, Pantai Mawi, dan Pantai
5
Kecamatan Praya Barat dalam Angka 2011, 109.
4. 56
Selong Blanak. Yang kesemua itu merupakan wisata pantai
berpasir putih yang menjadi primadona wisata pantai di Lombok
Tengah. tidak hanya itu beberapa wilayah yang berdekatan dengan
jalur desa Penujak terdapat sentra industri yang juga menjadi
program pemerintah dalam industri pariwisata. Diantaranya Desa
Sukarare di bagian barat desa Penujak yang menjadi sentra
industri tenun. Dan dusun Sade, desa Rembitan yang terdapat di
wilayah Kecamatan Pujut, batas dari wilayah desa Penujak bagian
timur. Bagian utara desa Penujak juga terdapat salah satu
bendungan terbesar yang berpotensi menjadi tempat wisata
daerah. Bagian selatan desa menjadi jalur menuju pantai Selong
Blanak dan pantai Mawi, Pantai Sepi dan Belongas.
Potensi desa Penujak yang menjadi sentra industri seni
kerajinan gerabah menjadi potensi yang sangat strategis yang
didukung melalui jalur-jalur wisata tersebut. Keberadaan seni
kerajinan gerabah Penujak sudah dikenal masyarakat luas baik
dalam maupun luar daerah pulau Lombok. Bahkan sejak tahun
1990-an industri seni kerajinan gerabah di desa ini mampu
menembus pasaran luar negeri. Keberadaan seni kerajinan
gerabah Penujak mampu mengangkat pariwisata Lombok Tengah
dan menjadi kemungkinan daerah ini mampu bersaing dengan
wilayah lain penghasil gerabah atau keramik di beberapa daerah
Indonesia seperti Kasongan, Pundong, dan Pleret di Yogyakarta,
5. 57
Keramik Bayat di Klaten, Pejaten di Bali, dan beberapa tempat
lainnya.
Dalam Pola Dasar Pembangunan Daerah, desa ini termasuk
dalam wilayah pembangunan I dan II dengan titik berat kegiatan
pembangunannya adalah sektor pertanian dan pariwisata. Hal ini
disebabkan karena potensi yang dimiliki oleh desa ini cukup
bagus, yaitu sebagai penghasil seni kerajinan gerabah terdepan
khususnya di kabupaten Lombok Tengah dan umumnya di Pulau
Lombok. Hasil kerajinan gerabah adalah salah satu komoditas
ekspor dan penghasil devisa negara terbesar ketiga dari Provinsi
Nusa Tenggara Barat setelah Tembaga dan Mutiara. 6 Oleh karena
itu secara geografis desa Penujak memiliki keuntungan yang
dimanfaatkan warga desa Penujak untuk membangun atau
membuka usaha ArtShop yang saat ini bisa dijumpai di pinggirpinggir jalan desa Penujak.
Lingkungan desa Penujak sebagai sentra industri seni
kerajinan gerabah didukung dengan dilaluinya beberapa dusun
penghasil gerabah oleh Kokoh atau Sungai Penujak. hal ini sangat
membantu para perajin untuk memanfaatkan pasir sungai yang
melewati dusun-dusun perajin gerabah sebagai bahan campuran
Lalu Hayat A. Satar, “Pemberdayaan Masyarakat Desa (Studi
Kasus: Peran Pemerintah dalam Pemberdayaan Pengrajin Gerabah di
Desa Penujak Kec. Praya Barat Kab. Lombok Tengah, NTB)” (Tesis untuk
menyelesaikan gelar Magister Administrasi Publik, Konsentrasi
Kebijakan dan Manajemen Otonomi Daerah, Universitas Gadjah Mada,
2002), 63.
6
6. 58
untuk membuat gerabah. Campuran pasir yang digunakan setiap
perajin
berbeda-beda,
tetapi
pada
umumnya
menggunakan
patokan ukuran yaitu tiga banding satu. Tiga untuk tanah dan
satu untuk pasir.
Selain itu wilayah yang dilewati sungai ini juga untuk
keperluan petani yang sebagian besar memanfaatkan tadah hujan
dalam pertanian. Keadaan tofografi yang tidak memungkinkan
menjadikan para petani lebih banyak beralih untuk menjadi
perajin seni kerajinan gerabah dan memanfaatkan tanah mereka
hanya pada musim hujan. Sedangkan pada musim kemarau
diprioritaskan pada penanaman jenis palawija.
Secara tofografis, bagian utara dari wilayah ini merupakan
daerah
dataran
tinggi
kaki
gunung
Rinjani
yang
meliputi
Kecamatan Batukliang Utara, Kopang, Pringgarata dan sebagian
kecamatan Jonggat. Wilayah bagian utara cukup potensial untuk
pengembangan pariwisata serta pertanian pada umumnya dengan
dukungan sarana transportasi, sumber mata air dan kesuburan
tanah yang memadai serta didukung dengan hamparan lahan
sawah irigasi yang luas. Sebagian lainnya di sebelah barat
Kecamatan Jonggat merupakan dataran rendah dengan potensi
pertanian padi dan palawija didukung oleh hamparan lahan sawah
yang luas dengan sarana irigasi yang memadai.
7. 59
Sedangkan di bagian selatan merupakan daerah yang
berbukit-bukit, yaitu wilayah Kecamatan Pujut dan sebagian Praya
Barat
Daya.
Wilayah
bagian
selatan
dikembangkan
untuk
pariwisata, pertanian dan sektor-sektor lainnya yang sesuai.
Fasilitas penunjang pariwisata untuk sementara ini seperti hotel
dan restoran di bagian selatan, yaitu di pantai Kute, pantai
Mawun dan pantai Selong Blanak.
Desa Penujak secara geografis termasuk wilayah Lombok
Tengah yang mempunyai letak dan ketinggian yang bervariasi
mulai dari nol (0) hingga 2000 meter dari permukaan laut. Secara
garis besar topografi masih mirip dengan kabupaten lain di pulau
Lombok7 yang keadaan tanahnya terdapat banyak perbukitan
sehingga sistem pengairan untuk wilayah ini juga sulit untuk
didapat.
Berdasarkan klasifikasi Schmid dan Ferguson, Kabupaten
Lombok Tengah memiliki iklim D dan iklim E, yaitu hujan tropis
dengan musim kemarau kering, yaitu mulai bulan November
sampai dengan Mei, sementara curah hujan berkisar antara 1.000
hingga 2.500 mm per tahun. Khusus Desa Penujak Kecamatan
Praya Barat memiliki curah hujan berkisar antara 1500mm-
Sumber: Dinas Pertanahan Kabupaten Lombok Tengah Tahun
2001 (http://id.wikipedia.org/wiki/Kabupaten_Lombok_Tengah) diakses
tanggal 13 Maret 2013
7
8. 60
2000mm. Secara geografis terletak pada posisi 82° 7’ - 8° 30’
Lintang Selatan dan 116° 10’ - 116° 30’ Bujur Utara.8
Kondisi fisik yang dimiliki desa Penujak, ditopang dari
sektor
pertanian
dan
industri
kerajinan
gerabah.
Kondisi
pertanian sawah dengan sistem irigasi hanya sampai pada
beberapa wilayah yang hanya dilalui sungai yang melewati dusundusun di Penujak, sehingga kondisi persawahan lebih banyak
mengandalkan sistem tadah hujan. Pemanfaatan musim hujan
untuk menanam padi tidak disia-siakan masyarakat petani untuk
memenuhi kebutuhan pokoknya. Sedangkan musim kemarau area
persawahan dimanfaatkan untuk penanaman jenis palawija,
seperti kedelai dan jagung. Selain itu, dalam beberapa tahun
terakhir ini masyarakat petani cenderung menanam tembakau.
Beberapa sektor pendukung kehidupan masyarakat Penujak
dengan menekuni seni kerajinan gerabah dan bertani didukung
dengan fasilitas infrastruktur seperti adanya jalan raya dan
jembatan penghubung antar desa serta pengairan yang membantu
irigasi persawahan melalui adanya bendungan Batujai yang ada di
sebelah utara perbatasan desa Penujak.
Selain fasilitas infrastruktur tersebut terdapat juga fasilitas
umum yang pengadaannya diperoleh baik dari pemerintah daerah
maupun pusat. Seperti adanya bangunan fisik Sekolah Dasar,
8
Dinas Pertanahan Kabupaten Lombok Tengah, Tahun 2001.
9. 61
SMP, SMA, dan beberapa sekolah swasta lainnya seperti Madrasah
Tsanawiyah dan Aliyah.
2.
Kondisi Sosial Budaya Masyarakat Penujak
Kebudayaan merupakan hasil dari keinginan dan upaya
manusia untuk memenuhi segala kebutuhan hidup sesuai dengan
kemampuan
yang
dimiliki.
Sumber
daya
kebutuhan hidup tersebut, manusia
untuk
memenuhi
menggunakan akalnya.
Sumberdaya manusia berupa akal dapat menghasilkan berbagai
ragam kebudayaan yang lahir dari sumber daya manusia, yaitu
cipta, rasa, dan karsa.9
Ketiga unsur sumber daya tersbut dikenal dalam berbagai
wujud
kebudayaan
sebagai
beikut:
1).
Sistem
reistem
pengetahuan; 4). Bahasa; 5). Kesenian; 6)istem teknologi dan
peralatan. Ketujuh wujud kebudayaan tersebut memiliki sifat
universal yang mencakup seluruh kebudayaan makhluk manusia
dimanapun juga di dunia, dan merupakan ruang lingkup dari
kebudayaan serta isi dari konsepnya.10
Penduduk
desa
Penujak
secara
keseluruhan
dalam
berkeyakinan beragama 100% memeluk agama Islam. Sarana
ibadah di desa ini cukup tersedia, yaitu terdapat sarana ibadah
seperti masjid-masjid besar yang ada di setiap dusun. Hal ini
Wiyoso Yudoseputro, Wawasan Seni Budaya (Jakarta: Depdikbud,
1993), 4
10
Koentjaraningrat, Kesenian, Mentalitas dan Pembangunan
(Jakarta: Gramedia, 2000), 2
9
10. 62
menguatkan julukan Pulau Lombok sebagai pulau seribu masjid.
Sehingga suasana religius melekat dalam suasana kehidupan
sehari-hari yang ditandai dengan kegiatan peribadatan setiap
harinya.
Kehidupan masyarakat senantiasa saling tolong menolong
dalam berabagai hal kehidupan. Seperti dalam pertanian, industri
kerajinan dan gotong royong dalam membangun masjin dan
rumah, membersihkan lingkungan desa, dan lain-lainnya. Adapun
perkumpulan yang menjadi wadah tersebut dalam kemasyarakatn
di desa Penujak, yaitu adanya perkumpulan Karang Taruna Desa,
Lembaga Kemasyarakatan Masyarakat Desa, beberapa kelompok
tani, organisasi perempuan, dan remaja masjid di tiap-tiap dusun
Perkembangan
sumber
daya
manusia
masyarakat
desa
Penujak terbilang masih rendah. Hal ini bisa dilihat dari data
pendidikan di desa Penujak. Saat ini banyaknya jumlah sekolah
yang ada di Penujak yaitu: TK 4 buah, SD/MI 10 buah, SMP/MTs
4 buah, SMA/MA 2 buah. Dari jumlah keseluruhan sekolah yang
ada, menurut status pendidikan perincian banyaknya jumlah
penduduk yang belum/tidak sekolah mencapai angka 1.367
orang, sedangkan yang tidak tamat di tingkat sekolah dasar
mencapai 379 orang.11 Hal inilah yang kemudian menjadi titik
berat dalam melihat kondisi pendidikan di Penujak. Rendahnya
Koordinator Statistik Kec. Praya Barat, Kecamatan Praya Barat
dalam Angka 2011, 83.
11
11. 63
mutu pendidikan tentu berdampak pada kwalitas sumber daya
manusia di masyarakat Penujak dan hubungannya dengan
pencarian pekerjaan di wilayah tersebut.
Hubungan dengan keahlian membuat seni kerajinan gerabah
bukan diperoleh dari sekolah formal, semua perajin seni kerajinan
gerabah memperoleh keterampilan dari pewarisan pembelajaran
yang sifatnya turun temurun dari nenek ke anak dan cucunya.
Dan kondisi ini pun terus berjalan sampai sekarang.
Kehidupan masyarakat di desa Penujak dengan kepandaian
membuat
gerabah
yang
didapatkan
secara
turun
temurun
terutama kepada kaum wanita. Dalam budaya suku Sasak, tugas
yang diberikan kepada anak wanita berbeda dengan tugas yang
diberikan kepada anak laki-laki. Tugas anak laki-laki adalah ke
sawah dan mencari makan serta memelihara ternak. Sedangkan
tugas anak perempuan adalah mengasuh adik, mencari kayu
bakar, mengambil air keperluan dapur, menyapu halaman, dan
lain-lain. Tradisi membuat gerabah memang diwariskan kepada
anak-anak yang mesih kecil. Bagi anak laki-laki, tidak ada
keharusan untuk terampil membuat gerabah. Tetapi khusus bagi
anak-anak perempuan. Keterampilan membuat gerabah memang
diajarkan dan menjadi suatu keharusan.
Hal ini juga dilihat dari budaya seni kerajinan tenun di pulau
Lombok yang diwarisi secara turun temurun yang dilakukan oleh
12. 64
wanita. Dalam proses membuat tenun tidak akan pernah didapat
seorang laki-laki menenun. Hal ini pula yang berlaku di seni
kerajinan gerabah di Penujak. Tetapi, untuk saat ini seni kerajinan
gerabah di manapun itu, peran laki-laki dalam membuat gerabah
menjadi penting. Hal ini terlihat dari proses mendapatkan bahan
tanah liat, proses finishing benda gerabah, proses pembakaran,
sampai
pada
proses
penjualan
dilakukakan
oleh
laki-laki,
perbedaan dalam seni kerajinan tenun, peran laki-laki hanya pada
membantu proses penjualan dan tidak terlibat dalam proses
membuat atau menenun.
Dampak yang dirasakan walaupun tingkat pendidikan wanita
mungkin lebih rendah dari laki-laki, umumnya wanita di beberapa
dusun
yang
menggeluti
seni
kerajinan
gerabah
tersebut
mempunyai keahlian dalam membuat gerabah dan inilah yang
dapat
diandalkan
dan
dimanfaatkan
sebagai
sumber
mata
pencaharian pokok bagi masyarat desa Penujak, kecamatan Praya
Barat, Lombok Tengah.