1. IBADAH PUASA
Puasa merupakan rukun Islam yang keempat. Puasa berasal dari kata
“śaumu” yang artinya menahan diri dari segala sesuatu, seperti: menahan makan,
minum, nafsu, dan menahan bicara yang tidak bermanfaat. Sedangkan arti puasa
menurut istilah adalah menahan diri dari segala sesuatu yang membatalkannya,
mulai dari terbit fajar sampai terbenamnya matahari dengan niat dan beberapa
syarat tertentu, sesuai dengan firman Allah sebagai berikut:
Artinya: “Makan dan minumlah hingga jelas bagimu (perbedaan) antara benang
putih dan benang hitam, yaitu fajar...”(Q.S. al-Baqārah/2 :187)
Setiap orang yang percaya kepada Allah diwajibkan untuk berpuasa di bulan
Ramadan sebagaimana firman Allah sebagai berikut:
Artinya: “Wahai orang-orang yang beriman! Diwajibkan atas kamu berpuasa
sebagaimana diwajibkan atas orang sebelum kamu agar kamu bertakwa.” (Q.S.
al-Baqārah/2 : 183)
Dari ayat tersebut sudah jelas bahwa puasa itu diwajibkan bagi orangorang
yang beriman dengan tujuan agar menjadi orang yang bertakwa.
70
1. Syarat wajib puasa
Orang Islam berkewajiban untuk melaksanakan puasa apabila
memenuhi syarat sebagai berikut:
a. berakal,
b. balig,
c. mampu berpuasa.
Syarat sahnya puasa
Di samping syarat wajib ada syarat lain agar puasa kita menjadi sah,
antara lain:
a. Islam,
b. Mumayiz (sudah dapat membedakan mana yang baik dan mana yang tidak
baik),
c. Suci dari darah haid dan nifas,
2. d. Dalam waktu yang diperbolehkan untuk berpuasa.71
2. Rukun puasa
Orang yang akan melaksanakan puasa harus memenuhi rukun puasa antara
lain yaitu:
a) Niat untuk berpuasa
Ketika hendak berpuasa di bulan Ramadan, lakukan niat di dalam hati
dengan ikhlas. Apabila diucapkan, maka niat puasa tersebut adalah sebagai
berikut :
Artinya: “Saya berniat puasa Ramadan esok hari untuk menjalankan
kewajiban di bulan Ramadan tahun ini karena mentaati perintah Allah
Ta’ala.”
Niat untuk melaksanakan puasa dilakukan pada malam hari sebelum
memulai puasa dan selambat-lambatnya sebelum terbit fajar. Untuk menjaga agar
niat puasa ini tidak terlewatkan, kita boleh mengucapkan niat puasa ini setelah
selesai śalat tarawih.
b) Menahan diri dari segala sesuatu yang membatalkan puasa dari terbit fajar
sampai terbenamnya matahari.
3. Hal-hal yang membatalkan puasa
Berpuasa merupakan bentuk ibadah kita kepada Allah Swt. Untuk itu kita
harus berhati-hati dalam melaksanakannya. Ada enam perkara yang bisa
membatalkan puasa kita, yaitu:
a. Makan dan minum.
Makan dan minum yang membatalkan puasa adalah apabila dilakukan
dengan sengaja. Kalau makan minum dilakukan dengan tidak sengaja
karena lupa, hal ini tidak membatalkan puasa.
b. Muntah yang disengaja atau dibuat-buat. Apabila muntahnya tidak
sengaja, tidak membatalkan puasa.
c. Berhubungan suami istri.
Orang yang melakukan hubungan suami istri di siang hari pada bulan
Ramadan dapat membatalkan puasanya. Ia wajib mengganti puasa itu serta
harus membayar kifarat (denda). Ada tiga macam kifaratnya, antara lain:
3. memerdekakan hamba sahaya, kalau tidak sanggup memerdekakan hamba
sahaya maka wajib berpuasa dua bulan berturut-turut, kalau tidak kuat
berpuasa maka bersedekah dengan memberikan makanan yang
mengenyangkan kepada enam puluh fakir miskin dan tiap-tiap orang
mendapatkan ¾ liter.
d. Keluar darah haid atau nifas bagi perempuan,
e. Gila,
f. Keluar cairan mani dengan sengaja.
4. Hal-hal yang disunnahkan dalam puasa
Orang yang sedang berpuasa disunnahkan untuk melakukan hal-hal
sebagai berikut:
a) Berdoa ketika berbuka puasa,
b) Memperbanyak sedekah,
c) Śalat malam, termasuk śalat tarawih,
d) Tadarus atau membaca al-Qur’ān.
6) Hal-hal yang mengurangi pahala puasa
Hal yang dapat mengurangi bahkan menghilangkan pahala puasa adalah
semua perbuatan yang dilarang oleh Islam. Contohnya membicarakan kejelekkan
orang lain, berbohong, mencaci maki orang lain, dan sebagainya.
5. Orang-orang yang boleh berbuka pada bulan Ramadan
Berpuasa adalah kewajiban bagi setiap muslim. Akan tetapi, dalam
keadaan tertentu boleh tidak berpuasa. Adapun orang-orang yang diperbolehkan
meninggalkan puasa sebagai berikut:
a. Orang yang sedang sakit dan tidak kuat untuk berpuasa atau apabila
berpuasa sakitnya semakin parah. Namun, ia harus menggantikannya di
hari lain apabila sudah sembuh nanti.
b. Orang yang sedang dalam perjalanan jauh. Ia pun wajib mengqada
puasanya di hari lain.
c. Orang tua yang sudah lemah sehingga tidak kuat lagi untuk berpuasa. Ia
wajib membayar fidyah (bersedekah) tiap hari ¾ liter beras atau yang sama
dengan itu kepada fakir miskin.
4. d. Orang yang sedang hamil dan menyusui anak. Kedua perempuan ini kalau
khawatir akan menjadi mudarat kepada dirinya sendiri atau beserta
anaknya mereka wajib mengqada puasanya sebagaimana orang yang
sedang sakit. Kalau hanya khawatir akan menimbulkan mudarat bagi
anaknya, ia wajib mengqada puasanya dan membayar fidyah kepada fakir
miskin.73
1. Puasa Wajib
Puasa wajib adalah puasa yang harus dilaksanakan oleh setiap umat
Islam yang sudah balig dan apabila ditinggalkan akan mendapat dosa. Adapun
macam-macam puasa wajib ada empat yaitu:
a. Puasa Ramadan
Puasa Ramadan adalah puasa yang dilaksanakan di bulan Ramadan yang
merupakan rukun Islam yang keempat. Puasa wajib ini mulai diperintahkan mulai
tahun kedua hijrah, setelah Nabi Muhammad hijrah ke Madinah. Hukumnya
adalah fardu ‘ain. Oleh karena itu, jangan sekali-kali meninggalkan puasa
Ramadan tanpa adanya halangan yang dibenarkan menurut syariat. Apabila
sedang berhalangan melaksanakan puasa Ramadan, kita wajib menggantikannya
pada hari lain. Agar puasa kita menjadi lebih sempurna dan bermakna, marilah
kita pahami ketentuan-ketentuannya
b. Puasa Nazar
Puasa nazar adalah puasa yang dilakukan karena mempunyai nazar (janji
kebaikan yang pernah diucapkan). Puasa ini wajib dilaksanakan ketika
keinginannya atau cita-citanya terpenuhi. Misalnya, kamu ingin sekali lulus SMP
dan memperoleh predikat 10 besar di sekolah. Jika keinginan mulia itu terwujud
kamu berjanji untuk puasa 3 hari. Nah, ketika cita-cita itu ternyata terpenuhi,
maka janji (nazar) untuk berpuasa 3 hari tersebut harus segera kamu laksanakan.
Nazar harus berupa amal kebaikan. Kita tidak boleh bernazar dengan amal
keburukan atau maksiat. Jika seseorang kelepasan bernazar untuk berbuat maksiat
kepada Allah, maka hal tersebut tidak wajib bahkan tidak boleh dilakukan, bahkan
ia harus beristigfar memohon ampun kepada Allah atas nazar berbuat maksiat
tadi. Adapun hukum puasa nazar adalah wajib dilaksanakan sebagaimana
5. firman Allah sebagai berikut:
Artinya: ”Mereka memenuhi nazar dan takut akan suatu hari yang azabnya
merata di mana-mana”. (Q.S. al-Insān/76:7)
c. Puasa Qada
Puasa qada adalah puasa yang kita niatkan untuk mengganti kewajiban
sesudah lewat waktunya. Sebagai contoh orang yang meninggalkan puasa karena
sedang haid, berkewajiban mengganti puasa tersebut di bulan yang lainnya.
Apabila meninggalkan puasanya enam hari, wajib baginya mengqada enam hari
(sebanyak jumlah hari yang ditinggalkan). Batas waktu untuk mengqada puasanya
adalah sampai datang bulan puasa berikutnya. Apabila tidak dilakukan, ia wajib
mengqada serta membayar fidyah.
d. Puasa kifarat
Puasa kifarat adalah puasa yang wajib dikerjakan karena melanggar suatu
aturan yang telah ditentukan. Puasa kifarat wajib dilaksanakan apabila terjadi hal-
hal berikut:
1. Tidak mampu memenuhi nazar
Nazar merupakan janji yang wajib kita penuhi tetapi kadangkala kita tidak
sanggup memenuhi janji tersebut karena ada halangan. Contoh: Jika nanti
saya sembuh dari sakit, saya akan melaksanakan umrah. Apabila sakit
yang kita derita selama ini sudah sembuh, kita wajib melaksanakan umrah.
Namun, saat itu kita belum mempunyai ongkos untuk pergi umrah. Maka,
kita boleh menggantinya dengan membayar fidyah kepada sepuluh orang
miskin. Jika tidak mampu membayar fidyah, kita wajib berpuasa selama
tiga hari.
2. Berkumpul dengan istri di siang hari pada bulan puasa
Dalam kasus semacam ini ia wajib melaksanakan puasa kifarat selama dua
bulan berturut-turut.
3. Membunuh secara tidak sengaja
Membunuh merupakan perbuatan keji yang dilarang oleh Allah dan
termasuk dosa besar. Namun, sering kali terjadi kasus pembunuhan yang
terjadi walaupun pelakunya tidak menginginkannya. Contohnya:
6. mengendarai mobil atau motor dengan kecepatan yang tinggi sehingga
terjadi kecelakaan yang mengakibatkan hilangnya nyawa seseorang.
Dalam kasus semacam ini penabrak wajib membayar kifarat
berupa memerdekakan hamba sahaya sambil memberikan santunan kepada
pihak korban. Jika tidak mampu, dia harus berpuasa selama dua bulan
berturut-turut.
4. Melakukan zihar kepada istrinya (menyamakan istri dengan ibunya).
Seorang suami yang menyamakan istri dengan ibunya hukumnya haram.
Contoh perilaku menyamakan adalah seorang suami tidak mau melakukan
hubungan suami istri (memberi nafkah batin) karena ketika melihat istrinya
seperti melihat ibunya. Perlakuan suami seperti ini tentu sangat menyakiti
hati dan perasaan istrinya. Hal ini sangat dilarang oleh Allah Swt. Apabila
perbuatan ini sudah telanjur, maka suami tersebut harus membayar kifarat
dengan memerdekaan hamba sahaya atau berpuasa dua bulan berturut-
turut.
5. Mencukur rambut ketika ihram.
Ketika sedang melaksanakan ibadah haji, seorang jamaah haji sudah
mencukur rambut sebelum tahalul. Maka, jamaah haji tersebut harus
membayar kifarat berupa memberikan sedekah kepada enam fakir miskin
atau berpuasa tiga hari.75
6. Berburu ketika ihram.
Pada saat seseorang melaksanakan haji, dia tidak boleh berburu binatang.
Jika hal itu dilakukan, maka dia wajib membayar kifarat karena berburu
binatang merupakan salah satu dari larangan haji. Bentuk kifaratnya
ditentukan oleh keputusan hakim yang dinilai jujur.
7. Mengerjakan haji dan umrah dengan cara tamattu’ atau qiran
Dalam hal ini ia wajib membayar denda sebagai berikut: menyembelih
seekor kambing yang pantas untuk berqurban. Apabila tidak sanggup
memotong kambing, ia wajib melaksanakan puasa selama sepuluh hari.
Tiga hari wajib ia kerjakan pada saat ihram paling lambat pada hari raya
7. Haji dan tujuh harinya wajib dilaksanakan sesudah ia kembali ke tanah
airnya.
2. Puasa Sunnah
Selain diperintahkan untuk melaksanakan puasa wajib, kita juga
dianjurkan untuk melaksanakan puasa sunnah. Cara mengerjakannya sama seperti
melaksanakan puasa Ramadan, yaitu dimulai dari terbitnya fajar sampai
terbenamnya matahari. Dalam pelaksanaanya puasa sunnah ini dikaitkan dengan
bulan, hari, dan tanggal. Puasa sunnah ini apabila dikerjakan akan mendapatkan
pahala. Namun, apabila tidak dikerjakan tidak mendapat dosa.
Berikut ini akan diuraikan puasa yang disunnahkan untuk dilaksanakan
selain puasa wajib, yaitu:
a. Puasa Syawal
Puasa ini dilaksanakan sesudah tanggal 1 Syawal. Jumlahnya ada enam
hari. Cara mengerjakannya boleh dikerjakan enam hari berturut-turut atau boleh
juga dilaksanakan dengan cara berselang-seling. Misalnya sehari puasa sehari
tidak. Hal ini berdasarkan hadis sebagai berikut: Artinya :“Dari Abu Ayub, dari
Rasulullah saw. berkata : siapa berpuasa Ramadan kemudian mengikutinya
dengan berpuasa 6 hari di bulan Syawal, yang demikian itu (pahalanya) seperti
puasa setahun.” (H.R. Jama’ah kecuali Bukhari dan Nasa’i).
b. Puasa Arafah (Tanggal 9 Zulhijjah)
Puasa ini dilaksanakan ketika orang yang melaksanakan ibadah haji
sedang wukuf di Padang Arafah. Sedangkan orang yang menunaikan ibadah haji
tidak disunnahkan melaksanakan puasa ini. Keistimewaan puasa Arafah ini dapat
menghapus dosa selama dua tahun: yaitu satu tahun yang lalu dan satu tahun
yang akan datang sebagaimana tertuang dalam Hadis berikut:
Artinya: “ Dari Abu Qatadah, nabi saw., telah berkata,” puasa hari Arafah itu
menghapuskan dosa dua tahun: satu tahun yang telah lalu, dan satu tahun yang
akan datang.”(H.R.Muslim)
c. Puasa Hari Senin dan Kamis
8. Puasa hari Senin dan Kamis adalah puasa sunnah yang dilaksanakan pada
hari Senin dan Kamis. Sebagaimana Hadis berikut:
Artinya : “Rasulullah bersabda : Ditempakan amal-amal umatku pada hari Senin
dan Kamis dan aku senang amalku ditempakan, maka aku berpuasa”. (H.R.
Ahmad dan at-Tirmidzi)
3. Waktu yang diharamkan untuk berpuasa
Allah Swt. Maha Adil dan Maha Bijaksana. Dalam waktu-waktu tertentu
kita dilarang berpuasa. Adapun waktu yang diharamkan untuk berpuasa adalah:
a. Hari raya Idul Fitri dan Idul Adha
b. Hari tasyrik yaitu tanggal 11, 12 dan 13 Zulhijah
c. Hari yang diragukan (apakah sudah tanggal satu Ramadan atau
belum)
4. Hikmah Berpuasa
Orang muslim yang senantiasa melaksanakan puasa akan
mendapatkanbanyak manfaat, antara lain:
a. Meningkatkan iman dan takwa serta mendorong seseorang untuk rajin
bersyukur kepada allah Swt. Ini merupakan tujuan utama orang yang
berpuasa.
b. Menumbuhkan rasa solidaritas terhadap sesama terutama kasih sayang
terhadap fakir miskin.
c. Melatih dan mendidik kesabaran dalam kehidupan sehari-hari arena orang
yang berpuasa terdidik menahan kelaparan, kehausan, dan keinginan.
Tentulah dengan sabar ia dapat menahan segala kesulitan tersebut.
d. Dapat mengendalikan hawa nafsunya dari makan minum dan segala yang
membatalkan puasa dari terbit fajar sampai terbenamnya matahari.
e. Mendidik diri sendiri untuk bersifat sidiq karena dengan berpuasa dapat
menjaga diri dari sifat pendusta. Sifat ini dapat menghilangkan pahala
puasa.
f. Dengan berpuasa kita juga memberikan waktu istirahat bagi organorgan
yang ada di tubuh kita. Sehingga tidak mengherankan bahwa orang yang
berpuasa akan menjadi lebih sehat.