SlideShare a Scribd company logo
1 of 3
JUMP 7
1. Hubungan hipertrofi adenoid dengan keluhan
Adenoid adalah jaringan limfoepitelial berbentuk tringukugular yang terletak pada
dinding posterior nasofaring dan merupakan salah satu jaringan yang membentuk cincin
Waldeyer. Jika terjadi hipertrofi pada adenoid, maka nasofaring sebagai penghubung
udara inspirasi dan sekresi sinonasal yang mengalir dari kavum nasi ke orofaring akan
mengalami penyempitan. Hipertrofi adenoid, terutama pada kanak-kanak, muncul
sebagai respon multiantigen virus, bakteri, alergen, makanan, dan iritasi lingkungan.
Salah satu efek hipertofi adenoid adalah terbatasnya gerakan torus tubarius ke arah
posterior sehingga pembukaan muara tuba auditiva tidak adekuat. Tuohimaa, et al6 pada
1987 mengemukakan bahwa perubahan patensi tuba auditiva oleh hipertofi adenoid
disebabkan karena obstruksi mekanis pada lumen tuba dan penekanan pada pembuluh
limfatik sekitar lumen tuba. Hal tersebut dapat berujung pada efusi di dalam telinga
tengah. Akhirnya, terbentuk tekanan negatif akibat absorpsi O2 dari udara yang terjebak
dalam telinga tengah.
Adenoid yang relatif besar tidak perlu sampai menutup ostium tuba Eustachius
untuk menimbulkan obstruksi tuba. Saat menelan, gerakan konstriksi faring dan elevasi
palatum dapat mendorong adenoid yang besar hingga menekan permukaan
posteromedial torus tubarius dari ostium tuba Eustachius ke arah anterior. Akibatnya,
dilatasi ostium tuba terhambat oleh obstruksi temporer torus.
Korelasi linear positif antara usia dengan derajat gangguan telinga tengah ditemukan
pada kelompok usia 11-14 tahun, sedangkan korelasi linear negatif ditemukan pada
kelompok usia 5-10 tahun. Hal tersebut menunjukkan bahwa derajat gangguan telinga
tengah pada kelompok usia 5-10 tahun dapat berkurang seiring dengan bertambahnya
usia penderita, sedangkan pada kelompok usia 11-14 tahun justru cenderung semakin
bertambah seiring bertambahnya usia.
Hipertrofi adenoid meningkat secara cepat setelah lahir dan mencapai ukuran
maksimum pada usia 3-7 tahun, kemudian menetap sampai usia 8-9 tahun. Setelah usia
14 tahun, adenoid secara bertahap mengalami regresi. Hipertrofi adenoid yang terjadi
pada usia 11-14 tahun cenderung diakibatkan oleh infeksi yang berulang pada saluran
napas atas sehingga mempengaruhi struktur di sekitar nasofaring termasuk tuba
Eustachius.
Selain usia, faktor perancu lain adalah arah pembesaran adenoid. Jika pembesaran
ke arah lateral, maka dapat menyebabkan kelainan pada tuba Eustachius, sedangkan jika
pembesaran adenoid ke arah anterior/koana, maka dapat menyebabkan obstruksi nasi.
Oleh karena itu, pada anak yang menderita hipertrofi adenoid, disarankan untuk
dilakukan pengukuran rasio A/N berdasarkan radiografi kepala true lateral sebagai
upaya deteksi dini adanya ganguan telinga tengah, terutama pada pusat pelayanan
kesehatan yang belum memilki timpanometri.
Sumber : Amar MA, Djamin R, Punagi AQ (2013). Rasio Adenoid-Nasofaring dan
Gangguan Telinga Tengah pada Penderita Hipertrofi Adenoid. J Indon Med Assoc, 63(1).
2. Patofisiologi cairan kuning kental dari telinga kanan
Telinga tengah seharusnya steril  mekanisme pencegahan masuknya mikroba ke
dalam telinga tengah oleh silia mukosa tuba Eustachius, enzim, dan antibodi.
Pertahanan tubuh terganggu  tubuh mudah terserang bakteri, virus, antigen asing
 batuk pilek (infeksi saluran napas atas  terdapat tuba eustachii (penghubung cavum
tympani dengan nasopharynx) dan pada anak2 cavum tympahi lebih horizontal, lebar,
dan pendek  kuman masuk ke cavum tympani.
(intermezzo) Curiga hipertrofi adenoid  menyumbat tuba eustachii  fungsi tuba
terganggu, termasuk fungsi pencegahan invasi kuman ke dalam telinga tengah.
Kuman penyebab OMA adalah bakteri piogenik, yaitu Streptokokkus hemolitikus,
Stafilokokkus aureus, Pneumokokkus. Hemofillus influenza banyak ditemukan pada
anak <5 tahun.
(dibagi menjadi 5 stadium) Infeksi  peradangan tube eustachii  vasodilatasi
dan oedem  peningkatan permeabilitas  efusi cairan ke telinga tengah  awalnya
jernih, lama-lama menjadi keruh karena bercampur dengan bakteri. Awalnya tak berbau
karena bakteri yang terlibat hanya bakteri penyebab ISPA, lama-kelamaan sekret berbau
karena bercampur dengan bakteri lain (contoh: Pseudomonas gram -)  akumulasi
cairan di telinga tengah  bulging  titik iskemik warna kuning (nekrosis)  pecah 
perforasi  cairan keluar.
Sumber : Buku Ajar Ilmu Kesehatan THT-KL FK UI.
3. Hubungan limfadenopati dengan keluhan
Limfadenopati merujuk kepada ketidaknormalan kelenjar getah bening dalam
ukuran, konsistensi ataupun jumlahnya. Pada daerah leher (cervikal), pembesaran
kelenjar getah bening didefinisikan bila kelenjar membesar lebih dari diameter satu
sentimeter.
Pada otitis media yang berat, limfadenopati bisa menjadi salah satu manifestasi
klinis, terutama limfadenopati servikal anterior.
Kelenjar getah bening adalah bagian dari sistem pertahanan tubuh kita. Tubuh kita
memiliki kurang lebih sekitar 600 kelenjar getah bening, namun hanya didaerah
submandibular (bagian bawah rahang bawah; sub: bawah;mandibula:rahang bawah),
ketiak atau lipat paha yang teraba normal pada orang sehat.
Oleh karena dilewati oleh aliran pembuluh getah bening yang dapat membawa
antigen (mikroba, zat asing) dan memiliki sel pertahanan tubuh maka apabila ada antigen
yang menginfeksi maka kelenjar getah bening dapat menghasilkan sel-sel pertahanan
tubuh yang lebih banyak untuk mengatasi antigen tersebut sehingga kelenjar getah
bening membesar. Pembesaran kelenjar getah bening dapat berasal dari penambahan sel-
sel pertahanan tubuh yang berasal dari KBG itu sendiri seperti limfosit, sel plasma,
monosit dan histiosit,atau karena datangnya sel-sel peradangan (neutrofil) untuk
mengatasi infeksi di kelenjar getah bening (limfadenitis), infiltrasi (masuknya) sel-sel
ganas atau timbunan dari penyakit metabolit makrofag (gaucher disease).
Sumber : https://keluargasehat.wordpress.com/2008/10/28/tata-laksana-limfadenopati-
pembesaran-kelenjar-getah-bening/
4. Rontgen Kepala Lateral
Teknik radiografi cranium adalah teknik
penggambaran cranium dengan menggunakan sinar- X
untuk memperoleh radiograf guna membantu menegakkan
diagnosa. Menurut Bontrager (2010), tujuan dilakukannya
proyeksi lateral adalah untuk menampakkan patologi
fraktur, neoplasma dan osteitis, trauma rutine untuk
menampakan tengkorak kanan dan kiri, untuk
mengambarkan udara pada sinus spenoid.
Sumber : http://sahabatafterego.blogspot.com/2013/11/prosedur-pemeriksaan-radiograf-
cranium.html
Foto lateral kepala dilakukan dengan kaset terletah sebelah lateral dengan sentrasi
diluar kantus mata, sehingga dinding posterior dan dasar sinus maksila berhimpit satu
sama lain. 4

More Related Content

What's hot (20)

Manajemen kasus tonsilitis
Manajemen kasus tonsilitisManajemen kasus tonsilitis
Manajemen kasus tonsilitis
 
Asuhan keperawatan pada anak dengan bronkopneumonia
Asuhan keperawatan pada anak dengan bronkopneumoniaAsuhan keperawatan pada anak dengan bronkopneumonia
Asuhan keperawatan pada anak dengan bronkopneumonia
 
Lp pneumonia
Lp pneumoniaLp pneumonia
Lp pneumonia
 
Bahan pbl 3.2 dev
Bahan pbl 3.2 devBahan pbl 3.2 dev
Bahan pbl 3.2 dev
 
Empiema
EmpiemaEmpiema
Empiema
 
Pneumonia
PneumoniaPneumonia
Pneumonia
 
Pneumoni1
Pneumoni1Pneumoni1
Pneumoni1
 
Presentasi empiema
Presentasi empiemaPresentasi empiema
Presentasi empiema
 
Trakea
TrakeaTrakea
Trakea
 
Respons tubuh terhadap gangguan sistem pernapasan
Respons tubuh terhadap gangguan sistem pernapasanRespons tubuh terhadap gangguan sistem pernapasan
Respons tubuh terhadap gangguan sistem pernapasan
 
TONSILITIS
TONSILITISTONSILITIS
TONSILITIS
 
Case rian hasni (kista epiglotis) (1)
Case rian hasni (kista epiglotis) (1)Case rian hasni (kista epiglotis) (1)
Case rian hasni (kista epiglotis) (1)
 
Polip nasal
Polip nasalPolip nasal
Polip nasal
 
Laporan Pendahuluan Bronkitis
Laporan Pendahuluan BronkitisLaporan Pendahuluan Bronkitis
Laporan Pendahuluan Bronkitis
 
Bronko pneumonia
Bronko pneumoniaBronko pneumonia
Bronko pneumonia
 
Proses keperawatan pada anak dengan bronkitis
Proses keperawatan pada anak dengan bronkitisProses keperawatan pada anak dengan bronkitis
Proses keperawatan pada anak dengan bronkitis
 
Tonsilitis kronis
Tonsilitis kronisTonsilitis kronis
Tonsilitis kronis
 
Bronkopneumonia
BronkopneumoniaBronkopneumonia
Bronkopneumonia
 
Pneumonia (ppt -_ardian_s._leky)[1]
Pneumonia (ppt -_ardian_s._leky)[1]Pneumonia (ppt -_ardian_s._leky)[1]
Pneumonia (ppt -_ardian_s._leky)[1]
 
Bronkiektasis dechy
Bronkiektasis dechyBronkiektasis dechy
Bronkiektasis dechy
 

Viewers also liked

200 немецких сильных и неправильных глаголов.2007
200 немецких сильных и неправильных глаголов.2007200 немецких сильных и неправильных глаголов.2007
200 немецких сильных и неправильных глаголов.2007Михаил Бычков
 
Chemical Audits by ECS
Chemical Audits by ECSChemical Audits by ECS
Chemical Audits by ECSKen McDonell
 
2015-8-31 Eindrapport afstuderen Peter Versloot
2015-8-31 Eindrapport afstuderen Peter Versloot2015-8-31 Eindrapport afstuderen Peter Versloot
2015-8-31 Eindrapport afstuderen Peter VerslootPeter Versloot
 
нормы российского законодательства
нормы российского законодательстванормы российского законодательства
нормы российского законодательстваkgonokhina
 
Phillip Richardson Senior Project
Phillip Richardson Senior ProjectPhillip Richardson Senior Project
Phillip Richardson Senior ProjectPhillip Richardson
 
Россия и Германия: ожидания в сфере международных отношений и безопасности
Россия и Германия: ожидания в сфере международных отношений и безопасностиРоссия и Германия: ожидания в сфере международных отношений и безопасности
Россия и Германия: ожидания в сфере международных отношений и безопасностиВЦИОМ
 
RDS_Business_prospect_induction
RDS_Business_prospect_inductionRDS_Business_prospect_induction
RDS_Business_prospect_inductionMorten Andersen
 
6 Ways Your Brain Transforms Sound into Emotion
6 Ways Your Brain Transforms Sound into Emotion6 Ways Your Brain Transforms Sound into Emotion
6 Ways Your Brain Transforms Sound into EmotionIsland Better Hearing
 
7. Sınıf Türkçe Ünite 2 Atatürk
7. Sınıf Türkçe Ünite 2 Atatürk7. Sınıf Türkçe Ünite 2 Atatürk
7. Sınıf Türkçe Ünite 2 Atatürkenesulusoy
 

Viewers also liked (17)

200 немецких сильных и неправильных глаголов.2007
200 немецких сильных и неправильных глаголов.2007200 немецких сильных и неправильных глаголов.2007
200 немецких сильных и неправильных глаголов.2007
 
Trainmod
TrainmodTrainmod
Trainmod
 
Chemical Audits by ECS
Chemical Audits by ECSChemical Audits by ECS
Chemical Audits by ECS
 
Prolegomena 4 0
Prolegomena 4 0Prolegomena 4 0
Prolegomena 4 0
 
Nina sublatti
Nina sublattiNina sublatti
Nina sublatti
 
2015-8-31 Eindrapport afstuderen Peter Versloot
2015-8-31 Eindrapport afstuderen Peter Versloot2015-8-31 Eindrapport afstuderen Peter Versloot
2015-8-31 Eindrapport afstuderen Peter Versloot
 
нормы российского законодательства
нормы российского законодательстванормы российского законодательства
нормы российского законодательства
 
Evolutionary MOO : A Distributed Computing Approach
Evolutionary MOO : A Distributed Computing ApproachEvolutionary MOO : A Distributed Computing Approach
Evolutionary MOO : A Distributed Computing Approach
 
Phillip Richardson Senior Project
Phillip Richardson Senior ProjectPhillip Richardson Senior Project
Phillip Richardson Senior Project
 
Россия и Германия: ожидания в сфере международных отношений и безопасности
Россия и Германия: ожидания в сфере международных отношений и безопасностиРоссия и Германия: ожидания в сфере международных отношений и безопасности
Россия и Германия: ожидания в сфере международных отношений и безопасности
 
RDS_Business_prospect_induction
RDS_Business_prospect_inductionRDS_Business_prospect_induction
RDS_Business_prospect_induction
 
Natación terapéutica
Natación terapéuticaNatación terapéutica
Natación terapéutica
 
B3165d94
B3165d94B3165d94
B3165d94
 
Netbeans :)
Netbeans :)Netbeans :)
Netbeans :)
 
6 Ways Your Brain Transforms Sound into Emotion
6 Ways Your Brain Transforms Sound into Emotion6 Ways Your Brain Transforms Sound into Emotion
6 Ways Your Brain Transforms Sound into Emotion
 
Derzhava
DerzhavaDerzhava
Derzhava
 
7. Sınıf Türkçe Ünite 2 Atatürk
7. Sınıf Türkçe Ünite 2 Atatürk7. Sınıf Türkçe Ünite 2 Atatürk
7. Sınıf Türkçe Ünite 2 Atatürk
 

Similar to ADENOID-TINGKAT (20)

Css rhinosinusitis jamur - Petrisia Luvina
Css rhinosinusitis jamur - Petrisia LuvinaCss rhinosinusitis jamur - Petrisia Luvina
Css rhinosinusitis jamur - Petrisia Luvina
 
CSS Rhinosinusitis Jamur (Gerasimos Hasiholan)
CSS Rhinosinusitis Jamur (Gerasimos Hasiholan)CSS Rhinosinusitis Jamur (Gerasimos Hasiholan)
CSS Rhinosinusitis Jamur (Gerasimos Hasiholan)
 
Css rhinosinusitis jamur
Css rhinosinusitis jamurCss rhinosinusitis jamur
Css rhinosinusitis jamur
 
Pneumonia 131028101758-phpapp01
Pneumonia 131028101758-phpapp01Pneumonia 131028101758-phpapp01
Pneumonia 131028101758-phpapp01
 
Pneumonia
PneumoniaPneumonia
Pneumonia
 
Pneumonia
PneumoniaPneumonia
Pneumonia
 
JUDUL
JUDULJUDUL
JUDUL
 
AA
AAAA
AA
 
AA
AAAA
AA
 
pening palakpening palakpening palak
pening palakpening palakpening palakpening palakpening palakpening palak
pening palakpening palakpening palak
 
Ompa
OmpaOmpa
Ompa
 
Makalah oma
Makalah omaMakalah oma
Makalah oma
 
Solusi cepat atasi amandel
Solusi cepat atasi amandelSolusi cepat atasi amandel
Solusi cepat atasi amandel
 
Infeksi Odontogenik
Infeksi OdontogenikInfeksi Odontogenik
Infeksi Odontogenik
 
ABSES LEHER DALAM - Bimbingan.pptx
ABSES LEHER DALAM - Bimbingan.pptxABSES LEHER DALAM - Bimbingan.pptx
ABSES LEHER DALAM - Bimbingan.pptx
 
Otitis media supuratif akut ok
Otitis media supuratif akut okOtitis media supuratif akut ok
Otitis media supuratif akut ok
 
Sinusitis dan Penanganan Fisioterapi
Sinusitis dan Penanganan FisioterapiSinusitis dan Penanganan Fisioterapi
Sinusitis dan Penanganan Fisioterapi
 
Edi
EdiEdi
Edi
 
Digestive Tract Disorder
Digestive Tract DisorderDigestive Tract Disorder
Digestive Tract Disorder
 
Refrat THT EPISTAKSIS
Refrat THT EPISTAKSISRefrat THT EPISTAKSIS
Refrat THT EPISTAKSIS
 

Recently uploaded

Strategi_Pengendalian_RisikoZSFADXSCFQ.pdf
Strategi_Pengendalian_RisikoZSFADXSCFQ.pdfStrategi_Pengendalian_RisikoZSFADXSCFQ.pdf
Strategi_Pengendalian_RisikoZSFADXSCFQ.pdfhsetraining040
 
anatomi fisiologi sistem penginderaan.ppt
anatomi fisiologi sistem penginderaan.pptanatomi fisiologi sistem penginderaan.ppt
anatomi fisiologi sistem penginderaan.pptRoniAlfaqih2
 
456720224-1-Antenatal Care-Terpadu-10-T-ppt.ppt
456720224-1-Antenatal Care-Terpadu-10-T-ppt.ppt456720224-1-Antenatal Care-Terpadu-10-T-ppt.ppt
456720224-1-Antenatal Care-Terpadu-10-T-ppt.pptDesiskaPricilia1
 
SEDIAAN EMULSI : DEFINISI, TIPE EMULSI, JENIS EMULGATOR DAN CARA PEMBUATAN
SEDIAAN EMULSI : DEFINISI, TIPE EMULSI, JENIS EMULGATOR DAN CARA PEMBUATANSEDIAAN EMULSI : DEFINISI, TIPE EMULSI, JENIS EMULGATOR DAN CARA PEMBUATAN
SEDIAAN EMULSI : DEFINISI, TIPE EMULSI, JENIS EMULGATOR DAN CARA PEMBUATANYayahKodariyah
 
Abses paru - Diagnosis, tatalaksana, prognosis
Abses paru - Diagnosis, tatalaksana, prognosisAbses paru - Diagnosis, tatalaksana, prognosis
Abses paru - Diagnosis, tatalaksana, prognosisRachmandiarRaras
 
SWAMEDIKASI ALERGI PRODI SARJANA FARMASI.pdf
SWAMEDIKASI ALERGI PRODI SARJANA FARMASI.pdfSWAMEDIKASI ALERGI PRODI SARJANA FARMASI.pdf
SWAMEDIKASI ALERGI PRODI SARJANA FARMASI.pdfFatimaZalamatulInzan
 
Materi Layanan Kesehatan Berbasis Homecare ppt
Materi Layanan Kesehatan Berbasis Homecare pptMateri Layanan Kesehatan Berbasis Homecare ppt
Materi Layanan Kesehatan Berbasis Homecare ppticha582186
 
KDM NUTRISI, AKTUALISASI, REWARD DAN PUNISHMENT.pptx
KDM NUTRISI, AKTUALISASI, REWARD DAN PUNISHMENT.pptxKDM NUTRISI, AKTUALISASI, REWARD DAN PUNISHMENT.pptx
KDM NUTRISI, AKTUALISASI, REWARD DAN PUNISHMENT.pptxawaldarmawan3
 
MPI 3. Pengendalian Penyakit pada JH 2023 Kadar.pptx
MPI 3. Pengendalian Penyakit pada JH 2023 Kadar.pptxMPI 3. Pengendalian Penyakit pada JH 2023 Kadar.pptx
MPI 3. Pengendalian Penyakit pada JH 2023 Kadar.pptxISKANDARSYAPARI
 
PPT KONTRASEPSI KB HORMONAL DAN NON HORMONAL
PPT KONTRASEPSI KB HORMONAL DAN NON HORMONALPPT KONTRASEPSI KB HORMONAL DAN NON HORMONAL
PPT KONTRASEPSI KB HORMONAL DAN NON HORMONALMayangWulan3
 
Keperawatan dasar KEBUTUHAN SUHU TUBUH MANUSIA.pptx
Keperawatan dasar KEBUTUHAN SUHU TUBUH MANUSIA.pptxKeperawatan dasar KEBUTUHAN SUHU TUBUH MANUSIA.pptx
Keperawatan dasar KEBUTUHAN SUHU TUBUH MANUSIA.pptxnadiasariamd
 
Toksikologi obat dan macam-macam obat yang toksik dan berbahaya.ppt
Toksikologi obat dan macam-macam obat yang toksik dan berbahaya.pptToksikologi obat dan macam-macam obat yang toksik dan berbahaya.ppt
Toksikologi obat dan macam-macam obat yang toksik dan berbahaya.pptRoniAlfaqih2
 
Stabilisasi dan Transfer Pasien Rumah Sakit.pptx
Stabilisasi dan Transfer Pasien Rumah Sakit.pptxStabilisasi dan Transfer Pasien Rumah Sakit.pptx
Stabilisasi dan Transfer Pasien Rumah Sakit.pptxdrrheinz
 
obat sistem saraf pusat analgesik antipiretik
obat sistem saraf pusat analgesik antipiretikobat sistem saraf pusat analgesik antipiretik
obat sistem saraf pusat analgesik antipiretikSyarifahNurulMaulida1
 
Hidrodinamika1111111111111111111111.pptx
Hidrodinamika1111111111111111111111.pptxHidrodinamika1111111111111111111111.pptx
Hidrodinamika1111111111111111111111.pptxJasaketikku
 
Pelajaran Distosia Bahu pada persalinann
Pelajaran Distosia Bahu pada persalinannPelajaran Distosia Bahu pada persalinann
Pelajaran Distosia Bahu pada persalinannandyyusrizal2
 
konsep nutrisi pada pasien dengan gangguan kardiovaskuler.pptx
konsep nutrisi pada pasien dengan gangguan kardiovaskuler.pptxkonsep nutrisi pada pasien dengan gangguan kardiovaskuler.pptx
konsep nutrisi pada pasien dengan gangguan kardiovaskuler.pptxrittafarmaraflesia
 
Laporan Kasus - Tonsilitis Kronik Eksaserbasi Akut.pptx
Laporan Kasus - Tonsilitis Kronik Eksaserbasi Akut.pptxLaporan Kasus - Tonsilitis Kronik Eksaserbasi Akut.pptx
Laporan Kasus - Tonsilitis Kronik Eksaserbasi Akut.pptxkaiba5
 
BIOLOGI RADIAsi, biologi radiasi, biologi
BIOLOGI RADIAsi, biologi radiasi, biologiBIOLOGI RADIAsi, biologi radiasi, biologi
BIOLOGI RADIAsi, biologi radiasi, biologiAviyudaPrabowo1
 
polimeric micelles for drug delivery system.pptx
polimeric micelles for drug delivery system.pptxpolimeric micelles for drug delivery system.pptx
polimeric micelles for drug delivery system.pptxLinaWinarti1
 

Recently uploaded (20)

Strategi_Pengendalian_RisikoZSFADXSCFQ.pdf
Strategi_Pengendalian_RisikoZSFADXSCFQ.pdfStrategi_Pengendalian_RisikoZSFADXSCFQ.pdf
Strategi_Pengendalian_RisikoZSFADXSCFQ.pdf
 
anatomi fisiologi sistem penginderaan.ppt
anatomi fisiologi sistem penginderaan.pptanatomi fisiologi sistem penginderaan.ppt
anatomi fisiologi sistem penginderaan.ppt
 
456720224-1-Antenatal Care-Terpadu-10-T-ppt.ppt
456720224-1-Antenatal Care-Terpadu-10-T-ppt.ppt456720224-1-Antenatal Care-Terpadu-10-T-ppt.ppt
456720224-1-Antenatal Care-Terpadu-10-T-ppt.ppt
 
SEDIAAN EMULSI : DEFINISI, TIPE EMULSI, JENIS EMULGATOR DAN CARA PEMBUATAN
SEDIAAN EMULSI : DEFINISI, TIPE EMULSI, JENIS EMULGATOR DAN CARA PEMBUATANSEDIAAN EMULSI : DEFINISI, TIPE EMULSI, JENIS EMULGATOR DAN CARA PEMBUATAN
SEDIAAN EMULSI : DEFINISI, TIPE EMULSI, JENIS EMULGATOR DAN CARA PEMBUATAN
 
Abses paru - Diagnosis, tatalaksana, prognosis
Abses paru - Diagnosis, tatalaksana, prognosisAbses paru - Diagnosis, tatalaksana, prognosis
Abses paru - Diagnosis, tatalaksana, prognosis
 
SWAMEDIKASI ALERGI PRODI SARJANA FARMASI.pdf
SWAMEDIKASI ALERGI PRODI SARJANA FARMASI.pdfSWAMEDIKASI ALERGI PRODI SARJANA FARMASI.pdf
SWAMEDIKASI ALERGI PRODI SARJANA FARMASI.pdf
 
Materi Layanan Kesehatan Berbasis Homecare ppt
Materi Layanan Kesehatan Berbasis Homecare pptMateri Layanan Kesehatan Berbasis Homecare ppt
Materi Layanan Kesehatan Berbasis Homecare ppt
 
KDM NUTRISI, AKTUALISASI, REWARD DAN PUNISHMENT.pptx
KDM NUTRISI, AKTUALISASI, REWARD DAN PUNISHMENT.pptxKDM NUTRISI, AKTUALISASI, REWARD DAN PUNISHMENT.pptx
KDM NUTRISI, AKTUALISASI, REWARD DAN PUNISHMENT.pptx
 
MPI 3. Pengendalian Penyakit pada JH 2023 Kadar.pptx
MPI 3. Pengendalian Penyakit pada JH 2023 Kadar.pptxMPI 3. Pengendalian Penyakit pada JH 2023 Kadar.pptx
MPI 3. Pengendalian Penyakit pada JH 2023 Kadar.pptx
 
PPT KONTRASEPSI KB HORMONAL DAN NON HORMONAL
PPT KONTRASEPSI KB HORMONAL DAN NON HORMONALPPT KONTRASEPSI KB HORMONAL DAN NON HORMONAL
PPT KONTRASEPSI KB HORMONAL DAN NON HORMONAL
 
Keperawatan dasar KEBUTUHAN SUHU TUBUH MANUSIA.pptx
Keperawatan dasar KEBUTUHAN SUHU TUBUH MANUSIA.pptxKeperawatan dasar KEBUTUHAN SUHU TUBUH MANUSIA.pptx
Keperawatan dasar KEBUTUHAN SUHU TUBUH MANUSIA.pptx
 
Toksikologi obat dan macam-macam obat yang toksik dan berbahaya.ppt
Toksikologi obat dan macam-macam obat yang toksik dan berbahaya.pptToksikologi obat dan macam-macam obat yang toksik dan berbahaya.ppt
Toksikologi obat dan macam-macam obat yang toksik dan berbahaya.ppt
 
Stabilisasi dan Transfer Pasien Rumah Sakit.pptx
Stabilisasi dan Transfer Pasien Rumah Sakit.pptxStabilisasi dan Transfer Pasien Rumah Sakit.pptx
Stabilisasi dan Transfer Pasien Rumah Sakit.pptx
 
obat sistem saraf pusat analgesik antipiretik
obat sistem saraf pusat analgesik antipiretikobat sistem saraf pusat analgesik antipiretik
obat sistem saraf pusat analgesik antipiretik
 
Hidrodinamika1111111111111111111111.pptx
Hidrodinamika1111111111111111111111.pptxHidrodinamika1111111111111111111111.pptx
Hidrodinamika1111111111111111111111.pptx
 
Pelajaran Distosia Bahu pada persalinann
Pelajaran Distosia Bahu pada persalinannPelajaran Distosia Bahu pada persalinann
Pelajaran Distosia Bahu pada persalinann
 
konsep nutrisi pada pasien dengan gangguan kardiovaskuler.pptx
konsep nutrisi pada pasien dengan gangguan kardiovaskuler.pptxkonsep nutrisi pada pasien dengan gangguan kardiovaskuler.pptx
konsep nutrisi pada pasien dengan gangguan kardiovaskuler.pptx
 
Laporan Kasus - Tonsilitis Kronik Eksaserbasi Akut.pptx
Laporan Kasus - Tonsilitis Kronik Eksaserbasi Akut.pptxLaporan Kasus - Tonsilitis Kronik Eksaserbasi Akut.pptx
Laporan Kasus - Tonsilitis Kronik Eksaserbasi Akut.pptx
 
BIOLOGI RADIAsi, biologi radiasi, biologi
BIOLOGI RADIAsi, biologi radiasi, biologiBIOLOGI RADIAsi, biologi radiasi, biologi
BIOLOGI RADIAsi, biologi radiasi, biologi
 
polimeric micelles for drug delivery system.pptx
polimeric micelles for drug delivery system.pptxpolimeric micelles for drug delivery system.pptx
polimeric micelles for drug delivery system.pptx
 

ADENOID-TINGKAT

  • 1. JUMP 7 1. Hubungan hipertrofi adenoid dengan keluhan Adenoid adalah jaringan limfoepitelial berbentuk tringukugular yang terletak pada dinding posterior nasofaring dan merupakan salah satu jaringan yang membentuk cincin Waldeyer. Jika terjadi hipertrofi pada adenoid, maka nasofaring sebagai penghubung udara inspirasi dan sekresi sinonasal yang mengalir dari kavum nasi ke orofaring akan mengalami penyempitan. Hipertrofi adenoid, terutama pada kanak-kanak, muncul sebagai respon multiantigen virus, bakteri, alergen, makanan, dan iritasi lingkungan. Salah satu efek hipertofi adenoid adalah terbatasnya gerakan torus tubarius ke arah posterior sehingga pembukaan muara tuba auditiva tidak adekuat. Tuohimaa, et al6 pada 1987 mengemukakan bahwa perubahan patensi tuba auditiva oleh hipertofi adenoid disebabkan karena obstruksi mekanis pada lumen tuba dan penekanan pada pembuluh limfatik sekitar lumen tuba. Hal tersebut dapat berujung pada efusi di dalam telinga tengah. Akhirnya, terbentuk tekanan negatif akibat absorpsi O2 dari udara yang terjebak dalam telinga tengah. Adenoid yang relatif besar tidak perlu sampai menutup ostium tuba Eustachius untuk menimbulkan obstruksi tuba. Saat menelan, gerakan konstriksi faring dan elevasi palatum dapat mendorong adenoid yang besar hingga menekan permukaan posteromedial torus tubarius dari ostium tuba Eustachius ke arah anterior. Akibatnya, dilatasi ostium tuba terhambat oleh obstruksi temporer torus. Korelasi linear positif antara usia dengan derajat gangguan telinga tengah ditemukan pada kelompok usia 11-14 tahun, sedangkan korelasi linear negatif ditemukan pada kelompok usia 5-10 tahun. Hal tersebut menunjukkan bahwa derajat gangguan telinga tengah pada kelompok usia 5-10 tahun dapat berkurang seiring dengan bertambahnya usia penderita, sedangkan pada kelompok usia 11-14 tahun justru cenderung semakin bertambah seiring bertambahnya usia. Hipertrofi adenoid meningkat secara cepat setelah lahir dan mencapai ukuran maksimum pada usia 3-7 tahun, kemudian menetap sampai usia 8-9 tahun. Setelah usia 14 tahun, adenoid secara bertahap mengalami regresi. Hipertrofi adenoid yang terjadi pada usia 11-14 tahun cenderung diakibatkan oleh infeksi yang berulang pada saluran napas atas sehingga mempengaruhi struktur di sekitar nasofaring termasuk tuba Eustachius.
  • 2. Selain usia, faktor perancu lain adalah arah pembesaran adenoid. Jika pembesaran ke arah lateral, maka dapat menyebabkan kelainan pada tuba Eustachius, sedangkan jika pembesaran adenoid ke arah anterior/koana, maka dapat menyebabkan obstruksi nasi. Oleh karena itu, pada anak yang menderita hipertrofi adenoid, disarankan untuk dilakukan pengukuran rasio A/N berdasarkan radiografi kepala true lateral sebagai upaya deteksi dini adanya ganguan telinga tengah, terutama pada pusat pelayanan kesehatan yang belum memilki timpanometri. Sumber : Amar MA, Djamin R, Punagi AQ (2013). Rasio Adenoid-Nasofaring dan Gangguan Telinga Tengah pada Penderita Hipertrofi Adenoid. J Indon Med Assoc, 63(1). 2. Patofisiologi cairan kuning kental dari telinga kanan Telinga tengah seharusnya steril  mekanisme pencegahan masuknya mikroba ke dalam telinga tengah oleh silia mukosa tuba Eustachius, enzim, dan antibodi. Pertahanan tubuh terganggu  tubuh mudah terserang bakteri, virus, antigen asing  batuk pilek (infeksi saluran napas atas  terdapat tuba eustachii (penghubung cavum tympani dengan nasopharynx) dan pada anak2 cavum tympahi lebih horizontal, lebar, dan pendek  kuman masuk ke cavum tympani. (intermezzo) Curiga hipertrofi adenoid  menyumbat tuba eustachii  fungsi tuba terganggu, termasuk fungsi pencegahan invasi kuman ke dalam telinga tengah. Kuman penyebab OMA adalah bakteri piogenik, yaitu Streptokokkus hemolitikus, Stafilokokkus aureus, Pneumokokkus. Hemofillus influenza banyak ditemukan pada anak <5 tahun. (dibagi menjadi 5 stadium) Infeksi  peradangan tube eustachii  vasodilatasi dan oedem  peningkatan permeabilitas  efusi cairan ke telinga tengah  awalnya jernih, lama-lama menjadi keruh karena bercampur dengan bakteri. Awalnya tak berbau karena bakteri yang terlibat hanya bakteri penyebab ISPA, lama-kelamaan sekret berbau karena bercampur dengan bakteri lain (contoh: Pseudomonas gram -)  akumulasi cairan di telinga tengah  bulging  titik iskemik warna kuning (nekrosis)  pecah  perforasi  cairan keluar. Sumber : Buku Ajar Ilmu Kesehatan THT-KL FK UI. 3. Hubungan limfadenopati dengan keluhan Limfadenopati merujuk kepada ketidaknormalan kelenjar getah bening dalam ukuran, konsistensi ataupun jumlahnya. Pada daerah leher (cervikal), pembesaran
  • 3. kelenjar getah bening didefinisikan bila kelenjar membesar lebih dari diameter satu sentimeter. Pada otitis media yang berat, limfadenopati bisa menjadi salah satu manifestasi klinis, terutama limfadenopati servikal anterior. Kelenjar getah bening adalah bagian dari sistem pertahanan tubuh kita. Tubuh kita memiliki kurang lebih sekitar 600 kelenjar getah bening, namun hanya didaerah submandibular (bagian bawah rahang bawah; sub: bawah;mandibula:rahang bawah), ketiak atau lipat paha yang teraba normal pada orang sehat. Oleh karena dilewati oleh aliran pembuluh getah bening yang dapat membawa antigen (mikroba, zat asing) dan memiliki sel pertahanan tubuh maka apabila ada antigen yang menginfeksi maka kelenjar getah bening dapat menghasilkan sel-sel pertahanan tubuh yang lebih banyak untuk mengatasi antigen tersebut sehingga kelenjar getah bening membesar. Pembesaran kelenjar getah bening dapat berasal dari penambahan sel- sel pertahanan tubuh yang berasal dari KBG itu sendiri seperti limfosit, sel plasma, monosit dan histiosit,atau karena datangnya sel-sel peradangan (neutrofil) untuk mengatasi infeksi di kelenjar getah bening (limfadenitis), infiltrasi (masuknya) sel-sel ganas atau timbunan dari penyakit metabolit makrofag (gaucher disease). Sumber : https://keluargasehat.wordpress.com/2008/10/28/tata-laksana-limfadenopati- pembesaran-kelenjar-getah-bening/ 4. Rontgen Kepala Lateral Teknik radiografi cranium adalah teknik penggambaran cranium dengan menggunakan sinar- X untuk memperoleh radiograf guna membantu menegakkan diagnosa. Menurut Bontrager (2010), tujuan dilakukannya proyeksi lateral adalah untuk menampakkan patologi fraktur, neoplasma dan osteitis, trauma rutine untuk menampakan tengkorak kanan dan kiri, untuk mengambarkan udara pada sinus spenoid. Sumber : http://sahabatafterego.blogspot.com/2013/11/prosedur-pemeriksaan-radiograf- cranium.html Foto lateral kepala dilakukan dengan kaset terletah sebelah lateral dengan sentrasi diluar kantus mata, sehingga dinding posterior dan dasar sinus maksila berhimpit satu sama lain. 4