2. PENDAHULUAN
Penyakit pada tonsil palatina (tonsil)merupakan permasalahan yang umum ditemukan
padaanak.Penderita tonsilitis merupakan pasien yang sering datang pada praktek dokter ahli
bagian telinga hidung tenggorok–bedah kepala dan leher (THT-KL), dokter anak, maupun
tempat pelayanan kesehatan lainnya.
Tonsilitis dapat disebabkan oleh bakteri, virus,dan penyebab infeksi maupun non infeksi
lainnya.Penatalaksanaan medikamentosa tonsilitis memerlukan pengetahuan yang baik
terhadap organisme penyebab infeksi.Menurut Hascelik dkk seperti dikutip Shaikh dkk,
Infeksi tonsilitis rekuren maupun tonsilitis kronis kebanyakan berasal dari bakteri yang
terdapat di parenkim tonsil dibanding dengan permukaan tonsil, sehingga swab dari
permukaan tonsil saja dapat menjadi keliru.Bakteri patogen di permukaan tonsil dapat
menyerang tonsil namun tidak dapat memprediksi bakteri patogen yang menginfeksi di dalam
inti tonsil.Walaupun sulit dijelaskan peranan bakteri anaerob pada tonsilitis, namun perlu
dipertimbangkan dalam penatalaksanaan tonsilitis.
Tonsilitis akut adalah radang akut yang disebabkan oleh kuman streptococcus beta
hemolyticus, streptococcus viridans dan streptococcus pyogenes, dapat juga disebabkan oleh
virus (Mansjoer, 2000).
1
3. ISI
A. ANATOMI TONSIL
Amandel atau tonsil merupakan kumpulan jaringan
limfoid yang banyak mengandung limfosit dan merupakan
pertahanan terhadap infeksi.Tonsil terletak pada
kerongkongan di belakang kedua ujung lipatan belakang
mulut. Ia juga bagian dari struktur yang disebut Ring of Waldeyer ( cincin waldeyer ). Kedua
tonsil terdiri juga atas jaringan limfe, letaknya di antara lengkung langit-langit dan mendapat
persediaan limfosit yang melimpah di dalam cairan yang ada pada permukaan dalam sel-sel
tonsil.3
Tonsil terdiri atas:
1. Tonsil fariengalis, agak menonjol keluar dari atas faring dan terletak di belakang koana
2. Tonsil palatina, dilapisi oleh epitel berlapis gepeng tanpa lapisan tanduk.
3. Tonsil linguais, epitel berlapis gepeng tanpa lapisan tanduk
Tonsil berfungsi mencegah agar infeksi tidak menyebar ke seluruh tubuh dengan cara
menahan kuman memasuki tubuh melalui mulut, hidung, dan kerongkongan, oleh karena itu
tidak jarang tonsil mengalami peradangan. Peradangan pada tonsil disebut dengan tonsilitis,
penyakit ini merupakan salah satu gangguan Telinga Hidung & Tenggorokan ( THT ).
Kuman yang dimakan oleh imunitas seluler tonsil dan adenoid terkadang tidak mati dan tetap
bersarang disana serta menyebabkan infeksi amandel yang kronis dan berulang (Tonsilitis
kronis). Infeksi yang berulang ini akan menyebabkan tonsil dan adenoid bekerja terus dengan
memproduksi sel-sel imun yang banyak sehingga ukuran tonsil dan adenoid akan membesar
dengan cepat melebihi ukuran yang normal.3
Tonsil mendapat pendarahan dari cabang-cabang A. karotis eksterna, melalui cabang-
cabangnya,yaitu :2
A. maksilaris eksterna (A. fasialis) dengan cabangnyatonsilaris dan A. palatina
asenden.
A. maksilaris interna dengan cabangnya A. palatinadesenden.
A. lingualis dengan cabangnya A. lingualis dorsal.
A. faringeal asenden.
2
4. Sumber perdarahan daerah kutub bawah tonsil:
Anterior : A. lingualis dorsal.
Posterior : A. palatina asenden.
Diantara keduanya: A. tonsilaris.
Sumber perdarahan daerah kutub atas tonsil:
faringeal asenden
palatina desenden.
Arteri tonsilaris berjalan ke atas pada bagian
luar otot konstriktor superior dan memberikan
cabang untuk tonsil dan palatum mole.Arteri palatina asenden, mengirimkan cabang-
cabangnya melalui otot konstriktor faring posterior menuju tonsil.Arteri faringeal asenden
juga memberikan cabangnya ke tonsil melalui bagian luar otot konstriktor faring
superior.Arteri lingualis dorsal naik ke pangkal lidah dan mengirim cabangnya ke tonsil,
plika anterior dan plika posterior.Arteri palatine desenden atau a. palatina posterior memberi
perdarahan tonsil dan palatum mole dari atas dan membentuk anastomosis dengan a. palatina
asenden. Vena-vena dari tonsil membentuk pleksus yang bergabung dengan pleksus dari
faring.2
Aliran getah bening dari daerah tonsil mengalir menuju rangkaian getah bening servikal
profunda (deep jugular node) bagian superior di bawah otot sternokleidomastoideus.Aliran
ini selanjutnya ke kelenjar toraks dan berakhir menuju duktus torasikus.Tonsil hanya
mempunyai pembuluh getah bening eferan dan tidak memiliki pembuluh getah bening aferen.
Persarafan tonsil bagian atas mendapat sensasi dari serabut saraf ke V melalui ganglion
sfenopalatina dan bagian bawah dari saraf glosofaringeus.2
B. HISTOLOGI
Secara mikroskopis tonsil memiliki tiga komponen yaitu jaringan ikat, jaringan
interfolikuler,jaringan germinativum.Jaringan ikat berupa trabekula yang berfungsi sebagai
penyokong tonsil.Trabekula merupakan perluasan kapsul tonsil ke parenkim tonsil.Jaringan
ini mengandung pembuluh darah, saraf, saluran limfatik efferent. Permukaan bebas tonsil
ditutupi oleh epitel statified squamous.2
Jaringan germinativum terletak dibagian tengah jaringan tonsil, merupakan sel induk
pembentukan sel-sel limfoid. Jaringan interfolikel terdiri dari jaringan limfoid dalam berbagai
tingkat pertumbuhan.2
3
5. C. ETIOLOGI
Tonsilitis bacterial supuratifa akut paling sering disebabkan oleh streptokokus beta
hemolitikus grup A, meskipun pneumokokus, stafilokokus dan Haemophilus Influenzae juga
virus pathogen yang dapat dilibatkan. Kadang-kadang streptokokus non hemolitikus atau
streptococcus viridans ditemukan dalam biakan, biasanya dalam kasus-kasus berat.
Streptokokus non hemolitikus dan streptococcus viridans mungkin dibiakkan dari
tenggorokan orang yang sehat, khususnya dalam bulan-bulan musim dingin, dan pada saat
epidemic infeksi pernapasan akut, streptokokus hemolitikus dapat ditemukan dalam
tenggorokan orang yang kelihatannya sehat.5
D. PATOFISIOLOGI
Bakteri atau virus memasuki tubuh melalui hidung atau mulut.Amandel atau tonsil
berperan sebagai filter, menyelimuti organisme yang berbahaya tersebut. Hal ini akan
memicu tubuh untuk membentuk antibody terhadap infeksi yang akan datang akan tetapi
kadang-kadang amandel sudah kelelahan menahan infeksi atau virus.3
Kuman menginfiltrasi lapisan epitel, bila epitel terkikis maka jaringan limfoid superficial
mengadakan reaksi.Terdapat pembendungan radang dengan infiltrasi leukosit poli
morfonuklear.Proses ini secara klinik tampak pada korpus tonsil yang berisi bercak kuning
yang disebut detritus. Detritus merupakan kumpulan leukosit, bakteri dan epitel yang
terlepas, suatu tonsillitis akut dengan detritus disebut tonsillitis falikularis, bila bercak
detritus berdekatan menjadi satu maka terjadi tonsillitis lakunaris.Tonsilitis dimulai dengan
gejala sakit tenggorokan ringan hingga menjadi parah.Pasien hanya mengeluh merasa sakit
tenggorokannya sehingga berhenti makan. Tonsilitis dapat menyebabkan kesukaran menelan,
panas, bengkak, dan kelenjar getahbening melemah didalam daerah sub mandibuler, sakit
pada sendi dan otot, kedinginan, seluruh tubuh sakit, sakit kepala dan biasanya sakit pada
telinga. Sekresi yang berlebih membuat pasien mengeluh sukar menelan, belakang
tenggorokan akan terasa mengental. Hal-hal yang tidak menyenangkan tersebut biasanya
berakhir setelah 72 jam.3
Bila bercak melebar, lebih besar lagi sehingga terbentuk membrane semu
(Pseudomembran), sedangkan pada tonsillitis kronik terjadi karena proses radang berulang
maka epitel mukosa dan jaringan limfoid terkikis. Sehingga pada proses penyembuhan,
jaringan limfoid diganti jaringan parut. Jaringan ini akanmengkerut sehingga ruang antara
4
6. kelompok melebar (kriptus) yang akan diisi oleh detritus, proses inimeluas sehingga
menembus kapsul dan akhirnya timbul perlengketan dengan jaringan sekitar fosa tonsilaris.
Pada anak proses ini disertai dengan pembesaran kelenjar limfe submandibula.3
E. KLASIFIKASI
Tonsilitis akut berdasarkan penyebab infeksi, yaitu:
1. Tonsilitis Viral
Tonsilitis yang disebabkan oleh virus.Gejala lebih menyerupai common cold yang
disertai rasa nyeri tenggorok.Penyebab yang sering Epstein Barr, influenza, para influenza,
coxasakie, echovirus, rhinovirus.Douglas seperti dikutip Kornbult menemukan bahwa
kebanyakan tonsilitis virus terjadi pada usia prasekolah sedangkan infeksi bakteri terjadi pada
anak yang lebih besar.1
2. Tonsilitis Bakterial
Tonsilitis akut bakterial paling banyak disebabkan Streptococcus β hemoliticus. Lebih
kurang 30%-40% tonsilitis akut disebabkan oleh Streptococcus β hemoliticus grup A. Brook
menyatakan dalam mendiagnosis tonsilitis keterlibatan Streptococcus β hemoliticus grup A
harus tetap dipertimbangkan disamping bakteri lain yang juga dapat ditemukan pada
pemeriksaan bakteriologi.1
Infiltrasi bakteri ke dalam jaringan tonsil akanmenimbulkan reaksi radang berupa
keluarnya leukosit polimorfonuklear sehingga terbentuk eksudat dikenal dengan
detritus.Eksudat yang terbentuk biasanya tidak melengket ke jaringan di bawahnya.Bentuk
tonsilitis akut dengan eksudat yang jelas disebut dengan tonsilitis folikularis. Bila eksudat
yangterbentuk membentuk alur-alur maka akan terjadi tonsilitis lakunaris.Infeksi tonsil dapat
juga melibatkan faring, seluruh jaringan limfoid tenggorok. Terlihat lidah kotor dan juga
lapisan mukosa tipis di rongga mulut.1
F. MANIFESTASI KLINIS
Tanda dan gejala Tonsilitis menurut( Smeltzer& Bare, 2000) ialah sakit tenggorokan,
demam, ngorok, dan kesulitan menelan. Sedangkan menurut Effiaty Arsyad Soepardi,dkk (
2007 ) tanda dan gejala yang timbul yaitu nyeri tenggorok, tidak nafsu makan, nyeri menelan,
kadang-kadang disertai otalgia, demam tinggi, serta pembesaran kelenjar submandibuler dan
nyeri tekan.1
5
7. G. DIAGNOSIS
Penderita tonsilitis akut awalnya mengeluh rasa kering di tenggorok.Kemudian berubah
menjadi rasa nyeri di tenggorok dan rasa nyeri saat menelan.Makin lama rasa nyeri ini
semakin bertambah nyeri sehingga anak menjadi tidak mau makan. Nyeri hebat ini dapat
menyebar sebagai referred pain ke sendi-sendi dan telinga. Nyeri pada telinga (otalgia)
tersebut tersebar melalui nervus glossofaringeus (IX).6
Keluhan lainnya berupa demam yang suhunya dapat sangat tinggi sampai menimbulkan
kejang pada bayi dan anak-anak.Rasa nyeri kepala, badan lesu dan nafsu makan berkurang
sering menyertai pasien tonsilitis akut.Suara pasien terdengar seperti orang yang mulutnya
penuh terisi makanan panas.Keadaan ini disebut plummy voice. Mulut berbau busuk (foetor
ex ore) dan ludah menumpuk dalam kavum oris akibat nyeri telan yang hebat (ptialismus).6
Pemeriksaan tonsilitis akut ditemukan tonsil yang udem, hiperemis dan terdapat detritus
yang memenuhi permukaan tonsil baik berbentuk folikel, lakuna, atau pseudomembran.Ismus
fausium tampak menyempit.Palatum mole, arkus anterior dan arkus posterior juga tampak
edema dan hiperemis. Kelenjar submandibula yang terletak di belakang angulus mandibula
terlihat membesar dan ada nyeri tekan.6
H. DIAGNOSIS BANDING
Infeksi Mononukleosis1
Dasar penyokong: ada gejala demam, nyeri tenggorokan, gejala disfagia dan badan terasa
lemah.
Dasar penolakan: tidak ada gejala bau mulut, tampilan faringoskopi normal, gambaran darah
yang khas terdapat leukosit mononukleus dalam jumlah besar dan etiologi dari virus Epstein
Barr.
Angina Plaut Vincent (stomatitis ulsero membranosa)1
Dasar penyokong: ada nyeri tenggorokan, bau mulut, serta badan yang terasa lemah.
Dasar penolakan: tidak ada disfagia, tampilan faringoskopi mukosa tonsil tampak putih
keabu-abuan dan tidak ada edema.
6
8. I. PEMERIKSAAN PENUNJANG
Tes Laboratorium3
Tes laboratorium ini digunakan untuk menentukan apakah bakteri yang ada dalam tubuh
pasien dengan tonsilitis merupakan bakterigrup A, kemudian pemeriksaan jumlah leukosit
dan hitung jenisnya, serta laju endap darah. Persiapan pemeriksaan yang perlu sebelum
tonsilektomi adalah :
1) Rutin : Hemoglobine, lekosit, urine.
2) Reaksi alergi, gangguan perdarahan, pembekuan.
3) Pemeriksaan lain atas indikasi (Rongten foto, EKG, gula darah, elektrolit, dan sebagainya
Kultur3
Kultur dan uji resistensi bila diperlukan.
J. PENATALAKSANAAN
Pada umumnya, penderita dengan tonsillitis akut serta demam sebaiknya tirah baring,
pemberian cairan yang adekuat, dan diet ringan.Aplikasi local seperti obat tenggorokan,
dianggap mempunyai arti yang relative kecil. Analgesic oral efektif dalam mengendalikan
rasa tidak enak.5
Terapi Antibiotik. Penisilin masih menjadi obat pilihan, kecuali kalau organismenya
resisten atau penderita sansitif terhadap penisilin.Pada kasus tersebut, eritromisin atau
antibiotic spesifik yang efektif melawan organisme sebaiknya digunakan.Pengobatan
sebaiknya dilanjutkan untuk seluruh perjalanan klinis – antara 5-10 hari. Suntikan dosis
tunggal 1,2 juta unit benzantine penisilin intramuscular juga efektif dan disukai jika terdapat
keraguan bahwa penderita telah menyelesaikan seluruh terapi antibiotic oral. Antipiretik, dan
obat kumur yang mengandung desinfektan juga bisa dipakai untuk terapi.5
K. KOMPLIKASI
Abses pertonsil1
Terjadi diatas tonsil dalam jaringan pilar anterior dan palatum mole, abses ini terjadi
beberapa hari setelah infeksi akut dan biasanya disebabkan oleh streptococcus group A.
7
9. Otitis media akut1
Infeksi dapat menyebar ke telinga tengah melalui tuba auditorius (eustochi) dan dapat
mengakibatkan otitis media yang dapat mengarah pada ruptur spontan gendang telinga
Mastoiditis akut1
Ruptur spontan gendang telinga lebih jauh menyebarkan infeksi ke dalam sel-sel mastoid
Laringitis3
Merupakn proses peradangan dari membran mukosa yang membentuk larynx. Peradangan
ini mungkin akut atau kronis yang disebabkan bisa karena virus, bakter, lingkungan, maupun
karena alergi
Sinusitis3
Merupakan suatu penyakit inflamasi atau peradangan pada satu atau lebih dari sinus
paranasal. Sinus adalah merupakan suatu rongga atauruangan berisi udara dari dinding yang
terdiri dari membran mukosa
Rhinitis3
Merupakan penyakit inflamasi membran mukosa dari cavum nasal dan nasopharynx
L. PROGNOSIS
Gejala tonsilitis akibat radang biasanya menjadi lebih baik sekitar 2 atau 3 hari setelah
pemberian antibiotik. Dapat berulang hingga menjadi kronis bila faktor predisposisi tidak
dihindari.4
8
10. PENUTUP
KESIMPULAN
Tonsilitis akut maupun kronis merupakan permasalahan kesehatan yang sering dijumpai
padapraktek dokter maupun pelayanan kesehatan lainnya.Tonsilitis disebabkan oleh berbagai
bakteri. Bakteri penyebab terbanyak dari berbagai literatur dikatakan adalah streptococcus β
haemolyticus group A, namun bisa juga disebabkan oleh pneumokokus, stafilokokus dan
Haemophilus Influenzae. Pemilihan antibiotik dalam penatalaksanaan tonsilitis perlu
memperhatikan bakteri penyebab sesuai dengan bukti empiris yang ada.Gejala tonsilitis
akibat radang biasanya menjadi lebih baik sekitar 2 atau 3 hari setelah pemberian antibiotik.
9
11. DAFTAR PUSTAKA
1. Rusmarjono, Soepardi EA. Faringitis, tonsilitis, dan hipertrofi adenoid. Dalam:
Soepardi EA, Iskandar N, Bashiruddin J, Restuti RD editors. Buku ajar ilmu
kesehatan telinga hidung tenggorok kepala & leher. Edisi 6. Balai Penerbit FKUI
Jakarta 2008: h. 217-25.
2. http://tht.fk.unand.ac.id/makalah/133-mikrobiologi-tonsilitis-kronis.html
3. http://digilib.unimus.ac.id/files/disk1/127/jtptunimus-gdl-sriwulansa-6326-2-babii.pdf
4. Mansjoer Arif, dkk, Kapita Selekta Kedokteran Jilid 1, Penerbit Media Aesculapius
Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, Jakarta, 2001.
5. Adam GL. Penyakit-penyakit nasofaring danorofaring. Dalam: Adam GL, Boies LR
Jr, Higler PAeditors. Boies Buku ajar penyakit THT. Edisi BahasaIndonesia, Alih
bahasa Wijaya C. Jakarta EGC.1997;320-55.
6. dr. Sri Herawati JPB, SpTHT & dr. Sri Rukmini, SpTHT. Penyakit Telinga Hidung
Tenggorok dalam Buku Ajar Ilmu Penyakit Telinga Hidung Tenggorok untuk
Mahasiswa Fakultas Kedokteran Gigi. drg. Lilian Juwono (editor). Jakarta : EGC.
2003.
10