Dokumen tersebut membahas definisi dan contoh kasus fraud. Secara ringkas, fraud didefinisikan sebagai tindakan yang disengaja untuk menipu dengan adanya unsur kerugian, pelaku, dan korban. Kasus Melinda Dee diberikan sebagai contoh fraud perbankan dengan modus menipu nasabah untuk mengalihkan dana mereka. Dokumen ini juga membahas faktor-faktor yang memicu terjadinya fraud serta undang-undang dan cara pencegahannya.
2. Assalamualaikum wr . Wb
KELOMPOK 7:
AKBAR LAHUDIN 12129395
ONNY OKTAVIANY 12124118
AGUS PRSETIYO 18120623
Rosmala yulianti 18120715
FARIDA FAJAR .N 12122874
SOPYAN NOVIYANA 18123603
3. I. DEFINISI & PENGERTIAN FRAUD
Pemalsuan (fraud) adalah proses pembuatan, beradaptasi, meniru atau
benda, statistik, atau dokumen-dokumen , dengan maksud untuk menipu.
Berdasarkan beberapa definisi tersebut di atas, dapat dilihat bahwa
fraud atau kecurangan memiliki 4 Kriteria yang harus dipenuhi, yaitu:
• Tindakan tersebut dilakukan oleh pelaku secara sengaja.
• Adanya korban.
• Korban menuruti kemauan pelaku.
• Adanya kerugian yang dialami oleh korban.
I. DEFINISI & PENGERTIAN FRAUD
Fraud (pemalsuan) adalah proses pembuatan, beradaptasi, meniru baik itu
benda, statistik, atau dokumen-dokumen , dengan maksud untuk menipu.
Berdasarkan defenisi dari The Institute of Internal Auditor (“IIA”), yang
dimaksud dengan Fraud adalah “An array of irregularities and illegal acts characterized by
intentional deception”: sekumpulan tindakan yang tidak diizinkan dan melanggar hukum
yang ditandai dengan adanya unsur kecurangan yang disengaja.
Secara garis besar Fraud dapat diartikan sebagai Penipuan, yang memiliki arti
keliru yang disengaja dan menyebabkan seseorang atau bisnis menderita kerusakan,
salah satu contohnya adalah bentuk kerugian moneter.
Berdasarkan definisi tersebut di atas, dapat dilihat bahwa fraud atau kecurangan
memiliki empat Kriteria yaitu :
Tindakan tersebut dilakukan oleh pelaku secara sengaja
Adanya korban
Korban menuruti kemauan pelaku
Adanya kerugian yang dialami oleh korban
4. II. CONTOH KASUS
CONTOH KASUS PENCUCIAN UANG MALINDA DEE
Si cantik nan seksi Melinda dikabarkan bisa melakukan kejahatan perbankan tersebut
karena memiliki modus yang rapih. Melinda melakukan kejahatannya dengan melakukan pertemuan
dengan nasabahnya, dipertemuannya itulah, dia meminta nasabahnya yang merupakan perusahaan
besar untuk menandatangani dokumen kosong.
Dia juga memanfaatkan kecantikannya untuk merayu nasabah agar calon korban itu mau
mempercayakan uangnya untuk dikelola sebagai investasi oleh tersangka. Selain menggelapkan uang
nasabahnya tanpa sepengetahuan pemilik rekening, Melinda diduga kerap melakukan pembobolan
dana Citibank dengan cara menipu.
Berikut ini sejumlah barang bukti yang berhasil ditemukan aparat
kepolisian, diantaranya mobil Hummer keluaran 2010 yang dibeli secara kredit dengan uang muka Rp
310 juta yang dibayarkan dari salah satu nasabah tersebut. Kemudian, mobil Mercedes 2010 yang
dibeli secara kredit dengan uang muka Rp 246 juta yang juga dibayar dari dana nasabah.
Kemudian, mobil Ferari tahun 2010 atas nama Malinda Dee dan Ferari tahun 2010.
5. Barang bukti lain terdiri dari 29 formulir transfer tersangka juga membeli sebuah
apartemen di kawasan SCBD secara kredit Kasus yang melibatkan Melinda Dee membuka tabir
kejahatan kerah putih (white collar crime) dalam dunia perbankan. Model kejahatan kerah putih ini
merupakan evolusi tindak kejahatan dalam dunia moderen.
Dalam sejarahnya di negara-negara maju, kejahatan ini disebut sebagai business crime
atau economic criminality. Hal ini karena pelaku kejahatan ini banyak melibatkan para
pengusaha, pegawai perbankan, lembaga keuangan dan para pejabat. Pada awalnya kejahatan kerah
putih banyak terjadi dalam birokrasi pemerintahan.
Modusnya adalah dengan memanfaatkan kerumitan dan ketertutupan birokrasi. Kerumitan itulah yang
menjadi lahan subur untuk dimanipulasi menjadi tindak kejahatan seperti korupsi dan suap.
Kasus Melinda Dee merupakan modus kejahatan kerah putih yang semakin canggih lagi.
Tindakan tersebut dilakukan dalam jaringan teknologi mutakhir. Dengan penerapan sistem
komputerisasi, dunia perbankan menjadi lahan subur bagi praktik kejahatan seperti ini. Kejahatan
model ini merupakan gejala masyarakat industri.
Penggunaan teknologi dalam masyarakat industri selain semakin efesien, juga memberi
efek negatif terutama dengan semakin efesiennya kejahatannya juga. Pada masyarakat yang ter-
computerized, pencurian dapat dilakukan hanya dengan memijit tombol-tombol keyboard komputer
yang terkoneksi pada jaringan internet. Maka dalam jaringan sistem perbankan, seorang Melinda
dapat dengan aman mengalihkan miliaran uang nasabah pada rekeningnya sendiri.
6. Sementara itu, jaksa menjerat Melinda dengan pasal berlapis, yaitu pasal dalam
Undang-Undang Perbankan dan pasal Undang-Undang Tindak Pidana Pencucian Uang. Pertama, dia
dijerat Pasal 49 ayat 1 dan 2 Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1992 sebagaimana diubah dengan
Undang-Undang Nomor 10 Tahun 1998 tentang Perbankan juncto Pasal 55 ayat 1 dan pasal 65
KUHP.
Kedua, Pasal 3 ayat 1 Undang-Undang Nomor 15 Tahun 2002 sebagaimana diubah
dengan Undang-Undang No 25 Tahun 2003 tentang Pidana Pencucian Uang juncto Pasal 65 KUHP.
Ketiga, Pasal 3 Undang-Undang No 8 Tahun 2010 tentang Pencegahan dan Pemberantasan Tindak
Pidana Pencucian Uang juncto Pasal 65 ayat 1 KUHP. Ancamannya adalah 15 tahun penjara.
Kasus ini masih akan berlanjut di tahun 2012 karena semua terdakwa masih menjalani
persidangan di Pengadilan Negeri Jakarta Selatan. Belum satu pun dari mereka yang dijatuhi vonis
oleh hakim. Proses persidangan bisa saja berlanjut hingga beberapa tahun ke depan jika
persidangan berlanjut ke tingkat Mahkamah Agung.
Selain itu ia juga dikenakan pasal 27 Juncto pasal 45 UU nomor 11 tahun 2008 tentang
informasi dan transaksi elektronik (ITE) dan atau pasal 310 , 311 KUHP.
7. III. FAKTOR PEMICU TERJADINYA FRAUD
Pada umumnya Fraud terjadi karena tiga hal yang mendasarinya terjadi secara bersama, yaitu:
Insentif atau tekanan untuk melakukan Fraud
Peluang untuk melakuakn Fraud
Sikap atau rasionalisasi untuk membenarkan tindakan Fraud.
Ketiga faktor tersebut digambarkan dalam segitiga fraud (Fraud Triangle) berikut:
1. Opportunity
Opportunity biasanya muncul sebagai akibat lemahnya pengendalian internal di organisasi
tersebut. Terbukanya kesempatan ini juga dapat menggoda individu atau kelompok yang sebelumnya tidak
memiliki motif untk melakukan fraud.
2. Pressure
Pressure atau motivasi pada sesorang atau individu akan memebuat mereka mencari kesempatan
melakukan fraud, beberapa contoh pressure dapat timbul karena masalah keuangan pribadi, Sifat-sifat
buruk seperti berjudi, narkoba, berhutang berlebihan dan tenggat waktu dan target kerja yang tidak
realistis.
3. Rationalization
Rationalization terjadi karena seseorang mencari pembenaran atas aktifitasnya yang
mengandung fraud. Pada umumnya para pelaku fraud meyakini atau merasa bahwa tindakannya bukan
merupakan suatu kecurangan tetapi adalah suatu yang memang merupakan haknya, bahkan kadang pelaku
merasa telah berjasa karena telah berbuat banyak untuk organisasi. Dalam beberapa kasus lainnya terdapat
pula kondisi dimana pelaku tergoda untuk melakukan fraud karena merasa rekan kerjanya juga melakukan hal
yang sama dan tidak menerima sanksi atas tindakan fraud tersebut.
8. IV. KEBIJAKAN HUKUM DALAM
UNDANG - UNDANG
Kejahatan Komputer adalah bentuk kejahatan yang menimbulkan dampak yang sangat
luas karena tidak saja dirasakan secara nasional tetapi juga internasional, oleh sebab itu wajar
apabila dikatagorikan sebagai kejahatan yang sifatnya internasional berdasarkan United Nation
Convention Against Transnational Organized Crime (Palermo Convention, November 2000 dan
Deklarasi ASEAN 20 Desember 1997 di Manila).Undang-Undang Informasi dan Transaksi
Elektronik (UU ITE) resmi disahkan di DPR-RI pada Selasa 25 Maret 2008.
Berikut ini adalah undang – undang mengenai cyber crime khususnya fraud :
Undang-Undang No.11 Tahun 2008 Tentang Internet & Transaksi
Elektronik (ITE).
Kitab Undang Undang Hukum Pidana.
Undang-Undang No.19 Tahun 2002 tentang Hak Cipta.
Undang-Undang No.36 Tahun 1999 tentang Telekomunikasi.
Undang-Undang No.8 Tahun 1997 tentang Dokumen Perusahaan.
Undang-Undang No.25 Tahun 2003 tentang Perubahan atas Undang-
Undang No.15 Tahun 2002 tentang Tindak Pidana Pencucian Uang.
.
9. v. MENGAPA FRAUD
TERJADI?
Fraud bisa terjadi karena adanya kesempatan. Kesempatan ini
terjadi akibatnya lemahnya pengawasan ataupun lemahnya peraturan. Setiap
tindak kejahatan selalu terjadi karena adanya pelaku dan ada kesempatan
untuk melakukannya. Dari segi pelaku, karena ada motivasi untuk berbuat
kecurangan yang bisa disebabkan oleh banyak faktor. Faktor itu mungkin
saja karena rasa frustasi yang terakumulasi, karena misalnya sulitnya
promosi atau naik pangkat dan jabatan, jenjang karir yang tidak
jelas, manajemen yang kaku dan lain sebagainya. Bisa juga karena
termotivasi untuk kaya secara mendadak ataupun untuk menyenangkan
keluarga walaupun itu diluar kemampuannya.
10. VI. CARA PENCEGAHAN TERJADINYA
FRAUD
Cara Pencegahan Agar Tidak Terjadi Fraud adalah sebagai berikut :
Verify your Account.
If you don’t respond within 48 hours, your account will be closed.
Valued Customer.
Click the Link Below to gain access to your account.
Pencegahan fraud bisa dianalogikan dengan penyakit, yaitu lebih baik dicegah dari
pada diobati. Jika menunggu terjadinya fraud baru ditangani itu artinya sudah ada kerugian
yang terjadi dan telah dinikmati oleh pihak terntu, bandingkan bila kita berhasil
mencegahnya, tentu kerugian belum semuanya beralih ke pelaku fraud tersebut. Dan
bila fraud sudah terjadi maka biaya yang dikeluarkan jauh lebih besar untuk memulihkannya
daripada melakukan pencegahan sejak dini.