SlideShare a Scribd company logo
1 of 30
Download to read offline
Karya Tulis Ilmiah, Fak. Hukum UNIB 2012




 TINDAK PIDANA PENCUCIAN UANG DIKAITKAN DENGAN PRINSIP
MENGENAL NASABAH (KNOW YOUR CUSTOMER) PADA PERUSAHAAN
         ASURANSI JIWA BERSAMA BUMIPUTERA 1912

                                           Oleh:
                                    Asef Adianto


                                     ABSTRAK

Pencucian uang telah berkembang dengan cepatnya pada perusahaan asuransi. Baik
itu dana hasil penipuan asuransi yang dicuci melalui Penyedia Jasa Keuangan lain
maupun perusahaan asuransi dijadikan wadah pencucian uang. Dengan adanya
Prinsip Mengenal Nasabah (Know Your Customer Principles) atau yang biasa disebut
KYC dan terbentuknya PPATK diharapkan tindak pidana pencucian uang bisa
dicegah dan diberantas. Prinsip Mengenal Nasabah merupakan prinsip yang
diterapkan Perusahaan Asuransi Jiwa Bersama 1912 untuk mengetahui informasi-
informasi mengenai latar belakang dan identitas calon nasabah, termasuk pelaporan
transaksi keuangan mencurigakan dan transaksi keuangan tunai yang kemungkinan
terjadinya tindak pidana pencucian uang. Tujuan dari pelaksanaan penerapan prinsip
mengenal nasabah sebagai upaya untuk menciptakan industri keuangan pada
perusahaan asuransi yang sehat serta terlindungi dari disalahgunakannya untuk
kejahatan keuangan, termasuk pencucian uang, baik yang dilakukan secara langsung
maupun tidak langsung oleh pelaku kejahatan. Metode yang digunakan dalam
penulisan hukum ini adalah metode penelitian hukum empiris. Penelitian empiris
dilakukan dengan melakukan wawancara dengan pihak Asuransi Jiwa Bersama
Bumiputera 1912 dan beberapa nasabah terkait dengan pelaksanaan penerapan prinsip
mengenal nasabah. Metode penentuan informan pada penelitian ini menggunakan
metode purposive dan snowball sampling. Hasil penelitian menunjukan bahwa
pelaksanaa pengaturan prinsip mengenal nasabah menjadi point penting pada
perusahaan Asuransi Jiwa Bersama Bumiputera 1912. Pelaksanaan penerapan prinsip
mengenal nasabah pada perusahaan Asuransi Jiwa Bersama 1912 belum berjalan
secara efektif dan konsisten, terdapat beberapa prosedur-prosedur yang tidak
dilaksanakan sehingga masih terdapat celah bagi pelaku kejahatan untuk melakukan
tindak pidana pencucian uang. Pelaksanaan penerapan prinsip mengenal nasabah
pada Perusahaan Asuransi Jiwa Bersama 1912 masih terdapat beberapa faktor
penghambat baik dari aspek hukum maupun dari aspek non hukum.
Karya Tulis Ilmiah, Fak. Hukum UNIB 2012




PENDAHULUAN
         Masalah kriminalitas merupakan salah satu hal yang turut berkembang
dengan pesat, namun perangkat hukum untuk mencegah dan memberantas
kriminalitas itu sendiri belum memadai dan masih tertinggal jauh, sehingga berbagai
jenis kejahatan baik yang dilakukan oleh perorangan, kelompok ataupun korporasi
dengan mudah terjadi dan menghasilkan harta kekayaan dalam jumlah besar.
Kejahatan–kejahatan tersebut tidak hanya dilakukan dalam batas wilayah suatu
negara, namun meluas melintasi batas wilayah negara lain sehingga sering disebut
transnational crime.1 Kejahatan nasional dan transnational, harta kekayaan dari hasil
kejahatan biasanya oleh pelaku disembunyikan kemudian dikeluarkan lagi seolah-
olah dari hasil legal hal inilah yang sering dikenal dalam dunia internasional dengan
istilah pencucian uang atau money laundering.
         Perkembangannya, kasus pencucian uang di negara Indonesia maupun di
negara-negara lain cukup variatif sesuai dengan kharakteristik tindak pidana di
masing-masing negara yang bersangkutan. Di Indonesia, kasus pencucian uang
semakin meningkat dari tahun ke tahun.
         Berdasarkan statistik Pelaporan dan Analisis Transaksi Keuangan sampai
dengan periode maret 2012 jumlah laporan yang diterima PPATK mencapai
10.822.052 laporan.2 Salah satu contoh kasus dengan menjadikan perusahaan asuransi
tempat melakukan pencucian uang dari uang hasil kejahatan yang terjadi di Indoensia
yaitu penggelapan dana nasabah prioritas Citibank:
         “Tersangka kasus penggelapan dana nasabah prioritas Citibank atas
         nama Malinda Dee, memiliki 30 rekening. Hasil penelusuran Pusat
         Pelaporan dan Analisis Transaksi Keuangan (PPATK), rekening-
         rekening itu tercecer di delapan bank dan dua perusahaan asuransi. Dua
         rekening asuransi, dalam bentuk asuransi unit link, Asuransi ini
         merupakan gabungan dari investasi dan asuransi jiwa. Modus yang

         1
             Tb. Irman, 2006, Hukum Pembuktian Pencucian Uang, Bandung, MQS Publishing, hal. 1
         2
          PPATK, 2012, Statistik Pelaporan dan Transaksi Keuangan Bulan Maret 2012. http://
www.ppatk.co.id, diakses Hari Selasa tanggal 29 bulan Mei tahun 2012.
Karya Tulis Ilmiah, Fak. Hukum UNIB 2012




         dilakukan Malinda dengan cara mengambil uang dari rekening
         nasabah. Menurut Yunus Husein kepala PPATK, tindakan mantan Vice
         President Relationship Citibank ini melanggar Undang-undang Nomor
         8 Tahun 2010 tentang Pencegahan dan Pemberantasan Tindak Pidana
         Pencucian Uang. Aksi mulusnya ternyata tak lepas dari banyaknya
         kartu identitas Malinda. Menurut PPATK, mantan manajer Citibank itu
         punya empat kartu identitas Kartu Tanda Penduduk (KTP). "Informasi
         ini didapat dari delapan bank dan dua perusahaan asuransi.”3

         Pusat     Pelaporan     dan     Analisis     Transaksi     Keuangan       (PPATK)
mengungkapkan laporan mengenai transaksi keuangan mencurigakan (LTKM) dari
perusahaan asuransi sampai saat ini belum menunjukkan perkembangan yang
signifikan. Dari data tiga tahun terakhir selama 2009 jumlah perusahaan asuransi
yang lapor baru sebanyak 31 laporan. Tercatat jumlah Laporan Transaksi Keuangan
Mencurigakan mencapai 2.132. Sedikit meningkat di tahun 2010 yang lapor sebanyak
34 perusahaan asuransi dengan jumlah 2.939. Dan tahun 2011 sampai Mei yang lapor
baru 37 perusahaan asuransi dengan 2.531 Laporan Transaksi Keuangan
Mencurigakan.4 Hal ini telah mencerminkan kondisi yang sesungguhnya apabila
mempertimbangkan tingkat kejahatan yang menghasilkan uang di Indonesia, seperti
korupsi dan penggelapan. Penyedia Jasa Keuangan seperti pada perusahaan asuransi
sangat mudah bagi para pelaku kejahatan untuk melakukan pencucian uang dari uang
yang berasal dari kejahatan, karena sistem keamanan pada perusahaan asuransi masih
tergolong lemah dan belum berjalan secara online antar perusahaan-perusahaan
asuransi yang ada di Indonesia baik skala kecil maupun skala besar.
         Masalah money laundering telah dikenal sejak lama yaitu tahun 1930 di
Amerika Serikat, yaitu ketika mafia membeli perusahaan yang sah dan resmi sebagai
salah satu strateginya. Investasi terbesar adalah usaha pencucian pakaian atau disebut

         3
           Wawancara dengan Staf bagian Kepatuhan, SOP, dan PMN Departemen Manajemen
Resiko AJB Bumiputera 1912, Ardi Stefanus, Pada hari Kamis tanggal 5 Juli Tahun 2012, di Wisma
AJB Bumiputera 1912 Lt.19, Jl. Jend. Sudirman Kav. 75, Jakarta.
             4
             Idris Rusadi Putra. PPATK: Asuransi Malas Beberkan Transaksi Mencurigakan.
http//:www.okezone.com. Diakses pada hari Rabu Tanggal 24 bulan Oktober tahun 2012.
Karya Tulis Ilmiah, Fak. Hukum UNIB 2012




laundromats yang ketika itu terkenal di Amerika Serikat. Usaha pencucian pakaian
ini berkembang maju dan berbagai perolehan uang hasil kejahatan seperti dari cabang
usaha lainnya ditanamkan ke perusahaan pencucian pakaian ini, seperti uang hasil
minuman keras legal, hasil perjudiaan, dan hasil usaha pelacuran.5 Pada hal ini tindak
pidana pencucian uang semakin mendapat perhatian khusus dari kalangan, yang
bukan saja dalam skala nasional, tetapi juga internasional melalui kerja sama antar
negara-negara. Tindak pidana pencucian uang dari waktu ke waktu semakin marak,
sehingga banyak negara-negara menetapkan sistem hukumnya untuk menetapkan
sebagai kejahatan yang harus diberantas. Dampak negatif yang ditimbulkan secara
langsung maupun tidak langsung dari tindak pidana pencucian uang yaitu salah
satunya terhadap perekonomian suatu negara. Sehingga negara-negara di dunia dan
organisasi internasional termotivasi serius untuk mencegah dan memberantas tindak
pidana pencucian uang.
           Tahun 1988 diadakan konvensi internasional dalam upaya pencegahan dan
pemberantasan pencucian uang yang sudah tergolong pula sebagai kejahatan
internasional yaitu UN Drug Convention.6 Kemudian untuk menindaklanjuti konvensi
tersebut, pada bulan juli 1989 di Paris, Perancis dibentuklah FATF yaitu Financial
Action Task Force, sebuah organisasi yang membebaskan Bank dari Praktek money
laundering.
           Pentingnya pencegahan dan pemberantasan pencucian uang pada lembaga
perbankan dan penyedia jasa keuangan non bank karena dampaknya tidak hanya
merugikan keuangan negara, tetapi juga memberikan dampak bagi stabilitas nasional.
Secara umum ada beberapa alasan mengapa pencucian uang (money laundering)
diperangi dan dinyatakan sebagai tindak pidana, yaitu:
           1. Pengaruh money laundering pada sistem keuangan ekonomi diyakini
              berdampak negatif bagi perekonomian dunia. Fluktuasi yang tajam

           5
               Adrian Sutedi, 2008, Tindak Pidana Pencucian Uang, Bandung, PT Citra Aditya Bakti,
hal. 1-2
           6
               Ibid, hal.15.
Karya Tulis Ilmiah, Fak. Hukum UNIB 2012




            pada nilai tukar dan suku bunga merupakan bagian dari akibaat
            negatif dari pencucian uang. Dengan adanya berbagai dampak
            negatif itu diyakini, bahwa money laundering dapat mempengaruhi
            perekonomian dunia;
         2. Dengan dinyatakan money laundering sebagai tindak pidana akan
            lebih memudahkan bagi aparat penegak hukum untuk menyita hasil
            tindak pidana yang kadangkala sulit disita, misalnya, asset yang
            susah dilacak atau dipindahtangankan kepada pihat ketiga, dengan
            ini maka pemberantasan tindak pidana sudah berailh orientasinya
            dari “menindak pelakunya” kearah menyita “hasil tindak pidana”;
         3. Dengan dinyatakan money laundering sebagai tindak pidana dan
            dengan adanya sistem pelaporan transaksi dalam jumlah tertentu dan
            traksaksi yang mencurigakan, maka hal ini lebih memudahkan bagi
            para penegak hukum untuk menyelidiki kasus pidana sampai kepada
            tokoh-tokoh yang ada dibelakangnya.7

         Peraktiknya, banyak dana potensial yang dimanfaatkan secara optimal
karena pelaku money laundering sering melakukan “steril investment” misalnya
dalam investasi di bidang property pada negara-negara yang mereka anggap aman
walaupun dengan melakukan hal itu hasil yang diperoleh lebih rendah.8 Berdasarkan
statistic Internasional Monetary Fund (IMF), hasil kejahatan yang dicuci melalui
bank diperkirakan hampir mencapai nilai sebesar US$ 1.500 miliar per tahun.
Sementara itu, menurut Associated Press, kegiatan pencucian uang hasil perdagangan
obat bius, prostitusi, korupsi dan kejahatan lainnya sebagian besar diproses melalui
perbankan untuk kemudian dikonversikan menjadi dana legal dan diperkirakan
kegiatan ini mampu menyerap nilai US$ 600 miliar per tahun. Ini berarti sama
dengan 5% GDP dunia. Selain itu, menurut Financial Action Task Force (FATF),
perkiraan atas jumlah uang yang dicuci setiap tahun di seluruh dunia dari
perdagangan gelap narkotika berkisar antara US$ 300 miliar sampai US$ 500 miliar.9

         7
             Yunus Husein, 2007, Bunga Rampai Anti Pencucian Uang, Jakarta: Book Terrace &
Library, hal. 262.
         8
           Bismar Nasution, 2005, Rejim Anti-Money laundering di Indonesia. Bandung:: Pusat
Informasi Hukum Indonesia, hal. 1

         9
             Adrian Sutedi, Op.Cit, hal.2-3.
Karya Tulis Ilmiah, Fak. Hukum UNIB 2012




         Biasanya pelaku kejahatan pencucian uang pada perusahaan asuransi
menggunakan modus-modus yang canggih agar sulit ditelursuri. Pada dasarnya
kejahataan pencucian uang pada perusahaan asuransi bisa dilakukan oleh orang dalam
perusahaan maupun orang luar atau tertanggung. Terkadang kejahatan asuransi ini
juga dipelopori oleh pihak perantara yaitu agen maupun broker pada perusahaan
asuransi.10 Kejahatan pencucian uang yang terjadi pada perusahaan asuransi antara
lain dilakukan dengan melakukan pembayaran polis yang nilainya jauh diatas
kemampuan yang wajar, investasi dalam bentuk proteksi asset, penggelapan premi
asuransi, dan lump sum inverstment (investasi dalam jumlah besar) melalui produk-
produk yang likuid terutama yang bernilai besar.
         Produk asuransi seperti single premium insurance bond, yang akhir-akhir ini
popular, disinyalir banyak dibeli oleh para pencuci uang untuk dijual kembali dengan
harga diskon, sehingga sisa nilainya dapat mereka peroleh dalam bentuk cek yang
bersih (sanitized check) dari suatu perusahaan asuransi. Para pencuci uang tertarik
untuk membeli produk asuransi dimaksud adalah karena single premium insurance
bond dapat pula digunakan sebagai jaminan untuk memperoleh pinjaman dari
lembaga-lembaga keuangan. Salah satu permasalahan pokok pada industri asuransi
adalah bahwa produk-produk asuransi dalam persentase yang cukup signifikan dijual
melalui lembaga intermediasi, sehingga para pialang (brokers) seringkali merupakan
satu-satunya penghubung (personal contact) dengan nasabah.11
         Agar sistem penyedia jasa keuangan non bank tidak digunakan sebagai
sarana pencucian uang. Maka pemerintah melalui Menteri Keuangan dikeluarkanlah
ketentuan mengenai Penerapan Prinsip Mengenal Nasabah (Know Your Cutomer)
untuk lembaga keuangan non bank yang terdapat dalam Peraturan Menteri Keuangan
Nomor 30/ PMK.010/2010. Adanya penerapan prinsip Know Your Customer dan

         10
            Fahmi Aulia, Waspadai Merebaknya Insurance Fraudulent, Jurnal Uang dan bank,
Nomor 5, Maret 2005, hal. 49.
         11
             Edi Nasution, 2011, Memahami Praktik Pencucian Uang Hasil Kejahatan (Money
Laundering), hal. 17
Karya Tulis Ilmiah, Fak. Hukum UNIB 2012




terbentuknya PPATK ini diharapkan tindak pidana pencucian uang bisa dicegah dan
diberantas terutama pada sektor lembaga keuangan. Akan tetapi dalam pratiknya
sendiri, penerapan Prinsip Know your Customer pada perusahaan asuransi masih
belum terlaksana dengan baik. Baik itu yang dilakukan oleh perusahaan itu sendiri
maupun dari pihak lain yakni PPATK dan Direktorat Jenderal Menteri keuangan yang
saling taerkait dan berkoordinasi di dalam penerapan pelaksanaan Prinsip Know Your
Customer.
        Berdasarkan paparan di atas, prinsip Know Your Customer sangat diperlukan
sebagai upaya pencegahan pencucian uang pada perusahaan asuaransi dan dalam
menjalankan usahanya agar kepentingan nasabah dan perusahaan asuransi
terlindungi. Untuk mengguraikan masalah ini penulis meneliti pada salah satu
Perusahaan Asuransi yang telah lama berdiri yaitu AJB Bumiputera 1912 dan melalui
penulisan hukum yang berjudul: “Tindak Pidana Pencucian Uang dikaitkan
Dengan Prinsip Mengenal Nasabah (Know Your Customer) Pada Perusahaan
Asuransi Jiwa Bersama Bumiputera 1912”.


RUMUSAN MASALAH
        Berdasarkan uraian sebagaimana yang telah dijelaskan pada latar belakang
sebelumnya perlu dilakukan penelitian yang berkaitan tentang:
    1. Bagaimanakah pelaksanaan peraturan Prinsip Mengenal Nasabah (Know
        Your Customer) pada perusahaan AJB Bumiputera 1912 dalam upaya
        pencegahan dan pemberantasan tindak pidana pencucian uang ?
    2. Apa saja faktor penghambat dalam pelaksanaan Prinsip Mengenal Nasabah
        (Know Your Customer) pada perusahaan AJB Bumiputera 1912 ?
Karya Tulis Ilmiah, Fak. Hukum UNIB 2012




METODE PENELITIAN
                 Jenis penelitian yang digunakan peneliti jenis penelitian hukum
          empiris, penelitian ini dilakukan dengan melakukan wawancara dengan
          pihak asuransi dan beberapa nasabah terkait dengan penerapan prinsip
          mengenal nasabah (know your customer). Dalam penelitian hukum empiris,
          data yang dipergunakan adalah data primer.12 Dalam penelitian hukum ini
          menggunakan analisis atau penafsiran data kualitatif. Data yang primer dan
          data sekunder yang telah disusun secara sistematis kemudian di analisis
          secara perspektif dengan menggunakan metode deduktif dan induktif.
          Metode      deduktif     dilakukan      dengan      membaca,       menafsirkan,      dan
          membandingkan apa yang dinyatakan informan13 secara lisan dan prilaku
          nyata dari informan yang diamati, sedangkan metode induktif dilakukan
          dengan menterjemahkan berbagai sumber yang berhubungan dengan
          penulisan hukum ini sehingga diperoleh kesimpulan yang sesuai dengan
          tujuan penelitian yang telah dirumuskan.




          12
             Soerjono soekanto dan Sri Mamuji, Penelitian Hukum Normatif Suatu Tinjauan Singkat,
Rajawali, Jakarta, Hal 14 dan Hal 24. Lihat juga Soenaryati Hartono, Penelitian Hukum Di Indonesia
Data Akhir Abad ke-20, Bandung, Alumni, 1994, Hal 151.
          13
            Informan adalah orang yang memberikan informasi mengenai sikap, tindakan, persepsi,
tanggapan atau segala sesuatu tentang orang yang memiliki hubungan tertentu dengan dirinya.
Karya Tulis Ilmiah, Fak. Hukum UNIB 2012




HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Pelaksanaan Pengaturan Prinsip Mengenal Nasabah (Know Your Customer)
    Pada Perusahaan AJB Bumiputera 1912 Dalam Upaya Pencegahan dan
    Pemberantasan Tindak Pidana Pencucian uang
             Dalam pelaksanaan Prinsip Mengenal Nasabah pada Perusahaan Asuransi
    khususnya AJB Bumiputera 1912 dapat dijabarkan dalam beberapa hal sebagai
    berikut:
    1.         Prosedur Identifikasi dan Verifikasi Nasabah
                Prinsip Mengenal Nasabah (PMN) harus dilakukan sejak proses
         registrasi/penerimaan seseorang nasabah baru dan dilanjutkan secara
         berkesinambungan selama nasabah tersebut menjadi nasabah AJB Bumiputera
         1912. Proses mendapatkan identitas nasabah dan penerimaan sampai
         disahkannya seorang nasabah harus melalui tahap-tahap yang telah ditetapkan
         secara khusus oleh perusahaan AJB Bumiputera 1912.


         a. Upaya Untuk Mendapatkan Identitas Nasabah
                   Pihak AJB Bumiputera 1912 harus memproleh keyakinan mengenai
           identitas nasabah baik perorangan maupun perusahaan atau korporasi serta
           nasabah bertindak dan atas nama pihak lain dan melakukan verifikasi
           terhadap identitas nasabah. Sejak dimulainya hubungan usaha pihak AJB
           Bumiputera 1912 mengharuskan adanya pertemuan dengan nasabah (face
           to face meeting), dengan demikian dapat membuktikan identitas nasabah
           sesuai dengan dokumen pendukungnya (verifikasi fisik). Perusahaan AJB
           Bumiputera 1912 wajib melakukan pengkinian data nasabah terhadap
           setiap perubahan yang berkaitan dengan identitasnya. Proses pengkinian
           merupakan bagian dari prosedur pelaksanaan Prinsip Mengenal Nasabah
           untuk melindungi Perusahaan AJB Bumiputera 1912 agar tidak
           dimanfaatkan sebagai sarana Pencucian uang (Money Laundering). Apabila
           prosedur identifikasi dan verifikasi telah dilaksanakan secara lengkap,
Karya Tulis Ilmiah, Fak. Hukum UNIB 2012




              perusahaan asuransi tidak perlu meminta informasi tambahan kepada
              nasabah apabila yang bersangkutan melakukan hubungan usaha atau
              transaksi lainnya dengan perusahaan asuransi lainnya.
                     Ike Anggraini mengatakan,14 untuk mendapatkan identitas nasabah
              perorangan dan nasabah Perusahaan/Lembaga/Institusi baik itu nasabah
              beresiko tinggi (high risk customer) dari segi keuangan (finansial) dengan
              cara melakukan pengisian formulir atau lembar wawancara produksi baru,
              dalam lembar tersebut telah memuat latar belakang dan identitas calon
              nasabah, maksud dan tujuan nasabah melakukan perikatan, profil
              keuangan, identitas penerima kuasa, informasi lain yang memungkinkan
              pihak asuransi dapat mengetahui profil calon nasabah serta dokumen
              pendukung untuk keperluan Prinsip Mengenal Nasabah (PMN). Perusahaan
              wajib meminta dokumen pendukung untuk keperluan Prinsip Mengenal
              Nasabah (PMN) apabila pemilik dana adalah pemegang polis maupun
              pemilik dana bukan pemegang polis (Beneficial Owner).
                     Ike Anggraini mengatakan, Berdasarkan dokumen pendukung
              yang telah disampaikan oleh calon nasabah, petugas frontliner (agen dan
              agen koordinator) wajib meneliti kebenaran dan keabsahan dokumen
              pendukung tersebut dengan cara mencocokan dokumen pendukung dengan
              dokumen aslinya, dan bentuknya tidak meragukan. Setelah itu petugas
              frontliner menyerahkan dokumen pedukung tersebut kepada Kepala
              Cabang yang akan diperiksa ulang dengan cara:
                     - Melakukan pemeriksaan kelengkapan data yang diisi dan
                        kelengkapannya dokumen pendukung yang dibutuhkan,
                     - Meminta dokumen lain yang dikeluarkan oleh pihak yang
                        berwenang,

         14
            Wawancara dengan Staf bagian Administrasi Produksi, Ike Anggraini, Pada hari Rabu
tanggal 29 Agustus tahun 2012, di Kantor Bumiputera 1912 Cabang Bengkulu.
Karya Tulis Ilmiah, Fak. Hukum UNIB 2012




                      - Melakukan pemeriksaan silang dari berbagai informasi yang
                        disampaikan oleh calon nasabah,
                      - Melakukan penelaahan mengenai benficial owner,
                      - Melakukan pengkinian data dalam hal apabila terdapat
                        perubahan terhadap dokumen – dokumen.
                      Ike Anggraini menambahkan, setelah mencocokan dokumen
               pendukung dengan dokumen aslinya telah dilakukan maka dokumen
               tersebut akan berlanjut dan/atau diserahkan ke Kantor Wilayah dan
               Departemen Manajemen Resiko. Kantor Wilayah dan Departemen
               Manajemen Risiko akan melakukan Customer Due Deligence15 atau yang
               lebih dikenal dengan sebutan CDD terhadap nasabah dan beneficial owner
               yang dianggap/diklasifikasikan mempunyai risiko terhadap praktik
               pencucian uang, penggunaan istilh CDD berlaku pada setiap kegiatan yang
               berupa identifikasi, verifikasi, dan pemantauan oleh pihak asuransi AJB
               Bumiputera 1912 terhadap nasabah dan beneficial owner yang dianggap
               mempunyai resiko rendah dan resiko menengah terjadinya tindak pidana
               pencucian uang, dan diwajibkan melakukan Enhanced Due Diligence EDD
               yaitu tindakan CDD yang lebih mendalam pada saat berhubungan dengan
               nasabah yang beresiko tinggi termasuk Politically Exposed Person.
                      Ansori Yadi mengatakan, bahwa pihak asuransi pun ternyata tidak
               melakukan pemeriksaan data secara terperinci menyangkut informasi-
               informasi yang dibutuhkan dalam pelaksanaan prinsip mengenal nasabah.
               Mereka hanya melihat formulir yang diisi oleh calon nasabah dan langsung
               menyetujui prihal polis yang dimiliki tanpa adanya pemeriksaan lebih

          15
            Customer Due Diligence yang selanjutnya disingkat CDD adalah proses identifikasi calon
nasabah dan/atau verifikasi atas dokumen pendukung calon nasabah yang bertujuan untuk meneliti
kemungkinan hal-hal yang tidak wajar atau mencurigakan atas transaksi yang akan dilakukan calon
nasabah, memastikan kebenaran dokumen calon nasabah apabila terdapat kerugian atas dokumen yang
diterima, melakukan penealahan terhadap Beneficial Owner
Karya Tulis Ilmiah, Fak. Hukum UNIB 2012




              lanjut dan nasabah tidak mengetahui apakah pengisian formulir aplikasi
              tersebut terkait dengan penerapan Prinsip Mengenal Nasabah (Know Your
              Customer) atau tidak, yang terpenting data tersebut telah diisi dan Surat
              Perjanjian Asuransi Jiwa (SPAJ) telah disepakati dari produk yang
              diinginkan. Perihal apakah data tersebut tersimpan pada dokumen pihak
              asuransi atau tidak, hanya pihak asuransi dan/atau agenlah yang
              mengetahuinya.16


        b. Persetujuan Penerimaan dan Penolakan Calon Nasabah
                     Dalam persetujuan penerimaan calon nasabah Perusahaan Asuransi
              memastikan dan meneliti kebenaran bukti identitas calon nasabah saat akan
              melakukan perikatan hubungan usahan dengan perusahaan asuransi.
              Persetujuan penerimaan calon nasabah harus sesuai dengan jenjang
              kewenangannya, setelah meyakini kebenaran identitas dan kelengkapan
              dokumen calon nasabah.
                     Amrullah selaku Kepala Cabang AJB Bumiputera 1912 Bengkulu
              menjelaskan,17 selama ini tidak pernah melakukan penolakan terhadap
              calon nasabah dari bidang keuangannya tetapi dari segi kesehatan sudah
              banyak, karena dari keuangan dari mana uang itu berasal tidak secara
              tertulis kita tanyakan. Jadi kita tidak pernah melakukan penolakan calon
              nasabah untuk masuk asuransi karena keuangannya mencurigakan atau
              patut diduga merupakan hasil tindak pidana.
                     Ike   Anggraini     menambahkan,         mengenai     persetujuan     dan
              penerimaan calon nasabah baru memang tidak pernah melakukan


         16
             Wawancara dengan nasabah AJB Bumiputera 1912, Ansori Yadi, pada hari Selasa tanggal
10 Juli tahun 2012.
         17
             Wawancara dengan Kepala Cabang AJB Bumiputera 1912 Bengkulu, Amrullah, Pada
hari Rabu tanggal 29 tahun 2012, di Kantor Cabang AJB Bumiputera 1912 Bengkulu.
Karya Tulis Ilmiah, Fak. Hukum UNIB 2012




          penolakan berapapun jumlah transaksi yang dilakukan, hal konyol menolak
          nasabah dari segi keuangannya (financial), disamping itu untuk menambah
          income. Yang berwenang melakukan penolakan terhadap calon nasabah
          adalah Kepala Wilayah apabila tidak memenuhi kelengkapan data dan
          dokumen pendukung yang ditentukan dan tidak benar dan untuk
          penerimaan calon nasabah yang tergolong tinggi atau tergolong transaksi
          mencurigakan Direksi yang memberikan persetujuan melalui Kepala
          Departemen Pertanggungan. Akan tetapi dalam hal ini yang saya ketahui,
          perusahaan AJB Bumiputera 1912 tidak pernah menolak calon nasabah
          yang ingin masuk asuransi karena keuangannya mencurigakan.


    2. Prosedur Identifikasi Transaksi Keuangan Mencurigakan dan Transaksi
       Keuangan Tunai
              Sesuai dengan Undang-Undang Nomor 8 Tahun 2010 tentang
       Pencegahan dan Pemberantasan Tindak Pidana Pencucian Uang, transaksi
       keuangan mencurigakan adalah transaksi yang menyimpang dari profil dan
       karakteristik serta kebiasaan pola transaksi dari nasabah, termasuk transaksi
       keuangan oleh nasabah yang patut diduga dilakukan dengan tujuan untuk
       menghindari pelaporan transaksi yang bersangkutan yang wajib dilakukan
       oleh PJK, dan juga transaksi keuangan yang dilakukan atau batal dilakukan
       dengan menggunakan Harta Kekayaan yang diduga berasal dari tindak pidana.
              Amrullah mengatakan, metode yang digunakan para pencuci uang
       dapat dikatakan hampir tidak terbatas, sehingga kadang – kadang tidak mudah
       untuk mengidentifikasikan teransaksi keuangan mencurigakan. Dibutuhkan
       suatu judgement (penilaian) atas dasar fakta – fakta yang kuat dan bukan
       hanya sekedar tidak adanya informasi tertentu dari nasabah. Ketetapan
       judgement ditentukan oleh kelengkapan informasi nasabah dan transaksi yang
       dilakukannya, pelatihan dan pengalaman dari karyawan/pejabat AJB
       bumiputera 1912.
Karya Tulis Ilmiah, Fak. Hukum UNIB 2012




                Teguh          Setijono       mengatakan,        dalam        mempermudah
        pengindentifikasian transaksi mencurigakan telah ada Kordinator Penerapan
        Prinsip Mengenal Nasabah (PMN). Identifikasi yang dilakukan kordinator
        antara lain:
                 - Mengembangkan sistem pemantauan yang dapat dilakukan baik
                       secara manual ataupun otomatis.
                 - Melakukan pemantauan dan melaporkan transaksi mencurigakan
                       utntuk dievaluasi lebih lanjut.
                 - Menatausahakan hasil pemantauan dan evaluasi transaksi nasabah,
                       baik yang dilaporkan maupun yang tidak dilaporkan kepada
                       PPATK.
                 - Melakukan pengkinian data dalam hal terdapat perubahan
                       terhadap dokumen-dokumen.18


    3. Pelaporan
                Berdasarkan       Undang-undang      Nomor      8   Tahun     2010    tentang
        Pencegahan dan Pemberantasan tindak Pidana Pencucian Uang setiap PJK
        wajib melaporkan transaksi keuangan mencurigakan kepada PPATK disertai
        dengan penjelasan dan alasan yang menyebabakan transaksi dicurigai atau
        patut diduga, identitas para pihak yang melakukan transaksi tersebut dicurigai
        dan dilakukan sesuai dengan ketentuan PPATK mengenai bentuk, jenis dan
        tata cara penyampaian Laporan Transaksi Keuangan Mencurigakan (LTKM).
                Teguh Setijono mengatakan,19 dalam proses pelaporan transaksi tunai
        maupun transaksi mencurigakan dimulai dari Kantor Cabang, Kantor




         18
           Wawancara dengan Kepala bagian Kepatuhan, SOP, dan PMN, Departemen Manajemen
Resiko AJB Bumiputera 1912, Teguh Setijono, Pada hari Kamis tanggal 5 Juli Tahun 2012, di Wisma
AJB Bumiputera 1912 Lt.19, Jl. Jend. Sudirman Kav. 75, Jakarta.
Karya Tulis Ilmiah, Fak. Hukum UNIB 2012




        Wilayah, Departemen Pertanggungan dan Departemen Pengendalian Intern
        melalui Kantor Perwakilan Pengendalian Intern (KPPI) mengirimkan hasil
        idetifikasi Transaksi Keuangan Tunai (TKT) dan Transaksi Keuangan
        Mencurigakan      (TKM)      ke    Departemen      Manajemen       Resiko.    Setelah
        Manajemen Resiko menerima hasil identifikasi TKT dan TKM serta mencatat
        dalam checklist dan melakukan evaluasi dengan menanyakan kepada unit
        kerja yang bersangkutan keberadaan identifikasi TKT dan TKM, jika ada agar
        dikirim ke Departemen Manajemen Resiko, jika tidak ada tidak perlu
        mengirim identifikasi TKT dan TKM tersebut. Hasil identifikasi TKT dan
        TKM yang dikirimkan ke Departemen Manajemen Resiko dilakukan
        Identifikasi kembali oleh staff Departemen Manajemen Resiko apakah TKT
        dan TKM tersebut layak dijadikan LTKT dan LTKM ke PPATK atau tidak.
        Layak TKT dan TKM untuk dilaporkan maka staf membuat dan melengkapi
        LTKT dan LTKM sesuai dengan format yang telah ditentukan PPATK untuk
        kemudian dikirimkan.
                Apabila tidak layak TKT dan TKM dilaporkan ke PPATK maka staf
        melakukan pendataan dan updating dan serta penyimpanan catatan dan/atau
        dokumen mengenai identitas pengguna jasa keuangan sampai dengan 5 (lima)
        tahun sejak berakhirnya hubungan dengan pihak asuransi AJB Bumiputera
        1912 dan segala bentuk transaksi termasuk data, informasi, baik yang sudah
        disusun atau dalam proses idetifikasi maupun yang sudah dilaporkan ke
        PPATk bersifat rahasia. Komisaris, Direksi, Pejabat, pegawai maupun agen
        wajib merahasiakan pelaporan transaksi tersebut kepada nasabah maupun
        pihak lain dengan cara apapun, baik secara langsung maupun tidak langsung.




         19
           Wawancara dengan Kepala bagian Kepatuhan, SOP, dan PMN, Departemen Manajemen
Resiko AJB Bumiputera 1912, Teguh Setijono, Pada hari Kamis tanggal 5 Juli Tahun 2012, di Wisma
AJB Bumiputera 1912 Lt.19, Jl. Jend. Sudirman Kav. 75, Jakarta.
Karya Tulis Ilmiah, Fak. Hukum UNIB 2012




                  Ardi Stefanus salah satu staf bagian Kepatuhan, SOP dan PMN
        Departemen Manajemen Resiko AJB Bumiputera 1912 mengatakan, hingga
        saat ini untuk Laporan Transaksi Keuangan Tunai (LTKT) maupun Laporan
        Transaksi Keuangan Mencurigakan (LTKM) dari Departemen Manajemen
        Risiko ke PPATK masih kita lakukan secara manual karena fasilitas
        komunikasi teknologi informasi belum memadai atau belum berjalan dengan
        efektif, akan tetapi dalam waktu dekat akan dilakukan secara online sehingga
        memudahkan kita untuk untuk melaporkan Transaksi Keuangan Tunai
        dan/atau Transaksi Keuangan Mencurigakan yang layak dijadikan LTKT
        dan/atau LTKM dengan tidak memakan waktu yang lama, dan kita sebagai
        staf Bagian Kepatuhan, SOP, dan PMN sudah mendapat pelatihan khusus dari
        PPATK mengenai pengiriman secara online tersebut.20


        a. Batas Waktu Pelaporan
                     Teguh Setijono mengatakan, Pelaporan dari Kantor Cabang,
              Kantor Wilayah, dan Departemen Pertanggungan ke Departemen
              Manajemen Risiko. Penyampaian laporan transaksi tunai dilakukan paling
              lambat 7 (tujuh) hari kerja terhitung sejak tanggal transaksi dilakukan, dan
              untuk penyampaian laporan transaksi mencurigakan dilakukan paling
              lambat 1 (satu) hari kerja setelah diketahui adanya unsur transaksi
              mencurigakan. Setelah laporan diterima Departemen Manajemen Risiko,
              Departemen Manajemen Risiko melanjutkan penyampaian laporan ke
              PPATK. Penyampain laporan transaksi tunai dilakukan paling lambat 14
              (empat belas) hari kerja terhitung sejak tanggal transaksi dilakukan.




         20
           Wawancara dengan Staf bagian Kepatuhan, SOP, dan PMN Departemen Manajemen
Resiko AJB Bumiputera 1912, Ardi Stefanus, Pada hari Kamis tanggal 5 Juli Tahun 2012, di Wisma
AJB Bumiputera 1912 Lt.19, Jl. Jend. Sudirman Kav. 75, Jakarta.
Karya Tulis Ilmiah, Fak. Hukum UNIB 2012




              Penyampaian laporan transaksi mencurigakan dilakukan paling lambat
              3 (tiga) hari kerja setelah diketahui adanya unsur transaksi mencurigakan.21


        b. Sanksi Tidak Menyampaikan Laporan
                      Pelanggaran terhadap kewajiban memberikan laporan (termasuk
              memberikan laporan yang tidak benar/tidak sesuai dengan keadaan yang
              tidak   sebenarnya)   dapat   dikenakan     sanksi    sesuai   dengan     bobot
              kesalahannya.
               Menurut Ardi Stefanus,22 Sebuah Perusahaan Asuransi dapat mempunyai
    pengetahuan adanya transaksi keuangan mencurigakan atau dugaan yang cukup
    (reasonable suspicion) tentang adanya upaya pencucian uang berdasarkan
    informasi yang diperoleh dari berbagai sumber, di antaranya dari lembaga
    penegak hukum, lembaga pemerintah (Departemen Keuangan), masyarakat
    madani, media cetak, Bank Indonesia, PPATK, dan sistem PMN Perusahaan
    Asuransi sendiri. Oleh karena kasus pencucian uang pada perusahaan asuransi
    sudah semakin banyak, maka sudah seharusnya Perusahaan Asuransi melaporkan
    transaksi keuangan yang mencurigakan tersebut kepada PPATK.




         21
           Wawancara dengan Kepala bagian Kepatuhan, SOP, dan PMN, Departemen Manajemen
Resiko AJB Bumiputera 1912, Teguh Setijono, Pada hari Kamis tanggal 5 Juli Tahun 2012, di Wisma
AJB Bumiputera 1912 Lt.19, Jl. Jend. Sudirman Kav. 75, Jakarta.
         22
           Wawancara dengan Staf bagian Kepatuhan, SOP, dan PMN Departemen Manajemen
Resiko AJB Bumiputera 1912, Ardi Stefanus, Pada hari Kamis tanggal 5 Juli Tahun 2012, di Wisma
AJB Bumiputera 1912 Lt.19, Jl. Jend. Sudirman Kav. 75, Jakarta.
Karya Tulis Ilmiah, Fak. Hukum UNIB 2012




B. Faktor Penghambat dalam Pelaksanaan Prinsip Mengenal Nasabah (Know
    Your Customer) Pada Perusahaan AJB Bumiputera 1912.
           Berikut akan dijabarkan perihal hambatan-hambatan dalam pelaksanaan
    Prinsip Know Your Customer terkait dengan upaya pencegahan dan
    pemberantasan money laundering pada Perusahan Asuransi Jiwa Bersama
    Bumiputera 1912.
   1. Aspek Hukum
       a. Ketentuan Prinsip Mengenal Nasabah (Know Your Customer) Belum
          Diatur Secara Eksplisit
                 Prinsip Mengenal Nasabah (Know Your Cutomer) merupakan
          instrumen terpenting yang mendukung penerapan Undang-undang Tindak
          Pidana Pencucian Uang. Pada saat ini, pengaturan prinsip mengenal
          nasabah ditetapkan melalui peraturan yang dikeluarkan oleh lembaga yang
          berwenang melakukan pengaturan dan pengawasan terhadap jasa
          keuangan, seperti Bapepam, Departemen Keuangan, dan Bank Indonesia.
                 Dalam peraturan perundang-undangan yang berlaku saat ini, prinsip
          mengenal nasabah tersebut belum diatur secara eksplisit, seperti tidak
          terdapat pada Undang-Undang Nomor 2 Tahun 1992 tentang Usaha
          Perasuransian sehingga dirasakan kurang memberikan landasan hukum
          yang kuat bagi otoritas yang berwenang dalam mengeluarkan peraturan
          prinsip mengenal nasabah (know your cutomer). Oleh karena itu, perlu
          adanya landasan hukum yang jelas dan diatur tersendiri dalam bentuk
          Undang-undang bagi otoritas (pengawas dan pengatur pihak-pihak yang
          memiliki kewajiban pelaporan).
                 Disadari bahwa dalam penerapan prinsip tersebut bersinggung
          langsung dengan masyarakat pengguna jasa keuangan atau terkait dengan
          keuangan yang memiliki implikasi hukum sehingga perlu adanya
          pengaturan secara jelas terhadap kewajiban pengguna jasa keuangan atau
          terkait dengan keuangan dalam Undang-Undang Tindak Pidana Pencucian
Karya Tulis Ilmiah, Fak. Hukum UNIB 2012




              Uang agar pelaksanaan prinsip mengenal nasabah (know your costumer)
              lebih efektif.
                      Ketentuan tersebut penting untuk dapat menguraikan kewajiban-
              kewajiban pokok apa saja yang hrus dipenuhi, seperti kewajiban
              memberikan informasi yang benar, yang sekurang-kurangnya meliputi
              identitas diri, sumber dana, dan tujuan dilakukannya transaksi, termasuk
              kewajiban memlampirkan dokumen pendukung. Sebaliknya, pengaturan
              tersebut juga perlu diberlakukan terhadap pihak lain apabila transaksi
              dilakukan untuk dan atas nama pihak lain tersebut. Untuk memenuhi
              prinsip keseimbangan, maka kewajiban tersebut berlaku juga pihak-pihak
              yang memiliki pelaporan untuk meminta informasi dan dokumen
              pendukung tersebut, sekaligus memberikan kewajiban untuk menolak
              transaksi (menolak melakukan hubungan usaha) apabila ketentuan tersebut
              tidak terpenuhi oleh pengguna jasa / nasabah.


        b. Kebutuhan Pemberlakuan Single Identification Number (SIN)
                      Indonesia belum menerapkan sepenuhnya single identification
              number (SIN) untuk administrasi kependudukannya. Sudah menjadi rahasia
              umum bahwa untuk membuat berbagai kartu identitas diri, seperti kartu
              tanda penduduk (KTP) sangat mudah dilakukan di Indonesia. Dengan
              membayar sejumlah uang kita dapat memperoleh KTP tersebut. Banyak
              orang memiliki lebih dari satu KTP. Hal ini mencerminkan belum rapinya
              administrasi kependudukan di Indonesia. Keadaan ini menimbulkan
              berbagai kesulitan di berbagai sektor, seperti Asuransi, Perbankan,
              Keimigrasian, penegakan hukum, dan kepegawaian.23



         23
             Yunus Husein, 2007, Pentingnya Single Identification Number bagi Indonesia, Harian
Jurnal Nasional.
Karya Tulis Ilmiah, Fak. Hukum UNIB 2012




                    Menurut Ardi Stefanus24 selaku staf bagian Kepatuhan, SOP, dan
              PMN Departemen Manajemen Resiko AJB Bumiputera 1912, Kurang
              rapinya administrasi kependudukan menimbulkan banyak masalah bagi
              Perusahaan. Dalam rangka untuk melaksanakan ketentuan penerapan
              Prinsip Mengenal Nasabah (Know Your Customer) mengalami kesulitan
              melakukan verifikasi kebenaran dokumen identitas diri yang diserahkan
              oleh calon nasabahnya. Sering kali perusahaan AJB Bumiputera 1912 tanpa
              sadar menerima nasabah yang menggunakan identitas palsu.


    2. Aspek Non Hukum
        a. Internal AJB Bumiputera 1912
              1) Kurang Memadai Sarana dan Teknologi Informasi
                          Tanpa adanya dan/atau kurang memadai sarana teknologi
                informasi, maka tidak mungkin pelaksanaan Prinsip Mengenal Nasabah
                akan berlangsung dengan lancar dan efektif. Penerapan teknologi
                informasi tersebut digunakan untuk menyimpan dan menyajikan data
                nasabah    secara   rinci,   serta    melaporkan      transaksi    keuangan
                mencurigakan dan transaksi keuangan tunai dengan cepat dan akurat.
                          Mengenai Laporan Transaksi keuangan Mencurigakan dan
                Laporan Transaksi Keuangan Tunai, seperti yang dijelaskan diawal
                hingga saat ini Perusahaan AJB Bumiputera 1912 belum memiliki
                fasilitas teknnologi informasi yang memadai sehingga pelaporan
                dilakukan secara manual dan memakan waktu yang lama, sedangkan
                jangka waktu yang ditetapkan berdasarkan ketentuan – ketentuan sangat
                singkat, Akan tetapi dalam waktu dekat akan dilakukan secara online


         24
           Wawancara dengan Staf bagian Kepatuhan, SOP, dan PMN Departemen Manajemen
Resiko AJB Bumiputera 1912, Ardi Stefanus, Pada hari Kamis tanggal 5 Juli Tahun 2012, di Wisma
AJB Bumiputera 1912 Lt.19, Jl. Jend. Sudirman Kav. 75, Jakarta.
Karya Tulis Ilmiah, Fak. Hukum UNIB 2012




                agar pelaksanaan Prinsip Mengenal Nasabah berjalan secara lancar dan
                efektif.
                           Ardi Stefanus menambahkan, disamping itu skala usaha
                Perusahaan Asuransi khususnya AJB Bumiputera 1912 dengan memiliki
                30.000 tenaga kerja dengan 576 jaringan kantor dan 5,2 juta pemegang
                polis/nasabah di seluruh Indonesia juga merupakan faktor penghambat
                dalam pelaksanaan Prinsip Mengenal Nasabah. Dengan skala seperti itu,
                sulit dilakukan langkah-langkah yang dapat menunjang efektifitas
                penerapan Prinsip Mengenal Nasabah (KYC), seperti pendataan profil
                dari seluruh nasabah yang sudah ada. Sementara itu pelatihan untuk
                karyawan dan pengadaan sistem informasi membutuhkan persiapan
                yang cukup baik dari segi waktu, dana, dan keahlian.25


              2) Kurang Konsisten Perusahaan AJB Bumiputera 1912 dalam
                Melaksanakan Penerapan Prinsip Mengenal Nasabah (Know Your
                Customer)
                           Menurut Kepala Departemen Manajemen Resiko Kantor Pusat
                Asuransi     Jiwa   Bersama   Bumiputera      1912,    Basuki     Radjiman
                mengatakan, bahwa asuransi merupakan tempat untuk melakukan
                pengalihan resiko antara tertanggung dan penanggung, dan setiap calon
                nasabah sudah dimintai keterangan mengenai identitas dirinya dan
                petugas pun sudah meneliti kebenaran identitas nasabah tersebut.
                Menurut beliau, pelaksanaan Prinsip Know Your Customer sudah
                diupayakan pemberlakuannya, hanya saja untuk dapat terwujudnya
                dengan baik masih memerlukan waktu, bukan saja karena beragamnya


         25
           Wawancara dengan Staf bagian Kepatuhan, SOP, dan PMN Departemen Manajemen
Resiko AJB Bumiputera 1912, Ardi Stefanus, Pada hari Kamis tanggal 5 Juli Tahun 2012, di Wisma
AJB Bumiputera 1912 Lt.19, Jl. Jend. Sudirman Kav. 75, Jakarta.
Karya Tulis Ilmiah, Fak. Hukum UNIB 2012




              jenis nasabah yang melakukan transaksi dengan pihak asuransi tetapi
              juga pihak asuransi yang memerlukan waktu terhadap pelaksanaan
              penerapan ini.26
                        Selanjutnya Ansori Yadi mengatakan bahwa pihak asuransi
              pun ternyata tidak melakukan pemeriksaan data secara terperinci
              menyangkut identitas nasabah tersebut. Mereka hanya melihat formulir
              yang diisi oleh calon nasabah dan langsung menyetujui perihal polis
              yang dimiliki tanpa adanya pemeriksaan lanjut.27 Heru Prabowo
              menambahkan, sangat jarang perusahaan asuransi dalam menerapkan
              pelakasanaan prinsip mengenal nasabah karena kurang memahami akan
              dampak yang akan ditimbulkan dari transaksi-transaksi nasabah yang
              memiliki risiko terjadinya pencucian uang dan merasa sangat merugikan
              akan takutnya kehilangan nasabah.28
                        Teguh Setijono mengatakan,29 pada prinsipnya asuransi tidak
              keberatan soal sistem pengenalan nasabah. Akan tetapi, pelaku pasar
              asuransi jiwa memerlukan waktu dalam pelaksanaan penerapannya.
              Beliau juga mengatakan bahwa penerapan prinsip pengenalan nasabah
              ini dapat membuat nasabah asuransi takut dan tidak mau bekerjasama
              dengan Perusahaan Asuransi yang mengakibatkan Perusahaan Asuransi
              akan mengalami kerugian.

         26
              Wawancara dengan Kepala Departemen Manajemen Resiko AJB Bumiputera 1912,
Basuki Radjiman, Pada hari Kamis tanggal 5 Juli Tahun 2012, di Wisma AJB Bumiputera 1912 Lt.19,
Jl. Jend. Sudirman Kav. 75, Jakarta.

         27
             Wawancara dengan nasabah AJB Bumiputera 1912, Ansori Yadi, pada hari Selasa tanggal
10 Juli tahun 2012

         28
             Wawancara dengan nasabah PT. Prudential Life Assurance, Heru Prabowo, pada hari
Selasa tanggal 10 Juli tahun 2012

         29
           Wawancara dengan Kepala bagian Kepatuhan, SOP, dan PMN, Departemen Manajemen
Resiko AJB Bumiputera 1912, Teguh Setijono, Pada hari Kamis tanggal 5 Juli Tahun 2012, di Wisma
AJB Bumiputera 1912 Lt.19, Jl. Jend. Sudirman Kav. 75, Jakarta.
Karya Tulis Ilmiah, Fak. Hukum UNIB 2012




                        Dalam prakteknya, penanganan tindakan pencucian uang
             melalui penerapan prinsip mengenal nasabah pada perusahaan asuransi
             belum optimal, faktor-faktor internal yang menyebabkan kesulitan bagi
             Perusahaan Asuransi khususnya AJB Bumiputera 1912 dalam
             menerapkan program pencegahan tindak pidana pencucian uang, antara
             lain dapat meliputi sebagai berikut:
                        - Belum adanya keragaman dalam hal pengertian maupun
                          pandangan yang sama dari segenap jajaran perusahaan AJB
                          Bumiputera    1912    mengenai   fungsi   dan      pentingnya
                          pelaksanaan Prinsip Mengenal Nasabah.
                        - Paradigma yang menyatakan “tidak adanya risiko yang
                          timbul dari penempatan dana oleh calon nasabah.
                        - Program penerapan Prinsip Mengenal Nasabah hanya
                          dianggap sebagai penghambat mendapatkan nasabah baru
                          dan income.
                        - Hambatan psikologis dari para front-liner (agen dan agen
                          koordinator) untuk benar-benar menanyakan asal-usul dana
                          tidak diperoleh informasi yang sesungguhnya.
                        Hal demikianlah yang menjadikan Perusahaan Asuransi dinilai
             kurang konsisten dalam penerapan Prinsip Know Your Customer, karena
             berbagai pihak pada asuransi masih sering saling melemparkan
             tanggungjawab dalam pelaksanaan penerapan Prinsip Know Your
             Customer ini. Selain hal tersebut hambatan lain terkait dengan tidak
             konsistennya Perusahaan Asuransi dalam penerapan Prinsip Know Your
             Customer sebenarnya diakibatkan penerapan sanksi yang jarang
             dikenakan terhadap pelanggaran penerapan prinsip tersebut. Penyedia
             Jasa Keuangan termasuk asuransi hanya dikenai sanksi adminstratif
             terhadap     pelanggaran   tersebut.   Sekalipun   pengaturan     terhadap
             kesengajaan tidak melaporkan Transaksi Keuangan Mencurigakan telah
Karya Tulis Ilmiah, Fak. Hukum UNIB 2012




             dikenai sanksi administratif tetap saja dalam praktiknya hal tersebut sulit
             untuk dilakukan, karena pada dasarnya setiap lembaga keuangan selalu
             berupaya untuk mengamankan usaha dan pegawainya dari setiap
             ketentuan-ketentuan yang di anggap dapat merugikan kepentingan
             perusahaannya.
                      Nasabah yang melakukan pembelian polis melalui agen
             asuransi sering tidak mengetahui dengan jelas perihal apakah formulir
             aplikasi asuransinya disampaikan kepada pihak asuransi atau tidak.
             Ansori yadi sendiri mengatakan bahwa dia tidak mengetahui apakah
             pengisian formulir aplikasi tersebut terkait dengan penerapan Prinsip
             Know Your Customer atau tidak, yang terpenting data tersebut telah diisi
             dan perjanjian polis telah dilakukan. Perihal apakah data tersebut
             tersimpan pada dokumen pihak asuransi atau tidak hanya pihak agenlah
             yang mengetahuinya.


             3) Kurangnya Koordinasi Organisasi / Fungsi Yang Terlibat Dalam
                Pelaksanaan Prinsip Mengenal Nasabah (Know Your Customer)
                      Basuki Radjiman mengatakan, koordinasi antara Kantor
             Cabang, Kantor wilayah dan Departemen Pertanggungan kurang terlalu
             baik, masih sering terjadi saling lempar tanggungjawab dalam
             menjalankan fungsi dan wewenangnya masing-masing. Selain hal
             tersebut batas waktu pelaporan oleh Kantor Cabang, Kantor Wilayah
             dan Departemen Pertanggungan kepada Departemen Manajemen Resiko
             dianggap cukup singkat yaitu 7 (tujuh) hari untuk transaksi tunai dan 1
             (hari) kerja untuk transaksi mencurigakan sehingga setiap departemen
             kurang bisa berkoordinasi untuk melakukan analisis terhadap transaksi
             keuangan yang mencurigakan tersebut.
Karya Tulis Ilmiah, Fak. Hukum UNIB 2012




        b. Nasabah
                     Hambatan ini merupakan salah satu hambatan yang dihadapi
              Penyedia Jasa Keuangan secara umum, Perusahaan asuransi khusunya AJB
              Bumiputera 1912. Pihak nasabah sendiri terkadang enggan untuk jujur
              menyampaikan identitas dirinya, apalagi jika terkait dengan jumlah
              penghasilan dan pekerjaan yang dimilikinya. Menurut Ansori yadi, selaku
              nasabah asuransi, biasanya nasabah akan merasa khawatir terhadap pihak
              asuransi apabila dimintai keterangan tentang jumlah penghasilan yang
              diterima, apalagi bila ternyata jumlah penghasilan yang diterima lebih
              besar dari standar gaji pada pekerjaan yang dilakukannya. Pihak nasabah
              akan cenderung tidak jujur dan melaporkan jumlah penghasilan yang
              ternyata tidak benar.30
                     Selama ini nasabah belum memiliki kemauan untuk bekerja sama
              dengan memberikan informasi yang dibutuhkan, maka perusahaan asuransi
              AJB Bumiputera 1912 belum dapat menerapkan seluruh ketentuan prinsip
              mengenal nasabah. Tidak adanya keinginan nasabah untuk bekerja sama
              dengan perusahaan asuransi dalam penerapan prinsip mengenal nasabah
              (know your customer)
                     Berkaitan dengan kondisi tersebut diatas, penulis berpendapat butuh
              penerangan dan/atau sosialisasi dalam skala nasional dengan upaya untuk
              mendidik masyarakat, untuk mendukung keberhasilan pelaksanaan
              penerapan prinsip mengenal nasabah (know your cutomer) di Indonesia.




         30
             Wawancara dengan nasabah AJB Bumiputera 1912, Ansori Yadi, pada hari Selasa tanggal
10 Juli tahun 2012.
Karya Tulis Ilmiah, Fak. Hukum UNIB 2012




KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
    Dari pembahasan di muka, dapat diambil kesimpulan sebagai berikut:
    1. Perusahaan AJB Bumiputera 1912 hingga saat ini belum efektif dan konsisten
       dalam pelaksanaan Prinsip Mengenal Nasabah (Know Your Customer), masih ada
       beberapa prosedur dari prinsip ini yang sering tidak diterapkan, sehingga semakin
       luas ruang gerak para pelaku kejahatan untuk menjadikan penyedia jasa keuangan
       khususnya AJB Bumiputera 1912 sebagai tempat melakukan pencucian uang.
    2. Hambatan dalam pelaksanaan penerapan Prinsip Mengenal Nasabah (Know Your
       Customer) sebagai upaya penanggulangan tindak pidana pencucian uang pada
       perusahaan asuransi antara lain terkait dengan kurangnya sarana dan teknologi
       informasi yang dimiliki AJB Bumiputera 1912, kurang konsisten dan koordinasi
       AJB Bumiputera dalam pelaksanaan prinsip mengenal nasabah, kebutuhan
       keberlakukan SIN, dan kurang kerja samanya calon nasabah dengan memberikan
       informasi dan identitas yang benar dalam pelaksanaan PMN pada perusahaan
       AJB Bumiputera 1912.
Karya Tulis Ilmiah, Fak. Hukum UNIB 2012




B. Saran
    1. Bagi Perusahaan Asuransi
       Perusahaan Asuransi wajib melaksanakan prinsip mengenal nasabah dengan
       efektif dan konsisten agar perusahaan asuransi tidak dijadikan ladang pelaku
       tindak pidana pencucian uang, agar menciptakan perusahaan asuransi yang
       sehat karena terhindar dari risiko operasional, hukum, terkonsentrasinya
       transaksi, dan reputasi, terhindar dari saknsi pidana sampai dengan sanksi
       administratif.
   2. Bagi Masyarakat/Nasabah
       Kepada nasabah agar dapat bekerja sama yang baik dan jujuran dalam
       pelaksanaan prinsip yang diterapkan perusahaan asuransi, supaya dapat
       memberikan       rasa   aman   dalam   bertransaksi   karena   tidak   memiliki
       kekhawatiran terhadap perusahaan asuransi.
Karya Tulis Ilmiah, Fak. Hukum UNIB 2012




                               DAFTAR PUSTAKA



Buku-Buku:

Adrian Sutedi. 2008, Tindak Pidana Pencucian Uang. Bandung: PT. Citra Aditya
        Bakti.

Arief Amrullah. 2004, Tindak Pidana Pencucian Uang. Malang: Bayu Media.

Bismar Nasution. 2005, Rejim Anti-Money laundering di Indonesia. Bandung: Pusat
        Informasi Hukum Indonesia.

Bismar Nasution, 2010, Anti Pencucian Uang: Teori dan Praktek. Jakarta: Books
       Terrace & Library.

Chairul Huda dan Lukman Hakim. Tindak Pidana Dalam Bisnis Asuransi. Jakarta:
        Lembaga Pemberdayaan Hukum Indonesia.

Fahmi Aulia. 2004, Waspadai Merebaknya Insurance Fraudulent. Jurnal Uang dan
       bank, Nomor 5.

Materi PRUfast start. 2011, Anti Pencucian Uang (Anti Money Laundering). PT.
        Prudential Life Assurance.

Marulak Pardede. 1995, Masalah money Laundering Di indonesia. Jakarta: badan
       Pembinaan hukum nasional Departemen Kehakiman Dan Hak Asasi
       Manusia.

Munir Fuady. 1999, Hukum Perbankan Di Indonesia. Seri buku ketiga, Bandung:
       PT. Citra Aditya Bakti.

Peter Mahmud Marzuki. 2005, Penelitian Hukum. Jakarta: Kencana Media Group.

Soerjono Soekanto. 1986, Pengantar Penelitian Hukum. Jakarta: UI-Press.

----------------------, 1986, Faktor-Faktor yang mempengaruhi penegakan hukum,
Jakarta: Rajawali.

Sri Rezeki Hartono. 2008, Hukum Asuransi Dan Perusahaan Asuransi. Jakarta:
        Sinar Grafika.
Karya Tulis Ilmiah, Fak. Hukum UNIB 2012




Standard Operating Procedure. 2010, Proses Kegiatan Monitoring dan Evaluasi
        PMN (Prinsip Mengenal Nasabah). AJB Bumiputera 1912.

Tb. Irman. 2006, Hukum Pembuktian Pencucian Uang, Bandung: MQS Publishing.

Yunus Husein. 2007, Bunga Rampai Anti Pencucian Uang. Jakarta: Books Teracce
       & Library.

Yunus Husein. 2001, Disampaikan dalam Diskusi Intern Kegiatan Money
      Laundering. Bursa Efek Jakarta.

Yusuf Saprudin. 2006, Money Laundering. Jakarta: Grafika Indah.


Peraturan Perundang-undangan:

Kitab Undang-Undang Hukum Dagang.

Rancangan Kitab Undang-Undang Hukum Pidana Tahun 1999-2000.

Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2003 tentang Perubahan atas Penjelasan Undang-
       Undang Nomor 15 Tahun 2002 tentang Tindak Pidana Pencucian Uang.

Undang-Undang Nomor 8 tahun 2010 tentang Pencegahan dan Pemberantasan
       Tindak Pidana Pencucian Uang.

Undang-Undang Nomor 2 Tahun 1992 tentang Usaha Perasuransian.

Peraturan Menteri Keuangan Nomor 30/PMK.010/2010 tentang Prinsip Mengenal
        Nasabah Bagi Lembaga Keuangan Non Bank.

Keputusan Direktorat Jenderal Lembaga Keuangan Nomor Keputusan 2833/LK/2003
        tentang Pedoman Penerapan Prinsip Mengenal Nasabah pada Lembaga
        Keuangan Non Bank.

LAMPIRAN I-AI Keputusan DJLK Kep-2833/LK/2003 tentang Petunjuk
      Penyusunan Pedoman Pelaksanaan Penerapan Prinsip Mengenal Nasabah.

Peraturan Kepala Pusat Pelaporan dan Analisis Transaksi Keuangan Nomor PER-
        07/1.02/PPATK/12/10 tentang Tata Cara Penyampaian Laporan Transaksi
        Keuangan Mencurigakan Bagi Penyedia Jasa Keuangan.
Karya Tulis Ilmiah, Fak. Hukum UNIB 2012




Keputusan Direksi AJB Bumiputera 1912 NO.SK.9/DIR/2011 tentang Pedoman
        Penerapan Prinsip Mengenal Nasabah.

Peraturan Direksi AJB Bumiputera 1912 NO.PE.1/DIR/2011 tentang Petunjuk
        Pelaksanaan Pedoman Penerapan Prinsip Mengenal Nasabah.



Akses Internet

http//:www.djpp.depkumham.go.id. Yenti Ganarsih. “Anti pencucian Uang di
Indonesia dan Kelemahannya dalam Implementasinya (suatu Tinjauan awal)”.
Diakses pada hari Rabu tanggal 10 bulan Maret tahun 2012.

http//:www.surya.co.id. Ridwan ichsan. Asuransi Ladang Pencucian Uang. Diakses
pada hari Rabu tanggal 10 bulan Maret tahun 2012.

http//: www.ppatk.co.id. PPATK, 2012, Statistik Pelaporan dan Transaksi Keuangan Bulan
Maret 2012., diakses Hari Selasa tanggal 29 bulan Mei tahun 2012.

http://www.okezone.com. Idris Rusadi Putra. PPATK: Asuransi Malas Beberkan
Transaksi Mencurigakan. Diakses pada hari Rabu Tanggal 24 bulan Oktober tahun
2012.

More Related Content

Similar to tindak pidana pencucian uang dikaitkan dengan prinsip mengenal nasabah

Tm 6, 4, hbl, wenna sustiany, hapzi ali, tindak pidana pencucian uang, makalah
Tm 6, 4, hbl, wenna sustiany, hapzi ali, tindak pidana pencucian uang, makalahTm 6, 4, hbl, wenna sustiany, hapzi ali, tindak pidana pencucian uang, makalah
Tm 6, 4, hbl, wenna sustiany, hapzi ali, tindak pidana pencucian uang, makalah
WennaSustiany
 
Hbl, ade ayu larassati, hapzi ali,hukum perbankan dan asuransi, universitas m...
Hbl, ade ayu larassati, hapzi ali,hukum perbankan dan asuransi, universitas m...Hbl, ade ayu larassati, hapzi ali,hukum perbankan dan asuransi, universitas m...
Hbl, ade ayu larassati, hapzi ali,hukum perbankan dan asuransi, universitas m...
adeayularassati
 
Kel1_ManajemenBank bbdhdhdhshdhddhhdhsshsh
Kel1_ManajemenBank bbdhdhdhshdhddhhdhsshshKel1_ManajemenBank bbdhdhdhshdhddhhdhsshsh
Kel1_ManajemenBank bbdhdhdhshdhddhhdhsshsh
AkhmadLazwarIrhami
 
Analisis literatur fraud triangle auditing
Analisis literatur fraud triangle auditingAnalisis literatur fraud triangle auditing
Analisis literatur fraud triangle auditing
dewimita
 
Pengantar Akuntansi Forensik dan Lingkup Akuntansi Forensik
Pengantar Akuntansi Forensik dan Lingkup Akuntansi ForensikPengantar Akuntansi Forensik dan Lingkup Akuntansi Forensik
Pengantar Akuntansi Forensik dan Lingkup Akuntansi Forensik
Linda Grace Loupatty, FEB Universitas Pattimura
 
Analisis sistem lembaga_keuangan_syariah_dan_lemba
Analisis sistem lembaga_keuangan_syariah_dan_lembaAnalisis sistem lembaga_keuangan_syariah_dan_lemba
Analisis sistem lembaga_keuangan_syariah_dan_lemba
DwiKuncahyati
 

Similar to tindak pidana pencucian uang dikaitkan dengan prinsip mengenal nasabah (20)

Bab 12
Bab 12Bab 12
Bab 12
 
Tm 6, 4, hbl, wenna sustiany, hapzi ali, tindak pidana pencucian uang, makalah
Tm 6, 4, hbl, wenna sustiany, hapzi ali, tindak pidana pencucian uang, makalahTm 6, 4, hbl, wenna sustiany, hapzi ali, tindak pidana pencucian uang, makalah
Tm 6, 4, hbl, wenna sustiany, hapzi ali, tindak pidana pencucian uang, makalah
 
FRAUD
FRAUDFRAUD
FRAUD
 
Hbl, ade ayu larassati, hapzi ali,hukum perbankan dan asuransi, universitas m...
Hbl, ade ayu larassati, hapzi ali,hukum perbankan dan asuransi, universitas m...Hbl, ade ayu larassati, hapzi ali,hukum perbankan dan asuransi, universitas m...
Hbl, ade ayu larassati, hapzi ali,hukum perbankan dan asuransi, universitas m...
 
Hbl, teuku alvin putra rezalino, hapzi ali, tindak pidana pencucian uang, uni...
Hbl, teuku alvin putra rezalino, hapzi ali, tindak pidana pencucian uang, uni...Hbl, teuku alvin putra rezalino, hapzi ali, tindak pidana pencucian uang, uni...
Hbl, teuku alvin putra rezalino, hapzi ali, tindak pidana pencucian uang, uni...
 
Hbl, syifa ramadhanti, hapzi ali, aspek hukum lembaga, universitas mercu buan...
Hbl, syifa ramadhanti, hapzi ali, aspek hukum lembaga, universitas mercu buan...Hbl, syifa ramadhanti, hapzi ali, aspek hukum lembaga, universitas mercu buan...
Hbl, syifa ramadhanti, hapzi ali, aspek hukum lembaga, universitas mercu buan...
 
Hbl, nadya silva calestin, hapzi ali,bentuk badan hukum, perseroan terbatas, ...
Hbl, nadya silva calestin, hapzi ali,bentuk badan hukum, perseroan terbatas, ...Hbl, nadya silva calestin, hapzi ali,bentuk badan hukum, perseroan terbatas, ...
Hbl, nadya silva calestin, hapzi ali,bentuk badan hukum, perseroan terbatas, ...
 
Kel1_ManajemenBank bbdhdhdhshdhddhhdhsshsh
Kel1_ManajemenBank bbdhdhdhshdhddhhdhsshshKel1_ManajemenBank bbdhdhdhshdhddhhdhsshsh
Kel1_ManajemenBank bbdhdhdhshdhddhhdhsshsh
 
Hbl, dimas triadi, hapzi ali, aspek hukum perbankan dan asuransi , universita...
Hbl, dimas triadi, hapzi ali, aspek hukum perbankan dan asuransi , universita...Hbl, dimas triadi, hapzi ali, aspek hukum perbankan dan asuransi , universita...
Hbl, dimas triadi, hapzi ali, aspek hukum perbankan dan asuransi , universita...
 
BE & GG. 13,Monica Rizki Lestari_Hapzi Ali,Coruption and Fraud, Universitas M...
BE & GG. 13,Monica Rizki Lestari_Hapzi Ali,Coruption and Fraud, Universitas M...BE & GG. 13,Monica Rizki Lestari_Hapzi Ali,Coruption and Fraud, Universitas M...
BE & GG. 13,Monica Rizki Lestari_Hapzi Ali,Coruption and Fraud, Universitas M...
 
penanggulangan money laundring perkara korupsi.docx
penanggulangan money laundring perkara korupsi.docxpenanggulangan money laundring perkara korupsi.docx
penanggulangan money laundring perkara korupsi.docx
 
Analisis literatur fraud triangle auditing
Analisis literatur fraud triangle auditingAnalisis literatur fraud triangle auditing
Analisis literatur fraud triangle auditing
 
Money Laundry
Money LaundryMoney Laundry
Money Laundry
 
Pengantar Akuntansi Forensik dan Lingkup Akuntansi Forensik
Pengantar Akuntansi Forensik dan Lingkup Akuntansi ForensikPengantar Akuntansi Forensik dan Lingkup Akuntansi Forensik
Pengantar Akuntansi Forensik dan Lingkup Akuntansi Forensik
 
Pengaruh Stabilitas Keuangan, Kondisi Industri, dan Tekanan Eksternal terhada...
Pengaruh Stabilitas Keuangan, Kondisi Industri, dan Tekanan Eksternal terhada...Pengaruh Stabilitas Keuangan, Kondisi Industri, dan Tekanan Eksternal terhada...
Pengaruh Stabilitas Keuangan, Kondisi Industri, dan Tekanan Eksternal terhada...
 
Etika profesi tugas 1
Etika profesi tugas 1Etika profesi tugas 1
Etika profesi tugas 1
 
Citibank change management and handling conflict(1)
Citibank change management and handling conflict(1)Citibank change management and handling conflict(1)
Citibank change management and handling conflict(1)
 
Pencucian Uang (Money Laundering)
Pencucian Uang (Money Laundering)Pencucian Uang (Money Laundering)
Pencucian Uang (Money Laundering)
 
Fraud.pptx
Fraud.pptxFraud.pptx
Fraud.pptx
 
Analisis sistem lembaga_keuangan_syariah_dan_lemba
Analisis sistem lembaga_keuangan_syariah_dan_lembaAnalisis sistem lembaga_keuangan_syariah_dan_lemba
Analisis sistem lembaga_keuangan_syariah_dan_lemba
 

tindak pidana pencucian uang dikaitkan dengan prinsip mengenal nasabah

  • 1. Karya Tulis Ilmiah, Fak. Hukum UNIB 2012 TINDAK PIDANA PENCUCIAN UANG DIKAITKAN DENGAN PRINSIP MENGENAL NASABAH (KNOW YOUR CUSTOMER) PADA PERUSAHAAN ASURANSI JIWA BERSAMA BUMIPUTERA 1912 Oleh: Asef Adianto ABSTRAK Pencucian uang telah berkembang dengan cepatnya pada perusahaan asuransi. Baik itu dana hasil penipuan asuransi yang dicuci melalui Penyedia Jasa Keuangan lain maupun perusahaan asuransi dijadikan wadah pencucian uang. Dengan adanya Prinsip Mengenal Nasabah (Know Your Customer Principles) atau yang biasa disebut KYC dan terbentuknya PPATK diharapkan tindak pidana pencucian uang bisa dicegah dan diberantas. Prinsip Mengenal Nasabah merupakan prinsip yang diterapkan Perusahaan Asuransi Jiwa Bersama 1912 untuk mengetahui informasi- informasi mengenai latar belakang dan identitas calon nasabah, termasuk pelaporan transaksi keuangan mencurigakan dan transaksi keuangan tunai yang kemungkinan terjadinya tindak pidana pencucian uang. Tujuan dari pelaksanaan penerapan prinsip mengenal nasabah sebagai upaya untuk menciptakan industri keuangan pada perusahaan asuransi yang sehat serta terlindungi dari disalahgunakannya untuk kejahatan keuangan, termasuk pencucian uang, baik yang dilakukan secara langsung maupun tidak langsung oleh pelaku kejahatan. Metode yang digunakan dalam penulisan hukum ini adalah metode penelitian hukum empiris. Penelitian empiris dilakukan dengan melakukan wawancara dengan pihak Asuransi Jiwa Bersama Bumiputera 1912 dan beberapa nasabah terkait dengan pelaksanaan penerapan prinsip mengenal nasabah. Metode penentuan informan pada penelitian ini menggunakan metode purposive dan snowball sampling. Hasil penelitian menunjukan bahwa pelaksanaa pengaturan prinsip mengenal nasabah menjadi point penting pada perusahaan Asuransi Jiwa Bersama Bumiputera 1912. Pelaksanaan penerapan prinsip mengenal nasabah pada perusahaan Asuransi Jiwa Bersama 1912 belum berjalan secara efektif dan konsisten, terdapat beberapa prosedur-prosedur yang tidak dilaksanakan sehingga masih terdapat celah bagi pelaku kejahatan untuk melakukan tindak pidana pencucian uang. Pelaksanaan penerapan prinsip mengenal nasabah pada Perusahaan Asuransi Jiwa Bersama 1912 masih terdapat beberapa faktor penghambat baik dari aspek hukum maupun dari aspek non hukum.
  • 2. Karya Tulis Ilmiah, Fak. Hukum UNIB 2012 PENDAHULUAN Masalah kriminalitas merupakan salah satu hal yang turut berkembang dengan pesat, namun perangkat hukum untuk mencegah dan memberantas kriminalitas itu sendiri belum memadai dan masih tertinggal jauh, sehingga berbagai jenis kejahatan baik yang dilakukan oleh perorangan, kelompok ataupun korporasi dengan mudah terjadi dan menghasilkan harta kekayaan dalam jumlah besar. Kejahatan–kejahatan tersebut tidak hanya dilakukan dalam batas wilayah suatu negara, namun meluas melintasi batas wilayah negara lain sehingga sering disebut transnational crime.1 Kejahatan nasional dan transnational, harta kekayaan dari hasil kejahatan biasanya oleh pelaku disembunyikan kemudian dikeluarkan lagi seolah- olah dari hasil legal hal inilah yang sering dikenal dalam dunia internasional dengan istilah pencucian uang atau money laundering. Perkembangannya, kasus pencucian uang di negara Indonesia maupun di negara-negara lain cukup variatif sesuai dengan kharakteristik tindak pidana di masing-masing negara yang bersangkutan. Di Indonesia, kasus pencucian uang semakin meningkat dari tahun ke tahun. Berdasarkan statistik Pelaporan dan Analisis Transaksi Keuangan sampai dengan periode maret 2012 jumlah laporan yang diterima PPATK mencapai 10.822.052 laporan.2 Salah satu contoh kasus dengan menjadikan perusahaan asuransi tempat melakukan pencucian uang dari uang hasil kejahatan yang terjadi di Indoensia yaitu penggelapan dana nasabah prioritas Citibank: “Tersangka kasus penggelapan dana nasabah prioritas Citibank atas nama Malinda Dee, memiliki 30 rekening. Hasil penelusuran Pusat Pelaporan dan Analisis Transaksi Keuangan (PPATK), rekening- rekening itu tercecer di delapan bank dan dua perusahaan asuransi. Dua rekening asuransi, dalam bentuk asuransi unit link, Asuransi ini merupakan gabungan dari investasi dan asuransi jiwa. Modus yang 1 Tb. Irman, 2006, Hukum Pembuktian Pencucian Uang, Bandung, MQS Publishing, hal. 1 2 PPATK, 2012, Statistik Pelaporan dan Transaksi Keuangan Bulan Maret 2012. http:// www.ppatk.co.id, diakses Hari Selasa tanggal 29 bulan Mei tahun 2012.
  • 3. Karya Tulis Ilmiah, Fak. Hukum UNIB 2012 dilakukan Malinda dengan cara mengambil uang dari rekening nasabah. Menurut Yunus Husein kepala PPATK, tindakan mantan Vice President Relationship Citibank ini melanggar Undang-undang Nomor 8 Tahun 2010 tentang Pencegahan dan Pemberantasan Tindak Pidana Pencucian Uang. Aksi mulusnya ternyata tak lepas dari banyaknya kartu identitas Malinda. Menurut PPATK, mantan manajer Citibank itu punya empat kartu identitas Kartu Tanda Penduduk (KTP). "Informasi ini didapat dari delapan bank dan dua perusahaan asuransi.”3 Pusat Pelaporan dan Analisis Transaksi Keuangan (PPATK) mengungkapkan laporan mengenai transaksi keuangan mencurigakan (LTKM) dari perusahaan asuransi sampai saat ini belum menunjukkan perkembangan yang signifikan. Dari data tiga tahun terakhir selama 2009 jumlah perusahaan asuransi yang lapor baru sebanyak 31 laporan. Tercatat jumlah Laporan Transaksi Keuangan Mencurigakan mencapai 2.132. Sedikit meningkat di tahun 2010 yang lapor sebanyak 34 perusahaan asuransi dengan jumlah 2.939. Dan tahun 2011 sampai Mei yang lapor baru 37 perusahaan asuransi dengan 2.531 Laporan Transaksi Keuangan Mencurigakan.4 Hal ini telah mencerminkan kondisi yang sesungguhnya apabila mempertimbangkan tingkat kejahatan yang menghasilkan uang di Indonesia, seperti korupsi dan penggelapan. Penyedia Jasa Keuangan seperti pada perusahaan asuransi sangat mudah bagi para pelaku kejahatan untuk melakukan pencucian uang dari uang yang berasal dari kejahatan, karena sistem keamanan pada perusahaan asuransi masih tergolong lemah dan belum berjalan secara online antar perusahaan-perusahaan asuransi yang ada di Indonesia baik skala kecil maupun skala besar. Masalah money laundering telah dikenal sejak lama yaitu tahun 1930 di Amerika Serikat, yaitu ketika mafia membeli perusahaan yang sah dan resmi sebagai salah satu strateginya. Investasi terbesar adalah usaha pencucian pakaian atau disebut 3 Wawancara dengan Staf bagian Kepatuhan, SOP, dan PMN Departemen Manajemen Resiko AJB Bumiputera 1912, Ardi Stefanus, Pada hari Kamis tanggal 5 Juli Tahun 2012, di Wisma AJB Bumiputera 1912 Lt.19, Jl. Jend. Sudirman Kav. 75, Jakarta. 4 Idris Rusadi Putra. PPATK: Asuransi Malas Beberkan Transaksi Mencurigakan. http//:www.okezone.com. Diakses pada hari Rabu Tanggal 24 bulan Oktober tahun 2012.
  • 4. Karya Tulis Ilmiah, Fak. Hukum UNIB 2012 laundromats yang ketika itu terkenal di Amerika Serikat. Usaha pencucian pakaian ini berkembang maju dan berbagai perolehan uang hasil kejahatan seperti dari cabang usaha lainnya ditanamkan ke perusahaan pencucian pakaian ini, seperti uang hasil minuman keras legal, hasil perjudiaan, dan hasil usaha pelacuran.5 Pada hal ini tindak pidana pencucian uang semakin mendapat perhatian khusus dari kalangan, yang bukan saja dalam skala nasional, tetapi juga internasional melalui kerja sama antar negara-negara. Tindak pidana pencucian uang dari waktu ke waktu semakin marak, sehingga banyak negara-negara menetapkan sistem hukumnya untuk menetapkan sebagai kejahatan yang harus diberantas. Dampak negatif yang ditimbulkan secara langsung maupun tidak langsung dari tindak pidana pencucian uang yaitu salah satunya terhadap perekonomian suatu negara. Sehingga negara-negara di dunia dan organisasi internasional termotivasi serius untuk mencegah dan memberantas tindak pidana pencucian uang. Tahun 1988 diadakan konvensi internasional dalam upaya pencegahan dan pemberantasan pencucian uang yang sudah tergolong pula sebagai kejahatan internasional yaitu UN Drug Convention.6 Kemudian untuk menindaklanjuti konvensi tersebut, pada bulan juli 1989 di Paris, Perancis dibentuklah FATF yaitu Financial Action Task Force, sebuah organisasi yang membebaskan Bank dari Praktek money laundering. Pentingnya pencegahan dan pemberantasan pencucian uang pada lembaga perbankan dan penyedia jasa keuangan non bank karena dampaknya tidak hanya merugikan keuangan negara, tetapi juga memberikan dampak bagi stabilitas nasional. Secara umum ada beberapa alasan mengapa pencucian uang (money laundering) diperangi dan dinyatakan sebagai tindak pidana, yaitu: 1. Pengaruh money laundering pada sistem keuangan ekonomi diyakini berdampak negatif bagi perekonomian dunia. Fluktuasi yang tajam 5 Adrian Sutedi, 2008, Tindak Pidana Pencucian Uang, Bandung, PT Citra Aditya Bakti, hal. 1-2 6 Ibid, hal.15.
  • 5. Karya Tulis Ilmiah, Fak. Hukum UNIB 2012 pada nilai tukar dan suku bunga merupakan bagian dari akibaat negatif dari pencucian uang. Dengan adanya berbagai dampak negatif itu diyakini, bahwa money laundering dapat mempengaruhi perekonomian dunia; 2. Dengan dinyatakan money laundering sebagai tindak pidana akan lebih memudahkan bagi aparat penegak hukum untuk menyita hasil tindak pidana yang kadangkala sulit disita, misalnya, asset yang susah dilacak atau dipindahtangankan kepada pihat ketiga, dengan ini maka pemberantasan tindak pidana sudah berailh orientasinya dari “menindak pelakunya” kearah menyita “hasil tindak pidana”; 3. Dengan dinyatakan money laundering sebagai tindak pidana dan dengan adanya sistem pelaporan transaksi dalam jumlah tertentu dan traksaksi yang mencurigakan, maka hal ini lebih memudahkan bagi para penegak hukum untuk menyelidiki kasus pidana sampai kepada tokoh-tokoh yang ada dibelakangnya.7 Peraktiknya, banyak dana potensial yang dimanfaatkan secara optimal karena pelaku money laundering sering melakukan “steril investment” misalnya dalam investasi di bidang property pada negara-negara yang mereka anggap aman walaupun dengan melakukan hal itu hasil yang diperoleh lebih rendah.8 Berdasarkan statistic Internasional Monetary Fund (IMF), hasil kejahatan yang dicuci melalui bank diperkirakan hampir mencapai nilai sebesar US$ 1.500 miliar per tahun. Sementara itu, menurut Associated Press, kegiatan pencucian uang hasil perdagangan obat bius, prostitusi, korupsi dan kejahatan lainnya sebagian besar diproses melalui perbankan untuk kemudian dikonversikan menjadi dana legal dan diperkirakan kegiatan ini mampu menyerap nilai US$ 600 miliar per tahun. Ini berarti sama dengan 5% GDP dunia. Selain itu, menurut Financial Action Task Force (FATF), perkiraan atas jumlah uang yang dicuci setiap tahun di seluruh dunia dari perdagangan gelap narkotika berkisar antara US$ 300 miliar sampai US$ 500 miliar.9 7 Yunus Husein, 2007, Bunga Rampai Anti Pencucian Uang, Jakarta: Book Terrace & Library, hal. 262. 8 Bismar Nasution, 2005, Rejim Anti-Money laundering di Indonesia. Bandung:: Pusat Informasi Hukum Indonesia, hal. 1 9 Adrian Sutedi, Op.Cit, hal.2-3.
  • 6. Karya Tulis Ilmiah, Fak. Hukum UNIB 2012 Biasanya pelaku kejahatan pencucian uang pada perusahaan asuransi menggunakan modus-modus yang canggih agar sulit ditelursuri. Pada dasarnya kejahataan pencucian uang pada perusahaan asuransi bisa dilakukan oleh orang dalam perusahaan maupun orang luar atau tertanggung. Terkadang kejahatan asuransi ini juga dipelopori oleh pihak perantara yaitu agen maupun broker pada perusahaan asuransi.10 Kejahatan pencucian uang yang terjadi pada perusahaan asuransi antara lain dilakukan dengan melakukan pembayaran polis yang nilainya jauh diatas kemampuan yang wajar, investasi dalam bentuk proteksi asset, penggelapan premi asuransi, dan lump sum inverstment (investasi dalam jumlah besar) melalui produk- produk yang likuid terutama yang bernilai besar. Produk asuransi seperti single premium insurance bond, yang akhir-akhir ini popular, disinyalir banyak dibeli oleh para pencuci uang untuk dijual kembali dengan harga diskon, sehingga sisa nilainya dapat mereka peroleh dalam bentuk cek yang bersih (sanitized check) dari suatu perusahaan asuransi. Para pencuci uang tertarik untuk membeli produk asuransi dimaksud adalah karena single premium insurance bond dapat pula digunakan sebagai jaminan untuk memperoleh pinjaman dari lembaga-lembaga keuangan. Salah satu permasalahan pokok pada industri asuransi adalah bahwa produk-produk asuransi dalam persentase yang cukup signifikan dijual melalui lembaga intermediasi, sehingga para pialang (brokers) seringkali merupakan satu-satunya penghubung (personal contact) dengan nasabah.11 Agar sistem penyedia jasa keuangan non bank tidak digunakan sebagai sarana pencucian uang. Maka pemerintah melalui Menteri Keuangan dikeluarkanlah ketentuan mengenai Penerapan Prinsip Mengenal Nasabah (Know Your Cutomer) untuk lembaga keuangan non bank yang terdapat dalam Peraturan Menteri Keuangan Nomor 30/ PMK.010/2010. Adanya penerapan prinsip Know Your Customer dan 10 Fahmi Aulia, Waspadai Merebaknya Insurance Fraudulent, Jurnal Uang dan bank, Nomor 5, Maret 2005, hal. 49. 11 Edi Nasution, 2011, Memahami Praktik Pencucian Uang Hasil Kejahatan (Money Laundering), hal. 17
  • 7. Karya Tulis Ilmiah, Fak. Hukum UNIB 2012 terbentuknya PPATK ini diharapkan tindak pidana pencucian uang bisa dicegah dan diberantas terutama pada sektor lembaga keuangan. Akan tetapi dalam pratiknya sendiri, penerapan Prinsip Know your Customer pada perusahaan asuransi masih belum terlaksana dengan baik. Baik itu yang dilakukan oleh perusahaan itu sendiri maupun dari pihak lain yakni PPATK dan Direktorat Jenderal Menteri keuangan yang saling taerkait dan berkoordinasi di dalam penerapan pelaksanaan Prinsip Know Your Customer. Berdasarkan paparan di atas, prinsip Know Your Customer sangat diperlukan sebagai upaya pencegahan pencucian uang pada perusahaan asuaransi dan dalam menjalankan usahanya agar kepentingan nasabah dan perusahaan asuransi terlindungi. Untuk mengguraikan masalah ini penulis meneliti pada salah satu Perusahaan Asuransi yang telah lama berdiri yaitu AJB Bumiputera 1912 dan melalui penulisan hukum yang berjudul: “Tindak Pidana Pencucian Uang dikaitkan Dengan Prinsip Mengenal Nasabah (Know Your Customer) Pada Perusahaan Asuransi Jiwa Bersama Bumiputera 1912”. RUMUSAN MASALAH Berdasarkan uraian sebagaimana yang telah dijelaskan pada latar belakang sebelumnya perlu dilakukan penelitian yang berkaitan tentang: 1. Bagaimanakah pelaksanaan peraturan Prinsip Mengenal Nasabah (Know Your Customer) pada perusahaan AJB Bumiputera 1912 dalam upaya pencegahan dan pemberantasan tindak pidana pencucian uang ? 2. Apa saja faktor penghambat dalam pelaksanaan Prinsip Mengenal Nasabah (Know Your Customer) pada perusahaan AJB Bumiputera 1912 ?
  • 8. Karya Tulis Ilmiah, Fak. Hukum UNIB 2012 METODE PENELITIAN Jenis penelitian yang digunakan peneliti jenis penelitian hukum empiris, penelitian ini dilakukan dengan melakukan wawancara dengan pihak asuransi dan beberapa nasabah terkait dengan penerapan prinsip mengenal nasabah (know your customer). Dalam penelitian hukum empiris, data yang dipergunakan adalah data primer.12 Dalam penelitian hukum ini menggunakan analisis atau penafsiran data kualitatif. Data yang primer dan data sekunder yang telah disusun secara sistematis kemudian di analisis secara perspektif dengan menggunakan metode deduktif dan induktif. Metode deduktif dilakukan dengan membaca, menafsirkan, dan membandingkan apa yang dinyatakan informan13 secara lisan dan prilaku nyata dari informan yang diamati, sedangkan metode induktif dilakukan dengan menterjemahkan berbagai sumber yang berhubungan dengan penulisan hukum ini sehingga diperoleh kesimpulan yang sesuai dengan tujuan penelitian yang telah dirumuskan. 12 Soerjono soekanto dan Sri Mamuji, Penelitian Hukum Normatif Suatu Tinjauan Singkat, Rajawali, Jakarta, Hal 14 dan Hal 24. Lihat juga Soenaryati Hartono, Penelitian Hukum Di Indonesia Data Akhir Abad ke-20, Bandung, Alumni, 1994, Hal 151. 13 Informan adalah orang yang memberikan informasi mengenai sikap, tindakan, persepsi, tanggapan atau segala sesuatu tentang orang yang memiliki hubungan tertentu dengan dirinya.
  • 9. Karya Tulis Ilmiah, Fak. Hukum UNIB 2012 HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Pelaksanaan Pengaturan Prinsip Mengenal Nasabah (Know Your Customer) Pada Perusahaan AJB Bumiputera 1912 Dalam Upaya Pencegahan dan Pemberantasan Tindak Pidana Pencucian uang Dalam pelaksanaan Prinsip Mengenal Nasabah pada Perusahaan Asuransi khususnya AJB Bumiputera 1912 dapat dijabarkan dalam beberapa hal sebagai berikut: 1. Prosedur Identifikasi dan Verifikasi Nasabah Prinsip Mengenal Nasabah (PMN) harus dilakukan sejak proses registrasi/penerimaan seseorang nasabah baru dan dilanjutkan secara berkesinambungan selama nasabah tersebut menjadi nasabah AJB Bumiputera 1912. Proses mendapatkan identitas nasabah dan penerimaan sampai disahkannya seorang nasabah harus melalui tahap-tahap yang telah ditetapkan secara khusus oleh perusahaan AJB Bumiputera 1912. a. Upaya Untuk Mendapatkan Identitas Nasabah Pihak AJB Bumiputera 1912 harus memproleh keyakinan mengenai identitas nasabah baik perorangan maupun perusahaan atau korporasi serta nasabah bertindak dan atas nama pihak lain dan melakukan verifikasi terhadap identitas nasabah. Sejak dimulainya hubungan usaha pihak AJB Bumiputera 1912 mengharuskan adanya pertemuan dengan nasabah (face to face meeting), dengan demikian dapat membuktikan identitas nasabah sesuai dengan dokumen pendukungnya (verifikasi fisik). Perusahaan AJB Bumiputera 1912 wajib melakukan pengkinian data nasabah terhadap setiap perubahan yang berkaitan dengan identitasnya. Proses pengkinian merupakan bagian dari prosedur pelaksanaan Prinsip Mengenal Nasabah untuk melindungi Perusahaan AJB Bumiputera 1912 agar tidak dimanfaatkan sebagai sarana Pencucian uang (Money Laundering). Apabila prosedur identifikasi dan verifikasi telah dilaksanakan secara lengkap,
  • 10. Karya Tulis Ilmiah, Fak. Hukum UNIB 2012 perusahaan asuransi tidak perlu meminta informasi tambahan kepada nasabah apabila yang bersangkutan melakukan hubungan usaha atau transaksi lainnya dengan perusahaan asuransi lainnya. Ike Anggraini mengatakan,14 untuk mendapatkan identitas nasabah perorangan dan nasabah Perusahaan/Lembaga/Institusi baik itu nasabah beresiko tinggi (high risk customer) dari segi keuangan (finansial) dengan cara melakukan pengisian formulir atau lembar wawancara produksi baru, dalam lembar tersebut telah memuat latar belakang dan identitas calon nasabah, maksud dan tujuan nasabah melakukan perikatan, profil keuangan, identitas penerima kuasa, informasi lain yang memungkinkan pihak asuransi dapat mengetahui profil calon nasabah serta dokumen pendukung untuk keperluan Prinsip Mengenal Nasabah (PMN). Perusahaan wajib meminta dokumen pendukung untuk keperluan Prinsip Mengenal Nasabah (PMN) apabila pemilik dana adalah pemegang polis maupun pemilik dana bukan pemegang polis (Beneficial Owner). Ike Anggraini mengatakan, Berdasarkan dokumen pendukung yang telah disampaikan oleh calon nasabah, petugas frontliner (agen dan agen koordinator) wajib meneliti kebenaran dan keabsahan dokumen pendukung tersebut dengan cara mencocokan dokumen pendukung dengan dokumen aslinya, dan bentuknya tidak meragukan. Setelah itu petugas frontliner menyerahkan dokumen pedukung tersebut kepada Kepala Cabang yang akan diperiksa ulang dengan cara: - Melakukan pemeriksaan kelengkapan data yang diisi dan kelengkapannya dokumen pendukung yang dibutuhkan, - Meminta dokumen lain yang dikeluarkan oleh pihak yang berwenang, 14 Wawancara dengan Staf bagian Administrasi Produksi, Ike Anggraini, Pada hari Rabu tanggal 29 Agustus tahun 2012, di Kantor Bumiputera 1912 Cabang Bengkulu.
  • 11. Karya Tulis Ilmiah, Fak. Hukum UNIB 2012 - Melakukan pemeriksaan silang dari berbagai informasi yang disampaikan oleh calon nasabah, - Melakukan penelaahan mengenai benficial owner, - Melakukan pengkinian data dalam hal apabila terdapat perubahan terhadap dokumen – dokumen. Ike Anggraini menambahkan, setelah mencocokan dokumen pendukung dengan dokumen aslinya telah dilakukan maka dokumen tersebut akan berlanjut dan/atau diserahkan ke Kantor Wilayah dan Departemen Manajemen Resiko. Kantor Wilayah dan Departemen Manajemen Risiko akan melakukan Customer Due Deligence15 atau yang lebih dikenal dengan sebutan CDD terhadap nasabah dan beneficial owner yang dianggap/diklasifikasikan mempunyai risiko terhadap praktik pencucian uang, penggunaan istilh CDD berlaku pada setiap kegiatan yang berupa identifikasi, verifikasi, dan pemantauan oleh pihak asuransi AJB Bumiputera 1912 terhadap nasabah dan beneficial owner yang dianggap mempunyai resiko rendah dan resiko menengah terjadinya tindak pidana pencucian uang, dan diwajibkan melakukan Enhanced Due Diligence EDD yaitu tindakan CDD yang lebih mendalam pada saat berhubungan dengan nasabah yang beresiko tinggi termasuk Politically Exposed Person. Ansori Yadi mengatakan, bahwa pihak asuransi pun ternyata tidak melakukan pemeriksaan data secara terperinci menyangkut informasi- informasi yang dibutuhkan dalam pelaksanaan prinsip mengenal nasabah. Mereka hanya melihat formulir yang diisi oleh calon nasabah dan langsung menyetujui prihal polis yang dimiliki tanpa adanya pemeriksaan lebih 15 Customer Due Diligence yang selanjutnya disingkat CDD adalah proses identifikasi calon nasabah dan/atau verifikasi atas dokumen pendukung calon nasabah yang bertujuan untuk meneliti kemungkinan hal-hal yang tidak wajar atau mencurigakan atas transaksi yang akan dilakukan calon nasabah, memastikan kebenaran dokumen calon nasabah apabila terdapat kerugian atas dokumen yang diterima, melakukan penealahan terhadap Beneficial Owner
  • 12. Karya Tulis Ilmiah, Fak. Hukum UNIB 2012 lanjut dan nasabah tidak mengetahui apakah pengisian formulir aplikasi tersebut terkait dengan penerapan Prinsip Mengenal Nasabah (Know Your Customer) atau tidak, yang terpenting data tersebut telah diisi dan Surat Perjanjian Asuransi Jiwa (SPAJ) telah disepakati dari produk yang diinginkan. Perihal apakah data tersebut tersimpan pada dokumen pihak asuransi atau tidak, hanya pihak asuransi dan/atau agenlah yang mengetahuinya.16 b. Persetujuan Penerimaan dan Penolakan Calon Nasabah Dalam persetujuan penerimaan calon nasabah Perusahaan Asuransi memastikan dan meneliti kebenaran bukti identitas calon nasabah saat akan melakukan perikatan hubungan usahan dengan perusahaan asuransi. Persetujuan penerimaan calon nasabah harus sesuai dengan jenjang kewenangannya, setelah meyakini kebenaran identitas dan kelengkapan dokumen calon nasabah. Amrullah selaku Kepala Cabang AJB Bumiputera 1912 Bengkulu menjelaskan,17 selama ini tidak pernah melakukan penolakan terhadap calon nasabah dari bidang keuangannya tetapi dari segi kesehatan sudah banyak, karena dari keuangan dari mana uang itu berasal tidak secara tertulis kita tanyakan. Jadi kita tidak pernah melakukan penolakan calon nasabah untuk masuk asuransi karena keuangannya mencurigakan atau patut diduga merupakan hasil tindak pidana. Ike Anggraini menambahkan, mengenai persetujuan dan penerimaan calon nasabah baru memang tidak pernah melakukan 16 Wawancara dengan nasabah AJB Bumiputera 1912, Ansori Yadi, pada hari Selasa tanggal 10 Juli tahun 2012. 17 Wawancara dengan Kepala Cabang AJB Bumiputera 1912 Bengkulu, Amrullah, Pada hari Rabu tanggal 29 tahun 2012, di Kantor Cabang AJB Bumiputera 1912 Bengkulu.
  • 13. Karya Tulis Ilmiah, Fak. Hukum UNIB 2012 penolakan berapapun jumlah transaksi yang dilakukan, hal konyol menolak nasabah dari segi keuangannya (financial), disamping itu untuk menambah income. Yang berwenang melakukan penolakan terhadap calon nasabah adalah Kepala Wilayah apabila tidak memenuhi kelengkapan data dan dokumen pendukung yang ditentukan dan tidak benar dan untuk penerimaan calon nasabah yang tergolong tinggi atau tergolong transaksi mencurigakan Direksi yang memberikan persetujuan melalui Kepala Departemen Pertanggungan. Akan tetapi dalam hal ini yang saya ketahui, perusahaan AJB Bumiputera 1912 tidak pernah menolak calon nasabah yang ingin masuk asuransi karena keuangannya mencurigakan. 2. Prosedur Identifikasi Transaksi Keuangan Mencurigakan dan Transaksi Keuangan Tunai Sesuai dengan Undang-Undang Nomor 8 Tahun 2010 tentang Pencegahan dan Pemberantasan Tindak Pidana Pencucian Uang, transaksi keuangan mencurigakan adalah transaksi yang menyimpang dari profil dan karakteristik serta kebiasaan pola transaksi dari nasabah, termasuk transaksi keuangan oleh nasabah yang patut diduga dilakukan dengan tujuan untuk menghindari pelaporan transaksi yang bersangkutan yang wajib dilakukan oleh PJK, dan juga transaksi keuangan yang dilakukan atau batal dilakukan dengan menggunakan Harta Kekayaan yang diduga berasal dari tindak pidana. Amrullah mengatakan, metode yang digunakan para pencuci uang dapat dikatakan hampir tidak terbatas, sehingga kadang – kadang tidak mudah untuk mengidentifikasikan teransaksi keuangan mencurigakan. Dibutuhkan suatu judgement (penilaian) atas dasar fakta – fakta yang kuat dan bukan hanya sekedar tidak adanya informasi tertentu dari nasabah. Ketetapan judgement ditentukan oleh kelengkapan informasi nasabah dan transaksi yang dilakukannya, pelatihan dan pengalaman dari karyawan/pejabat AJB bumiputera 1912.
  • 14. Karya Tulis Ilmiah, Fak. Hukum UNIB 2012 Teguh Setijono mengatakan, dalam mempermudah pengindentifikasian transaksi mencurigakan telah ada Kordinator Penerapan Prinsip Mengenal Nasabah (PMN). Identifikasi yang dilakukan kordinator antara lain: - Mengembangkan sistem pemantauan yang dapat dilakukan baik secara manual ataupun otomatis. - Melakukan pemantauan dan melaporkan transaksi mencurigakan utntuk dievaluasi lebih lanjut. - Menatausahakan hasil pemantauan dan evaluasi transaksi nasabah, baik yang dilaporkan maupun yang tidak dilaporkan kepada PPATK. - Melakukan pengkinian data dalam hal terdapat perubahan terhadap dokumen-dokumen.18 3. Pelaporan Berdasarkan Undang-undang Nomor 8 Tahun 2010 tentang Pencegahan dan Pemberantasan tindak Pidana Pencucian Uang setiap PJK wajib melaporkan transaksi keuangan mencurigakan kepada PPATK disertai dengan penjelasan dan alasan yang menyebabakan transaksi dicurigai atau patut diduga, identitas para pihak yang melakukan transaksi tersebut dicurigai dan dilakukan sesuai dengan ketentuan PPATK mengenai bentuk, jenis dan tata cara penyampaian Laporan Transaksi Keuangan Mencurigakan (LTKM). Teguh Setijono mengatakan,19 dalam proses pelaporan transaksi tunai maupun transaksi mencurigakan dimulai dari Kantor Cabang, Kantor 18 Wawancara dengan Kepala bagian Kepatuhan, SOP, dan PMN, Departemen Manajemen Resiko AJB Bumiputera 1912, Teguh Setijono, Pada hari Kamis tanggal 5 Juli Tahun 2012, di Wisma AJB Bumiputera 1912 Lt.19, Jl. Jend. Sudirman Kav. 75, Jakarta.
  • 15. Karya Tulis Ilmiah, Fak. Hukum UNIB 2012 Wilayah, Departemen Pertanggungan dan Departemen Pengendalian Intern melalui Kantor Perwakilan Pengendalian Intern (KPPI) mengirimkan hasil idetifikasi Transaksi Keuangan Tunai (TKT) dan Transaksi Keuangan Mencurigakan (TKM) ke Departemen Manajemen Resiko. Setelah Manajemen Resiko menerima hasil identifikasi TKT dan TKM serta mencatat dalam checklist dan melakukan evaluasi dengan menanyakan kepada unit kerja yang bersangkutan keberadaan identifikasi TKT dan TKM, jika ada agar dikirim ke Departemen Manajemen Resiko, jika tidak ada tidak perlu mengirim identifikasi TKT dan TKM tersebut. Hasil identifikasi TKT dan TKM yang dikirimkan ke Departemen Manajemen Resiko dilakukan Identifikasi kembali oleh staff Departemen Manajemen Resiko apakah TKT dan TKM tersebut layak dijadikan LTKT dan LTKM ke PPATK atau tidak. Layak TKT dan TKM untuk dilaporkan maka staf membuat dan melengkapi LTKT dan LTKM sesuai dengan format yang telah ditentukan PPATK untuk kemudian dikirimkan. Apabila tidak layak TKT dan TKM dilaporkan ke PPATK maka staf melakukan pendataan dan updating dan serta penyimpanan catatan dan/atau dokumen mengenai identitas pengguna jasa keuangan sampai dengan 5 (lima) tahun sejak berakhirnya hubungan dengan pihak asuransi AJB Bumiputera 1912 dan segala bentuk transaksi termasuk data, informasi, baik yang sudah disusun atau dalam proses idetifikasi maupun yang sudah dilaporkan ke PPATk bersifat rahasia. Komisaris, Direksi, Pejabat, pegawai maupun agen wajib merahasiakan pelaporan transaksi tersebut kepada nasabah maupun pihak lain dengan cara apapun, baik secara langsung maupun tidak langsung. 19 Wawancara dengan Kepala bagian Kepatuhan, SOP, dan PMN, Departemen Manajemen Resiko AJB Bumiputera 1912, Teguh Setijono, Pada hari Kamis tanggal 5 Juli Tahun 2012, di Wisma AJB Bumiputera 1912 Lt.19, Jl. Jend. Sudirman Kav. 75, Jakarta.
  • 16. Karya Tulis Ilmiah, Fak. Hukum UNIB 2012 Ardi Stefanus salah satu staf bagian Kepatuhan, SOP dan PMN Departemen Manajemen Resiko AJB Bumiputera 1912 mengatakan, hingga saat ini untuk Laporan Transaksi Keuangan Tunai (LTKT) maupun Laporan Transaksi Keuangan Mencurigakan (LTKM) dari Departemen Manajemen Risiko ke PPATK masih kita lakukan secara manual karena fasilitas komunikasi teknologi informasi belum memadai atau belum berjalan dengan efektif, akan tetapi dalam waktu dekat akan dilakukan secara online sehingga memudahkan kita untuk untuk melaporkan Transaksi Keuangan Tunai dan/atau Transaksi Keuangan Mencurigakan yang layak dijadikan LTKT dan/atau LTKM dengan tidak memakan waktu yang lama, dan kita sebagai staf Bagian Kepatuhan, SOP, dan PMN sudah mendapat pelatihan khusus dari PPATK mengenai pengiriman secara online tersebut.20 a. Batas Waktu Pelaporan Teguh Setijono mengatakan, Pelaporan dari Kantor Cabang, Kantor Wilayah, dan Departemen Pertanggungan ke Departemen Manajemen Risiko. Penyampaian laporan transaksi tunai dilakukan paling lambat 7 (tujuh) hari kerja terhitung sejak tanggal transaksi dilakukan, dan untuk penyampaian laporan transaksi mencurigakan dilakukan paling lambat 1 (satu) hari kerja setelah diketahui adanya unsur transaksi mencurigakan. Setelah laporan diterima Departemen Manajemen Risiko, Departemen Manajemen Risiko melanjutkan penyampaian laporan ke PPATK. Penyampain laporan transaksi tunai dilakukan paling lambat 14 (empat belas) hari kerja terhitung sejak tanggal transaksi dilakukan. 20 Wawancara dengan Staf bagian Kepatuhan, SOP, dan PMN Departemen Manajemen Resiko AJB Bumiputera 1912, Ardi Stefanus, Pada hari Kamis tanggal 5 Juli Tahun 2012, di Wisma AJB Bumiputera 1912 Lt.19, Jl. Jend. Sudirman Kav. 75, Jakarta.
  • 17. Karya Tulis Ilmiah, Fak. Hukum UNIB 2012 Penyampaian laporan transaksi mencurigakan dilakukan paling lambat 3 (tiga) hari kerja setelah diketahui adanya unsur transaksi mencurigakan.21 b. Sanksi Tidak Menyampaikan Laporan Pelanggaran terhadap kewajiban memberikan laporan (termasuk memberikan laporan yang tidak benar/tidak sesuai dengan keadaan yang tidak sebenarnya) dapat dikenakan sanksi sesuai dengan bobot kesalahannya. Menurut Ardi Stefanus,22 Sebuah Perusahaan Asuransi dapat mempunyai pengetahuan adanya transaksi keuangan mencurigakan atau dugaan yang cukup (reasonable suspicion) tentang adanya upaya pencucian uang berdasarkan informasi yang diperoleh dari berbagai sumber, di antaranya dari lembaga penegak hukum, lembaga pemerintah (Departemen Keuangan), masyarakat madani, media cetak, Bank Indonesia, PPATK, dan sistem PMN Perusahaan Asuransi sendiri. Oleh karena kasus pencucian uang pada perusahaan asuransi sudah semakin banyak, maka sudah seharusnya Perusahaan Asuransi melaporkan transaksi keuangan yang mencurigakan tersebut kepada PPATK. 21 Wawancara dengan Kepala bagian Kepatuhan, SOP, dan PMN, Departemen Manajemen Resiko AJB Bumiputera 1912, Teguh Setijono, Pada hari Kamis tanggal 5 Juli Tahun 2012, di Wisma AJB Bumiputera 1912 Lt.19, Jl. Jend. Sudirman Kav. 75, Jakarta. 22 Wawancara dengan Staf bagian Kepatuhan, SOP, dan PMN Departemen Manajemen Resiko AJB Bumiputera 1912, Ardi Stefanus, Pada hari Kamis tanggal 5 Juli Tahun 2012, di Wisma AJB Bumiputera 1912 Lt.19, Jl. Jend. Sudirman Kav. 75, Jakarta.
  • 18. Karya Tulis Ilmiah, Fak. Hukum UNIB 2012 B. Faktor Penghambat dalam Pelaksanaan Prinsip Mengenal Nasabah (Know Your Customer) Pada Perusahaan AJB Bumiputera 1912. Berikut akan dijabarkan perihal hambatan-hambatan dalam pelaksanaan Prinsip Know Your Customer terkait dengan upaya pencegahan dan pemberantasan money laundering pada Perusahan Asuransi Jiwa Bersama Bumiputera 1912. 1. Aspek Hukum a. Ketentuan Prinsip Mengenal Nasabah (Know Your Customer) Belum Diatur Secara Eksplisit Prinsip Mengenal Nasabah (Know Your Cutomer) merupakan instrumen terpenting yang mendukung penerapan Undang-undang Tindak Pidana Pencucian Uang. Pada saat ini, pengaturan prinsip mengenal nasabah ditetapkan melalui peraturan yang dikeluarkan oleh lembaga yang berwenang melakukan pengaturan dan pengawasan terhadap jasa keuangan, seperti Bapepam, Departemen Keuangan, dan Bank Indonesia. Dalam peraturan perundang-undangan yang berlaku saat ini, prinsip mengenal nasabah tersebut belum diatur secara eksplisit, seperti tidak terdapat pada Undang-Undang Nomor 2 Tahun 1992 tentang Usaha Perasuransian sehingga dirasakan kurang memberikan landasan hukum yang kuat bagi otoritas yang berwenang dalam mengeluarkan peraturan prinsip mengenal nasabah (know your cutomer). Oleh karena itu, perlu adanya landasan hukum yang jelas dan diatur tersendiri dalam bentuk Undang-undang bagi otoritas (pengawas dan pengatur pihak-pihak yang memiliki kewajiban pelaporan). Disadari bahwa dalam penerapan prinsip tersebut bersinggung langsung dengan masyarakat pengguna jasa keuangan atau terkait dengan keuangan yang memiliki implikasi hukum sehingga perlu adanya pengaturan secara jelas terhadap kewajiban pengguna jasa keuangan atau terkait dengan keuangan dalam Undang-Undang Tindak Pidana Pencucian
  • 19. Karya Tulis Ilmiah, Fak. Hukum UNIB 2012 Uang agar pelaksanaan prinsip mengenal nasabah (know your costumer) lebih efektif. Ketentuan tersebut penting untuk dapat menguraikan kewajiban- kewajiban pokok apa saja yang hrus dipenuhi, seperti kewajiban memberikan informasi yang benar, yang sekurang-kurangnya meliputi identitas diri, sumber dana, dan tujuan dilakukannya transaksi, termasuk kewajiban memlampirkan dokumen pendukung. Sebaliknya, pengaturan tersebut juga perlu diberlakukan terhadap pihak lain apabila transaksi dilakukan untuk dan atas nama pihak lain tersebut. Untuk memenuhi prinsip keseimbangan, maka kewajiban tersebut berlaku juga pihak-pihak yang memiliki pelaporan untuk meminta informasi dan dokumen pendukung tersebut, sekaligus memberikan kewajiban untuk menolak transaksi (menolak melakukan hubungan usaha) apabila ketentuan tersebut tidak terpenuhi oleh pengguna jasa / nasabah. b. Kebutuhan Pemberlakuan Single Identification Number (SIN) Indonesia belum menerapkan sepenuhnya single identification number (SIN) untuk administrasi kependudukannya. Sudah menjadi rahasia umum bahwa untuk membuat berbagai kartu identitas diri, seperti kartu tanda penduduk (KTP) sangat mudah dilakukan di Indonesia. Dengan membayar sejumlah uang kita dapat memperoleh KTP tersebut. Banyak orang memiliki lebih dari satu KTP. Hal ini mencerminkan belum rapinya administrasi kependudukan di Indonesia. Keadaan ini menimbulkan berbagai kesulitan di berbagai sektor, seperti Asuransi, Perbankan, Keimigrasian, penegakan hukum, dan kepegawaian.23 23 Yunus Husein, 2007, Pentingnya Single Identification Number bagi Indonesia, Harian Jurnal Nasional.
  • 20. Karya Tulis Ilmiah, Fak. Hukum UNIB 2012 Menurut Ardi Stefanus24 selaku staf bagian Kepatuhan, SOP, dan PMN Departemen Manajemen Resiko AJB Bumiputera 1912, Kurang rapinya administrasi kependudukan menimbulkan banyak masalah bagi Perusahaan. Dalam rangka untuk melaksanakan ketentuan penerapan Prinsip Mengenal Nasabah (Know Your Customer) mengalami kesulitan melakukan verifikasi kebenaran dokumen identitas diri yang diserahkan oleh calon nasabahnya. Sering kali perusahaan AJB Bumiputera 1912 tanpa sadar menerima nasabah yang menggunakan identitas palsu. 2. Aspek Non Hukum a. Internal AJB Bumiputera 1912 1) Kurang Memadai Sarana dan Teknologi Informasi Tanpa adanya dan/atau kurang memadai sarana teknologi informasi, maka tidak mungkin pelaksanaan Prinsip Mengenal Nasabah akan berlangsung dengan lancar dan efektif. Penerapan teknologi informasi tersebut digunakan untuk menyimpan dan menyajikan data nasabah secara rinci, serta melaporkan transaksi keuangan mencurigakan dan transaksi keuangan tunai dengan cepat dan akurat. Mengenai Laporan Transaksi keuangan Mencurigakan dan Laporan Transaksi Keuangan Tunai, seperti yang dijelaskan diawal hingga saat ini Perusahaan AJB Bumiputera 1912 belum memiliki fasilitas teknnologi informasi yang memadai sehingga pelaporan dilakukan secara manual dan memakan waktu yang lama, sedangkan jangka waktu yang ditetapkan berdasarkan ketentuan – ketentuan sangat singkat, Akan tetapi dalam waktu dekat akan dilakukan secara online 24 Wawancara dengan Staf bagian Kepatuhan, SOP, dan PMN Departemen Manajemen Resiko AJB Bumiputera 1912, Ardi Stefanus, Pada hari Kamis tanggal 5 Juli Tahun 2012, di Wisma AJB Bumiputera 1912 Lt.19, Jl. Jend. Sudirman Kav. 75, Jakarta.
  • 21. Karya Tulis Ilmiah, Fak. Hukum UNIB 2012 agar pelaksanaan Prinsip Mengenal Nasabah berjalan secara lancar dan efektif. Ardi Stefanus menambahkan, disamping itu skala usaha Perusahaan Asuransi khususnya AJB Bumiputera 1912 dengan memiliki 30.000 tenaga kerja dengan 576 jaringan kantor dan 5,2 juta pemegang polis/nasabah di seluruh Indonesia juga merupakan faktor penghambat dalam pelaksanaan Prinsip Mengenal Nasabah. Dengan skala seperti itu, sulit dilakukan langkah-langkah yang dapat menunjang efektifitas penerapan Prinsip Mengenal Nasabah (KYC), seperti pendataan profil dari seluruh nasabah yang sudah ada. Sementara itu pelatihan untuk karyawan dan pengadaan sistem informasi membutuhkan persiapan yang cukup baik dari segi waktu, dana, dan keahlian.25 2) Kurang Konsisten Perusahaan AJB Bumiputera 1912 dalam Melaksanakan Penerapan Prinsip Mengenal Nasabah (Know Your Customer) Menurut Kepala Departemen Manajemen Resiko Kantor Pusat Asuransi Jiwa Bersama Bumiputera 1912, Basuki Radjiman mengatakan, bahwa asuransi merupakan tempat untuk melakukan pengalihan resiko antara tertanggung dan penanggung, dan setiap calon nasabah sudah dimintai keterangan mengenai identitas dirinya dan petugas pun sudah meneliti kebenaran identitas nasabah tersebut. Menurut beliau, pelaksanaan Prinsip Know Your Customer sudah diupayakan pemberlakuannya, hanya saja untuk dapat terwujudnya dengan baik masih memerlukan waktu, bukan saja karena beragamnya 25 Wawancara dengan Staf bagian Kepatuhan, SOP, dan PMN Departemen Manajemen Resiko AJB Bumiputera 1912, Ardi Stefanus, Pada hari Kamis tanggal 5 Juli Tahun 2012, di Wisma AJB Bumiputera 1912 Lt.19, Jl. Jend. Sudirman Kav. 75, Jakarta.
  • 22. Karya Tulis Ilmiah, Fak. Hukum UNIB 2012 jenis nasabah yang melakukan transaksi dengan pihak asuransi tetapi juga pihak asuransi yang memerlukan waktu terhadap pelaksanaan penerapan ini.26 Selanjutnya Ansori Yadi mengatakan bahwa pihak asuransi pun ternyata tidak melakukan pemeriksaan data secara terperinci menyangkut identitas nasabah tersebut. Mereka hanya melihat formulir yang diisi oleh calon nasabah dan langsung menyetujui perihal polis yang dimiliki tanpa adanya pemeriksaan lanjut.27 Heru Prabowo menambahkan, sangat jarang perusahaan asuransi dalam menerapkan pelakasanaan prinsip mengenal nasabah karena kurang memahami akan dampak yang akan ditimbulkan dari transaksi-transaksi nasabah yang memiliki risiko terjadinya pencucian uang dan merasa sangat merugikan akan takutnya kehilangan nasabah.28 Teguh Setijono mengatakan,29 pada prinsipnya asuransi tidak keberatan soal sistem pengenalan nasabah. Akan tetapi, pelaku pasar asuransi jiwa memerlukan waktu dalam pelaksanaan penerapannya. Beliau juga mengatakan bahwa penerapan prinsip pengenalan nasabah ini dapat membuat nasabah asuransi takut dan tidak mau bekerjasama dengan Perusahaan Asuransi yang mengakibatkan Perusahaan Asuransi akan mengalami kerugian. 26 Wawancara dengan Kepala Departemen Manajemen Resiko AJB Bumiputera 1912, Basuki Radjiman, Pada hari Kamis tanggal 5 Juli Tahun 2012, di Wisma AJB Bumiputera 1912 Lt.19, Jl. Jend. Sudirman Kav. 75, Jakarta. 27 Wawancara dengan nasabah AJB Bumiputera 1912, Ansori Yadi, pada hari Selasa tanggal 10 Juli tahun 2012 28 Wawancara dengan nasabah PT. Prudential Life Assurance, Heru Prabowo, pada hari Selasa tanggal 10 Juli tahun 2012 29 Wawancara dengan Kepala bagian Kepatuhan, SOP, dan PMN, Departemen Manajemen Resiko AJB Bumiputera 1912, Teguh Setijono, Pada hari Kamis tanggal 5 Juli Tahun 2012, di Wisma AJB Bumiputera 1912 Lt.19, Jl. Jend. Sudirman Kav. 75, Jakarta.
  • 23. Karya Tulis Ilmiah, Fak. Hukum UNIB 2012 Dalam prakteknya, penanganan tindakan pencucian uang melalui penerapan prinsip mengenal nasabah pada perusahaan asuransi belum optimal, faktor-faktor internal yang menyebabkan kesulitan bagi Perusahaan Asuransi khususnya AJB Bumiputera 1912 dalam menerapkan program pencegahan tindak pidana pencucian uang, antara lain dapat meliputi sebagai berikut: - Belum adanya keragaman dalam hal pengertian maupun pandangan yang sama dari segenap jajaran perusahaan AJB Bumiputera 1912 mengenai fungsi dan pentingnya pelaksanaan Prinsip Mengenal Nasabah. - Paradigma yang menyatakan “tidak adanya risiko yang timbul dari penempatan dana oleh calon nasabah. - Program penerapan Prinsip Mengenal Nasabah hanya dianggap sebagai penghambat mendapatkan nasabah baru dan income. - Hambatan psikologis dari para front-liner (agen dan agen koordinator) untuk benar-benar menanyakan asal-usul dana tidak diperoleh informasi yang sesungguhnya. Hal demikianlah yang menjadikan Perusahaan Asuransi dinilai kurang konsisten dalam penerapan Prinsip Know Your Customer, karena berbagai pihak pada asuransi masih sering saling melemparkan tanggungjawab dalam pelaksanaan penerapan Prinsip Know Your Customer ini. Selain hal tersebut hambatan lain terkait dengan tidak konsistennya Perusahaan Asuransi dalam penerapan Prinsip Know Your Customer sebenarnya diakibatkan penerapan sanksi yang jarang dikenakan terhadap pelanggaran penerapan prinsip tersebut. Penyedia Jasa Keuangan termasuk asuransi hanya dikenai sanksi adminstratif terhadap pelanggaran tersebut. Sekalipun pengaturan terhadap kesengajaan tidak melaporkan Transaksi Keuangan Mencurigakan telah
  • 24. Karya Tulis Ilmiah, Fak. Hukum UNIB 2012 dikenai sanksi administratif tetap saja dalam praktiknya hal tersebut sulit untuk dilakukan, karena pada dasarnya setiap lembaga keuangan selalu berupaya untuk mengamankan usaha dan pegawainya dari setiap ketentuan-ketentuan yang di anggap dapat merugikan kepentingan perusahaannya. Nasabah yang melakukan pembelian polis melalui agen asuransi sering tidak mengetahui dengan jelas perihal apakah formulir aplikasi asuransinya disampaikan kepada pihak asuransi atau tidak. Ansori yadi sendiri mengatakan bahwa dia tidak mengetahui apakah pengisian formulir aplikasi tersebut terkait dengan penerapan Prinsip Know Your Customer atau tidak, yang terpenting data tersebut telah diisi dan perjanjian polis telah dilakukan. Perihal apakah data tersebut tersimpan pada dokumen pihak asuransi atau tidak hanya pihak agenlah yang mengetahuinya. 3) Kurangnya Koordinasi Organisasi / Fungsi Yang Terlibat Dalam Pelaksanaan Prinsip Mengenal Nasabah (Know Your Customer) Basuki Radjiman mengatakan, koordinasi antara Kantor Cabang, Kantor wilayah dan Departemen Pertanggungan kurang terlalu baik, masih sering terjadi saling lempar tanggungjawab dalam menjalankan fungsi dan wewenangnya masing-masing. Selain hal tersebut batas waktu pelaporan oleh Kantor Cabang, Kantor Wilayah dan Departemen Pertanggungan kepada Departemen Manajemen Resiko dianggap cukup singkat yaitu 7 (tujuh) hari untuk transaksi tunai dan 1 (hari) kerja untuk transaksi mencurigakan sehingga setiap departemen kurang bisa berkoordinasi untuk melakukan analisis terhadap transaksi keuangan yang mencurigakan tersebut.
  • 25. Karya Tulis Ilmiah, Fak. Hukum UNIB 2012 b. Nasabah Hambatan ini merupakan salah satu hambatan yang dihadapi Penyedia Jasa Keuangan secara umum, Perusahaan asuransi khusunya AJB Bumiputera 1912. Pihak nasabah sendiri terkadang enggan untuk jujur menyampaikan identitas dirinya, apalagi jika terkait dengan jumlah penghasilan dan pekerjaan yang dimilikinya. Menurut Ansori yadi, selaku nasabah asuransi, biasanya nasabah akan merasa khawatir terhadap pihak asuransi apabila dimintai keterangan tentang jumlah penghasilan yang diterima, apalagi bila ternyata jumlah penghasilan yang diterima lebih besar dari standar gaji pada pekerjaan yang dilakukannya. Pihak nasabah akan cenderung tidak jujur dan melaporkan jumlah penghasilan yang ternyata tidak benar.30 Selama ini nasabah belum memiliki kemauan untuk bekerja sama dengan memberikan informasi yang dibutuhkan, maka perusahaan asuransi AJB Bumiputera 1912 belum dapat menerapkan seluruh ketentuan prinsip mengenal nasabah. Tidak adanya keinginan nasabah untuk bekerja sama dengan perusahaan asuransi dalam penerapan prinsip mengenal nasabah (know your customer) Berkaitan dengan kondisi tersebut diatas, penulis berpendapat butuh penerangan dan/atau sosialisasi dalam skala nasional dengan upaya untuk mendidik masyarakat, untuk mendukung keberhasilan pelaksanaan penerapan prinsip mengenal nasabah (know your cutomer) di Indonesia. 30 Wawancara dengan nasabah AJB Bumiputera 1912, Ansori Yadi, pada hari Selasa tanggal 10 Juli tahun 2012.
  • 26. Karya Tulis Ilmiah, Fak. Hukum UNIB 2012 KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan Dari pembahasan di muka, dapat diambil kesimpulan sebagai berikut: 1. Perusahaan AJB Bumiputera 1912 hingga saat ini belum efektif dan konsisten dalam pelaksanaan Prinsip Mengenal Nasabah (Know Your Customer), masih ada beberapa prosedur dari prinsip ini yang sering tidak diterapkan, sehingga semakin luas ruang gerak para pelaku kejahatan untuk menjadikan penyedia jasa keuangan khususnya AJB Bumiputera 1912 sebagai tempat melakukan pencucian uang. 2. Hambatan dalam pelaksanaan penerapan Prinsip Mengenal Nasabah (Know Your Customer) sebagai upaya penanggulangan tindak pidana pencucian uang pada perusahaan asuransi antara lain terkait dengan kurangnya sarana dan teknologi informasi yang dimiliki AJB Bumiputera 1912, kurang konsisten dan koordinasi AJB Bumiputera dalam pelaksanaan prinsip mengenal nasabah, kebutuhan keberlakukan SIN, dan kurang kerja samanya calon nasabah dengan memberikan informasi dan identitas yang benar dalam pelaksanaan PMN pada perusahaan AJB Bumiputera 1912.
  • 27. Karya Tulis Ilmiah, Fak. Hukum UNIB 2012 B. Saran 1. Bagi Perusahaan Asuransi Perusahaan Asuransi wajib melaksanakan prinsip mengenal nasabah dengan efektif dan konsisten agar perusahaan asuransi tidak dijadikan ladang pelaku tindak pidana pencucian uang, agar menciptakan perusahaan asuransi yang sehat karena terhindar dari risiko operasional, hukum, terkonsentrasinya transaksi, dan reputasi, terhindar dari saknsi pidana sampai dengan sanksi administratif. 2. Bagi Masyarakat/Nasabah Kepada nasabah agar dapat bekerja sama yang baik dan jujuran dalam pelaksanaan prinsip yang diterapkan perusahaan asuransi, supaya dapat memberikan rasa aman dalam bertransaksi karena tidak memiliki kekhawatiran terhadap perusahaan asuransi.
  • 28. Karya Tulis Ilmiah, Fak. Hukum UNIB 2012 DAFTAR PUSTAKA Buku-Buku: Adrian Sutedi. 2008, Tindak Pidana Pencucian Uang. Bandung: PT. Citra Aditya Bakti. Arief Amrullah. 2004, Tindak Pidana Pencucian Uang. Malang: Bayu Media. Bismar Nasution. 2005, Rejim Anti-Money laundering di Indonesia. Bandung: Pusat Informasi Hukum Indonesia. Bismar Nasution, 2010, Anti Pencucian Uang: Teori dan Praktek. Jakarta: Books Terrace & Library. Chairul Huda dan Lukman Hakim. Tindak Pidana Dalam Bisnis Asuransi. Jakarta: Lembaga Pemberdayaan Hukum Indonesia. Fahmi Aulia. 2004, Waspadai Merebaknya Insurance Fraudulent. Jurnal Uang dan bank, Nomor 5. Materi PRUfast start. 2011, Anti Pencucian Uang (Anti Money Laundering). PT. Prudential Life Assurance. Marulak Pardede. 1995, Masalah money Laundering Di indonesia. Jakarta: badan Pembinaan hukum nasional Departemen Kehakiman Dan Hak Asasi Manusia. Munir Fuady. 1999, Hukum Perbankan Di Indonesia. Seri buku ketiga, Bandung: PT. Citra Aditya Bakti. Peter Mahmud Marzuki. 2005, Penelitian Hukum. Jakarta: Kencana Media Group. Soerjono Soekanto. 1986, Pengantar Penelitian Hukum. Jakarta: UI-Press. ----------------------, 1986, Faktor-Faktor yang mempengaruhi penegakan hukum, Jakarta: Rajawali. Sri Rezeki Hartono. 2008, Hukum Asuransi Dan Perusahaan Asuransi. Jakarta: Sinar Grafika.
  • 29. Karya Tulis Ilmiah, Fak. Hukum UNIB 2012 Standard Operating Procedure. 2010, Proses Kegiatan Monitoring dan Evaluasi PMN (Prinsip Mengenal Nasabah). AJB Bumiputera 1912. Tb. Irman. 2006, Hukum Pembuktian Pencucian Uang, Bandung: MQS Publishing. Yunus Husein. 2007, Bunga Rampai Anti Pencucian Uang. Jakarta: Books Teracce & Library. Yunus Husein. 2001, Disampaikan dalam Diskusi Intern Kegiatan Money Laundering. Bursa Efek Jakarta. Yusuf Saprudin. 2006, Money Laundering. Jakarta: Grafika Indah. Peraturan Perundang-undangan: Kitab Undang-Undang Hukum Dagang. Rancangan Kitab Undang-Undang Hukum Pidana Tahun 1999-2000. Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2003 tentang Perubahan atas Penjelasan Undang- Undang Nomor 15 Tahun 2002 tentang Tindak Pidana Pencucian Uang. Undang-Undang Nomor 8 tahun 2010 tentang Pencegahan dan Pemberantasan Tindak Pidana Pencucian Uang. Undang-Undang Nomor 2 Tahun 1992 tentang Usaha Perasuransian. Peraturan Menteri Keuangan Nomor 30/PMK.010/2010 tentang Prinsip Mengenal Nasabah Bagi Lembaga Keuangan Non Bank. Keputusan Direktorat Jenderal Lembaga Keuangan Nomor Keputusan 2833/LK/2003 tentang Pedoman Penerapan Prinsip Mengenal Nasabah pada Lembaga Keuangan Non Bank. LAMPIRAN I-AI Keputusan DJLK Kep-2833/LK/2003 tentang Petunjuk Penyusunan Pedoman Pelaksanaan Penerapan Prinsip Mengenal Nasabah. Peraturan Kepala Pusat Pelaporan dan Analisis Transaksi Keuangan Nomor PER- 07/1.02/PPATK/12/10 tentang Tata Cara Penyampaian Laporan Transaksi Keuangan Mencurigakan Bagi Penyedia Jasa Keuangan.
  • 30. Karya Tulis Ilmiah, Fak. Hukum UNIB 2012 Keputusan Direksi AJB Bumiputera 1912 NO.SK.9/DIR/2011 tentang Pedoman Penerapan Prinsip Mengenal Nasabah. Peraturan Direksi AJB Bumiputera 1912 NO.PE.1/DIR/2011 tentang Petunjuk Pelaksanaan Pedoman Penerapan Prinsip Mengenal Nasabah. Akses Internet http//:www.djpp.depkumham.go.id. Yenti Ganarsih. “Anti pencucian Uang di Indonesia dan Kelemahannya dalam Implementasinya (suatu Tinjauan awal)”. Diakses pada hari Rabu tanggal 10 bulan Maret tahun 2012. http//:www.surya.co.id. Ridwan ichsan. Asuransi Ladang Pencucian Uang. Diakses pada hari Rabu tanggal 10 bulan Maret tahun 2012. http//: www.ppatk.co.id. PPATK, 2012, Statistik Pelaporan dan Transaksi Keuangan Bulan Maret 2012., diakses Hari Selasa tanggal 29 bulan Mei tahun 2012. http://www.okezone.com. Idris Rusadi Putra. PPATK: Asuransi Malas Beberkan Transaksi Mencurigakan. Diakses pada hari Rabu Tanggal 24 bulan Oktober tahun 2012.