Pengaruh Open-Ended terhadap Peningkatan Kreativitas Matematik
1.
2. BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Matematika merupakan salah satu mata pelajaran pokok
yang diajarkan mulai dari jenjang pendidikan dasar hingga
pendidikan menengah. Dalam standar isi untuk satuan
pendidikan dasar dan menengah mata pelajaran matematika
(Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 22 Tahun 2006
tentang standar isi), telah disebutkan bahwa mata pelajaran
matematika perlu diberikan untuk membekali siswa dengan
kemampuan berpikir logis, analitis, sistematis, kritis, dan kreatif,
serta kemampuan bekerjasama.
Pengembangan berpikir kreatif merupakan salah satu
fokus utama dalam dunia pendidikan matematika modern
sebagaimana yang menjadi tujuan utama dari penerapan
Kurikulum 2013.
3. Hal ini disebabkan karena berpikir kreatif merupakan
salah satu kemampuan yang saat ini dikehendaki dalam dunia
kerja (Mahmudi, 2010). Oleh karena itu, pembelajaran
matematika perlu dirancang sedemikian rupa sehingga menjadi
sarana yang tepat dalam mengembangkan kemampuan berpikir
kreatif. Rancangan ini dapat dibantu dengan pemilihan model
atau pendekatan pembelajaran yang tepat dalam mengajarkan
matematika.
Peran aktif dari siswa sangat penting dalam rangka
pembentukan generasi yang kreatif, yang mampu menghasilkan
sesuatu untuk kepentingan dirinya dan orang lain.
4. Metode latihan terstuktur adalah salah satu metode
yang ditawarkan peneliti ini disebabkan karena dengan metode
ini, siswa lebih aktif dalam belajar karena prinsip dari metode ini
adalah guru memberikan hal-hal yang terstruktur yaitu dari hal-hal
yang mudah atau sederhana ke hal-hal yang lebih
kompleks Kreatif juga dimaksudkan agar guru menciptakan
kegiatan belajar yang beragam sehingga memenuhi berbagai
tingkat kemampuan siswa (Sofyan, 2007:43). Kenyataan yang
terjadi saat ini adalah baik guru maupun siswa sulit untuk
mengembangkan kemampuan berpikir kreatif dalam
matapelajaran matematika. Guru pada umumnya tidak
menyajikan latihan kepada siswa untuk berpikir kreatif karena
setiap latihan yang diberikan hanya berorientasi pada hasil
tanpa melihat bagaimana proses yang dijalankan oleh siswa.
5. Sedangkan siswa sendiri tidak terbiasa dengan latihan
atau soal-soal yang membutuhkan kreativitas berpikir untuk
menjawabnya. Salah satu penyebab terjadinya hal ini adalah
guru belum melakukan pendekatan pembelajaran yang tepat
untuk meningkatkan kemampuan berpikir kreatif siswa.
Getlezs dan Jackson mengemukakan bahwa, salah satu cara
untuk meningkatkan kemampuan berpikir kreatif matematik
adalah dengan soal-soal terbuka atau open-ended problem
(Mahmudi, 2010:4). Pengertian open-ended problem menurut
Sudiarta dapat dirumuskan sebagai masalah atau soal-soal
matematika yang dirumuskan sedemikian rupa sehingga
memiliki beberapa atau bahkan banyak solusi yang benar, dan
terdapat banyak cara untuk mencapai solusi itu (Japar, 2007:
54).
6. Berdasarkan permasalahan dalam matematika yang
berbentuk open-ended problem telah dikembangkan suatu
pendekatan pembelajaran yaitu Pendekatan open-ended.
Tujuan pembelajaran berbasis open-ended problem menurut
Nohda adalah untuk membantu mengembangkan kegiatan
kreatif dan pola pikir matematik siswa melalui pemecahan
masalah secara simultan (Paduppai dan Nurdin, 2008:912).
Pendekatan ini memberikan masalah terbuka yang memberi
kesempatan bagi siswa untuk menyelesaikan permasalahan
matematik menggunakan berbagai cara, sehingga
kemampuan berpikir kreatif matematik siswa bisa meningkat.
Tujuan utamanya bukan untuk mendapatkan jawaban tetapi
lebih menekankan pada bagaimana cara sampai pada suatu
jawaban.
7. Sejalan dengan itu, menurut Sofyan dan
Amiruddin (2007:46), tugas guru adalah
mengembangkan kemampuan berpikir kreatif siswa,
antara lain dengan sering-sering memberikan tugas
atau mengajukan pertanyaan yang terbuka (Open-ended).
Pertanyaan yang dimulai dengan kata-kata
“Apa yang terjadi jika…” lebih baik daripada yang
dimulai dengan kata-kata “Apa, berapa, kapan”, yang
umumnya tertutup (jawaban betul hanya satu).
Sehingga, dengan meningkatnya kemampuan berpikir
kreatif matematik siswa diharapkan akan memberikan
efek positif terhadap hasil belajar yang diperolehnya.
8. Keberhasilan pendekatan open-ended dalam
meningkatkan kemampuan berpikir kreatif matematik siswa
dapat dilihat dari mengukur beberapa aspek dalam proses
menyelesaikan permasalahan. Aspek-aspek tersebut adalah
kelancaran (fluency), keluwesan (flexibility), keaslian
(originality), dan keterincian (elaboration). Pembelajaran
dengan pendekatan open-ended ini akan digunakan pada
siswa kelas XI sekolah menengah atas (SMA), karena pada
jenjang ini siswa telah dapat dilatih untuk berpikir kreatif
sebagai dasar untuk melanjutkan kejenjang yang lebih tinggi.
Berdasarkan pemaparan di atas, maka peneliti bermaksud
untuk mengadakan penelitian eksperimen dengan judul
“Pengaruh metode Open-Ended dan Latihan Soal
Terstruktur Terhadap Peningkatan Kemampuan Berpikir
Kreatif Matematik”.
9. B. Batasan Masalah
Dari uraian latar belakang di atas, maka permasalahan
penelitian dibatasi hanya pada peningkatan kemampuan
berpikir kreatif matematik yang meliputi kelancaran (fluency),
keluwesan (flexibility), keaslian (originality), dan keterincian
(elaboration) dengan menggunakan pendekatan open-ended
dan latihan soal terstruktur, yakni masalah atau soal-soal
yang memiliki beberapa atau bahkan banyak solusi yang
benar, dan terdapat banyak cara untuk menyelesaikannya
serta dengan menggunakan pendekatan pembelajaran
konvensional, yakni proses pembelajaran yang umumnya
dilakukan oleh guru kepada siswa, di kelas XI semester 2
pada siswa SMA Negeri 5 Kendari.
10. C. Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian latar belakang di atas, dapat dirumuskan
beberapa masalah dalam penelitian ini sebagai berikut:
1. Apakah ada pengaruh metode open-ended dan latihan
soal terstruktur termasuk interaksinya secara bersama-sama
terhadap peningkatan kemampuan berpikir kreatif
matematik?
2. Apakah ada pengaruh metode open-ended dan interaksi
metode open-ended dan latihan soal terstruktur secara
bersama-sama terhadap peningkatan kemampuan berpikir
kreatif matematik?
3. Apakah ada pengaruh metode latihan soal terstruktur dan
interaksi metode open-ended dan latihan soal terstruktur
secara bersama-sama terhadap peningkatan kemampuan
berpikir kreatif matematik?
11. 4. Apakah ada perbedaan rerata kemampuan berpikir kreatif
matematik siswa yang diajar dengan metode open-ended
yang dibandingkan dengan siswa yang diajar dengan
pembelajaran konvesional khusus untuk siswa yang diajar
dengan tanpa latihan terstruktur ?
5. Apakah ada perbedaan rerata kemampuan berpikir kreatif
matematik siswa yang diajar dengan latihan soal
terstruktur yang dibandingkan dengan siswa yang diajar
dengan tanpa latihan soal terstruktur khusus untuk siswa
yang diajar dengan metode open-ended?
6. Apakah ada perbedaan rerata kemampuan berpikir kreatif
matematik siswa yang diajar dengan latihan soal
terstruktur yang dibandingkan dengan siswa yang diajar
dengan tanpa latihan soal terstruktur khusus untuk siswa
yang diajar dengan pembelajaran konvesional?
12. 7. Apakah ada perbedaan rerata kemampuan berpikir kreatif
matematik siswa yang diajar dengan latihan soal
terstruktur yang dibandingkan dengan siswa yang diajar
dengan tanpa latihan soal terstruktur khusus untuk siswa
yang diajar dengan pembelajaran konvesional?
8. Apakah ada perbedaan rerata kemampuan berpikir kreatif
matematik siswa yang diajar dengan metode open-ended
yang dibandingkan dengan siswa yang diajar dengan
pembelajaran konvesional khusus untuk siswa yang diajar
dengan latihan terstruktur ?
9. Apakah ada perbedaan rerata kemampuan berpikir kreatif
matematik siswa yang diajar dengan metode open-ended
yang dibandingkan dengan siswa yang diajar dengan
pembelajaran konvesional khusus untuk siswa yang diajar
dengan tanpa latihan terstruktur ?
13. D. Tujuan Penelitian
Berdasarkan pada masalah yang diteliti maka tujuan
penelitian ini adalah:
1. Untuk mempelajari pengaruh metode open-ended dan
latihan soal terstruktur termasuk interaksinya secara
bersama-sama terhadap peningkatan kemampuan
berpikir kreatif matematik.
2. Untuk mempelajari pengaruh metode open-ended dan
interaksi metode open-ended dan latihan soal terstruktur
secara bersama-sama terhadap peningkatan kemampuan
berpikir kreatif matematik.
3. Untuk mempelajari pengaruh metode latihan soal
terstruktur dan interaksi metode open-ended dan latihan
soal terstruktur secara bersama-sama terhadap
peningkatan kemampuan berpikir kreatif matematik.
14. 4. Untuk mempelajari perbedaan rerata kemampuan berpikir
kreatif matematik siswa yang diajar dengan metode open-ended
yang dibandingkan dengan siswa yang diajar
dengan pembelajaran konvesional khusus untuk siswa
yang diajar dengan tanpa latihan terstruktur ?
5. Untuk mempelajari perbedaan rerata kemampuan berpikir
kreatif matematik siswa yang diajar dengan latihan soal
terstruktur yang dibandingkan dengan siswa yang diajar
dengan tanpa latihan soal terstruktur khusus untuk siswa
yang diajar dengan metode open-ended.
6. Untuk mempelajari perbedaan rerata kemampuan berpikir
kreatif matematik siswa yang diajar dengan latihan soal
terstruktur yang dibandingkan dengan siswa yang diajar
dengan tanpa latihan soal terstruktur khusus untuk siswa
yang diajar dengan pembelajaran konvesional.
15. 7. Untuk mempelajari perbedaan rerata kemampuan berpikir
kreatif matematik siswa yang diajar dengan latihan soal
terstruktur yang dibandingkan dengan siswa yang diajar
dengan tanpa latihan soal terstruktur khusus untuk siswa
yang diajar dengan pembelajaran konvesional.
8. Untuk mempejari perbedaan rerata kemampuan berpikir
kreatif matematik siswa yang diajar dengan metode open-ended
yang dibandingkan dengan siswa yang diajar
dengan pembelajaran konvesional khusus untuk siswa
yang diajar dengan latihan terstruktur .
9. Untuk mempelajari perbedaan rerata kemampuan berpikir
kreatif matematik siswa yang diajar dengan metode open-ended
yang dibandingkan dengan siswa yang diajar
dengan pembelajaran konvesional khusus untuk siswa
yang diajar dengan tanpa latihan terstruktur .
16. BAB II TINJAUAN PUSTAKA
A. Kajian Teori
1.Kemampuan Berpikir Kreatif Matematik
a. Pengertian Kreativitas
Kreativitas merupakan bagian dari aktivitas mental yang
dimiliki seseorang (Paduppai dan Nurdin, 2008:909). Menurut
Solso, kreativitas adalah aktifitas kognitif yang menghasilkan
cara pandang baru terhadap suatu masalah atau situasi
(Ghufron dan Risnawati, 2011:102). Sedangkan Sriraman,
mendefinisikan kreativitas sebagai proses yang dihasilkan
tidak biasa, solusi yang dalam dari persoalan yang diberikan
dan terlepas dari tingkat kompleksitas. Sriraman juga
menyarankan supaya kreativitas dapat diterapkan di kelas
dengan menyelesaikan soal-soal yang rutin, kompleks, dan
terstruktur (Lambertus, 2010:155).
17. Selanjutnya Torrence, memandang kreativitas sebagai
suatu kemampuan yang mencerminkan kelancaran,
keluwesan (fleksibilitas), orisinalitas dalam berpikir serta
kemampuan untuk mengelaborasi (mengembangkan,
memperkaya, dan memerinci) suatu gagasan (Ghufron dan
Risnawati, 2011:102).
Suharnan dalam Ghufron dan Risnawati (2011:104-
106) mengatakan bahwa terdapat aspek dalam kreativitas
yang dapat dijelaskan sebagai berikut:
1). Aktivitas berpikir
Aktivitas ini bersifat kompleks karena melibatkan sejumlah
kemampuan kognitif seperti persepsi, atensi, ingatan,
imajiner, penalaran, imajinasi, pengambilan keputusan, dan
pemecahan masalah.
18. 2). Menemukan atau menciptakan sesuatu yang baru
Aktivitas menemukan sesuatu, berarti melibatkan proses
imajinasi yaitu, kemampuan memanipulasi sejumlah objek
atau situasi di dalam pikiran sebelum sesuatu yang baru
diharapkan muncul.
3). Sifat baru atau orisinal
Sifat baru yang terkandung dalam kreativitas memiliki ciri-ciri
sebagai berikut:
a. Produk yang bersifat baru dan belum pernah ada
sebelumnya.
b. Produk yang memiliki sifat baru sebagai hasil kombinasi
beberapa produk yang sudah ada sebelumnya.
19. c. Produk yang memilki sifat baru sebagai hasil
pembaruan (inovasi) dan pengembangan dari hasil
yang sudah ada.
4). Produk yang berguna atau bernilai
Berguna atau bernilai, yaitu karya yang dihasilkan dari
kreativitas harus memiliki kegunaan atau manfaat
tertentu.
20. b. Pengertian Berpikir Kreatif
Purwanto (1998:43) mendefinisikan bahwa berpikir
adalah salah satu keaktifan pribadi manusia yang
mengakibatkan penemuan yang terarah kepada suatu tujuan.
Nazir (1988:10) juga menjelaskan bahwa proses berpikir
adalah suatu refleksi yang teratur dan hati-hati. Proses
berpikir lahir dari suatu rasa sangsi akan sesuatu dan
keinginan untuk memperoleh suatu ketentuan, yang
kemudian tumbuh menjadi suatu masalah yang khas. Ditinjau
dari tingkat berpikirnya, siswa kelas VII berada pada tahap
operasi formal awal (formal-operational stage). Pada tahap
ini, anak atau siswa sudah mampu berpikir secara logis tanpa
kehadiran benda-benda konkret; dengan kata lain, sudah
mampu melakukan abstraksi (mampu berpikir tentang hal-hal
yang abstrak) (Piaget dalam DSLTP, 2002:18).
21. Menurut McGregor, berpikir kreatif adalah
berpikir yang mengarah pada pemerolehan wawasan
baru, pendekatan baru, perspektif baru, atau cara baru
dalam memahami sesuatu (Mahmudi, 2010:2).
Sedangkan menurut Johnson berpikir kreatif bukanlah
suatu proses terorganisasi, melainkan sebuah
kebiasaan dari pikiran yang dilatih dengan
memperhatikan intuisi, menghidupkan imajinasi,
mengungkapkan kemungkinan-kemungkinan baru,
membuka sudut pandang yang menakjubkan, dan
membangkitkan ide-ide yang tidak terduga.
22. Hal ini berarti untuk mengembangkan
kemampuan berpikir kreatif siswa, dibutuhkan adanya
latihan secara terus-menerus, ketekunan, disiplin diri,
dan perhatian penuh, yang meliputi aktivitas mental
seperti: mengajukan pertanyaan; membangun
keterkaitan, khususnya antara hal-hal yang berbeda;
menghubung-hubungkan berbagai hal dengan bebas;
menerapkan imajinasi pada setiap situasi untuk
menghasilkan hal baru dan berbeda; dan
mendengarkan intuisi (Lambertus, 2010:154).
23. c. Pengertian Berpikir Kreatif Matematik
Guilford mengemukakan bahwa kreativitas atau
berpikir kreatif merupakan kemampuan untuk melihat
bermacam-macam kemungkinan penyelesaian terhadap suatu
masalah (Paduppai dan Nurdin, 2008). Menurut Pehnoken,
kreativitas tidak hanya terjadi pada bidang-bidang tertentu,
seperti seni, sastra, atau sains, melainkan juga ditemukan
dalam berbagai bidang kehidupan, termasuk matematika.
Pembahasan mengenai kreativitas dalam matematika lebih
ditekankan pada prosesnya, yakni proses berpikir kreatif. Oleh
karena itu, kreativitas dalam matematika lebih tepat
diistilahkan sebagai berpikir matematik. Meski demikian,
istilah kreativitas dalam matematika atau berpikir kreatif
matematik dipandang memiliki pengertian yang sama,
sehingga dapat digunakan secara bergantian (Mahmudi,
2010:3).
24. Istilah berpikir matematik (mathematical
thingking) diartikan sebagai cara berpikir berkenaan
dengan proses matematika (doing math) atau cara
berpikir dalam menyelesaikan tugas matematik
(mathematical taks) baik yang sederhana maupun yang
kompleks (Sumarmo, 2010:4).
Wardani dalam Asriah (2011:25), menyatakan
Kreativitas matematik siswa adalah kemampuan
matematik yang mencerminkan kemampuan
kefasihan/kelancaran, keluwesan, hal yang relatif baru
dan keterincian/elaborasi.
25. Penjelasan dari setiap indikator diungkapkan
oleh Wardani, yakni sebagai berikut:
1. Kefasihan adalah kemampuan dalam mengajukan
sejumlah masalah atau pertanyaan matematika
dan jawaban yang tepat.
2. Keluwesan adalah kemampuan menghasilkan
jawaban yang bervariasi/beragam/beberapa cara.
3. Keaslian/hal yang relatif baru adalah kemampuan
memberikan gagasan atau jawaban dengan
bahasa dan cara sendiri.
26. 3. Keterincian/elaborasi adalah kemampuan
menjelaskan, mengembangkan, memperkaya atau
menguraikan lebih rinci jawaban atau gagasan yang
diberikan.
Pentingnya kreativitas dalam matematika
dikemukakan oleh Bishop yang menyatakan bahwa
seseorang memerlukan dua keterampilan berpikir
matematik yaitu, berpikir kreatif yang sering diidentikkan
dengan intuisi dan kemampuan berpikir analitik yang
diidentikkan dengan kemampuan berpikir logis.
27. Sementara Kiesswetter menyatakan bahwa
kemampuan berpikir fleksibel yang merupakan salah
satu aspek kemampuan berpikir kreatif, merupakan
kemampuan penting yang harus dimiliki siswa dalam
menyelesaikan masalah matematika. Pendapat ini
menegaskan eksistensi kemampuan berpikir kreatif
matematik. Selanjutnya, Krutetski mendefinisikan
kemampuan berpikir kreatif matematik sebagai
kemampuan menemukan solusi masalah matematika
secara mudah dan fleksibel (Mahmudi, 2010:3).
28. 2. Pendekatan Pembelajaran Open-Ended
Menurut Becker dan Shigeru, pendekatan open-ended
pada awalnya dikembangkan di Jepang pada tahun 1970-an
(Mahmudi, 2008:2). Antara tahun 1971 dan 1976, para ahli
pendidikan matematika Jepang melakukan serangkaian
penelitian yang berfokus pada pengembangan metode
evaluasi keterampilan berpikir tingkat tinggi dalam pendidikan
matematika dengan menggunakan soal atau masalah terbuka
(open-ended) sebagai tema (TPIP FIP-UPI, 2007). Secara
konseptual open-ended problem dalam pembelajaran
matematika adalah masalah-masalah matematika yang
dirumuskan sedemikian rupa, sehingga memiliki beberapa
atau bahkan banyak solusi yang benar, dan banyak cara
untuk mencapai solusi itu.
29. Pendekatan ini memberikan kesempatan pada
siswa untuk "experience in finding something new in
the process" (Schoenfeld dalam I Gusti Putu Sudiarta,
2006:1135).
Shimada berpendapat bahwa, pendekatan open-ended
adalah pendekatan pembelajaran yang
menyajikan suatu permasalahan yang memiliki metode
atau penyelesaian yang benar lebih dari satu (Syaban,
2011). Shimada juga mengatakan bahwa, soal-soal
open-ended merupakan soal-soal yang dirancang dan
disusun sedemikian rupa sehingga memiliki banyak
jawaban yang benar (Paduppai dan Nurdin, 2008).
30. Pendekatan open-ended merupakan pendekatan
pembelajaran yang menggunakan masalah terbuka yang
dapat dijawab dengan banyak cara/metode penyelesaian
atau jawaban benar yang beragam. Dengan
keberagaman cara penyelesaian dan jawaban tersebut,
maka memberikan keleluasaan kepada siswa dalam
menyelesaikan masalah (Fadillah, 2011:104). Sejalan
dengan itu, Hancock dan Berenson menyatakan bahwa
soal open-ended adalah soal yang memiliki lebih dari
satu penyelesaian dan cara yang benar (Syaban, 2011).
Selanjutnya, Menurut Takahashi, soal terbuka (open-ended
problem) adalah soal yang mempunyai banyak
solusi atau strategi penyelesaian (Mahmudi, 2008:3).
31. Pembelajaran dengan problem (masalah) terbuka
(open-ended) artinya pembelajaran yang menyajikan
permasalahan dengan pemecahan berbagai cara (flexibility)
dan solusinya juga bisa beragam (multi jawab, fluency).
Pembelajaran ini melatih dan menumbuhkan orisinilitas
(originality) ide, kreativitas, kognitif tinggi, kritis, komunikasi-interaksi,
sharing, keterbukaan, dan sosialisasi. Siswa
dituntut untuk berimprovisasi mengembangkan metode, cara,
atau pendekataan yang bervariasi dalam memperoleh
jawaban siswa beragam. Selanjutnya siswa juga diminta
untuk menjelaskan proses mencapai jawaban tersebut.
Dengan demikian, model pembelajaran ini lebih
mementingkan proses daripada produk yang akan
membentuk pola pikir, keterpaduan, keterbukaan, dan ragam
berpikir (Suherman, 2004:3).
32. Pendekatan open-ended dalam pembelajaran
matematika bertujuan menciptakan suasana
pembelajaran agar siswa memperoleh pengalaman
dalam menemukan sesuatu yang baru melalui proses
pembelajaran. Tujuan pembudayaan pembelajaran
matematika dengan open-ended adalah membantu
mengembangkan aktivitas dan berpikir matematik siswa
secara serempak dalam pemecahan masalah (Hudiono,
2008:23). Menurut Suherman, Tujuan pendekatan
open-ended bukan untuk mendapatkan jawaban tetapi
lebih menekankan pada cara bagaimana sampai pada
suatu jawaban. Dengan demikian, bukanlah hanya satu
cara dalam mendapatkan jawaban, namun beberapa
atau banyak cara (Asriah, 2011:10).
33. Tujuan lain dari pendekatan open-ended yaitu, agar
kemampuan berpikir matematika siswa dapat
berkembang secara maksimal, dan pada saat yang
sama kegiatan-kegiatan kreatif setiap siswa
terkomunikasikan melalui proses pembelajaran. Itulah
yang menjadi pokok pikiran pembelajaran dengan
pendekatan open-ended problem, yaitu pembelajaran
yang membangun kegiatan interaktif antara
matematika dan siswa, sehingga mengundang mereka
untuk menjawab permasalahan melalui berbagai
strategi (Paduppai dan Nurdin, 2008).
34. Model aktivitas Siswa yang dikembangkan dalam pendekatan open-ended secara
garis besarnya disajikan dalam gambar sebagai berikut:
Sumber: Suryadi dalam Asriah (2011:14).
Gambar 2.1 Model Aktivitas Siswa yang Dikembangkan dalam Pendekatan
Open-Ended
35. 3. Pendekatan Pembelajaran Konvensional
Berdasarkan Kamus Besar Bahasa Indonesia (2007)
konvensional artinya berdasarkan persetujuan umum
(tradisional). Pendekatan konvensional memandang bahwa
proses pembelajaran yang dilakukan sebagaimana umumnya
guru mengajarkan materi kepada siswanya. Guru
mentransfer ilmu pengetahuan kepada siswa, sedangkan
siswa lebih banyak sebagai penerima (Gora dan Sunarto,
2011:7).
Menurut Philip R. Wallace, pendekatan pembelajaran
dikatakan sebagai pendekatan pembelajaran yang
konvensional apabila mempunyai ciri-ciri berikut:
a. Otoritas seorang guru lebih diutamakan dan berperan
sebagai contoh bagi murid-muridnya.
b. Perhatian kepada masing-masing individu atau minat
siswa sangat kecil.
36. c. Pembelajaran di sekolah lebih banyak dilihat sebagai
persiapan akan masa depan, bukan sebagai
peningkatan kompetensi siswa di saat ini.
d. Penekanan yang mendasar adalah pada bagaimana
pengetahuan dapat diserap oleh siswa dan penguasaan
pengetahuan tersebutlah yang menjadi tolak ukur
keberhasilan tujuan, sementara pengembangan potensi
siswa diabaikan.
Selanjutnya, Ujang Sukandi mendeskripsikan bahwa
Pendekatan Konvensional ditandai dengan guru mengajar
lebih banyak mengajarkan konsep-konsep bukan
kompetensi, tujuannya adalah siswa mengetahui sesuatu
bukan mampu melakukan sesuatu, dan pada saat proses
pembelajaran, siswa lebih banyak mendengarkan (Gora dan
Sunarto, 2011:7).
37. 4. Metode Latihan Terstruktur
Metode Latihan Terstruktur merupakan suatu
cara mengajar dengan memberikan latihan-latihan
terstruktur terhadap apa yang dipelajari oleh siswa
sehingga memperoleh keterampilan tertentu
(Roestiyah dalam Kasmiati dan La Sahara, 2006: 9).
Pemberian latihan ini dilakukan dengan cara guru
memberikan soal-soal latihan yang akan di kerjakan
oleh siswa yang di mulai dari soal-soal yang
sederhana ke soal-soal yang lebih kompleks dengan
bimbingan guru. Pemberian soal-soal tersebut di
susun oleh guru secara terstruktur sehingga siswa
akan merasa terbimbing dengan baik.
38. Slameto dalam Kasmiati dan La Sahara (2006:
9) menjelaskan tujuan dari metode latihan terstruktur
secara khusus sebagai berikut :
a. Siswa memiliki keterampilan motorik/gesit seperti
menghafal, menggunakan alat-alat dan lain-lain.
b. Mengembangkan kecakapan intelektual seperti
mengalikan, membagi menjumlahkan dan
membagi.
c. Memiliki kemampuan menghubungkan antara
suatu keadaan dengan hal yang lain seperti
hubungan sebab akibat tujuan belajar.
39. B. Tinjauan Kurikulum
Berdasarkan panduan yang disusun oleh Badan
Standar Nasional Pendidikan (BSNP), materi turunan
fungsi yang dipelajari di SMU kelas XI terdiri dari
turunan fungsi aljabar, turunan fungsi trigonometri dan
aplikasinya.Kanginan (2007: 150) mengemukakan
bahwa Turunan fungsi aljabar yang dipelajari di SMU
kelas XI terdiri dari :Turunan fungsi konstan, turunan
fungsi identitas, turunan fungsi eksponen, turunan
hasil kali konstanta dengan fungsi, turunan jumlah dan
selisih fungsi dan turunan perkalian dan pembagian
40. C. Hasil penelitian yang relevan
Beberapa hasil penelitian yang relevan dengan penelitian
ini, antara lain:
1. Penelitian yang dilakukan oleh Asri Nurlaelatul Asriah
pada tahun 2011 yang menyimpulkan bahwa
kemampuan berpikir kreatif matematik siswa kelas VII
SMP Negeri 1 Kawali T.A. 2010/2011 dapat
ditingkatkan melalui penerapan pendekatan
pembelajaran Open-Ended.
2. Penelitian yang dilakukan oleh Syarifah Fadillah, yang
menyimpulkan bahwa kemampuan representasi
multipel matematika siswa kelas VIII SMP dapat
ditingkatkan melalui pembelajaran dengan pendekatan
Open-Ended.
41. D. Kerangka Berpikir
Pembelajaran matematika merupakan usaha
membantu siswa mengkontruksi pengetahuan melalui
proses. Proses tersebut dimulai dari pengalaman,
sehingga siswa harus diberi kesempatan seluas-luasnya
untuk mengkontruksi sendiri pengetahuan yang harus
dimiliki dengan mengembangkan kemampuan berpikir
kreatif matematik siswa. Proses pembelajaran dapat diikuti
dengan baik dan menarik perhatian siswa apabila
menggunakan pendekatan pembelajaran yang sesuai
dengan tingkat perkembangan siswa dan sesuai dengan
materi pembelajaran. Dalam pembelajaran matematika
harus mampu mengaktifkan siswa selama proses
pembelajaran dan mengurangi kecenderungan guru untuk
mendominasi proses pembelajaran tersebut, sehingga ada
perubahan dalam hal pembelajaran matematika yaitu,
pembelajaran yang berpusat pada guru sudah sewajarnya
diubah menjadi berpusat pada siswa.
42. Selain itu, siswa juga mendapat kebebasan untuk
berpikir kreatif. Untuk melakukan itu, guru perlu menyusun
pendekatan yang dapat memperbaiki pembelajaran
matematika tersebut. Salah satu alternatif pendekatan yang
dimaksud adalah dengan menggunakan pendekatan open-ended,
yakni suatu pendekatan pembelajaran yang dapat
membuat siswa berpikir lebih aktif dalam pembelajaran dan
sering mengekspresikan idenya; siswa memiliki kesempatan
lebih banyak dalam memanfaatkan pengetahuan dan
keterampilan matematik secara komprehensif; siswa dengan
kemampuan matematika rendah dapat merespon
permasalahan dengan cara mereka sendiri; siswa secara
implinsik termotivasi untuk memberikan bukti atau
penjelasan; dan siswa juga memiliki pengalaman banyak
untuk menemukan sesuatu dalam menjawab permasalahan.
43. Sehingga dengan pendekatan ini, selain dapat
mengembangkan kemampuan kognitif siswa, juga dapat
meningkatkan kemampuan berpikir kreatif matematik
siswa, yaitu dengan pemberian masalah atau soal-soal
yang terbuka kepada siswa dapat memberikan
kesempatan bagi siswa untuk menyelesaikan
permasalahan matematik dengan banyak jawaban yang
benar dan dengan menggunakan berbagai cara. Sehingga,
indikator kemampuan berpikir matematik dapat terpenuhi,
yaitu kelancaran (fluency) yakni, kemampuan dalam
memecahkan masalah matematika dengan jawaban yang
tepat; keluwesan (flexibility) yakni, kemampuan
menghasilkan jawaban yang beragam; keaslian (originality)
yakni, kemampuan memberikan jawaban dengan cara
sendiri; dan keterincian (elaboration) yakni, kemampuan
menjelaskan, mengembangkan menguraikan lebih rinci
jawaban atau gagasan yang diberikan.
44. Maka, dengan meningkatnya kemampuan
berpikir kreatif matematik siswa, diharapkan hasil
belajar siswa juga akan meningkat.
E. Hipotesis Penelitian
Setelah uraian di atas peneliti mencoba mengajukan
hipotesis sebagai berikut :
Hipotesis-1 Penggunaan metode open-ended dan
latihan soal terstruktur termasuk interaksinya secara
bersama-sama mempunyai pengaruh yang signifikan
terhadap peningkatan kemampuan berpikir kreatif
matematik. Secara statistik:
H0: Ai = Bj = (AB)ij= 0 vs H1: Bukan H0
45. Hipotesis-2 Penggunaan metode open-ended dan
interaksi metode open-ended dan latihan soal
terstruktur secara bersama-sama mempunyai
pengaruh yang signifikan terhadap peningkatan
kemampuan berpikir kreatif matematik. Secara statistik:
H0: Ai = (AB)ij= 0 vs H1: Bukan H0
Hipotesis-3 Penggunaan metode latihan soal
terstruktur dan interaksi metode open-ended dan
latihan soal terstruktur secara bersama-sama
mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap
peningkatan kemampuan berpikir kreatif matematik.
Secara statistik:
H0: Bj = (AB)ij= 0 vs H1: Bukan H0
46. Hipotesis-4 Secara signifikan rerata kemampuan
berpikir kreatif matematik siswa yang diajar dengan
metode open-ended lebih tinggi dibandingkan dengan
siswa yang diajar dengan pembelajaran konvesional
khusus untuk siswa yang diajar dengan tanpa latihan
terstruktur. Secara statistik:
H0: α1 ≤ 0 vs H1: α1 > 0
Hipotesis-5 Secara signifikan rerata kemampuan
berpikir kreatif matematik siswa yang diajar dengan
latihan soal terstruktur lebih tinggi dibandingkan dengan
siswa yang diajar dengan tanpa latihan soal terstruktur
khusus untuk siswa yang diajar dengan metode open-ended.
Secara statistik:
H0: α2 ≤ 0 vs H1: α2 > 0
47. Hipotesis-6 Secara signifikan rerata kemampuan
berpikir kreatif matematik siswa yang diajar dengan
latihan soal terstruktur lebih tinggi dibandingkan
dengan siswa yang diajar dengan tanpa latihan soal
terstruktur khusus untuk siswa yang diajar dengan
pembelajaran konvesional. Secara statistik:
H0: α3 ≤ 0 vs H1: α3 > 0
Hipotesis-7 Secara signifikan rerata kemampuan
berpikir kreatif matematik siswa yang diajar dengan
latihan soal terstruktur lebih tinggi dibandingkan
dengan siswa yang diajar dengan tanpa latihan soal
terstruktur khusus untuk siswa yang diajar dengan
pembelajaran konvesional. Secara statistik:
H0: β1 ≤ 0 vs H1: β1 > 0
48. Hipotesi-8 Secara signifikan rerata kemampuan berpikir
kreatif matematik siswa yang diajar dengan metode
open-ended lebih tinggi dibandingkan dengan siswa
yang diajar dengan pembelajaran konvesional khusus
untuk siswa yang diajar dengan latihan terstruktur .
Secara statistik:
H0: β2 ≤ 0 vs H1: β2 > 0
Hipotesis-9 Secara signifikan rerata kemampuan
berpikir kreatif matematik siswa yang diajar dengan
metode open-ended lebih tinggi dibandingkan dengan
siswa yang diajar dengan pembelajaran konvesional
khusus untuk siswa yang diajar dengan tanpa latihan
terstruktur . Secara statistik:
H0: β3 ≤ 0 vs H1: β3 > 0
49. BAB III METODE PENELITIAN
A.Tempat dan Waktu Penelitian
Penelitian eksperimen ini dilaksanakan di SMA Negeri
5 Kendari. Sedangkan waktu pelaksanaannya dilakukan pada
semester genap tahun ajaran 2013/2014. Tahapan
pengambilan data pree test pada kelas eksperimen
dilaksanakan pada tanggal 12 Maret 2014, sedangkan pada
kelas kontrol dilaksanakan pada tanggal 14 Maret 2012.
Tahapan pelaksanaan pembelajaran pada kelas kontrol
dilakukan pada tanggal 26 Maret 2014 sampai 5 Mei 2014,
sedangkan pelaksanaan pembelajaran pada kelas
eksperimen dilakukan pada tanggal 27 Maret 2014 sampai 2
Mei 2014. Pembelajaran dilakukan sebanyak delapan kali
pertemuan pada masing-masing kelas. Tahapan pengambilan
data post test pada kelas eksperimen dilaksanakan pada
tanggal 9 Mei 2014, sedangkan pada kelas kontrol
dilaksanakan pada tanggal 7 Mei 2014.
50. B. Populasi dan Sampel Penelitian
1. Populasi
Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh siswa
kelas XI SMA Negeri 5 Kendari yang tersebar dalam 7 kelas
paralel yaitu XIA – XIG dan terdaftar pada semester genap
tahun ajaran 2013/2014.
2. Sampel
Pengambilan sampel pada penelitian ini dilakukan
secara Purposive, dengan desain pertimbangan mengambil
dua kelas yang memiliki kemampuan yang relatif sama. Dari
cara tersebut diperoleh kelas XID dan kelas XIF. Penentuan
kelas yang akan diajar dengan model pembelajaran Open-ended
dan pembelajaran konvensional serta latihan soal
terstruktur dilakukan secara random, dari hasil proses
pengacakan diperoleh kelas XIF sebagai kelas eksperimen
yang diajar dengan model pembelajaran Open-ended dan
kelas XID sebagai kelas kontrol yang diajar dengan
pembelajaran konvensional.
51. C. Variabel dan Desain Penelitian
1. Variabel Penelitian
Penelitian ini mempunyai dua variabel, yaitu:
a. Variabel bebas yaitu perlakuan berupa pembelajaran dengan
menggunakan pendekatan pembelajaran Open-ended (A=1) dan
kontrol berupa pendekatan pembelajaran konvensional (A=2).
b. Variabel bebasyaitu perlakuan berupa pembelajaran dengan
menggunakan latihan soal terstruktur (B=1) dam kontrol berupa
tanpa latihan soal terstruktur (B=2).
c. Variabel terikat yaitu kemampuan berpikir kreatif matematik siswa
yang diajar dengan menggunakan pendekatan pembelajaran
Open-ended dan latihan soal terstruktur (Y1), kemampuan berpikir
kreatif matematik siswa yang diajar dengan menggunakan
pembelajaran konvensional dan latihan soal terstruktur (Y2),
kemampuan berpikir kreatif matematik siswa yang diajar dengan
menggunakan pendekatan pembelajaran Open-ended dan tanpa
latihan soal terstruktur (Y3) dan kemampuan berpikir kreatif
matematik siswa yang diajar dengan menggunakan pembelajaran
konvensional dan tanpa latihan soal terstruktur (Y4).
52. 2. Desain Penelitian
Penelitian ini menggunakan desain penelitian
Randomized Control Group Pretest-Posttes. Desain ini dalam
bentuknya yang sederhana, terdiri dari perlakuan eksperimen
dan sebuah kontrol. Prosedurnya dapat digambarkan sebagai
berikut:
Kelompok
Percobaan (E)
(Nazir, 1988:289).
T0 X T1
Kelompok
Kontrol (K)
T0 __ T1
53. Dalam desain ini terdapat dua kelompok yang dipilih secara
random. Kemudian diberi pree test untuk mengetahui
keadaan awal adakah perbedaan antara kelompok
eksperimen dan kelompok kontrol (Sugiyono, 2011:76).
D. Instrumen Penelitian
Penelitian ini mempunyai dua instrumen, yaitu instrumen
berupa lembar observasi dan instrumen kemampuan berpikir
kreatif matematik siswa.
1. Lembar Observasi
Untuk mengukur tingkat aktivitas/partisipasi guru dan
siswa dalam proses pembelajaran matematika dengan
menggunakan pendekatan open-ended dan latihan soal
terstruktur dalam penelitian ini digunakan instrumen berupa
lembar observasi yakni, lembar observasi untuk guru dan
lembar observasi untuk siswa. Lembar observasi ini
digunakan pada setiap pertemuan yaitu, sebanyak 8 kali
pertemuan.
54. Lembar pengamatan yang dibuat terdiri atas beberapa
aspek observasi yang bertujuan untuk mengontrol setiap
tindakan/aktivitas yang dilakukan oleh guru dan siswa dalam
kelas, selama proses pembelajaran berlangsung, persiapan
materi pelajaran, serta teknik yang digunakan guru dalam
menerapkan pendekatan pembelajaran open-ended dan
latihan terstruktur.
2. Instrumen Kemampuan Berpikir Kreatif Matematik
Siswa
Dalam penelitian ini untuk mengukur kemampuan
berpikir kreatif matematik, digunakan instrumen penelitian
berupa tes tertulis dalam bentuk uraian sebanyak 12 nomor
pada materi bangun datar yang disusun oleh peneliti bekerja
sama dengan guru bidang studi matematika kelas XI SMA
Negeri 5 Kendari dan telah dikonsultasikan serta disetujui
terlebih dahulu oleh dosen pembimbing. Sebelum digunakan,
instrumen tersebut terlebih dahulu dianalisis melalui panelis,
kemudian diuji cobakan untuk mengetahui validitas dan
reliabilitasnya.
55. Instrumen kemampuan berpikir kreatif matematik untuk
uji panelis ini terdiri dari: (1) definisi konsep, (2) definisi
operasional, (3) kisi-kisi dan (4) pernyataan (soal essay) (Djali
dan Muljono, 2004: 139). Instrumen kemampuan berpikir
kreatif matematik sebelum digunakan pada penelitian
sesungguhnya, terlebih dahulu dianalisis validitas dan
reliabilitasnya melalui panelis. Jumlah panelis yang dibutuhkan
dalam pengujian validitas dan reliabilitas ini terdiri dari antara
20-40 orang (Djali dan Muljono, 2004: 96). Jumlah panelis
yang ada dalam penelitian ini terdiri dari 4 orang dosen, 6
orang guru matematika dan 10 orang mahasiswa yang telah
mengetahui pengisian instrumen penilaian panelis.
56. Format isian penilaian panelis dari instrumen
kemampuan berpikir kreatif matematik adalah mencocokkan
setiap butir soal dengan kompetensi dasar dan standar
kompetensi dengan skor penilaian 1 sampai 5 dengan
ketentuan, skor 1 jika dalam pernyataan tidak satupun kriteria
yang muncul, skor 2 jika dalam pernyataan hanya ada satu
kriteria yang muncul, skor 3 jika dalam pernyataan hanya ada
dua kriteria yang muncul, skor 4 jika dalam pernyataan ada tiga
kriteria yang muncul dan skor 5 jika dalam pernyataan ada
semua kriteria muncul. Skor butir-butir tersebut diberikan oleh
panelis sesuai dengan kesesuaian antara butir pernyataan
dengan indikator, standar kompetensi dan kompetensi dasar
untuk variabel kemampuan berpikir kreatif matematik siswa.
Adapun kriteria penilaian panelis adalah sebagai berikut: (a)
Kesesuaian antara butir soal dengan kompetensi dasar dan
standar kompetensi, (b) Kesesuaian antara butir soal dengan
aspek dan indikator kemampuan berpikir kreatif matematik, (c)
Penggunaan bahasa Indonesia yang benar dan (d) Tidak
bermakna ganda. Definisi konsep, definisi operasional dan kisi-kisi
instrument.
57. a. Uji Validitas dan Reliabilitas Instrumen penelitian
1). Validitas dan reliabilitas penilaian panelis
Analisis validitas penilaian panelis digunakan untuk
mengetahui validitas konsep instrumen melalui penilaian
panelis dengan menggunakan rumus dari Aiken:
(Aiken, 1996: 91)
dimana :
V = Indeks validitas isi
ni = Cacah dari titik skala hasil penilaian rater
i = Titik skala ke-I (I = 1,2,3,4,5)
lo = Titik skala terendah
N = Jumlah rater (Σni)
c = banyaknya titik skala
Nilai V terletak antara 0 dan 1 (valid ≥ 0,6).
58. Untuk Reliabilitas tes ditentukan dengan menggunakan
rumus Alpha yaitu:
(Basir, 1988: 65-73)
Keterangan:
α11 = koefisien reliabilitas (reliabel ≥ 0,6)
k = banyak butir
si
2 = varians skor butir
st
2 = varians skor total.
Berdasarkan analisis reliabilitas diperoleh reliabilitas
tes yaitu 0,807 ≥ 0,6, sehingga dapat diambil kesimpulan
bahwa semua instrumen yang dinilai oleh panelis memenuhi
kriteria, artinya instrumen tersebut dapat digunakan sebagai
alat ukur untuk dapat mengukur apa yang hendak diukur.
59. 2). Validitas dan reliabilitas uji coba instrumen
Uji validitas adalah suatu ukuran yang menunjukan
keshahihan atau tingkat kevalidan suatu instrumen, dan ini
mutlak dilakukan oleh peneliti untuk mencapai tujuan yang
telah ditetapkan. Untuk tes uraian, validitas butir tesnya
dihitung dengan menggunakan rumus korelasi product
moment dengan angka kasar sebagai berikut:
(Arikunto, 2005:72)
Keterangan :
rxy = koefisien korelasi antara variabel X dan Y
X = skor item
Y = skor total
N = jumlah subjek
60. Adapun kriteria pengujian sebagai berikut:
Jika ≥ dengan α = 0,05 maka item tersebut valid
Jika < dengan α = 0,05 maka item tersebut tidak valid.
Berdasarkan perhitungan dengan menggunakan
program SPSS 15, dan rtabel= 0,244 pada α = 0,05, atau
dengan melihat nilai sig.nya < α = 0,05 diperoleh kedelapan
butir soal yang diujicobakan tersebut valid. Maka, kedelapan
butir soal inilah yang kemudian dijadikan soal pre test dan
post test kemampuan berpikir kreatif matematik siswa.
Selanjutnya, suatu tes dikatakan reliabel jika hasil tes
tersebut menunjukkan ketetapan untuk beberapa kali tes.
Reliabilitas merupakan suatu ketetapan alat ukur dalam
jangka waktu tertentu. Reliabilitas menunjukkan pada suatu
pengertian bahwa suatu instrumen cukup dapat dipercaya
untuk digunakan sebagai alat pengumpul data.
61. Untuk mengetahui reliabilitas tes uraian digunakan rumus
Alpha Cronbach sebagai berikut:
(Arikunto, 2005:109)
Keterangan:
r11 = reliabilitas,
n = Jumlah Item
Σσi
2 = jumlah varians skor tiap item,
σt
2 = varians total.
62. Selanjutnya dalam pemberian interpretasi terhadap
koefisien reliabilitas tes ( ) pada umumnya digunakan
patokan :
r11 ≤ 0,20 reliabilitas : sangat rendah
0,20 < r11 ≤ 0,40 reliabilitas : rendah
0,40 < r11 ≤ 0,70 reliabilitas : sedang
0,70 < r11 ≤ 0,90 reliabilitas : tinggi
0,90 < r11 ≤ 1,00 reliabilitas : sangat tinggi.
Setelah dilakukan analisis reliabilitas dengan menggunakan
program SPSS 15 terhadap butir soal yang valid diperoleh
r11 = 0,645, yang artinya kedelapan soal ini memiliki
reliabilitas yang sedang.
63. F. Teknik Pengumpulan Data
Pengumpulan data dalam penelitian ini dilakukan
dengan pemberian instrumen penelitian berupa lembar
observasi dan tes kemampuan berpikir kreatif matematik
berbentuk tes uraian. Observasi dilakukan pada setiap
pertemuan yaitu sebanyak delapan kali pertemuan. Pada
saat proses pembelajaran dengan menggunakan pendekatan
open-ended dan latihan soal terstruktur berlangsung di kelas,
maka dilakukan observasi. Hasilnya dipergunakan untuk
memperoleh data tentang aktivitas/partisipasi guru dan
siswa. Untuk tes kemampuan berpikir kreatif matematik,
dilakukan sebanyak dua kali yaitu pada pree test dan post
test. Sebelum kegiatan pembelajaran dengan menggunakan
pendekatan open-ended dan latihan soal terstruktur
dilaksanakan di kelas, maka terlebih dahulu dilakukan pree
test mengenai materi bangun datar di kelas kontrol dan di
kelas eksperimen untuk mengetahui kemampuan awal
berpikir kreatif matematik siswa.
64. Setelah kegiatan pembelajaran dengan pendekatan open-ended
dan latihan soal terstruktur dilakukan, maka
diadakan post test pada kelas kontrol dan kelas eksperimen
untuk mengetahui peningkatan yang diperoleh pada kedua
kelas. Kemudian tes tersebut dikerjakan oleh siswa,
masing-masing soal yang telah dikerjakan diberikan skor
disesuaikan berdasarkan sistematika proses
pengerjaannya, serta jenis aspek kemampuan berpikir
kreatif matematik yang diberikan dalam soal. Selanjutnya,
hasil pekerjaan siswa dikumpulkan oleh peneliti untuk
diperiksa dan dikoreksi serta diberi nilai. Nilai dari hasil
pekerjaan siswa tersebut sebelumnya telah dikonversi yang
kemudian dijadikan data dalam penelitian ini.
65. G. Teknik Pengolahan dan Analisis Data
Penelitian eksperimen ini menggunakan dua teknik
analisis data yaitu analisis deskriptif dan inferensial. Analisis
deskriptif digunakan untuk memperoleh data tentang
aktivitas/ partisipasi guru dan siswa. Analisis deskriptif juga
dimaksudkan untuk mendeskripsikan kemampuan berpikir
kreatif matematik siswa melalui skor rata-rata dari masing-masing
sel yang dibentuk oleh pendekatan pembelajaran
open-ended dan latihan soal terstruktur dan pendekatan
pembelajaran konvensional dan tanpa latihan terstruktur .
Analisis inferensial dimaksudkan untuk menguji hipotesis
perbedaan kemampuan berpikir kreatif matematik siswa
sebelum dan sesudah perlakuan, serta perbedaan
kemampuan berpikir kreatif matematik antar siswa yang
diajar dengan pendekatan pembelajaran open-ended dan
pendekatan pembelajaran konvensional.
66. Data yang akan dianalisis dalam penelitian ini dari
skor pretes dan postes kemampuan berpikir kreatif
matematik siswa, dihitung N-Gainnya (gain
ternormalisasinya), dengan persamaan:
푵 − 푮풂풊풏 =
푺풑풐풔풕 − 푺풑풓풆
푺풎풂풙 − 푺풑풓풆
Keterangan :
Spost = Skor postes,
Spre = Skor pretes, dan
Smax = Skor maksimum yang mungkin dapat
diperoleh siswa.
Dengan kriteria nilai N-Gain sebagai berikut:
Tabel . Kriteria Gain Ternormalisasi (N-Gain)
Perolehan N-Gain Kriteria
N-Gain > 0,70 Tinggi
0,30 ≤ N-Gain ≤ 0,70 Sedang
N-Gain < 0,30 Rendah
(Archambault dalam Duda, 2010:32).
67. Perhitungan N-Gain ini dilakukan dengan maksud untuk
menghilangkan faktor tebakan siswa dan efek nilai tertinggi
sehingga terhindar dari kesimpulan yang bias (Hake dan
Heckler dalam Lambertus, 2010:95). Rentang nilai N-Gain
adalah 0 sampai dengan 1. Selanjutnya, nilai N-Gain inilah
yang diolah, dan pengolahannya disesuaikan dengan
permasalahan dan hipotesis yang diajukan. Pengolahan data
dalam penelitian ini dilakukan dengan mempergunakan
program siap pakai SPSS versi 15.0 melalui :
1. Statistika Deskriptif
a. Membuat distribusi frekuensi dan distribusi frekuensi relatif
(Sudjana, 2005:46-53) dan klasifikasi Normalized Gain
kemampuan berpikir kreatif matematik siswa.
b. Menentukan ukuran data statistika, yaitu: banyak data (n),
data terbesar (db), data terkecil (dk), rata-rata 푥 , median
(Me), modus (Mo), Varians, dan standar deviasi (ds).
68. 2. Uji Prasyarat Analisis
a. Uji normalitas
Uji normalitas data dimaksudkan untuk mengetahui apakah data
yang diperoleh berasal dari populasi yang berdistribusi normal
atau tidak. Untuk keperluan ini maka statistik yang digunakan
adalah uji Kolmogorov-Smirnov.
Adapun langkah-langkah yang diperlukan dalam pengujian ini
adalah sebagai berikut:
1) Data hasil pengamatan variabel Y diurutkan mulai dari
data yang terkecil sampai data yang terbesar,
2) Menentukan proporsi distribusi frekuensi kumulatif relatif
setiap data variabel yang sudah diurutkan dan diberi
simbol Fa (Y),
3) Menghitung nilai Z dengan rumus :
Keterangan :
= skor rata-rata (digunakan )
= standar deviasi (digunakan Sx)
69. 4) Menentukan proporsi distribusi frekuensi kumulatif
teoritis (luas daerah di bawah kurva normal) dari
variabel Y dinotasikan Fe (Y),
5) Menentukan nilai mutlak dari selisih Fa (Y) dan Fe (Y),
yaitu :
6) Membandingkan nilai Dmaks = maks dengan nilai Dtabel
pada taraf kesalahan = 0,05.
7) Kriteria untuk pengambilan keputusan adalah :
Jika Dmaks Dtabel maka data berasal dari populasi
yang berdistribusi normal.
Jika Dmaks > Dtabel maka data berasal dari populasi
yang tidak berdistribusi normal (Djarwanto, 1995:50).
Pasangan hipotesis :
H0 : sampel berasal dari populasi berdistribusi normal
H1 : sampel berasal dari populasi berdistribusi tidak
normal.
70. b.Uji homogenitas
Uji homogenitas data dimaksudkan untuk mengetahui apakah
varians data kedua kelompok yang diteliti mempunyai varians
yang homogen atau tidak. Pengujian homogenitas varians
dilakukan dengan uji-F dengan rumus berikut.
퐹ℎ푖푡 =
푣푎푟푖푎푛푠 푡푒푟푏푒푠푎푟
푣푎푟푖푎푛푠 푡푒푟푘푒푐푖푙
Dalam hal ini berlaku ketentuan, bila harga F hitung lebih kecil
atau sama dengan F tabel (Fhit ≤ Ftabel), maka Ho diterima dan
H1 ditolak (Fhit>Ftabel). Ho diterima berarti varians homogen
(Sugiyono, 2010:140).
Pasangan hipotesis:
2 = 휎2
H0 : 휎1
2
2 ≠ 휎2
H1 : 휎1
2.
Keterangan:
H0= Kedua variansi kelompok data homogen
H1= Kedua variansi kelompok data tidak homogen.
71. 3. Uji Hipotesis
a. Uji perbedaan rata-rata (uji peningkatan KBKM siswa
pada kedua kelas)
Untuk menguji perbedaan rata-rata suatu variabel
dengan konstanta tertentu atau nilai yang dhipotesiskan. Dalam
hal ini untuk mengetahui apakah terdapat peningkatan
kemampuan berpikir kreatif matematik (KBKM) siswa setelah
diajar dengan menggunakan pendekatan open-ended dan
setelah diajar dengan menggunakan pendekatan konvensional,
digunakan rumus uji-t satu sampel berikut:
t =
푋 − 휇표
푆푑
푛
(Iskandar, 2010:113)
Dimana:
t = Nilai t yang dihitung
푋 = Rerata nilai gain
휇표 = Nilai yang dihipotesiskan (0,00)
Sd = Standar deviasi (simpangan baku)
n = Jumlah sampel.
72. Pasangan hipotesis:
Untuk kelas eksperimen:
H0 : 휇 = 0,00 vs H1 : 휇 > 0,00.
Keterangan:
휇 = Rata-rata gain KBKM siswa yang diajar dengan pendekatan
pembelajaran
open-ended dan latihan soal terstruktur.
Untuk kelas kontrol:
H0 : 휇 = 0,00 vs H1 : 휇 > 0,00.
Keterangan:
휇 = Rata-rata gain KBKM siswa yang diajar dengan pendekatan
pembelajaran Konvensional dan tanpa latihan terstruktur.
Hipotesis yang diajukan untuk kelas eksperimen :
H0 = Tidak terdapat peningkatan kemampuan berpikir kreatif
matematik siswa yang signifikan setelah diajar dengan
menggunakan pendekatan pembelajaran open-ended dan
latihan soal terstruktur.
H1 = Terdapat peningkatan kemampuan berpikir kreatif
matematik siswa yang signifikan setelah diajar dengan
menggunakan pendekatan pembelajaran open-ended dan
latihan soal terstruktur.
73. Hipotesis yang diajukan untuk kelas kontrol :
H0 = Tidak terdapat peningkatan kemampuan berpikir kreatif
matematik siswa yang signifikan setelah diajar dengan
menggunakan pendekatan pembelajaran konvensional dan
tanpalatihan soal terstruktur..
H1 = Terdapat peningkatan kemampuan berpikir kreatif matematik
siswa yang signifikan setelah diajar dengan menggunakan
pendekatan pembelajaran konvensional dan tanpa latihan soal
terstruktur.
b. Uji perbedaan peningkatan KBKM siswa antar kedua kelompok
Uji perbedaan peningkatan dengan t-test untuk mengetahui
lebih lanjut perbedaan peningkatan KBKM dari pemberian perlakuan
pendekatan Open-ended (A=1) dan latihan soal terstruktur (B=1)
kontrol yaitu pendekatan pembelajaran konvensional (A=2) dan tanpa
latihan soal terstruktur (B=2) secara terpisah terhadap kemampuan
berpikir kreatif matematik siswa (Y).
74. Namun, uji lanjutan tersebut hanya dilakukan jika secara
keseluruhan signifikan atau signifikan lewat uji F. Untuk
menguji perbedaan rata-rata peningkatan kemampuan berpikir
matematik siswa kelas eksperimen dan kelas kontrol,
digunakan uji beda rata-rata atau uji–t.
a. Jika ditemukan data terdistribusi normal dan varians
homogen, maka pengujian hipotesis yang digunakan adalah
uji perbedaan dua rata-rata atau statistik uji–t dengan Rumus
t-test yang digunakan adalah :
t hitung =
푋 1−푋 2
푆푔푎푏
1
푛1
1
푛2
+
dengan Sgab =
2+(푛2−1)푆2
푛1−1 푆1
2
푛1+푛2−2
(Sudjana, 2005: 239)
75. Keterangan:
푋1 = Rerata gain kelas eksperimen
푋2 = Rerata gain kelas kontrol
푆1
2 = varians kelas eksperimen
푆2
2 = varians kelas kontrol
푛1 = banyaknya subyek kelas eksperimen
푛2 = banyaknya subyek kelas kontrol.
Dengan kriteria pengujian: terima H0 jika t < t1-α (tabel) , dimana
t1-α diperoleh dari daftar distribusi t dengan dk = (n1 + n2 – 2).
Untuk harga-harga t lainnya H0 ditolak (Sudjana, 2005: 243).
76. Pasangan hipotesis:
H0: lawan H1:
Keterangan:
μ1 = Parameter rerata kelompok eksperimen
μ2 = Parameter rerata kelompok kontrol.
Hipotesis yang diajukan :
H0= Kemampuan berpikir kreatif matematik siswa yang
diajar dengan menggunakan pendekatan pembelajaran
open-ended secara signifikan sama dengan kemampuan
berpikir kreatif matematik siswa yang menggunakan
pendekatan pembelajaran konvensional.
H1= Kemampuan berpikir kreatif matematik siswa yang
diajar dengan menggunakan pendekatan pembelajaran
open-ended lebih baik secara signifikan peningkatannya dari
kemampuan berpikir kreatif matematik siswa yang
menggunakan pendekatan pembelajaran konvensional.
77. b. Jika berdistribusi normal dan varians tidak homogen, maka
alat uji yang tepat adalah uji t* :
(Sudjana, 2005: 243)
Keterangan :
푋 1 = Rerata gain kelas eksperimen
푋 2 = Rerata gain kelas kontrol
푆1
2 = Varians kelas eksperimen
푆2
2 = varians kelas kontrol
푛1 = jumlah sampel kelas eksperimen
푛2 = jumlah sampel kelas kontrol.
Pengujian dilakukan pada α = 0,05 dengan kriteria pengujian
yang berlaku adalah:
Terima H0 jika t* ≤
푊1푡1+푊2푡2
푊1+ 푊2
dengan W1 = 푆2
2
푛2
2
, W2 = 푆1
푛1
, t1 = t(1 –
α),(n1– 1) dan t2 = t(1 – α), (n2 – 1) untuk harga-harga t lainnya
maka H0 ditolak.
78. c. Jika data tidak normal, maka dilakukan uji-U.
Untuk sampel pertama dengan n1 pengamatan dengan rumus:
Untuk sampel kedua dengan n2 pengamatan dengan rumus:
(Nasir, 1988:471)
Keterangan:
U = Nilai hitung untuk uji-U
n1 = Banyaknya responden dalam kelas eksperimen
n2 = Banyaknya responden dalam kelas kontrol
R1 =Jumlah nilai yang diperoleh responden dalam kelas
eksperimen
R2 = Jumlah nilai yang diperoleh responden dalam kelas
kontrol.
Dengan kriteria pengambilan keputusan adalah:
H0 diterima apabila Uhitung = Utabel
H0 ditolak apabila Uhitung > Utabel (Nasir, 1988:471).