SlideShare a Scribd company logo
1 of 78
BAB I PENDAHULUAN 
A. Latar Belakang 
Matematika merupakan salah satu mata pelajaran pokok 
yang diajarkan mulai dari jenjang pendidikan dasar hingga 
pendidikan menengah. Dalam standar isi untuk satuan 
pendidikan dasar dan menengah mata pelajaran matematika 
(Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 22 Tahun 2006 
tentang standar isi), telah disebutkan bahwa mata pelajaran 
matematika perlu diberikan untuk membekali siswa dengan 
kemampuan berpikir logis, analitis, sistematis, kritis, dan kreatif, 
serta kemampuan bekerjasama. 
Pengembangan berpikir kreatif merupakan salah satu 
fokus utama dalam dunia pendidikan matematika modern 
sebagaimana yang menjadi tujuan utama dari penerapan 
Kurikulum 2013.
Hal ini disebabkan karena berpikir kreatif merupakan 
salah satu kemampuan yang saat ini dikehendaki dalam dunia 
kerja (Mahmudi, 2010). Oleh karena itu, pembelajaran 
matematika perlu dirancang sedemikian rupa sehingga menjadi 
sarana yang tepat dalam mengembangkan kemampuan berpikir 
kreatif. Rancangan ini dapat dibantu dengan pemilihan model 
atau pendekatan pembelajaran yang tepat dalam mengajarkan 
matematika. 
Peran aktif dari siswa sangat penting dalam rangka 
pembentukan generasi yang kreatif, yang mampu menghasilkan 
sesuatu untuk kepentingan dirinya dan orang lain.
Metode latihan terstuktur adalah salah satu metode 
yang ditawarkan peneliti ini disebabkan karena dengan metode 
ini, siswa lebih aktif dalam belajar karena prinsip dari metode ini 
adalah guru memberikan hal-hal yang terstruktur yaitu dari hal-hal 
yang mudah atau sederhana ke hal-hal yang lebih 
kompleks Kreatif juga dimaksudkan agar guru menciptakan 
kegiatan belajar yang beragam sehingga memenuhi berbagai 
tingkat kemampuan siswa (Sofyan, 2007:43). Kenyataan yang 
terjadi saat ini adalah baik guru maupun siswa sulit untuk 
mengembangkan kemampuan berpikir kreatif dalam 
matapelajaran matematika. Guru pada umumnya tidak 
menyajikan latihan kepada siswa untuk berpikir kreatif karena 
setiap latihan yang diberikan hanya berorientasi pada hasil 
tanpa melihat bagaimana proses yang dijalankan oleh siswa.
Sedangkan siswa sendiri tidak terbiasa dengan latihan 
atau soal-soal yang membutuhkan kreativitas berpikir untuk 
menjawabnya. Salah satu penyebab terjadinya hal ini adalah 
guru belum melakukan pendekatan pembelajaran yang tepat 
untuk meningkatkan kemampuan berpikir kreatif siswa. 
Getlezs dan Jackson mengemukakan bahwa, salah satu cara 
untuk meningkatkan kemampuan berpikir kreatif matematik 
adalah dengan soal-soal terbuka atau open-ended problem 
(Mahmudi, 2010:4). Pengertian open-ended problem menurut 
Sudiarta dapat dirumuskan sebagai masalah atau soal-soal 
matematika yang dirumuskan sedemikian rupa sehingga 
memiliki beberapa atau bahkan banyak solusi yang benar, dan 
terdapat banyak cara untuk mencapai solusi itu (Japar, 2007: 
54).
Berdasarkan permasalahan dalam matematika yang 
berbentuk open-ended problem telah dikembangkan suatu 
pendekatan pembelajaran yaitu Pendekatan open-ended. 
Tujuan pembelajaran berbasis open-ended problem menurut 
Nohda adalah untuk membantu mengembangkan kegiatan 
kreatif dan pola pikir matematik siswa melalui pemecahan 
masalah secara simultan (Paduppai dan Nurdin, 2008:912). 
Pendekatan ini memberikan masalah terbuka yang memberi 
kesempatan bagi siswa untuk menyelesaikan permasalahan 
matematik menggunakan berbagai cara, sehingga 
kemampuan berpikir kreatif matematik siswa bisa meningkat. 
Tujuan utamanya bukan untuk mendapatkan jawaban tetapi 
lebih menekankan pada bagaimana cara sampai pada suatu 
jawaban.
Sejalan dengan itu, menurut Sofyan dan 
Amiruddin (2007:46), tugas guru adalah 
mengembangkan kemampuan berpikir kreatif siswa, 
antara lain dengan sering-sering memberikan tugas 
atau mengajukan pertanyaan yang terbuka (Open-ended). 
Pertanyaan yang dimulai dengan kata-kata 
“Apa yang terjadi jika…” lebih baik daripada yang 
dimulai dengan kata-kata “Apa, berapa, kapan”, yang 
umumnya tertutup (jawaban betul hanya satu). 
Sehingga, dengan meningkatnya kemampuan berpikir 
kreatif matematik siswa diharapkan akan memberikan 
efek positif terhadap hasil belajar yang diperolehnya.
Keberhasilan pendekatan open-ended dalam 
meningkatkan kemampuan berpikir kreatif matematik siswa 
dapat dilihat dari mengukur beberapa aspek dalam proses 
menyelesaikan permasalahan. Aspek-aspek tersebut adalah 
kelancaran (fluency), keluwesan (flexibility), keaslian 
(originality), dan keterincian (elaboration). Pembelajaran 
dengan pendekatan open-ended ini akan digunakan pada 
siswa kelas XI sekolah menengah atas (SMA), karena pada 
jenjang ini siswa telah dapat dilatih untuk berpikir kreatif 
sebagai dasar untuk melanjutkan kejenjang yang lebih tinggi. 
Berdasarkan pemaparan di atas, maka peneliti bermaksud 
untuk mengadakan penelitian eksperimen dengan judul 
“Pengaruh metode Open-Ended dan Latihan Soal 
Terstruktur Terhadap Peningkatan Kemampuan Berpikir 
Kreatif Matematik”.
B. Batasan Masalah 
Dari uraian latar belakang di atas, maka permasalahan 
penelitian dibatasi hanya pada peningkatan kemampuan 
berpikir kreatif matematik yang meliputi kelancaran (fluency), 
keluwesan (flexibility), keaslian (originality), dan keterincian 
(elaboration) dengan menggunakan pendekatan open-ended 
dan latihan soal terstruktur, yakni masalah atau soal-soal 
yang memiliki beberapa atau bahkan banyak solusi yang 
benar, dan terdapat banyak cara untuk menyelesaikannya 
serta dengan menggunakan pendekatan pembelajaran 
konvensional, yakni proses pembelajaran yang umumnya 
dilakukan oleh guru kepada siswa, di kelas XI semester 2 
pada siswa SMA Negeri 5 Kendari.
C. Rumusan Masalah 
Berdasarkan uraian latar belakang di atas, dapat dirumuskan 
beberapa masalah dalam penelitian ini sebagai berikut: 
1. Apakah ada pengaruh metode open-ended dan latihan 
soal terstruktur termasuk interaksinya secara bersama-sama 
terhadap peningkatan kemampuan berpikir kreatif 
matematik? 
2. Apakah ada pengaruh metode open-ended dan interaksi 
metode open-ended dan latihan soal terstruktur secara 
bersama-sama terhadap peningkatan kemampuan berpikir 
kreatif matematik? 
3. Apakah ada pengaruh metode latihan soal terstruktur dan 
interaksi metode open-ended dan latihan soal terstruktur 
secara bersama-sama terhadap peningkatan kemampuan 
berpikir kreatif matematik?
4. Apakah ada perbedaan rerata kemampuan berpikir kreatif 
matematik siswa yang diajar dengan metode open-ended 
yang dibandingkan dengan siswa yang diajar dengan 
pembelajaran konvesional khusus untuk siswa yang diajar 
dengan tanpa latihan terstruktur ? 
5. Apakah ada perbedaan rerata kemampuan berpikir kreatif 
matematik siswa yang diajar dengan latihan soal 
terstruktur yang dibandingkan dengan siswa yang diajar 
dengan tanpa latihan soal terstruktur khusus untuk siswa 
yang diajar dengan metode open-ended? 
6. Apakah ada perbedaan rerata kemampuan berpikir kreatif 
matematik siswa yang diajar dengan latihan soal 
terstruktur yang dibandingkan dengan siswa yang diajar 
dengan tanpa latihan soal terstruktur khusus untuk siswa 
yang diajar dengan pembelajaran konvesional?
7. Apakah ada perbedaan rerata kemampuan berpikir kreatif 
matematik siswa yang diajar dengan latihan soal 
terstruktur yang dibandingkan dengan siswa yang diajar 
dengan tanpa latihan soal terstruktur khusus untuk siswa 
yang diajar dengan pembelajaran konvesional? 
8. Apakah ada perbedaan rerata kemampuan berpikir kreatif 
matematik siswa yang diajar dengan metode open-ended 
yang dibandingkan dengan siswa yang diajar dengan 
pembelajaran konvesional khusus untuk siswa yang diajar 
dengan latihan terstruktur ? 
9. Apakah ada perbedaan rerata kemampuan berpikir kreatif 
matematik siswa yang diajar dengan metode open-ended 
yang dibandingkan dengan siswa yang diajar dengan 
pembelajaran konvesional khusus untuk siswa yang diajar 
dengan tanpa latihan terstruktur ?
D. Tujuan Penelitian 
Berdasarkan pada masalah yang diteliti maka tujuan 
penelitian ini adalah: 
1. Untuk mempelajari pengaruh metode open-ended dan 
latihan soal terstruktur termasuk interaksinya secara 
bersama-sama terhadap peningkatan kemampuan 
berpikir kreatif matematik. 
2. Untuk mempelajari pengaruh metode open-ended dan 
interaksi metode open-ended dan latihan soal terstruktur 
secara bersama-sama terhadap peningkatan kemampuan 
berpikir kreatif matematik. 
3. Untuk mempelajari pengaruh metode latihan soal 
terstruktur dan interaksi metode open-ended dan latihan 
soal terstruktur secara bersama-sama terhadap 
peningkatan kemampuan berpikir kreatif matematik.
4. Untuk mempelajari perbedaan rerata kemampuan berpikir 
kreatif matematik siswa yang diajar dengan metode open-ended 
yang dibandingkan dengan siswa yang diajar 
dengan pembelajaran konvesional khusus untuk siswa 
yang diajar dengan tanpa latihan terstruktur ? 
5. Untuk mempelajari perbedaan rerata kemampuan berpikir 
kreatif matematik siswa yang diajar dengan latihan soal 
terstruktur yang dibandingkan dengan siswa yang diajar 
dengan tanpa latihan soal terstruktur khusus untuk siswa 
yang diajar dengan metode open-ended. 
6. Untuk mempelajari perbedaan rerata kemampuan berpikir 
kreatif matematik siswa yang diajar dengan latihan soal 
terstruktur yang dibandingkan dengan siswa yang diajar 
dengan tanpa latihan soal terstruktur khusus untuk siswa 
yang diajar dengan pembelajaran konvesional.
7. Untuk mempelajari perbedaan rerata kemampuan berpikir 
kreatif matematik siswa yang diajar dengan latihan soal 
terstruktur yang dibandingkan dengan siswa yang diajar 
dengan tanpa latihan soal terstruktur khusus untuk siswa 
yang diajar dengan pembelajaran konvesional. 
8. Untuk mempejari perbedaan rerata kemampuan berpikir 
kreatif matematik siswa yang diajar dengan metode open-ended 
yang dibandingkan dengan siswa yang diajar 
dengan pembelajaran konvesional khusus untuk siswa 
yang diajar dengan latihan terstruktur . 
9. Untuk mempelajari perbedaan rerata kemampuan berpikir 
kreatif matematik siswa yang diajar dengan metode open-ended 
yang dibandingkan dengan siswa yang diajar 
dengan pembelajaran konvesional khusus untuk siswa 
yang diajar dengan tanpa latihan terstruktur .
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 
A. Kajian Teori 
1.Kemampuan Berpikir Kreatif Matematik 
a. Pengertian Kreativitas 
Kreativitas merupakan bagian dari aktivitas mental yang 
dimiliki seseorang (Paduppai dan Nurdin, 2008:909). Menurut 
Solso, kreativitas adalah aktifitas kognitif yang menghasilkan 
cara pandang baru terhadap suatu masalah atau situasi 
(Ghufron dan Risnawati, 2011:102). Sedangkan Sriraman, 
mendefinisikan kreativitas sebagai proses yang dihasilkan 
tidak biasa, solusi yang dalam dari persoalan yang diberikan 
dan terlepas dari tingkat kompleksitas. Sriraman juga 
menyarankan supaya kreativitas dapat diterapkan di kelas 
dengan menyelesaikan soal-soal yang rutin, kompleks, dan 
terstruktur (Lambertus, 2010:155).
Selanjutnya Torrence, memandang kreativitas sebagai 
suatu kemampuan yang mencerminkan kelancaran, 
keluwesan (fleksibilitas), orisinalitas dalam berpikir serta 
kemampuan untuk mengelaborasi (mengembangkan, 
memperkaya, dan memerinci) suatu gagasan (Ghufron dan 
Risnawati, 2011:102). 
Suharnan dalam Ghufron dan Risnawati (2011:104- 
106) mengatakan bahwa terdapat aspek dalam kreativitas 
yang dapat dijelaskan sebagai berikut: 
1). Aktivitas berpikir 
Aktivitas ini bersifat kompleks karena melibatkan sejumlah 
kemampuan kognitif seperti persepsi, atensi, ingatan, 
imajiner, penalaran, imajinasi, pengambilan keputusan, dan 
pemecahan masalah.
2). Menemukan atau menciptakan sesuatu yang baru 
Aktivitas menemukan sesuatu, berarti melibatkan proses 
imajinasi yaitu, kemampuan memanipulasi sejumlah objek 
atau situasi di dalam pikiran sebelum sesuatu yang baru 
diharapkan muncul. 
3). Sifat baru atau orisinal 
Sifat baru yang terkandung dalam kreativitas memiliki ciri-ciri 
sebagai berikut: 
a. Produk yang bersifat baru dan belum pernah ada 
sebelumnya. 
b. Produk yang memiliki sifat baru sebagai hasil kombinasi 
beberapa produk yang sudah ada sebelumnya.
c. Produk yang memilki sifat baru sebagai hasil 
pembaruan (inovasi) dan pengembangan dari hasil 
yang sudah ada. 
4). Produk yang berguna atau bernilai 
Berguna atau bernilai, yaitu karya yang dihasilkan dari 
kreativitas harus memiliki kegunaan atau manfaat 
tertentu.
b. Pengertian Berpikir Kreatif 
Purwanto (1998:43) mendefinisikan bahwa berpikir 
adalah salah satu keaktifan pribadi manusia yang 
mengakibatkan penemuan yang terarah kepada suatu tujuan. 
Nazir (1988:10) juga menjelaskan bahwa proses berpikir 
adalah suatu refleksi yang teratur dan hati-hati. Proses 
berpikir lahir dari suatu rasa sangsi akan sesuatu dan 
keinginan untuk memperoleh suatu ketentuan, yang 
kemudian tumbuh menjadi suatu masalah yang khas. Ditinjau 
dari tingkat berpikirnya, siswa kelas VII berada pada tahap 
operasi formal awal (formal-operational stage). Pada tahap 
ini, anak atau siswa sudah mampu berpikir secara logis tanpa 
kehadiran benda-benda konkret; dengan kata lain, sudah 
mampu melakukan abstraksi (mampu berpikir tentang hal-hal 
yang abstrak) (Piaget dalam DSLTP, 2002:18).
Menurut McGregor, berpikir kreatif adalah 
berpikir yang mengarah pada pemerolehan wawasan 
baru, pendekatan baru, perspektif baru, atau cara baru 
dalam memahami sesuatu (Mahmudi, 2010:2). 
Sedangkan menurut Johnson berpikir kreatif bukanlah 
suatu proses terorganisasi, melainkan sebuah 
kebiasaan dari pikiran yang dilatih dengan 
memperhatikan intuisi, menghidupkan imajinasi, 
mengungkapkan kemungkinan-kemungkinan baru, 
membuka sudut pandang yang menakjubkan, dan 
membangkitkan ide-ide yang tidak terduga.
Hal ini berarti untuk mengembangkan 
kemampuan berpikir kreatif siswa, dibutuhkan adanya 
latihan secara terus-menerus, ketekunan, disiplin diri, 
dan perhatian penuh, yang meliputi aktivitas mental 
seperti: mengajukan pertanyaan; membangun 
keterkaitan, khususnya antara hal-hal yang berbeda; 
menghubung-hubungkan berbagai hal dengan bebas; 
menerapkan imajinasi pada setiap situasi untuk 
menghasilkan hal baru dan berbeda; dan 
mendengarkan intuisi (Lambertus, 2010:154).
c. Pengertian Berpikir Kreatif Matematik 
Guilford mengemukakan bahwa kreativitas atau 
berpikir kreatif merupakan kemampuan untuk melihat 
bermacam-macam kemungkinan penyelesaian terhadap suatu 
masalah (Paduppai dan Nurdin, 2008). Menurut Pehnoken, 
kreativitas tidak hanya terjadi pada bidang-bidang tertentu, 
seperti seni, sastra, atau sains, melainkan juga ditemukan 
dalam berbagai bidang kehidupan, termasuk matematika. 
Pembahasan mengenai kreativitas dalam matematika lebih 
ditekankan pada prosesnya, yakni proses berpikir kreatif. Oleh 
karena itu, kreativitas dalam matematika lebih tepat 
diistilahkan sebagai berpikir matematik. Meski demikian, 
istilah kreativitas dalam matematika atau berpikir kreatif 
matematik dipandang memiliki pengertian yang sama, 
sehingga dapat digunakan secara bergantian (Mahmudi, 
2010:3).
Istilah berpikir matematik (mathematical 
thingking) diartikan sebagai cara berpikir berkenaan 
dengan proses matematika (doing math) atau cara 
berpikir dalam menyelesaikan tugas matematik 
(mathematical taks) baik yang sederhana maupun yang 
kompleks (Sumarmo, 2010:4). 
Wardani dalam Asriah (2011:25), menyatakan 
Kreativitas matematik siswa adalah kemampuan 
matematik yang mencerminkan kemampuan 
kefasihan/kelancaran, keluwesan, hal yang relatif baru 
dan keterincian/elaborasi.
Penjelasan dari setiap indikator diungkapkan 
oleh Wardani, yakni sebagai berikut: 
1. Kefasihan adalah kemampuan dalam mengajukan 
sejumlah masalah atau pertanyaan matematika 
dan jawaban yang tepat. 
2. Keluwesan adalah kemampuan menghasilkan 
jawaban yang bervariasi/beragam/beberapa cara. 
3. Keaslian/hal yang relatif baru adalah kemampuan 
memberikan gagasan atau jawaban dengan 
bahasa dan cara sendiri.
3. Keterincian/elaborasi adalah kemampuan 
menjelaskan, mengembangkan, memperkaya atau 
menguraikan lebih rinci jawaban atau gagasan yang 
diberikan. 
Pentingnya kreativitas dalam matematika 
dikemukakan oleh Bishop yang menyatakan bahwa 
seseorang memerlukan dua keterampilan berpikir 
matematik yaitu, berpikir kreatif yang sering diidentikkan 
dengan intuisi dan kemampuan berpikir analitik yang 
diidentikkan dengan kemampuan berpikir logis.
Sementara Kiesswetter menyatakan bahwa 
kemampuan berpikir fleksibel yang merupakan salah 
satu aspek kemampuan berpikir kreatif, merupakan 
kemampuan penting yang harus dimiliki siswa dalam 
menyelesaikan masalah matematika. Pendapat ini 
menegaskan eksistensi kemampuan berpikir kreatif 
matematik. Selanjutnya, Krutetski mendefinisikan 
kemampuan berpikir kreatif matematik sebagai 
kemampuan menemukan solusi masalah matematika 
secara mudah dan fleksibel (Mahmudi, 2010:3).
2. Pendekatan Pembelajaran Open-Ended 
Menurut Becker dan Shigeru, pendekatan open-ended 
pada awalnya dikembangkan di Jepang pada tahun 1970-an 
(Mahmudi, 2008:2). Antara tahun 1971 dan 1976, para ahli 
pendidikan matematika Jepang melakukan serangkaian 
penelitian yang berfokus pada pengembangan metode 
evaluasi keterampilan berpikir tingkat tinggi dalam pendidikan 
matematika dengan menggunakan soal atau masalah terbuka 
(open-ended) sebagai tema (TPIP FIP-UPI, 2007). Secara 
konseptual open-ended problem dalam pembelajaran 
matematika adalah masalah-masalah matematika yang 
dirumuskan sedemikian rupa, sehingga memiliki beberapa 
atau bahkan banyak solusi yang benar, dan banyak cara 
untuk mencapai solusi itu.
Pendekatan ini memberikan kesempatan pada 
siswa untuk "experience in finding something new in 
the process" (Schoenfeld dalam I Gusti Putu Sudiarta, 
2006:1135). 
Shimada berpendapat bahwa, pendekatan open-ended 
adalah pendekatan pembelajaran yang 
menyajikan suatu permasalahan yang memiliki metode 
atau penyelesaian yang benar lebih dari satu (Syaban, 
2011). Shimada juga mengatakan bahwa, soal-soal 
open-ended merupakan soal-soal yang dirancang dan 
disusun sedemikian rupa sehingga memiliki banyak 
jawaban yang benar (Paduppai dan Nurdin, 2008).
Pendekatan open-ended merupakan pendekatan 
pembelajaran yang menggunakan masalah terbuka yang 
dapat dijawab dengan banyak cara/metode penyelesaian 
atau jawaban benar yang beragam. Dengan 
keberagaman cara penyelesaian dan jawaban tersebut, 
maka memberikan keleluasaan kepada siswa dalam 
menyelesaikan masalah (Fadillah, 2011:104). Sejalan 
dengan itu, Hancock dan Berenson menyatakan bahwa 
soal open-ended adalah soal yang memiliki lebih dari 
satu penyelesaian dan cara yang benar (Syaban, 2011). 
Selanjutnya, Menurut Takahashi, soal terbuka (open-ended 
problem) adalah soal yang mempunyai banyak 
solusi atau strategi penyelesaian (Mahmudi, 2008:3).
Pembelajaran dengan problem (masalah) terbuka 
(open-ended) artinya pembelajaran yang menyajikan 
permasalahan dengan pemecahan berbagai cara (flexibility) 
dan solusinya juga bisa beragam (multi jawab, fluency). 
Pembelajaran ini melatih dan menumbuhkan orisinilitas 
(originality) ide, kreativitas, kognitif tinggi, kritis, komunikasi-interaksi, 
sharing, keterbukaan, dan sosialisasi. Siswa 
dituntut untuk berimprovisasi mengembangkan metode, cara, 
atau pendekataan yang bervariasi dalam memperoleh 
jawaban siswa beragam. Selanjutnya siswa juga diminta 
untuk menjelaskan proses mencapai jawaban tersebut. 
Dengan demikian, model pembelajaran ini lebih 
mementingkan proses daripada produk yang akan 
membentuk pola pikir, keterpaduan, keterbukaan, dan ragam 
berpikir (Suherman, 2004:3).
Pendekatan open-ended dalam pembelajaran 
matematika bertujuan menciptakan suasana 
pembelajaran agar siswa memperoleh pengalaman 
dalam menemukan sesuatu yang baru melalui proses 
pembelajaran. Tujuan pembudayaan pembelajaran 
matematika dengan open-ended adalah membantu 
mengembangkan aktivitas dan berpikir matematik siswa 
secara serempak dalam pemecahan masalah (Hudiono, 
2008:23). Menurut Suherman, Tujuan pendekatan 
open-ended bukan untuk mendapatkan jawaban tetapi 
lebih menekankan pada cara bagaimana sampai pada 
suatu jawaban. Dengan demikian, bukanlah hanya satu 
cara dalam mendapatkan jawaban, namun beberapa 
atau banyak cara (Asriah, 2011:10).
Tujuan lain dari pendekatan open-ended yaitu, agar 
kemampuan berpikir matematika siswa dapat 
berkembang secara maksimal, dan pada saat yang 
sama kegiatan-kegiatan kreatif setiap siswa 
terkomunikasikan melalui proses pembelajaran. Itulah 
yang menjadi pokok pikiran pembelajaran dengan 
pendekatan open-ended problem, yaitu pembelajaran 
yang membangun kegiatan interaktif antara 
matematika dan siswa, sehingga mengundang mereka 
untuk menjawab permasalahan melalui berbagai 
strategi (Paduppai dan Nurdin, 2008).
Model aktivitas Siswa yang dikembangkan dalam pendekatan open-ended secara 
garis besarnya disajikan dalam gambar sebagai berikut: 
Sumber: Suryadi dalam Asriah (2011:14). 
Gambar 2.1 Model Aktivitas Siswa yang Dikembangkan dalam Pendekatan 
Open-Ended
3. Pendekatan Pembelajaran Konvensional 
Berdasarkan Kamus Besar Bahasa Indonesia (2007) 
konvensional artinya berdasarkan persetujuan umum 
(tradisional). Pendekatan konvensional memandang bahwa 
proses pembelajaran yang dilakukan sebagaimana umumnya 
guru mengajarkan materi kepada siswanya. Guru 
mentransfer ilmu pengetahuan kepada siswa, sedangkan 
siswa lebih banyak sebagai penerima (Gora dan Sunarto, 
2011:7). 
Menurut Philip R. Wallace, pendekatan pembelajaran 
dikatakan sebagai pendekatan pembelajaran yang 
konvensional apabila mempunyai ciri-ciri berikut: 
a. Otoritas seorang guru lebih diutamakan dan berperan 
sebagai contoh bagi murid-muridnya. 
b. Perhatian kepada masing-masing individu atau minat 
siswa sangat kecil.
c. Pembelajaran di sekolah lebih banyak dilihat sebagai 
persiapan akan masa depan, bukan sebagai 
peningkatan kompetensi siswa di saat ini. 
d. Penekanan yang mendasar adalah pada bagaimana 
pengetahuan dapat diserap oleh siswa dan penguasaan 
pengetahuan tersebutlah yang menjadi tolak ukur 
keberhasilan tujuan, sementara pengembangan potensi 
siswa diabaikan. 
Selanjutnya, Ujang Sukandi mendeskripsikan bahwa 
Pendekatan Konvensional ditandai dengan guru mengajar 
lebih banyak mengajarkan konsep-konsep bukan 
kompetensi, tujuannya adalah siswa mengetahui sesuatu 
bukan mampu melakukan sesuatu, dan pada saat proses 
pembelajaran, siswa lebih banyak mendengarkan (Gora dan 
Sunarto, 2011:7).
4. Metode Latihan Terstruktur 
Metode Latihan Terstruktur merupakan suatu 
cara mengajar dengan memberikan latihan-latihan 
terstruktur terhadap apa yang dipelajari oleh siswa 
sehingga memperoleh keterampilan tertentu 
(Roestiyah dalam Kasmiati dan La Sahara, 2006: 9). 
Pemberian latihan ini dilakukan dengan cara guru 
memberikan soal-soal latihan yang akan di kerjakan 
oleh siswa yang di mulai dari soal-soal yang 
sederhana ke soal-soal yang lebih kompleks dengan 
bimbingan guru. Pemberian soal-soal tersebut di 
susun oleh guru secara terstruktur sehingga siswa 
akan merasa terbimbing dengan baik.
Slameto dalam Kasmiati dan La Sahara (2006: 
9) menjelaskan tujuan dari metode latihan terstruktur 
secara khusus sebagai berikut : 
a. Siswa memiliki keterampilan motorik/gesit seperti 
menghafal, menggunakan alat-alat dan lain-lain. 
b. Mengembangkan kecakapan intelektual seperti 
mengalikan, membagi menjumlahkan dan 
membagi. 
c. Memiliki kemampuan menghubungkan antara 
suatu keadaan dengan hal yang lain seperti 
hubungan sebab akibat tujuan belajar.
B. Tinjauan Kurikulum 
Berdasarkan panduan yang disusun oleh Badan 
Standar Nasional Pendidikan (BSNP), materi turunan 
fungsi yang dipelajari di SMU kelas XI terdiri dari 
turunan fungsi aljabar, turunan fungsi trigonometri dan 
aplikasinya.Kanginan (2007: 150) mengemukakan 
bahwa Turunan fungsi aljabar yang dipelajari di SMU 
kelas XI terdiri dari :Turunan fungsi konstan, turunan 
fungsi identitas, turunan fungsi eksponen, turunan 
hasil kali konstanta dengan fungsi, turunan jumlah dan 
selisih fungsi dan turunan perkalian dan pembagian
C. Hasil penelitian yang relevan 
Beberapa hasil penelitian yang relevan dengan penelitian 
ini, antara lain: 
1. Penelitian yang dilakukan oleh Asri Nurlaelatul Asriah 
pada tahun 2011 yang menyimpulkan bahwa 
kemampuan berpikir kreatif matematik siswa kelas VII 
SMP Negeri 1 Kawali T.A. 2010/2011 dapat 
ditingkatkan melalui penerapan pendekatan 
pembelajaran Open-Ended. 
2. Penelitian yang dilakukan oleh Syarifah Fadillah, yang 
menyimpulkan bahwa kemampuan representasi 
multipel matematika siswa kelas VIII SMP dapat 
ditingkatkan melalui pembelajaran dengan pendekatan 
Open-Ended.
D. Kerangka Berpikir 
Pembelajaran matematika merupakan usaha 
membantu siswa mengkontruksi pengetahuan melalui 
proses. Proses tersebut dimulai dari pengalaman, 
sehingga siswa harus diberi kesempatan seluas-luasnya 
untuk mengkontruksi sendiri pengetahuan yang harus 
dimiliki dengan mengembangkan kemampuan berpikir 
kreatif matematik siswa. Proses pembelajaran dapat diikuti 
dengan baik dan menarik perhatian siswa apabila 
menggunakan pendekatan pembelajaran yang sesuai 
dengan tingkat perkembangan siswa dan sesuai dengan 
materi pembelajaran. Dalam pembelajaran matematika 
harus mampu mengaktifkan siswa selama proses 
pembelajaran dan mengurangi kecenderungan guru untuk 
mendominasi proses pembelajaran tersebut, sehingga ada 
perubahan dalam hal pembelajaran matematika yaitu, 
pembelajaran yang berpusat pada guru sudah sewajarnya 
diubah menjadi berpusat pada siswa.
Selain itu, siswa juga mendapat kebebasan untuk 
berpikir kreatif. Untuk melakukan itu, guru perlu menyusun 
pendekatan yang dapat memperbaiki pembelajaran 
matematika tersebut. Salah satu alternatif pendekatan yang 
dimaksud adalah dengan menggunakan pendekatan open-ended, 
yakni suatu pendekatan pembelajaran yang dapat 
membuat siswa berpikir lebih aktif dalam pembelajaran dan 
sering mengekspresikan idenya; siswa memiliki kesempatan 
lebih banyak dalam memanfaatkan pengetahuan dan 
keterampilan matematik secara komprehensif; siswa dengan 
kemampuan matematika rendah dapat merespon 
permasalahan dengan cara mereka sendiri; siswa secara 
implinsik termotivasi untuk memberikan bukti atau 
penjelasan; dan siswa juga memiliki pengalaman banyak 
untuk menemukan sesuatu dalam menjawab permasalahan.
Sehingga dengan pendekatan ini, selain dapat 
mengembangkan kemampuan kognitif siswa, juga dapat 
meningkatkan kemampuan berpikir kreatif matematik 
siswa, yaitu dengan pemberian masalah atau soal-soal 
yang terbuka kepada siswa dapat memberikan 
kesempatan bagi siswa untuk menyelesaikan 
permasalahan matematik dengan banyak jawaban yang 
benar dan dengan menggunakan berbagai cara. Sehingga, 
indikator kemampuan berpikir matematik dapat terpenuhi, 
yaitu kelancaran (fluency) yakni, kemampuan dalam 
memecahkan masalah matematika dengan jawaban yang 
tepat; keluwesan (flexibility) yakni, kemampuan 
menghasilkan jawaban yang beragam; keaslian (originality) 
yakni, kemampuan memberikan jawaban dengan cara 
sendiri; dan keterincian (elaboration) yakni, kemampuan 
menjelaskan, mengembangkan menguraikan lebih rinci 
jawaban atau gagasan yang diberikan.
Maka, dengan meningkatnya kemampuan 
berpikir kreatif matematik siswa, diharapkan hasil 
belajar siswa juga akan meningkat. 
E. Hipotesis Penelitian 
Setelah uraian di atas peneliti mencoba mengajukan 
hipotesis sebagai berikut : 
Hipotesis-1 Penggunaan metode open-ended dan 
latihan soal terstruktur termasuk interaksinya secara 
bersama-sama mempunyai pengaruh yang signifikan 
terhadap peningkatan kemampuan berpikir kreatif 
matematik. Secara statistik: 
H0: Ai = Bj = (AB)ij= 0 vs H1: Bukan H0
Hipotesis-2 Penggunaan metode open-ended dan 
interaksi metode open-ended dan latihan soal 
terstruktur secara bersama-sama mempunyai 
pengaruh yang signifikan terhadap peningkatan 
kemampuan berpikir kreatif matematik. Secara statistik: 
H0: Ai = (AB)ij= 0 vs H1: Bukan H0 
Hipotesis-3 Penggunaan metode latihan soal 
terstruktur dan interaksi metode open-ended dan 
latihan soal terstruktur secara bersama-sama 
mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap 
peningkatan kemampuan berpikir kreatif matematik. 
Secara statistik: 
H0: Bj = (AB)ij= 0 vs H1: Bukan H0
Hipotesis-4 Secara signifikan rerata kemampuan 
berpikir kreatif matematik siswa yang diajar dengan 
metode open-ended lebih tinggi dibandingkan dengan 
siswa yang diajar dengan pembelajaran konvesional 
khusus untuk siswa yang diajar dengan tanpa latihan 
terstruktur. Secara statistik: 
H0: α1 ≤ 0 vs H1: α1 > 0 
Hipotesis-5 Secara signifikan rerata kemampuan 
berpikir kreatif matematik siswa yang diajar dengan 
latihan soal terstruktur lebih tinggi dibandingkan dengan 
siswa yang diajar dengan tanpa latihan soal terstruktur 
khusus untuk siswa yang diajar dengan metode open-ended. 
Secara statistik: 
H0: α2 ≤ 0 vs H1: α2 > 0
Hipotesis-6 Secara signifikan rerata kemampuan 
berpikir kreatif matematik siswa yang diajar dengan 
latihan soal terstruktur lebih tinggi dibandingkan 
dengan siswa yang diajar dengan tanpa latihan soal 
terstruktur khusus untuk siswa yang diajar dengan 
pembelajaran konvesional. Secara statistik: 
H0: α3 ≤ 0 vs H1: α3 > 0 
Hipotesis-7 Secara signifikan rerata kemampuan 
berpikir kreatif matematik siswa yang diajar dengan 
latihan soal terstruktur lebih tinggi dibandingkan 
dengan siswa yang diajar dengan tanpa latihan soal 
terstruktur khusus untuk siswa yang diajar dengan 
pembelajaran konvesional. Secara statistik: 
H0: β1 ≤ 0 vs H1: β1 > 0
Hipotesi-8 Secara signifikan rerata kemampuan berpikir 
kreatif matematik siswa yang diajar dengan metode 
open-ended lebih tinggi dibandingkan dengan siswa 
yang diajar dengan pembelajaran konvesional khusus 
untuk siswa yang diajar dengan latihan terstruktur . 
Secara statistik: 
H0: β2 ≤ 0 vs H1: β2 > 0 
Hipotesis-9 Secara signifikan rerata kemampuan 
berpikir kreatif matematik siswa yang diajar dengan 
metode open-ended lebih tinggi dibandingkan dengan 
siswa yang diajar dengan pembelajaran konvesional 
khusus untuk siswa yang diajar dengan tanpa latihan 
terstruktur . Secara statistik: 
H0: β3 ≤ 0 vs H1: β3 > 0
BAB III METODE PENELITIAN 
A.Tempat dan Waktu Penelitian 
Penelitian eksperimen ini dilaksanakan di SMA Negeri 
5 Kendari. Sedangkan waktu pelaksanaannya dilakukan pada 
semester genap tahun ajaran 2013/2014. Tahapan 
pengambilan data pree test pada kelas eksperimen 
dilaksanakan pada tanggal 12 Maret 2014, sedangkan pada 
kelas kontrol dilaksanakan pada tanggal 14 Maret 2012. 
Tahapan pelaksanaan pembelajaran pada kelas kontrol 
dilakukan pada tanggal 26 Maret 2014 sampai 5 Mei 2014, 
sedangkan pelaksanaan pembelajaran pada kelas 
eksperimen dilakukan pada tanggal 27 Maret 2014 sampai 2 
Mei 2014. Pembelajaran dilakukan sebanyak delapan kali 
pertemuan pada masing-masing kelas. Tahapan pengambilan 
data post test pada kelas eksperimen dilaksanakan pada 
tanggal 9 Mei 2014, sedangkan pada kelas kontrol 
dilaksanakan pada tanggal 7 Mei 2014.
B. Populasi dan Sampel Penelitian 
1. Populasi 
Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh siswa 
kelas XI SMA Negeri 5 Kendari yang tersebar dalam 7 kelas 
paralel yaitu XIA – XIG dan terdaftar pada semester genap 
tahun ajaran 2013/2014. 
2. Sampel 
Pengambilan sampel pada penelitian ini dilakukan 
secara Purposive, dengan desain pertimbangan mengambil 
dua kelas yang memiliki kemampuan yang relatif sama. Dari 
cara tersebut diperoleh kelas XID dan kelas XIF. Penentuan 
kelas yang akan diajar dengan model pembelajaran Open-ended 
dan pembelajaran konvensional serta latihan soal 
terstruktur dilakukan secara random, dari hasil proses 
pengacakan diperoleh kelas XIF sebagai kelas eksperimen 
yang diajar dengan model pembelajaran Open-ended dan 
kelas XID sebagai kelas kontrol yang diajar dengan 
pembelajaran konvensional.
C. Variabel dan Desain Penelitian 
1. Variabel Penelitian 
Penelitian ini mempunyai dua variabel, yaitu: 
a. Variabel bebas yaitu perlakuan berupa pembelajaran dengan 
menggunakan pendekatan pembelajaran Open-ended (A=1) dan 
kontrol berupa pendekatan pembelajaran konvensional (A=2). 
b. Variabel bebasyaitu perlakuan berupa pembelajaran dengan 
menggunakan latihan soal terstruktur (B=1) dam kontrol berupa 
tanpa latihan soal terstruktur (B=2). 
c. Variabel terikat yaitu kemampuan berpikir kreatif matematik siswa 
yang diajar dengan menggunakan pendekatan pembelajaran 
Open-ended dan latihan soal terstruktur (Y1), kemampuan berpikir 
kreatif matematik siswa yang diajar dengan menggunakan 
pembelajaran konvensional dan latihan soal terstruktur (Y2), 
kemampuan berpikir kreatif matematik siswa yang diajar dengan 
menggunakan pendekatan pembelajaran Open-ended dan tanpa 
latihan soal terstruktur (Y3) dan kemampuan berpikir kreatif 
matematik siswa yang diajar dengan menggunakan pembelajaran 
konvensional dan tanpa latihan soal terstruktur (Y4).
2. Desain Penelitian 
Penelitian ini menggunakan desain penelitian 
Randomized Control Group Pretest-Posttes. Desain ini dalam 
bentuknya yang sederhana, terdiri dari perlakuan eksperimen 
dan sebuah kontrol. Prosedurnya dapat digambarkan sebagai 
berikut: 
Kelompok 
Percobaan (E) 
(Nazir, 1988:289). 
T0 X T1 
Kelompok 
Kontrol (K) 
T0 __ T1
Dalam desain ini terdapat dua kelompok yang dipilih secara 
random. Kemudian diberi pree test untuk mengetahui 
keadaan awal adakah perbedaan antara kelompok 
eksperimen dan kelompok kontrol (Sugiyono, 2011:76). 
D. Instrumen Penelitian 
Penelitian ini mempunyai dua instrumen, yaitu instrumen 
berupa lembar observasi dan instrumen kemampuan berpikir 
kreatif matematik siswa. 
1. Lembar Observasi 
Untuk mengukur tingkat aktivitas/partisipasi guru dan 
siswa dalam proses pembelajaran matematika dengan 
menggunakan pendekatan open-ended dan latihan soal 
terstruktur dalam penelitian ini digunakan instrumen berupa 
lembar observasi yakni, lembar observasi untuk guru dan 
lembar observasi untuk siswa. Lembar observasi ini 
digunakan pada setiap pertemuan yaitu, sebanyak 8 kali 
pertemuan.
Lembar pengamatan yang dibuat terdiri atas beberapa 
aspek observasi yang bertujuan untuk mengontrol setiap 
tindakan/aktivitas yang dilakukan oleh guru dan siswa dalam 
kelas, selama proses pembelajaran berlangsung, persiapan 
materi pelajaran, serta teknik yang digunakan guru dalam 
menerapkan pendekatan pembelajaran open-ended dan 
latihan terstruktur. 
2. Instrumen Kemampuan Berpikir Kreatif Matematik 
Siswa 
Dalam penelitian ini untuk mengukur kemampuan 
berpikir kreatif matematik, digunakan instrumen penelitian 
berupa tes tertulis dalam bentuk uraian sebanyak 12 nomor 
pada materi bangun datar yang disusun oleh peneliti bekerja 
sama dengan guru bidang studi matematika kelas XI SMA 
Negeri 5 Kendari dan telah dikonsultasikan serta disetujui 
terlebih dahulu oleh dosen pembimbing. Sebelum digunakan, 
instrumen tersebut terlebih dahulu dianalisis melalui panelis, 
kemudian diuji cobakan untuk mengetahui validitas dan 
reliabilitasnya.
Instrumen kemampuan berpikir kreatif matematik untuk 
uji panelis ini terdiri dari: (1) definisi konsep, (2) definisi 
operasional, (3) kisi-kisi dan (4) pernyataan (soal essay) (Djali 
dan Muljono, 2004: 139). Instrumen kemampuan berpikir 
kreatif matematik sebelum digunakan pada penelitian 
sesungguhnya, terlebih dahulu dianalisis validitas dan 
reliabilitasnya melalui panelis. Jumlah panelis yang dibutuhkan 
dalam pengujian validitas dan reliabilitas ini terdiri dari antara 
20-40 orang (Djali dan Muljono, 2004: 96). Jumlah panelis 
yang ada dalam penelitian ini terdiri dari 4 orang dosen, 6 
orang guru matematika dan 10 orang mahasiswa yang telah 
mengetahui pengisian instrumen penilaian panelis.
Format isian penilaian panelis dari instrumen 
kemampuan berpikir kreatif matematik adalah mencocokkan 
setiap butir soal dengan kompetensi dasar dan standar 
kompetensi dengan skor penilaian 1 sampai 5 dengan 
ketentuan, skor 1 jika dalam pernyataan tidak satupun kriteria 
yang muncul, skor 2 jika dalam pernyataan hanya ada satu 
kriteria yang muncul, skor 3 jika dalam pernyataan hanya ada 
dua kriteria yang muncul, skor 4 jika dalam pernyataan ada tiga 
kriteria yang muncul dan skor 5 jika dalam pernyataan ada 
semua kriteria muncul. Skor butir-butir tersebut diberikan oleh 
panelis sesuai dengan kesesuaian antara butir pernyataan 
dengan indikator, standar kompetensi dan kompetensi dasar 
untuk variabel kemampuan berpikir kreatif matematik siswa. 
Adapun kriteria penilaian panelis adalah sebagai berikut: (a) 
Kesesuaian antara butir soal dengan kompetensi dasar dan 
standar kompetensi, (b) Kesesuaian antara butir soal dengan 
aspek dan indikator kemampuan berpikir kreatif matematik, (c) 
Penggunaan bahasa Indonesia yang benar dan (d) Tidak 
bermakna ganda. Definisi konsep, definisi operasional dan kisi-kisi 
instrument.
a. Uji Validitas dan Reliabilitas Instrumen penelitian 
1). Validitas dan reliabilitas penilaian panelis 
Analisis validitas penilaian panelis digunakan untuk 
mengetahui validitas konsep instrumen melalui penilaian 
panelis dengan menggunakan rumus dari Aiken: 
(Aiken, 1996: 91) 
dimana : 
V = Indeks validitas isi 
ni = Cacah dari titik skala hasil penilaian rater 
i = Titik skala ke-I (I = 1,2,3,4,5) 
lo = Titik skala terendah 
N = Jumlah rater (Σni) 
c = banyaknya titik skala 
Nilai V terletak antara 0 dan 1 (valid ≥ 0,6).
Untuk Reliabilitas tes ditentukan dengan menggunakan 
rumus Alpha yaitu: 
(Basir, 1988: 65-73) 
Keterangan: 
α11 = koefisien reliabilitas (reliabel ≥ 0,6) 
k = banyak butir 
si 
2 = varians skor butir 
st 
2 = varians skor total. 
Berdasarkan analisis reliabilitas diperoleh reliabilitas 
tes yaitu 0,807 ≥ 0,6, sehingga dapat diambil kesimpulan 
bahwa semua instrumen yang dinilai oleh panelis memenuhi 
kriteria, artinya instrumen tersebut dapat digunakan sebagai 
alat ukur untuk dapat mengukur apa yang hendak diukur.
2). Validitas dan reliabilitas uji coba instrumen 
Uji validitas adalah suatu ukuran yang menunjukan 
keshahihan atau tingkat kevalidan suatu instrumen, dan ini 
mutlak dilakukan oleh peneliti untuk mencapai tujuan yang 
telah ditetapkan. Untuk tes uraian, validitas butir tesnya 
dihitung dengan menggunakan rumus korelasi product 
moment dengan angka kasar sebagai berikut: 
(Arikunto, 2005:72) 
Keterangan : 
rxy = koefisien korelasi antara variabel X dan Y 
X = skor item 
Y = skor total 
N = jumlah subjek
Adapun kriteria pengujian sebagai berikut: 
 Jika ≥ dengan α = 0,05 maka item tersebut valid 
 Jika < dengan α = 0,05 maka item tersebut tidak valid. 
Berdasarkan perhitungan dengan menggunakan 
program SPSS 15, dan rtabel= 0,244 pada α = 0,05, atau 
dengan melihat nilai sig.nya < α = 0,05 diperoleh kedelapan 
butir soal yang diujicobakan tersebut valid. Maka, kedelapan 
butir soal inilah yang kemudian dijadikan soal pre test dan 
post test kemampuan berpikir kreatif matematik siswa. 
Selanjutnya, suatu tes dikatakan reliabel jika hasil tes 
tersebut menunjukkan ketetapan untuk beberapa kali tes. 
Reliabilitas merupakan suatu ketetapan alat ukur dalam 
jangka waktu tertentu. Reliabilitas menunjukkan pada suatu 
pengertian bahwa suatu instrumen cukup dapat dipercaya 
untuk digunakan sebagai alat pengumpul data.
Untuk mengetahui reliabilitas tes uraian digunakan rumus 
Alpha Cronbach sebagai berikut: 
(Arikunto, 2005:109) 
Keterangan: 
r11 = reliabilitas, 
n = Jumlah Item 
Σσi 
2 = jumlah varians skor tiap item, 
σt 
2 = varians total.
Selanjutnya dalam pemberian interpretasi terhadap 
koefisien reliabilitas tes ( ) pada umumnya digunakan 
patokan : 
 r11 ≤ 0,20 reliabilitas : sangat rendah 
 0,20 < r11 ≤ 0,40 reliabilitas : rendah 
 0,40 < r11 ≤ 0,70 reliabilitas : sedang 
 0,70 < r11 ≤ 0,90 reliabilitas : tinggi 
 0,90 < r11 ≤ 1,00 reliabilitas : sangat tinggi. 
Setelah dilakukan analisis reliabilitas dengan menggunakan 
program SPSS 15 terhadap butir soal yang valid diperoleh 
r11 = 0,645, yang artinya kedelapan soal ini memiliki 
reliabilitas yang sedang.
F. Teknik Pengumpulan Data 
Pengumpulan data dalam penelitian ini dilakukan 
dengan pemberian instrumen penelitian berupa lembar 
observasi dan tes kemampuan berpikir kreatif matematik 
berbentuk tes uraian. Observasi dilakukan pada setiap 
pertemuan yaitu sebanyak delapan kali pertemuan. Pada 
saat proses pembelajaran dengan menggunakan pendekatan 
open-ended dan latihan soal terstruktur berlangsung di kelas, 
maka dilakukan observasi. Hasilnya dipergunakan untuk 
memperoleh data tentang aktivitas/partisipasi guru dan 
siswa. Untuk tes kemampuan berpikir kreatif matematik, 
dilakukan sebanyak dua kali yaitu pada pree test dan post 
test. Sebelum kegiatan pembelajaran dengan menggunakan 
pendekatan open-ended dan latihan soal terstruktur 
dilaksanakan di kelas, maka terlebih dahulu dilakukan pree 
test mengenai materi bangun datar di kelas kontrol dan di 
kelas eksperimen untuk mengetahui kemampuan awal 
berpikir kreatif matematik siswa.
Setelah kegiatan pembelajaran dengan pendekatan open-ended 
dan latihan soal terstruktur dilakukan, maka 
diadakan post test pada kelas kontrol dan kelas eksperimen 
untuk mengetahui peningkatan yang diperoleh pada kedua 
kelas. Kemudian tes tersebut dikerjakan oleh siswa, 
masing-masing soal yang telah dikerjakan diberikan skor 
disesuaikan berdasarkan sistematika proses 
pengerjaannya, serta jenis aspek kemampuan berpikir 
kreatif matematik yang diberikan dalam soal. Selanjutnya, 
hasil pekerjaan siswa dikumpulkan oleh peneliti untuk 
diperiksa dan dikoreksi serta diberi nilai. Nilai dari hasil 
pekerjaan siswa tersebut sebelumnya telah dikonversi yang 
kemudian dijadikan data dalam penelitian ini.
G. Teknik Pengolahan dan Analisis Data 
Penelitian eksperimen ini menggunakan dua teknik 
analisis data yaitu analisis deskriptif dan inferensial. Analisis 
deskriptif digunakan untuk memperoleh data tentang 
aktivitas/ partisipasi guru dan siswa. Analisis deskriptif juga 
dimaksudkan untuk mendeskripsikan kemampuan berpikir 
kreatif matematik siswa melalui skor rata-rata dari masing-masing 
sel yang dibentuk oleh pendekatan pembelajaran 
open-ended dan latihan soal terstruktur dan pendekatan 
pembelajaran konvensional dan tanpa latihan terstruktur . 
Analisis inferensial dimaksudkan untuk menguji hipotesis 
perbedaan kemampuan berpikir kreatif matematik siswa 
sebelum dan sesudah perlakuan, serta perbedaan 
kemampuan berpikir kreatif matematik antar siswa yang 
diajar dengan pendekatan pembelajaran open-ended dan 
pendekatan pembelajaran konvensional.
Data yang akan dianalisis dalam penelitian ini dari 
skor pretes dan postes kemampuan berpikir kreatif 
matematik siswa, dihitung N-Gainnya (gain 
ternormalisasinya), dengan persamaan: 
푵 − 푮풂풊풏 = 
푺풑풐풔풕 − 푺풑풓풆 
푺풎풂풙 − 푺풑풓풆 
Keterangan : 
Spost = Skor postes, 
Spre = Skor pretes, dan 
Smax = Skor maksimum yang mungkin dapat 
diperoleh siswa. 
Dengan kriteria nilai N-Gain sebagai berikut: 
Tabel . Kriteria Gain Ternormalisasi (N-Gain) 
Perolehan N-Gain Kriteria 
N-Gain > 0,70 Tinggi 
0,30 ≤ N-Gain ≤ 0,70 Sedang 
N-Gain < 0,30 Rendah 
(Archambault dalam Duda, 2010:32).
Perhitungan N-Gain ini dilakukan dengan maksud untuk 
menghilangkan faktor tebakan siswa dan efek nilai tertinggi 
sehingga terhindar dari kesimpulan yang bias (Hake dan 
Heckler dalam Lambertus, 2010:95). Rentang nilai N-Gain 
adalah 0 sampai dengan 1. Selanjutnya, nilai N-Gain inilah 
yang diolah, dan pengolahannya disesuaikan dengan 
permasalahan dan hipotesis yang diajukan. Pengolahan data 
dalam penelitian ini dilakukan dengan mempergunakan 
program siap pakai SPSS versi 15.0 melalui : 
1. Statistika Deskriptif 
a. Membuat distribusi frekuensi dan distribusi frekuensi relatif 
(Sudjana, 2005:46-53) dan klasifikasi Normalized Gain 
kemampuan berpikir kreatif matematik siswa. 
b. Menentukan ukuran data statistika, yaitu: banyak data (n), 
data terbesar (db), data terkecil (dk), rata-rata 푥 , median 
(Me), modus (Mo), Varians, dan standar deviasi (ds).
2. Uji Prasyarat Analisis 
a. Uji normalitas 
Uji normalitas data dimaksudkan untuk mengetahui apakah data 
yang diperoleh berasal dari populasi yang berdistribusi normal 
atau tidak. Untuk keperluan ini maka statistik yang digunakan 
adalah uji Kolmogorov-Smirnov. 
Adapun langkah-langkah yang diperlukan dalam pengujian ini 
adalah sebagai berikut: 
1) Data hasil pengamatan variabel Y diurutkan mulai dari 
data yang terkecil sampai data yang terbesar, 
2) Menentukan proporsi distribusi frekuensi kumulatif relatif 
setiap data variabel yang sudah diurutkan dan diberi 
simbol Fa (Y), 
3) Menghitung nilai Z dengan rumus : 
Keterangan : 
= skor rata-rata (digunakan ) 
= standar deviasi (digunakan Sx)
4) Menentukan proporsi distribusi frekuensi kumulatif 
teoritis (luas daerah di bawah kurva normal) dari 
variabel Y dinotasikan Fe (Y), 
5) Menentukan nilai mutlak dari selisih Fa (Y) dan Fe (Y), 
yaitu : 
6) Membandingkan nilai Dmaks = maks dengan nilai Dtabel 
pada taraf kesalahan  = 0,05. 
7) Kriteria untuk pengambilan keputusan adalah : 
 Jika Dmaks  Dtabel maka data berasal dari populasi 
yang berdistribusi normal. 
 Jika Dmaks > Dtabel maka data berasal dari populasi 
yang tidak berdistribusi normal (Djarwanto, 1995:50). 
Pasangan hipotesis : 
H0 : sampel berasal dari populasi berdistribusi normal 
H1 : sampel berasal dari populasi berdistribusi tidak 
normal.
b.Uji homogenitas 
Uji homogenitas data dimaksudkan untuk mengetahui apakah 
varians data kedua kelompok yang diteliti mempunyai varians 
yang homogen atau tidak. Pengujian homogenitas varians 
dilakukan dengan uji-F dengan rumus berikut. 
퐹ℎ푖푡 = 
푣푎푟푖푎푛푠 푡푒푟푏푒푠푎푟 
푣푎푟푖푎푛푠 푡푒푟푘푒푐푖푙 
Dalam hal ini berlaku ketentuan, bila harga F hitung lebih kecil 
atau sama dengan F tabel (Fhit ≤ Ftabel), maka Ho diterima dan 
H1 ditolak (Fhit>Ftabel). Ho diterima berarti varians homogen 
(Sugiyono, 2010:140). 
Pasangan hipotesis: 
2 = 휎2 
H0 : 휎1 
2 
2 ≠ 휎2 
H1 : 휎1 
2. 
Keterangan: 
H0= Kedua variansi kelompok data homogen 
H1= Kedua variansi kelompok data tidak homogen.
3. Uji Hipotesis 
a. Uji perbedaan rata-rata (uji peningkatan KBKM siswa 
pada kedua kelas) 
Untuk menguji perbedaan rata-rata suatu variabel 
dengan konstanta tertentu atau nilai yang dhipotesiskan. Dalam 
hal ini untuk mengetahui apakah terdapat peningkatan 
kemampuan berpikir kreatif matematik (KBKM) siswa setelah 
diajar dengan menggunakan pendekatan open-ended dan 
setelah diajar dengan menggunakan pendekatan konvensional, 
digunakan rumus uji-t satu sampel berikut: 
t = 
푋 − 휇표 
푆푑 
푛 
(Iskandar, 2010:113) 
Dimana: 
t = Nilai t yang dihitung 
푋 = Rerata nilai gain 
휇표 = Nilai yang dihipotesiskan (0,00) 
Sd = Standar deviasi (simpangan baku) 
n = Jumlah sampel.
Pasangan hipotesis: 
Untuk kelas eksperimen: 
H0 : 휇 = 0,00 vs H1 : 휇 > 0,00. 
Keterangan: 
휇 = Rata-rata gain KBKM siswa yang diajar dengan pendekatan 
pembelajaran 
open-ended dan latihan soal terstruktur. 
Untuk kelas kontrol: 
H0 : 휇 = 0,00 vs H1 : 휇 > 0,00. 
Keterangan: 
휇 = Rata-rata gain KBKM siswa yang diajar dengan pendekatan 
pembelajaran Konvensional dan tanpa latihan terstruktur. 
Hipotesis yang diajukan untuk kelas eksperimen : 
H0 = Tidak terdapat peningkatan kemampuan berpikir kreatif 
matematik siswa yang signifikan setelah diajar dengan 
menggunakan pendekatan pembelajaran open-ended dan 
latihan soal terstruktur. 
H1 = Terdapat peningkatan kemampuan berpikir kreatif 
matematik siswa yang signifikan setelah diajar dengan 
menggunakan pendekatan pembelajaran open-ended dan 
latihan soal terstruktur.
Hipotesis yang diajukan untuk kelas kontrol : 
H0 = Tidak terdapat peningkatan kemampuan berpikir kreatif 
matematik siswa yang signifikan setelah diajar dengan 
menggunakan pendekatan pembelajaran konvensional dan 
tanpalatihan soal terstruktur.. 
H1 = Terdapat peningkatan kemampuan berpikir kreatif matematik 
siswa yang signifikan setelah diajar dengan menggunakan 
pendekatan pembelajaran konvensional dan tanpa latihan soal 
terstruktur. 
b. Uji perbedaan peningkatan KBKM siswa antar kedua kelompok 
Uji perbedaan peningkatan dengan t-test untuk mengetahui 
lebih lanjut perbedaan peningkatan KBKM dari pemberian perlakuan 
pendekatan Open-ended (A=1) dan latihan soal terstruktur (B=1) 
kontrol yaitu pendekatan pembelajaran konvensional (A=2) dan tanpa 
latihan soal terstruktur (B=2) secara terpisah terhadap kemampuan 
berpikir kreatif matematik siswa (Y).
Namun, uji lanjutan tersebut hanya dilakukan jika secara 
keseluruhan signifikan atau signifikan lewat uji F. Untuk 
menguji perbedaan rata-rata peningkatan kemampuan berpikir 
matematik siswa kelas eksperimen dan kelas kontrol, 
digunakan uji beda rata-rata atau uji–t. 
a. Jika ditemukan data terdistribusi normal dan varians 
homogen, maka pengujian hipotesis yang digunakan adalah 
uji perbedaan dua rata-rata atau statistik uji–t dengan Rumus 
t-test yang digunakan adalah : 
t hitung = 
푋 1−푋 2 
푆푔푎푏 
1 
푛1 
1 
푛2 
+ 
dengan Sgab = 
2+(푛2−1)푆2 
푛1−1 푆1 
2 
푛1+푛2−2 
(Sudjana, 2005: 239)
Keterangan: 
푋1 = Rerata gain kelas eksperimen 
푋2 = Rerata gain kelas kontrol 
푆1 
2 = varians kelas eksperimen 
푆2 
2 = varians kelas kontrol 
푛1 = banyaknya subyek kelas eksperimen 
푛2 = banyaknya subyek kelas kontrol. 
Dengan kriteria pengujian: terima H0 jika t < t1-α (tabel) , dimana 
t1-α diperoleh dari daftar distribusi t dengan dk = (n1 + n2 – 2). 
Untuk harga-harga t lainnya H0 ditolak (Sudjana, 2005: 243).
Pasangan hipotesis: 
H0: lawan H1: 
Keterangan: 
μ1 = Parameter rerata kelompok eksperimen 
μ2 = Parameter rerata kelompok kontrol. 
Hipotesis yang diajukan : 
H0= Kemampuan berpikir kreatif matematik siswa yang 
diajar dengan menggunakan pendekatan pembelajaran 
open-ended secara signifikan sama dengan kemampuan 
berpikir kreatif matematik siswa yang menggunakan 
pendekatan pembelajaran konvensional. 
H1= Kemampuan berpikir kreatif matematik siswa yang 
diajar dengan menggunakan pendekatan pembelajaran 
open-ended lebih baik secara signifikan peningkatannya dari 
kemampuan berpikir kreatif matematik siswa yang 
menggunakan pendekatan pembelajaran konvensional.
b. Jika berdistribusi normal dan varians tidak homogen, maka 
alat uji yang tepat adalah uji t* : 
(Sudjana, 2005: 243) 
Keterangan : 
푋 1 = Rerata gain kelas eksperimen 
푋 2 = Rerata gain kelas kontrol 
푆1 
2 = Varians kelas eksperimen 
푆2 
2 = varians kelas kontrol 
푛1 = jumlah sampel kelas eksperimen 
푛2 = jumlah sampel kelas kontrol. 
Pengujian dilakukan pada α = 0,05 dengan kriteria pengujian 
yang berlaku adalah: 
Terima H0 jika t* ≤ 
푊1푡1+푊2푡2 
푊1+ 푊2 
dengan W1 = 푆2 
2 
푛2 
2 
, W2 = 푆1 
푛1 
, t1 = t(1 – 
α),(n1– 1) dan t2 = t(1 – α), (n2 – 1) untuk harga-harga t lainnya 
maka H0 ditolak.
c. Jika data tidak normal, maka dilakukan uji-U. 
Untuk sampel pertama dengan n1 pengamatan dengan rumus: 
Untuk sampel kedua dengan n2 pengamatan dengan rumus: 
(Nasir, 1988:471) 
Keterangan: 
U = Nilai hitung untuk uji-U 
n1 = Banyaknya responden dalam kelas eksperimen 
n2 = Banyaknya responden dalam kelas kontrol 
R1 =Jumlah nilai yang diperoleh responden dalam kelas 
eksperimen 
R2 = Jumlah nilai yang diperoleh responden dalam kelas 
kontrol. 
Dengan kriteria pengambilan keputusan adalah: 
H0 diterima apabila Uhitung = Utabel 
H0 ditolak apabila Uhitung > Utabel (Nasir, 1988:471).

More Related Content

What's hot

Power point skripsi
Power point skripsiPower point skripsi
Power point skripsisiskaningsih
 
Profil Kemampuan Analogi Siswa Dalam Menyelesaikan Masalah Matematika
Profil Kemampuan Analogi Siswa Dalam Menyelesaikan Masalah MatematikaProfil Kemampuan Analogi Siswa Dalam Menyelesaikan Masalah Matematika
Profil Kemampuan Analogi Siswa Dalam Menyelesaikan Masalah MatematikaAhmad Isroil
 
Proposal skripsi pendekatan problem solving
Proposal skripsi pendekatan problem solvingProposal skripsi pendekatan problem solving
Proposal skripsi pendekatan problem solvingelita takarai
 
Rps konsep dasar matematika sd
Rps konsep dasar matematika sdRps konsep dasar matematika sd
Rps konsep dasar matematika sdWidiarso Cahyoadi
 
Jurnal pendidikan matematika
Jurnal pendidikan matematikaJurnal pendidikan matematika
Jurnal pendidikan matematikaNurmalianis Anis
 
Instrumen tes kemampuan pemahaman konsep dan komunikasi matematis
Instrumen tes kemampuan pemahaman konsep dan komunikasi matematisInstrumen tes kemampuan pemahaman konsep dan komunikasi matematis
Instrumen tes kemampuan pemahaman konsep dan komunikasi matematisPreally A
 
Berfikir matematis 824 1732-1-pb
Berfikir matematis 824 1732-1-pbBerfikir matematis 824 1732-1-pb
Berfikir matematis 824 1732-1-pbAfwanilhuda Nst
 
20140305 yp01-stl01
20140305 yp01-stl0120140305 yp01-stl01
20140305 yp01-stl01Fppi Unila
 
5117 11181-1-sm
5117 11181-1-sm5117 11181-1-sm
5117 11181-1-smFppi Unila
 
7845 13951-1-pb
7845 13951-1-pb7845 13951-1-pb
7845 13951-1-pbFppi Unila
 
2 upaya meningkatkan pemahaman konsep dan disposisi matematis menggunakan mod...
2 upaya meningkatkan pemahaman konsep dan disposisi matematis menggunakan mod...2 upaya meningkatkan pemahaman konsep dan disposisi matematis menggunakan mod...
2 upaya meningkatkan pemahaman konsep dan disposisi matematis menggunakan mod...Fppi Unila
 
Analisis kesulitan belajara kemampuan penalaran matematis siswa smp pada limas
Analisis kesulitan belajara kemampuan penalaran matematis siswa smp pada limasAnalisis kesulitan belajara kemampuan penalaran matematis siswa smp pada limas
Analisis kesulitan belajara kemampuan penalaran matematis siswa smp pada limasSulistiawati .
 
Contoh laporan kbt in house
Contoh laporan kbt in houseContoh laporan kbt in house
Contoh laporan kbt in houseJaiho Jambari
 
4947 9540-1-pb
4947 9540-1-pb4947 9540-1-pb
4947 9540-1-pbFppi Unila
 
Hasil Diskusi/ Tanya Jawab Problem Solving Learning
Hasil Diskusi/ Tanya Jawab Problem Solving LearningHasil Diskusi/ Tanya Jawab Problem Solving Learning
Hasil Diskusi/ Tanya Jawab Problem Solving LearningAbdul Jamil
 
Proposal calon skripsi
Proposal calon skripsiProposal calon skripsi
Proposal calon skripsiSayid Barca
 

What's hot (20)

Power point skripsi
Power point skripsiPower point skripsi
Power point skripsi
 
Profil Kemampuan Analogi Siswa Dalam Menyelesaikan Masalah Matematika
Profil Kemampuan Analogi Siswa Dalam Menyelesaikan Masalah MatematikaProfil Kemampuan Analogi Siswa Dalam Menyelesaikan Masalah Matematika
Profil Kemampuan Analogi Siswa Dalam Menyelesaikan Masalah Matematika
 
Proposal skripsi pendekatan problem solving
Proposal skripsi pendekatan problem solvingProposal skripsi pendekatan problem solving
Proposal skripsi pendekatan problem solving
 
Rps konsep dasar matematika sd
Rps konsep dasar matematika sdRps konsep dasar matematika sd
Rps konsep dasar matematika sd
 
Jurnal pendidikan matematika
Jurnal pendidikan matematikaJurnal pendidikan matematika
Jurnal pendidikan matematika
 
Instrumen tes kemampuan pemahaman konsep dan komunikasi matematis
Instrumen tes kemampuan pemahaman konsep dan komunikasi matematisInstrumen tes kemampuan pemahaman konsep dan komunikasi matematis
Instrumen tes kemampuan pemahaman konsep dan komunikasi matematis
 
2 lewy 14-28
2 lewy 14-282 lewy 14-28
2 lewy 14-28
 
Berfikir matematis 824 1732-1-pb
Berfikir matematis 824 1732-1-pbBerfikir matematis 824 1732-1-pb
Berfikir matematis 824 1732-1-pb
 
20140305 yp01-stl01
20140305 yp01-stl0120140305 yp01-stl01
20140305 yp01-stl01
 
5117 11181-1-sm
5117 11181-1-sm5117 11181-1-sm
5117 11181-1-sm
 
7845 13951-1-pb
7845 13951-1-pb7845 13951-1-pb
7845 13951-1-pb
 
2 upaya meningkatkan pemahaman konsep dan disposisi matematis menggunakan mod...
2 upaya meningkatkan pemahaman konsep dan disposisi matematis menggunakan mod...2 upaya meningkatkan pemahaman konsep dan disposisi matematis menggunakan mod...
2 upaya meningkatkan pemahaman konsep dan disposisi matematis menggunakan mod...
 
Analisis kesulitan belajara kemampuan penalaran matematis siswa smp pada limas
Analisis kesulitan belajara kemampuan penalaran matematis siswa smp pada limasAnalisis kesulitan belajara kemampuan penalaran matematis siswa smp pada limas
Analisis kesulitan belajara kemampuan penalaran matematis siswa smp pada limas
 
Contoh laporan kbt in house
Contoh laporan kbt in houseContoh laporan kbt in house
Contoh laporan kbt in house
 
Analisis kemampuan penalaran mat pgsd
Analisis kemampuan penalaran mat pgsdAnalisis kemampuan penalaran mat pgsd
Analisis kemampuan penalaran mat pgsd
 
4947 9540-1-pb
4947 9540-1-pb4947 9540-1-pb
4947 9540-1-pb
 
Hasil Diskusi/ Tanya Jawab Problem Solving Learning
Hasil Diskusi/ Tanya Jawab Problem Solving LearningHasil Diskusi/ Tanya Jawab Problem Solving Learning
Hasil Diskusi/ Tanya Jawab Problem Solving Learning
 
Koneksi Matematika
Koneksi MatematikaKoneksi Matematika
Koneksi Matematika
 
1 st, Try
1 st, Try1 st, Try
1 st, Try
 
Proposal calon skripsi
Proposal calon skripsiProposal calon skripsi
Proposal calon skripsi
 

Viewers also liked

Pengaruh Pendekatan Open Ended Terhadap Penalaran Matematika Siswa kelas VII
Pengaruh Pendekatan Open Ended Terhadap Penalaran Matematika Siswa kelas VIIPengaruh Pendekatan Open Ended Terhadap Penalaran Matematika Siswa kelas VII
Pengaruh Pendekatan Open Ended Terhadap Penalaran Matematika Siswa kelas VIINeny Darmadi
 
Power point skripsi matematika
Power point skripsi matematikaPower point skripsi matematika
Power point skripsi matematikaFrima Dona Spd
 
Contoh Instrumen penelitian
Contoh Instrumen penelitian Contoh Instrumen penelitian
Contoh Instrumen penelitian Suaidin -Dompu
 
Buku Guru Matematika Kelas VII SMP Kurikulum 2013
Buku Guru Matematika Kelas VII SMP Kurikulum 2013Buku Guru Matematika Kelas VII SMP Kurikulum 2013
Buku Guru Matematika Kelas VII SMP Kurikulum 2013Randy Ikas
 
Slide seminar proposal Matematika
Slide seminar proposal MatematikaSlide seminar proposal Matematika
Slide seminar proposal MatematikaNnoffie Khaa
 
Power Point Skripsi Ari Puspita Rahayu
Power Point Skripsi Ari Puspita RahayuPower Point Skripsi Ari Puspita Rahayu
Power Point Skripsi Ari Puspita RahayuUniversitas Sriwijaya
 
Rpp Statistika kur. 2013 kelas 7 semster genap
Rpp Statistika kur. 2013 kelas 7 semster genapRpp Statistika kur. 2013 kelas 7 semster genap
Rpp Statistika kur. 2013 kelas 7 semster genapumar fauzi
 
Contoh Slide Presentasi Proposal Penelitian yang Bagus
Contoh Slide Presentasi Proposal Penelitian yang BagusContoh Slide Presentasi Proposal Penelitian yang Bagus
Contoh Slide Presentasi Proposal Penelitian yang BagusTrisnadi Wijaya
 
Meningkatkan kemampuan komunikasi matematis siswa smp melalui penerapan metod...
Meningkatkan kemampuan komunikasi matematis siswa smp melalui penerapan metod...Meningkatkan kemampuan komunikasi matematis siswa smp melalui penerapan metod...
Meningkatkan kemampuan komunikasi matematis siswa smp melalui penerapan metod...umdatus
 

Viewers also liked (12)

Pengaruh Pendekatan Open Ended Terhadap Penalaran Matematika Siswa kelas VII
Pengaruh Pendekatan Open Ended Terhadap Penalaran Matematika Siswa kelas VIIPengaruh Pendekatan Open Ended Terhadap Penalaran Matematika Siswa kelas VII
Pengaruh Pendekatan Open Ended Terhadap Penalaran Matematika Siswa kelas VII
 
Ppt
PptPpt
Ppt
 
BAB 4
BAB 4BAB 4
BAB 4
 
Power point skripsi matematika
Power point skripsi matematikaPower point skripsi matematika
Power point skripsi matematika
 
Ppt proposal ptk
Ppt proposal ptkPpt proposal ptk
Ppt proposal ptk
 
Contoh Instrumen penelitian
Contoh Instrumen penelitian Contoh Instrumen penelitian
Contoh Instrumen penelitian
 
Buku Guru Matematika Kelas VII SMP Kurikulum 2013
Buku Guru Matematika Kelas VII SMP Kurikulum 2013Buku Guru Matematika Kelas VII SMP Kurikulum 2013
Buku Guru Matematika Kelas VII SMP Kurikulum 2013
 
Slide seminar proposal Matematika
Slide seminar proposal MatematikaSlide seminar proposal Matematika
Slide seminar proposal Matematika
 
Power Point Skripsi Ari Puspita Rahayu
Power Point Skripsi Ari Puspita RahayuPower Point Skripsi Ari Puspita Rahayu
Power Point Skripsi Ari Puspita Rahayu
 
Rpp Statistika kur. 2013 kelas 7 semster genap
Rpp Statistika kur. 2013 kelas 7 semster genapRpp Statistika kur. 2013 kelas 7 semster genap
Rpp Statistika kur. 2013 kelas 7 semster genap
 
Contoh Slide Presentasi Proposal Penelitian yang Bagus
Contoh Slide Presentasi Proposal Penelitian yang BagusContoh Slide Presentasi Proposal Penelitian yang Bagus
Contoh Slide Presentasi Proposal Penelitian yang Bagus
 
Meningkatkan kemampuan komunikasi matematis siswa smp melalui penerapan metod...
Meningkatkan kemampuan komunikasi matematis siswa smp melalui penerapan metod...Meningkatkan kemampuan komunikasi matematis siswa smp melalui penerapan metod...
Meningkatkan kemampuan komunikasi matematis siswa smp melalui penerapan metod...
 

Similar to Pengaruh Open-Ended terhadap Peningkatan Kreativitas Matematik

PTK Bima Gusti Ramadan Math (Bab i)
PTK Bima Gusti Ramadan Math (Bab i)PTK Bima Gusti Ramadan Math (Bab i)
PTK Bima Gusti Ramadan Math (Bab i)bemgusti
 
profil berpikir kritis siswa dalam pemecahan masalah matematika open-ended di...
profil berpikir kritis siswa dalam pemecahan masalah matematika open-ended di...profil berpikir kritis siswa dalam pemecahan masalah matematika open-ended di...
profil berpikir kritis siswa dalam pemecahan masalah matematika open-ended di...renatanurlaily77
 
Open endedaproachinmathematicsclassroom-131222035143-phpapp02
Open endedaproachinmathematicsclassroom-131222035143-phpapp02Open endedaproachinmathematicsclassroom-131222035143-phpapp02
Open endedaproachinmathematicsclassroom-131222035143-phpapp02Mansyur Eppe
 
Berpikir kreatif+open ended
Berpikir kreatif+open endedBerpikir kreatif+open ended
Berpikir kreatif+open endedDini Safitri
 
Pendekatan open-ended dalam pembelajaran matematika
Pendekatan open-ended dalam pembelajaran matematikaPendekatan open-ended dalam pembelajaran matematika
Pendekatan open-ended dalam pembelajaran matematikaIrianto Aras
 
Model Pembelajaran Berbasis Masalah (PBL)
Model Pembelajaran Berbasis Masalah (PBL)Model Pembelajaran Berbasis Masalah (PBL)
Model Pembelajaran Berbasis Masalah (PBL)Andi Rafiah S
 
Upaya meningkatkan hasil belajar dengan menggunakan pendekatan pembelajaran m...
Upaya meningkatkan hasil belajar dengan menggunakan pendekatan pembelajaran m...Upaya meningkatkan hasil belajar dengan menggunakan pendekatan pembelajaran m...
Upaya meningkatkan hasil belajar dengan menggunakan pendekatan pembelajaran m...maritje
 
Artikel Strategi Pembelajaran Matematika
Artikel Strategi Pembelajaran MatematikaArtikel Strategi Pembelajaran Matematika
Artikel Strategi Pembelajaran Matematikarianti aprilia
 
Pembelajaran matematika
Pembelajaran matematikaPembelajaran matematika
Pembelajaran matematikaOnny Wiriandi
 

Similar to Pengaruh Open-Ended terhadap Peningkatan Kreativitas Matematik (20)

PTK Bima Gusti Ramadan Math (Bab i)
PTK Bima Gusti Ramadan Math (Bab i)PTK Bima Gusti Ramadan Math (Bab i)
PTK Bima Gusti Ramadan Math (Bab i)
 
profil berpikir kritis siswa dalam pemecahan masalah matematika open-ended di...
profil berpikir kritis siswa dalam pemecahan masalah matematika open-ended di...profil berpikir kritis siswa dalam pemecahan masalah matematika open-ended di...
profil berpikir kritis siswa dalam pemecahan masalah matematika open-ended di...
 
14. bab i
14. bab i14. bab i
14. bab i
 
Open endedaproachinmathematicsclassroom-131222035143-phpapp02
Open endedaproachinmathematicsclassroom-131222035143-phpapp02Open endedaproachinmathematicsclassroom-131222035143-phpapp02
Open endedaproachinmathematicsclassroom-131222035143-phpapp02
 
Berpikir kreatif+open ended
Berpikir kreatif+open endedBerpikir kreatif+open ended
Berpikir kreatif+open ended
 
Pendekatan open-ended dalam pembelajaran matematika
Pendekatan open-ended dalam pembelajaran matematikaPendekatan open-ended dalam pembelajaran matematika
Pendekatan open-ended dalam pembelajaran matematika
 
Pendekatan open ended
Pendekatan open endedPendekatan open ended
Pendekatan open ended
 
Model Pembelajaran Berbasis Masalah (PBL)
Model Pembelajaran Berbasis Masalah (PBL)Model Pembelajaran Berbasis Masalah (PBL)
Model Pembelajaran Berbasis Masalah (PBL)
 
DL X STAD.pdf
DL X STAD.pdfDL X STAD.pdf
DL X STAD.pdf
 
Upaya meningkatkan hasil belajar dengan menggunakan pendekatan pembelajaran m...
Upaya meningkatkan hasil belajar dengan menggunakan pendekatan pembelajaran m...Upaya meningkatkan hasil belajar dengan menggunakan pendekatan pembelajaran m...
Upaya meningkatkan hasil belajar dengan menggunakan pendekatan pembelajaran m...
 
Artikel Strategi Pembelajaran Matematika
Artikel Strategi Pembelajaran MatematikaArtikel Strategi Pembelajaran Matematika
Artikel Strategi Pembelajaran Matematika
 
Proposal penelitian
Proposal penelitianProposal penelitian
Proposal penelitian
 
Proposal untuk pps
Proposal untuk ppsProposal untuk pps
Proposal untuk pps
 
laporan Ptk destri saragih merangin
laporan Ptk destri saragih meranginlaporan Ptk destri saragih merangin
laporan Ptk destri saragih merangin
 
Pembelajaran matematika
Pembelajaran matematikaPembelajaran matematika
Pembelajaran matematika
 
Artikel
ArtikelArtikel
Artikel
 
Penilaian kompetensi guru Ahmadi, s.pd
Penilaian kompetensi guru Ahmadi, s.pd Penilaian kompetensi guru Ahmadi, s.pd
Penilaian kompetensi guru Ahmadi, s.pd
 
Ppt filsafat pendidikan
Ppt filsafat pendidikanPpt filsafat pendidikan
Ppt filsafat pendidikan
 
Karil Muhamad Syahril
Karil Muhamad SyahrilKaril Muhamad Syahril
Karil Muhamad Syahril
 
Jurnal MPG
Jurnal MPGJurnal MPG
Jurnal MPG
 

Recently uploaded

Refleksi Mandiri Modul 1.3 - KANVAS BAGJA.pptx.pptx
Refleksi Mandiri Modul 1.3 - KANVAS BAGJA.pptx.pptxRefleksi Mandiri Modul 1.3 - KANVAS BAGJA.pptx.pptx
Refleksi Mandiri Modul 1.3 - KANVAS BAGJA.pptx.pptxIrfanAudah1
 
MODUL AJAR BAHASA INDONESIA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA.pdf
MODUL AJAR BAHASA INDONESIA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA.pdfMODUL AJAR BAHASA INDONESIA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA.pdf
MODUL AJAR BAHASA INDONESIA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA.pdfAndiCoc
 
PEMANASAN GLOBAL - MATERI KELAS X MA.pptx
PEMANASAN GLOBAL - MATERI KELAS X MA.pptxPEMANASAN GLOBAL - MATERI KELAS X MA.pptx
PEMANASAN GLOBAL - MATERI KELAS X MA.pptxsukmakarim1998
 
mengapa penguatan transisi PAUD SD penting.pdf
mengapa penguatan transisi PAUD SD penting.pdfmengapa penguatan transisi PAUD SD penting.pdf
mengapa penguatan transisi PAUD SD penting.pdfsaptari3
 
Bab 4 Persatuan dan Kesatuan di Lingkup Wilayah Kabupaten dan Kota.pptx
Bab 4 Persatuan dan Kesatuan di Lingkup Wilayah Kabupaten dan Kota.pptxBab 4 Persatuan dan Kesatuan di Lingkup Wilayah Kabupaten dan Kota.pptx
Bab 4 Persatuan dan Kesatuan di Lingkup Wilayah Kabupaten dan Kota.pptxrizalhabib4
 
Modul 2 - Bagaimana membangun lingkungan belajar yang mendukung transisi PAUD...
Modul 2 - Bagaimana membangun lingkungan belajar yang mendukung transisi PAUD...Modul 2 - Bagaimana membangun lingkungan belajar yang mendukung transisi PAUD...
Modul 2 - Bagaimana membangun lingkungan belajar yang mendukung transisi PAUD...pipinafindraputri1
 
Bab 7 - Perilaku Ekonomi dan Kesejahteraan Sosial.pptx
Bab 7 - Perilaku Ekonomi dan Kesejahteraan Sosial.pptxBab 7 - Perilaku Ekonomi dan Kesejahteraan Sosial.pptx
Bab 7 - Perilaku Ekonomi dan Kesejahteraan Sosial.pptxssuser35630b
 
PPT Mean Median Modus data tunggal .pptx
PPT Mean Median Modus data tunggal .pptxPPT Mean Median Modus data tunggal .pptx
PPT Mean Median Modus data tunggal .pptxDEAAYUANGGREANI
 
Lingkungan bawah airLingkungan bawah air.ppt
Lingkungan bawah airLingkungan bawah air.pptLingkungan bawah airLingkungan bawah air.ppt
Lingkungan bawah airLingkungan bawah air.pptimamshadiqin2
 
7.PPT TENTANG TUGAS Keseimbangan-AD-AS .pptx
7.PPT TENTANG TUGAS Keseimbangan-AD-AS .pptx7.PPT TENTANG TUGAS Keseimbangan-AD-AS .pptx
7.PPT TENTANG TUGAS Keseimbangan-AD-AS .pptxSusanSanti20
 
Contoh Laporan Observasi Pembelajaran Rekan Sejawat.pdf
Contoh Laporan Observasi Pembelajaran Rekan Sejawat.pdfContoh Laporan Observasi Pembelajaran Rekan Sejawat.pdf
Contoh Laporan Observasi Pembelajaran Rekan Sejawat.pdfCandraMegawati
 
Kontribusi Islam Dalam Pengembangan Peradaban Dunia - KELOMPOK 1.pptx
Kontribusi Islam Dalam Pengembangan Peradaban Dunia - KELOMPOK 1.pptxKontribusi Islam Dalam Pengembangan Peradaban Dunia - KELOMPOK 1.pptx
Kontribusi Islam Dalam Pengembangan Peradaban Dunia - KELOMPOK 1.pptxssuser50800a
 
MODUL P5 KEWIRAUSAHAAN SMAN 2 SLAWI 2023.pptx
MODUL P5 KEWIRAUSAHAAN SMAN 2 SLAWI 2023.pptxMODUL P5 KEWIRAUSAHAAN SMAN 2 SLAWI 2023.pptx
MODUL P5 KEWIRAUSAHAAN SMAN 2 SLAWI 2023.pptxSlasiWidasmara1
 
BAB 5 KERJASAMA DALAM BERBAGAI BIDANG KEHIDUPAN.pptx
BAB 5 KERJASAMA DALAM BERBAGAI BIDANG KEHIDUPAN.pptxBAB 5 KERJASAMA DALAM BERBAGAI BIDANG KEHIDUPAN.pptx
BAB 5 KERJASAMA DALAM BERBAGAI BIDANG KEHIDUPAN.pptxJuliBriana2
 
Salinan dari JUrnal Refleksi Mingguan modul 1.3.pdf
Salinan dari JUrnal Refleksi Mingguan modul 1.3.pdfSalinan dari JUrnal Refleksi Mingguan modul 1.3.pdf
Salinan dari JUrnal Refleksi Mingguan modul 1.3.pdfWidyastutyCoyy
 
CAPACITY BUILDING Materi Saat di Lokakarya 7
CAPACITY BUILDING Materi Saat di Lokakarya 7CAPACITY BUILDING Materi Saat di Lokakarya 7
CAPACITY BUILDING Materi Saat di Lokakarya 7IwanSumantri7
 
Aksi Nyata PMM Topik Refleksi Diri (1).pdf
Aksi Nyata PMM Topik Refleksi Diri (1).pdfAksi Nyata PMM Topik Refleksi Diri (1).pdf
Aksi Nyata PMM Topik Refleksi Diri (1).pdfEniNuraeni29
 
HAK DAN KEWAJIBAN WARGA NEGARA ppkn i.ppt
HAK DAN KEWAJIBAN WARGA NEGARA ppkn i.pptHAK DAN KEWAJIBAN WARGA NEGARA ppkn i.ppt
HAK DAN KEWAJIBAN WARGA NEGARA ppkn i.pptnabilafarahdiba95
 
DAFTAR PPPK GURU KABUPATEN PURWOREJO TAHUN 2024
DAFTAR PPPK GURU KABUPATEN PURWOREJO TAHUN 2024DAFTAR PPPK GURU KABUPATEN PURWOREJO TAHUN 2024
DAFTAR PPPK GURU KABUPATEN PURWOREJO TAHUN 2024RoseMia3
 
Membuat Komik Digital Berisi Kritik Sosial.docx
Membuat Komik Digital Berisi Kritik Sosial.docxMembuat Komik Digital Berisi Kritik Sosial.docx
Membuat Komik Digital Berisi Kritik Sosial.docxNurindahSetyawati1
 

Recently uploaded (20)

Refleksi Mandiri Modul 1.3 - KANVAS BAGJA.pptx.pptx
Refleksi Mandiri Modul 1.3 - KANVAS BAGJA.pptx.pptxRefleksi Mandiri Modul 1.3 - KANVAS BAGJA.pptx.pptx
Refleksi Mandiri Modul 1.3 - KANVAS BAGJA.pptx.pptx
 
MODUL AJAR BAHASA INDONESIA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA.pdf
MODUL AJAR BAHASA INDONESIA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA.pdfMODUL AJAR BAHASA INDONESIA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA.pdf
MODUL AJAR BAHASA INDONESIA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA.pdf
 
PEMANASAN GLOBAL - MATERI KELAS X MA.pptx
PEMANASAN GLOBAL - MATERI KELAS X MA.pptxPEMANASAN GLOBAL - MATERI KELAS X MA.pptx
PEMANASAN GLOBAL - MATERI KELAS X MA.pptx
 
mengapa penguatan transisi PAUD SD penting.pdf
mengapa penguatan transisi PAUD SD penting.pdfmengapa penguatan transisi PAUD SD penting.pdf
mengapa penguatan transisi PAUD SD penting.pdf
 
Bab 4 Persatuan dan Kesatuan di Lingkup Wilayah Kabupaten dan Kota.pptx
Bab 4 Persatuan dan Kesatuan di Lingkup Wilayah Kabupaten dan Kota.pptxBab 4 Persatuan dan Kesatuan di Lingkup Wilayah Kabupaten dan Kota.pptx
Bab 4 Persatuan dan Kesatuan di Lingkup Wilayah Kabupaten dan Kota.pptx
 
Modul 2 - Bagaimana membangun lingkungan belajar yang mendukung transisi PAUD...
Modul 2 - Bagaimana membangun lingkungan belajar yang mendukung transisi PAUD...Modul 2 - Bagaimana membangun lingkungan belajar yang mendukung transisi PAUD...
Modul 2 - Bagaimana membangun lingkungan belajar yang mendukung transisi PAUD...
 
Bab 7 - Perilaku Ekonomi dan Kesejahteraan Sosial.pptx
Bab 7 - Perilaku Ekonomi dan Kesejahteraan Sosial.pptxBab 7 - Perilaku Ekonomi dan Kesejahteraan Sosial.pptx
Bab 7 - Perilaku Ekonomi dan Kesejahteraan Sosial.pptx
 
PPT Mean Median Modus data tunggal .pptx
PPT Mean Median Modus data tunggal .pptxPPT Mean Median Modus data tunggal .pptx
PPT Mean Median Modus data tunggal .pptx
 
Lingkungan bawah airLingkungan bawah air.ppt
Lingkungan bawah airLingkungan bawah air.pptLingkungan bawah airLingkungan bawah air.ppt
Lingkungan bawah airLingkungan bawah air.ppt
 
7.PPT TENTANG TUGAS Keseimbangan-AD-AS .pptx
7.PPT TENTANG TUGAS Keseimbangan-AD-AS .pptx7.PPT TENTANG TUGAS Keseimbangan-AD-AS .pptx
7.PPT TENTANG TUGAS Keseimbangan-AD-AS .pptx
 
Contoh Laporan Observasi Pembelajaran Rekan Sejawat.pdf
Contoh Laporan Observasi Pembelajaran Rekan Sejawat.pdfContoh Laporan Observasi Pembelajaran Rekan Sejawat.pdf
Contoh Laporan Observasi Pembelajaran Rekan Sejawat.pdf
 
Kontribusi Islam Dalam Pengembangan Peradaban Dunia - KELOMPOK 1.pptx
Kontribusi Islam Dalam Pengembangan Peradaban Dunia - KELOMPOK 1.pptxKontribusi Islam Dalam Pengembangan Peradaban Dunia - KELOMPOK 1.pptx
Kontribusi Islam Dalam Pengembangan Peradaban Dunia - KELOMPOK 1.pptx
 
MODUL P5 KEWIRAUSAHAAN SMAN 2 SLAWI 2023.pptx
MODUL P5 KEWIRAUSAHAAN SMAN 2 SLAWI 2023.pptxMODUL P5 KEWIRAUSAHAAN SMAN 2 SLAWI 2023.pptx
MODUL P5 KEWIRAUSAHAAN SMAN 2 SLAWI 2023.pptx
 
BAB 5 KERJASAMA DALAM BERBAGAI BIDANG KEHIDUPAN.pptx
BAB 5 KERJASAMA DALAM BERBAGAI BIDANG KEHIDUPAN.pptxBAB 5 KERJASAMA DALAM BERBAGAI BIDANG KEHIDUPAN.pptx
BAB 5 KERJASAMA DALAM BERBAGAI BIDANG KEHIDUPAN.pptx
 
Salinan dari JUrnal Refleksi Mingguan modul 1.3.pdf
Salinan dari JUrnal Refleksi Mingguan modul 1.3.pdfSalinan dari JUrnal Refleksi Mingguan modul 1.3.pdf
Salinan dari JUrnal Refleksi Mingguan modul 1.3.pdf
 
CAPACITY BUILDING Materi Saat di Lokakarya 7
CAPACITY BUILDING Materi Saat di Lokakarya 7CAPACITY BUILDING Materi Saat di Lokakarya 7
CAPACITY BUILDING Materi Saat di Lokakarya 7
 
Aksi Nyata PMM Topik Refleksi Diri (1).pdf
Aksi Nyata PMM Topik Refleksi Diri (1).pdfAksi Nyata PMM Topik Refleksi Diri (1).pdf
Aksi Nyata PMM Topik Refleksi Diri (1).pdf
 
HAK DAN KEWAJIBAN WARGA NEGARA ppkn i.ppt
HAK DAN KEWAJIBAN WARGA NEGARA ppkn i.pptHAK DAN KEWAJIBAN WARGA NEGARA ppkn i.ppt
HAK DAN KEWAJIBAN WARGA NEGARA ppkn i.ppt
 
DAFTAR PPPK GURU KABUPATEN PURWOREJO TAHUN 2024
DAFTAR PPPK GURU KABUPATEN PURWOREJO TAHUN 2024DAFTAR PPPK GURU KABUPATEN PURWOREJO TAHUN 2024
DAFTAR PPPK GURU KABUPATEN PURWOREJO TAHUN 2024
 
Membuat Komik Digital Berisi Kritik Sosial.docx
Membuat Komik Digital Berisi Kritik Sosial.docxMembuat Komik Digital Berisi Kritik Sosial.docx
Membuat Komik Digital Berisi Kritik Sosial.docx
 

Pengaruh Open-Ended terhadap Peningkatan Kreativitas Matematik

  • 1.
  • 2. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Matematika merupakan salah satu mata pelajaran pokok yang diajarkan mulai dari jenjang pendidikan dasar hingga pendidikan menengah. Dalam standar isi untuk satuan pendidikan dasar dan menengah mata pelajaran matematika (Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 22 Tahun 2006 tentang standar isi), telah disebutkan bahwa mata pelajaran matematika perlu diberikan untuk membekali siswa dengan kemampuan berpikir logis, analitis, sistematis, kritis, dan kreatif, serta kemampuan bekerjasama. Pengembangan berpikir kreatif merupakan salah satu fokus utama dalam dunia pendidikan matematika modern sebagaimana yang menjadi tujuan utama dari penerapan Kurikulum 2013.
  • 3. Hal ini disebabkan karena berpikir kreatif merupakan salah satu kemampuan yang saat ini dikehendaki dalam dunia kerja (Mahmudi, 2010). Oleh karena itu, pembelajaran matematika perlu dirancang sedemikian rupa sehingga menjadi sarana yang tepat dalam mengembangkan kemampuan berpikir kreatif. Rancangan ini dapat dibantu dengan pemilihan model atau pendekatan pembelajaran yang tepat dalam mengajarkan matematika. Peran aktif dari siswa sangat penting dalam rangka pembentukan generasi yang kreatif, yang mampu menghasilkan sesuatu untuk kepentingan dirinya dan orang lain.
  • 4. Metode latihan terstuktur adalah salah satu metode yang ditawarkan peneliti ini disebabkan karena dengan metode ini, siswa lebih aktif dalam belajar karena prinsip dari metode ini adalah guru memberikan hal-hal yang terstruktur yaitu dari hal-hal yang mudah atau sederhana ke hal-hal yang lebih kompleks Kreatif juga dimaksudkan agar guru menciptakan kegiatan belajar yang beragam sehingga memenuhi berbagai tingkat kemampuan siswa (Sofyan, 2007:43). Kenyataan yang terjadi saat ini adalah baik guru maupun siswa sulit untuk mengembangkan kemampuan berpikir kreatif dalam matapelajaran matematika. Guru pada umumnya tidak menyajikan latihan kepada siswa untuk berpikir kreatif karena setiap latihan yang diberikan hanya berorientasi pada hasil tanpa melihat bagaimana proses yang dijalankan oleh siswa.
  • 5. Sedangkan siswa sendiri tidak terbiasa dengan latihan atau soal-soal yang membutuhkan kreativitas berpikir untuk menjawabnya. Salah satu penyebab terjadinya hal ini adalah guru belum melakukan pendekatan pembelajaran yang tepat untuk meningkatkan kemampuan berpikir kreatif siswa. Getlezs dan Jackson mengemukakan bahwa, salah satu cara untuk meningkatkan kemampuan berpikir kreatif matematik adalah dengan soal-soal terbuka atau open-ended problem (Mahmudi, 2010:4). Pengertian open-ended problem menurut Sudiarta dapat dirumuskan sebagai masalah atau soal-soal matematika yang dirumuskan sedemikian rupa sehingga memiliki beberapa atau bahkan banyak solusi yang benar, dan terdapat banyak cara untuk mencapai solusi itu (Japar, 2007: 54).
  • 6. Berdasarkan permasalahan dalam matematika yang berbentuk open-ended problem telah dikembangkan suatu pendekatan pembelajaran yaitu Pendekatan open-ended. Tujuan pembelajaran berbasis open-ended problem menurut Nohda adalah untuk membantu mengembangkan kegiatan kreatif dan pola pikir matematik siswa melalui pemecahan masalah secara simultan (Paduppai dan Nurdin, 2008:912). Pendekatan ini memberikan masalah terbuka yang memberi kesempatan bagi siswa untuk menyelesaikan permasalahan matematik menggunakan berbagai cara, sehingga kemampuan berpikir kreatif matematik siswa bisa meningkat. Tujuan utamanya bukan untuk mendapatkan jawaban tetapi lebih menekankan pada bagaimana cara sampai pada suatu jawaban.
  • 7. Sejalan dengan itu, menurut Sofyan dan Amiruddin (2007:46), tugas guru adalah mengembangkan kemampuan berpikir kreatif siswa, antara lain dengan sering-sering memberikan tugas atau mengajukan pertanyaan yang terbuka (Open-ended). Pertanyaan yang dimulai dengan kata-kata “Apa yang terjadi jika…” lebih baik daripada yang dimulai dengan kata-kata “Apa, berapa, kapan”, yang umumnya tertutup (jawaban betul hanya satu). Sehingga, dengan meningkatnya kemampuan berpikir kreatif matematik siswa diharapkan akan memberikan efek positif terhadap hasil belajar yang diperolehnya.
  • 8. Keberhasilan pendekatan open-ended dalam meningkatkan kemampuan berpikir kreatif matematik siswa dapat dilihat dari mengukur beberapa aspek dalam proses menyelesaikan permasalahan. Aspek-aspek tersebut adalah kelancaran (fluency), keluwesan (flexibility), keaslian (originality), dan keterincian (elaboration). Pembelajaran dengan pendekatan open-ended ini akan digunakan pada siswa kelas XI sekolah menengah atas (SMA), karena pada jenjang ini siswa telah dapat dilatih untuk berpikir kreatif sebagai dasar untuk melanjutkan kejenjang yang lebih tinggi. Berdasarkan pemaparan di atas, maka peneliti bermaksud untuk mengadakan penelitian eksperimen dengan judul “Pengaruh metode Open-Ended dan Latihan Soal Terstruktur Terhadap Peningkatan Kemampuan Berpikir Kreatif Matematik”.
  • 9. B. Batasan Masalah Dari uraian latar belakang di atas, maka permasalahan penelitian dibatasi hanya pada peningkatan kemampuan berpikir kreatif matematik yang meliputi kelancaran (fluency), keluwesan (flexibility), keaslian (originality), dan keterincian (elaboration) dengan menggunakan pendekatan open-ended dan latihan soal terstruktur, yakni masalah atau soal-soal yang memiliki beberapa atau bahkan banyak solusi yang benar, dan terdapat banyak cara untuk menyelesaikannya serta dengan menggunakan pendekatan pembelajaran konvensional, yakni proses pembelajaran yang umumnya dilakukan oleh guru kepada siswa, di kelas XI semester 2 pada siswa SMA Negeri 5 Kendari.
  • 10. C. Rumusan Masalah Berdasarkan uraian latar belakang di atas, dapat dirumuskan beberapa masalah dalam penelitian ini sebagai berikut: 1. Apakah ada pengaruh metode open-ended dan latihan soal terstruktur termasuk interaksinya secara bersama-sama terhadap peningkatan kemampuan berpikir kreatif matematik? 2. Apakah ada pengaruh metode open-ended dan interaksi metode open-ended dan latihan soal terstruktur secara bersama-sama terhadap peningkatan kemampuan berpikir kreatif matematik? 3. Apakah ada pengaruh metode latihan soal terstruktur dan interaksi metode open-ended dan latihan soal terstruktur secara bersama-sama terhadap peningkatan kemampuan berpikir kreatif matematik?
  • 11. 4. Apakah ada perbedaan rerata kemampuan berpikir kreatif matematik siswa yang diajar dengan metode open-ended yang dibandingkan dengan siswa yang diajar dengan pembelajaran konvesional khusus untuk siswa yang diajar dengan tanpa latihan terstruktur ? 5. Apakah ada perbedaan rerata kemampuan berpikir kreatif matematik siswa yang diajar dengan latihan soal terstruktur yang dibandingkan dengan siswa yang diajar dengan tanpa latihan soal terstruktur khusus untuk siswa yang diajar dengan metode open-ended? 6. Apakah ada perbedaan rerata kemampuan berpikir kreatif matematik siswa yang diajar dengan latihan soal terstruktur yang dibandingkan dengan siswa yang diajar dengan tanpa latihan soal terstruktur khusus untuk siswa yang diajar dengan pembelajaran konvesional?
  • 12. 7. Apakah ada perbedaan rerata kemampuan berpikir kreatif matematik siswa yang diajar dengan latihan soal terstruktur yang dibandingkan dengan siswa yang diajar dengan tanpa latihan soal terstruktur khusus untuk siswa yang diajar dengan pembelajaran konvesional? 8. Apakah ada perbedaan rerata kemampuan berpikir kreatif matematik siswa yang diajar dengan metode open-ended yang dibandingkan dengan siswa yang diajar dengan pembelajaran konvesional khusus untuk siswa yang diajar dengan latihan terstruktur ? 9. Apakah ada perbedaan rerata kemampuan berpikir kreatif matematik siswa yang diajar dengan metode open-ended yang dibandingkan dengan siswa yang diajar dengan pembelajaran konvesional khusus untuk siswa yang diajar dengan tanpa latihan terstruktur ?
  • 13. D. Tujuan Penelitian Berdasarkan pada masalah yang diteliti maka tujuan penelitian ini adalah: 1. Untuk mempelajari pengaruh metode open-ended dan latihan soal terstruktur termasuk interaksinya secara bersama-sama terhadap peningkatan kemampuan berpikir kreatif matematik. 2. Untuk mempelajari pengaruh metode open-ended dan interaksi metode open-ended dan latihan soal terstruktur secara bersama-sama terhadap peningkatan kemampuan berpikir kreatif matematik. 3. Untuk mempelajari pengaruh metode latihan soal terstruktur dan interaksi metode open-ended dan latihan soal terstruktur secara bersama-sama terhadap peningkatan kemampuan berpikir kreatif matematik.
  • 14. 4. Untuk mempelajari perbedaan rerata kemampuan berpikir kreatif matematik siswa yang diajar dengan metode open-ended yang dibandingkan dengan siswa yang diajar dengan pembelajaran konvesional khusus untuk siswa yang diajar dengan tanpa latihan terstruktur ? 5. Untuk mempelajari perbedaan rerata kemampuan berpikir kreatif matematik siswa yang diajar dengan latihan soal terstruktur yang dibandingkan dengan siswa yang diajar dengan tanpa latihan soal terstruktur khusus untuk siswa yang diajar dengan metode open-ended. 6. Untuk mempelajari perbedaan rerata kemampuan berpikir kreatif matematik siswa yang diajar dengan latihan soal terstruktur yang dibandingkan dengan siswa yang diajar dengan tanpa latihan soal terstruktur khusus untuk siswa yang diajar dengan pembelajaran konvesional.
  • 15. 7. Untuk mempelajari perbedaan rerata kemampuan berpikir kreatif matematik siswa yang diajar dengan latihan soal terstruktur yang dibandingkan dengan siswa yang diajar dengan tanpa latihan soal terstruktur khusus untuk siswa yang diajar dengan pembelajaran konvesional. 8. Untuk mempejari perbedaan rerata kemampuan berpikir kreatif matematik siswa yang diajar dengan metode open-ended yang dibandingkan dengan siswa yang diajar dengan pembelajaran konvesional khusus untuk siswa yang diajar dengan latihan terstruktur . 9. Untuk mempelajari perbedaan rerata kemampuan berpikir kreatif matematik siswa yang diajar dengan metode open-ended yang dibandingkan dengan siswa yang diajar dengan pembelajaran konvesional khusus untuk siswa yang diajar dengan tanpa latihan terstruktur .
  • 16. BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Kajian Teori 1.Kemampuan Berpikir Kreatif Matematik a. Pengertian Kreativitas Kreativitas merupakan bagian dari aktivitas mental yang dimiliki seseorang (Paduppai dan Nurdin, 2008:909). Menurut Solso, kreativitas adalah aktifitas kognitif yang menghasilkan cara pandang baru terhadap suatu masalah atau situasi (Ghufron dan Risnawati, 2011:102). Sedangkan Sriraman, mendefinisikan kreativitas sebagai proses yang dihasilkan tidak biasa, solusi yang dalam dari persoalan yang diberikan dan terlepas dari tingkat kompleksitas. Sriraman juga menyarankan supaya kreativitas dapat diterapkan di kelas dengan menyelesaikan soal-soal yang rutin, kompleks, dan terstruktur (Lambertus, 2010:155).
  • 17. Selanjutnya Torrence, memandang kreativitas sebagai suatu kemampuan yang mencerminkan kelancaran, keluwesan (fleksibilitas), orisinalitas dalam berpikir serta kemampuan untuk mengelaborasi (mengembangkan, memperkaya, dan memerinci) suatu gagasan (Ghufron dan Risnawati, 2011:102). Suharnan dalam Ghufron dan Risnawati (2011:104- 106) mengatakan bahwa terdapat aspek dalam kreativitas yang dapat dijelaskan sebagai berikut: 1). Aktivitas berpikir Aktivitas ini bersifat kompleks karena melibatkan sejumlah kemampuan kognitif seperti persepsi, atensi, ingatan, imajiner, penalaran, imajinasi, pengambilan keputusan, dan pemecahan masalah.
  • 18. 2). Menemukan atau menciptakan sesuatu yang baru Aktivitas menemukan sesuatu, berarti melibatkan proses imajinasi yaitu, kemampuan memanipulasi sejumlah objek atau situasi di dalam pikiran sebelum sesuatu yang baru diharapkan muncul. 3). Sifat baru atau orisinal Sifat baru yang terkandung dalam kreativitas memiliki ciri-ciri sebagai berikut: a. Produk yang bersifat baru dan belum pernah ada sebelumnya. b. Produk yang memiliki sifat baru sebagai hasil kombinasi beberapa produk yang sudah ada sebelumnya.
  • 19. c. Produk yang memilki sifat baru sebagai hasil pembaruan (inovasi) dan pengembangan dari hasil yang sudah ada. 4). Produk yang berguna atau bernilai Berguna atau bernilai, yaitu karya yang dihasilkan dari kreativitas harus memiliki kegunaan atau manfaat tertentu.
  • 20. b. Pengertian Berpikir Kreatif Purwanto (1998:43) mendefinisikan bahwa berpikir adalah salah satu keaktifan pribadi manusia yang mengakibatkan penemuan yang terarah kepada suatu tujuan. Nazir (1988:10) juga menjelaskan bahwa proses berpikir adalah suatu refleksi yang teratur dan hati-hati. Proses berpikir lahir dari suatu rasa sangsi akan sesuatu dan keinginan untuk memperoleh suatu ketentuan, yang kemudian tumbuh menjadi suatu masalah yang khas. Ditinjau dari tingkat berpikirnya, siswa kelas VII berada pada tahap operasi formal awal (formal-operational stage). Pada tahap ini, anak atau siswa sudah mampu berpikir secara logis tanpa kehadiran benda-benda konkret; dengan kata lain, sudah mampu melakukan abstraksi (mampu berpikir tentang hal-hal yang abstrak) (Piaget dalam DSLTP, 2002:18).
  • 21. Menurut McGregor, berpikir kreatif adalah berpikir yang mengarah pada pemerolehan wawasan baru, pendekatan baru, perspektif baru, atau cara baru dalam memahami sesuatu (Mahmudi, 2010:2). Sedangkan menurut Johnson berpikir kreatif bukanlah suatu proses terorganisasi, melainkan sebuah kebiasaan dari pikiran yang dilatih dengan memperhatikan intuisi, menghidupkan imajinasi, mengungkapkan kemungkinan-kemungkinan baru, membuka sudut pandang yang menakjubkan, dan membangkitkan ide-ide yang tidak terduga.
  • 22. Hal ini berarti untuk mengembangkan kemampuan berpikir kreatif siswa, dibutuhkan adanya latihan secara terus-menerus, ketekunan, disiplin diri, dan perhatian penuh, yang meliputi aktivitas mental seperti: mengajukan pertanyaan; membangun keterkaitan, khususnya antara hal-hal yang berbeda; menghubung-hubungkan berbagai hal dengan bebas; menerapkan imajinasi pada setiap situasi untuk menghasilkan hal baru dan berbeda; dan mendengarkan intuisi (Lambertus, 2010:154).
  • 23. c. Pengertian Berpikir Kreatif Matematik Guilford mengemukakan bahwa kreativitas atau berpikir kreatif merupakan kemampuan untuk melihat bermacam-macam kemungkinan penyelesaian terhadap suatu masalah (Paduppai dan Nurdin, 2008). Menurut Pehnoken, kreativitas tidak hanya terjadi pada bidang-bidang tertentu, seperti seni, sastra, atau sains, melainkan juga ditemukan dalam berbagai bidang kehidupan, termasuk matematika. Pembahasan mengenai kreativitas dalam matematika lebih ditekankan pada prosesnya, yakni proses berpikir kreatif. Oleh karena itu, kreativitas dalam matematika lebih tepat diistilahkan sebagai berpikir matematik. Meski demikian, istilah kreativitas dalam matematika atau berpikir kreatif matematik dipandang memiliki pengertian yang sama, sehingga dapat digunakan secara bergantian (Mahmudi, 2010:3).
  • 24. Istilah berpikir matematik (mathematical thingking) diartikan sebagai cara berpikir berkenaan dengan proses matematika (doing math) atau cara berpikir dalam menyelesaikan tugas matematik (mathematical taks) baik yang sederhana maupun yang kompleks (Sumarmo, 2010:4). Wardani dalam Asriah (2011:25), menyatakan Kreativitas matematik siswa adalah kemampuan matematik yang mencerminkan kemampuan kefasihan/kelancaran, keluwesan, hal yang relatif baru dan keterincian/elaborasi.
  • 25. Penjelasan dari setiap indikator diungkapkan oleh Wardani, yakni sebagai berikut: 1. Kefasihan adalah kemampuan dalam mengajukan sejumlah masalah atau pertanyaan matematika dan jawaban yang tepat. 2. Keluwesan adalah kemampuan menghasilkan jawaban yang bervariasi/beragam/beberapa cara. 3. Keaslian/hal yang relatif baru adalah kemampuan memberikan gagasan atau jawaban dengan bahasa dan cara sendiri.
  • 26. 3. Keterincian/elaborasi adalah kemampuan menjelaskan, mengembangkan, memperkaya atau menguraikan lebih rinci jawaban atau gagasan yang diberikan. Pentingnya kreativitas dalam matematika dikemukakan oleh Bishop yang menyatakan bahwa seseorang memerlukan dua keterampilan berpikir matematik yaitu, berpikir kreatif yang sering diidentikkan dengan intuisi dan kemampuan berpikir analitik yang diidentikkan dengan kemampuan berpikir logis.
  • 27. Sementara Kiesswetter menyatakan bahwa kemampuan berpikir fleksibel yang merupakan salah satu aspek kemampuan berpikir kreatif, merupakan kemampuan penting yang harus dimiliki siswa dalam menyelesaikan masalah matematika. Pendapat ini menegaskan eksistensi kemampuan berpikir kreatif matematik. Selanjutnya, Krutetski mendefinisikan kemampuan berpikir kreatif matematik sebagai kemampuan menemukan solusi masalah matematika secara mudah dan fleksibel (Mahmudi, 2010:3).
  • 28. 2. Pendekatan Pembelajaran Open-Ended Menurut Becker dan Shigeru, pendekatan open-ended pada awalnya dikembangkan di Jepang pada tahun 1970-an (Mahmudi, 2008:2). Antara tahun 1971 dan 1976, para ahli pendidikan matematika Jepang melakukan serangkaian penelitian yang berfokus pada pengembangan metode evaluasi keterampilan berpikir tingkat tinggi dalam pendidikan matematika dengan menggunakan soal atau masalah terbuka (open-ended) sebagai tema (TPIP FIP-UPI, 2007). Secara konseptual open-ended problem dalam pembelajaran matematika adalah masalah-masalah matematika yang dirumuskan sedemikian rupa, sehingga memiliki beberapa atau bahkan banyak solusi yang benar, dan banyak cara untuk mencapai solusi itu.
  • 29. Pendekatan ini memberikan kesempatan pada siswa untuk "experience in finding something new in the process" (Schoenfeld dalam I Gusti Putu Sudiarta, 2006:1135). Shimada berpendapat bahwa, pendekatan open-ended adalah pendekatan pembelajaran yang menyajikan suatu permasalahan yang memiliki metode atau penyelesaian yang benar lebih dari satu (Syaban, 2011). Shimada juga mengatakan bahwa, soal-soal open-ended merupakan soal-soal yang dirancang dan disusun sedemikian rupa sehingga memiliki banyak jawaban yang benar (Paduppai dan Nurdin, 2008).
  • 30. Pendekatan open-ended merupakan pendekatan pembelajaran yang menggunakan masalah terbuka yang dapat dijawab dengan banyak cara/metode penyelesaian atau jawaban benar yang beragam. Dengan keberagaman cara penyelesaian dan jawaban tersebut, maka memberikan keleluasaan kepada siswa dalam menyelesaikan masalah (Fadillah, 2011:104). Sejalan dengan itu, Hancock dan Berenson menyatakan bahwa soal open-ended adalah soal yang memiliki lebih dari satu penyelesaian dan cara yang benar (Syaban, 2011). Selanjutnya, Menurut Takahashi, soal terbuka (open-ended problem) adalah soal yang mempunyai banyak solusi atau strategi penyelesaian (Mahmudi, 2008:3).
  • 31. Pembelajaran dengan problem (masalah) terbuka (open-ended) artinya pembelajaran yang menyajikan permasalahan dengan pemecahan berbagai cara (flexibility) dan solusinya juga bisa beragam (multi jawab, fluency). Pembelajaran ini melatih dan menumbuhkan orisinilitas (originality) ide, kreativitas, kognitif tinggi, kritis, komunikasi-interaksi, sharing, keterbukaan, dan sosialisasi. Siswa dituntut untuk berimprovisasi mengembangkan metode, cara, atau pendekataan yang bervariasi dalam memperoleh jawaban siswa beragam. Selanjutnya siswa juga diminta untuk menjelaskan proses mencapai jawaban tersebut. Dengan demikian, model pembelajaran ini lebih mementingkan proses daripada produk yang akan membentuk pola pikir, keterpaduan, keterbukaan, dan ragam berpikir (Suherman, 2004:3).
  • 32. Pendekatan open-ended dalam pembelajaran matematika bertujuan menciptakan suasana pembelajaran agar siswa memperoleh pengalaman dalam menemukan sesuatu yang baru melalui proses pembelajaran. Tujuan pembudayaan pembelajaran matematika dengan open-ended adalah membantu mengembangkan aktivitas dan berpikir matematik siswa secara serempak dalam pemecahan masalah (Hudiono, 2008:23). Menurut Suherman, Tujuan pendekatan open-ended bukan untuk mendapatkan jawaban tetapi lebih menekankan pada cara bagaimana sampai pada suatu jawaban. Dengan demikian, bukanlah hanya satu cara dalam mendapatkan jawaban, namun beberapa atau banyak cara (Asriah, 2011:10).
  • 33. Tujuan lain dari pendekatan open-ended yaitu, agar kemampuan berpikir matematika siswa dapat berkembang secara maksimal, dan pada saat yang sama kegiatan-kegiatan kreatif setiap siswa terkomunikasikan melalui proses pembelajaran. Itulah yang menjadi pokok pikiran pembelajaran dengan pendekatan open-ended problem, yaitu pembelajaran yang membangun kegiatan interaktif antara matematika dan siswa, sehingga mengundang mereka untuk menjawab permasalahan melalui berbagai strategi (Paduppai dan Nurdin, 2008).
  • 34. Model aktivitas Siswa yang dikembangkan dalam pendekatan open-ended secara garis besarnya disajikan dalam gambar sebagai berikut: Sumber: Suryadi dalam Asriah (2011:14). Gambar 2.1 Model Aktivitas Siswa yang Dikembangkan dalam Pendekatan Open-Ended
  • 35. 3. Pendekatan Pembelajaran Konvensional Berdasarkan Kamus Besar Bahasa Indonesia (2007) konvensional artinya berdasarkan persetujuan umum (tradisional). Pendekatan konvensional memandang bahwa proses pembelajaran yang dilakukan sebagaimana umumnya guru mengajarkan materi kepada siswanya. Guru mentransfer ilmu pengetahuan kepada siswa, sedangkan siswa lebih banyak sebagai penerima (Gora dan Sunarto, 2011:7). Menurut Philip R. Wallace, pendekatan pembelajaran dikatakan sebagai pendekatan pembelajaran yang konvensional apabila mempunyai ciri-ciri berikut: a. Otoritas seorang guru lebih diutamakan dan berperan sebagai contoh bagi murid-muridnya. b. Perhatian kepada masing-masing individu atau minat siswa sangat kecil.
  • 36. c. Pembelajaran di sekolah lebih banyak dilihat sebagai persiapan akan masa depan, bukan sebagai peningkatan kompetensi siswa di saat ini. d. Penekanan yang mendasar adalah pada bagaimana pengetahuan dapat diserap oleh siswa dan penguasaan pengetahuan tersebutlah yang menjadi tolak ukur keberhasilan tujuan, sementara pengembangan potensi siswa diabaikan. Selanjutnya, Ujang Sukandi mendeskripsikan bahwa Pendekatan Konvensional ditandai dengan guru mengajar lebih banyak mengajarkan konsep-konsep bukan kompetensi, tujuannya adalah siswa mengetahui sesuatu bukan mampu melakukan sesuatu, dan pada saat proses pembelajaran, siswa lebih banyak mendengarkan (Gora dan Sunarto, 2011:7).
  • 37. 4. Metode Latihan Terstruktur Metode Latihan Terstruktur merupakan suatu cara mengajar dengan memberikan latihan-latihan terstruktur terhadap apa yang dipelajari oleh siswa sehingga memperoleh keterampilan tertentu (Roestiyah dalam Kasmiati dan La Sahara, 2006: 9). Pemberian latihan ini dilakukan dengan cara guru memberikan soal-soal latihan yang akan di kerjakan oleh siswa yang di mulai dari soal-soal yang sederhana ke soal-soal yang lebih kompleks dengan bimbingan guru. Pemberian soal-soal tersebut di susun oleh guru secara terstruktur sehingga siswa akan merasa terbimbing dengan baik.
  • 38. Slameto dalam Kasmiati dan La Sahara (2006: 9) menjelaskan tujuan dari metode latihan terstruktur secara khusus sebagai berikut : a. Siswa memiliki keterampilan motorik/gesit seperti menghafal, menggunakan alat-alat dan lain-lain. b. Mengembangkan kecakapan intelektual seperti mengalikan, membagi menjumlahkan dan membagi. c. Memiliki kemampuan menghubungkan antara suatu keadaan dengan hal yang lain seperti hubungan sebab akibat tujuan belajar.
  • 39. B. Tinjauan Kurikulum Berdasarkan panduan yang disusun oleh Badan Standar Nasional Pendidikan (BSNP), materi turunan fungsi yang dipelajari di SMU kelas XI terdiri dari turunan fungsi aljabar, turunan fungsi trigonometri dan aplikasinya.Kanginan (2007: 150) mengemukakan bahwa Turunan fungsi aljabar yang dipelajari di SMU kelas XI terdiri dari :Turunan fungsi konstan, turunan fungsi identitas, turunan fungsi eksponen, turunan hasil kali konstanta dengan fungsi, turunan jumlah dan selisih fungsi dan turunan perkalian dan pembagian
  • 40. C. Hasil penelitian yang relevan Beberapa hasil penelitian yang relevan dengan penelitian ini, antara lain: 1. Penelitian yang dilakukan oleh Asri Nurlaelatul Asriah pada tahun 2011 yang menyimpulkan bahwa kemampuan berpikir kreatif matematik siswa kelas VII SMP Negeri 1 Kawali T.A. 2010/2011 dapat ditingkatkan melalui penerapan pendekatan pembelajaran Open-Ended. 2. Penelitian yang dilakukan oleh Syarifah Fadillah, yang menyimpulkan bahwa kemampuan representasi multipel matematika siswa kelas VIII SMP dapat ditingkatkan melalui pembelajaran dengan pendekatan Open-Ended.
  • 41. D. Kerangka Berpikir Pembelajaran matematika merupakan usaha membantu siswa mengkontruksi pengetahuan melalui proses. Proses tersebut dimulai dari pengalaman, sehingga siswa harus diberi kesempatan seluas-luasnya untuk mengkontruksi sendiri pengetahuan yang harus dimiliki dengan mengembangkan kemampuan berpikir kreatif matematik siswa. Proses pembelajaran dapat diikuti dengan baik dan menarik perhatian siswa apabila menggunakan pendekatan pembelajaran yang sesuai dengan tingkat perkembangan siswa dan sesuai dengan materi pembelajaran. Dalam pembelajaran matematika harus mampu mengaktifkan siswa selama proses pembelajaran dan mengurangi kecenderungan guru untuk mendominasi proses pembelajaran tersebut, sehingga ada perubahan dalam hal pembelajaran matematika yaitu, pembelajaran yang berpusat pada guru sudah sewajarnya diubah menjadi berpusat pada siswa.
  • 42. Selain itu, siswa juga mendapat kebebasan untuk berpikir kreatif. Untuk melakukan itu, guru perlu menyusun pendekatan yang dapat memperbaiki pembelajaran matematika tersebut. Salah satu alternatif pendekatan yang dimaksud adalah dengan menggunakan pendekatan open-ended, yakni suatu pendekatan pembelajaran yang dapat membuat siswa berpikir lebih aktif dalam pembelajaran dan sering mengekspresikan idenya; siswa memiliki kesempatan lebih banyak dalam memanfaatkan pengetahuan dan keterampilan matematik secara komprehensif; siswa dengan kemampuan matematika rendah dapat merespon permasalahan dengan cara mereka sendiri; siswa secara implinsik termotivasi untuk memberikan bukti atau penjelasan; dan siswa juga memiliki pengalaman banyak untuk menemukan sesuatu dalam menjawab permasalahan.
  • 43. Sehingga dengan pendekatan ini, selain dapat mengembangkan kemampuan kognitif siswa, juga dapat meningkatkan kemampuan berpikir kreatif matematik siswa, yaitu dengan pemberian masalah atau soal-soal yang terbuka kepada siswa dapat memberikan kesempatan bagi siswa untuk menyelesaikan permasalahan matematik dengan banyak jawaban yang benar dan dengan menggunakan berbagai cara. Sehingga, indikator kemampuan berpikir matematik dapat terpenuhi, yaitu kelancaran (fluency) yakni, kemampuan dalam memecahkan masalah matematika dengan jawaban yang tepat; keluwesan (flexibility) yakni, kemampuan menghasilkan jawaban yang beragam; keaslian (originality) yakni, kemampuan memberikan jawaban dengan cara sendiri; dan keterincian (elaboration) yakni, kemampuan menjelaskan, mengembangkan menguraikan lebih rinci jawaban atau gagasan yang diberikan.
  • 44. Maka, dengan meningkatnya kemampuan berpikir kreatif matematik siswa, diharapkan hasil belajar siswa juga akan meningkat. E. Hipotesis Penelitian Setelah uraian di atas peneliti mencoba mengajukan hipotesis sebagai berikut : Hipotesis-1 Penggunaan metode open-ended dan latihan soal terstruktur termasuk interaksinya secara bersama-sama mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap peningkatan kemampuan berpikir kreatif matematik. Secara statistik: H0: Ai = Bj = (AB)ij= 0 vs H1: Bukan H0
  • 45. Hipotesis-2 Penggunaan metode open-ended dan interaksi metode open-ended dan latihan soal terstruktur secara bersama-sama mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap peningkatan kemampuan berpikir kreatif matematik. Secara statistik: H0: Ai = (AB)ij= 0 vs H1: Bukan H0 Hipotesis-3 Penggunaan metode latihan soal terstruktur dan interaksi metode open-ended dan latihan soal terstruktur secara bersama-sama mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap peningkatan kemampuan berpikir kreatif matematik. Secara statistik: H0: Bj = (AB)ij= 0 vs H1: Bukan H0
  • 46. Hipotesis-4 Secara signifikan rerata kemampuan berpikir kreatif matematik siswa yang diajar dengan metode open-ended lebih tinggi dibandingkan dengan siswa yang diajar dengan pembelajaran konvesional khusus untuk siswa yang diajar dengan tanpa latihan terstruktur. Secara statistik: H0: α1 ≤ 0 vs H1: α1 > 0 Hipotesis-5 Secara signifikan rerata kemampuan berpikir kreatif matematik siswa yang diajar dengan latihan soal terstruktur lebih tinggi dibandingkan dengan siswa yang diajar dengan tanpa latihan soal terstruktur khusus untuk siswa yang diajar dengan metode open-ended. Secara statistik: H0: α2 ≤ 0 vs H1: α2 > 0
  • 47. Hipotesis-6 Secara signifikan rerata kemampuan berpikir kreatif matematik siswa yang diajar dengan latihan soal terstruktur lebih tinggi dibandingkan dengan siswa yang diajar dengan tanpa latihan soal terstruktur khusus untuk siswa yang diajar dengan pembelajaran konvesional. Secara statistik: H0: α3 ≤ 0 vs H1: α3 > 0 Hipotesis-7 Secara signifikan rerata kemampuan berpikir kreatif matematik siswa yang diajar dengan latihan soal terstruktur lebih tinggi dibandingkan dengan siswa yang diajar dengan tanpa latihan soal terstruktur khusus untuk siswa yang diajar dengan pembelajaran konvesional. Secara statistik: H0: β1 ≤ 0 vs H1: β1 > 0
  • 48. Hipotesi-8 Secara signifikan rerata kemampuan berpikir kreatif matematik siswa yang diajar dengan metode open-ended lebih tinggi dibandingkan dengan siswa yang diajar dengan pembelajaran konvesional khusus untuk siswa yang diajar dengan latihan terstruktur . Secara statistik: H0: β2 ≤ 0 vs H1: β2 > 0 Hipotesis-9 Secara signifikan rerata kemampuan berpikir kreatif matematik siswa yang diajar dengan metode open-ended lebih tinggi dibandingkan dengan siswa yang diajar dengan pembelajaran konvesional khusus untuk siswa yang diajar dengan tanpa latihan terstruktur . Secara statistik: H0: β3 ≤ 0 vs H1: β3 > 0
  • 49. BAB III METODE PENELITIAN A.Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian eksperimen ini dilaksanakan di SMA Negeri 5 Kendari. Sedangkan waktu pelaksanaannya dilakukan pada semester genap tahun ajaran 2013/2014. Tahapan pengambilan data pree test pada kelas eksperimen dilaksanakan pada tanggal 12 Maret 2014, sedangkan pada kelas kontrol dilaksanakan pada tanggal 14 Maret 2012. Tahapan pelaksanaan pembelajaran pada kelas kontrol dilakukan pada tanggal 26 Maret 2014 sampai 5 Mei 2014, sedangkan pelaksanaan pembelajaran pada kelas eksperimen dilakukan pada tanggal 27 Maret 2014 sampai 2 Mei 2014. Pembelajaran dilakukan sebanyak delapan kali pertemuan pada masing-masing kelas. Tahapan pengambilan data post test pada kelas eksperimen dilaksanakan pada tanggal 9 Mei 2014, sedangkan pada kelas kontrol dilaksanakan pada tanggal 7 Mei 2014.
  • 50. B. Populasi dan Sampel Penelitian 1. Populasi Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh siswa kelas XI SMA Negeri 5 Kendari yang tersebar dalam 7 kelas paralel yaitu XIA – XIG dan terdaftar pada semester genap tahun ajaran 2013/2014. 2. Sampel Pengambilan sampel pada penelitian ini dilakukan secara Purposive, dengan desain pertimbangan mengambil dua kelas yang memiliki kemampuan yang relatif sama. Dari cara tersebut diperoleh kelas XID dan kelas XIF. Penentuan kelas yang akan diajar dengan model pembelajaran Open-ended dan pembelajaran konvensional serta latihan soal terstruktur dilakukan secara random, dari hasil proses pengacakan diperoleh kelas XIF sebagai kelas eksperimen yang diajar dengan model pembelajaran Open-ended dan kelas XID sebagai kelas kontrol yang diajar dengan pembelajaran konvensional.
  • 51. C. Variabel dan Desain Penelitian 1. Variabel Penelitian Penelitian ini mempunyai dua variabel, yaitu: a. Variabel bebas yaitu perlakuan berupa pembelajaran dengan menggunakan pendekatan pembelajaran Open-ended (A=1) dan kontrol berupa pendekatan pembelajaran konvensional (A=2). b. Variabel bebasyaitu perlakuan berupa pembelajaran dengan menggunakan latihan soal terstruktur (B=1) dam kontrol berupa tanpa latihan soal terstruktur (B=2). c. Variabel terikat yaitu kemampuan berpikir kreatif matematik siswa yang diajar dengan menggunakan pendekatan pembelajaran Open-ended dan latihan soal terstruktur (Y1), kemampuan berpikir kreatif matematik siswa yang diajar dengan menggunakan pembelajaran konvensional dan latihan soal terstruktur (Y2), kemampuan berpikir kreatif matematik siswa yang diajar dengan menggunakan pendekatan pembelajaran Open-ended dan tanpa latihan soal terstruktur (Y3) dan kemampuan berpikir kreatif matematik siswa yang diajar dengan menggunakan pembelajaran konvensional dan tanpa latihan soal terstruktur (Y4).
  • 52. 2. Desain Penelitian Penelitian ini menggunakan desain penelitian Randomized Control Group Pretest-Posttes. Desain ini dalam bentuknya yang sederhana, terdiri dari perlakuan eksperimen dan sebuah kontrol. Prosedurnya dapat digambarkan sebagai berikut: Kelompok Percobaan (E) (Nazir, 1988:289). T0 X T1 Kelompok Kontrol (K) T0 __ T1
  • 53. Dalam desain ini terdapat dua kelompok yang dipilih secara random. Kemudian diberi pree test untuk mengetahui keadaan awal adakah perbedaan antara kelompok eksperimen dan kelompok kontrol (Sugiyono, 2011:76). D. Instrumen Penelitian Penelitian ini mempunyai dua instrumen, yaitu instrumen berupa lembar observasi dan instrumen kemampuan berpikir kreatif matematik siswa. 1. Lembar Observasi Untuk mengukur tingkat aktivitas/partisipasi guru dan siswa dalam proses pembelajaran matematika dengan menggunakan pendekatan open-ended dan latihan soal terstruktur dalam penelitian ini digunakan instrumen berupa lembar observasi yakni, lembar observasi untuk guru dan lembar observasi untuk siswa. Lembar observasi ini digunakan pada setiap pertemuan yaitu, sebanyak 8 kali pertemuan.
  • 54. Lembar pengamatan yang dibuat terdiri atas beberapa aspek observasi yang bertujuan untuk mengontrol setiap tindakan/aktivitas yang dilakukan oleh guru dan siswa dalam kelas, selama proses pembelajaran berlangsung, persiapan materi pelajaran, serta teknik yang digunakan guru dalam menerapkan pendekatan pembelajaran open-ended dan latihan terstruktur. 2. Instrumen Kemampuan Berpikir Kreatif Matematik Siswa Dalam penelitian ini untuk mengukur kemampuan berpikir kreatif matematik, digunakan instrumen penelitian berupa tes tertulis dalam bentuk uraian sebanyak 12 nomor pada materi bangun datar yang disusun oleh peneliti bekerja sama dengan guru bidang studi matematika kelas XI SMA Negeri 5 Kendari dan telah dikonsultasikan serta disetujui terlebih dahulu oleh dosen pembimbing. Sebelum digunakan, instrumen tersebut terlebih dahulu dianalisis melalui panelis, kemudian diuji cobakan untuk mengetahui validitas dan reliabilitasnya.
  • 55. Instrumen kemampuan berpikir kreatif matematik untuk uji panelis ini terdiri dari: (1) definisi konsep, (2) definisi operasional, (3) kisi-kisi dan (4) pernyataan (soal essay) (Djali dan Muljono, 2004: 139). Instrumen kemampuan berpikir kreatif matematik sebelum digunakan pada penelitian sesungguhnya, terlebih dahulu dianalisis validitas dan reliabilitasnya melalui panelis. Jumlah panelis yang dibutuhkan dalam pengujian validitas dan reliabilitas ini terdiri dari antara 20-40 orang (Djali dan Muljono, 2004: 96). Jumlah panelis yang ada dalam penelitian ini terdiri dari 4 orang dosen, 6 orang guru matematika dan 10 orang mahasiswa yang telah mengetahui pengisian instrumen penilaian panelis.
  • 56. Format isian penilaian panelis dari instrumen kemampuan berpikir kreatif matematik adalah mencocokkan setiap butir soal dengan kompetensi dasar dan standar kompetensi dengan skor penilaian 1 sampai 5 dengan ketentuan, skor 1 jika dalam pernyataan tidak satupun kriteria yang muncul, skor 2 jika dalam pernyataan hanya ada satu kriteria yang muncul, skor 3 jika dalam pernyataan hanya ada dua kriteria yang muncul, skor 4 jika dalam pernyataan ada tiga kriteria yang muncul dan skor 5 jika dalam pernyataan ada semua kriteria muncul. Skor butir-butir tersebut diberikan oleh panelis sesuai dengan kesesuaian antara butir pernyataan dengan indikator, standar kompetensi dan kompetensi dasar untuk variabel kemampuan berpikir kreatif matematik siswa. Adapun kriteria penilaian panelis adalah sebagai berikut: (a) Kesesuaian antara butir soal dengan kompetensi dasar dan standar kompetensi, (b) Kesesuaian antara butir soal dengan aspek dan indikator kemampuan berpikir kreatif matematik, (c) Penggunaan bahasa Indonesia yang benar dan (d) Tidak bermakna ganda. Definisi konsep, definisi operasional dan kisi-kisi instrument.
  • 57. a. Uji Validitas dan Reliabilitas Instrumen penelitian 1). Validitas dan reliabilitas penilaian panelis Analisis validitas penilaian panelis digunakan untuk mengetahui validitas konsep instrumen melalui penilaian panelis dengan menggunakan rumus dari Aiken: (Aiken, 1996: 91) dimana : V = Indeks validitas isi ni = Cacah dari titik skala hasil penilaian rater i = Titik skala ke-I (I = 1,2,3,4,5) lo = Titik skala terendah N = Jumlah rater (Σni) c = banyaknya titik skala Nilai V terletak antara 0 dan 1 (valid ≥ 0,6).
  • 58. Untuk Reliabilitas tes ditentukan dengan menggunakan rumus Alpha yaitu: (Basir, 1988: 65-73) Keterangan: α11 = koefisien reliabilitas (reliabel ≥ 0,6) k = banyak butir si 2 = varians skor butir st 2 = varians skor total. Berdasarkan analisis reliabilitas diperoleh reliabilitas tes yaitu 0,807 ≥ 0,6, sehingga dapat diambil kesimpulan bahwa semua instrumen yang dinilai oleh panelis memenuhi kriteria, artinya instrumen tersebut dapat digunakan sebagai alat ukur untuk dapat mengukur apa yang hendak diukur.
  • 59. 2). Validitas dan reliabilitas uji coba instrumen Uji validitas adalah suatu ukuran yang menunjukan keshahihan atau tingkat kevalidan suatu instrumen, dan ini mutlak dilakukan oleh peneliti untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Untuk tes uraian, validitas butir tesnya dihitung dengan menggunakan rumus korelasi product moment dengan angka kasar sebagai berikut: (Arikunto, 2005:72) Keterangan : rxy = koefisien korelasi antara variabel X dan Y X = skor item Y = skor total N = jumlah subjek
  • 60. Adapun kriteria pengujian sebagai berikut:  Jika ≥ dengan α = 0,05 maka item tersebut valid  Jika < dengan α = 0,05 maka item tersebut tidak valid. Berdasarkan perhitungan dengan menggunakan program SPSS 15, dan rtabel= 0,244 pada α = 0,05, atau dengan melihat nilai sig.nya < α = 0,05 diperoleh kedelapan butir soal yang diujicobakan tersebut valid. Maka, kedelapan butir soal inilah yang kemudian dijadikan soal pre test dan post test kemampuan berpikir kreatif matematik siswa. Selanjutnya, suatu tes dikatakan reliabel jika hasil tes tersebut menunjukkan ketetapan untuk beberapa kali tes. Reliabilitas merupakan suatu ketetapan alat ukur dalam jangka waktu tertentu. Reliabilitas menunjukkan pada suatu pengertian bahwa suatu instrumen cukup dapat dipercaya untuk digunakan sebagai alat pengumpul data.
  • 61. Untuk mengetahui reliabilitas tes uraian digunakan rumus Alpha Cronbach sebagai berikut: (Arikunto, 2005:109) Keterangan: r11 = reliabilitas, n = Jumlah Item Σσi 2 = jumlah varians skor tiap item, σt 2 = varians total.
  • 62. Selanjutnya dalam pemberian interpretasi terhadap koefisien reliabilitas tes ( ) pada umumnya digunakan patokan :  r11 ≤ 0,20 reliabilitas : sangat rendah  0,20 < r11 ≤ 0,40 reliabilitas : rendah  0,40 < r11 ≤ 0,70 reliabilitas : sedang  0,70 < r11 ≤ 0,90 reliabilitas : tinggi  0,90 < r11 ≤ 1,00 reliabilitas : sangat tinggi. Setelah dilakukan analisis reliabilitas dengan menggunakan program SPSS 15 terhadap butir soal yang valid diperoleh r11 = 0,645, yang artinya kedelapan soal ini memiliki reliabilitas yang sedang.
  • 63. F. Teknik Pengumpulan Data Pengumpulan data dalam penelitian ini dilakukan dengan pemberian instrumen penelitian berupa lembar observasi dan tes kemampuan berpikir kreatif matematik berbentuk tes uraian. Observasi dilakukan pada setiap pertemuan yaitu sebanyak delapan kali pertemuan. Pada saat proses pembelajaran dengan menggunakan pendekatan open-ended dan latihan soal terstruktur berlangsung di kelas, maka dilakukan observasi. Hasilnya dipergunakan untuk memperoleh data tentang aktivitas/partisipasi guru dan siswa. Untuk tes kemampuan berpikir kreatif matematik, dilakukan sebanyak dua kali yaitu pada pree test dan post test. Sebelum kegiatan pembelajaran dengan menggunakan pendekatan open-ended dan latihan soal terstruktur dilaksanakan di kelas, maka terlebih dahulu dilakukan pree test mengenai materi bangun datar di kelas kontrol dan di kelas eksperimen untuk mengetahui kemampuan awal berpikir kreatif matematik siswa.
  • 64. Setelah kegiatan pembelajaran dengan pendekatan open-ended dan latihan soal terstruktur dilakukan, maka diadakan post test pada kelas kontrol dan kelas eksperimen untuk mengetahui peningkatan yang diperoleh pada kedua kelas. Kemudian tes tersebut dikerjakan oleh siswa, masing-masing soal yang telah dikerjakan diberikan skor disesuaikan berdasarkan sistematika proses pengerjaannya, serta jenis aspek kemampuan berpikir kreatif matematik yang diberikan dalam soal. Selanjutnya, hasil pekerjaan siswa dikumpulkan oleh peneliti untuk diperiksa dan dikoreksi serta diberi nilai. Nilai dari hasil pekerjaan siswa tersebut sebelumnya telah dikonversi yang kemudian dijadikan data dalam penelitian ini.
  • 65. G. Teknik Pengolahan dan Analisis Data Penelitian eksperimen ini menggunakan dua teknik analisis data yaitu analisis deskriptif dan inferensial. Analisis deskriptif digunakan untuk memperoleh data tentang aktivitas/ partisipasi guru dan siswa. Analisis deskriptif juga dimaksudkan untuk mendeskripsikan kemampuan berpikir kreatif matematik siswa melalui skor rata-rata dari masing-masing sel yang dibentuk oleh pendekatan pembelajaran open-ended dan latihan soal terstruktur dan pendekatan pembelajaran konvensional dan tanpa latihan terstruktur . Analisis inferensial dimaksudkan untuk menguji hipotesis perbedaan kemampuan berpikir kreatif matematik siswa sebelum dan sesudah perlakuan, serta perbedaan kemampuan berpikir kreatif matematik antar siswa yang diajar dengan pendekatan pembelajaran open-ended dan pendekatan pembelajaran konvensional.
  • 66. Data yang akan dianalisis dalam penelitian ini dari skor pretes dan postes kemampuan berpikir kreatif matematik siswa, dihitung N-Gainnya (gain ternormalisasinya), dengan persamaan: 푵 − 푮풂풊풏 = 푺풑풐풔풕 − 푺풑풓풆 푺풎풂풙 − 푺풑풓풆 Keterangan : Spost = Skor postes, Spre = Skor pretes, dan Smax = Skor maksimum yang mungkin dapat diperoleh siswa. Dengan kriteria nilai N-Gain sebagai berikut: Tabel . Kriteria Gain Ternormalisasi (N-Gain) Perolehan N-Gain Kriteria N-Gain > 0,70 Tinggi 0,30 ≤ N-Gain ≤ 0,70 Sedang N-Gain < 0,30 Rendah (Archambault dalam Duda, 2010:32).
  • 67. Perhitungan N-Gain ini dilakukan dengan maksud untuk menghilangkan faktor tebakan siswa dan efek nilai tertinggi sehingga terhindar dari kesimpulan yang bias (Hake dan Heckler dalam Lambertus, 2010:95). Rentang nilai N-Gain adalah 0 sampai dengan 1. Selanjutnya, nilai N-Gain inilah yang diolah, dan pengolahannya disesuaikan dengan permasalahan dan hipotesis yang diajukan. Pengolahan data dalam penelitian ini dilakukan dengan mempergunakan program siap pakai SPSS versi 15.0 melalui : 1. Statistika Deskriptif a. Membuat distribusi frekuensi dan distribusi frekuensi relatif (Sudjana, 2005:46-53) dan klasifikasi Normalized Gain kemampuan berpikir kreatif matematik siswa. b. Menentukan ukuran data statistika, yaitu: banyak data (n), data terbesar (db), data terkecil (dk), rata-rata 푥 , median (Me), modus (Mo), Varians, dan standar deviasi (ds).
  • 68. 2. Uji Prasyarat Analisis a. Uji normalitas Uji normalitas data dimaksudkan untuk mengetahui apakah data yang diperoleh berasal dari populasi yang berdistribusi normal atau tidak. Untuk keperluan ini maka statistik yang digunakan adalah uji Kolmogorov-Smirnov. Adapun langkah-langkah yang diperlukan dalam pengujian ini adalah sebagai berikut: 1) Data hasil pengamatan variabel Y diurutkan mulai dari data yang terkecil sampai data yang terbesar, 2) Menentukan proporsi distribusi frekuensi kumulatif relatif setiap data variabel yang sudah diurutkan dan diberi simbol Fa (Y), 3) Menghitung nilai Z dengan rumus : Keterangan : = skor rata-rata (digunakan ) = standar deviasi (digunakan Sx)
  • 69. 4) Menentukan proporsi distribusi frekuensi kumulatif teoritis (luas daerah di bawah kurva normal) dari variabel Y dinotasikan Fe (Y), 5) Menentukan nilai mutlak dari selisih Fa (Y) dan Fe (Y), yaitu : 6) Membandingkan nilai Dmaks = maks dengan nilai Dtabel pada taraf kesalahan  = 0,05. 7) Kriteria untuk pengambilan keputusan adalah :  Jika Dmaks  Dtabel maka data berasal dari populasi yang berdistribusi normal.  Jika Dmaks > Dtabel maka data berasal dari populasi yang tidak berdistribusi normal (Djarwanto, 1995:50). Pasangan hipotesis : H0 : sampel berasal dari populasi berdistribusi normal H1 : sampel berasal dari populasi berdistribusi tidak normal.
  • 70. b.Uji homogenitas Uji homogenitas data dimaksudkan untuk mengetahui apakah varians data kedua kelompok yang diteliti mempunyai varians yang homogen atau tidak. Pengujian homogenitas varians dilakukan dengan uji-F dengan rumus berikut. 퐹ℎ푖푡 = 푣푎푟푖푎푛푠 푡푒푟푏푒푠푎푟 푣푎푟푖푎푛푠 푡푒푟푘푒푐푖푙 Dalam hal ini berlaku ketentuan, bila harga F hitung lebih kecil atau sama dengan F tabel (Fhit ≤ Ftabel), maka Ho diterima dan H1 ditolak (Fhit>Ftabel). Ho diterima berarti varians homogen (Sugiyono, 2010:140). Pasangan hipotesis: 2 = 휎2 H0 : 휎1 2 2 ≠ 휎2 H1 : 휎1 2. Keterangan: H0= Kedua variansi kelompok data homogen H1= Kedua variansi kelompok data tidak homogen.
  • 71. 3. Uji Hipotesis a. Uji perbedaan rata-rata (uji peningkatan KBKM siswa pada kedua kelas) Untuk menguji perbedaan rata-rata suatu variabel dengan konstanta tertentu atau nilai yang dhipotesiskan. Dalam hal ini untuk mengetahui apakah terdapat peningkatan kemampuan berpikir kreatif matematik (KBKM) siswa setelah diajar dengan menggunakan pendekatan open-ended dan setelah diajar dengan menggunakan pendekatan konvensional, digunakan rumus uji-t satu sampel berikut: t = 푋 − 휇표 푆푑 푛 (Iskandar, 2010:113) Dimana: t = Nilai t yang dihitung 푋 = Rerata nilai gain 휇표 = Nilai yang dihipotesiskan (0,00) Sd = Standar deviasi (simpangan baku) n = Jumlah sampel.
  • 72. Pasangan hipotesis: Untuk kelas eksperimen: H0 : 휇 = 0,00 vs H1 : 휇 > 0,00. Keterangan: 휇 = Rata-rata gain KBKM siswa yang diajar dengan pendekatan pembelajaran open-ended dan latihan soal terstruktur. Untuk kelas kontrol: H0 : 휇 = 0,00 vs H1 : 휇 > 0,00. Keterangan: 휇 = Rata-rata gain KBKM siswa yang diajar dengan pendekatan pembelajaran Konvensional dan tanpa latihan terstruktur. Hipotesis yang diajukan untuk kelas eksperimen : H0 = Tidak terdapat peningkatan kemampuan berpikir kreatif matematik siswa yang signifikan setelah diajar dengan menggunakan pendekatan pembelajaran open-ended dan latihan soal terstruktur. H1 = Terdapat peningkatan kemampuan berpikir kreatif matematik siswa yang signifikan setelah diajar dengan menggunakan pendekatan pembelajaran open-ended dan latihan soal terstruktur.
  • 73. Hipotesis yang diajukan untuk kelas kontrol : H0 = Tidak terdapat peningkatan kemampuan berpikir kreatif matematik siswa yang signifikan setelah diajar dengan menggunakan pendekatan pembelajaran konvensional dan tanpalatihan soal terstruktur.. H1 = Terdapat peningkatan kemampuan berpikir kreatif matematik siswa yang signifikan setelah diajar dengan menggunakan pendekatan pembelajaran konvensional dan tanpa latihan soal terstruktur. b. Uji perbedaan peningkatan KBKM siswa antar kedua kelompok Uji perbedaan peningkatan dengan t-test untuk mengetahui lebih lanjut perbedaan peningkatan KBKM dari pemberian perlakuan pendekatan Open-ended (A=1) dan latihan soal terstruktur (B=1) kontrol yaitu pendekatan pembelajaran konvensional (A=2) dan tanpa latihan soal terstruktur (B=2) secara terpisah terhadap kemampuan berpikir kreatif matematik siswa (Y).
  • 74. Namun, uji lanjutan tersebut hanya dilakukan jika secara keseluruhan signifikan atau signifikan lewat uji F. Untuk menguji perbedaan rata-rata peningkatan kemampuan berpikir matematik siswa kelas eksperimen dan kelas kontrol, digunakan uji beda rata-rata atau uji–t. a. Jika ditemukan data terdistribusi normal dan varians homogen, maka pengujian hipotesis yang digunakan adalah uji perbedaan dua rata-rata atau statistik uji–t dengan Rumus t-test yang digunakan adalah : t hitung = 푋 1−푋 2 푆푔푎푏 1 푛1 1 푛2 + dengan Sgab = 2+(푛2−1)푆2 푛1−1 푆1 2 푛1+푛2−2 (Sudjana, 2005: 239)
  • 75. Keterangan: 푋1 = Rerata gain kelas eksperimen 푋2 = Rerata gain kelas kontrol 푆1 2 = varians kelas eksperimen 푆2 2 = varians kelas kontrol 푛1 = banyaknya subyek kelas eksperimen 푛2 = banyaknya subyek kelas kontrol. Dengan kriteria pengujian: terima H0 jika t < t1-α (tabel) , dimana t1-α diperoleh dari daftar distribusi t dengan dk = (n1 + n2 – 2). Untuk harga-harga t lainnya H0 ditolak (Sudjana, 2005: 243).
  • 76. Pasangan hipotesis: H0: lawan H1: Keterangan: μ1 = Parameter rerata kelompok eksperimen μ2 = Parameter rerata kelompok kontrol. Hipotesis yang diajukan : H0= Kemampuan berpikir kreatif matematik siswa yang diajar dengan menggunakan pendekatan pembelajaran open-ended secara signifikan sama dengan kemampuan berpikir kreatif matematik siswa yang menggunakan pendekatan pembelajaran konvensional. H1= Kemampuan berpikir kreatif matematik siswa yang diajar dengan menggunakan pendekatan pembelajaran open-ended lebih baik secara signifikan peningkatannya dari kemampuan berpikir kreatif matematik siswa yang menggunakan pendekatan pembelajaran konvensional.
  • 77. b. Jika berdistribusi normal dan varians tidak homogen, maka alat uji yang tepat adalah uji t* : (Sudjana, 2005: 243) Keterangan : 푋 1 = Rerata gain kelas eksperimen 푋 2 = Rerata gain kelas kontrol 푆1 2 = Varians kelas eksperimen 푆2 2 = varians kelas kontrol 푛1 = jumlah sampel kelas eksperimen 푛2 = jumlah sampel kelas kontrol. Pengujian dilakukan pada α = 0,05 dengan kriteria pengujian yang berlaku adalah: Terima H0 jika t* ≤ 푊1푡1+푊2푡2 푊1+ 푊2 dengan W1 = 푆2 2 푛2 2 , W2 = 푆1 푛1 , t1 = t(1 – α),(n1– 1) dan t2 = t(1 – α), (n2 – 1) untuk harga-harga t lainnya maka H0 ditolak.
  • 78. c. Jika data tidak normal, maka dilakukan uji-U. Untuk sampel pertama dengan n1 pengamatan dengan rumus: Untuk sampel kedua dengan n2 pengamatan dengan rumus: (Nasir, 1988:471) Keterangan: U = Nilai hitung untuk uji-U n1 = Banyaknya responden dalam kelas eksperimen n2 = Banyaknya responden dalam kelas kontrol R1 =Jumlah nilai yang diperoleh responden dalam kelas eksperimen R2 = Jumlah nilai yang diperoleh responden dalam kelas kontrol. Dengan kriteria pengambilan keputusan adalah: H0 diterima apabila Uhitung = Utabel H0 ditolak apabila Uhitung > Utabel (Nasir, 1988:471).