STRATEGI REACT MENINGKATKAN KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH
1. HUBUNGAN ANTARA KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH DAN STRATEGI
REACT
Kemajuan pembelajaran matematika sekarang belum mampu menciptakan pemetaan
kemampuan siswa di bidang matematika karena aktivitas siswa lebih banyak pada
kegiatan mendengarkan penjelasan guru dan mencatat. Maka dari itu, materi yang
disampaikan oleh guru terkesan kaku dan sulit dipahami oleh siswa. Proses belajar mengajar
masih cenderung teacher centered dibandingkan student centered. Sehingga menyebabkan
kemampuan pemecahan masalah matematika siswa tidak berkembang. Siswa masih belum
terlalu aktif dan tidak mengemukakan semua gagasan dan ide matematika untuk
memecahkan masalah.
Oleh karena itu, maka diperlukan adanya suatu strategi pembelajaran yang tepat
untuk meningkatkan kemampuan siswa dalam memecahkan masalah matematis yang sesuai
dengan tujuan pembelajaran. Strategi pembelajaran yang diharapkan yaitu dapat
mengaktifkan, mengembangkan daya pikir siswa dan memecahkan masalah matematis.
Adapun kriteria strategi yang diharapkan adalah strategi yang dapat :
a. Mengaitkan materi dengan situasi nyata dan pengetahuan awal siswa;
b. Melibatkan siswa dalam pemecahan masalah dan manipulasi alat peraga;
c. Melibatkan siswa untuk belajar secara kooperatif;
d. Memberi kesempatan kepada siswa untuk menemukan sendiri, mengaplikasikan,
dan mentransfer konsep yang dipelajari.
Strategi pembelajaran yang memenuhi kriteria tersebut adalah strategi REACT.
Strategi ini memfokuskan pada pembelajaran yang dikaitkan dengan konteks kehidupan
sehari-hari siswa. Strategi REACT memuat lima komponen,yaitu:
a. Mengaitkan(Relating);
b. Mengalami(Experiencing);
c. Menerapkan(Applying);
d. Bekerjasama(Cooperating);
e. Mentransfer (Transferring).
Strategi REACT memiliki lima strategi penting yang harus dilaksanakan selama proses
pembelajaran yaitu :
1. Relating (Mengaitkan)
Relating adalah belajar dalam konteks pengalaman hidup seseorang atau pengetahuan
yang sudah ada sebelumnya (Crawford,2001:3).Hal ini berarti pembelajaran dimulai dengan
2. cara mengaitkan konsep konsep baru yang akan dipelajari dengan konsep-konsep yang telah
diajarkan.
Seorang guru dikatakan menggunakan strategi relating ketika guru menyampaikan suatu
konsep baru yang asing bagi siswa kemudian dihubungkan dengan informasi atau
pengalaman siswa yang tidak asing lagi. Hal tersebut dapat dilakukan dengan cara
mengajukan pertanyaan-pertanyaan yang nantinya dapat dijawab oleh hampir seluruh siswa.
Pertanyaan yang diajukan selalu dalam fenomena-fenomena yang menarik dan sudah tidak
asing lagi bagi siswa, bukan menyampaikan sesuatu yang abstrak atau fenomena yang berada
diluar jangkauan persepsi, pemahaman, dan pengetahuan para siswa (Suhandru, 2011:28).
Crawford (2001:4) mengemukakan bahwa terdapat penelitian yang menunjukkan
bahwa pembelajaran dengan strategi relating meningkat pada proses belajar, khususnya
ketika guru memberikan instruksi awal berupa pertanyaan yang dikaitkan dengan
pengalaman siswa.
2. Experiencing (Mengalami)
Experiencing adalah strategi membangun suatu konsep yang baru dipelajarinya dengan
cara mengkonsentrasikan pada pengalaman-pengalaman yang terjadi di dalam kelas, baik itu
melalui kegiatan eksplorasi, pencarian, maupun penemuan. Belajar dalam konteks eksplorasi,
pencarian dan penemuan adalah jantung dari pendekatan konstektual (Cord, 1999).
Safutra (2012:16) mengungkapkan bahwa pengalaman-pengalaman tersebut bisa
mencakup penggunaan manipulasi yang dapat membantu siswa membangun konsep abstrak
secara jelas, pemecahan masalah yang mengajari siswa mengenai keterampilan memecahkan
masalah, berpikir analisis, berkomunikasi serta berinteraksi dengan kelompok dan aktivitas
di laboratorium. Melalui kegiatan ini siswa diharapkan dapat bekerja dalam kelompok untuk
mendapatkan data dengan cara pengukuran, menganalisi data, membuat prediksi, dan
kesimpulan. Wahyudi (2012:12) mengemukakan bahwa experiencing menitik beratkan
pembelajaran pada keefektifan siswa.
3. Applying (Menerapkan)
Strategi Applying merupakan strategi pembelajaran dengan cara penggunaan konsep
(Crawford, 2001:8). Penggunaannya dapat dilakukan ketika siswa dihadapkan dalam
kegiatan pemecahan masalah matematika atau kegiatan-kegiatan matematika lainnya. Dalam
hal ini, guru juga dapat memberi motivasi bagi pemahaman konsep dengan pemberian tugas
yang realistis dan relevan.
3. 4. Cooperating (Bekerjasama)
Strategi Cooperating merupakan strategi pembelajaran dalam konteks saling berbagi,
merespon, dan berkomunikasi dengan sesama temannya. (Crawford,2001:11). Pembelajaran
yang dilakukan dengan berdiskusi dipandang memiliki kemampuan untuk membuat siswa
bebas dalam mengemukakan pendapat atau bertukar pikiran kepada temannya. Ketika siswa
diberikan suatu permasalahan, tak jarang siswa mengalami kesulitan dalam menyelesaikan
masalah tersebut secara individu. Bahkan, tak jarang pula banyak siswa yang menyerah
begitu saja jika tidak menemukan solusinya. Dengan pembelajaran secara berkelompok,
melalui kegiatan berbagi, merespon, dan berkomunikasi maka guru telah meminimalisirkan
hal yang seperti diutarakan diatas.
Tidak sedikit hasil penelitian yang menunjukkan bahwa pembelajaran kooperatif atau
kolaboratif memberikan prestasi siswa yang lebih baik daripada pembelajaran dengan
metode tradisional (Crawford, 2001:11). Pembelajaran secara kelompok, tidak menutup
kemungkinan pula bahwa akan adanya siswa yang tidak dapat berpartisipasi dalam proses
kegiatan kelompok, sementara siswa yang lain mendominasi.
5. Transferring (mentransfer)
Safutra (2012:9) mengungkapkan bahwa peran guru dalam pembelajaran dengan
pendekatan konstekstual adalah menciptakan pengalaman belajar mereka yang menfokuskan
pemahaman daripada mengingat. Siswa yang belajar dengan pemahaman juga dapat belajar
untuk mentransfer pengetahuan.
Crawford (2001:14) mendefinisikan transferring sebagai suatu strategi pembelajaran
dimana siswa menghubungkan materi pembelajaran dengan konteks baru dimana siswa
belum pernah melakukannya di dalam kelas. Transferring adalah kemampuan untuk berpikir
dan beragumentasi tentang situasi baru melalui penggunaan pengetahuan.
Strategi REACT memiliki lima komponen yang dapat membantu siswa dalam berpikir
kritis, berpikir kreatif,dan mengkomunikasikan materi matematika dengan baik juga dapat
meningkatkan kemampuan siswa dalam memecahkan masalah matematis. Salah satu
komponen dari Strategi REACT yang sangat berkaitan dengan pemecahan masalah
matematis adalah Strategi Applying. Karena, strategi ini merupakan strategi penerapan atau
penggunaan konsep yang bertujuan untuk melatih kemampuan siswa dalam memecahkan
masalah matematis.
Menurut Sumarmo (2010), kemampuan pemecahan masalah merupakan suatu aktivitas
dan solusi dari suatu masalah belum diketahui atau tidak segera ditemukan. Kemampuan
pemecahan masalah sangat penting artinya bagi siswa dan masa depannya. Para ahli
4. pembelajaran sependapat bahwa kemampuan pemecahan masalah dalam batas-batas
tertentu, dapat dibentuk melalui bidang studi dan disiplin ilmu yang diajarkan (Rosdiana,
2010:16)
Menurut McIntosh (Mahmudi,2008), pemecahan masalah mempunyai berbagai peran
yaitu, sebagai:
1. Konteks (problem solving as a context for doing mathematics) yakni memfungsikan
masalah untuk memotivasi siswa belajar matematika;
2. Keterampilan (problem solving as a skill) yang merujuk pada kemampuan kognitif siswa
dalam menyelesaikan suatu masalah;
3. Seni (problem solving as an art) yakni memandang pemecahan masalah sebagai seni
menemukan (art of discovery).
Tujuan pembelajaran pemecahan masalah matematika adalah untuk mengembangkan
kemampuan siswa untuk menjadi cakap (skillful) dan antusias (enthusiastic) dalam
memecahkan masalah menjadi pemikir yang independen yang mampu menyelesaikan
masalah terbuka (open-ended problem).
Sependapat dengan McIntosh, Branca(Rosdiana, 2010:16) mengemukakan konsep
pemecahan masalah dalam matematika dapat diartikan dengan menggunakan tiga interpretasi
umum, yaitu pemecahan masalah sebagai:
1. Tujuan (goal) menyangkut alasan mengapa matematika itu diajarkan. Oleh karena itu,
dalam interpretasi ini pemecahan masalah bebas dari soal, prosedur,metode,atau konten
khusus. Oleh karena itu, yang menjadi pertimbangan utama adalah bagaimana caranya
menyelesaikan masalah;
2. Proses (process) muncul suatu kegiatan yang dinamis. Misalnya, penggunaan suatu
pengetahuan ke dalam suatu keadaan baru yang memerlukan metode, strategi, prosedur,
dan heuristik yang digunakan siswa dalam menyelesaikan masalah hingga menemukan
jawaban. Pandangan pemecahan masalah sebagai proses ini yang kemudian menjadi fokus
dalam mengembangkan kurikulum matematika tingkat sekolah;
3. Keterampilan Dasar (basic skill) menyangkut dua pengertian yang banyak digunakan
diantaranya adalah :
a. Keterampilan umum yang harus dimiliki siswa dan dievaluasi di tingkat lokal maupun
nasional;
b. Keterampilan minimum yang diperlukan seorang siswa agar dapat menjalankan
fungsinya dalam masyarakat.
5. Menurut Mulia (Rosdiana, 2010:16), indikator yang digunakan dalam pemecahan
masalah antara lain :
1. Mengidentifikasi unsur yang diketahui, yang dinyatakan, dan kecukupan unsur yang
diperlukan;
2. Merumuskan masalah matematika atau menyusun model matematika;
3. Menerapkan strategi penyelesaian berbagai masalah (baik yang sejenis maupun masalah
baru) di dalam atau di luar matematika;
4. Menjelaskan atau menginterpretasikan hasil sesuai dengan permasalahan asal;
5. Menggunakan matematika secara bermakna.
Sejalan dengan Novak, Polya (Rosdiana, 2010:18) mengemukakan ada empat langkah
yang dapat ditempuh dalam pemecahan masalah :
1. Memahami masalah;
a. Apa yang tidak diketahui atau apa yang dinyatakan ?;
b. Data apa yang diberikan ?;
c. Bagaimana kondisi soal ?;
d. Buatlah gambar atau notasi yang sesuai ! .
Langkah-langkah ini sangat penting dilakukan sebagai tahap awal dari pemecahan suatu
masalah agar siswa dapat dengan mudah dalam mencari penyelesaian masalah yang diajukan.
Siswa diharapkan dapat memahami kondisi soal atau masalah meliputi:mengenali soal,
menganalisis soal, dan menerjemahkan informasi yang diketahui dan ditanyakan pada soal
tersebut.
2. Membuat rencana penyelesaian;
a. Perhatikan yang dinyatakan;
b. Jika soal serupa, dapatkah pengalaman yang lama digunakan dalam masalah sekarang
?;
c. Andaikan soal yang baru belum dapat diselesaikan, coba pikirkan soal serupa untuk
menyelesaikan soal baru.
Masalah perencanaan ini penting dilakukan karena pada saat siswa mampu membuat
suatu hubungan dari data yang diketahui dan tidak diketahui maka siswa dapat
menyelesaikannya dari pengetahuan yang diperoleh sebelumnya. Pada tahap ini diharapkan
dapat menggunakan persamaan atau rencana yang diperoleh.
3. Melakukan perhitungan;
a. Laksanakan rencana pemecahan;
b. Periksalah tiap langkah, apakah perhitungannya sudah benar?;
6. c. Apakah siswa dapat membuktikan bahwa langkah yang dipilih sudah benar ?.
Langkah-langkah perhitungan ini penting dilakukan karena pada langkah ini dapat
terlihat apakah siswa paham atau tidak terhadap masalah, disamping itu dapat melihat
apakah siswa dapat menilai penyelesaian yang dibuatnya sudah benar atau belum. Pada tahap
ini siswa telah siap melakukan perhitungan dengan segala macam yang diperlukan termasuk
rumus yang sesuai. Siswa harus dapat membentuk sistematika yang lebih baku dalam arti
rumus-rumus yang akan digunakan merupakan rumus yang siap untuk digunakan sesuai
dengan apa yang dinyatakan soal hingga menuju pada rencana pemecahannya.
4. Memeriksa kembali hasil yang diperoleh, apakah siswa dapat :
a. Memeriksa hasilnya ?;
b. Memeriksa alasannya ?;
c. Memperoleh hasil yang berbeda?;
d. Menggunakan hasil atau metode untuk masalah lainnya?.
Pada tahap ini siswa diharapkan berusaha untuk mengecek kembali dan menelaah
dengan teliti setiap tahap yang telah dilakukan. Dengan demikian kesalahan dan kekeliruan
dalam menyelesaikan soal dapat dihindari dan ditemukan sebelumnya.
Tujuan pembelajaran pemecahan masalah matematika adalah untuk mengembangkan
kemampuan siswa untuk menjadi cakap (skillful) dan antusias (enthusiastic) dalam
memecahkan masalah menjadi pemikir yang independen yang mampu menyelesaikan
masalah terbuka (open-ended problem).
Sesuai dengan pengertian strategi REACT dan tujuan pembelajaran pemecahan masalah
matematika maka dapat ditarik kesimpulan bahwa proses pembelajaran melalui strategi
REACT berakibat pada peningkatan kemampuan pemecahan masalah matematis siswa.
Selain itu juga, salah satu komponen dari Strategi REACT yang sangat berkaitan dengan
pemecahan masalah matematis adalah Strategi Applying. Strategi ini merupakan strategi
penerapan atau penggunaan konsep yang bertujuan untuk melatih kemampuan siswa dalam
memecahkan masalah matematis.
7. DAFTAR PUSTAKA
Ahidiyah,Siti.(2013).Efektivitas Pembelajaran Matematika dengan Strategi REACT terhadap
Kemampuan Pemecahan Masalah Matematika SMP.Skripsi pada Fakultasi Sains dan
Teknologi UIN Sunan Kalijaga.Yogyakarta
Andriatna,R.(2012).Meningkatkan Kemampuan Pemecahan Masalah Matematis Siswa SMA
melalui Menulis Matematika dalam Pembelajaran Berbasis Masalah. Skripsi pada
FPMIPA UPI. Bandung: Tidak diterbitkan.
Crawford, M.L. (2001). Teaching Contextually: Research,Rationa,and Techniques for
Improving Student Motivation and Achievement in Mathematics Sciences.
[Online].Tersedia:http://www.cord.org/contextual-classroom-resources/ [14 Maret
2013].
Fauziah,A. (2010). Peningkatan Kemampuan Pemahaman dan Pemecahan Masalah
Matematik Siswa SMP Melalui Strategi REACT.
.Tersedia:http//www.forumkependidikan.unsri.ac.id/userfiles/ANA20%FAUZIAH.pdf
[8 April 2014]
Huda, N. (2011). Pemecahan Masalah dengan Teknik Polya. [Online]. Tersedia: http://nuril-
hudaspd.blogspot.com/2011/11/pemecahan-masalah-matematika-dengan.html. [6 Maret
2014].
Mahmudi,A. (2008). Pemecahan Masalah dan Berpikir Kreatif.[Online]
Tersedia:http//staff.uny.ac.id/sites/default/files/penelitian/Ali2520Mahmudi,%2520S.Pd,
%2520M.pd,%2520Dr./Makalah%252001%2520KNM%2520UNSRI%25202008%2520
_Pemecahan%2520Masalah%2520%26%2520Berpikir%2520Kreatif.pdf. [2 Oktober
2014].
Mustikawati,Mega.(2013).Penerapan Pembelajaran Matematika dengan Strategi REACT
untuk Meningkatkan Kemampuan Komunikasi Matematis Siswa SMP.Skripsi pada
FPMIPA UPI.Bandung:Tidak diterbitkan.
Rosdiana. (2010). Penggunaan Teknik Problem-Prompting Pada Pembelajaran Matematika
untuk Meningkatkan Kemampuan Pemecahan Masalah Matematis Siswa SMP. Skripsi
pada FPMIPA Bandung:Tidak diterbitkan.
Wahyudi,E.(2012).Penerapan Pembelajaran Matematika melalui Strategi REACT untuk
Meningkatkan Kompetensi Strategis Siswa Kelas X.Skripsi pada FPMIPA
UPI.Bandung:Tidak diterbitkan