SlideShare a Scribd company logo
1 of 28
SEJARAH,
POLA
ISTINBATH
MAZHAB
HANAFI &
MALIKI      Oleh: Hj. Marhamah Saleh, Lc. MA
Manhaj & Penyebaran Mazhab
•   Manhaj Imam Abu Hanifah dalam meng-istinbath hukum: Al-Quran, Sunnah,
    Pendapat Sahabat, Qiyas, Istihsan, Ijma’ dan ‘Urf. Mazhab Hanafi mulai tersebar
    di Kufah, kemudian Baghdad, Mesir, Syam, Persia, Romawi, Yaman, India, China,
    Bukhara, Kaukasus, Afghanistan, Turkistan.
•   Dasar Mazhab Imam Maliki: Al-Quran, Sunnah, Amalan penduduk Madinah, Fatwa
    Sahabat, Qiyas, Mashalih Mursalah, Istihsan, Sadd al-dzarai’, ‘Urf. Mazhab Imam
    Malik tersebar di negeri Hijaz, Mesir, Tunisia, Aljazair, Maroko, Tripoli, Sudan,
    Bashrah dan Baghdad.
•   Sumber hukum Imam Syafi’i: Nash-nash (Al-Quran dan Sunnah), Ijma’, Pendapat
    para sahabat, Qiyas. Penyebaran mazhab Syafi’i di Irak, Mesir, kawasan Khurasan,
    Palestina, Hadramaut (Yaman), Persia, Pakistan, Srilanka, India, Indonesia,
    Australia.
•   Dasar mazhab Hanbali: Nash Al-Quran dan sunnah, Fatwa sahabat yang tidak ada
    penentangnya (belia tidak menamakannya sebagai ijma’, tapi belaiu
    menamakannya wara’), jika sahabat berbeda pendapat maka beliau memilih salah
    satunya jika sesuai dengan Quran dan Sunnah, kemudian menggunakan hadis
    mursal dan hadis dha’if jika tidak ada dalil lain yang menguatkannya dan
    didahulukan daripada qiyas (Hadis Dha’if yang diterima adalah jika orang/rawi
    yang belum mencapai derajat tsiqah tapi tidak sampai dituduh berdusta). Sumber
    lainnya adalah qiyas. Penyebaran mazhab Hanbali: Irak, Mesir, Semenanjung Arab
    dan Syam, dan menjadi mazhab resmi Kerajaan Saudi Arabia.
Ahmad              Shafe‘i         Malik          Abu Hanifah
  ‫أحمد‬               ‫الشافعي‬         ‫مالك‬            ‫أبو حنيفة‬

   Quran             Quran         Quran             Quran
   ‫القرآن‬            ‫القرآن‬         ‫القرآن‬           ‫القرآن‬

  Sunnah            Sunnah        Sunnah             Sunnah
   ‫السنة‬             ‫السنة‬         ‫السنة‬              ‫السنة‬

  Sahaba           Agreement      Sahaba             Sahaba
 ‫قول الصحابي‬         ‫الجماع‬      ‫قول الصحابي‬        ‫قول الصحابي‬

Agreement          Comparison    Agreement         Agreement
  ‫الجماع‬             ‫القياس‬        ‫الجماع‬            ‫الجماع‬
                                  Practice in
Comparison          Sahaba                         Comparison
                                    Medina
     ‫القياس‬        ‫قول الصحابي‬   ‫عمل أهل المدينة‬      ‫القياس‬
  Preserving
  Status Quo
                                 Comparison        Preference
  ‫الستصحاب‬                          ‫القياس‬          ‫الستحسان‬
                                                     Common
General Benefit                  Preference          Practice
 ‫المصالح المرسلة‬                  ‫الستحسان‬            ‫العرف‬
Peta Penyebaran Mazhab
Istilah-istilah Fiqh
•   FARDHU dan WAJIB mempunyai makna yang sama menurut jumhur ulama selain
    kalangan Hanafiyyah. Menurut mazhab Hanafi, pengertian FARDHU adalah
    kewajiban yang dituntut dengan dalil yang Qath’i (pasti), semisal shalat, haji dan
    zakat. Sedangkan WAJIB adalah kewajiban yang dituntut dengan dalil zhanni (ada
    kesamaran) seperti khitan, akikah dll.
•   Jumhur ulama selain kalangan Malikiyyah menyamakan istilah SUNNAH
    dengan mandub, nafilah,mustahab, tathawu’, murghab fih, ihsan, dan husn.
    SUNNAH menurut istilah Hanafiyah adalah sesuatu yang terus dilakukan oleh
    Rasulullah saw. Namun kadang-kadang beliau meninggalkannya tanpa uzur. Mandub
    dan mustahab adalah sesuatu yang beliau tidak terus menerus mengerjakannya,
    meskipun beliau tidak mengerjakannya sesudah menggemarkannya pada orang lain.
•   Menurut Mazhab Hanafi, MAKRUH terbagi menjadi dua, yaitu makruh tahrim dan
    makruh tanzih. Makruh tahrim yaitu makruh yang dilarang dengan dalil yang tidak
    pasti, contohnya : bertunangan dengan tunangan orang lain. Sedangkan makruh
    tanzih yaitu larangan melalui larangan yang tidak pasti dan tidak mengisyaratkan
    adanya hukuman, seperti memakan daging kuda dan berwudhu dari bejana.
    Sedangkan jumhur ulama memandang makruh hanya satu jenis saja.
•   RUKUN menurut ulama Hanafi adalah sesuatu yang kewujudan sesuatu yang lain
    adalah bergantung pada kewujudannya, dan ia merupakan bagian dari hakikat itu.
    Menurut jumhur, RUKUN ialah perkara yang menjadi asas bagi kewujudan sesuatu,
    meskipun ia berada diluar hakikat sesuatu itu.
Imam Abu Hanifah (80 – 150 H.)
Dilahirkan di Kuffah, pada tahun 80 H (699 M). Nama aslinya Nu’mam
 bin Tsabit Bin Zhauth Bin Mah, digelari dengan Abu Hanifah karena
 diantara putra beliau bernama Hanifah. Dalam riwayat yang lain gelar
 tersebut muncul karena ketaatan beliau dalam beribadah, yaitu berasal
 dari bahasa Arab Hanif yang berarti condong kepada yang benar. Ada
 riwayat pula, gelar Abu Hanifah diberikan karena beliau adalah penulis.
 Hanifah menurut bahasa Irak berarti tinta.
Ayahnya keturunan bangsa Persi (Kabul Afganistan) yang menetap di
 Kuffah. Tsabit, ayah dari Abu Hanifah seorang muslim berasal dari
 bangsa Anbar. Ia adaalah seorang pedagang yang kaya dan taat
 beragama, pernah bertemu dengan Ali bin Abi Thalib, lalu sang imam
 mendoakan dan keturunananya dengan kebaikan dan keberkahan.
Abu Hanifah lahir pada masa pemerintahan Islam di tangan Abdul Malik
 bin Marwan, raja Bani Umayyah yang kelima.
Abu Hanifah merupakan imam pertama dari keempat imam dan yang
 paling dahulu lahir juga wafatnya, ia dijuluki Imam A’zham (pemimpin
 terbesar), ia juga dikenal sebagai faqih Irak, dan imam Ar-Ra’y (Imam
 Aliran Rasional).
Pendidikan Abu Hanifah
 Pada masa Abu Hanifah terdapat empat sahabat, mereka
 adalah: Anas bin Malik, Abdullah bin Abu Aufa, Sahl bin Sa’ad
 dan Abu Thufail. Mereka adalah sahabat-sahabat yang paling
 akhir wafat, namun Abu Hanifah tidak berguru kepada mereka.
Murid-murid Abu Hanifah)80-150
                 )H
   Abu Yusuf (113-182 H)

   Muhammad bin Al-Hasan (132-189 H)

   Zufar bin Huthayl (110-158 H)
Metode Ijtihad Imam Abu Hanifah
Sesungguhnya aku mencari hukum di dalam Kitabullah, bila tidak aku
 dapati aku mencarinya dalam hadis yang sahih yang berasal dari orang
 atau perawi-perawi yang tsiqaat. Kalau aku tidak memperolehnya, aku
 berpegang kepada perkataan sahabat, siapa saja di antaranya yang aku
 pilih, dan bila belum kudapati juga, meskipun telah sampai kajianku pada
 perkataan Ibrahim Nakh’iy, Sya’by , Ibnu Sirin, Hasan, ‘Atha’, Sa’id bin
 Musayyab dan beberapa yang lain, maka aku akan berijtihad
 sebagaimana mereka berijtihad”.
Jadi, jika tidak ada dalil dari al-Quran dan Sunnah, Abu Hanifah melihat
 perkataan sahabat yang kemudian diambil pendapat mereka yang sejalan
 dengan pikiran beliau dan ditinggalkan mana yang tidak sesuai. Apabila
 semua sahabat sependapat dalam menetapkan suatu hukum, beliau akan
 mengikuti pendapat itu sepenuhnya.
Akan tetapi, jika pendapat itu dikemukakan oleh Ibrahim Nakh’iy, Sya’by ,
 Ibnu Sirin, Hasan, ‘Atha’, Sa’id bin Musayyab dan beberapa yang lain, dalam
 hal ini Abu Haifah akan berijtihad seperti para imam mujtahid tersebut.
 Artinya, beliau tidak mengambil pendapat tabi’in dan ulama yang sezaman
 dengannya. Dalam berijtihad, Abu Hanifah melakukan dengan metode qiyas,
 istihsan dan ‘urf.
Prinsip-prinsip Ijtihad Imam Abu Hanifah
Lafaz ‘am dalalahnya adalah qath’iy;
Mazhab sahabi dapat men-takhshis yang ‘am bila bertentangan;
Banyak perawi tidak menjamin terhadap kesahihan hadis;
Tidak menerima HADIS AHAD;
Amar sudah pasti menunjukkan wajib selama tidak ada penyanggah;
Bila bertentangan riwayat dan perbuatan seorang perawi, maka yang
 dipegang adalah perbuatan perawi;
Berpegang kepada Istihsan;
Meninggalkan Qiyas jika diperlukan

Abu Hanifah menyatakan :” Istihsan itu sembilan sepersepuluh
 ilmu”. Oleh sebab itulah istihsan mendominasi dalam ijtihad mazhab
 Hanafi.
Skema Hadis Ahad
           Single Narration ‫الحاد‬


                  ‫)ص‬    ‫(رسول ال‬
              The Prophet PBUH


                         ‫صحابي‬
                       Companion


                         ‫تابعي‬
                       Follower

                         ‫راوي‬
                       Narrator

  ‫راوي‬       ‫راوي‬        ‫راوي‬        ‫راوي‬       ‫راوي‬
Narrator   Narrator    Narrator    Narrator   Narrator

  ‫راوي‬       ‫راوي‬        ‫راوي‬        ‫راوي‬       ‫راوي‬
Narrator   Narrator    Narrator    Narrator   Narrator
Terminologi ISTIHSAN (‫(إستحسان‬
• Istihsan berasal dari kata ‫ إس تحسن – يس تحسن – إستحسانا‬yang
     berarti “mencari kebaikan”. Istihsan juga berarti “sesuatu
     yang dianggap baik”, diambil dari kata al-husnu (baik).
• Secara terminologi, Imam Abu Hasan al-Karkhi mengatakan
     bahwa istihsan ialah “penetapan hukum dari seorang
     mujtahid terhadap suatu masalah yang menyimpang dari
     ketetapan hukum yang diterapkan pada masalah-masalah
     yang serupa, karena ada alasan yang lebih kuat yang
     menghendaki dilakukannya penyimpangan itu.”
• DASAR ISTIHSAN: QS. al-Zumar: 17-18 disebutkan:
* ‫• َاّ ِينَ اجْ َ َ ُوا ال ّا ُوتَ َنْ َعْ ُ ُوهَا ََ َا ُوا ِلَى ا ِّ َ ُ ُ الْ ُشْ َى َ َ ّر ِ َا ِي‬
       ‫وأن ب إ ل لهم ب ر فبش ْ عب د‬                             ‫أ ي بد‬            ‫تنب ط غ‬                 ‫و لذ‬
 ‫بب‬
 ِ ‫اّ ِي َ َسْ َ ِ ُو َ الْ َو َ َ َ ّ ِ ُو َ أَحْ َ َ ُ ُو َ ِ َ اّ ِي َ َ َا ُم ا ُ َُو َ ِ َ ُمْ ُوُو اللْ َا‬
            ‫لذ ن ي تمع ن ق ْل فيتبع ن سنه أ لئك لذ ن هد ه ُ ّ وأ لئك ه أ ل‬
                              ‫ل‬
    Dan orang-orang yang menjauhi thaghut (yaitu) tidak menyembahnya dan
    kembali kepada Allah, bagi mereka berita gembira; sebab itu sampaikanlah
    berita itu kepada hamba-hamba-Ku, yang mendengarkan perkataan lalu
    mengikuti apa yang paling baik di antaranya. Mereka itulah orang-orang yang
    telah diberi Allah petunjuk, mereka itulah orang-orang yang mempunyai akal.
• Rasul Saw juga bersabda: ‫مارءاه المسلمون حسن ً فهو عند ال حسن‬
                                          ‫ا‬
Ikhtilaf Mengenai Istihsan
• Mazhab Hanafi, Maliki dan Hanbali berpendapat bahwa istihsan
  dapat dijadikan landasan dalam menetapkan hukum, dengan
  menggunakan dalil-dalil yang menjadi dasar istihsan.
• Imam Syafi’i menolak istihsan sebagai landasan hukum. Menurut
  beliau, menetapkan hukum berlandaskan istihsan sama dengan
  membuat-buat syariat baru dengan hawa nafsu. QS. Al-Maidah: 49.
   ‫• ََ ِ احْ ُمْ َيْ َ ُمْ ِ َا َنْ َ َ ا ُ َل َ ّ ِعْ َهْ َا َ ُمْ َاحْ َرْ ُمْ َنْ َفْ ِ ُو َ َنْ َعْ ِ َا َنْ َ َ ال‬
   ّ
   ُ ‫وأن ك ب نه بم أ زل ّ و تتب أ و ءه و ذ ه أ ي تن ك ع ب ض م أ زل‬               ‫ل‬
   ‫إل ك فإ تول ف ل أنم ير د ّ أ يص به بب ض ذن به وإن كث ر من ن س لف سق ن‬
   َ ‫َِيْ َ َ ِنْ َ َّوْا َاعَْمْ َ ّ َا ُ ِي ُ ا ُ َنْ ُ ِي َ ُمْ ِ َعْ ِ ُ ُو ِ ِمْ َِ ّ َ ِي ًا ِ َ ال ّا ِ َ َا ِ ُو‬
                                                                           ‫ل‬
    Dan hendaklah kamu memutuskan perkara di antara mereka menurut apa yang
    diturunkan Allah, dan janganlah kamu mengikuti hawa nafsu mereka. Dan
    berhati-hatilah kamu terhadap mereka, supaya mereka tidak memalingkan
    kamu dari sebahagian apa yang telah diturunkan Allah kepadamu. Jika mereka
    berpaling (dari hukum yang telah diturunkan Allah), maka ketahuilah bahwa
    sesungguhnya Allah menghendaki akan menimpakan musibah kepada mereka
    disebabkan sebahagian dosa-dosa mereka. Dan sesungguhnya kebanyakan
    manusia adalah orang-orang yang fasik.
    Ayat ini memerintahkan manusia untuk mengikuti petunjuk Allah Swt
    dan RasulNya, dan larangan mengikuti kesimpulan hawa nafsu. Hukum
    yang dibentuk melalui istihsan adalah kesimpulan hawa nafsu, jadi
    tidak sah dijadikan landasan hukum.
ISTISHHAB
• Kata istishhab secara etimologi berarti “meminta ikut serta
  secara terus-menerus”. Secara terminologi, istishhab ialah
  “menganggap tetapnya status sesuatu seperti keadaannya
  semula, selama belum terbukti ada sesuatu yang
  mengubahnya.
• Contoh istishhab: Seseorang yang diketahui masih hidup
  pada masa tertentu, tetap dianggap hidup pada masa
  sesudahnya selama belum terbukti bahwa ia telah wafat.
  Begitupula seseorang yang telah berwudhu’, jika ia ragu,
  dianggap tetap wudhu’nya selama belum terjadi hal yang
  membuktikan batal wudhu’nya.
Ikhtilaf Ulama Mengenai Istishhab
• Para ulama Ushul Fiqh sepakat bahwa tiga macam istishhab (point
   pertama hingga ketiga) adalah sah dijadikan landasan hukum.
• Mereka berbeda pendapat pada jenis istishhab al-washf:
3. Kalangan Hanabilah dan Syafi’iyah berpendapat bahwa istishhab al-
   washf dapat dijadikan landasan hukum secara penuh, baik dalam
   menimbulkan hak yang baru maupun dalam mempertahankan
   haknya yang sudah ada. Misalnya, seseorang yang hilang tidak
   ketahuan rimbanya, tetap dianggap hidup sampai ada bukti bahwa
   ia telah wafat. Jadi harta dan istrinya masih dianggap
   kepunyaannya, dan jika ahli warisnya wafat, dia turut mewarisi harta
   peninggalan dan kadar pembagiannya langsung dinyatakan sebagai
   hak miliknya.
4. Kalangan Hanafiyah dan Malikiyah berpendapat bahwa istishhab al-
   washf hanya berlaku untuk mempertahankan haknya yang sudah
   ada, bukan untuk menimbulkan hak yang baru. Dalam contoh orang
   hilang tsb meskipun harta dan istrinya masih dianggap sebagai
   kepunyaannya, tapi jika ada hali waris yang wafat maka khusus
   kadar bagiannya disimpan dan belum dapat dinyatakan sebagai
   haknya sampai terbukti ia hidup.
MASHLAHAH MURSALAH
• Kata mashlahah menurut bahasa berarti “manfaat”. Kata mursalah
  berarti “lepas”. Secara istilah, menurut Abdul Wahab Khalaf,
  mashlahah mursalah berarti “sesuatu yang dianggap mashlahat
  namun tidak ada ketegasan hukum untuk merealisasikannya dan
  tidak ada pula dalil tertentu baik yang mendukung maupun yang
  menolaknya”, sehingga disebut mashlahat yang lepas.
• MACAM-MACAM MASHLAHAH:
• Al-mashlalah al-mu’tabarah, yaitu mashlahah yang secara tegas
  diakui syariat dan telah ditetapkan ketentuan2 hukum untuk
  merealisasikannya. Misal: Diwajibkan hukum qishash untuk
  menjaga kelestarian jiwa, ancaman hukuman zina bertujuan untuk
  memelihara kehormatan dan keturunan, dsb.
• Al-mashlahah al-mulghah, yaitu sesuatu yang dianggap mashlahah
  oleh akal pikiran, tetapi dianggap palsu karena kenyataannya
  bertentang dengan ketentuan syariat. Misal: ada asumsi
  menyamakan pembagian warisan anak laki-laki dan wanita adalah
  mashlahah, padahal itu bertentang dengan QS. Al-Nisa`: 11.
• Al-Mashlahah al-mursalah. Banyak terdapat dalam masalah-
  masalah muamalah. Misal: Peraturan dan rambu lalu lintas.
Ikhtilaf Ulama pada Mashlahah
• Para ulama Ushul Fiqh sepakat bahwa mashlahah mursalah
   tidak sah menjadi landasan hukum dalam BIDANG IBADAH,
   karena bidang ibadah harus diamalkan sebagaimana adanya
   diwariskan oleh Rasul Saw, makanya bidang ibadah tidak
   berkembang.
• Mereka berbeda pendapat dalam bidang muamalah.
3. Kalangan Zahiriyah, sebagian Syafi’iyah dan hanafiyah tidak
   mengakui mashlahah mursalah sebagai landasan pembentukan
   hukum, karena menganggap syariat Islam tidak lengkap dengan
   asumsi ada mashlalah yang belum tertampung dalam hukum-
   hukumnya.
4. Kalangan hanafiyah dan Malikiyah serta sebagian Syafi’iyah
   berpendapat bahwa mashlahah mursalah secara sah dapat
   dijadikan landasan penetapan hukum. Alasannya, kebutuhan
   manusia selalu berkembang, yang tidak mungkin semuanya
   dirinci Quran dan sunnah, selama tidak bertentangan dengan
   Quran dan sunnah maka mashlahah mursalah dapat diterima.
• Al-’Urf al-’am yaitu adat
Macam-macam                   kebiasaan mayoritas dari
                              berbagai negeri di satu masa.
                              Seperti ucapan engkau telah
‘Urf (Adat)                   haram aku gauli sebagai ucapan
                              talak kepada istri.
                              • Al-’Urf al-Khash yaitu adat yang
          ‫العرف‬               berlaku pada masyarakat atau
                              negeri tertentu. Seperti kebiasaan
                              masyarakat Irak menggunakan
                              kata al-dabbah hanya kepada
                              kuda.
‫العرف العام‬    ‫العرف الخاص‬    • Adat yang benar (shahih) yaitu
                              suatu hal baik yg menjadi
                              kebiasaan suatu masyarakat,
                              seperti anggapan bahwa apa yg
                              diberikan pihak laki-laki kepada
                              calon istri ketika khitbah dianggap
          ‫العرف‬               hadiah, bukan mahar.
                              • Adat yang salah (fasid) yaitu
                              sesuatu yang menjadi adat yang
                              sampai menghalalkan yang
‫العرف الصحيح‬   ‫العرف الفاسد‬   diharamkan Allah atau
                              sebaliknya. Seperti tari perut di
                              Mesir saat pesta perkawinan.
IJMA‘

  Secara etimologi, ijma’ berarti “kebulatan tekad terhadap suatu
  persoalan”, atau “kesepakatan tentang suatu masalah”. Secara
  terminologi, menurut ‘Abdul Karim Zaidan, ijma’ adalah
  “kesepakatan para mujtahid dari kalangan umat Islam tentang
  hukum syara’ pada satu masa setelah Rasulullah Saw wafat”.
  Para ulama sepakat bahwa ijma’ sah dijadikan sebagai dalil
  hukum. Ada ikhtilaf mengenai jumlah pelaku kesepakatan
  sehingga dapat dianggap ijma’. Menurut mazhab Maliki,
  kesepakatan sudah dianggap ijma’ meskipun hanya merupakan
  kesepakatan penduduk Madinah (ijma’ ahl al-madinah). Menurut
  Syi’ah, ijma’ adalah kesepakatan para imam di kalangan mereka.
  Menurut jumhur, ijma’ sudah dianggap sah dengan adanya
  kesepakatan dari mayoritas ulama mujtahid.


 Presented by Marhamah Saleh
Macam-macam Ijma‘                                        IJMA’



                                          IJMA’ SHARIH        IJMA’ SUKUTI
                                             (TEGAS)             (DIAM)

  Ijma’ sharih adalah kesepakatan tegas dari para ulama mujtahid dimana
  masing-masing mujtahid menyatakan persetujuannya secara tegas terhadap
  kesimpulan hukum.
  Ijma’ sukuti adalah bahwa sebagian ulama menyatakan pendapatnya,
  sedangkan ulama mujtahid lainnya hanya diam tanpa komentar.
  Menurut Imam Syafi’i dan kalangan Mailikiyah, ijma’ sukuti tidak dapat dijadikan
  landasan pembentukan hukum. Karena diamnya sebagian ulama belum tentu
  menandakan setuju, bisa jadi disebabkan takut kepada penguasa bilamana
  pendapat itu telah didukung penguasa, atau boleh jadi disebabkan merasa
  sungkan menentang pendapat mujtahid karena dianggap lebih senior.
  Menurut Hanafiyah dan Hanabilah, ijma’ sukuti sah dijadikan sumber hukum,
  karena diamnya sebagian ulam dipahami sebagai persetujuan. Jika mereka
  tidak setuju dan memandangnya keliru, pasti secara tegas menentangnya.



 Presented by Marhamah Saleh
QIYAS (ANALOGI)

  Secara bahasa, qiyas berarti “mengukur sesuatu dengan
  sesuatu yang lain untuk diketahui adanya persamaan
  antara keduanya”.
  Secara istilah, DR. Wahbah al-Zuhaili mendefinisikan:

                                            ‫فى علة الحكم‬
  Qiyas adalah: Menghubungkan (menyamakan hukum)
  sesuatu yang tidak ada ketentuan hukumnya, dengan
  sesuatu yang ada ketentuan hukumnya, karena ada
  persamaan ‘illat antara keduanya.



 Presented by Marhamah Saleh
Rukun Qiyas
     Qiyas dianggap sah jika lengkap rukun-rukunnya. Ada 4 rukun qiyas:
     ‫( الصل‬pokok tempat meng-qiyaskan sesuatu), yaitu masalah yang telah
     ditetapkan hukumnya, baik dalam al-Quran atau dalam sunnah. ‫الصل‬
     disebut juga ‫( المقيس عليه‬yang menjadi ukuran). Misalnya khamer
     ditegaskan dalam QS. Al-Maidah: 90
   ‫م ر س م عمل ش ط ن ف تنب ه‬
   ُ ‫َا َ ّ َا اّ ِي َ آ َ ُوا ِ ّ َا الْخمْ ُ َالْ َيْ ِ ُ َالنْ َا ُ َالزْل ُ ِجْ ٌ ِنْ َ َ ِ ال ّيْ َا ِ َاجْ َ ِ ُو‬
                                                    ‫ي أيه لذ ن من إنم َ ر و م سر و ص ب و‬
4. Adanya ‫ حكم الصل‬yaitu hukum syara’ yang terdapat pada ‫ الصل‬yang
   hendak ditetapkan pada ‫( الفرع‬cabang) dengan jalan qiyas. Misalnya
   hukum haramnya khamer.
5. Adanya cabang (‫ (الفرع‬yaitu sesutau yang tidak ada ketegasan
   hukumnya dalam Quran, sunnah atau ijma’, yang hendak ditemukan
   hukumnya melalui qiyas. Misalnya hukum wisky, bir.
6. ‘illat (‫ (علة‬yang merupakan inti bagi praktik qiyas, yaitu suatu sifat yang
   ada pada ashal dan sifat itu yang dicari pada fara'. Seandainya sifat
   ada pula pada fara', maka persamaan sifat itu menjadi dasar untuk
   menetapkan hukum fara' sama dengan hukum ashal.

  Presented by Marhamah Saleh
Imam Malik (93 – 179 H.)
 Imam Malik dilahirkan dikota Dzu al-Muruwah di selatan kota
 Madinah, lalu pindah ke Aqiq dan kemudian pindah ke Madinah,
 menurut riwayat beliau dilahirkan di Madinah pada tahun 93 H .
 Beliau bernama asli Malik bin Anas bin Malik bin Abu Amir bin Amr
 bin Ghaimah bin Khutsail bin Amr bi Harits. Ia termasuk dari bani
 Taim bin Murrah.
 Kakek keduanya, Abu Amir bin Amr adalah seorang sahabat
 Rasulullah SAW, sedangkan kakek pertamanya, Malik bin Abu Amir
 adalah salah satu tokoh Tabi’in.
 Mazhab Maliki ini tersebar dan diikuti di berbagai wilayah seperti
 Tunisia, Aljazair, Maroko, Spanyol dan Mesir.
Guru Imam Malik
 Imam Malik berguru kepada banyak guru diantaranya adalah
 Abdurrahman ibnu hurmuz, Rabi’ah bi Abdurrahman Farrukh, Ati’
 budak Abdullah bin Umar, Ja’far bin Muhammad Baqir,
 Muhammad bin Muslim Az-Zuhri, Abdurrahman Dzakwan, Yahya
 bin Sa’id Al-Anshari, Abu hazim Salamah bin Dinar, dan guru-
 gurunya yang lain dari kalangan tabi’in, seperti yang di ungkapkan
 oleh An-Nawawi.
 Imam malik menurut riwayat An-Nawawi bahwa imam Malik
 berguru kepada pada 900 guru, 300 dari kalangan tabi’in, dan 600
 dari kalangan tabi’it tabi’in yang terdiri dari ulama yang ia pilih, ia
 akui agamanya, fiqihnya, pemenuhan kewajiban periwayatan dan
 syarat-syaratnya, serta ia percaya.
Metode Ijtihad Imam Malik
  Dalam merumuskan hukum-hukum yang bersumber dari al-Quran
  dan al-hadis, Imam Malik menggunakan metode sebagai berikut:
a) tidak seketat Abu Hanifah dalam menerima hadis. Jika Abu Hanifah
  hanya menerima hadis kalau hadis itu mutawatir atau paling tidak
  pada tingkatan masyhur, Imam Malik hanya menerima hadis ahad
  bahkan hadis ahad yang mursal asal periwayatannya orang yang
  terpercaya. Hadis ahad juga lebih diutamakan daripada qiyas,
  sehingga ia lebih banyak menggunakan hadis daripada ra’yu;
b) ‘Amal ahl al-Madinah (praktik masyarakat Madinah), karena mereka
  dianggap orang yang paling tahu tentang al-Quran dan penjelasan-
  penjelasan Rasulullah;
c) Pernyataan sahabat (qaul al-shahabi). Menurut Imam Malik, jika
  tidak ada hadis sahih dari Nabi saw yang dapat digunakan untuk
  memecahkan suatu masalah, maka pernyataan sahabat dapat
  dijadikan sumber hukum. Pendapat ini didasarkan pada pandangan
  bahwa para sahabat lebih memahami pengertian yang tersirat
  maupun tujuan ayat, karena mereka menyaksikan sendiri turunnya
  al-Quran dan mendengar langsung penjelasan Rasulullah s.a.w.)
Metode Ijtihad Imam Malik
d) Al-Mashlahat al-Mursalah, yaitu mempertimbangkan kepentingan
   umum terhadap suatu permasalahan hukum yang secara eksplisit
   tidak terdapat dalam al-Quran dan al-hadis baik yang mendukung
   maupun yang menolak. Tujuannya adalah untuk menarik
   kemanfaatan (jalb al-manfa’ah) dan menghindari madarat (daf’ al-
   madharrah);
e) Al-zari’ah, yaitu mempertimbangkan perkataan dan perbuatan yang
   menyebabkan terjadinya perbuatan lain. Perbuatan yang
   mengantarkan pada perbuatan haram, hukumnya haram, sedang
   perbuatan yang mengantarkan pada perbuatan halal hukumnya juga
   halal;
f) Qiyas. Apabila suatu masalah tidak ditemukan ketentuannya dalam
   al-Quran, al-hadis, perkataan sahabat atau ijma’ ahl al-Madinah
   maka Imam Malik memutuskan masalah tersebut dengan qiyas, yaitu
   menyemakan suatu peristiwa yang belum ada ketentuan hukumnya
   dengan sesuatu yang jelas hukumnya karena keduanya ada
   persamaan illat.
‫الدلة الفقهية في المذهب المالكي‬Sources of Maliki School
                                 Quran
                                 ‫القرآن‬

                                Sunnah
                                 ‫السنة‬

                                Sahaba
                               ‫قول الصحابي‬

                               Agreement
                                 ‫الجماع‬

                                Practice in
                                 Medina
                               ‫عمل أهل المدينة‬

                               Comparison
                                  ‫القياس‬
                                 Common
            General Benefit      Practice        Preference
             ‫المصالح المرسلة‬                      ‫الستحسان‬
                                   ‫العرف‬
The End

More Related Content

What's hot

05.3 HUKUM JUAL BELI SALAM & ISTISHNA
05.3 HUKUM JUAL BELI SALAM & ISTISHNA05.3 HUKUM JUAL BELI SALAM & ISTISHNA
05.3 HUKUM JUAL BELI SALAM & ISTISHNAfissilmikaffah1
 
Presentasi Fiqh 11 (Nikah)
Presentasi Fiqh 11 (Nikah)Presentasi Fiqh 11 (Nikah)
Presentasi Fiqh 11 (Nikah)Marhamah Saleh
 
Fiqih Zakat Fitrah Dan Zakat Uang
Fiqih Zakat Fitrah Dan Zakat UangFiqih Zakat Fitrah Dan Zakat Uang
Fiqih Zakat Fitrah Dan Zakat UangMaulanaFirdaus19
 
Presentasi Istihsan
Presentasi IstihsanPresentasi Istihsan
Presentasi IstihsanHestifidiah
 
Istihsan (استحسان)
Istihsan (استحسان)Istihsan (استحسان)
Istihsan (استحسان)Nana Cahmaxcy
 
Kedudukan dan Fungsi Hadits
Kedudukan dan Fungsi HaditsKedudukan dan Fungsi Hadits
Kedudukan dan Fungsi HaditsFakhri Cool
 
Istihsan, urf, istishab, marsalah mursalah
Istihsan, urf, istishab, marsalah mursalahIstihsan, urf, istishab, marsalah mursalah
Istihsan, urf, istishab, marsalah mursalahrisky13
 
Keistimewaan al-Qur'an
Keistimewaan al-Qur'anKeistimewaan al-Qur'an
Keistimewaan al-Qur'anIdrus Abidin
 
'urf, syar'u man qablana
'urf, syar'u man qablana'urf, syar'u man qablana
'urf, syar'u man qablanaMarhamah Saleh
 
Ushul Fiqh - Syara man Qoblana
Ushul Fiqh - Syara man QoblanaUshul Fiqh - Syara man Qoblana
Ushul Fiqh - Syara man QoblanaRendra Fahrurrozie
 
Muhkam Mutasyabih
Muhkam MutasyabihMuhkam Mutasyabih
Muhkam Mutasyabihqoida malik
 
pengantar hukum ekonomi syariah
pengantar hukum ekonomi syariahpengantar hukum ekonomi syariah
pengantar hukum ekonomi syariahNeyna Fazadiq
 
Makalah sewa menyewa dan upah mengupah
Makalah sewa menyewa dan upah mengupahMakalah sewa menyewa dan upah mengupah
Makalah sewa menyewa dan upah mengupahRobet Saputra
 
Presentasi Ushul Fiqh (Hukum Taklifi & Wadh'i)
Presentasi Ushul Fiqh (Hukum Taklifi & Wadh'i)Presentasi Ushul Fiqh (Hukum Taklifi & Wadh'i)
Presentasi Ushul Fiqh (Hukum Taklifi & Wadh'i)Marhamah Saleh
 

What's hot (20)

Tasyri' abad 2-4 H.
Tasyri' abad 2-4 H.Tasyri' abad 2-4 H.
Tasyri' abad 2-4 H.
 
Metodologi tafsir
Metodologi tafsirMetodologi tafsir
Metodologi tafsir
 
Hari Raya Idul Fitri dan Idul Adha
Hari Raya Idul Fitri dan Idul AdhaHari Raya Idul Fitri dan Idul Adha
Hari Raya Idul Fitri dan Idul Adha
 
05.3 HUKUM JUAL BELI SALAM & ISTISHNA
05.3 HUKUM JUAL BELI SALAM & ISTISHNA05.3 HUKUM JUAL BELI SALAM & ISTISHNA
05.3 HUKUM JUAL BELI SALAM & ISTISHNA
 
Presentasi Fiqh 11 (Nikah)
Presentasi Fiqh 11 (Nikah)Presentasi Fiqh 11 (Nikah)
Presentasi Fiqh 11 (Nikah)
 
04.1 KONSEP AKAD
04.1 KONSEP AKAD04.1 KONSEP AKAD
04.1 KONSEP AKAD
 
Fiqih Zakat Fitrah Dan Zakat Uang
Fiqih Zakat Fitrah Dan Zakat UangFiqih Zakat Fitrah Dan Zakat Uang
Fiqih Zakat Fitrah Dan Zakat Uang
 
Presentasi Istihsan
Presentasi IstihsanPresentasi Istihsan
Presentasi Istihsan
 
Pengantar Ushul Fikih
Pengantar Ushul FikihPengantar Ushul Fikih
Pengantar Ushul Fikih
 
Istihsan (استحسان)
Istihsan (استحسان)Istihsan (استحسان)
Istihsan (استحسان)
 
Kedudukan dan Fungsi Hadits
Kedudukan dan Fungsi HaditsKedudukan dan Fungsi Hadits
Kedudukan dan Fungsi Hadits
 
Istihsan, urf, istishab, marsalah mursalah
Istihsan, urf, istishab, marsalah mursalahIstihsan, urf, istishab, marsalah mursalah
Istihsan, urf, istishab, marsalah mursalah
 
Keistimewaan al-Qur'an
Keistimewaan al-Qur'anKeistimewaan al-Qur'an
Keistimewaan al-Qur'an
 
'urf, syar'u man qablana
'urf, syar'u man qablana'urf, syar'u man qablana
'urf, syar'u man qablana
 
Ushul Fiqh - Syara man Qoblana
Ushul Fiqh - Syara man QoblanaUshul Fiqh - Syara man Qoblana
Ushul Fiqh - Syara man Qoblana
 
Muhkam Mutasyabih
Muhkam MutasyabihMuhkam Mutasyabih
Muhkam Mutasyabih
 
Ppt hadits
Ppt haditsPpt hadits
Ppt hadits
 
pengantar hukum ekonomi syariah
pengantar hukum ekonomi syariahpengantar hukum ekonomi syariah
pengantar hukum ekonomi syariah
 
Makalah sewa menyewa dan upah mengupah
Makalah sewa menyewa dan upah mengupahMakalah sewa menyewa dan upah mengupah
Makalah sewa menyewa dan upah mengupah
 
Presentasi Ushul Fiqh (Hukum Taklifi & Wadh'i)
Presentasi Ushul Fiqh (Hukum Taklifi & Wadh'i)Presentasi Ushul Fiqh (Hukum Taklifi & Wadh'i)
Presentasi Ushul Fiqh (Hukum Taklifi & Wadh'i)
 

Viewers also liked

Pengantar perbandingan mazhab
Pengantar perbandingan mazhabPengantar perbandingan mazhab
Pengantar perbandingan mazhabMarhamah Saleh
 
Contoh bahasan fiqh muqaran
Contoh bahasan fiqh muqaranContoh bahasan fiqh muqaran
Contoh bahasan fiqh muqaranMarhamah Saleh
 
ikhtilaf, Sebab Ikhtilaf ahlu ra’yi & ahlu hadis
ikhtilaf, Sebab Ikhtilaf ahlu ra’yi & ahlu hadisikhtilaf, Sebab Ikhtilaf ahlu ra’yi & ahlu hadis
ikhtilaf, Sebab Ikhtilaf ahlu ra’yi & ahlu hadisMarhamah Saleh
 
Daftar Pertanyaan Ushul Fiqh
Daftar Pertanyaan Ushul FiqhDaftar Pertanyaan Ushul Fiqh
Daftar Pertanyaan Ushul FiqhSuya Yahya
 
Makalah perbandingan madzhab
Makalah perbandingan madzhabMakalah perbandingan madzhab
Makalah perbandingan madzhabAhmad Zuhdi
 
fiqh muamalah kontemporer (wadi'ah rahn qardh)
fiqh muamalah kontemporer (wadi'ah rahn qardh)fiqh muamalah kontemporer (wadi'ah rahn qardh)
fiqh muamalah kontemporer (wadi'ah rahn qardh)Marhamah Saleh
 
Syari’at, fiqh, dan ushul fiqh
Syari’at, fiqh, dan ushul fiqh Syari’at, fiqh, dan ushul fiqh
Syari’at, fiqh, dan ushul fiqh Jingga Matahari
 
Kuliah pengantar fiqh pai 2010
Kuliah pengantar fiqh pai 2010Kuliah pengantar fiqh pai 2010
Kuliah pengantar fiqh pai 2010Marhamah Saleh
 
Presentasi Ushul Fiqh (Ta'rif, Tarikh, Mashadir)
Presentasi Ushul Fiqh (Ta'rif, Tarikh, Mashadir)Presentasi Ushul Fiqh (Ta'rif, Tarikh, Mashadir)
Presentasi Ushul Fiqh (Ta'rif, Tarikh, Mashadir)Marhamah Saleh
 

Viewers also liked (12)

Pengantar perbandingan mazhab
Pengantar perbandingan mazhabPengantar perbandingan mazhab
Pengantar perbandingan mazhab
 
Contoh bahasan fiqh muqaran
Contoh bahasan fiqh muqaranContoh bahasan fiqh muqaran
Contoh bahasan fiqh muqaran
 
ikhtilaf, Sebab Ikhtilaf ahlu ra’yi & ahlu hadis
ikhtilaf, Sebab Ikhtilaf ahlu ra’yi & ahlu hadisikhtilaf, Sebab Ikhtilaf ahlu ra’yi & ahlu hadis
ikhtilaf, Sebab Ikhtilaf ahlu ra’yi & ahlu hadis
 
Daftar Pertanyaan Ushul Fiqh
Daftar Pertanyaan Ushul FiqhDaftar Pertanyaan Ushul Fiqh
Daftar Pertanyaan Ushul Fiqh
 
Makalah perbandingan madzhab
Makalah perbandingan madzhabMakalah perbandingan madzhab
Makalah perbandingan madzhab
 
3. makalah fauziyati
3. makalah fauziyati3. makalah fauziyati
3. makalah fauziyati
 
9. metode instinbath
9. metode instinbath9. metode instinbath
9. metode instinbath
 
Ushul fiqh
Ushul fiqhUshul fiqh
Ushul fiqh
 
fiqh muamalah kontemporer (wadi'ah rahn qardh)
fiqh muamalah kontemporer (wadi'ah rahn qardh)fiqh muamalah kontemporer (wadi'ah rahn qardh)
fiqh muamalah kontemporer (wadi'ah rahn qardh)
 
Syari’at, fiqh, dan ushul fiqh
Syari’at, fiqh, dan ushul fiqh Syari’at, fiqh, dan ushul fiqh
Syari’at, fiqh, dan ushul fiqh
 
Kuliah pengantar fiqh pai 2010
Kuliah pengantar fiqh pai 2010Kuliah pengantar fiqh pai 2010
Kuliah pengantar fiqh pai 2010
 
Presentasi Ushul Fiqh (Ta'rif, Tarikh, Mashadir)
Presentasi Ushul Fiqh (Ta'rif, Tarikh, Mashadir)Presentasi Ushul Fiqh (Ta'rif, Tarikh, Mashadir)
Presentasi Ushul Fiqh (Ta'rif, Tarikh, Mashadir)
 

Similar to ISTIHSAN

Hadis 40 imam an-nawawi..
Hadis 40   imam an-nawawi..Hadis 40   imam an-nawawi..
Hadis 40 imam an-nawawi..Mohd Mokri
 
SUMBER AJARAN ISLAM.ppt
SUMBER AJARAN ISLAM.pptSUMBER AJARAN ISLAM.ppt
SUMBER AJARAN ISLAM.pptJimatul Arrobi
 
pai-3-sumber-ajaran-islam.ppt
pai-3-sumber-ajaran-islam.pptpai-3-sumber-ajaran-islam.ppt
pai-3-sumber-ajaran-islam.pptHamimTohari7
 
06 MENGENAL ILMU HADITS panduan dasar ha
06 MENGENAL ILMU HADITS panduan dasar ha06 MENGENAL ILMU HADITS panduan dasar ha
06 MENGENAL ILMU HADITS panduan dasar haAgusSupriatna33
 
sholat4madzhab-131214091054-phpapp01.ppt
sholat4madzhab-131214091054-phpapp01.pptsholat4madzhab-131214091054-phpapp01.ppt
sholat4madzhab-131214091054-phpapp01.pptHidayatulMabrur1
 
40 hadith nawawi-eng
40 hadith nawawi-eng40 hadith nawawi-eng
40 hadith nawawi-engthe mae
 
Kelompok 2 bahan tugas mata kuliah ekonomi islam
Kelompok 2 bahan tugas mata kuliah ekonomi islamKelompok 2 bahan tugas mata kuliah ekonomi islam
Kelompok 2 bahan tugas mata kuliah ekonomi islamTri Agustuti
 
Berbicara Empat Madzhab.docx
Berbicara Empat Madzhab.docxBerbicara Empat Madzhab.docx
Berbicara Empat Madzhab.docxZukét Printing
 
Berbicara Empat Madzhab.pdf
Berbicara Empat Madzhab.pdfBerbicara Empat Madzhab.pdf
Berbicara Empat Madzhab.pdfZukét Printing
 
Fikih muhammadiyah
Fikih muhammadiyahFikih muhammadiyah
Fikih muhammadiyahmuhsinlukman
 
Ahlu as sunnah wal jama’ah rumi
Ahlu as sunnah wal jama’ah rumiAhlu as sunnah wal jama’ah rumi
Ahlu as sunnah wal jama’ah rumiHome
 
Pembagian Hadits Secara Umum Berdasarkan Kualitas dan Kuantitas Rawi
Pembagian Hadits Secara Umum Berdasarkan Kualitas dan Kuantitas RawiPembagian Hadits Secara Umum Berdasarkan Kualitas dan Kuantitas Rawi
Pembagian Hadits Secara Umum Berdasarkan Kualitas dan Kuantitas RawiFakhri Cool
 

Similar to ISTIHSAN (20)

Arba'un nawawi
Arba'un nawawiArba'un nawawi
Arba'un nawawi
 
Hadis 40 imam an-nawawi..
Hadis 40   imam an-nawawi..Hadis 40   imam an-nawawi..
Hadis 40 imam an-nawawi..
 
Hadis 40
Hadis 40Hadis 40
Hadis 40
 
Hadis 40 imam an-nawawi..
Hadis 40   imam an-nawawi..Hadis 40   imam an-nawawi..
Hadis 40 imam an-nawawi..
 
Hadis 40_Imam Nawawi
Hadis 40_Imam NawawiHadis 40_Imam Nawawi
Hadis 40_Imam Nawawi
 
SUMBER AJARAN ISLAM.ppt
SUMBER AJARAN ISLAM.pptSUMBER AJARAN ISLAM.ppt
SUMBER AJARAN ISLAM.ppt
 
pai-3-sumber-ajaran-islam.ppt
pai-3-sumber-ajaran-islam.pptpai-3-sumber-ajaran-islam.ppt
pai-3-sumber-ajaran-islam.ppt
 
pai-3-sumber-ajaran-islam.ppt
pai-3-sumber-ajaran-islam.pptpai-3-sumber-ajaran-islam.ppt
pai-3-sumber-ajaran-islam.ppt
 
06 MENGENAL ILMU HADITS panduan dasar ha
06 MENGENAL ILMU HADITS panduan dasar ha06 MENGENAL ILMU HADITS panduan dasar ha
06 MENGENAL ILMU HADITS panduan dasar ha
 
sholat4madzhab-131214091054-phpapp01.ppt
sholat4madzhab-131214091054-phpapp01.pptsholat4madzhab-131214091054-phpapp01.ppt
sholat4madzhab-131214091054-phpapp01.ppt
 
hadist 40
hadist 40hadist 40
hadist 40
 
40 hadith nawawi-eng
40 hadith nawawi-eng40 hadith nawawi-eng
40 hadith nawawi-eng
 
Kelompok 2 bahan tugas mata kuliah ekonomi islam
Kelompok 2 bahan tugas mata kuliah ekonomi islamKelompok 2 bahan tugas mata kuliah ekonomi islam
Kelompok 2 bahan tugas mata kuliah ekonomi islam
 
Berbicara Empat Madzhab.docx
Berbicara Empat Madzhab.docxBerbicara Empat Madzhab.docx
Berbicara Empat Madzhab.docx
 
Berbicara Empat Madzhab.pdf
Berbicara Empat Madzhab.pdfBerbicara Empat Madzhab.pdf
Berbicara Empat Madzhab.pdf
 
Terminologi Hadis
Terminologi HadisTerminologi Hadis
Terminologi Hadis
 
Sholat 4 madzhab
Sholat 4 madzhabSholat 4 madzhab
Sholat 4 madzhab
 
Fikih muhammadiyah
Fikih muhammadiyahFikih muhammadiyah
Fikih muhammadiyah
 
Ahlu as sunnah wal jama’ah rumi
Ahlu as sunnah wal jama’ah rumiAhlu as sunnah wal jama’ah rumi
Ahlu as sunnah wal jama’ah rumi
 
Pembagian Hadits Secara Umum Berdasarkan Kualitas dan Kuantitas Rawi
Pembagian Hadits Secara Umum Berdasarkan Kualitas dan Kuantitas RawiPembagian Hadits Secara Umum Berdasarkan Kualitas dan Kuantitas Rawi
Pembagian Hadits Secara Umum Berdasarkan Kualitas dan Kuantitas Rawi
 

More from Marhamah Saleh

Studium general stai imam syafi'i 2014
Studium general stai imam syafi'i 2014Studium general stai imam syafi'i 2014
Studium general stai imam syafi'i 2014Marhamah Saleh
 
seminar nasional stai-is 2014
seminar nasional stai-is 2014seminar nasional stai-is 2014
seminar nasional stai-is 2014Marhamah Saleh
 
Studium general STAI Imam Syafi'i
Studium general STAI Imam Syafi'iStudium general STAI Imam Syafi'i
Studium general STAI Imam Syafi'iMarhamah Saleh
 
Quran sunnah ijma' qiyas
Quran sunnah ijma' qiyasQuran sunnah ijma' qiyas
Quran sunnah ijma' qiyasMarhamah Saleh
 
Terminologi hakim, mahkum fih, mahkum 'alaih
Terminologi  hakim, mahkum fih, mahkum 'alaihTerminologi  hakim, mahkum fih, mahkum 'alaih
Terminologi hakim, mahkum fih, mahkum 'alaihMarhamah Saleh
 
Terminologi Hukum Sah, Batal, 'Azimah dan Rukhshah
Terminologi Hukum Sah, Batal, 'Azimah dan RukhshahTerminologi Hukum Sah, Batal, 'Azimah dan Rukhshah
Terminologi Hukum Sah, Batal, 'Azimah dan RukhshahMarhamah Saleh
 
9. kaidah masyaqqah, al dharar yuzal
9. kaidah masyaqqah, al dharar yuzal9. kaidah masyaqqah, al dharar yuzal
9. kaidah masyaqqah, al dharar yuzalMarhamah Saleh
 
8. al umuru bi maqashidiha, al-yaqinu
8. al umuru bi maqashidiha, al-yaqinu8. al umuru bi maqashidiha, al-yaqinu
8. al umuru bi maqashidiha, al-yaqinuMarhamah Saleh
 
6. ta'arudh tarjih nasakh
6. ta'arudh tarjih nasakh6. ta'arudh tarjih nasakh
6. ta'arudh tarjih nasakhMarhamah Saleh
 
5. muradif, musytarak, mantuq, mafhum, zahir, muawwal
5. muradif, musytarak, mantuq, mafhum, zahir, muawwal5. muradif, musytarak, mantuq, mafhum, zahir, muawwal
5. muradif, musytarak, mantuq, mafhum, zahir, muawwalMarhamah Saleh
 
4. mujmal, mubayyan, musykil, mutasyabih
4. mujmal, mubayyan, musykil, mutasyabih4. mujmal, mubayyan, musykil, mutasyabih
4. mujmal, mubayyan, musykil, mutasyabihMarhamah Saleh
 
1. qawa'id pengertian & ruang lingkup
1. qawa'id pengertian & ruang lingkup1. qawa'id pengertian & ruang lingkup
1. qawa'id pengertian & ruang lingkupMarhamah Saleh
 
0. presentasi qawa'id fiqhiyah 2011
0. presentasi qawa'id fiqhiyah 20110. presentasi qawa'id fiqhiyah 2011
0. presentasi qawa'id fiqhiyah 2011Marhamah Saleh
 
6. pengelompokan keilmuan dalam islam
6. pengelompokan keilmuan dalam islam6. pengelompokan keilmuan dalam islam
6. pengelompokan keilmuan dalam islamMarhamah Saleh
 
3. studi islam di barat, timur, indonesia
3. studi islam di barat, timur, indonesia3. studi islam di barat, timur, indonesia
3. studi islam di barat, timur, indonesiaMarhamah Saleh
 
Presentasi 2 islam sebagai ajaran & objek kajian ilmiah
Presentasi 2   islam sebagai ajaran & objek kajian ilmiahPresentasi 2   islam sebagai ajaran & objek kajian ilmiah
Presentasi 2 islam sebagai ajaran & objek kajian ilmiahMarhamah Saleh
 
Quran Sebagai sumber Ajaran Islam
Quran Sebagai sumber Ajaran IslamQuran Sebagai sumber Ajaran Islam
Quran Sebagai sumber Ajaran IslamMarhamah Saleh
 

More from Marhamah Saleh (20)

Studium general stai imam syafi'i 2014
Studium general stai imam syafi'i 2014Studium general stai imam syafi'i 2014
Studium general stai imam syafi'i 2014
 
seminar nasional stai-is 2014
seminar nasional stai-is 2014seminar nasional stai-is 2014
seminar nasional stai-is 2014
 
Studium general STAI Imam Syafi'i
Studium general STAI Imam Syafi'iStudium general STAI Imam Syafi'i
Studium general STAI Imam Syafi'i
 
Quran sunnah ijma' qiyas
Quran sunnah ijma' qiyasQuran sunnah ijma' qiyas
Quran sunnah ijma' qiyas
 
Terminologi hakim, mahkum fih, mahkum 'alaih
Terminologi  hakim, mahkum fih, mahkum 'alaihTerminologi  hakim, mahkum fih, mahkum 'alaih
Terminologi hakim, mahkum fih, mahkum 'alaih
 
Terminologi Hukum Sah, Batal, 'Azimah dan Rukhshah
Terminologi Hukum Sah, Batal, 'Azimah dan RukhshahTerminologi Hukum Sah, Batal, 'Azimah dan Rukhshah
Terminologi Hukum Sah, Batal, 'Azimah dan Rukhshah
 
Hukum Taklifi Wadh'i
Hukum Taklifi Wadh'iHukum Taklifi Wadh'i
Hukum Taklifi Wadh'i
 
9. kaidah masyaqqah, al dharar yuzal
9. kaidah masyaqqah, al dharar yuzal9. kaidah masyaqqah, al dharar yuzal
9. kaidah masyaqqah, al dharar yuzal
 
8. al umuru bi maqashidiha, al-yaqinu
8. al umuru bi maqashidiha, al-yaqinu8. al umuru bi maqashidiha, al-yaqinu
8. al umuru bi maqashidiha, al-yaqinu
 
6. ta'arudh tarjih nasakh
6. ta'arudh tarjih nasakh6. ta'arudh tarjih nasakh
6. ta'arudh tarjih nasakh
 
5. muradif, musytarak, mantuq, mafhum, zahir, muawwal
5. muradif, musytarak, mantuq, mafhum, zahir, muawwal5. muradif, musytarak, mantuq, mafhum, zahir, muawwal
5. muradif, musytarak, mantuq, mafhum, zahir, muawwal
 
4. mujmal, mubayyan, musykil, mutasyabih
4. mujmal, mubayyan, musykil, mutasyabih4. mujmal, mubayyan, musykil, mutasyabih
4. mujmal, mubayyan, musykil, mutasyabih
 
1. qawa'id pengertian & ruang lingkup
1. qawa'id pengertian & ruang lingkup1. qawa'id pengertian & ruang lingkup
1. qawa'id pengertian & ruang lingkup
 
0. presentasi qawa'id fiqhiyah 2011
0. presentasi qawa'id fiqhiyah 20110. presentasi qawa'id fiqhiyah 2011
0. presentasi qawa'id fiqhiyah 2011
 
6. pengelompokan keilmuan dalam islam
6. pengelompokan keilmuan dalam islam6. pengelompokan keilmuan dalam islam
6. pengelompokan keilmuan dalam islam
 
5. sunnah sbg sumber
5. sunnah sbg sumber5. sunnah sbg sumber
5. sunnah sbg sumber
 
3. studi islam di barat, timur, indonesia
3. studi islam di barat, timur, indonesia3. studi islam di barat, timur, indonesia
3. studi islam di barat, timur, indonesia
 
Presentasi 2 islam sebagai ajaran & objek kajian ilmiah
Presentasi 2   islam sebagai ajaran & objek kajian ilmiahPresentasi 2   islam sebagai ajaran & objek kajian ilmiah
Presentasi 2 islam sebagai ajaran & objek kajian ilmiah
 
Amar nahi
Amar nahiAmar nahi
Amar nahi
 
Quran Sebagai sumber Ajaran Islam
Quran Sebagai sumber Ajaran IslamQuran Sebagai sumber Ajaran Islam
Quran Sebagai sumber Ajaran Islam
 

ISTIHSAN

  • 1. SEJARAH, POLA ISTINBATH MAZHAB HANAFI & MALIKI Oleh: Hj. Marhamah Saleh, Lc. MA
  • 2. Manhaj & Penyebaran Mazhab • Manhaj Imam Abu Hanifah dalam meng-istinbath hukum: Al-Quran, Sunnah, Pendapat Sahabat, Qiyas, Istihsan, Ijma’ dan ‘Urf. Mazhab Hanafi mulai tersebar di Kufah, kemudian Baghdad, Mesir, Syam, Persia, Romawi, Yaman, India, China, Bukhara, Kaukasus, Afghanistan, Turkistan. • Dasar Mazhab Imam Maliki: Al-Quran, Sunnah, Amalan penduduk Madinah, Fatwa Sahabat, Qiyas, Mashalih Mursalah, Istihsan, Sadd al-dzarai’, ‘Urf. Mazhab Imam Malik tersebar di negeri Hijaz, Mesir, Tunisia, Aljazair, Maroko, Tripoli, Sudan, Bashrah dan Baghdad. • Sumber hukum Imam Syafi’i: Nash-nash (Al-Quran dan Sunnah), Ijma’, Pendapat para sahabat, Qiyas. Penyebaran mazhab Syafi’i di Irak, Mesir, kawasan Khurasan, Palestina, Hadramaut (Yaman), Persia, Pakistan, Srilanka, India, Indonesia, Australia. • Dasar mazhab Hanbali: Nash Al-Quran dan sunnah, Fatwa sahabat yang tidak ada penentangnya (belia tidak menamakannya sebagai ijma’, tapi belaiu menamakannya wara’), jika sahabat berbeda pendapat maka beliau memilih salah satunya jika sesuai dengan Quran dan Sunnah, kemudian menggunakan hadis mursal dan hadis dha’if jika tidak ada dalil lain yang menguatkannya dan didahulukan daripada qiyas (Hadis Dha’if yang diterima adalah jika orang/rawi yang belum mencapai derajat tsiqah tapi tidak sampai dituduh berdusta). Sumber lainnya adalah qiyas. Penyebaran mazhab Hanbali: Irak, Mesir, Semenanjung Arab dan Syam, dan menjadi mazhab resmi Kerajaan Saudi Arabia.
  • 3. Ahmad Shafe‘i Malik Abu Hanifah ‫أحمد‬ ‫الشافعي‬ ‫مالك‬ ‫أبو حنيفة‬ Quran Quran Quran Quran ‫القرآن‬ ‫القرآن‬ ‫القرآن‬ ‫القرآن‬ Sunnah Sunnah Sunnah Sunnah ‫السنة‬ ‫السنة‬ ‫السنة‬ ‫السنة‬ Sahaba Agreement Sahaba Sahaba ‫قول الصحابي‬ ‫الجماع‬ ‫قول الصحابي‬ ‫قول الصحابي‬ Agreement Comparison Agreement Agreement ‫الجماع‬ ‫القياس‬ ‫الجماع‬ ‫الجماع‬ Practice in Comparison Sahaba Comparison Medina ‫القياس‬ ‫قول الصحابي‬ ‫عمل أهل المدينة‬ ‫القياس‬ Preserving Status Quo Comparison Preference ‫الستصحاب‬ ‫القياس‬ ‫الستحسان‬ Common General Benefit Preference Practice ‫المصالح المرسلة‬ ‫الستحسان‬ ‫العرف‬
  • 5. Istilah-istilah Fiqh • FARDHU dan WAJIB mempunyai makna yang sama menurut jumhur ulama selain kalangan Hanafiyyah. Menurut mazhab Hanafi, pengertian FARDHU adalah kewajiban yang dituntut dengan dalil yang Qath’i (pasti), semisal shalat, haji dan zakat. Sedangkan WAJIB adalah kewajiban yang dituntut dengan dalil zhanni (ada kesamaran) seperti khitan, akikah dll. • Jumhur ulama selain kalangan Malikiyyah menyamakan istilah SUNNAH dengan mandub, nafilah,mustahab, tathawu’, murghab fih, ihsan, dan husn. SUNNAH menurut istilah Hanafiyah adalah sesuatu yang terus dilakukan oleh Rasulullah saw. Namun kadang-kadang beliau meninggalkannya tanpa uzur. Mandub dan mustahab adalah sesuatu yang beliau tidak terus menerus mengerjakannya, meskipun beliau tidak mengerjakannya sesudah menggemarkannya pada orang lain. • Menurut Mazhab Hanafi, MAKRUH terbagi menjadi dua, yaitu makruh tahrim dan makruh tanzih. Makruh tahrim yaitu makruh yang dilarang dengan dalil yang tidak pasti, contohnya : bertunangan dengan tunangan orang lain. Sedangkan makruh tanzih yaitu larangan melalui larangan yang tidak pasti dan tidak mengisyaratkan adanya hukuman, seperti memakan daging kuda dan berwudhu dari bejana. Sedangkan jumhur ulama memandang makruh hanya satu jenis saja. • RUKUN menurut ulama Hanafi adalah sesuatu yang kewujudan sesuatu yang lain adalah bergantung pada kewujudannya, dan ia merupakan bagian dari hakikat itu. Menurut jumhur, RUKUN ialah perkara yang menjadi asas bagi kewujudan sesuatu, meskipun ia berada diluar hakikat sesuatu itu.
  • 6. Imam Abu Hanifah (80 – 150 H.) Dilahirkan di Kuffah, pada tahun 80 H (699 M). Nama aslinya Nu’mam bin Tsabit Bin Zhauth Bin Mah, digelari dengan Abu Hanifah karena diantara putra beliau bernama Hanifah. Dalam riwayat yang lain gelar tersebut muncul karena ketaatan beliau dalam beribadah, yaitu berasal dari bahasa Arab Hanif yang berarti condong kepada yang benar. Ada riwayat pula, gelar Abu Hanifah diberikan karena beliau adalah penulis. Hanifah menurut bahasa Irak berarti tinta. Ayahnya keturunan bangsa Persi (Kabul Afganistan) yang menetap di Kuffah. Tsabit, ayah dari Abu Hanifah seorang muslim berasal dari bangsa Anbar. Ia adaalah seorang pedagang yang kaya dan taat beragama, pernah bertemu dengan Ali bin Abi Thalib, lalu sang imam mendoakan dan keturunananya dengan kebaikan dan keberkahan. Abu Hanifah lahir pada masa pemerintahan Islam di tangan Abdul Malik bin Marwan, raja Bani Umayyah yang kelima. Abu Hanifah merupakan imam pertama dari keempat imam dan yang paling dahulu lahir juga wafatnya, ia dijuluki Imam A’zham (pemimpin terbesar), ia juga dikenal sebagai faqih Irak, dan imam Ar-Ra’y (Imam Aliran Rasional).
  • 7. Pendidikan Abu Hanifah Pada masa Abu Hanifah terdapat empat sahabat, mereka adalah: Anas bin Malik, Abdullah bin Abu Aufa, Sahl bin Sa’ad dan Abu Thufail. Mereka adalah sahabat-sahabat yang paling akhir wafat, namun Abu Hanifah tidak berguru kepada mereka.
  • 8. Murid-murid Abu Hanifah)80-150 )H  Abu Yusuf (113-182 H)  Muhammad bin Al-Hasan (132-189 H)  Zufar bin Huthayl (110-158 H)
  • 9. Metode Ijtihad Imam Abu Hanifah Sesungguhnya aku mencari hukum di dalam Kitabullah, bila tidak aku dapati aku mencarinya dalam hadis yang sahih yang berasal dari orang atau perawi-perawi yang tsiqaat. Kalau aku tidak memperolehnya, aku berpegang kepada perkataan sahabat, siapa saja di antaranya yang aku pilih, dan bila belum kudapati juga, meskipun telah sampai kajianku pada perkataan Ibrahim Nakh’iy, Sya’by , Ibnu Sirin, Hasan, ‘Atha’, Sa’id bin Musayyab dan beberapa yang lain, maka aku akan berijtihad sebagaimana mereka berijtihad”. Jadi, jika tidak ada dalil dari al-Quran dan Sunnah, Abu Hanifah melihat perkataan sahabat yang kemudian diambil pendapat mereka yang sejalan dengan pikiran beliau dan ditinggalkan mana yang tidak sesuai. Apabila semua sahabat sependapat dalam menetapkan suatu hukum, beliau akan mengikuti pendapat itu sepenuhnya. Akan tetapi, jika pendapat itu dikemukakan oleh Ibrahim Nakh’iy, Sya’by , Ibnu Sirin, Hasan, ‘Atha’, Sa’id bin Musayyab dan beberapa yang lain, dalam hal ini Abu Haifah akan berijtihad seperti para imam mujtahid tersebut. Artinya, beliau tidak mengambil pendapat tabi’in dan ulama yang sezaman dengannya. Dalam berijtihad, Abu Hanifah melakukan dengan metode qiyas, istihsan dan ‘urf.
  • 10. Prinsip-prinsip Ijtihad Imam Abu Hanifah Lafaz ‘am dalalahnya adalah qath’iy; Mazhab sahabi dapat men-takhshis yang ‘am bila bertentangan; Banyak perawi tidak menjamin terhadap kesahihan hadis; Tidak menerima HADIS AHAD; Amar sudah pasti menunjukkan wajib selama tidak ada penyanggah; Bila bertentangan riwayat dan perbuatan seorang perawi, maka yang dipegang adalah perbuatan perawi; Berpegang kepada Istihsan; Meninggalkan Qiyas jika diperlukan Abu Hanifah menyatakan :” Istihsan itu sembilan sepersepuluh ilmu”. Oleh sebab itulah istihsan mendominasi dalam ijtihad mazhab Hanafi.
  • 11. Skema Hadis Ahad Single Narration ‫الحاد‬ ‫)ص‬ ‫(رسول ال‬ The Prophet PBUH ‫صحابي‬ Companion ‫تابعي‬ Follower ‫راوي‬ Narrator ‫راوي‬ ‫راوي‬ ‫راوي‬ ‫راوي‬ ‫راوي‬ Narrator Narrator Narrator Narrator Narrator ‫راوي‬ ‫راوي‬ ‫راوي‬ ‫راوي‬ ‫راوي‬ Narrator Narrator Narrator Narrator Narrator
  • 12. Terminologi ISTIHSAN (‫(إستحسان‬ • Istihsan berasal dari kata ‫ إس تحسن – يس تحسن – إستحسانا‬yang berarti “mencari kebaikan”. Istihsan juga berarti “sesuatu yang dianggap baik”, diambil dari kata al-husnu (baik). • Secara terminologi, Imam Abu Hasan al-Karkhi mengatakan bahwa istihsan ialah “penetapan hukum dari seorang mujtahid terhadap suatu masalah yang menyimpang dari ketetapan hukum yang diterapkan pada masalah-masalah yang serupa, karena ada alasan yang lebih kuat yang menghendaki dilakukannya penyimpangan itu.” • DASAR ISTIHSAN: QS. al-Zumar: 17-18 disebutkan: * ‫• َاّ ِينَ اجْ َ َ ُوا ال ّا ُوتَ َنْ َعْ ُ ُوهَا ََ َا ُوا ِلَى ا ِّ َ ُ ُ الْ ُشْ َى َ َ ّر ِ َا ِي‬ ‫وأن ب إ ل لهم ب ر فبش ْ عب د‬ ‫أ ي بد‬ ‫تنب ط غ‬ ‫و لذ‬ ‫بب‬ ِ ‫اّ ِي َ َسْ َ ِ ُو َ الْ َو َ َ َ ّ ِ ُو َ أَحْ َ َ ُ ُو َ ِ َ اّ ِي َ َ َا ُم ا ُ َُو َ ِ َ ُمْ ُوُو اللْ َا‬ ‫لذ ن ي تمع ن ق ْل فيتبع ن سنه أ لئك لذ ن هد ه ُ ّ وأ لئك ه أ ل‬ ‫ل‬ Dan orang-orang yang menjauhi thaghut (yaitu) tidak menyembahnya dan kembali kepada Allah, bagi mereka berita gembira; sebab itu sampaikanlah berita itu kepada hamba-hamba-Ku, yang mendengarkan perkataan lalu mengikuti apa yang paling baik di antaranya. Mereka itulah orang-orang yang telah diberi Allah petunjuk, mereka itulah orang-orang yang mempunyai akal. • Rasul Saw juga bersabda: ‫مارءاه المسلمون حسن ً فهو عند ال حسن‬ ‫ا‬
  • 13. Ikhtilaf Mengenai Istihsan • Mazhab Hanafi, Maliki dan Hanbali berpendapat bahwa istihsan dapat dijadikan landasan dalam menetapkan hukum, dengan menggunakan dalil-dalil yang menjadi dasar istihsan. • Imam Syafi’i menolak istihsan sebagai landasan hukum. Menurut beliau, menetapkan hukum berlandaskan istihsan sama dengan membuat-buat syariat baru dengan hawa nafsu. QS. Al-Maidah: 49. ‫• ََ ِ احْ ُمْ َيْ َ ُمْ ِ َا َنْ َ َ ا ُ َل َ ّ ِعْ َهْ َا َ ُمْ َاحْ َرْ ُمْ َنْ َفْ ِ ُو َ َنْ َعْ ِ َا َنْ َ َ ال‬ ّ ُ ‫وأن ك ب نه بم أ زل ّ و تتب أ و ءه و ذ ه أ ي تن ك ع ب ض م أ زل‬ ‫ل‬ ‫إل ك فإ تول ف ل أنم ير د ّ أ يص به بب ض ذن به وإن كث ر من ن س لف سق ن‬ َ ‫َِيْ َ َ ِنْ َ َّوْا َاعَْمْ َ ّ َا ُ ِي ُ ا ُ َنْ ُ ِي َ ُمْ ِ َعْ ِ ُ ُو ِ ِمْ َِ ّ َ ِي ًا ِ َ ال ّا ِ َ َا ِ ُو‬ ‫ل‬ Dan hendaklah kamu memutuskan perkara di antara mereka menurut apa yang diturunkan Allah, dan janganlah kamu mengikuti hawa nafsu mereka. Dan berhati-hatilah kamu terhadap mereka, supaya mereka tidak memalingkan kamu dari sebahagian apa yang telah diturunkan Allah kepadamu. Jika mereka berpaling (dari hukum yang telah diturunkan Allah), maka ketahuilah bahwa sesungguhnya Allah menghendaki akan menimpakan musibah kepada mereka disebabkan sebahagian dosa-dosa mereka. Dan sesungguhnya kebanyakan manusia adalah orang-orang yang fasik. Ayat ini memerintahkan manusia untuk mengikuti petunjuk Allah Swt dan RasulNya, dan larangan mengikuti kesimpulan hawa nafsu. Hukum yang dibentuk melalui istihsan adalah kesimpulan hawa nafsu, jadi tidak sah dijadikan landasan hukum.
  • 14. ISTISHHAB • Kata istishhab secara etimologi berarti “meminta ikut serta secara terus-menerus”. Secara terminologi, istishhab ialah “menganggap tetapnya status sesuatu seperti keadaannya semula, selama belum terbukti ada sesuatu yang mengubahnya. • Contoh istishhab: Seseorang yang diketahui masih hidup pada masa tertentu, tetap dianggap hidup pada masa sesudahnya selama belum terbukti bahwa ia telah wafat. Begitupula seseorang yang telah berwudhu’, jika ia ragu, dianggap tetap wudhu’nya selama belum terjadi hal yang membuktikan batal wudhu’nya.
  • 15. Ikhtilaf Ulama Mengenai Istishhab • Para ulama Ushul Fiqh sepakat bahwa tiga macam istishhab (point pertama hingga ketiga) adalah sah dijadikan landasan hukum. • Mereka berbeda pendapat pada jenis istishhab al-washf: 3. Kalangan Hanabilah dan Syafi’iyah berpendapat bahwa istishhab al- washf dapat dijadikan landasan hukum secara penuh, baik dalam menimbulkan hak yang baru maupun dalam mempertahankan haknya yang sudah ada. Misalnya, seseorang yang hilang tidak ketahuan rimbanya, tetap dianggap hidup sampai ada bukti bahwa ia telah wafat. Jadi harta dan istrinya masih dianggap kepunyaannya, dan jika ahli warisnya wafat, dia turut mewarisi harta peninggalan dan kadar pembagiannya langsung dinyatakan sebagai hak miliknya. 4. Kalangan Hanafiyah dan Malikiyah berpendapat bahwa istishhab al- washf hanya berlaku untuk mempertahankan haknya yang sudah ada, bukan untuk menimbulkan hak yang baru. Dalam contoh orang hilang tsb meskipun harta dan istrinya masih dianggap sebagai kepunyaannya, tapi jika ada hali waris yang wafat maka khusus kadar bagiannya disimpan dan belum dapat dinyatakan sebagai haknya sampai terbukti ia hidup.
  • 16. MASHLAHAH MURSALAH • Kata mashlahah menurut bahasa berarti “manfaat”. Kata mursalah berarti “lepas”. Secara istilah, menurut Abdul Wahab Khalaf, mashlahah mursalah berarti “sesuatu yang dianggap mashlahat namun tidak ada ketegasan hukum untuk merealisasikannya dan tidak ada pula dalil tertentu baik yang mendukung maupun yang menolaknya”, sehingga disebut mashlahat yang lepas. • MACAM-MACAM MASHLAHAH: • Al-mashlalah al-mu’tabarah, yaitu mashlahah yang secara tegas diakui syariat dan telah ditetapkan ketentuan2 hukum untuk merealisasikannya. Misal: Diwajibkan hukum qishash untuk menjaga kelestarian jiwa, ancaman hukuman zina bertujuan untuk memelihara kehormatan dan keturunan, dsb. • Al-mashlahah al-mulghah, yaitu sesuatu yang dianggap mashlahah oleh akal pikiran, tetapi dianggap palsu karena kenyataannya bertentang dengan ketentuan syariat. Misal: ada asumsi menyamakan pembagian warisan anak laki-laki dan wanita adalah mashlahah, padahal itu bertentang dengan QS. Al-Nisa`: 11. • Al-Mashlahah al-mursalah. Banyak terdapat dalam masalah- masalah muamalah. Misal: Peraturan dan rambu lalu lintas.
  • 17. Ikhtilaf Ulama pada Mashlahah • Para ulama Ushul Fiqh sepakat bahwa mashlahah mursalah tidak sah menjadi landasan hukum dalam BIDANG IBADAH, karena bidang ibadah harus diamalkan sebagaimana adanya diwariskan oleh Rasul Saw, makanya bidang ibadah tidak berkembang. • Mereka berbeda pendapat dalam bidang muamalah. 3. Kalangan Zahiriyah, sebagian Syafi’iyah dan hanafiyah tidak mengakui mashlahah mursalah sebagai landasan pembentukan hukum, karena menganggap syariat Islam tidak lengkap dengan asumsi ada mashlalah yang belum tertampung dalam hukum- hukumnya. 4. Kalangan hanafiyah dan Malikiyah serta sebagian Syafi’iyah berpendapat bahwa mashlahah mursalah secara sah dapat dijadikan landasan penetapan hukum. Alasannya, kebutuhan manusia selalu berkembang, yang tidak mungkin semuanya dirinci Quran dan sunnah, selama tidak bertentangan dengan Quran dan sunnah maka mashlahah mursalah dapat diterima.
  • 18. • Al-’Urf al-’am yaitu adat Macam-macam kebiasaan mayoritas dari berbagai negeri di satu masa. Seperti ucapan engkau telah ‘Urf (Adat) haram aku gauli sebagai ucapan talak kepada istri. • Al-’Urf al-Khash yaitu adat yang ‫العرف‬ berlaku pada masyarakat atau negeri tertentu. Seperti kebiasaan masyarakat Irak menggunakan kata al-dabbah hanya kepada kuda. ‫العرف العام‬ ‫العرف الخاص‬ • Adat yang benar (shahih) yaitu suatu hal baik yg menjadi kebiasaan suatu masyarakat, seperti anggapan bahwa apa yg diberikan pihak laki-laki kepada calon istri ketika khitbah dianggap ‫العرف‬ hadiah, bukan mahar. • Adat yang salah (fasid) yaitu sesuatu yang menjadi adat yang sampai menghalalkan yang ‫العرف الصحيح‬ ‫العرف الفاسد‬ diharamkan Allah atau sebaliknya. Seperti tari perut di Mesir saat pesta perkawinan.
  • 19. IJMA‘ Secara etimologi, ijma’ berarti “kebulatan tekad terhadap suatu persoalan”, atau “kesepakatan tentang suatu masalah”. Secara terminologi, menurut ‘Abdul Karim Zaidan, ijma’ adalah “kesepakatan para mujtahid dari kalangan umat Islam tentang hukum syara’ pada satu masa setelah Rasulullah Saw wafat”. Para ulama sepakat bahwa ijma’ sah dijadikan sebagai dalil hukum. Ada ikhtilaf mengenai jumlah pelaku kesepakatan sehingga dapat dianggap ijma’. Menurut mazhab Maliki, kesepakatan sudah dianggap ijma’ meskipun hanya merupakan kesepakatan penduduk Madinah (ijma’ ahl al-madinah). Menurut Syi’ah, ijma’ adalah kesepakatan para imam di kalangan mereka. Menurut jumhur, ijma’ sudah dianggap sah dengan adanya kesepakatan dari mayoritas ulama mujtahid. Presented by Marhamah Saleh
  • 20. Macam-macam Ijma‘ IJMA’ IJMA’ SHARIH IJMA’ SUKUTI (TEGAS) (DIAM) Ijma’ sharih adalah kesepakatan tegas dari para ulama mujtahid dimana masing-masing mujtahid menyatakan persetujuannya secara tegas terhadap kesimpulan hukum. Ijma’ sukuti adalah bahwa sebagian ulama menyatakan pendapatnya, sedangkan ulama mujtahid lainnya hanya diam tanpa komentar. Menurut Imam Syafi’i dan kalangan Mailikiyah, ijma’ sukuti tidak dapat dijadikan landasan pembentukan hukum. Karena diamnya sebagian ulama belum tentu menandakan setuju, bisa jadi disebabkan takut kepada penguasa bilamana pendapat itu telah didukung penguasa, atau boleh jadi disebabkan merasa sungkan menentang pendapat mujtahid karena dianggap lebih senior. Menurut Hanafiyah dan Hanabilah, ijma’ sukuti sah dijadikan sumber hukum, karena diamnya sebagian ulam dipahami sebagai persetujuan. Jika mereka tidak setuju dan memandangnya keliru, pasti secara tegas menentangnya. Presented by Marhamah Saleh
  • 21. QIYAS (ANALOGI) Secara bahasa, qiyas berarti “mengukur sesuatu dengan sesuatu yang lain untuk diketahui adanya persamaan antara keduanya”. Secara istilah, DR. Wahbah al-Zuhaili mendefinisikan: ‫فى علة الحكم‬ Qiyas adalah: Menghubungkan (menyamakan hukum) sesuatu yang tidak ada ketentuan hukumnya, dengan sesuatu yang ada ketentuan hukumnya, karena ada persamaan ‘illat antara keduanya. Presented by Marhamah Saleh
  • 22. Rukun Qiyas Qiyas dianggap sah jika lengkap rukun-rukunnya. Ada 4 rukun qiyas: ‫( الصل‬pokok tempat meng-qiyaskan sesuatu), yaitu masalah yang telah ditetapkan hukumnya, baik dalam al-Quran atau dalam sunnah. ‫الصل‬ disebut juga ‫( المقيس عليه‬yang menjadi ukuran). Misalnya khamer ditegaskan dalam QS. Al-Maidah: 90 ‫م ر س م عمل ش ط ن ف تنب ه‬ ُ ‫َا َ ّ َا اّ ِي َ آ َ ُوا ِ ّ َا الْخمْ ُ َالْ َيْ ِ ُ َالنْ َا ُ َالزْل ُ ِجْ ٌ ِنْ َ َ ِ ال ّيْ َا ِ َاجْ َ ِ ُو‬ ‫ي أيه لذ ن من إنم َ ر و م سر و ص ب و‬ 4. Adanya ‫ حكم الصل‬yaitu hukum syara’ yang terdapat pada ‫ الصل‬yang hendak ditetapkan pada ‫( الفرع‬cabang) dengan jalan qiyas. Misalnya hukum haramnya khamer. 5. Adanya cabang (‫ (الفرع‬yaitu sesutau yang tidak ada ketegasan hukumnya dalam Quran, sunnah atau ijma’, yang hendak ditemukan hukumnya melalui qiyas. Misalnya hukum wisky, bir. 6. ‘illat (‫ (علة‬yang merupakan inti bagi praktik qiyas, yaitu suatu sifat yang ada pada ashal dan sifat itu yang dicari pada fara'. Seandainya sifat ada pula pada fara', maka persamaan sifat itu menjadi dasar untuk menetapkan hukum fara' sama dengan hukum ashal. Presented by Marhamah Saleh
  • 23. Imam Malik (93 – 179 H.) Imam Malik dilahirkan dikota Dzu al-Muruwah di selatan kota Madinah, lalu pindah ke Aqiq dan kemudian pindah ke Madinah, menurut riwayat beliau dilahirkan di Madinah pada tahun 93 H . Beliau bernama asli Malik bin Anas bin Malik bin Abu Amir bin Amr bin Ghaimah bin Khutsail bin Amr bi Harits. Ia termasuk dari bani Taim bin Murrah. Kakek keduanya, Abu Amir bin Amr adalah seorang sahabat Rasulullah SAW, sedangkan kakek pertamanya, Malik bin Abu Amir adalah salah satu tokoh Tabi’in. Mazhab Maliki ini tersebar dan diikuti di berbagai wilayah seperti Tunisia, Aljazair, Maroko, Spanyol dan Mesir.
  • 24. Guru Imam Malik Imam Malik berguru kepada banyak guru diantaranya adalah Abdurrahman ibnu hurmuz, Rabi’ah bi Abdurrahman Farrukh, Ati’ budak Abdullah bin Umar, Ja’far bin Muhammad Baqir, Muhammad bin Muslim Az-Zuhri, Abdurrahman Dzakwan, Yahya bin Sa’id Al-Anshari, Abu hazim Salamah bin Dinar, dan guru- gurunya yang lain dari kalangan tabi’in, seperti yang di ungkapkan oleh An-Nawawi. Imam malik menurut riwayat An-Nawawi bahwa imam Malik berguru kepada pada 900 guru, 300 dari kalangan tabi’in, dan 600 dari kalangan tabi’it tabi’in yang terdiri dari ulama yang ia pilih, ia akui agamanya, fiqihnya, pemenuhan kewajiban periwayatan dan syarat-syaratnya, serta ia percaya.
  • 25. Metode Ijtihad Imam Malik Dalam merumuskan hukum-hukum yang bersumber dari al-Quran dan al-hadis, Imam Malik menggunakan metode sebagai berikut: a) tidak seketat Abu Hanifah dalam menerima hadis. Jika Abu Hanifah hanya menerima hadis kalau hadis itu mutawatir atau paling tidak pada tingkatan masyhur, Imam Malik hanya menerima hadis ahad bahkan hadis ahad yang mursal asal periwayatannya orang yang terpercaya. Hadis ahad juga lebih diutamakan daripada qiyas, sehingga ia lebih banyak menggunakan hadis daripada ra’yu; b) ‘Amal ahl al-Madinah (praktik masyarakat Madinah), karena mereka dianggap orang yang paling tahu tentang al-Quran dan penjelasan- penjelasan Rasulullah; c) Pernyataan sahabat (qaul al-shahabi). Menurut Imam Malik, jika tidak ada hadis sahih dari Nabi saw yang dapat digunakan untuk memecahkan suatu masalah, maka pernyataan sahabat dapat dijadikan sumber hukum. Pendapat ini didasarkan pada pandangan bahwa para sahabat lebih memahami pengertian yang tersirat maupun tujuan ayat, karena mereka menyaksikan sendiri turunnya al-Quran dan mendengar langsung penjelasan Rasulullah s.a.w.)
  • 26. Metode Ijtihad Imam Malik d) Al-Mashlahat al-Mursalah, yaitu mempertimbangkan kepentingan umum terhadap suatu permasalahan hukum yang secara eksplisit tidak terdapat dalam al-Quran dan al-hadis baik yang mendukung maupun yang menolak. Tujuannya adalah untuk menarik kemanfaatan (jalb al-manfa’ah) dan menghindari madarat (daf’ al- madharrah); e) Al-zari’ah, yaitu mempertimbangkan perkataan dan perbuatan yang menyebabkan terjadinya perbuatan lain. Perbuatan yang mengantarkan pada perbuatan haram, hukumnya haram, sedang perbuatan yang mengantarkan pada perbuatan halal hukumnya juga halal; f) Qiyas. Apabila suatu masalah tidak ditemukan ketentuannya dalam al-Quran, al-hadis, perkataan sahabat atau ijma’ ahl al-Madinah maka Imam Malik memutuskan masalah tersebut dengan qiyas, yaitu menyemakan suatu peristiwa yang belum ada ketentuan hukumnya dengan sesuatu yang jelas hukumnya karena keduanya ada persamaan illat.
  • 27. ‫الدلة الفقهية في المذهب المالكي‬Sources of Maliki School Quran ‫القرآن‬ Sunnah ‫السنة‬ Sahaba ‫قول الصحابي‬ Agreement ‫الجماع‬ Practice in Medina ‫عمل أهل المدينة‬ Comparison ‫القياس‬ Common General Benefit Practice Preference ‫المصالح المرسلة‬ ‫الستحسان‬ ‫العرف‬