Ada empat mazhab utama dalam Islam yaitu Hanafi, Maliki, Syafi'i, dan Hambali. Meskipun ada perbedaan-perbedaan kecil, keempat mazhab ini diakui valid dan dapat diikuti.
2. Madzhab ?
Mazhab (bahasa Arab: ,مذهبmadzhab) berarti jalan yang dilalui
dan dilewati, Menurut para ulama dan ahli agama Islam, yang
dinamakan mazhab adalah metode (manhaj) yang dibentuk setelah
melalui pemikiran dan penelitian, kemudian orang yang
menjalaninya menjadikannya sebagai pedoman yang jelas
batasan-batasannya, bagian-bagiannya, dibangun di atas prinsipprinsip dan kaidah-kaidah.
Maroji: Al Madkhal Ila Dirasatil Madarisi Wal Madzahibil Fiqhiyyah,
oleh DR. Umar Sulaiman Al Asyqar
3. Ahlus Sunnah - Sunni
•
Ahlus-Sunnah wal Jama'ah, Ada empat mazhab
yang paling banyak diikuti. Empat mazhab yang
mereka miliki valid untuk diikuti, perbedaan yang
ada pada setiap mazhab tidak bersifat
fundamental. Sedangkan untuk Sunni dari
kalangan Salafiyah (bermanhaj Salaf),
menggunakan semua mahzab dengan dalil yang
kuat sebagai pedoman dalam menjalani ritual
keagamaan dan lain-lainnya.
4. 4 Madzhab
•
Abu Hanifah - Imam Hanafi
•
Imam Malik - Maliki
•
Imam Syafi’i
•
Imam Ahmad - Hambali
5. Abu Hanifah - Imam Hanafi
Imam Abu Hanifah Nu’man bin Tsabit. Kewajiban
mengambil hadits sebagai dalil dan meninggalakan
pendapat-pendapat yang bertentangan dengannya.
a. Bila suatu hadits itu benar maka itulah mazhabku
b. Tidak dibolehkan bagi seseorang untuk mengambil
pendapat kami bila tidak mengetahui darimana kami
mengambilnya. Dalam sebuah riwayat disebutkan
”Haram bagi orang yang tidak mengetahui dalilku
berfatwa dengan pendapat saya”
c. Apabila aku mengemukakan suatu pendapat yang
bertentangan dengan kitab Alloh dan khabar dari
Rasulullah SAW, hendaknya kalian meninggalkan
pendapatku.
6. •
Kata Mereka…
Abdullah ibnul Mubarok berkata, “Kalaulah Allah
subhanahu wa ta’ala tidak menolong saya melalui Abu
Hanifah dan Sufyan Ats-Tsauri maka saya hanya akan
seperti orang biasa”.
•
Kepada Sufyan Ats-Tsauri, ‘Wahai Abu Abdillah, orang
yang paling jauh dari perbuatan ghibah adalah Abu
Hanifah, saya tidak pernah mendengar beliau berbuat
ghibah meskipun kepada musuhnya’ kemudian beliau
menimpali ‘Demi Allah, dia adalah orang yang paling
berakal, dia tidak menghilangkan kebaikannya dengan
perbuatan ghibah’.”
•
Imam Syafii berkata, “Barangsiapa ingin mutabahir
(memiliki ilmu seluas lautan) dalam masalah fiqih
hendaklah dia belajar kepada Abu Hanifah”
7. Imam Malik - Maliki
•
Malik bin Anas bin Malik bin `Amr, al-Imam, Abu
`Abd Allah al-Humyari al-Asbahi al-Madani, (مالك
,)بن أنسlahir di (Madinah pada tahun 714 (93
H), dan meninggal pada tahun 800 (179 H)). Ia
adalah pakar ilmu fikih dan hadits
8. Statement Imam Malik
•
a. Sesungguhnya aku adalah manusia yang
terkadang salah dan terkadang benar, maka
lihatlah pendapatku. Apabila sesuai dengan AlQur’an dan sunnah maka ambillah. Setiap yang
tidak sesuai dengan Al-Qur’an dan sunnah,
tinggalkan.
•
b. Setiap perkataan orang boleh dipakai atau
ditinggalkan kecuali perkataan Nabi SAW.
9. Imam Syafi’i
•
Abū ʿAbdullāh Muhammad bin Idrīs al-Shafiʿī atau Muhammad bin
Idris asy-Syafi`i ()محمد بن إدريس الشافعي
•
(Ashkelon, Gaza, Palestina, 150 H / 767M - Fusthat, Mesir 204H /
819M) Imam Syafi'i juga tergolong kerabat dari Rasulullah, ia
termasuk dalam Bani Muththalib, yaitu keturunan dari al-Muththalib,
saudara dari Hasyim, yang merupakan kakek Muhammad.
•
Saat usia 20 tahun, ke Madinah untuk berguru kepada ulama besar
saat itu, Imam Malik. 2 tahun kemudian, ke Irak, untuk berguru
pada murid-murid Imam Hanafi di sana.
•
Imam Syafi`i mempunyai dua dasar berbeda untuk Mazhab Syafi'i.
Yang pertama namanya Qaulun Qadim (Awal) dan Qaulun Jadid
(Baru).
10. Kitab Al Umm
•
”Jika sebuah hadits shahih bertentangan dengan perkataanku, maka buanglah
perkataanku di belakang tembok,”
•
“Kebaikan ada pada lima hal: kekayaan jiwa, menahan dari menyakiti orang lain,
mencari rizki halal, taqwa dan tsiqqah kepada Allah. Ridha manusia adalah tujuan
yang tidak mungkin dicapai, tidak ada jalan untuk selamat dari (omongan)
manusia, wajib bagimu untuk konsisten dengan hal-hal yang bermanfaat bagimu”.
•
"Ikutilah Ahli Hadits oleh kalian, karena mereka orang yang paling banyak
benarnya.”
•
“Semua perkataanku yang menyelisihi hadits yang shahih maka ambillah hadits
yang shahih dan janganlah taqlid kepadaku.”
•
“Semua hadits yang shahih dari Nabi shalallahu a’laihi wassalam maka itu adalah
pendapatku meski kalian tidak mendengarnya dariku.”
•
“Jika kalian dapati dalam kitabku sesuatu yang menyelisihi Sunnah Rasulullah
shalallahu ‘alaihi wassalam maka ucapkanlah sunnah Rasulullah dan tinggalkan
ucapanku.”
11. Ahmad bin Hanbal Hambali
•
Ahmad bin Hanbal (781 - 855 M, 164 - 241 AH)
[1] (Arab ) أحمد بن حنبلadalah seorang ahli
hadits dan teologi Islam. Ia lahir di Marw (saat ini
bernama Mary di Turkmenistan, utara
Afganistan dan utara Iran) di kota Baghdad, Irak.
Kunyahnya Abu Abdillah lengkapnya: Ahmad bin
Muhammad bin Hambal bin Hilal bin Asad Al
Marwazi Al Baghdadi/ Ahmad bin Muhammad
bin Hanbal dikenal juga sebagai Imam Hambali.
12. Apa katanya….?
a. Janganlah bertaklid kepadaku, Malik, Syafi’i, Auza’i dan tidak pula
Tsuri, ambillah dari apa yang mere
ka ambil. (Dalam sebuah riwayat dikatakan : Janganlah bertaklid dalam
masalah agama kepada para Imam, ikutilah apa yang dapat dari
Rasulullah SAW dan para sahabatnya. Sedangkan dari tabi’in boleh
memilihnya (menolak atau menerima).
b. Al-Auza’i berpendapat, Malik berpendapat, dan Abu Hanifah
berpendapat. Menurutku semuanya adalah ra’yu, sedangkan yang
dapat dijadikan hujjah dalam masalah-masalah agama adalah atsar
(hadits).
c. Barangsiapa menolak hadits Rasulullah SAW maka ia berada di tepi
kehancuran.
13. Intinya….
•
Semua Ulama Mujtahid Mutlak menyampaikan
bahwa:
•
Jika ada pendapat yang berbeda dengan Al
Qur’an dan Sunnah yang shohih, tinggalkan
pendapat mereka.
•
QS 4:59
15. Shalat
•
Niat : semua ulama mazhab sepakat bahwa
mengungkapkan niat dengan kata-kata tidaklah diminta.
(Mughniyah; 2001)
•
Ibnu Qayyim berpendapat dalam bukunya Zadul Ma’ad,
sebagaimana yang dijelaskan dalam jilid pertama dari
buku Al-Mughni, karya Ibnu Qudamah, sebagai berikut :
Nabi Muhammad saw bila menegakkan shalat, beliau
langsung mengucapkan “Allahu akbar” dan beliau tidak
mengucapkan apa-apa sebelumnya, dan tidak melafalkan
niat sama sekali. (Mughniyah; 2001)
16. Takbiratul Ihram
•
“Kunci shalat adalah bersuci, dan yang mengharamkannya (dari
perbuatan sesuatu selain perbuatan-perbuatan shalat) adalah takbir,
dan penghalalnya adalah salam.”
•
Maliki dan Hambali : kalimat takbiratul ihram adalah “Allah Akbar”
(Allah Maha Besar) tidak boleh menggunakan kata-kata lainnya.
•
Syafi’i : boleh mengganti “Allahu Akbar” dengan ”Allahu Al-Akbar”,
ditambah dengan alif dan lam pada kata “Akbar”.
•
Hanafi : boleh dengan kata-kata lain yang sesuai atau sama artinya
dengan kata-kata tersebut, seperti “Allah Al-A’dzam” dan “Allahu AlAjall” (Allah Yang Maha Agung dan Allah Yang Maha Mulia).
(Mughniyah; 2001)
17. Khilaf Ulama
•
Syafi’i, Maliki dan Hambali sepakat bahwa mengucapkannya dalam
bahasa Arab adalah wajib, walaupun orang yang shalat itu adalah
orang ajam (bukan orang Arab).
•
Hanafi : Sah mengucapkannya dengan bahasa apa saja, walau yang
bersangkutan bisa bahasa Arab.
•
Semua ulama mazhab sepakat : syarat takbiratul ihram adalah semua
yang disyaratkan dalam shalat. Kalau bisa melakukannya dengan
berdiri; dan dalam mengucapkan kata “Allahu Akbar” itu harus
didengar sendiri, baik terdengar secara keras oleh dirinya, atau
dengan perkiraan jika ia tuli.
18. Qiyam : Berdiri
•
Semua ulama mazhab sepakat bahwa berdiri dalam
shalat fardhu itu wajib sejak mulai dari takbiratul ihram
sampai ruku’, harus tegap, bila tidak mampu ia boleh
shalat dengan duduk. Bila tidak mampu duduk, ia boleh
shalat dengan miring pada bagian kanan, seperti letak
orang yang meninggal di liang lahat, menghadapi kiblat
di hadapan badannya, menurut kesepakatan semua
ulama mazhab selain Hanafi. Hanafi berpendapat :
siapa yang tidak bisa duduk, ia boleh shalat terlentang
dan menghadap kiblat dengan dua kakinya sehingga
isyaratnya dalam ruku’ dan sujud tetap menghadap
kiblat.
19. •
Dan bila tidak mampu miring ke kanan, maka menurut Syafi’i dan
Hambali ia boleh shalat terlentang dan kepalanya menghadap ke
kiblat. Bila tidak mampu juga, ia harus mengisyaratkan dengan
kepalanya atau dengan kelopak matanya.
•
Hanafi : bila sampai pada tingkat ini tetapi tidak mampu, maka
gugurlah perintah shalat baginya, hanya ia harus melaksanakannya
(meng-qadha’-nya) bila telah sembuh dan hilang sesuatu yang
menghalanginya.
•
Maliki : bila sampai seperti ini, maka gugur perintah shalat
terhadapnya dan tidak diwajibkan meng-qadha’-nya.
•
Syafi’i dan Hambali : shalat itu tidaklah gugur dalam keadaan apa
pun. Maka bila tidak mampu mengisyaratkan dengan kelopak
matanya (kedipan mata), maka ia harus shalat dengan hatinya dan
menggerakkan lisannya dengan dzikir dan membacanya. Bila juga
tidak mampu untuk menggerakkan lisannya, maka ia harus
menggambarkan tentang melakukan shalat di dalam hatinya
selama akalnya masih berfungsi.
20. Bacaan - Hanafi
•
Hanafi : membaca Al-Fatihah dalam shalat fardhu tidak diharuskan, dan
membaca bacaan apa saja dari Al-Quran itu boleh, berdasarkan AlQuran surat Muzammil ayat 20 :”Bacalah apa yang mudah bagimu dari
Al-Quran,” (Bidayatul Mujtahid, Jilid I, halaman 122, dan Mizanul
Sya’rani, dalam bab shifatus shalah).
•
Boleh meninggalkan basmalah, karena ia tidak termasuk bagian dari
surat. Dan tidak disunnahkan membacanya dengan keras atau pelan.
Orang yang shalat sendiri ia boleh memilih apakah mau didengar sendiri
(membaca dengan perlahan) atau mau didengar oleh orang lain
(membaca dengan keras), dan bila suka membaca dengan sembunyisembunyi, bacalah dengannya. Dalam shalat itu tidak ada qunut kecuali
pada shalat witir. Sedangkan menyilangkan dua tangan adalah sunnah
bukan wajib. Bagi lelaki adalah lebih utama bila meletakkan telapak
tangannya yang kanan di atas belakang telapak tangan yang kiri di
bawah pusarnya, sedangkan bagi wanita yang lebih utama adalah
meletakkan dua tangannya di atas dadanya.
21. Bacaan - Maliki
•
Membaca Al-Fatihah itu harus pada setiap rakaat, tak
ada bedanya, baik pada rakaat-rakaat pertama maupun
pada rakaat-rakaat terakhir, baik pada shalat fardhu
maupun shalat sunnah, sebagaimana pendapat Syafi’i,
dan disunnahkan membaca surat Al-Quran setelah AlFatihah pada dua rakaat yang pertama. Basmalah bukan
termasuk bagian dari surat, bahkan disunnahkan untuk
ditinggalkan. Disunnahkan menyaringkan bacaan pad
shalat subuh dan dua rakaat pertama pada shalat
maghrib dan isya’, serta qunut pada shalat subuh saja.
Sedangkan menyilangkan kedua tangan adalah boleh,
tetapi disunnahkan untuk mengulurkan dua tangan pada
shalat fardhu.
22. •
Bacaan - Syafi’i
Membaca Al-Fatihah adalah wajib pada setiap rakaat tidak ada
bedanya, baik pada dua rakaat pertama maupun pada dua rakaat
terakhir, baik pada shalat fardhu maupun shalat sunnah.
Basmalah itu merupakan bagian dari surat, yang tidak boleh
ditinggalkan dalam keadaan apa pun. Dan harus dibaca dengan
suara keras pada shalat subuh, dan dua rakaat pertama pada
shalat maghrib dan isya’, selain rakaat tersebut harus dibaca
dengan pelan. Pad shlat subuh disunnahkan membaca qunut
setelah mengangkat kepalanya dari ruku’ pad rakaat kedua
sebagaimana juga disunnahkan membaca surat Al-Quran setelah
membaca Al-Fatihah pada dua rakaat yang pertama saja.
Sedangkan menyilangkan dua tangan bukanlah wajib, hanya
disunnahkan bagi lelaki dan wanita. Dan yang paling utama
adalah meletakkan telapak tangannya yang kanan di belakang
telapak tangannya yang kiri di bawah dadanya tapi di atas pusar
dan agak miring ke kiri. (Mughniyah; 2001)
23. Bacaan - Hambali
•
Wajib membaca Al-Fatihah pada setiap rakaat, dan
sesudahnya disunnahkan membaca surat Al-Quran pada
dua rakaat yang pertama. Dan pada shalat subuh, serta
dua rakaat pertama pada shalat maghrib dan isya’
disunnahkan membacanya dengan nyaring. Basmalah
merupakan bagian dari surat, tetapi cara membacanya
harus pelan-pelan dan tidak boleh dengan keras. Qunut
hanya pada shalat witir bukan pada shalat-shalat lainnya.
Sedangkan menyilangkan dua tangan disunahkan bagi
lelaki dan wanita, hanya yang paling utama adalah
meletakkan telapak tangannya yang kanan pada
belakang telapak tangannya yang kiri, dan meletakkan di
bawah pusar.
24. Lafadz Aamiin
•
Empat mazhab menyatakan bahwa membaca
amin adalah sunnah, berdasarkan hadits Abu
Hurairah, bahwa Rasulullah saw bersabda :
(Mughniyah; 2001)
•
”kalau ingin mengucapkan Ghairil maghdzubi
’alaihim waladzdzaallin, maka kalian harus
mengucapkan amin.”
25. Ruku
•
Semua ulama mazhab sepakat bahwa ruku’
adalah wajib di dalam shalat. Namun mereka
berbeda pendapat tentang wajib atau tidaknya
ber-thuma’ninah di dalam ruku’, yakni ketika
ruku’ semua anggota badan harus diam, tidak
bergerak.
26. Bacaan Ruku
•
Hanafi : yang diwajibkan hanya semata-mata membungkukkan badan dengan lurus, dan tidak
wajib thuma’ninah. Mazhab-mazhab yang lain : wajib membungkuk sampai dua telapak tangan
orang yang shalat itu berada pada dua lututnya dan juga diwajibkan ber-thuma’ninah dan diam
(tidak bergerak) ketika ruku’. (Mughniyah; 2001)
•
Syafi’i, Hanafi, dan Maliki : tidak wajib berdzikir ketika shalat, hanya disunnahkan saja
mengucapkan : (Mughniyah; 2001)
•
Subhaana rabbiyal ’adziim
•
”Maha Suci Tuhanku Yang Maha Agung”
•
Hambali : membaca tasbih ketika ruku’ adalah wajib. (Mughniyah; 2001)Kalimatnya menurut
Hambali :
•
Subhaana rabbiyal ’adziim
•
”Maha Suci Tuhanku Yang Maha Agung”
27. I’tidal
•
Hanafi : tidak wajib mengangkat kepala dari ruku’ yakni i’tidal (dalam
keadaan berdiri). (Mughniyah; 2001) Dibolehkan untuk langsung sujud,
namun hal itu makruh. Mazhab-mazhab yang lain : wajib mengangkat
kepalanya dan ber-i’tidal, serta disunnahkan membaca tasmi’, yaitu
mengucapkan :
•
Sami’allahuliman hamidah
•
”Allah mendengar orang yang memuji-Nya”
•
Sujud : semua ulama mazhab sepakat bahwa sujud itu wajib dilakukan dua
kali pada setipa rakaat. Mereka berbeda pendapat tentang batasnya.
(Mughniyah; 2001)
•
Maliki, Syafi’i, dan Hanafi : yang wajib (menempel) hanya dahi, sedangkan
yang lain-lainnya adalah sunnah.
28. Sujud
•
Hambali : yang diwajibkan itu semua anggota yang tujuh
(dahi, dua telapak tangan, dua lutut, dan ibu jari dua kaki)
secara sempurna. Bahkan Hambali menambahi hidung,
sehingga menjadi delapan. (Mughniyah; 2001)
•
Perbedaan juga terjadi pada tasbih dan thuma’ninah di
dalam sujud, sebagaimana dalam ruku’. Maka mazhab
yang mewajibkannya di dalam ruku’ juga mewajibkannya
di dalam sujud. Hanafi : tidak diwajibkan duduk di antara
dua sujud itu. Mazhab-mazhab yang lain : wajib duduk di
antara dua sujud
29. Tahiyat
•
Tahiyyat : tahiyyat di dalam shalat dibagi menjadi dua bagian
: pertama yaitu tahiyyat yang terjadi setelah dua rakaat
pertama dari shalat maghrib, isya’, dzuhur, dan ashar dan
tidak diakhiri dengan salam. Yang kedua adalah tahiyyat
yang diakhiri dengan salam, baik pada shalat yang dua
rakaat, tiga, atau empat rakaat
•
Hambali : tahiyyat pertama itu wajib. Mazhab-mazhab lain :
hanya sunnah.
•
Syafi’i, dan Hambali : tahiyyat terakhir adalah wajib. Maliki
dan Hanafi : hanya sunnah, bukan wajib.
30. Lafadz Tahiyat - Hanafi
•
Kalimat (lafadz) tahiyyat menurut Hanafi :
Attahiyatu lillahi washolawaatu waththoyyibaatu
wassalaamu ’alaika ayyuhannabiyyu
warahmatullahi wabarakaatuhAssalaamu’alainaa
wa ’alaa ’ibaadillahishshoolihiin Asyhadu anlaa
ilaaha illallah Wa asyhadu anna muhammadan
’abduhu warosuuluh
34. Salam
•
Syafi’i, Maliki, dan Hambali : mengucapkan salam
adalah wajib. Hanafi : tidak wajib. (Bidayatul Mujtahid,
Jilid I, halaman 126).
•
Menurut empat mazhab, kalimatnya sama yaitu :
•
Assalaamu’alaikum warahmatullaah
•
Hambali : wajib mengucapkan salam dua kali,
sedangakan yang lain hanya mencukupkan satu kali
saja yang wajib.
35. Bagaimana Sifat Sholat
Nabi?
•
Begitu banyak perbedaan yang ada pada bab shalat
•
Ilmu yang didapat oleh Ulama belum sepenuhnya,
karena kendala demografis dan teknologi Informasi,
kini tidak ada kendala untuk mencari data yang
lengkap.
•
www.shameela.net ada 30.000 kitab yang ditranskrip
digital
•
Next Modul - Sifat Sholat Nabi
36. Khotimah
Do your best, Be the best,
Allah will take care of the rest
Doddy Al Jambary 0818 884 844
2ABED4A6 jambary67@gmail.com
slideshare.net/Aljambary
www.cordova.co.id
َ ُ ْ َْ
س ب حا ن ك ال ل ه م و ب ح م د ك أ َ شْ ه د أ َ ن ل َ إل ه إ ِ ل ّ أ َ ن ت أ َ س ت غ فِ ر ك
َ ْ
َ ِ
ْ ُ َ
َ ِ ْ َ َِ ّ ُ ّ َ َ َ ُْ
َ َْ ُ ْ ُ َ
و أَ ت و ب إِل ي ك