1. PEMIKIRAN EKONOMI ABU YUSUF DAN AS-SYAIBANI
A. PENDAHULUAN
Dalam Islam, prinsip utama dalam kehidupan umat manusia adalah Allah swt merupakan Zat
Yang Maha Esa. Ia adalah satu-satunya Tuhan dan Pencipta seluruh alam semesta, sekaligus
Pemilik, Penguasa serta Pemelihara Tunggal hidup dan kehidupan seluruh makhluk yang tiada
bandingan dan tandingan, baik di dunia maupun di akhirat. Ia adalah Subbuhun dan Quddusun,
yakni bebas dari segala kekurangan, kesalahan, kelemahan, dan berbagai kepincangan lainnya,
serta suci dan bersih dalam segala hal.
Kontribusi kaum muslimin yang sangat besar terhadap kelangsungan dan perkembangan
pemikiran ekonomi pada khususnya dan peradaban dunia pada umumnya, telah diabaikan oleh
para ilmuwan Barat. Buku-buku teks ekonomi Barat hampir tidak pernah menyebutkan peranan
kaum muslimin ini. Menurut Chapra, meskipun sebagian kesalahan terletak di tangan umat Islam
karena tidak mengartikulasikan secara memadai kontribusi kaum muslimin, namun Barat
memiliki andil dalam hal ini, karena tidak memberikan penghargaan yang layak atas kontribusi
peradaban lain bagi kemajuan pengetahuan manusia. Dalam kesempatan pembuatan makalah ini
kami akan membahas tentang sejarah pemikiran ekonomi Abu Yusuf dan as-Syaibani.
I. PEMIKIRAN EKONOMI ABU YUSUF (113-182 H/731-798 M)
A. Riwayat Hidup
Ya‟qub bin Ibrahim bin Habib bin Khusnais bin Sa‟ad Al-Ashari Al-Jalbi Al- Kufi Al-Bagdadi,
atau yang lebih dikenal sebagai Abu Yusuf, lahir di Kufah pada tahun 113 H (731 M) dan
meninggal dunia di Baghdad pada tahun 182 H (798 M). Abu Yusuf meninba ilmu kepada
banyak ulama besar,diantaranya adalah Imam Abu Hanifah yaitu pendiri maszhab Hanafi.
Berkat bimbingan para gurunya serta di tunjang oleh ketekunan dan kecerdasanya, Abu Yusuf
tumbuh sebagai alim ulama yang sangat dihormati oleh berbagai kalangan, baik ulama maupun
penguasa masyarakat umum. Abu Yusuf dikenal sebagai Qadhi/ hakim, bahkan sebagai Qadi alQudah (hakim agung) pada dinasti Abassiyah yaitu pada masa pemerintahan Kholifah Harun ArRasyid.
B. Karya-karya Abu Yusuf
Sekalipun disibukkan dengan berbagai aktivitas mengajar dan birokrasi, Abu Yusuf masih
meluangkan waktu untuk menunlis . Beberapa karya tulisnya adalah al- Jawami‟, ar-Radd‟ala
Siyar al-Auza‟i, al-Atsar, Ikhtilaf Abi Hanifah wa Ibn Abi Laila, Adad al-Qadhi, dan al-Kharaj.
Hadist diperoleh dari Abu Ishak As-Syaibani, Sulaiman Al Tamyi, yahya bin Said al Anshari,
A‟masi, Hisyam bin Urwah, Atha‟ bin Said, dan Muhammad bin Sihaq bin Yasir. Dan beliau
juga aktif mengikuti pengajian Muhammad bin Abdurrahman bin Abi Laili.
Adapun kitab yang paling terkenal adalah kitab Al-Kharaj (pajak). Kitab ini ditulis atas
permintaan kholifah Harun Ar-Rasyid untuk pedoman dalam menghimpun pemasukan atau
pendapatan Negara dari kharaj, usyr, zakat, dan jizyah. Kemudian Kitab ini digolongkan sebagai
public finance dalam pengertian ekonomi modern.
Kharaj adalah pajak tanah yang harus dibayar oleh nonmuslim kepada baitul mal dimana
tanahnya dikuasai oleh orang muslim baik karena peperangan maupun bea cukai yang harus
2. dibayar para pedagang muslim maupun non muslim yang melintas diwilayah daulah islamiyah
sebesar sepersepuluh/ 10 persen. Sedangkan jizyah adalah pajak yang harus dibayar oleh orang
nonmuslim yang tinggal dan dilindungi dalam suatu Negara islam.
C. Pemikiran-pemikiran Abu Yusuf
Penekanan terhadap tanggung jawab penguasa merupakan tema pemikiran ekonomi Islam yang
selalu dikaji sejak awal, tema inilah yang menjadi kajian utama dari Abu Yusuf. Pemikiranpemikirannya adalah seperti yang tertuang dalam kitab Al-Kharaj. Diantaranya ialah:
a.
Tentang pemerintahan
Seorang khalifah adalah wakil Allah dimuka bumi untuk melaksanakan perintah-Nya dan
mengaturnya. Dalam hubungan hak dan tanggung jawab pemerintah terhadap rakyatnya. Dalam
hal ini Abu Yusuf menyusun sebuah kaidah fiqih yang sangant popular yaitu tasarruf al imam
ala ra‟iyyah manutun bi al-maslahah (setaip tindakan pemerintah yang berkaitan dengan rakyat
terkait dengan kemaslahatan mereka). Alokasi anggaran keuangan negara harus didistribusikan
pada pengadaan barang-barang publik demi terwujudnya kesejahteraan umum.
b.
Tentang keuangan dan perekonomian
Uang Negara bukan milik kholifah akan tetapi milik Allah dan rakyatnya yang harus dijaga
dengan penuh tanggung jawab. Hal kontroversial dalam pemikiran ekonomi abu yusuf adalah
pada masalah pengendalian harga. Beliau menentang pemerintah dalam menetapkan harga[3].
Karena bukan menjadi alasan untuk menurunkan harga bila terjadi banyak barang yang beredar
dipasar. Dan sebaliknya kelangkaan tidak dijadikan sebagai alasan harga melambung tinggi.
Dalam hal ini beliau mengutip hadis Rasulullah SAW yang menyatakan bahwa “Tinggi dan
rendahnya barang merupakan bagian dari keterkaitan dengan keberadaan Allah, dan kita tidak
bisa mencampuri terlalu jauh bagian dari ketetapan tersebut,” (HR Abdur Rahman bin Abi Laila
dari Hikam bin Utaibah).
Pemikiran utama Abu Yusuf dalam masalah keuangan publik beliau menyarankan tentang caracara mendapatkan sumber pendapatan untuk pembangunan jangka panjang. Sepeti pembangunan
jembatan, jalan-jalan, bendunagan, serta membangun saluran-saluran air besar maupun kecil.
c.
Tentang pertanahan
Tanah yang diperoleh dari pemberian dapat ditarik kembali jika tidak digarap selama 3 tahun dan
diberikan kepada yang lain. Abu Yusuf cenderung menyetujui negara mengambil bagian dari
hasil pertanian dari para penggarap daripada menarik sewa dari lahan pertanian. Dalam
pandangannya, cara ini lebih adil dan tampaknya akan memberikan hasil produksi yang lebih
besar dengan memberikan kemudahan dalam memperluas tanah garapan.
d.
Tentang perpajakan
Dalam konsep perpajakan, Abu Yusuf lebih mengunggulkan sistem pajak proporsional
(muqasamah) dibandingkan sistem pajak tetap (misahah). Misahah adalah metode penghitungan
kharaj yang didasarkan pada pengukuran tanah tanpa mempertimbangakan unsur kesuburan
tanah, irigasi dan jenis tanaman. Sedangkan metode muqasamah, tingkat pajak didasarkan pada
ratio tertentu dari total produksi yang dihasilkan. Beliau menilai sistem pajak proporsional
(muqasamah) lebih adil dan tidak memberatkan bagi para petani sedangkan sitem pajak tetap
(misahah) tidak memiliki ketentuan apakah harus ditarik dalam jumlah uang atau barang.
3. Konsekuensinya, ketika terjadi fluktuasi harga bahan makanan, antara perbendaharaan negara
dengan para petani akan saling memberikan pengaruh negatif.
Dalam hal ini beliau berpendapat menekankan pentingnya menunjuk administrator pajak yang
amanah dan tidak koruptif. Mereka harus bekerja secara professional dan ia menganjurkan gaji
mereka diambil dari baitul mal dan bukan dari pembayar kharaj langsung.
e.
Tentang peradilan
Hukum tidak dibenarkan berdasarkan hal yang subhat (sesuatu yang tidak pasti). Kesalahan
dalam mengampuni lebih baik daripada kesalahan dalam menghukum. Jabatan tidak boleh
menjadi bahan pertimbangan dalam peradilan.
II. PEMIKIRAN EKONOMI AS-SYAIBANI (132 – 189 H/750 – 804)
A. Riwayat Hidup
Abu Abdilah Muhammad bin Al-Hasan bin Farqad Al-Syaibani lahir pada tahun 132 H (750 M)
di kota Wasith, ibu kota Irak pada akhir masa pemerintahan Bani Umayyah.Ayahnya berasal dari
negari Syaibani di wilayah jazirah Arab.Di kota tersebut ia belajar fiqih, sastra, bahasa, dan hadis
kepada para ulama setempat, seperti Mus‟ar bin Kadam, Syufan Tsauri,Umar bin Dzar, dan
Malik bin Maghul[5].
Setalah memperoleh ilmu yang memadai, Al-Syaibani kembali ke Baghdad yang saat itu telah
berada dalam kekuasaan Daulah Bani Abbasiyah. Di tempat ini ia mempunyai peranan penting
dalam majelis ulama dan kerap didatangi ara penuntut ilmu. Namun tugas ini hanya berlangsung
singkat karena ia kemudian mengundurkan diri untuk lebih berkonsentrasi pada pengajaran dan
penulisan fiqih. Al-Syaibani meninggal dunia pada tahun 189 H (804 M) di kota al-Ray, daket
Teheran, dalam usia 58 tahun.
B. Karya-karya as-Syaibani
Zhahir al-Riwayah, yaitu ditulis berdasrkan pelajaran yang diberikan Abu Hanifah, seperti alMabsut, al-Jmi‟ al-Kabir, al-Jami‟ al-Shaghir, al-Syiar al-Kabir,al-Syiar al-Shaghir, dan alZiyadat. Kesemuanya ini dipimpin Abi Al-Fadhl Muhammad abn Ahmad Al-Maruzi (w. 334
H/945 M) dalam satu kitab yang berjudul al-kafi.
Al-Nawadir, yaitu kitab yang ditulis berdasarkan pandanganya sendiri, seperti Amali Muhammad
fi al-fiqih, al-Ruqayyat, al-Makharij fi al-Hiyal, al-Radd ‟ala Ahl Madinah, al-Ziyadah, al-Atsar,
dan al-Kasb.
C. Pemikiran-pemikiran as-Syaibani
Dalam mengungkapkan pemikiran ekonomi Al-Syaibani, para ekonom muslim banyak merujuk
pada kitab al-Kasb. Kitab tersebut termasuk kitab pertama di dunia Islam yang membahas
tentang teori pendapatan dan sumber-sumbernya, serta teori produksi dan konsumsi. Oleh karena
itu, tidak berlebihan bila Dr. Al-Janidal menyebut Al-Syaibani sebagai salah seorang perintis
ilmu ekonomi islam.
1.
Al-Kasb (kerja)
As-Syaibani mendefinisikan al-kasb sebagai mencari perolehan harta melalui berbagi cara yang
halal. Dalam ekonomi islam ini termasuk aktivitas produksi. Berbeda dengan ekonomi semua
4. yang menhasilkan barang dan jasa termasuk dalam aktivitas produksi. Dalam ekonomi islam
dibatasi dengan halal haramnya barang atau jasa tersebut.
Dalam ekonomi konvensional nilai guna suatu barang atau jasa ditentukan oleh keinginan. Tetapi
dalam ekonomi islam utility suatu barang atau jasa bertujuan untuk kemaslahatan orang banyak.
As-Syaibani menegaskan bahwa kerja yang merupakan unsur pertama dalam produksi yang
mempunyai kedudukan penting dalam menunjang pelaksanaan ibadah kepada kepada Allah
hukumnya adlah wajib. Rosulullah bersabda “ mencari pendapatan adalah wajib bagi setip
muslim”. Allah berfirman “apabila telah ditunaikan sholat, maka bertebarlah kamu dimuka
bumi dan crilah karunia Allah dan ingatlah Allah banyak-banyak supaya kamu beruntung. (aljumu‟ah:10)
2.
Kekayaan dan kefakiran
Setelah membahas kasb kemudian pokok pikiran as-Syaibani yang selanjutnya adalah kaya dan
fakir. Menurutnya banyak dalil yang menujukkan keutamaan sifat-sifat kaya, tapi kedudukan
sifat-sifat fakir yang lebih tinggi. Apabila kebutuhan mereka sudah merasa terpenuhi maka
mereka bergegas pada kebajikan, sehingga mencurahkan perhatiannya pada urusan akherat. Pada
intinya as-Syaibani menyerukan agar hidup dalam kesederhanaaan (kecukupan). Sekalipun
begitu tidak menentang akan orang yang berlebihan, tapi dalam catatan untuk hal kebaikan.
3.
Klasifikasi usaha-usaha Perekonomian
Menuruut as-Syaibani usaha perekonomian terbagi atas empat macam yaitu ; sewa-menyewa,
perdagangan, pertanian dan perindustrian.[7] Sedangkan dalam ekonom kontemporer terbagi
dalam tiga bidang yaitu; pertanian, perindustrian dan jasa. Menurutnya usaha pertanianlah yang
paling utama daripada yang lainnya. Karena merupakan kebutuhan dasar manusia untuk
menunjang dalam berbagai kewajibannya.
Dari segi hukum as-Syaibani membagi usaha-usaha perekonomian dalam dua hal yaitu;
Fardhu Kifayah: yaitu jika telah ada orang yang menjalankannya roda perekonomian akan terus
berjalan. Dan apabila tidak ada seorangpun yang menjalankannya maka akan menimbulkan
banyak kesengsaraan.
Fardhu „Ain; yaitu setiap orang mutlak untuk melakukannya guna memenuhi kebutuhannya
sendiri dan orang yang ditanggungnya. Bila tidak akan mebahayakan dirinya dan orang yang
ditanggungnya.
4.
Kebutuhan-kebutuhan Ekonomi
Makan, minum, pakaian, dan tempat tiggal adalah kebutuhan pokok dalam ekonomi islam
maupun konvesional. Jika keempat kebutuhan itu tidak dapat terpenuhi maka manusia tidak akan
bias hidup dan akan masuk neraka karenanya.
5.
Spesialisasi dan Distribusi Pekerjaan
Beliau berpendapat manusia tidak bisa hidup tanpa bantuan orang lain maka dari itu harus
bekerjasama. Lebih jauh lagi apabila sesorang bekerja dengan niat ibadah dan membantu
saudaranya maka pekerjaanya tersebut akan diberi ganjaran yan lebih. Rosulullah SAW bersabda
„sesungguhnya Allah SWT selalu menolong hambNya selama hamba-Nya tersebut menolong
saudara muslimnya “ (HR Bukhori-Muslim)
D.
KESIMPULAN
5. Konsep utama pemikiran ekonomi Abu Yusuf adalah pada penekanan terhadap tanggung jawab
penguasa, yang meliputi pada bidang :
~ Dalam bidang pemerintahan
~ Bidang perekonomian dan keuangan
~ Bidang pertanahan
~ Bidang perpajakan
~ Dan dalam hal peradilan
Konsep utama pemikran ekonomi as-Syaibani menekankan pada teori Kasb (pendapatan) dan
sumber-sumbernya serta pedoman perilaku produksi dan konsumsi.
E.
PENUTUP
Demikianlah makalah yang dapat kami paparkan. mudah-mudahan bisa bermanfaat bagi kita
semua khususnya bagi pembacanya. Dan tidak lupa kritik dan sarannya sangat kami harapkan
guna memperbaiki pembuatan selanjutnya. Dan apabila ada kesalahan penulisan maupun
penyampain, mungkin karena kebodohan serta kurangnya pengetahuan kami, dan apabila ada
kebenaran semata hanya dari Allah SWT. Semoga bermanfaat dan disebarluaskan……
Wallahu „alam Bisshowab……
DAFTAR PUSTAKA
http://agoesfarianto.wordpress.com/2012/03/14/pemikiran-ekonomi-abu-ubaid-dan-assyaibani/
http://www.facebook.com/#!/notes/ali-rama/pemikiran-ekonomi-abu-yusuf/
http://www.facebook.com/#!/notes/ali-rama/pemikiran-ekonomi-abuyusuf/402048274425