SlideShare a Scribd company logo
1 of 25
TINJAUAN SOSIAL PENDIDIKAN ISLAM

                               PADA MASA BANI BUWAYH



A.       Pendahulaun.

                    Masa kejayaan Bani Buwahy merupakan era transisi berakhirnya

         kekuasaan bangsa Arab di Kekhalifahan Abbasiyah. Selama mengendalikan

         kekuasaannya di Baghdad, Dinasti Buwahy turut berjasa mengembangkan

         supremasi peradaban Islam di bidang ilmu pengetahuan dan sastra. Sederet

         ilmuwan, pemikir dan ulama besar lahir di era kekuasaan Buwauhi di kota

         Baghdad. Ulama, pemikir dan ilmuwan penting yang muncul di era

         kejayaan Buwayh antara lain; Al-Farabi (wafat 950 M), Ibnu Sina (980-

         1037 M), Al-Farghani, Abdurahman Al-Shufi (wafat 986 M), serta Ibnu

         Maskawih (wafat 1030 M).1

                    Sumbangan ilmuwan dan intelektual yang berada dalam lindungan

         dan dukungan para penguasa Buwayh ini bagi pengembangan ilmu

         pengatahuan sungguh sangat besar. Tidak cuma itu, Philip K Hitti dalam

         bukunya History of Arab juga mencatat peran penting Bani Buwaihi dalam

         pembangunan di kota Baghdad. Menurut Hitti, di era kekuasaannya, para

         penguasa Buwaihy berhasil membangun masjid, rumah sakit, serta kanal-

         kanal. Pembangunan infrastruktur itu turut membuat sektor ekonomi,

         pertanian, perdagangan dan industri menggeliat.2



1
    A. Syalabi, Sejarah dan Kebudayaan Islam (Jakarta: Pustaka Alhusna,1993). H. 324
2
    Lapidus, Sejarah Sosial Umat Islam ( Jakarta: PT Raja Grapindo, 1985). H. 231


                                                 1
Menurut Ensiklopedi Britannica Online, penguasa Buwayh sempat

        membangun bendungan jembatan yang membelah Sungai Kur dengan

        Shiraz. Jembatan itu mampu menyambungkan Dinasti Buwayh dengan

        kerajaan lainnya seperti Samanid, Hamdaniyah, Bizantium dan Fatimiyah.

        Penguasa Buwayh pun turut menopang geliat seni dan kesusasteraan.3



B. PEMBAHASAN

   1. Kronologis Kedatangan Bani Buwaih

                Masa    pemerintahan      Buwayh     yaitu    periode    ketiga   dari

         pemerintahan bani Abbasiah, dimana kekhilafahannya dikuasai oleh bani

         Buwaih sejak 334 -447 H/945-1055 M kehadiran bani Buwaihi berawal

         dari tiga orang putera Abu Syuja' Buwayh, seorang pencari ikan yang

         tinggal di daerah Dailam, yaitu Ali, Hasan dan Ahmad. Untuk keluar dari

         tekanan kemiskinan, tiga bersaudara ini memasuki dinas militer yang

         ketika itu dipandang banyak mendatangkan rezeki.4 sehingga sebagian

         besar ahli sejarah Islam merangkai awal dari kemunculan bani Buwayh

         dala paggung sejarah bani Abbas bermula dari kedudukan panglima

         perang yang diraih Ali bin Ahmad dalam psukan Makan Ibn Kali dari

         dinasti Saman, tetapi kamudian berpinadah ke kubu Mardawij. Ketika

         Mardawij tebunuh pada tahun 943, Ali sudah menjadi penguaa Isfahan

         dan sedang berusaha menjadi penguasa yang mandiri. Kira-kira dua tahun

         kemudian ketiga orang bersaudara ini menguasai bagian barat dan barat
    3
     G.E. Bosworrt Dinasti-dinasti Ilam (Bandung: Mizan, 1993). H 122-123.
    4
     Omar A. Farrukh dalam M.M. Syarif (editor), Aliran-Aliran Filsafat Islam (Bandung:
Nuansa Cendikia, 2004), hal. 181


                                          2
daya Persia, dan pada tahun 945, setelah kematian jendral Tuzun,

        penguasa sebenarnya atas Baghdad, Ahmad memasuki Baghdad dan

        memulai kekuasaan Bani Buwaih atas khalifah Abbasiyah. Gelar mu’izz

        al- Daulah (yang memuliakan Negara) diperolehnya dari khalifah. Ia

        memerintah Baghdad selama leih dari 24 tahun, sementara kedua

        saudaranya menguasai bagian kerajaan sebelah timur.5                 Sebenarnya

        keturunan Bani Buwayh adalah keturunan kaum Syi‟ah, dan bukan

        keturunan Bani Abbas secara langsung pada saat itu. Melihat kekuasaan

        Bani abbas yang semakin melemah di dalam bidang pemerinahan atau

        perpolitikan yang mngakibatkan timbulnya keinginan dari daulat-daulat

        kecil yang ada di bawah kekuasaan Baghdad. Kesempatan ini tidak kalah

        pentingnya bagi Ali sebagai pemimpin Bani Buwayh sehingga langkah

        awal yang dilakukan yaitu mulai menakkan di daerah-daerah Persia

        menjadikan Syiraz sebagi pusat pemerintahan. Ketika Mardawij

        meninggal, Bani Buwayh yang bermarkas di Syiraz itu berhasil

        menalukkan beberapa daerah di Persia seperti Rayy, Isfahan, dab daerah-

        daerah Jabal. Ali berusaha mendapat legalisasi dari Khlifah abbasiyah Al-

        Radhi Billah, dan mengirimkan sejumlah uang untuk pembendaharaan

        Negara.Ia berhasil mendapat legalitas itu. Kemudian, melakukan ekspasi

        ke Irak, Ahwaz, dan Wasith. Dari sini tetara Buwaih menuju Baghdad

        untuk merebut kekuasaan di pusat pemerintahan .ketika itu ,Baghdad

        dilanda kekisruhan politik, akibat perebutan jabatan Amir Al Umara‟

    5
     Majid Fakhry, Sejarah Filsafat Islam: Sebuah Peta Kronologis, (terj.) oleh Zaimul Am,
(Bandung: Mizan, 2002), hal. 64


                                            3
antara wazir dan pemimpin miiter. Para pemimpin militer meminta

        bantuan kepada Ahmad Ibnu Buwaih yang berkedudukan di Akhwaz

        permintaan itu dikabulkan, Ahmad dan pasukannya tiba di Baghdad pada

        tanggal 11 jumadil ula (334 H/945M). 6



   2. Orang-Orang Bani Buwaih dan Khilafah Bani Abbasiah

               Buwaih bermahzab Syiah sehingga mereka patut menjadikan

        seorang khalifah dari syiah zaidiyah, akan tetapi mereka menerima

        kailafah Abbasiah. Sehingga timbullah pertanyaan apa yang menjadi

        penyebab semua itu?

               Seperti yang dicantumkan dalam buku Al isy yusuf, tahun 1968 M

        yaitu mereka adalah orang yang berpandangan jauh, para sejarawan

        menyebutkan bahwa Ahmad bin Buwaih, pernah bermusyawarah dengan

        orang-orang untuk menunjuk seorang khalifah dari keluarga Ali. Namun,

        orang-orangnya mengingatkan dia agar menjauhinya mereka berkata, ”jika

        kamu membawa salah seorang diantara mereka, kamu pasti menjadi

        pembantu, dan dia akan menjadi pemimpin. Dailam adalah kelompoknya.

        jika dia menyuruh orang untuk membunuhmu.kanu akan ada didalam

        tangannya seperti cincin. Adapun ketika kamu membiarkan khalifah

        Abbasiah, kamu akan menjamin untuk dirimu seseorang yang bisa kamu

        kendalikan sesuai dengan kehendakmu. Kamu bisa memecatnya jika kamu

        mau untuk mengantikannya dengan yang lain kapanpun kamu mau.

    6
     Omar A. Farrukh dalam M.M. Syarif (editor), Aliran-Aliran Filsafat Islam (Bandung:
Nuansa Cendikia, 2004), hal. 187


                                          4
Orang-orang Dailam adalah kelompokmu.mereka tidak akan taat denga

    nama madzhab dan nama baiat yang ada didalam pundakmu.”

            Dengan hal itulah Ahmad bin Buwayh menghindari penunjukan

    kalangan keluarga Ali sebagai Khalifah. padahal pada awalnya rakyat Irak

    telah menerima Abbasiyah sebagai khilafah yang sudah menjadi bagian

    dari hidup mereka, atau jabatan khalifah adalah jabatan yang bersifat

    mutlak di dalam agama yang tidak akan pernah bisa diganggu gugat, dan

    inilah alasan untuk memnerima bani Abbasiyah menjadi khilafah pada

    masa itu.

            Dengan berkuasanya Bani Buwaih, aliran Mu‟tazilah bangkit lagi,

    terutama diwilayah Persia, bergandengan tangan dengan kaum Syi‟ah.

    Pada masa ini muncul banyak pemikir Mu‟tazilah dari aliran Basrah yang

    walaupun nama mereka tidak sebesar para pendahulu mereka dimasa

    kejayaannya yang pertama, meninggalkan banyak karya yang bisa dibaca

    sampai sekarang. Selama ini orang mengenal Mu‟tazilah dari karya-karya

    lawan-lawan mereka, terutama kaum Asy‟ariyah. Yang terbesar diantara

    tokoh Mu‟tazilah periode kebangkitan kedua ini adalah al-Qadi Abd al-

    jabbar, penerus aliran Basra setelah Abu Ali dan Abu Hasyim.7



3. Keadaan politik pada masa bani buwaihiyah

            Di dalam masalah politik yang berperan penting hanya bani

    buwaih yang memegang jabatan penting pada Amir Al umara‟, sehingga


7
 Ibid. hal. 188


                                    5
orang-orang bani Buwaih menetapkan orang-orang Abbasiyah dalam

      pemerintahan, namun tidak memberikian kekuasaan. Mereka melarang

      khalifah memperoleh pendapatan untuk kemudian mereka ambil

      sendiriu.Mereka ,membuat pasukan khusus untuk khlifah yang berjumlah

      lima ribu dirham sehari. Hal tersebut terjadi dimasa Almustakfa.8 Sejak

      saat itu para khalifah tunduk kepada Bani Buwayh, sehingga para khalifah

      Abbasiyah benar-benar tinggal nama saja. Pelaksanaan pemerintahan

      sepenuhnya berada di tangan amir-amir Bani Buwaih.



4. Bidang ilmu pengetahuan.

               Kekuasaan Buwayh mencapai puncaknya dibawah

      kepemimpinan „Addud Ad-Daulah (949-983). Hal yang menarik

      yang bisa kita banggakan dalam pola dan tatanan kehidupan masyrakat

      pada masa Dinasti ini. Sebagaimana para khalifah Abbasiyah periode

      pertama, para penguasa Bani Buwayh mencurahkan perhatian secara

      langsung dan sungguh-sungguh terhadap pengembangan ilmu pengetahuan

      dan kesusasteraan. Para pangeran dan wazir Dinasti ini menjadi contoh

      dalam      memberikan    dukungan     terhadap   berbagai   disiplin    ilmu

      pengetahuan.      Pada     masa       tersebut, Baghdad sebagai        tempat

      berkembangnya Dinasti tersebut mengalami kemajuan yang sangat

      pesat. Baghdad menjadi pusat ilmu pengetahuan. Kedekatannya dengan

      para Ilmuan menjadikan loyalita mereka terhadap pemerintahan sangat

8
    Ibit. hal. 190


                                        6
tinggi. Istana pemerintahan pernah dijadikan sebagai tempat pertemuan

 Ilmuwan saat itu. Bahkan saat itu dibangun Rumah sakit besar yang terdiri

 dari 24 orang Dokter, dan digunakan juga sebagai tempat Praktek

 mahasiswa Kedokteran saat itu. Di bidang sastrawan Para penguasa saling

 berlomba-lomba       dalam    mengumpulkan       para   sastrawan      untuk

 menyampaikan syair-syair indahnya di istana. Sehingga bukan sebuah

 keanehan jika sarjana dan penyair sering kali melakukan pengembaraan

 dari satu istana menuju istana yang lain.

    Para penguasapun sering mengumpulkan para kerabatnya dalam

 sebuah majlis atau    pertemuan       untuk   mempelajari   disiplin   ilmu

 pengetahuan seperti; ilmu kalam, hadits, fikih, kesusastraan dan lain

 sebagainya dengan dipandu oleh para guru yang diundang secara khusus

 ke dalam istana. Selain di istana, pertemuan dalam membahas ilmu

 pengetahuan juga diselenggarakan di masjid-masjid, rumah-rumah pribadi,

 kedai-kedai, alun-alun bahkan di taman-taman kota

          Pada masa Dinasti Buwaihy merupakan titik puncak dari apa

yang disebut "humanisme", karena betapa kosmopolitannya atmosfer

budaya pada saat itu. Percampuran pemikiran di antara orang-orang Islam,

Kristen, Yahudi, Kaum Pagan, kelompok-kelompok aliran teologi dan

kelompok religius sangat menghargai pluralitas. Titik tolak kesepakatan

mereka adalah bahwa "ilmu-ilmu kuno" adalah milik seluruh umat manusia

dan tidak ada satu kelompok religius atau kultural satu pun dapat

mengklaim kepemilikan eksklusif ilmu-ilmu tersebut. Dimana semangat



                                   7
pluralitas itu mereka kembangkan atas prinsip "shadaqah" yang diartikan

         "persahabatan" yaitu sebuah prinsip hubungan lintas budaya dan religius

         yang mendasarkan hubungannya pada kemanusiaan. Ini berarti hubungan

         mereka tidak didasarkan pada ras, suku atau agama, tetapi pada kenyataan

         bahwa mereka adalah manusia.9

                 . Pada masa Bani Buwaih ini banyak bermunculan ilmuwan besar,

         di antaranya, al-Farabi (w. 950 M), Ibn Sina (980-1037 M), Abdurrahman

         al-Shufi (w. 986 M), Ibn Maskawaih (w. 1030 M), Abu al-'Ala al-

         Ma'arri (973-1057 M), Al-Kindi, Sijistani, Nadhim, Al-Amiri, Ibn Rusyd

         dan kelompok Ikhwan al-Shafa. Dan pada masa ini                           dilakukan

         penerjemahan terhadap ratusan karya-ilmiah Yunani-Romawi ke bahasa

         Arab oleh Hunain Ibn Ishaq, penerjemah Kristen Nestorian, Yuhanna ibn

         Hailan dan sebagainya. Yang bertempat di Baghdad dan Iran sebagai pusat

         peradaban Islam dengan beragam istana, dibawah kontrol dinasti Buwaihy

         yang dipimpinan oleh 'Adhud Al-Daulah.



             Karya-karya Ilmuan besar diantaranya:

     1). Al-Farabbi (w.950 M)

                 Al-Farabi tempil sebagai filosof yang menguasai berbagai cabang

             ilmu seperti : ilmu alam, matematika, astronomi dan lain-lain. Aliran

             filsafat Yunani yang mempengaruhinya ialah filsafat Plato, Aristoteles,

     9
       Muhammad jalaluddun Surur, Tarikh al-Hadharah al-Islamiah (Fi al-ayarq al-fikral-Arabi,
1976). H. 51




                                              8
dan Neoplatonisme. Selain itu ia sebagai seorang muslim yang telah

      mempelajari pelajaran agama dengan baik ia pun mendapat pengaruh

      dari ajaran tersebut. Disini Al-Farabi juga menyesuaikan filsafatnya

      dengan ajaran islam, seperti: filsafatnya tentang kenabian ia mengakui

      adanya nabi, dan nabi itu lebih tinggi dari filosof. Dimana maksudnya

      nabi mempunyai mukzijat sedangkan filosof hanya menggunakan akal

      pikiran untuk berfilsafat. Dengan demikian dasar pemikiran filsafat

      yang digunakan Al-Farabi yaitu memadukan ajaran filsafat dengan

      ajaran agama.

                karya-karya Alfarabi adalah

        1.    Syuruh risalah aainun al-kabir al-Yunani

        2.    Al-Ta‟liqat

        3.    Risalah fina yajibu ma‟rifat qabla ta‟allumi al-falsafah

        4.    Risalah fi itsbt al-mufaraqah



2). Ibn Sina (980-1033M),

             Ibnu Sina telah menghasilkan beberapa karya monumental di

    bidang ilmu pengetahuan,. Dengan demikian, tidak berlebihan jika

    dikatakan bahwa ketika berbicara tentang pemikiran Islam atau ilmu

    pengetahuan Islam, maka tidak terlepas dari kontribusi Ibnu Sina. Bahkan

    dapat dikatkan bahwa berbicara tentang Ibnu Sina berarti berbicara tentang

    pemikiran dan kejayaan Islam. Beberapa karya intelektual Ibnu Sina, dapat

    diklasifikasikan ke dalam 15 bidang ilmu yaitu: 1) Falsafah umum, 2)



                                       9
Logika, 3) Sastra, 4) Syair, 5) Ilmu-ilmu Alam, 6) Psikologi, 7)

  Kedokteran, 8) Kimia, 9) Matematika, 10) Metafisika, 11) Tafsir al-

  Qur‟an, 12) Tasawuf, 13) Akhlak, Rumah Tangga, politik, dan nubuwwah,

  14) Surat-surat pribadi, 15) Serba ragam „


3). Ibn Maskawaih (w.1030M)

          Miskawiah adalah ilmuwan suka meneliti dalam pengetahuan

  ilmiah dan akademis. Ia adalah ahli dan mampu di bidang Biologi; ia

  merupakan ilmuwan pertama yang menemukan kehidupan tumbuhan

  secara umum, membahas tentang evolusi. Ia adalah sarjana sosiologi, yang

  ahli tentang kebudayaan dan peradaban dengan spesifikasi pada disiplin

  Psikologi, dalam bidang psikologi ia termasuk ahli dibidangnya. Ia adalah

  peneliti dan pemikir etika, kerohanian dan penulis besar buku akhlak.

  Miskawaih adalah salah seorang tokoh filsafat dalam Islam yang

  memusatkan perhatiannya pada etika Islam. Meskipun sebenarnya ia pun

  seorang sejarawan, tabib, ilmuwan dan sastrawan. Pengetahuannya tentang

  kebudayaan Romawi, Persia, dan India, disamping filsafat Yunani, sangat

  luas.

          Dilihat dari tahun lahir dan wafatnya, Miskawaih hidup pada masa

  pemerintahan Bani Abbas yang berada di bawah pengaruh Bani Buwaihi

  yang beraliran Syi‟ah dan berasal dari keturunan Parsi Bani Buwaihi yang

  mulai berpengaruh sejak Khalifah al Mustakfi dari Bani Abbas

  mengangkat Ahmad bin Buwaih sebagai perdana menteri dengan gelar

  Mu‟izz al Daulah pada 945 M. pada masa inilah Miskawaih memperoleh



                                  10
kepercayaan untuk menjadi bendaharawan. „Adhud al Daulah. Juga pada

      masa ini Miskawaih muncul sebagai seorang filosof, tabib, ilmuwan, dan

      pujangga. Tapi, disamping itu ada hal yang tidak menyenangkan hati

      Miskawaih, yaitu kemerosotan moral yang melanda masyarakat. Oleh

      karena itulah agaknya Miskawaih lalu tertarik untuk menitikberatkan

      perhatiannya pada bidang etika Islam. 10

              Latar belakang pendidikannya tidak diketahui secara rinci, hanya

      sebagian yang dapat diketahui antara lain terkenal memepelajari sejarah

      dari Abu Bakar Ahmad Ibnu Kamil al-Qadhi, mempelajari filsafat dari

      Ibnu al-Akhmar dan mempelajari kimia dari Abi Thayyib. Dalam bidang

      pekerjaan tercatat bahwa pekerjaan utama Ibnu Miskawaih adalah

      bendaharawan, sekretaris, pustakawan, dan pendidik anak para pemuka

      dinasti Buwaihiyyah. Selanjutnya, Ibnu Misakawaih juga dikenal sebagai

      dokter, penyair dan ahli bahasa. Keahlian Ibnu Miskawaih dibuktikan

      dengan karya tulisnya berupa buku dan artikel.

              Jumlah buku dan artikel yang berhasil ditulis oleh Ibnu Miskawaih

      ada 41 buah. Semua karyanya tidak luput dari kepentingan pendidikan

      akhlak (tahzib al-Akhlak), diantara karyanya adalah:

      1.   Al-Fauz al-Asghar

      2.   al-Fauz al-Akbar

      3.   Tajarib al-Umam (sebuah sejarah tentang banjir besar yang ditulis

           pada tahun 369 H/979 M)

10
     Tholhah.Imam “Membuka Jendela Pendidikan hal 240



                                        11
4.   Usn al-Farid (kumpulan anekdot, syair, pribahasa dan kata-kata

        mutiara).

        Tartib al-Sa‟adah (tentang akhlak dan politik)

   5.   al-Musthafa (syair-syair pillihan).

   6.   Jawidan Khirad (kumpulan ungkapan bijak)

   7.    al-jami‟

   8.    al-Syiar (tentang aturan hidup)

   9.   Tentang pengobatan sederhana (mengenai kedokteran)

   10. Tentang komposisi Bajat (mengenai seni memasak)

   11. Kitab al-Asyribah (mengenai minuman).

   12. Tahzib al-Akhlaq (mengenai akhlaq)



 Menurut Ibnu Miskawaih dasar pendidikan adalah:

 1) Syariat

    Ibnu Miskawaih tidak menjelaskan secara pasti tentang dasar pendidikan.

Namun secara tegas ia menyatakan bahwa syari‟at agama merupakan faktor

penentu bagi lurusnya karakter manusia, yang menjadikan manusia terbiasa

melakukan perbuatan terpuji, yang menjadikan jiwa mereka siap menerima

kearifan (hikmah), dan keutamaan (fadilah), sehingga dapat memperoleh

kebahagiaan berdasarkan penalaran yang akurat. Dengan demikian syariat

agama merupakan landasan pokok bagi pelaksanaan pendidikan yang merujuk

kepada Al-Qur‟an dan Sunnah. Oleh karena itu, prinsip syariat harus

diterapkan dalam proses pendidikan, yang meliputi aspek hubungan manusia



                                     12
dengan Tuhan, manusia dengan sesamanya dan manusia dengan makhluk

  lainnya.



 2) Psikologi

      Menurut Ibnu Miskawaih, antara pendidikan dan pengetahuan tentang jiwa

  erat kaitannya. Untuk menjadikan karakter yang baik, harus melalui

  perekayasaan (shina‟ah) yang didasarkan pada pendidikan serta pengarahan

  yang sistematis. Itu semua tidak akan tercapai kecuali dengan mengetahui jiwa

  lebih dahulu. Jika jiwa dipergunakan dengan baik, maka manusia akan sampai

  kepada tujuan yang tertinggi dan mulia.

      Maka dari itu, jiwa merupakan landasan yang penting bagi pelaksanaan

  pendidikan. Pendidikan tanpa pengetahuan psikologi laksana pekerjaan tanpa

  pijakan. Dengan demikian teori psikologi perlu diaplikasikan dalam proses

  pendidikan. Dalam hal ini Ibnu Miskawaih adalah orang yang pertama kali

  melandaskan pendidikan kepada pengetahuan psikologi. Ia adalah perintis

  psikologi pendidikan, dan layak disebut sebagai „Bapak Psikologi Pendidikan‟.



C. Metode Pendidikan Menurut Ibnu Miskawaih

       Definisi metode yang digunakan dalam topik ini identik dengan alat,

  karena fungsinya sebagai pelancar terjadinya proses pendidikan, dan cara yang

  harus dilakukan. Ada beberapa metode pendidikan yang dikemukakan oleh

  Ibnu Miskawaih, di antaranya adalah :

  1) Metode alami (thabi‟i)



                                      13
Manusia mempunyai metode alami yang dilakukan sesuai dengan

  proses alam. Cara ini berangkat dari pengamatan potensi manusia, di mana

  potensi yang muncul lebih dahulu, selanjutnya pendidikannya diupayakan

  sesuai dengan kebutuhan. Menurut Ibnu Miskawaih potensi yang pertama

  terbentuk bersifat umum yang juga ada pada hewan dan tumbuhan,

  kemudian baru potensi yang khusus manusia. Oleh karena itu, pendidikan

  harus dimulai dengan memperhatikan kebiasaan makan dan minum, karena

  dengannya akan terdidik jiwa syahwiyyah,           kemudian baru      yang

  berhubungan dengan jiwa ghadhabiyah yang berfungsi memunculkan cinta

  kasih, dan baru muncul jiwa nathiqah yang berfungsi memenuhi

  kecenderungan pengetahuan. Urutan ini yang disebut dengan metode

  alamiah.



2) Metode Bimbingan

     Metode ini penting untuk mengarahkan subjek didik kepada tujuan

  pendidikan yang diharapkan yaitu mentaati syariat dan berbuat baik. Hal ini

  banyak ditemukan dalam Al-Qur‟an, yang menunjukkan betapa pentingnya

  nasihat dalam interaksi pendidikan yang terjadi antar subjek-didik. Nasihat

  merupakan cara mendidik yang ampuh yang hanya bermodalkan kepiawaian

  bahasa dan olah kata.

3) Metode Ancaman, Hardikan, dan Hukuman

       Berangkat dari metode yang sebelumnya, jika subjek-didik tidak

  melaksanakan nilai yang telah diajarkan, maka mereka diberi berbagai cara



                                   14
secara bertahap sehingga kembali kepada tatanan nilai yang ada. Seperti

   ancaman, kemudian baru hukuman, baik bersifat jasmani atau rohani.

4) Metode Pujian

          Jika subjek didik melaksanakan syariat dan berperilaku baik, maka ia

   perlu dipuji dihadapannya. Hal ini agar mereka merasa bahwa perbuatan

   tersebut mendapat nilai tambah bagi dirinya. Jika pandangan ini menyebar,

   akan semakin gencar subjek-didik melaksanakan kebajikan.




D. Asas Pendidikan Menurut Ibnu Miskawaih

       Yang dimaksud dengan asas di sini adalah hal-hal yang mendasar, yang

  perlu diperhatikan dalam proses kegiatan pendidikan seperti:

  1.    Asas bertahap, yaitu asas yang didasarkan pada perbedaan yang dimiliki

        oleh tiap individu agar pendidikan berdaya dan berhasil guna.

  2.    Asas kesiapan, di mana manusia mempunyai kesiapan untuk memperoleh

        tingkatan, antara yang satu berbeda dengan yang lain.

  3.    Asas gestalt, yaitu mendahulukan pengetahuan yang umum, baru yang

        terinci, karena partikular tidak dapat dipisahkan dari hal yang universal.

  4.    Asas keteladanan, yaitu pemberian contoh yang baik bagi subjek didik,

        baik dalam keluarga, sekolah

  5.    Asas kebebasan, di mana subjek didik bebas memilih antara kemuliaan

        dan kehinaan, atau menjadi makhluk yang setingkat malaikat. Itu semua

        diserahkan kepada subjek didik.



                                        15
6.    Asas pembiasaan. Asas ini merupakan upaya praktek dalam pembinaan

        subjek didik, sesuai dengan kebiasaan hidupnya, karena kebiasaan hidup

        susah untuk diubah.



E. Hubungan Pendidik Dan Subjek Didik

  1. Pendidik

           Ibnu Miskawaih mengelompokkan orang yang melakukan usaha

       pendidikan di antaranya adalah: orang tua, guru atau filsuf, pemuka

       masyarakat dan raja atau penguasa. Guru dan filsuf mempunyai kedudukan

       yang istimewa yaitu sebagai Bapak Ruhani, Tuan Manusia dan

       kebaikannya adalah Kebaikan Ilahi. Hal ini karena dia mendidik murid

       dengan keutamaan yang sempurna (al fadillah at tammah), mengajarinya

       dengan kearifan yang mapan (al-hikmahtul balighah) dan mengarahkannya

       kepada kehidupan yang abadi (al-hayah al abadiyah) dalam kenikmatan

       yang kekal (an-ni‟mah al abadiyah). Ibnu Miskawaih menyatakan guru dan

       filsuf adalah penyebab eksistensi intelektual manusia.



  2. Subjek Didik

           Pengertian subjek didik yaitu semua orang yang memperoleh atau

       memerlukan bimbingan, bantuan dan latihan, baik berupa ilmu,

       ketrampilan atau lainnya, guna mengembangkan dirinya sebagai individu,

       anggota    masyarakat      dan     hamba     Tuhan       yang   paripurna.

       Menurut Ibnu Miskawaih, hubungan antara pendidik dan subjek didik



                                        16
harus   didasarkan   pada    kemanusiaan   yaitu   cinta,   kasih   sayang,

  persahabatan, keadilan, kebaikan dan fadhilah. Hal ini karena manusia

  adalah makhluk sosial yang harus membagi cinta dan kasih sayang,

  bersahabat, menegakkan keadilan dan berupaya memperoleh keutamaan.

  Sehingga dalam pendidikan harus terjadi komunikasi dua arah (interaksi),

  bahkan multi arah (transaksi).



F. Tujuan Pendidikan Menurut Ibnu Miskawaih

  Ibnu Miskawaih memusatkan perhatiannya kepada filsafat akhlak. Karena

  itu corak pemikiran pendidikannya bertendensi moral. Adapun tujuan

  pendidikan menurut Ibnu Miskawaih adalah:

  1. Kebaikan dan kebahagiaan

          Manusia yang ingin diwujudkan oleh pendidikan adalah manusia

     yang baik, bahagia dan sempurna. Kebaikan, kebahagiaan dan

     kesempurnaan adalah suatu mata rantai yang tidak dapat dipisahkan.

     Seluruhnya adalah berkaitan dengan akhlak, etika dan moral. Untuk

     mencapai tingkatan tersebut, harus memiliki 4 kualitas, yaitu;

     kemampuan dan semangat yang kuat, ilmu pengetahuan yang esensial-

     substansial, malu kebodohan, dan tekun melakukan keutamaan dan

     konsisten mendalaminya.


  2. Tercapainya Kemuliaan Akhlak

          Manusia yang paling mulia ialah yang paling besar kadar jiwa

     rasionalnya, dan terkendali. Oleh karena itu pembentukan individu yang


                                   17
berakhlak mulia terletak pada bagian yang menjadikan jiwa rasional ini

  unggul dan dapat menetralisir jiwa-jiwa lain.

           Tujuan pendidikan yang diinginkan Ibnu Miskawaih adalah

  idealistik-spiritual, yang merumuskan manusia yang berkemanusiaan.

  Rumusan ini sejalan dengan fungsi kerasulan Muhammad yang

  digambarkan dalam Al-Qur‟an dan Sunnah yaitu sebagaimana yang

  disebutkan dalam QS. Al-Qalam: ayat 4:



  “Dan sesungguhnya kamu benar-benar berbudi pekerti yang agung”.

       Dari sinilah kebanyakan para ahli pendidik Muslim sepakat bahwa

  tujuan pendidikan Islam yang paling pokok adalah pendidikan budi

  pekerti dan jiwa. Faktor kemuliaan akhlak dalam pendidikan Islam

  inilah kemudian menjadi penentu bagi keberhasilan pendidikan Islam.

  Sebagaimana yang terangkum dalam firman Allah SWT (QS. Al-

  Baqarah: 201)

     “Dan di antara mereka ada orang yang bendoa: "Ya Tuhan kami,
      berilah kami kebaikan di dunia dan kebaikan di akhirat dan
      peliharalah kami dari siksa neraka"[*].

  [*] inilah do‟a yang sebaik-baiknya bagi seorang muslim.


3. Sebagai Sarana Sosialisasi Individu

       Manusia adalah makhluk sosial, maka pendidikan harus berfungsi

  sebagai proses sosialisasi bagi subjek didik. Kebijakan manusia sangat

  banyak jumlahnya, yang tidak mampu dicapai oleh individu, perlu

  bergabung dengan kelompok lain untuk tujuan tersebut. Gagasan ini


                                18
merupakan jalan rintis lahirnya sosiologi pendidikan yang di

              kembangkan oleh para sosiolog modern.11



          5). Al-Afghani

          Beberapa karyanya

         1.   di bidang politik, yang mengajarkan bahwa semua umat Islam harus

              bersatu di bawah pimpinan seorang khalifah untuk membebaskan

              mereka dari penjajahan Barat..12

         2.   Dibidang Agama,        Jamaluddin al-Afghani berpendapat, bahwa

              kesejahteraan umat Islam tergantung

              a) Akal manusia harus disinari dengan tauhid, membersihkan jiwanya

                  dari kepercayaan Tahyul

              b) Orang harus merasa dirinya dapat mencapai kemuliaan budi pekerti

                  yang utama

              c) Orang harus menjadikan aqidah, sehingga prinsip yang pertama

                  dan dasar keimanan harus diikuti dengan dalil dan tidaklah

                  keimanan yang hanya ikutan semata (taqlid).13

          3. Ajarannya tentang Qada dan Qodar

                    Menurut al-Jabr (fatalism), qada dan qodar adalah penyerahan

               diri secara mutlak tanpa usaha dan ini suatu ajaran baru (bid‟ah) dalam


    11
         Ibid. hal 240-241
    12
        M. Sholihan Manan dan Hasanuddin Amin, Pengantar Perkembangan Pemikiran Muslim
(dalam Studi Sejarah), PT. Sinar Wijaya, Surabaya, 1988, hlm. 128
     13
        Ibid. 131


                                            19
agama yang dimasukkan dalam ajaran Islam oleh musuh Islam untuk

             suatu tujuan politik tertentu agar Islam hancur dari dalam. 14



   7). Al-Masudi (956)

                   Dikenal sebagai seorang sejarawan pengembara dan ahli geografi

         Arab. Buku-buku Karyanya adalah: Kitab Akhbar az-Zaman (sejarah

         dunia), Kitab al-Ausat (tentangn sejarah umum) kemudian kedua kitab

         tersebut digabung menjadi kitab Muruj adz-Dzahab wa Ma‟adin

         (Meadows of Gold and Mines of Precious Stones), Kitab at-Tanbih wa al-

         Isyraf (tentang filsafat alam dan teori evolusi).



    8). Abu ar-Rayhan Muhammad bin Ahmad al-Biruni (973-1048)

                   Nama lengkapnya adalah Abu ar-Rayhan Muhammad bin Ahmad

         al-Biruni. ia mahir matematika, astronomi, fisika, sejarah, geografi,

         bahasa,    dan     budaya.     Buku-buku        karyanya      tentang     sejarah

         peradaban India yaitu: Tahqiq ma li al-Hind min Maqulah Maqbulah fi al-

         Aql Au Mardzulah, Tarikh al-Umam asy-Syaqiyah, dan Tarikh al-Hind

         (sejarah Hindia). Karyanya dalam bidang matematika, Kitabal-Qanun al-

         Mas‟udi fi al-Haya wa an-Nujum (astronomi geografi dan matematika).

         Dalam bidang filsafat, al-Irsyad, Tahdid Nihayat al-Amakin Litashih

         Masafat al-Masakin, dll. Beliau telah menulis karyanya sampai 138 karya.

         Sampai meninggalnya tahun 1050 di

    14
       Harun Nasution, Pembaharuan dalam Islam, Sejarah Pemikiran dan Gerakan, Jakarta:
Bulan Bintang, 2001, cet.13, hlm. 47


                                            20
9). Abdurrahman bin Umar as-Sufi Abul Husayn

                 nama lengkapnya adalah Abdurrahman bin Umar as-Sufi Abul

        Husayn. Ia lahir tahun 903 M (291 H) di Rayy, Persia. Ia seorang astronom

        terkenal yang bekerja di istana bersama amir Adud al-Dawla. Karyanya

        yang terkenal adalah Kitab al-Kawakib ats-Tsabit al-Musawwar (tentang

        catalog bintang). Karya lainnya yang telah diilustrasi kembali seperti

        Notices at Extraits (oleh Causin de Parceval), Description des Etoiles

        Fixes par Abd al-Rahman as-Sufi (oleh H.C.F.C Schjellerup di St.

        Petersburg, 1874). Beliau meninggal pada tahun 986 M/376



10). Abu Ali al-Hasan bin al-Haytsam al-Basri al-Misri

        nama lengkapnya adalah Abu Ali al-Hasan bin al-Haytsam al-Basri al-

        Misri. Masyarkat Barat lebih mengenalnya dengan sebutan (al-Hazen

        1973), Avenalan, Avenetan. Lahir tahun 1038 di Basrah, Irak. Ia adalah

        ahli fisika dan matematika terbaik. Selain itu ia menguasai beragam ilmu,

        seperti fisika, astronomi, matematika, pengobatan, dan filsafat. Pendidikan

        tingginya ia tempuh di Universitas Al-Azhar. Karya beliau dibidang Optik

        yaitu: Kitab fi Al-Manasit (Kamus Optika), buku-buku tentang lingkaran

        cahaya dan gerhana, tentang astronomi dll. Beliau wafat tahun 1039.15



       Tokoh-tokoh Kesusastraan Bahasa arab dan fersia


  15
       Wahyu Murtiningsih, Biografi Para Ilmuwan Muslim,(Yogyakarta: Insan Madani, 2008.).



                                            21
1. Al-Ashfani, Abu al-Faraj (897-966

     2. Badi al-Zaman al Hamadzani (933-1007)

     3. Abu Hayyan at-Tauhidi (1018)

     4. Daqiqi (1020)

     5. Rudaqi (930-an)

     6. Al-Firdausi, Abu al-Qosim (920-1020

     7. Abu Sa‟id ibn Abi al-Khair (1049.16



5. Kemuduran Bani Buwayh

              Kekuatan politik Bani Buwaih tidak bertahan lama, setelah

      generasi pertama (tiga bersaudara) kekuasaan menjadi ajang pertikaian

      diantara anak-anak mereka. Masing-masing merasa berhak atas kekuasaan

      pusat. Misalnya, pertikaian antara „Izz Al-Daulah Bakhtiar, putera Mu‟izz

      Al-daulah dan „Adhad Al-Daulah, putera Imad Al-daulah, dalam

      perebutan jabatan amir al-umara. Perebutan kekuasaan di kalangan

      keturunan Bani Buwaih ini merupakan salah satu faktor internal yang

      membawa kemunduran dan kehancuran pemerintahan mereka. Faktor

      internal lainnya adalah pertentangan dalam tubuh militer, antara golongan

      yang berassal dari Dailam dengan keturunan Turki. Ketika amir al-umara

      dijabat oleh Mu’izz Al-Daulah persoalan itu dapat diatasi, tetapi manakala

      jabatan itu diduduki oleh orang-orang yang lemah, masalah tersebut




16
     Murtiningsih, Biografi Para Ilmuan Muslim. (Yogyakarta: Insan Madani, 2008), hal. 45


                                           22
muncul kepermukaan, mengganggu stabilitas dan menjatuhkan wibawa

           pemerintah.17




C. Kesimpulan




     17
          Harun Nasution . Ensiklopedi Islam.(Jakarta : Djambatan, 1992). H. 186.



                                                 23
Masa pemerintahan Buwaih yaitu periode ketiga dari pemerintahan bani

Abbas, dimana kekhilafahannya dikuasai oleh bani Buwaih sejak 334 -447

H/945-1055 M, Di dalam masalah politik orang-orang bani Buwaih menetapkan

orang-orang Abbasiyah        dalam   pemerintahan,   namun   tidak   memberikan

kekuasaan. Pelaksanaan pemerintahan sepenuhnya berada di tangan amir-amir

Bani Buwaih.

            pendidikan islam pada masa kerajaan buwaih berkembang pesat, hal ini

terlihat     pada masa ini banyak bermunculan ilmuwan besar, di antaranya al-

Farabi (w. 950 M), Ibn Sina (980-1037 M), Abdurrahman al-Shufi (w. 986

M), Ibn Maskawaih (w. 1030 M), Abu al-'Ala al-Ma'arri (973-1057 M), Al-Kindi,

Sijistani, Nadhim, Al-Amiri, Ibn Rusyd dan kelompok Ikhwan al-Shafa. Yang

sebagian besar para ilmuwan tersebut muncul pada paruh terakhir Abad ke-4

H/ke-10 M, dibawah kontrol dinasti Buwaihiyyah yang dipimpinan oleh 'Adhud

Al-Daulah.

           Kekuasaan Bani Buwaih tidak bertahan lama, setelah generasi pertama

(tiga bersaudara) kekuasaan menjadi ajang pertikaian diantara anak-anak mereka.

Masing-masing merasa berhak atas kekuasaan pusat dan juga terjadinya

pertentangan dalam tubuh militer, ini merupakan faktor internal yang membawa

kemunduran dan kehancuran pemerintahan mereka.




                                   Daftar Pustaka


                                        24
A. Syalabi, Sejarah dan Kebudayaan Islam. Jakarta: Pustaka Alhusna,1993

G.E. Bosworrt Dinasti-dinasti Ilam. Bandung: Mizan, 1993

Harun Nasution . Ensiklopedi Islam.(Jakarta : Djambatan, 1992). H. 186.

Lapidus, Sejarah Sosial Umat Islam. Jakarta: PT Raja Grapindo, 1985

M. Sholihan Manan dan Hasanuddin Amin, Pengantar Perkembangan

Pemikiran Muslim (dalam Studi Sejarah), PT. Sinar Wijaya, Surabaya, 1988

Murtiningsih, Biografi Para Ilmuan Muslim. Yogyakarta: Insan Madani, 2008

Muhammad jalaluddun Surur, Tarikh al-Hadharah al-Islamiah .Fi al-ayarq al-

     fikral, 1976

Majid Fakhry, Sejarah Filsafat Islam: Sebuah Peta Kronologis, (terj.) oleh
    Zaimul Am, Bandung: Mizan, 2002

Omar A. Farrukh dalam M.M. Syarif (editor), Aliran-Aliran Filsafat Islam.
   Bandung: Nuansa Cendikia, 2004

Wahyu Murtiningsih, Biografi Para Ilmuwan Muslim.Yogyakarta: Insan
   Madani, 2008.




                                   25

More Related Content

What's hot

100 hadis dha'if & palsu yang masyhur di kalangan masyarakat
100 hadis dha'if & palsu yang masyhur di kalangan masyarakat100 hadis dha'if & palsu yang masyhur di kalangan masyarakat
100 hadis dha'if & palsu yang masyhur di kalangan masyarakatSlight Hope
 
Mengenal Kitab Al Umm - Imam Syafie
Mengenal Kitab Al Umm - Imam SyafieMengenal Kitab Al Umm - Imam Syafie
Mengenal Kitab Al Umm - Imam SyafieGua Syed Al Yahya
 
Sumbangan khalifah abu bakar al siddiq
Sumbangan khalifah abu bakar al siddiqSumbangan khalifah abu bakar al siddiq
Sumbangan khalifah abu bakar al siddiqNurhawa Rosman
 
Zaman Jahiliyyah dan Nabi Muhammad SAW Sebelum Kedatangan Islam
Zaman Jahiliyyah dan Nabi Muhammad SAW Sebelum Kedatangan IslamZaman Jahiliyyah dan Nabi Muhammad SAW Sebelum Kedatangan Islam
Zaman Jahiliyyah dan Nabi Muhammad SAW Sebelum Kedatangan IslamEzad Azraai Jamsari
 
Perkembangan Ekonomi Pada Zaman Kerajaan Abbasiyah
Perkembangan Ekonomi Pada Zaman Kerajaan AbbasiyahPerkembangan Ekonomi Pada Zaman Kerajaan Abbasiyah
Perkembangan Ekonomi Pada Zaman Kerajaan AbbasiyahNur Zaki
 
Kepimpinan rasulullah
Kepimpinan rasulullahKepimpinan rasulullah
Kepimpinan rasulullahNur Fauzi
 
KHALIFAH ABU BAKAR AL-SIDDIQ & KHALIFAH UMAR AL-KHATTAB
KHALIFAH ABU BAKAR AL-SIDDIQ & KHALIFAH UMAR AL-KHATTABKHALIFAH ABU BAKAR AL-SIDDIQ & KHALIFAH UMAR AL-KHATTAB
KHALIFAH ABU BAKAR AL-SIDDIQ & KHALIFAH UMAR AL-KHATTABanafarzana30
 
PERKEMBANGAN ILMU NAQLI PADA ZAMAN KHALIFAH ABBASIYAH DARI ABAD KE 11 HINGGA ...
PERKEMBANGAN ILMU NAQLI PADA ZAMAN KHALIFAH ABBASIYAH DARI ABAD KE 11 HINGGA ...PERKEMBANGAN ILMU NAQLI PADA ZAMAN KHALIFAH ABBASIYAH DARI ABAD KE 11 HINGGA ...
PERKEMBANGAN ILMU NAQLI PADA ZAMAN KHALIFAH ABBASIYAH DARI ABAD KE 11 HINGGA ...Joehenry38
 
913 Sukatan Pelajaran Bahasa Arab STPM (Baharu)
913 Sukatan Pelajaran Bahasa Arab STPM (Baharu)913 Sukatan Pelajaran Bahasa Arab STPM (Baharu)
913 Sukatan Pelajaran Bahasa Arab STPM (Baharu)RAMLAH BINTI A. RANI
 
Sejarah Penulisan dan Pembukuan al-Quran zaman Tabi'in
Sejarah Penulisan dan Pembukuan al-Quran zaman Tabi'inSejarah Penulisan dan Pembukuan al-Quran zaman Tabi'in
Sejarah Penulisan dan Pembukuan al-Quran zaman Tabi'inNoor Aziah Mamat
 
36 hadits hadits palsu dan lemah yang sering disebut di bulan ramadhan
36 hadits hadits palsu dan lemah yang sering disebut di bulan ramadhan36 hadits hadits palsu dan lemah yang sering disebut di bulan ramadhan
36 hadits hadits palsu dan lemah yang sering disebut di bulan ramadhanGua Syed Al Yahya
 
Ciri ciri dan bukti kepimpinan nabi muhammad
Ciri ciri dan bukti kepimpinan nabi muhammadCiri ciri dan bukti kepimpinan nabi muhammad
Ciri ciri dan bukti kepimpinan nabi muhammadAdila Ayuni
 
Pembukaan kota mekah 2
Pembukaan kota mekah 2Pembukaan kota mekah 2
Pembukaan kota mekah 2Wan Iza
 
ZAMAN KHULAFA' AL-RASYIDIN
ZAMAN KHULAFA' AL-RASYIDINZAMAN KHULAFA' AL-RASYIDIN
ZAMAN KHULAFA' AL-RASYIDINnoor izati
 
Kerajaan Banu Umayyah di al-Andalus (Tahap 4)
Kerajaan Banu Umayyah di al-Andalus (Tahap 4)Kerajaan Banu Umayyah di al-Andalus (Tahap 4)
Kerajaan Banu Umayyah di al-Andalus (Tahap 4)Ezad Azraai Jamsari
 

What's hot (20)

Pemerintahan al-Muwahhidun
Pemerintahan al-MuwahhidunPemerintahan al-Muwahhidun
Pemerintahan al-Muwahhidun
 
100 hadis dha'if & palsu yang masyhur di kalangan masyarakat
100 hadis dha'if & palsu yang masyhur di kalangan masyarakat100 hadis dha'if & palsu yang masyhur di kalangan masyarakat
100 hadis dha'if & palsu yang masyhur di kalangan masyarakat
 
Mengenal Kitab Al Umm - Imam Syafie
Mengenal Kitab Al Umm - Imam SyafieMengenal Kitab Al Umm - Imam Syafie
Mengenal Kitab Al Umm - Imam Syafie
 
piagam madinah
piagam madinahpiagam madinah
piagam madinah
 
Sumbangan khalifah abu bakar al siddiq
Sumbangan khalifah abu bakar al siddiqSumbangan khalifah abu bakar al siddiq
Sumbangan khalifah abu bakar al siddiq
 
Asmaul Husna
Asmaul HusnaAsmaul Husna
Asmaul Husna
 
Zaman Jahiliyyah dan Nabi Muhammad SAW Sebelum Kedatangan Islam
Zaman Jahiliyyah dan Nabi Muhammad SAW Sebelum Kedatangan IslamZaman Jahiliyyah dan Nabi Muhammad SAW Sebelum Kedatangan Islam
Zaman Jahiliyyah dan Nabi Muhammad SAW Sebelum Kedatangan Islam
 
Perkembangan Ekonomi Pada Zaman Kerajaan Abbasiyah
Perkembangan Ekonomi Pada Zaman Kerajaan AbbasiyahPerkembangan Ekonomi Pada Zaman Kerajaan Abbasiyah
Perkembangan Ekonomi Pada Zaman Kerajaan Abbasiyah
 
Kepimpinan rasulullah
Kepimpinan rasulullahKepimpinan rasulullah
Kepimpinan rasulullah
 
KHALIFAH ABU BAKAR AL-SIDDIQ & KHALIFAH UMAR AL-KHATTAB
KHALIFAH ABU BAKAR AL-SIDDIQ & KHALIFAH UMAR AL-KHATTABKHALIFAH ABU BAKAR AL-SIDDIQ & KHALIFAH UMAR AL-KHATTAB
KHALIFAH ABU BAKAR AL-SIDDIQ & KHALIFAH UMAR AL-KHATTAB
 
PERKEMBANGAN ILMU NAQLI PADA ZAMAN KHALIFAH ABBASIYAH DARI ABAD KE 11 HINGGA ...
PERKEMBANGAN ILMU NAQLI PADA ZAMAN KHALIFAH ABBASIYAH DARI ABAD KE 11 HINGGA ...PERKEMBANGAN ILMU NAQLI PADA ZAMAN KHALIFAH ABBASIYAH DARI ABAD KE 11 HINGGA ...
PERKEMBANGAN ILMU NAQLI PADA ZAMAN KHALIFAH ABBASIYAH DARI ABAD KE 11 HINGGA ...
 
913 Sukatan Pelajaran Bahasa Arab STPM (Baharu)
913 Sukatan Pelajaran Bahasa Arab STPM (Baharu)913 Sukatan Pelajaran Bahasa Arab STPM (Baharu)
913 Sukatan Pelajaran Bahasa Arab STPM (Baharu)
 
Sejarah Penulisan dan Pembukuan al-Quran zaman Tabi'in
Sejarah Penulisan dan Pembukuan al-Quran zaman Tabi'inSejarah Penulisan dan Pembukuan al-Quran zaman Tabi'in
Sejarah Penulisan dan Pembukuan al-Quran zaman Tabi'in
 
36 hadits hadits palsu dan lemah yang sering disebut di bulan ramadhan
36 hadits hadits palsu dan lemah yang sering disebut di bulan ramadhan36 hadits hadits palsu dan lemah yang sering disebut di bulan ramadhan
36 hadits hadits palsu dan lemah yang sering disebut di bulan ramadhan
 
Ciri ciri dan bukti kepimpinan nabi muhammad
Ciri ciri dan bukti kepimpinan nabi muhammadCiri ciri dan bukti kepimpinan nabi muhammad
Ciri ciri dan bukti kepimpinan nabi muhammad
 
Pembukaan kota mekah 2
Pembukaan kota mekah 2Pembukaan kota mekah 2
Pembukaan kota mekah 2
 
Dakwah rasulullah SAW
Dakwah rasulullah SAWDakwah rasulullah SAW
Dakwah rasulullah SAW
 
Mad asli
Mad asliMad asli
Mad asli
 
ZAMAN KHULAFA' AL-RASYIDIN
ZAMAN KHULAFA' AL-RASYIDINZAMAN KHULAFA' AL-RASYIDIN
ZAMAN KHULAFA' AL-RASYIDIN
 
Kerajaan Banu Umayyah di al-Andalus (Tahap 4)
Kerajaan Banu Umayyah di al-Andalus (Tahap 4)Kerajaan Banu Umayyah di al-Andalus (Tahap 4)
Kerajaan Banu Umayyah di al-Andalus (Tahap 4)
 

Viewers also liked

Abu yusuf dan pemikirannya tentang ekonomi islam
Abu yusuf dan pemikirannya tentang ekonomi islamAbu yusuf dan pemikirannya tentang ekonomi islam
Abu yusuf dan pemikirannya tentang ekonomi islamAdelina Yusyak
 
Kaidah kebahasaan teks sejarah
Kaidah kebahasaan teks sejarahKaidah kebahasaan teks sejarah
Kaidah kebahasaan teks sejarahbekti liyasari
 
Perdagangan internasional tahap 1 Nani Al-Azhar1
Perdagangan internasional tahap 1 Nani Al-Azhar1Perdagangan internasional tahap 1 Nani Al-Azhar1
Perdagangan internasional tahap 1 Nani Al-Azhar1Nani_Suhartini
 
Pemikiran Ibnu Khaldun dan Ibnu Thaimiyah dalam Etika Bisnis Islam
Pemikiran Ibnu Khaldun dan Ibnu Thaimiyah dalam Etika Bisnis IslamPemikiran Ibnu Khaldun dan Ibnu Thaimiyah dalam Etika Bisnis Islam
Pemikiran Ibnu Khaldun dan Ibnu Thaimiyah dalam Etika Bisnis IslamNana Tauran Sidik
 
Perkembangan ekonomi kerajaan abbasiyyah
Perkembangan ekonomi kerajaan abbasiyyahPerkembangan ekonomi kerajaan abbasiyyah
Perkembangan ekonomi kerajaan abbasiyyahKhairul Anwar
 
Sejarah pemikiran ekonomi islam
Sejarah pemikiran ekonomi islamSejarah pemikiran ekonomi islam
Sejarah pemikiran ekonomi islamRikza Adhia
 
pendapatan nasional
pendapatan nasionalpendapatan nasional
pendapatan nasionalnevi anisa
 
SEJARAH PEMIKIRAN EKONOMI ISLAM MASA IBNU KHALDUN
SEJARAH PEMIKIRAN EKONOMI ISLAM MASA IBNU KHALDUNSEJARAH PEMIKIRAN EKONOMI ISLAM MASA IBNU KHALDUN
SEJARAH PEMIKIRAN EKONOMI ISLAM MASA IBNU KHALDUNMiftah Iqtishoduna
 
Sejarah peradaban islam Masa Bani Abbasiyah
Sejarah peradaban islam Masa Bani AbbasiyahSejarah peradaban islam Masa Bani Abbasiyah
Sejarah peradaban islam Masa Bani AbbasiyahMahad Alzaytun
 
Materi soal dan jawaban mata kuliah sejarah peradaban islam
Materi soal dan jawaban mata kuliah sejarah peradaban islamMateri soal dan jawaban mata kuliah sejarah peradaban islam
Materi soal dan jawaban mata kuliah sejarah peradaban islamRohman Efendi
 
Teori pembangunan adam smith
Teori pembangunan adam smithTeori pembangunan adam smith
Teori pembangunan adam smithdesy_susanti90
 
Sejarah perkembangan ekonomi islam zaman rosullulah
Sejarah perkembangan ekonomi islam zaman rosullulahSejarah perkembangan ekonomi islam zaman rosullulah
Sejarah perkembangan ekonomi islam zaman rosullulahtaufik ardiansyah
 
Pembahasan analisis perilaku konsumen
Pembahasan   analisis perilaku konsumenPembahasan   analisis perilaku konsumen
Pembahasan analisis perilaku konsumenAG Za Mo
 
Sejarah Pemikiran Ekonomi Islam
Sejarah Pemikiran Ekonomi IslamSejarah Pemikiran Ekonomi Islam
Sejarah Pemikiran Ekonomi IslamGus Alwy Muhammad
 

Viewers also liked (16)

Pemikiran Ekonomi Abu Yusuf dan Asy-Syaibani
Pemikiran Ekonomi Abu Yusuf dan Asy-SyaibaniPemikiran Ekonomi Abu Yusuf dan Asy-Syaibani
Pemikiran Ekonomi Abu Yusuf dan Asy-Syaibani
 
Abu yusuf dan pemikirannya tentang ekonomi islam
Abu yusuf dan pemikirannya tentang ekonomi islamAbu yusuf dan pemikirannya tentang ekonomi islam
Abu yusuf dan pemikirannya tentang ekonomi islam
 
Kaidah kebahasaan teks sejarah
Kaidah kebahasaan teks sejarahKaidah kebahasaan teks sejarah
Kaidah kebahasaan teks sejarah
 
ekonomi islam
ekonomi islamekonomi islam
ekonomi islam
 
Perdagangan internasional tahap 1 Nani Al-Azhar1
Perdagangan internasional tahap 1 Nani Al-Azhar1Perdagangan internasional tahap 1 Nani Al-Azhar1
Perdagangan internasional tahap 1 Nani Al-Azhar1
 
Pemikiran Ibnu Khaldun dan Ibnu Thaimiyah dalam Etika Bisnis Islam
Pemikiran Ibnu Khaldun dan Ibnu Thaimiyah dalam Etika Bisnis IslamPemikiran Ibnu Khaldun dan Ibnu Thaimiyah dalam Etika Bisnis Islam
Pemikiran Ibnu Khaldun dan Ibnu Thaimiyah dalam Etika Bisnis Islam
 
Perkembangan ekonomi kerajaan abbasiyyah
Perkembangan ekonomi kerajaan abbasiyyahPerkembangan ekonomi kerajaan abbasiyyah
Perkembangan ekonomi kerajaan abbasiyyah
 
Sejarah pemikiran ekonomi islam
Sejarah pemikiran ekonomi islamSejarah pemikiran ekonomi islam
Sejarah pemikiran ekonomi islam
 
pendapatan nasional
pendapatan nasionalpendapatan nasional
pendapatan nasional
 
SEJARAH PEMIKIRAN EKONOMI ISLAM MASA IBNU KHALDUN
SEJARAH PEMIKIRAN EKONOMI ISLAM MASA IBNU KHALDUNSEJARAH PEMIKIRAN EKONOMI ISLAM MASA IBNU KHALDUN
SEJARAH PEMIKIRAN EKONOMI ISLAM MASA IBNU KHALDUN
 
Sejarah peradaban islam Masa Bani Abbasiyah
Sejarah peradaban islam Masa Bani AbbasiyahSejarah peradaban islam Masa Bani Abbasiyah
Sejarah peradaban islam Masa Bani Abbasiyah
 
Materi soal dan jawaban mata kuliah sejarah peradaban islam
Materi soal dan jawaban mata kuliah sejarah peradaban islamMateri soal dan jawaban mata kuliah sejarah peradaban islam
Materi soal dan jawaban mata kuliah sejarah peradaban islam
 
Teori pembangunan adam smith
Teori pembangunan adam smithTeori pembangunan adam smith
Teori pembangunan adam smith
 
Sejarah perkembangan ekonomi islam zaman rosullulah
Sejarah perkembangan ekonomi islam zaman rosullulahSejarah perkembangan ekonomi islam zaman rosullulah
Sejarah perkembangan ekonomi islam zaman rosullulah
 
Pembahasan analisis perilaku konsumen
Pembahasan   analisis perilaku konsumenPembahasan   analisis perilaku konsumen
Pembahasan analisis perilaku konsumen
 
Sejarah Pemikiran Ekonomi Islam
Sejarah Pemikiran Ekonomi IslamSejarah Pemikiran Ekonomi Islam
Sejarah Pemikiran Ekonomi Islam
 

Similar to Pendidikan Islam Era Bani Buwaih

Peradaban Islam Pada Masa Bani Abbasiyah
Peradaban Islam Pada Masa Bani AbbasiyahPeradaban Islam Pada Masa Bani Abbasiyah
Peradaban Islam Pada Masa Bani AbbasiyahBaitinnajmah
 
Sejarah studi islam pada masa bani abbasiyah
Sejarah studi islam pada masa bani abbasiyahSejarah studi islam pada masa bani abbasiyah
Sejarah studi islam pada masa bani abbasiyahnuzulLaa
 
Perkembangan islam pada masa abbasiyah
Perkembangan islam pada masa abbasiyahPerkembangan islam pada masa abbasiyah
Perkembangan islam pada masa abbasiyahOsmar Simamora
 
makalah dinasti abbasiyah
makalah dinasti abbasiyahmakalah dinasti abbasiyah
makalah dinasti abbasiyahAzka Al-Kahfi
 
Bab 8 bani abasiyah
Bab 8 bani abasiyahBab 8 bani abasiyah
Bab 8 bani abasiyah2805khusna
 
Materi perkembangan peradaban islam pada masa kejayaan
Materi perkembangan peradaban islam pada masa kejayaanMateri perkembangan peradaban islam pada masa kejayaan
Materi perkembangan peradaban islam pada masa kejayaanelifitriani
 
Materi perkembangan peradaban islam pada masa kejayaan
Materi perkembangan peradaban islam pada masa kejayaan Materi perkembangan peradaban islam pada masa kejayaan
Materi perkembangan peradaban islam pada masa kejayaan Amalia Sofitri
 
Materi perkembangan peradaban islam pada masa kejayaan
Materi perkembangan peradaban islam pada masa kejayaanMateri perkembangan peradaban islam pada masa kejayaan
Materi perkembangan peradaban islam pada masa kejayaanmea_ascha
 
Materi perkembangan peradaban islam pada masa kejayaan (m. hasan ra )
Materi perkembangan peradaban islam pada masa kejayaan (m. hasan ra )Materi perkembangan peradaban islam pada masa kejayaan (m. hasan ra )
Materi perkembangan peradaban islam pada masa kejayaan (m. hasan ra )kemarau20
 
Materi perkembangan peradaban islam pada masa kejayaan (m. hasan ra )
Materi perkembangan peradaban islam pada masa kejayaan (m. hasan ra )Materi perkembangan peradaban islam pada masa kejayaan (m. hasan ra )
Materi perkembangan peradaban islam pada masa kejayaan (m. hasan ra )Nisrokhah6
 
Materi Perkembangan Peradaban Islam Pada Masa Kejayaan
Materi Perkembangan Peradaban Islam Pada Masa KejayaanMateri Perkembangan Peradaban Islam Pada Masa Kejayaan
Materi Perkembangan Peradaban Islam Pada Masa Kejayaankiatbelajar95
 
Perkembangan Peradaban Islam Pada Masa Kejayaan
Perkembangan Peradaban Islam Pada Masa KejayaanPerkembangan Peradaban Islam Pada Masa Kejayaan
Perkembangan Peradaban Islam Pada Masa Kejayaansamiul12
 
Makalah Agama Dinasti Abbasiyah
Makalah Agama Dinasti AbbasiyahMakalah Agama Dinasti Abbasiyah
Makalah Agama Dinasti AbbasiyahMira Pribadi
 
CONTOH U T S dan MATERI U A S
CONTOH U T S dan MATERI U A SCONTOH U T S dan MATERI U A S
CONTOH U T S dan MATERI U A Stikspi2019
 
Pemikiran dan Peradaban Islam Masa Bani Abbasiyah
Pemikiran dan Peradaban Islam Masa Bani AbbasiyahPemikiran dan Peradaban Islam Masa Bani Abbasiyah
Pemikiran dan Peradaban Islam Masa Bani AbbasiyahAyu Praditya
 
masa kejayaan islam.ppt
masa kejayaan islam.pptmasa kejayaan islam.ppt
masa kejayaan islam.pptHeriDhuha
 
Sejarah bani abbasiyah
Sejarah bani abbasiyahSejarah bani abbasiyah
Sejarah bani abbasiyahJulak Laraw
 
makalah Dinasti Abbasiyah
makalah Dinasti Abbasiyahmakalah Dinasti Abbasiyah
makalah Dinasti AbbasiyahRizalFahri5
 

Similar to Pendidikan Islam Era Bani Buwaih (20)

Sejarah munculnya daulah
Sejarah munculnya daulahSejarah munculnya daulah
Sejarah munculnya daulah
 
Peradaban Islam Pada Masa Bani Abbasiyah
Peradaban Islam Pada Masa Bani AbbasiyahPeradaban Islam Pada Masa Bani Abbasiyah
Peradaban Islam Pada Masa Bani Abbasiyah
 
Sejarah studi islam pada masa bani abbasiyah
Sejarah studi islam pada masa bani abbasiyahSejarah studi islam pada masa bani abbasiyah
Sejarah studi islam pada masa bani abbasiyah
 
Perkembangan islam pada masa abbasiyah
Perkembangan islam pada masa abbasiyahPerkembangan islam pada masa abbasiyah
Perkembangan islam pada masa abbasiyah
 
makalah dinasti abbasiyah
makalah dinasti abbasiyahmakalah dinasti abbasiyah
makalah dinasti abbasiyah
 
Bab 8 bani abasiyah
Bab 8 bani abasiyahBab 8 bani abasiyah
Bab 8 bani abasiyah
 
Materi perkembangan peradaban islam pada masa kejayaan
Materi perkembangan peradaban islam pada masa kejayaanMateri perkembangan peradaban islam pada masa kejayaan
Materi perkembangan peradaban islam pada masa kejayaan
 
Materi perkembangan peradaban islam pada masa kejayaan
Materi perkembangan peradaban islam pada masa kejayaan Materi perkembangan peradaban islam pada masa kejayaan
Materi perkembangan peradaban islam pada masa kejayaan
 
Materi perkembangan peradaban islam pada masa kejayaan
Materi perkembangan peradaban islam pada masa kejayaanMateri perkembangan peradaban islam pada masa kejayaan
Materi perkembangan peradaban islam pada masa kejayaan
 
Materi perkembangan peradaban islam pada masa kejayaan (m. hasan ra )
Materi perkembangan peradaban islam pada masa kejayaan (m. hasan ra )Materi perkembangan peradaban islam pada masa kejayaan (m. hasan ra )
Materi perkembangan peradaban islam pada masa kejayaan (m. hasan ra )
 
Materi perkembangan peradaban islam pada masa kejayaan (m. hasan ra )
Materi perkembangan peradaban islam pada masa kejayaan (m. hasan ra )Materi perkembangan peradaban islam pada masa kejayaan (m. hasan ra )
Materi perkembangan peradaban islam pada masa kejayaan (m. hasan ra )
 
Materi Perkembangan Peradaban Islam Pada Masa Kejayaan
Materi Perkembangan Peradaban Islam Pada Masa KejayaanMateri Perkembangan Peradaban Islam Pada Masa Kejayaan
Materi Perkembangan Peradaban Islam Pada Masa Kejayaan
 
Perkembangan Peradaban Islam Pada Masa Kejayaan
Perkembangan Peradaban Islam Pada Masa KejayaanPerkembangan Peradaban Islam Pada Masa Kejayaan
Perkembangan Peradaban Islam Pada Masa Kejayaan
 
Makalah Agama Dinasti Abbasiyah
Makalah Agama Dinasti AbbasiyahMakalah Agama Dinasti Abbasiyah
Makalah Agama Dinasti Abbasiyah
 
CONTOH U T S dan MATERI U A S
CONTOH U T S dan MATERI U A SCONTOH U T S dan MATERI U A S
CONTOH U T S dan MATERI U A S
 
Pemikiran dan Peradaban Islam Masa Bani Abbasiyah
Pemikiran dan Peradaban Islam Masa Bani AbbasiyahPemikiran dan Peradaban Islam Masa Bani Abbasiyah
Pemikiran dan Peradaban Islam Masa Bani Abbasiyah
 
Dinasti Abasiyah kelas X
Dinasti Abasiyah kelas XDinasti Abasiyah kelas X
Dinasti Abasiyah kelas X
 
masa kejayaan islam.ppt
masa kejayaan islam.pptmasa kejayaan islam.ppt
masa kejayaan islam.ppt
 
Sejarah bani abbasiyah
Sejarah bani abbasiyahSejarah bani abbasiyah
Sejarah bani abbasiyah
 
makalah Dinasti Abbasiyah
makalah Dinasti Abbasiyahmakalah Dinasti Abbasiyah
makalah Dinasti Abbasiyah
 

More from DIKNAS PENDIDIKAN (20)

Makalah asli seleksi tenaga kependidikan.paka natsirlut Oleh REPLIANIS
Makalah asli seleksi tenaga kependidikan.paka natsirlut Oleh REPLIANISMakalah asli seleksi tenaga kependidikan.paka natsirlut Oleh REPLIANIS
Makalah asli seleksi tenaga kependidikan.paka natsirlut Oleh REPLIANIS
 
Bahan ajar ipa REPLIANIS
Bahan ajar ipa REPLIANISBahan ajar ipa REPLIANIS
Bahan ajar ipa REPLIANIS
 
Tugas makalah gender
Tugas makalah genderTugas makalah gender
Tugas makalah gender
 
Kelas01 mtk purnomosidi
Kelas01 mtk purnomosidiKelas01 mtk purnomosidi
Kelas01 mtk purnomosidi
 
Kelas01 mtk djaelani
Kelas01 mtk djaelaniKelas01 mtk djaelani
Kelas01 mtk djaelani
 
Kelas01 ips inoki
Kelas01 ips inokiKelas01 ips inoki
Kelas01 ips inoki
 
Kelas01 ips indrastuti
Kelas01 ips indrastutiKelas01 ips indrastuti
Kelas01 ips indrastuti
 
Kelas01 ips edi
Kelas01 ips ediKelas01 ips edi
Kelas01 ips edi
 
Kelas01 ipa sri
Kelas01 ipa sriKelas01 ipa sri
Kelas01 ipa sri
 
Kelas01 ipa sholehudin
Kelas01 ipa sholehudinKelas01 ipa sholehudin
Kelas01 ipa sholehudin
 
Kelas01 ipa heri-sulistyanto
Kelas01 ipa heri-sulistyantoKelas01 ipa heri-sulistyanto
Kelas01 ipa heri-sulistyanto
 
Kelas01 indahnya bindo-sastra-suyatno
Kelas01 indahnya bindo-sastra-suyatnoKelas01 indahnya bindo-sastra-suyatno
Kelas01 indahnya bindo-sastra-suyatno
 
Kelas01 dunia mtk-kismianti
Kelas01 dunia mtk-kismiantiKelas01 dunia mtk-kismianti
Kelas01 dunia mtk-kismianti
 
Kelas01 bindo umri
Kelas01 bindo umriKelas01 bindo umri
Kelas01 bindo umri
 
Kelas01 bahasa kita-bindo-jaruki
Kelas01 bahasa kita-bindo-jarukiKelas01 bahasa kita-bindo-jaruki
Kelas01 bahasa kita-bindo-jaruki
 
Kelas06 senang belajar-ipa-rositawaty
Kelas06 senang belajar-ipa-rositawatyKelas06 senang belajar-ipa-rositawaty
Kelas06 senang belajar-ipa-rositawaty
 
6
66
6
 
6.
6.6.
6.
 
4
44
4
 
3
33
3
 

Pendidikan Islam Era Bani Buwaih

  • 1. TINJAUAN SOSIAL PENDIDIKAN ISLAM PADA MASA BANI BUWAYH A. Pendahulaun. Masa kejayaan Bani Buwahy merupakan era transisi berakhirnya kekuasaan bangsa Arab di Kekhalifahan Abbasiyah. Selama mengendalikan kekuasaannya di Baghdad, Dinasti Buwahy turut berjasa mengembangkan supremasi peradaban Islam di bidang ilmu pengetahuan dan sastra. Sederet ilmuwan, pemikir dan ulama besar lahir di era kekuasaan Buwauhi di kota Baghdad. Ulama, pemikir dan ilmuwan penting yang muncul di era kejayaan Buwayh antara lain; Al-Farabi (wafat 950 M), Ibnu Sina (980- 1037 M), Al-Farghani, Abdurahman Al-Shufi (wafat 986 M), serta Ibnu Maskawih (wafat 1030 M).1 Sumbangan ilmuwan dan intelektual yang berada dalam lindungan dan dukungan para penguasa Buwayh ini bagi pengembangan ilmu pengatahuan sungguh sangat besar. Tidak cuma itu, Philip K Hitti dalam bukunya History of Arab juga mencatat peran penting Bani Buwaihi dalam pembangunan di kota Baghdad. Menurut Hitti, di era kekuasaannya, para penguasa Buwaihy berhasil membangun masjid, rumah sakit, serta kanal- kanal. Pembangunan infrastruktur itu turut membuat sektor ekonomi, pertanian, perdagangan dan industri menggeliat.2 1 A. Syalabi, Sejarah dan Kebudayaan Islam (Jakarta: Pustaka Alhusna,1993). H. 324 2 Lapidus, Sejarah Sosial Umat Islam ( Jakarta: PT Raja Grapindo, 1985). H. 231 1
  • 2. Menurut Ensiklopedi Britannica Online, penguasa Buwayh sempat membangun bendungan jembatan yang membelah Sungai Kur dengan Shiraz. Jembatan itu mampu menyambungkan Dinasti Buwayh dengan kerajaan lainnya seperti Samanid, Hamdaniyah, Bizantium dan Fatimiyah. Penguasa Buwayh pun turut menopang geliat seni dan kesusasteraan.3 B. PEMBAHASAN 1. Kronologis Kedatangan Bani Buwaih Masa pemerintahan Buwayh yaitu periode ketiga dari pemerintahan bani Abbasiah, dimana kekhilafahannya dikuasai oleh bani Buwaih sejak 334 -447 H/945-1055 M kehadiran bani Buwaihi berawal dari tiga orang putera Abu Syuja' Buwayh, seorang pencari ikan yang tinggal di daerah Dailam, yaitu Ali, Hasan dan Ahmad. Untuk keluar dari tekanan kemiskinan, tiga bersaudara ini memasuki dinas militer yang ketika itu dipandang banyak mendatangkan rezeki.4 sehingga sebagian besar ahli sejarah Islam merangkai awal dari kemunculan bani Buwayh dala paggung sejarah bani Abbas bermula dari kedudukan panglima perang yang diraih Ali bin Ahmad dalam psukan Makan Ibn Kali dari dinasti Saman, tetapi kamudian berpinadah ke kubu Mardawij. Ketika Mardawij tebunuh pada tahun 943, Ali sudah menjadi penguaa Isfahan dan sedang berusaha menjadi penguasa yang mandiri. Kira-kira dua tahun kemudian ketiga orang bersaudara ini menguasai bagian barat dan barat 3 G.E. Bosworrt Dinasti-dinasti Ilam (Bandung: Mizan, 1993). H 122-123. 4 Omar A. Farrukh dalam M.M. Syarif (editor), Aliran-Aliran Filsafat Islam (Bandung: Nuansa Cendikia, 2004), hal. 181 2
  • 3. daya Persia, dan pada tahun 945, setelah kematian jendral Tuzun, penguasa sebenarnya atas Baghdad, Ahmad memasuki Baghdad dan memulai kekuasaan Bani Buwaih atas khalifah Abbasiyah. Gelar mu’izz al- Daulah (yang memuliakan Negara) diperolehnya dari khalifah. Ia memerintah Baghdad selama leih dari 24 tahun, sementara kedua saudaranya menguasai bagian kerajaan sebelah timur.5 Sebenarnya keturunan Bani Buwayh adalah keturunan kaum Syi‟ah, dan bukan keturunan Bani Abbas secara langsung pada saat itu. Melihat kekuasaan Bani abbas yang semakin melemah di dalam bidang pemerinahan atau perpolitikan yang mngakibatkan timbulnya keinginan dari daulat-daulat kecil yang ada di bawah kekuasaan Baghdad. Kesempatan ini tidak kalah pentingnya bagi Ali sebagai pemimpin Bani Buwayh sehingga langkah awal yang dilakukan yaitu mulai menakkan di daerah-daerah Persia menjadikan Syiraz sebagi pusat pemerintahan. Ketika Mardawij meninggal, Bani Buwayh yang bermarkas di Syiraz itu berhasil menalukkan beberapa daerah di Persia seperti Rayy, Isfahan, dab daerah- daerah Jabal. Ali berusaha mendapat legalisasi dari Khlifah abbasiyah Al- Radhi Billah, dan mengirimkan sejumlah uang untuk pembendaharaan Negara.Ia berhasil mendapat legalitas itu. Kemudian, melakukan ekspasi ke Irak, Ahwaz, dan Wasith. Dari sini tetara Buwaih menuju Baghdad untuk merebut kekuasaan di pusat pemerintahan .ketika itu ,Baghdad dilanda kekisruhan politik, akibat perebutan jabatan Amir Al Umara‟ 5 Majid Fakhry, Sejarah Filsafat Islam: Sebuah Peta Kronologis, (terj.) oleh Zaimul Am, (Bandung: Mizan, 2002), hal. 64 3
  • 4. antara wazir dan pemimpin miiter. Para pemimpin militer meminta bantuan kepada Ahmad Ibnu Buwaih yang berkedudukan di Akhwaz permintaan itu dikabulkan, Ahmad dan pasukannya tiba di Baghdad pada tanggal 11 jumadil ula (334 H/945M). 6 2. Orang-Orang Bani Buwaih dan Khilafah Bani Abbasiah Buwaih bermahzab Syiah sehingga mereka patut menjadikan seorang khalifah dari syiah zaidiyah, akan tetapi mereka menerima kailafah Abbasiah. Sehingga timbullah pertanyaan apa yang menjadi penyebab semua itu? Seperti yang dicantumkan dalam buku Al isy yusuf, tahun 1968 M yaitu mereka adalah orang yang berpandangan jauh, para sejarawan menyebutkan bahwa Ahmad bin Buwaih, pernah bermusyawarah dengan orang-orang untuk menunjuk seorang khalifah dari keluarga Ali. Namun, orang-orangnya mengingatkan dia agar menjauhinya mereka berkata, ”jika kamu membawa salah seorang diantara mereka, kamu pasti menjadi pembantu, dan dia akan menjadi pemimpin. Dailam adalah kelompoknya. jika dia menyuruh orang untuk membunuhmu.kanu akan ada didalam tangannya seperti cincin. Adapun ketika kamu membiarkan khalifah Abbasiah, kamu akan menjamin untuk dirimu seseorang yang bisa kamu kendalikan sesuai dengan kehendakmu. Kamu bisa memecatnya jika kamu mau untuk mengantikannya dengan yang lain kapanpun kamu mau. 6 Omar A. Farrukh dalam M.M. Syarif (editor), Aliran-Aliran Filsafat Islam (Bandung: Nuansa Cendikia, 2004), hal. 187 4
  • 5. Orang-orang Dailam adalah kelompokmu.mereka tidak akan taat denga nama madzhab dan nama baiat yang ada didalam pundakmu.” Dengan hal itulah Ahmad bin Buwayh menghindari penunjukan kalangan keluarga Ali sebagai Khalifah. padahal pada awalnya rakyat Irak telah menerima Abbasiyah sebagai khilafah yang sudah menjadi bagian dari hidup mereka, atau jabatan khalifah adalah jabatan yang bersifat mutlak di dalam agama yang tidak akan pernah bisa diganggu gugat, dan inilah alasan untuk memnerima bani Abbasiyah menjadi khilafah pada masa itu. Dengan berkuasanya Bani Buwaih, aliran Mu‟tazilah bangkit lagi, terutama diwilayah Persia, bergandengan tangan dengan kaum Syi‟ah. Pada masa ini muncul banyak pemikir Mu‟tazilah dari aliran Basrah yang walaupun nama mereka tidak sebesar para pendahulu mereka dimasa kejayaannya yang pertama, meninggalkan banyak karya yang bisa dibaca sampai sekarang. Selama ini orang mengenal Mu‟tazilah dari karya-karya lawan-lawan mereka, terutama kaum Asy‟ariyah. Yang terbesar diantara tokoh Mu‟tazilah periode kebangkitan kedua ini adalah al-Qadi Abd al- jabbar, penerus aliran Basra setelah Abu Ali dan Abu Hasyim.7 3. Keadaan politik pada masa bani buwaihiyah Di dalam masalah politik yang berperan penting hanya bani buwaih yang memegang jabatan penting pada Amir Al umara‟, sehingga 7 Ibid. hal. 188 5
  • 6. orang-orang bani Buwaih menetapkan orang-orang Abbasiyah dalam pemerintahan, namun tidak memberikian kekuasaan. Mereka melarang khalifah memperoleh pendapatan untuk kemudian mereka ambil sendiriu.Mereka ,membuat pasukan khusus untuk khlifah yang berjumlah lima ribu dirham sehari. Hal tersebut terjadi dimasa Almustakfa.8 Sejak saat itu para khalifah tunduk kepada Bani Buwayh, sehingga para khalifah Abbasiyah benar-benar tinggal nama saja. Pelaksanaan pemerintahan sepenuhnya berada di tangan amir-amir Bani Buwaih. 4. Bidang ilmu pengetahuan. Kekuasaan Buwayh mencapai puncaknya dibawah kepemimpinan „Addud Ad-Daulah (949-983). Hal yang menarik yang bisa kita banggakan dalam pola dan tatanan kehidupan masyrakat pada masa Dinasti ini. Sebagaimana para khalifah Abbasiyah periode pertama, para penguasa Bani Buwayh mencurahkan perhatian secara langsung dan sungguh-sungguh terhadap pengembangan ilmu pengetahuan dan kesusasteraan. Para pangeran dan wazir Dinasti ini menjadi contoh dalam memberikan dukungan terhadap berbagai disiplin ilmu pengetahuan. Pada masa tersebut, Baghdad sebagai tempat berkembangnya Dinasti tersebut mengalami kemajuan yang sangat pesat. Baghdad menjadi pusat ilmu pengetahuan. Kedekatannya dengan para Ilmuan menjadikan loyalita mereka terhadap pemerintahan sangat 8 Ibit. hal. 190 6
  • 7. tinggi. Istana pemerintahan pernah dijadikan sebagai tempat pertemuan Ilmuwan saat itu. Bahkan saat itu dibangun Rumah sakit besar yang terdiri dari 24 orang Dokter, dan digunakan juga sebagai tempat Praktek mahasiswa Kedokteran saat itu. Di bidang sastrawan Para penguasa saling berlomba-lomba dalam mengumpulkan para sastrawan untuk menyampaikan syair-syair indahnya di istana. Sehingga bukan sebuah keanehan jika sarjana dan penyair sering kali melakukan pengembaraan dari satu istana menuju istana yang lain. Para penguasapun sering mengumpulkan para kerabatnya dalam sebuah majlis atau pertemuan untuk mempelajari disiplin ilmu pengetahuan seperti; ilmu kalam, hadits, fikih, kesusastraan dan lain sebagainya dengan dipandu oleh para guru yang diundang secara khusus ke dalam istana. Selain di istana, pertemuan dalam membahas ilmu pengetahuan juga diselenggarakan di masjid-masjid, rumah-rumah pribadi, kedai-kedai, alun-alun bahkan di taman-taman kota Pada masa Dinasti Buwaihy merupakan titik puncak dari apa yang disebut "humanisme", karena betapa kosmopolitannya atmosfer budaya pada saat itu. Percampuran pemikiran di antara orang-orang Islam, Kristen, Yahudi, Kaum Pagan, kelompok-kelompok aliran teologi dan kelompok religius sangat menghargai pluralitas. Titik tolak kesepakatan mereka adalah bahwa "ilmu-ilmu kuno" adalah milik seluruh umat manusia dan tidak ada satu kelompok religius atau kultural satu pun dapat mengklaim kepemilikan eksklusif ilmu-ilmu tersebut. Dimana semangat 7
  • 8. pluralitas itu mereka kembangkan atas prinsip "shadaqah" yang diartikan "persahabatan" yaitu sebuah prinsip hubungan lintas budaya dan religius yang mendasarkan hubungannya pada kemanusiaan. Ini berarti hubungan mereka tidak didasarkan pada ras, suku atau agama, tetapi pada kenyataan bahwa mereka adalah manusia.9 . Pada masa Bani Buwaih ini banyak bermunculan ilmuwan besar, di antaranya, al-Farabi (w. 950 M), Ibn Sina (980-1037 M), Abdurrahman al-Shufi (w. 986 M), Ibn Maskawaih (w. 1030 M), Abu al-'Ala al- Ma'arri (973-1057 M), Al-Kindi, Sijistani, Nadhim, Al-Amiri, Ibn Rusyd dan kelompok Ikhwan al-Shafa. Dan pada masa ini dilakukan penerjemahan terhadap ratusan karya-ilmiah Yunani-Romawi ke bahasa Arab oleh Hunain Ibn Ishaq, penerjemah Kristen Nestorian, Yuhanna ibn Hailan dan sebagainya. Yang bertempat di Baghdad dan Iran sebagai pusat peradaban Islam dengan beragam istana, dibawah kontrol dinasti Buwaihy yang dipimpinan oleh 'Adhud Al-Daulah. Karya-karya Ilmuan besar diantaranya: 1). Al-Farabbi (w.950 M) Al-Farabi tempil sebagai filosof yang menguasai berbagai cabang ilmu seperti : ilmu alam, matematika, astronomi dan lain-lain. Aliran filsafat Yunani yang mempengaruhinya ialah filsafat Plato, Aristoteles, 9 Muhammad jalaluddun Surur, Tarikh al-Hadharah al-Islamiah (Fi al-ayarq al-fikral-Arabi, 1976). H. 51 8
  • 9. dan Neoplatonisme. Selain itu ia sebagai seorang muslim yang telah mempelajari pelajaran agama dengan baik ia pun mendapat pengaruh dari ajaran tersebut. Disini Al-Farabi juga menyesuaikan filsafatnya dengan ajaran islam, seperti: filsafatnya tentang kenabian ia mengakui adanya nabi, dan nabi itu lebih tinggi dari filosof. Dimana maksudnya nabi mempunyai mukzijat sedangkan filosof hanya menggunakan akal pikiran untuk berfilsafat. Dengan demikian dasar pemikiran filsafat yang digunakan Al-Farabi yaitu memadukan ajaran filsafat dengan ajaran agama. karya-karya Alfarabi adalah 1. Syuruh risalah aainun al-kabir al-Yunani 2. Al-Ta‟liqat 3. Risalah fina yajibu ma‟rifat qabla ta‟allumi al-falsafah 4. Risalah fi itsbt al-mufaraqah 2). Ibn Sina (980-1033M), Ibnu Sina telah menghasilkan beberapa karya monumental di bidang ilmu pengetahuan,. Dengan demikian, tidak berlebihan jika dikatakan bahwa ketika berbicara tentang pemikiran Islam atau ilmu pengetahuan Islam, maka tidak terlepas dari kontribusi Ibnu Sina. Bahkan dapat dikatkan bahwa berbicara tentang Ibnu Sina berarti berbicara tentang pemikiran dan kejayaan Islam. Beberapa karya intelektual Ibnu Sina, dapat diklasifikasikan ke dalam 15 bidang ilmu yaitu: 1) Falsafah umum, 2) 9
  • 10. Logika, 3) Sastra, 4) Syair, 5) Ilmu-ilmu Alam, 6) Psikologi, 7) Kedokteran, 8) Kimia, 9) Matematika, 10) Metafisika, 11) Tafsir al- Qur‟an, 12) Tasawuf, 13) Akhlak, Rumah Tangga, politik, dan nubuwwah, 14) Surat-surat pribadi, 15) Serba ragam „ 3). Ibn Maskawaih (w.1030M) Miskawiah adalah ilmuwan suka meneliti dalam pengetahuan ilmiah dan akademis. Ia adalah ahli dan mampu di bidang Biologi; ia merupakan ilmuwan pertama yang menemukan kehidupan tumbuhan secara umum, membahas tentang evolusi. Ia adalah sarjana sosiologi, yang ahli tentang kebudayaan dan peradaban dengan spesifikasi pada disiplin Psikologi, dalam bidang psikologi ia termasuk ahli dibidangnya. Ia adalah peneliti dan pemikir etika, kerohanian dan penulis besar buku akhlak. Miskawaih adalah salah seorang tokoh filsafat dalam Islam yang memusatkan perhatiannya pada etika Islam. Meskipun sebenarnya ia pun seorang sejarawan, tabib, ilmuwan dan sastrawan. Pengetahuannya tentang kebudayaan Romawi, Persia, dan India, disamping filsafat Yunani, sangat luas. Dilihat dari tahun lahir dan wafatnya, Miskawaih hidup pada masa pemerintahan Bani Abbas yang berada di bawah pengaruh Bani Buwaihi yang beraliran Syi‟ah dan berasal dari keturunan Parsi Bani Buwaihi yang mulai berpengaruh sejak Khalifah al Mustakfi dari Bani Abbas mengangkat Ahmad bin Buwaih sebagai perdana menteri dengan gelar Mu‟izz al Daulah pada 945 M. pada masa inilah Miskawaih memperoleh 10
  • 11. kepercayaan untuk menjadi bendaharawan. „Adhud al Daulah. Juga pada masa ini Miskawaih muncul sebagai seorang filosof, tabib, ilmuwan, dan pujangga. Tapi, disamping itu ada hal yang tidak menyenangkan hati Miskawaih, yaitu kemerosotan moral yang melanda masyarakat. Oleh karena itulah agaknya Miskawaih lalu tertarik untuk menitikberatkan perhatiannya pada bidang etika Islam. 10 Latar belakang pendidikannya tidak diketahui secara rinci, hanya sebagian yang dapat diketahui antara lain terkenal memepelajari sejarah dari Abu Bakar Ahmad Ibnu Kamil al-Qadhi, mempelajari filsafat dari Ibnu al-Akhmar dan mempelajari kimia dari Abi Thayyib. Dalam bidang pekerjaan tercatat bahwa pekerjaan utama Ibnu Miskawaih adalah bendaharawan, sekretaris, pustakawan, dan pendidik anak para pemuka dinasti Buwaihiyyah. Selanjutnya, Ibnu Misakawaih juga dikenal sebagai dokter, penyair dan ahli bahasa. Keahlian Ibnu Miskawaih dibuktikan dengan karya tulisnya berupa buku dan artikel. Jumlah buku dan artikel yang berhasil ditulis oleh Ibnu Miskawaih ada 41 buah. Semua karyanya tidak luput dari kepentingan pendidikan akhlak (tahzib al-Akhlak), diantara karyanya adalah: 1. Al-Fauz al-Asghar 2. al-Fauz al-Akbar 3. Tajarib al-Umam (sebuah sejarah tentang banjir besar yang ditulis pada tahun 369 H/979 M) 10 Tholhah.Imam “Membuka Jendela Pendidikan hal 240 11
  • 12. 4. Usn al-Farid (kumpulan anekdot, syair, pribahasa dan kata-kata mutiara). Tartib al-Sa‟adah (tentang akhlak dan politik) 5. al-Musthafa (syair-syair pillihan). 6. Jawidan Khirad (kumpulan ungkapan bijak) 7. al-jami‟ 8. al-Syiar (tentang aturan hidup) 9. Tentang pengobatan sederhana (mengenai kedokteran) 10. Tentang komposisi Bajat (mengenai seni memasak) 11. Kitab al-Asyribah (mengenai minuman). 12. Tahzib al-Akhlaq (mengenai akhlaq) Menurut Ibnu Miskawaih dasar pendidikan adalah: 1) Syariat Ibnu Miskawaih tidak menjelaskan secara pasti tentang dasar pendidikan. Namun secara tegas ia menyatakan bahwa syari‟at agama merupakan faktor penentu bagi lurusnya karakter manusia, yang menjadikan manusia terbiasa melakukan perbuatan terpuji, yang menjadikan jiwa mereka siap menerima kearifan (hikmah), dan keutamaan (fadilah), sehingga dapat memperoleh kebahagiaan berdasarkan penalaran yang akurat. Dengan demikian syariat agama merupakan landasan pokok bagi pelaksanaan pendidikan yang merujuk kepada Al-Qur‟an dan Sunnah. Oleh karena itu, prinsip syariat harus diterapkan dalam proses pendidikan, yang meliputi aspek hubungan manusia 12
  • 13. dengan Tuhan, manusia dengan sesamanya dan manusia dengan makhluk lainnya. 2) Psikologi Menurut Ibnu Miskawaih, antara pendidikan dan pengetahuan tentang jiwa erat kaitannya. Untuk menjadikan karakter yang baik, harus melalui perekayasaan (shina‟ah) yang didasarkan pada pendidikan serta pengarahan yang sistematis. Itu semua tidak akan tercapai kecuali dengan mengetahui jiwa lebih dahulu. Jika jiwa dipergunakan dengan baik, maka manusia akan sampai kepada tujuan yang tertinggi dan mulia. Maka dari itu, jiwa merupakan landasan yang penting bagi pelaksanaan pendidikan. Pendidikan tanpa pengetahuan psikologi laksana pekerjaan tanpa pijakan. Dengan demikian teori psikologi perlu diaplikasikan dalam proses pendidikan. Dalam hal ini Ibnu Miskawaih adalah orang yang pertama kali melandaskan pendidikan kepada pengetahuan psikologi. Ia adalah perintis psikologi pendidikan, dan layak disebut sebagai „Bapak Psikologi Pendidikan‟. C. Metode Pendidikan Menurut Ibnu Miskawaih Definisi metode yang digunakan dalam topik ini identik dengan alat, karena fungsinya sebagai pelancar terjadinya proses pendidikan, dan cara yang harus dilakukan. Ada beberapa metode pendidikan yang dikemukakan oleh Ibnu Miskawaih, di antaranya adalah : 1) Metode alami (thabi‟i) 13
  • 14. Manusia mempunyai metode alami yang dilakukan sesuai dengan proses alam. Cara ini berangkat dari pengamatan potensi manusia, di mana potensi yang muncul lebih dahulu, selanjutnya pendidikannya diupayakan sesuai dengan kebutuhan. Menurut Ibnu Miskawaih potensi yang pertama terbentuk bersifat umum yang juga ada pada hewan dan tumbuhan, kemudian baru potensi yang khusus manusia. Oleh karena itu, pendidikan harus dimulai dengan memperhatikan kebiasaan makan dan minum, karena dengannya akan terdidik jiwa syahwiyyah, kemudian baru yang berhubungan dengan jiwa ghadhabiyah yang berfungsi memunculkan cinta kasih, dan baru muncul jiwa nathiqah yang berfungsi memenuhi kecenderungan pengetahuan. Urutan ini yang disebut dengan metode alamiah. 2) Metode Bimbingan Metode ini penting untuk mengarahkan subjek didik kepada tujuan pendidikan yang diharapkan yaitu mentaati syariat dan berbuat baik. Hal ini banyak ditemukan dalam Al-Qur‟an, yang menunjukkan betapa pentingnya nasihat dalam interaksi pendidikan yang terjadi antar subjek-didik. Nasihat merupakan cara mendidik yang ampuh yang hanya bermodalkan kepiawaian bahasa dan olah kata. 3) Metode Ancaman, Hardikan, dan Hukuman Berangkat dari metode yang sebelumnya, jika subjek-didik tidak melaksanakan nilai yang telah diajarkan, maka mereka diberi berbagai cara 14
  • 15. secara bertahap sehingga kembali kepada tatanan nilai yang ada. Seperti ancaman, kemudian baru hukuman, baik bersifat jasmani atau rohani. 4) Metode Pujian Jika subjek didik melaksanakan syariat dan berperilaku baik, maka ia perlu dipuji dihadapannya. Hal ini agar mereka merasa bahwa perbuatan tersebut mendapat nilai tambah bagi dirinya. Jika pandangan ini menyebar, akan semakin gencar subjek-didik melaksanakan kebajikan. D. Asas Pendidikan Menurut Ibnu Miskawaih Yang dimaksud dengan asas di sini adalah hal-hal yang mendasar, yang perlu diperhatikan dalam proses kegiatan pendidikan seperti: 1. Asas bertahap, yaitu asas yang didasarkan pada perbedaan yang dimiliki oleh tiap individu agar pendidikan berdaya dan berhasil guna. 2. Asas kesiapan, di mana manusia mempunyai kesiapan untuk memperoleh tingkatan, antara yang satu berbeda dengan yang lain. 3. Asas gestalt, yaitu mendahulukan pengetahuan yang umum, baru yang terinci, karena partikular tidak dapat dipisahkan dari hal yang universal. 4. Asas keteladanan, yaitu pemberian contoh yang baik bagi subjek didik, baik dalam keluarga, sekolah 5. Asas kebebasan, di mana subjek didik bebas memilih antara kemuliaan dan kehinaan, atau menjadi makhluk yang setingkat malaikat. Itu semua diserahkan kepada subjek didik. 15
  • 16. 6. Asas pembiasaan. Asas ini merupakan upaya praktek dalam pembinaan subjek didik, sesuai dengan kebiasaan hidupnya, karena kebiasaan hidup susah untuk diubah. E. Hubungan Pendidik Dan Subjek Didik 1. Pendidik Ibnu Miskawaih mengelompokkan orang yang melakukan usaha pendidikan di antaranya adalah: orang tua, guru atau filsuf, pemuka masyarakat dan raja atau penguasa. Guru dan filsuf mempunyai kedudukan yang istimewa yaitu sebagai Bapak Ruhani, Tuan Manusia dan kebaikannya adalah Kebaikan Ilahi. Hal ini karena dia mendidik murid dengan keutamaan yang sempurna (al fadillah at tammah), mengajarinya dengan kearifan yang mapan (al-hikmahtul balighah) dan mengarahkannya kepada kehidupan yang abadi (al-hayah al abadiyah) dalam kenikmatan yang kekal (an-ni‟mah al abadiyah). Ibnu Miskawaih menyatakan guru dan filsuf adalah penyebab eksistensi intelektual manusia. 2. Subjek Didik Pengertian subjek didik yaitu semua orang yang memperoleh atau memerlukan bimbingan, bantuan dan latihan, baik berupa ilmu, ketrampilan atau lainnya, guna mengembangkan dirinya sebagai individu, anggota masyarakat dan hamba Tuhan yang paripurna. Menurut Ibnu Miskawaih, hubungan antara pendidik dan subjek didik 16
  • 17. harus didasarkan pada kemanusiaan yaitu cinta, kasih sayang, persahabatan, keadilan, kebaikan dan fadhilah. Hal ini karena manusia adalah makhluk sosial yang harus membagi cinta dan kasih sayang, bersahabat, menegakkan keadilan dan berupaya memperoleh keutamaan. Sehingga dalam pendidikan harus terjadi komunikasi dua arah (interaksi), bahkan multi arah (transaksi). F. Tujuan Pendidikan Menurut Ibnu Miskawaih Ibnu Miskawaih memusatkan perhatiannya kepada filsafat akhlak. Karena itu corak pemikiran pendidikannya bertendensi moral. Adapun tujuan pendidikan menurut Ibnu Miskawaih adalah: 1. Kebaikan dan kebahagiaan Manusia yang ingin diwujudkan oleh pendidikan adalah manusia yang baik, bahagia dan sempurna. Kebaikan, kebahagiaan dan kesempurnaan adalah suatu mata rantai yang tidak dapat dipisahkan. Seluruhnya adalah berkaitan dengan akhlak, etika dan moral. Untuk mencapai tingkatan tersebut, harus memiliki 4 kualitas, yaitu; kemampuan dan semangat yang kuat, ilmu pengetahuan yang esensial- substansial, malu kebodohan, dan tekun melakukan keutamaan dan konsisten mendalaminya. 2. Tercapainya Kemuliaan Akhlak Manusia yang paling mulia ialah yang paling besar kadar jiwa rasionalnya, dan terkendali. Oleh karena itu pembentukan individu yang 17
  • 18. berakhlak mulia terletak pada bagian yang menjadikan jiwa rasional ini unggul dan dapat menetralisir jiwa-jiwa lain. Tujuan pendidikan yang diinginkan Ibnu Miskawaih adalah idealistik-spiritual, yang merumuskan manusia yang berkemanusiaan. Rumusan ini sejalan dengan fungsi kerasulan Muhammad yang digambarkan dalam Al-Qur‟an dan Sunnah yaitu sebagaimana yang disebutkan dalam QS. Al-Qalam: ayat 4: “Dan sesungguhnya kamu benar-benar berbudi pekerti yang agung”. Dari sinilah kebanyakan para ahli pendidik Muslim sepakat bahwa tujuan pendidikan Islam yang paling pokok adalah pendidikan budi pekerti dan jiwa. Faktor kemuliaan akhlak dalam pendidikan Islam inilah kemudian menjadi penentu bagi keberhasilan pendidikan Islam. Sebagaimana yang terangkum dalam firman Allah SWT (QS. Al- Baqarah: 201) “Dan di antara mereka ada orang yang bendoa: "Ya Tuhan kami, berilah kami kebaikan di dunia dan kebaikan di akhirat dan peliharalah kami dari siksa neraka"[*]. [*] inilah do‟a yang sebaik-baiknya bagi seorang muslim. 3. Sebagai Sarana Sosialisasi Individu Manusia adalah makhluk sosial, maka pendidikan harus berfungsi sebagai proses sosialisasi bagi subjek didik. Kebijakan manusia sangat banyak jumlahnya, yang tidak mampu dicapai oleh individu, perlu bergabung dengan kelompok lain untuk tujuan tersebut. Gagasan ini 18
  • 19. merupakan jalan rintis lahirnya sosiologi pendidikan yang di kembangkan oleh para sosiolog modern.11 5). Al-Afghani Beberapa karyanya 1. di bidang politik, yang mengajarkan bahwa semua umat Islam harus bersatu di bawah pimpinan seorang khalifah untuk membebaskan mereka dari penjajahan Barat..12 2. Dibidang Agama, Jamaluddin al-Afghani berpendapat, bahwa kesejahteraan umat Islam tergantung a) Akal manusia harus disinari dengan tauhid, membersihkan jiwanya dari kepercayaan Tahyul b) Orang harus merasa dirinya dapat mencapai kemuliaan budi pekerti yang utama c) Orang harus menjadikan aqidah, sehingga prinsip yang pertama dan dasar keimanan harus diikuti dengan dalil dan tidaklah keimanan yang hanya ikutan semata (taqlid).13 3. Ajarannya tentang Qada dan Qodar Menurut al-Jabr (fatalism), qada dan qodar adalah penyerahan diri secara mutlak tanpa usaha dan ini suatu ajaran baru (bid‟ah) dalam 11 Ibid. hal 240-241 12 M. Sholihan Manan dan Hasanuddin Amin, Pengantar Perkembangan Pemikiran Muslim (dalam Studi Sejarah), PT. Sinar Wijaya, Surabaya, 1988, hlm. 128 13 Ibid. 131 19
  • 20. agama yang dimasukkan dalam ajaran Islam oleh musuh Islam untuk suatu tujuan politik tertentu agar Islam hancur dari dalam. 14 7). Al-Masudi (956) Dikenal sebagai seorang sejarawan pengembara dan ahli geografi Arab. Buku-buku Karyanya adalah: Kitab Akhbar az-Zaman (sejarah dunia), Kitab al-Ausat (tentangn sejarah umum) kemudian kedua kitab tersebut digabung menjadi kitab Muruj adz-Dzahab wa Ma‟adin (Meadows of Gold and Mines of Precious Stones), Kitab at-Tanbih wa al- Isyraf (tentang filsafat alam dan teori evolusi). 8). Abu ar-Rayhan Muhammad bin Ahmad al-Biruni (973-1048) Nama lengkapnya adalah Abu ar-Rayhan Muhammad bin Ahmad al-Biruni. ia mahir matematika, astronomi, fisika, sejarah, geografi, bahasa, dan budaya. Buku-buku karyanya tentang sejarah peradaban India yaitu: Tahqiq ma li al-Hind min Maqulah Maqbulah fi al- Aql Au Mardzulah, Tarikh al-Umam asy-Syaqiyah, dan Tarikh al-Hind (sejarah Hindia). Karyanya dalam bidang matematika, Kitabal-Qanun al- Mas‟udi fi al-Haya wa an-Nujum (astronomi geografi dan matematika). Dalam bidang filsafat, al-Irsyad, Tahdid Nihayat al-Amakin Litashih Masafat al-Masakin, dll. Beliau telah menulis karyanya sampai 138 karya. Sampai meninggalnya tahun 1050 di 14 Harun Nasution, Pembaharuan dalam Islam, Sejarah Pemikiran dan Gerakan, Jakarta: Bulan Bintang, 2001, cet.13, hlm. 47 20
  • 21. 9). Abdurrahman bin Umar as-Sufi Abul Husayn nama lengkapnya adalah Abdurrahman bin Umar as-Sufi Abul Husayn. Ia lahir tahun 903 M (291 H) di Rayy, Persia. Ia seorang astronom terkenal yang bekerja di istana bersama amir Adud al-Dawla. Karyanya yang terkenal adalah Kitab al-Kawakib ats-Tsabit al-Musawwar (tentang catalog bintang). Karya lainnya yang telah diilustrasi kembali seperti Notices at Extraits (oleh Causin de Parceval), Description des Etoiles Fixes par Abd al-Rahman as-Sufi (oleh H.C.F.C Schjellerup di St. Petersburg, 1874). Beliau meninggal pada tahun 986 M/376 10). Abu Ali al-Hasan bin al-Haytsam al-Basri al-Misri nama lengkapnya adalah Abu Ali al-Hasan bin al-Haytsam al-Basri al- Misri. Masyarkat Barat lebih mengenalnya dengan sebutan (al-Hazen 1973), Avenalan, Avenetan. Lahir tahun 1038 di Basrah, Irak. Ia adalah ahli fisika dan matematika terbaik. Selain itu ia menguasai beragam ilmu, seperti fisika, astronomi, matematika, pengobatan, dan filsafat. Pendidikan tingginya ia tempuh di Universitas Al-Azhar. Karya beliau dibidang Optik yaitu: Kitab fi Al-Manasit (Kamus Optika), buku-buku tentang lingkaran cahaya dan gerhana, tentang astronomi dll. Beliau wafat tahun 1039.15 Tokoh-tokoh Kesusastraan Bahasa arab dan fersia 15 Wahyu Murtiningsih, Biografi Para Ilmuwan Muslim,(Yogyakarta: Insan Madani, 2008.). 21
  • 22. 1. Al-Ashfani, Abu al-Faraj (897-966 2. Badi al-Zaman al Hamadzani (933-1007) 3. Abu Hayyan at-Tauhidi (1018) 4. Daqiqi (1020) 5. Rudaqi (930-an) 6. Al-Firdausi, Abu al-Qosim (920-1020 7. Abu Sa‟id ibn Abi al-Khair (1049.16 5. Kemuduran Bani Buwayh Kekuatan politik Bani Buwaih tidak bertahan lama, setelah generasi pertama (tiga bersaudara) kekuasaan menjadi ajang pertikaian diantara anak-anak mereka. Masing-masing merasa berhak atas kekuasaan pusat. Misalnya, pertikaian antara „Izz Al-Daulah Bakhtiar, putera Mu‟izz Al-daulah dan „Adhad Al-Daulah, putera Imad Al-daulah, dalam perebutan jabatan amir al-umara. Perebutan kekuasaan di kalangan keturunan Bani Buwaih ini merupakan salah satu faktor internal yang membawa kemunduran dan kehancuran pemerintahan mereka. Faktor internal lainnya adalah pertentangan dalam tubuh militer, antara golongan yang berassal dari Dailam dengan keturunan Turki. Ketika amir al-umara dijabat oleh Mu’izz Al-Daulah persoalan itu dapat diatasi, tetapi manakala jabatan itu diduduki oleh orang-orang yang lemah, masalah tersebut 16 Murtiningsih, Biografi Para Ilmuan Muslim. (Yogyakarta: Insan Madani, 2008), hal. 45 22
  • 23. muncul kepermukaan, mengganggu stabilitas dan menjatuhkan wibawa pemerintah.17 C. Kesimpulan 17 Harun Nasution . Ensiklopedi Islam.(Jakarta : Djambatan, 1992). H. 186. 23
  • 24. Masa pemerintahan Buwaih yaitu periode ketiga dari pemerintahan bani Abbas, dimana kekhilafahannya dikuasai oleh bani Buwaih sejak 334 -447 H/945-1055 M, Di dalam masalah politik orang-orang bani Buwaih menetapkan orang-orang Abbasiyah dalam pemerintahan, namun tidak memberikan kekuasaan. Pelaksanaan pemerintahan sepenuhnya berada di tangan amir-amir Bani Buwaih. pendidikan islam pada masa kerajaan buwaih berkembang pesat, hal ini terlihat pada masa ini banyak bermunculan ilmuwan besar, di antaranya al- Farabi (w. 950 M), Ibn Sina (980-1037 M), Abdurrahman al-Shufi (w. 986 M), Ibn Maskawaih (w. 1030 M), Abu al-'Ala al-Ma'arri (973-1057 M), Al-Kindi, Sijistani, Nadhim, Al-Amiri, Ibn Rusyd dan kelompok Ikhwan al-Shafa. Yang sebagian besar para ilmuwan tersebut muncul pada paruh terakhir Abad ke-4 H/ke-10 M, dibawah kontrol dinasti Buwaihiyyah yang dipimpinan oleh 'Adhud Al-Daulah. Kekuasaan Bani Buwaih tidak bertahan lama, setelah generasi pertama (tiga bersaudara) kekuasaan menjadi ajang pertikaian diantara anak-anak mereka. Masing-masing merasa berhak atas kekuasaan pusat dan juga terjadinya pertentangan dalam tubuh militer, ini merupakan faktor internal yang membawa kemunduran dan kehancuran pemerintahan mereka. Daftar Pustaka 24
  • 25. A. Syalabi, Sejarah dan Kebudayaan Islam. Jakarta: Pustaka Alhusna,1993 G.E. Bosworrt Dinasti-dinasti Ilam. Bandung: Mizan, 1993 Harun Nasution . Ensiklopedi Islam.(Jakarta : Djambatan, 1992). H. 186. Lapidus, Sejarah Sosial Umat Islam. Jakarta: PT Raja Grapindo, 1985 M. Sholihan Manan dan Hasanuddin Amin, Pengantar Perkembangan Pemikiran Muslim (dalam Studi Sejarah), PT. Sinar Wijaya, Surabaya, 1988 Murtiningsih, Biografi Para Ilmuan Muslim. Yogyakarta: Insan Madani, 2008 Muhammad jalaluddun Surur, Tarikh al-Hadharah al-Islamiah .Fi al-ayarq al- fikral, 1976 Majid Fakhry, Sejarah Filsafat Islam: Sebuah Peta Kronologis, (terj.) oleh Zaimul Am, Bandung: Mizan, 2002 Omar A. Farrukh dalam M.M. Syarif (editor), Aliran-Aliran Filsafat Islam. Bandung: Nuansa Cendikia, 2004 Wahyu Murtiningsih, Biografi Para Ilmuwan Muslim.Yogyakarta: Insan Madani, 2008. 25